Pengembangan Kreativitas Peserta Didik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan Makalah Perilaku kreatif adalah hasil pemikiran kreatif. Peserta didik-peserta didik perlu didorong untuk dapat berpikir kreatif. Kreativitas dan bakat pada diri peserta didik perlu dipupuk dan dikembangkan. Karena sebagai pribadi yang kreatif, kelak mereka bukan saja dapat meningkatkan kualitas hidup pribadinya, tetapi juga dapat meningkatkan kualitas kehidupan bangsa dan negara. Salah satu wadah pengembangan kreativitas dan bakat peserta didik adalah di sekolah. Sistem pendidikan hendaknya dapat merangsang pemikiran, sikap, dan perilaku kreatif – produktif, di samping pemikiran logis dan penalaran pada diri peserta didik. Pendidik dan perangkat sekolah memiliki peran penting dalam pelaksanaan pengembangan kreativitas dan bakat peserta didik. Namun dalam kenyataannya, masih sedikit sekolah yang menyelenggarakan upaya pengembangan kreativitas dan bakat peserta didik. Hal tersebut disebabkan kurangnya pengetahuan dan keterampilan para pendidik terkait kreativitas dan cara pengembangannya dalam pembelajaran. Untuk dapat menunjang keberhasilan pengembangan kreativitas dan bakat peserta didik, pastisipasi dari orang tua peserta didik juga diperlukan. Karena dukungan orang tua dan lingkungan sangat diperlukan dalam proses penciptaan perilaku kreatif peserta didik. Tanpa adanya dukungan lingkungan, kreatifitas peserta didik akan sulit berkembang. Akibatnya, seorang peserta didik mungkin hanya akan menjalani kewajiban yang dituntut lingkungan tanpa memiliki inisiatif sehingga taraf hidupnya sulit meningkat. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman pendidik dan orang tua terkait kreativitas dan cara pengembangannya menjadi penghambat terbesar terciptanya pribadi yang kreatif dan unggul para peserta didik. Oleh karena



2



itu, penulis tertarik untuk menyusun makalah dengan judul “Merancang Pengembangan Kreativitas Peserta Didik”. B. Rumusan Masalah Beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain: 1. Apa yang dimaksud dengan kreativitas? 2. Bagaimana pengembangan kreativitas? 3. Apa strategi yang dapat diterapkan pengembangan kreativitas? 4. Apa tantangan dan hambatan dalam pengembangan kreativitas? C. Tujuan Penulisan Makalah Beberapa tujuan dari penulisan makalah ini antara lain: 1. Untuk



mempelajari



dan



memahami



terkait



kreativitas



pengembangannya khususnya kreativitas peserta didik. 2. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan di SD.



dan



3



BAB II PEMBAHASAN



A. Kreativitas 1. Pengertian Kreativitas Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat sesuatu yang baru dan berbeda entah sifatnya masih imajiner (gagasan) atau sudah diekspresikan dalam bentuk suatu karya. Karya di sini tidak hanya bentuk suatu benda tapi dapat juga berupa berpaduan warna, detail. Di samping itu pemikiran berbeda namun masih dapat diterangkan dengan penalaran atau logika juga disebut Kreativitas. Ide-ide yang cemerlang atau kecerdasan yang tinggi disebut juga sebagai kreativitas. Kreativitas sifatnya bawaan namun berkembangnya butuh adanya kesempatan dari lingkungan atau butuh pengetahuan yang banyak tentang segala hal dari lingkungan. Kreativitas adalah kegiatan otak yang teratur, komperehensif, dan imajinatif menuju suatu hasil yang orisinil sehingga inovatif dari pada sekedar



reproduktif.



Kreativitas



adalah



lawan



dari



tingkah



laku



“conformitas”. 2. Perbedaan Pintar dengan Kreatif Menurut pakar psikologi pendidikan, Prof. Dr. S.C. Utami Munandar, kreatif berbeda dengan siswa pintar. "kreatif berarti punya potensi. Sedangkan pintar bisa didapat dari tekun mempelajari sesuatu," jelasnya. Tapi meski tekun namun tak berpotensi, seseorang tak akan bisa optimal seperti halnya siswa kreatif. "Kalau siswa tak kreatif musikal, misalnya. Biar dikursuskan musik sehebat apa pun, ya, kemampuannya sebegitu-begitu saja. Tak akan berkembang." "Sebaliknya, jika kreatif tapi lingkungannya tak menunjang, ia pun tak akan berkembang." Soal bakat musik tadi, misalnya.



4



Jika di rumah tak ada alat-alat musik, bakatnya akan terpendam," jelas pendidik besar tetap Fakultas Psikologi UI ini. Kreativitas yang tampak pada siswa-siswa berbeda dengan orang dewasa. Kreativitas seorang siswa bisa muncul jika terus diasah sejak dini. Pada siswa-siswa, kreativitas merupakan sifat yang komplikatif; seorang siswa mampu berkreasi dengan spontan karena ia telah memiliki unsur pencetus kreativitas. Pada dasarnya kreativitas siswa-siswa bersifat ekspresionis. Ini karena pengungkapan ekspresi itu merupakan sifat yang dilahirkan dan dapat berkembang melalui latihan-latihan. Ekspresi ini disebut dengan spontanitas, terbuka, tangkas dan sportif. Ada 3 ciri dominan pada siswa yang kreatif: (1) spontan; (2) rasa ingin tahu; (3) tertarik pada hal-hal yang baru. Ternyata ketiga ciri-ciri tersebut terdapat pada diri siswa. Berarti semua siswa pada dasarnya adalah kreatif; faktor lingkunganlah yang menjadikan siswa tidak kreatif.



Dengan



demikian,



peran



orangtua



sebenarnya



lebih



pada



mengembangkan kreativitas siswa. Dengan berkreasi, orang dapat mewujudkan dirinya, perwujudan diri tersebut termasuk salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia. Menurut Maslow (Munandar, 1999) kreativitas juga merupakan manifestasi dari seseorang yang berfungsi sepenuhnya dalam perwujudan dirinya. Kreativitas



sebagai



kemampuan



untuk



melihat



kemungkinan-



kemungkinan untuk menyelesaikan suatu masalah, merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan formal. Siswa lebih dituntut untuk berpikir linier, logis, penalaran, ingatan atau pengetahuan yang menuntut jawaban paling tepat terhadap permasalahan yang diberikan. Kreativitas yang menuntut sikap kreatif dari individu itu sendiri perlu dipupuk untuk melatih peserta didik berpikir luwes (flexibility), lancar (fluency), asli (originality), menguraikan (elaboration) dan dirumuskan kembali (redefinition) yang merupakan ciri berpikir kreatif yang dikemukakan oleh Guilford (Supriadi, 2001).



5



Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat, tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu. Kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. B. Strategi 4P dalam Pengembangan Kreativitas Setiap orang pada dasarnya memiliki potensi kreatif dan kemampuan mengungkapkan dirinya secara kreatif dalam bidang dan kadar yang berbeda -beda. Yang penting dalam pendidikan adalah bahwa bakat kreatif dapat dan perlu ditingkatkan dan dikembangkan. Pengembangan kreatifitas dengan pendekatan 4P yakni : 1. Pribadi Kreatifitas adalah ungkapan keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungan. Dari pribadi yang unik inilah diharapkan timbul ide – ide baru dan produk – produk yang inovatif. 2. Pendorong Untuk mewujudkan bakat kreatif siswa diperlukan dorongan dan dukungan dari lingkungan (motivasi eksternal) yang berupa apresiasi, dukungan, pemberian penghargaan, pujian, insentif, dan dorongan dari dalam diri siswa sendiri (motivasi internal) untuk menghasilkan sesuatu. Bakat kreatif dapat berkembang dalam lingkungan yang mendukung, tetapi dapat pula dihambat dalam lingkungan yang tidak mendukung. Banyak orang tua yang kurang menghargai kegiatan kreatif peserta didik mereka dan lebih memprioritaskan



pencapaian



prestasi



akademik



yang



tinggi



dan



memperoleh rangking tinggi dalam kelasnya. Demikian pula pendidik meskipun menyadari pentingnya perkembangan kreatifitas tetapi dengan kurikulum yang ketat dan kelas dengan jumlah murid yang banyak maka tidak ada waktu bagi pengembangan kreativitas. 3. Proses Untuk mengembangkan kreativitas siswa, ia perlu diberi kesempatan untuk bersibuk secara aktif. Pendidik hendaknya dapat merangsang siswa untuk



6



melibatkan dirinya dalam berbagai kegiatan kreatif. Untuk itu yang penting adalah memberi kebebasan kepada siswa untuk mengekspresikan dirinya secara kreatif. 4. Produk Kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif yang bermakna adalah kondisi pribadi dan lingkungan yaitu sejauh mana keduanya mendorong seseorang untuk melibatkan dirinya dalam proses (kesibukan , kegiatan) kreatif. Yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa pendidik



menghargai



produk



kreatifitas



mengkomunikasikannya



kepada



yang



peserta



lain,



didik



misalnya



dan dengan



mempertunjukkan atau memamerkan hasil karya peserta didik. Ini akan lebih menggugah minat peserta didik untuk berkreasi.



C. Faktor-Faktor Pengembangan Kreativitas Guilford



yang



bertolak



dari



analisis



faktor,



berusaha



merumuskan faktor-faktor yang terkandung dalam kreativitas. Menurut Guilford kreativitas mencakup 3 dimensi pokok yaitu : 1. Dimensi Perseptual Dimensi



perseptual



meliputi



kemampuan



persepsi, dan ini meliputi faktor-faktor antara lain : a. Kepekaan indera b. Perhatian c. Orientasi Ruang d. Orientasi Waktu e. Luasnya daerah persepsi



mengadakan



7



f.



Kecepatan persepsi



2. Dimensi Psikomotor Dimensi Psiko-Motor mencakup beberapa faktor, yaitu : b. Faktor kekuatan c. Faktor impuls d. Faktor kecepatan gerak e. Faktor Ketelitian/ketepatan f.



Faktor koordinasi



g. Faktor keluwesan (flexibility) 3. Dimensi Intelektual Dimensi ini mempunyai implikasi yang sangat luas. Dimensi ini meliputi 5 faktor : a.



Faktor Ingatan



b.



Faktor Pengenalan



c.



faktor Evaluatif



d.



faktor Berfikir Konvergen



e.



faktor Berfikir Divergen



D. Tahapan Berpikir Kreatif



8



Menurut Veitzal Rivai dkk (2008: 767-769), ada empat tahap dalam proses berpikir kreatif, yaitu: tahap persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi. Pada tahap persiapan dilakukan kajian awal untuk mendalami fokus masalah yang dihadapi, kemudian dicari berbagai informasi dari berbagai sumber sebagai bahan melakukan evaluasi atas rancangan analisis yang telah disiapkan. Apabila masih dipandang perlu, kemudian dicari informasi tambahan untuk melengkapi bahan analisis. Pada tahap inkubasi, dilakukan relaksasi dan cooling down sambil mencari informasi pelengkap. Seringkali ide cemerlang akan muncul pada tahap ini, yaitu ketika merenungkan kembali hasil kajian yang terkonsentrasi penuh pada masalah yang dihadapi. Tahap iluminasi merupakan tahap klimaks dari tahap inkubasi, yaitu dengan munculnya gagasan cerdas untuk mengatasi persoalan. Selanjutnya pada tahap verifikasi, gagasan-gagasan yang diperoleh melalui proses berpikir kreatif kemudian dianalisis dan diuji manfaat serta kebermaknaannya. Veitzal Rivai dkk (2008: 769-776) menjelaskan tentang lima teknik berpikir kreatif, yaitu: 1.



Merangsang ide (idea spurring), yaitu teknik berpikir kreatif yang menggunakan bantuan daftar pertanyaan yang dapat merangsang terciptanya ide baru. Serangkaian pertanyaan pemicu munculnya ide (gagasan) dari Alex F. Osborn dalam Veitzal Rivai terdiri dari: Substitute?, Combine?, Adapt?, Magnify?, Modify?, Put to Other Use?, Eliminate?, Reverse?.



2.



Mendaftar sifat (attribute listing), yaitu teknik berpikir kreatif yang menggunakan elemen-elemen sifat dari suatu hal yang bersifat tangible (nyata).



9



3.



Hubungan yang dipaksakan (forced relationship) yaitu teknik berpikir yang merangsang kreativitas atas dasar asosiasi bebas yang dipaksakan. Misal dengan memakspeserta didikan untuk memadukan dua atau lebih gagasan lama yang independen.



4.



Sumbang saran (brain storming) yaitu dengan mendapatkan banyak ide dari sekelompok orang yang diperoleh dalam waktu singkat.



5.



Prinsip berselang seling sebagai teknik berpikir kreatif yakni paduan teknik yang dilakukan secara bergantian, yaitu: (1) MenghasilkanMenilai



Gagasan,



(2)



Usaha



Individu-Kelompok,



(3)



Bekerja-



Beristirahat, (4) Usaha Terpusat-Meluas, dan (5) Mengubah Sudut Pandang.



E. Tantangan dan Hambatan dalam Berpikir Kreatif Kreativitas merupakan kemampuan mental psikologis yang tidak tampak langsung secara kasat mata. Kreativitas seringkali terbelenggu oleh pola berpikir yang kaku dan terikat pada kaidah-kaidah baku atau alur sebab akibat secara



konvensional.



Disatu



pihak,



pola



berpikir



demikian



dapat



memudahkan penentuan keputusan akhir dan mengkomunikasikannya kepada pihak lain, namun di lain pihak malah akan mematikan timbulnya insiatif dan selanjutnya membatasi berkembangnya kreativitas, sehingga inovasi sulit diperoleh. Ada banyak tantangan yang dihadapi dalam proses berpikir kreatif, di antaranya adalah: 1.



Ragu-ragu dan tidak ada keberanian dalam menyampaikan ide karena dihantui perasaan takut salah, hawatir idenya akan dilecehkan orang lain, dan takut dikucilkan dari lingkungan;



10



2.



Sangat terikat pada mekanisme berpikir yang sudah terpola secara baku, sehingga memandang tidak perlu direpotkan dengan mencari-cari sesuatu yang baru dan belum tentu akan menjadi lebih baik;



3.



Kondisi lingkungan yang bersifat status quo sehingga cenderung akan menolak perubahan;



4.



Proses berpikir yang lamban sehingga idenya keburu ditangkap pihak lain. Lingkungan dan budaya tradisional seringkali menjadi penghambat



utama bagi lahirnya kreativitas. Misalnya: kurangnya wawasan dan penguasaan pengetahuan yang terbatas, tradisi turun temurun yang mengajarkan bahwa seorang peserta didik harus selalu patuh akan menghambat kreativitas berpikir peserta didik, pimpinan yang bersifat otoriter tidak memberi kesempatan kepada peserta didik buahnya untuk berbeda pendapat, penolakan lingkungan atas ide kreatif yang dimunculkan akan mematikan semangat orang untuk menemukan terobosan baru, suasana hati yang sedang gundah atau panas akan ikut menutup lahirnya ide baru, demikian pula ancaman atau tekanan (pressure) dari pihak lain dapat membuyarkan gagasan-gagasan baru. Proses berpikir kreatif akan menghasilkan ide-ide kreatif, yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi model baru dalam menyelesaikan berbagai pekerjaan atau memecahkan permasalahan. Namun demikian, ternyata tidaklah mudah untuk memunculkan ide sebagai penyaluran hasil berpikir



kreatif



tersebut.



Hal



ini



membutuhkan



keberanian



untuk



mengungkapkan gagasan baru, yang kemungkinan berbeda dari keyakinan dan kebiasaan masyarakat. Sehubungan dengan hal itu, pendidik mempunyai kewajiban untuk mengangkat kesadaran siswa akan pentingnya penguasaan kompetensi, dan menumbuhkan motivasi untuk berani menampilkan kompetensinya. F. Pengembangan Kreativitas Dalam Pembelajaran



11



Peran pendidik sebagai brain power menjadi motor penggerak untuk melahirkan karya-karya kreatif peserta didik bangsa. Kini sudah saatnya pendidik menjadi pelopor dan pengembang kreativitas siswa melalui penyelenggaraan



proses



pembelajaran



yang



menumbuhkembangkan



kemampuan kreatif. Kreativitas tidak akan muncul secara instan, melainkan berproses dalam sebuah alur berpikir. Berpikir kreatif awalnya dirangsang oleh munculnya berbagai kepenasaran dan keingintahuan (curioucity), atau didorong oleh kebutuhan untuk memecahkan masalah yang rumit. Bagaimanapun luasnya pengetahuan dan tingginya skill yang dimiliki pendidik, apabila tidak disertai kemampuan transformasi secara baik, maka akan sulit bagi siswa untuk memahami penjelasan pendidiknya. Sehubungan dengan hal itu, kemampuan pedagogik menjadi sangat penting bagi seorang pendidik. Pengembangan kreativitas dalam proses pembelajaran dapat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: 1. Menyadari adanya masalah yang menarik perhatian dan penting untuk segera dicari pemecahannya, atau menghadapi kebutuhan yang urgent, atau memiliki sebuah imajinasi yang ingin diwujudkan untuk kemaslahatan umat; 2. Mengidentifikasi akar masalah, fokus kebutuhan, serta target produk imajinasi; 3. Mencari berbagai rujukan yang dapat memberi inspirasi bagi lahirnya ideide baru dalam upaya memecahkan masalah atau mewujudkan keinginan di atas;



12



4. Merumuskan berbagai alternatif solusi atau produk yang belum pernah atau jarang dilakukan orang lain; 5. Menilai setiap alternatif solusi melalui diskusi secara transparan agar dapat menemukan alternatif terbaik; 6. Mengembangkan alternatif terpilih menjadi sebuah karya inovatif. Dengan bergulirnya reformasi pendidikan telah memberi angin segar bagi perubahan paradigma pembelajaran. Kegiatan belajar tidak hanya dimaknai sebagai proses transfer ilmu pengetahuan dan keterampilan, melainkan berkembang menuju proses pendewasaan dan kematangan intelektual, emosional, dan sosial. Pendidikan lebih diarahkan sebagai investasi sumberdaya manusia, melalui upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam menyongsong masa depan yang lebih baik. Dengan demikian, dalam proses pembelajaran mengandung dua aktivitas penting, yaitu belajar dan mengajar. Hasil pembelajaran tidaklah bersifat instan, melainkan berproses secara sistematis untuk membentuk makna bagi kedua belah pihak, baik siswa sebagai learner maupun pendidik sebagai teacher. Keharmonisan interaksi di antara keduanya akan membangun suasana belajar yang menyenangkan, sehingga pada saatnya akan menumbuh-suburkan semangat untuk berkarya secara kreatif. Kehadiran pendidik professional yang kreatif akan memicu lahirnya inovasi proses dan hasil pembelajaran yang bermutu tinggi.



BAB III PENUTUP



13



A. Kesimpulan Kreativitas dan bakat pada diri peserta didik perlu dipupuk dan dikembangkan. Pendidik dan orang tua peserta didik memiliki peran penting dalam melahirkan peserta didik yang berpikir dan berprilaku kreatif. Kreativitas tidak akan muncul secara instan, melainkan berproses dalam sebuah alur berpikir. Berpikir kreatif awalnya dirangsang oleh munculnya berbagai kepenasaran dan keingintahuan (curioucity), atau didorong oleh kebutuhan untuk memecahkan masalah yang rumit. Kegiatan belajar tidak hanya dimaknai sebagai proses transfer ilmu pengetahuan dan keterampilan, melainkan berkembang menuju proses pendewasaan dan kematangan intelektual, emosional, dan sosial. B. Saran



1. Para tenaga pendidik,khususnya pendidik hendaknya terus mempelajari dan menerapkan berbagai model dan strategi pembelajaran agar kreativitas peserta didik meningkat. 2. Untuk



mentransformasi



dibutuhkan



pendidik



yang



mempunyai



kemampuan pedagogik yang baik. 3. Adanya kerja sama orang tua peserta didik dengan pendidik dan sekolah.



DAFTAR PUSTAKA



14



M.M Sutopo, Tjetjep. 2005. Pengembangan Kreativitas Peserta didik . Bandung: Depdiknas. Salim, Sambas. 2009. Pengembangan Kreativitas. http://www.sambasalim.com S.pd, Trihardiyanti. 2005. Perekembangan Aktivitas Peserta didik Melalui Pembelajaran Bermasalah. http://binatalenta.com// Basuki,



Heru.



2006.



Pengembangan



Kreativitas.



http://www.heru.staff.gunadarma.ac.id//



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan karunia-Nya berupa kesehatan kekuatan, dan kesempatan pada penulis



sehingga



penulis



dapat



menyelesaikan



makalah



dengan



judul



“MERANCANG PENGEMBANGAN KREATIVITAS PESERTA DIDIK” ini. Pendidik pasti mengharapkan keberhasilan dari pembelajaran yang dilaksanakan peserta didik di kelas maupun di luar kelas. Namun dalam



15



pelaksanaannya seorang pendidik banyak sekali mengalami hambatan. Di sinilah pendidik dituntut untuk mengembangkan kreativitas peserta didiknya. Kreativitas peserta didik akan berkembang dengan ada kerja sama pendidik, kepala sekolah serta orang tua. Menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang membangun. Semoga apa yang dilakukan penulis dalam makalah ini bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi para pendidik. Atas segala perhatian, penulis mengucapkan terima kasih.



Jakarta, November 2016



Penulis



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i



i DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN A.



Latar Belakang Masalah................................................................................ 1



16



B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2 C. Tujuan Penulisan Makalah............................................................................. 2 BAB II PEMBAHASAN A. Kreativitas ..................................................................................................... 3 B. Strategi 4P dalam Pengembangan Kreativitas............................................... 5 C. Faktor-Faktor Pengembangan Kreatifitas...................................................... 6 D. Tahapan Berpikir Kreatif .............................................................................. 7 E. Tantangan dan Hambatan Berpikir Kreatif ................................................... 8 F. Pengembangan Kreativitas Dalam Pembelajaran ......................................... 10 BAB III PENUTUP A. Simpulan ....................................................................................................... 12 B. Saran.............................................................................................................. 12 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 13



17



MERANCANG PENGEMBANGAN KREATIVITAS PESERTA DIDIK ii



Digunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan di Sekolah Dasar Dosen Pengampu : Dra. Rosinar, M.Pd



Disusun Oleh: Plorren Setianegara



( 1815142120)



Endang Rachmawati



(1815142126)



Rahayu Ni’mal M.



(1815142131)



Ida Rapida



(1815142139)



Euis Yuyun



(1815143293)



UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN



18



UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2016