14 0 2 MB
PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA SEDERHANA*
Oleh: Billy Otniel Sapan Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Sekolah Tinggi Teknik - PLN
PENDAHULUAN Pencemaran lingkungan terutama di lingkungan perkotaan terjadi sebagian besar akibat limbah rumah tangga. Perairan yang mengalir
di
sekitar
wilayah
perkotaan
juga dialami di hampir semua kota besar di Indonesia. Menurut Sugiharto (1987) sumber utama air limbah rumah tangga dari masyarakat
umumnya tercemar berat akibat limbah cair
adalah
baik domestik maupun industri. Sebagai
perdagangan,
contoh, sungai Ciliwung yang mengalir
berasal
dari
perumahan,
perkantoran,
dan
daerah daerah
rekreasi. Untuk daerah perumahan aliran air
melalui wilayah Bogor, Depok dan DKI
limbah
Jakarta menunjukkan tingkat pencemaran
kepadatan penduduk dan rata-rata per orang
yang buruk. Grafik 1 menunjukkan tingkat
dalam membuang air limbah. Tabel 1
pencemaran yang semakin tinggi seiring
menunjukkan jumlah rata-rata aliran air
dengan tingkat kepadatan penduduk di DAS
limbah dari daerah pemukiman. Aliran air
tersebut
Kementerian
limbah dari daerah perdagangan bervariasi dari
Lingkungan Hidup, 2013). Permasalahan ini
4-1.500 liter per hari. Tabel 2 menunjukkan
(Pusarpedal
-
biasanya
diperhitungkan
melalui
Grafik 1 Status Mutu Air DAS Ciliwung
* Makalah dibuat sebagai Tugas Akhir Matakuliah Teknik Penyehatan Lingkungan pada tanggal 12
Juli 2017.
2 rata-rata aliran air limbah dari daerah
jumlah IPAL dan kapasitasnya yang ada di
perdagangan.
seluruh
wilayah
Indonesia
(Pusdatin
-
Kementerian PU-PR, 2015). Provinsi
Tabel 1 Rata-rata Aliran Air Limbah Dari Daerah Pemukiman
Sumatera Utara Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Banten Bali Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara
Jumlah IPAL Terpusat 2 1 2 5 3 1 1 1 7 1 1
Kapasitas Pengolahan Terpasang Terpakai (m3/hari) (m3/hari) 12.000 10.115 2.852 75 60.480 24.883 101.382 88.800 11.960 5.930 15.500 12.500 2.852 150 51.000 31.185 17.500 1.922 800 320 2.000 100
Tabel 3 Instalasi Pengolahan AIr Limbah Terpadu Kawasan
Harga investasi yang mahal merupakan kendala terbesar pembangunan IPAL. Nilai investasi
yang
dibutuhkan
untuk
pembangunan dan pengoperasian IPAL sekitar 48 milyar sampai 75 milyar (Pemprov Jawa Barat, 2014). Selain itu juga dibutuhkan lahan yang luas untuk pembangunan fasilitas IPAL. Tabel 2 Rata-rata Aliran Air Limbah Dari Daerah Perdagangan
Pemerintah Indonesia sadar akan hal itu, dan melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) baik dalam skala besar maupun dalam skala kecil. Hingga saat ini, baru beberapa kota besar saja
Lokasi IPAL juga harus berada jauh dari pemukiman
penduduk,
karena
dapat
menimbulkan bau tak sedap yang dapat mengganggu lingkungan sosial disekitarnya. Namun teknologi yang semakin berkembang dapat mengurangi bahkan menghilangkan sama sekali bau tidak sedap yang dihasilkan.
di Indonesia yang memiliki IPAL terpusat.
IPAL sederhana dapat menjadi solusi
Sementara daerah lain sistem pengolahan air
atas kendala tersebut. IPAL sederhana dapat
limbahnya dilakukan dalam lingkup kawasan.
dibangun di tiap wilayah kecil misalnya di tiap
IPAL terpadu saat ini terbanyak berada di
wilayah Rukun Tetangga (RT). Selain itu, luas
Provinsi Jawa Barat berjumlah 5 buah dengan
lahan yang dibutuhkan juga hanya sekitar 10
kapasitas pengolahan seluruhnya sebesar
m2, dan dapat dibuat taman diatasnya untuk
101.382 m3/hari. Tabel 1 menunjukkan data
memperindah lokasi IPAL sederhana tersebut. IPAL sederhana ini merupakan solusi yang
sangat
baik
untuk
mengurangi
dampak
Akan tetapi, secara garis besar zat-zat yang
lingkungan yang ditimbulkan oleh masyarakat
terdapat
di
dalam
air
limbah
dapat
dan sekaligus meningkatkan kualitas hidup
dikelompokkan seperti skema berikut ini.
masyarakat.
AIR LIMBAH Air
limbah
kota-kota
besar
di
Indonesia secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga yaitu air limbah industri dan air limbah domestik yakni yang berasal dari buangan rumah tangga dan yang ketiga yakni
Bagan 1 Skema Pengelompokan Bahan yang Terkandung Di Dalam Air Limbah
Sifat-sifat
limbah
dibedakan
menjadi tiga bagian besar diantaranya:
air limbah dari perkantoran dan pertokoan
1. Sifat fisik
(daerah komersial). Saat ini selain pencemaran
2. Sifat kimiawi
akibat limbah domestik telah menunjukkan
3. Sifat biologis
tingkat
air
yang cukup serius. Di Jakarta
misalnya, sebagai akibat minimnya fasilitas pengolahan air limbah kota (sewage system)
1. Sifat Fisik Air Limbah Penentuan derajat kekotoran air
badan-badan
limbah sangat dipengaruhi oleh adanya sifat
sungai oleh air limbah domestik, bahkan badan
fisik yang mudah terlihat. Adapun sifat fisik
sungai yang diperuntukkan sebagai bahan
yang penting adalah kandungan zat padat
baku air minum ikut tercemar.
sebagai efek estetika dan kejernihan serta bau
mengakibatkan
tercemarnya
Beberapa ditimbulkan
masalah
oleh
yang
buangan
dapat
limbah
cair
domestik antara lain : a. merusak
keindahan/estetika,
karena
pemandangan menjadi tidak sedap dan berbau busuk b. menimbulkan kerusakan lingkungan c. merusak dan membunuh kehidupan di dalam air d. membahayakan kesehatan. Sesuai dengan sumber asalnya, maka air limbah mempunyai komposisi yang sangat bervariasi dari setiap tempat dan setiap saat.
dan warna dan juga temperatur. Suhu, dapat disebabkan oleh keadaan sekitar maupun air panas yang dibuang ke saluran dari rumah maupun industri. Suhu mempengaruhi kehidupan biologis, kelarutan oksigen dan gas lain, kerapatan air, daya viskositas dan tekanan permukaan. Suhu dapat diukur dengan termometer. Kekeruhan, dapat disebabkan oleh bendabenda yang tercampur seperti limbah padat, garam tanah liat, bahan organik halus dari buah, alga dan organisme kecil. Kekeruhan menimbulkan pemantulan sinar sehingga mengurangi produksi oksigen tanaman air, juga mengotori pandangan dan mengganggu kehidupan. Kekeruhan diukur dari
3
4 pembiasan cahaya dan penyerapannya terhadap perubahan skala standar. Warna, dapat disebabkan oleh benda terlarut seperti sisa bahan organik dari daun dan bahan-bahan lainnya. Warna menurunkan kualitas keindahan air. Warna diukur dari perubahannya terhadap skala standar. Bau, dapat disebabkan oleh bahan volatil, gas terlarut, hasil pembusukan bahan organik, minyak dari mikroorganisme. Bau merupakan petunjuk adanya pembusukan air limbah, untuk itu perlu adanya pengolahan, dan juga mengganggu udara sekitar. Bau diukur dengan kepekaan indra penciuman manusia terhadap bau tak sedap. Bahan Padat, dapat disebabkan oleh benda organik maupun anorganik yang terlarut maupun tercampur. Bahan padat mempengaruhi jumlah organik padat, garam dan juga menjadi petunjuk pencemaran atau kepekatan limbah yang meningkat. Bahan padat diukur menggunakan teknik analisis gravitasi, SS, DS dan TSS. 2. Sifat Kimiawi Air Limbah
geologis tempat air berasal dan meningkat karena aktivitas manusia seperti bahan tambah yang digunakan di rumah. Tabel 4 menunjukkan kandungan bahan mineral yang ada di dalam limbah rumah tangga.
Tabel 4 Kandungan Bahan Mineral Yang Ada Di Dalam Limbah Rumah Tangga
3. Sifat Biologis Air Limbah Pemeriksaan biologis di dalam air dan air limbah untuk memisahkan apakah ada bakteri-bakteri patogen dalam limbah. Hal ini untuk menaksir tingkat kekotoran air limbah sebelum dibuang ke badan air. Dalam pengolahan
air
limbah
diharapkan
pertumbuhan bakteri yang heterogen seperti di
Kandungan bahan kimia yang ada di
alam. Bakteri ini akan memakan zat organik di
dalam air limbah dapat merugikan lingkungan
dalam air limbah. Secara alamiah air limbah
melalui berbagai cara. Secara umum bahan
akan kembali menjadi jernih setelah sekian
kimia dikelompokkan menjadi dua, bahan
lama. Untuk mempercepat proses tersebut
organik dan bahan anorganik.
dilakukanlah pengolahan air limbah.
Bahan Organik, adalah bagian dari kelompok binatang dan tumbuhan serta hasil kegiatan manusia yang berhubungan dengan komponen bahan organik tiruan. Pada umumnya kandungan bahan organik yang dijumpai dalam air limbah berisikan 40-60% adalah protein, 25-50% berupa karbohidrat, serta 10% lainnya berupa lemak atau minyak. Bahan Anorganik, adalah kandungan mineral-mineral yang dipengaruhi formasi
INSTALASI
PENGOLAHAN
AIR
LIMBAH (IPAL) IPAL terdiri dari beberapa tahap dalam penjernihannya, yakni tahap pendahuluan, tahap primer, tahap sekunder dan tahap tersier.
1. Tahap Pendahuluan Tujuannya
adalah
menghilangkan
material-material besar yang sering ada dalam air limbah. Lebih lanjut, tahap ini memisahkan material-material terapung yang terbawa aliran air. Tahapan pendahuluan umumnya terdapat pemisah pasir, saringan pasir kasar, dan
Gambar 2 Aerasi
pemecah benda besar. Sebagai tambahan tahapan ini membantu menghilangkan gemuk dan minyak. Proses ini menurunkan BOD air limbah kira-kira 15-30%. Alat yang digunakan dalam tahapan ini adalah kamar pemisah dan penghancur. Penghancur. Peralatan ini terdiri dari saringan untuk mencegah material yang lebih besar masuk lebih lanjut ke proses selanjutnya dan beberapa pemotong yang dipasang setelah saringan untuk memotong padatan yang lolos dari saringan.
Gambar 3 Vortex
2. Tahap Primer Tujuannya
adalah
memisahkan
komponen padat dari air limbah dengan sedimentasi. Komponen ini dapat berupa elemen organik seperti fosfor, nitrogen, dan logam yang terhubung pada komponen padat. Dilain pihak, elemen koloid dan terlarut akan tetap dan tidak terpengaruh. Peralatan yang digunakan pada tahap ini adalah tangki sedimentasi dan penjernih serta pencerna anaerobik.
Gambar 1 Penghancur
Tangki Sedimentasi dan Penjernih. Penjernih aliran permukaan dan penjernih Rector adalah dua tipe tangki sedimentasi, bekerja dengan baik jika karakteristik air limbah dan tekanan hidrolis konstan.
Kamar Pemisah. Tujuannya adalah memisahkan minyak dan semi cairan. Ada dua macam kamar pemisah, Aerasi dan Vortex.
5
6
Gambar 4 Tangki Sedimentasi dan Penjernih
Pencerna Anaerob. Hampir seluruh limbah primer diperlakukan secara biologis dalam sistem ini. Pencerna anaerob digunakan pada IPAL besar.
Gambar 6 Rotating Biological Contractor
Gambar 7 Saringan Resapan
4. Tahap Tersier dan Reklamasi Air
Gambar 5 Pencerna Aerob
Limbah 3. Tahap Sekunder
Tujuannya
Tahapan ini dilakukan setelah proses
adalah
untuk
menghilangkan zat-zat tertentu dari air limbah
proses
yang tidak dapat dihilangkan oleh tahapan
pembersihan dengan menghilangkan elemen
sekunder seperti zat-zat racun, elemen organik
organik dan partikel padat yang tersisa. Juga
dan partikel padat. Tahap tersier menggunakan
penghilangan biodegradable dan material
arus sungai untuk mendaur ulang atau
organik koloid menggunakan aerobik biologis.
pengurangan panas industri dan peremajaan air
Bakteri akan mengompos material organik
tanah. Kontrol dan penghilangan nutrien
halus dalam reaktor yang terdiri dari kolam
adalah pengolahan untuk menghilangkan
oksidasi, laguna aerasi, tangki aerasi, Rotating
nitrogen dan fosfor secara kimiawi, biologis,
Biological Contractor dan saringan resapan.
atau kombinasi keduanya. Juga beberapa
primer
yang
menyelesaikan
pengolahan
physio-chemical
seperti
sedimentasi, koagulasi kimiawi, filtrasi dan flokulasi penurunan racun dalam air.
IPAL SEDERHANA
Keunggulan
IPAL sederhana merupakan salah satu
•
Sistem pengaliran secara gravitasi
teknologi yang dapat diaplikasikan untuk
•
Tidak menggunakan energi listrik
menanggulangi limbah cair, kombinasi proses
•
Mudah dalam pengoperasian
pengolahan air limbah secara biologi dan
•
Tidak memerlukan tenaga ahli
fisika, yaitu sistem anaerob upflow filter
•
Biaya
operasi
relatif
lebih
murah
(proses pengolahan secara biologi) dan multi
dibandingkan jika menggunakan proses
saringan (proses pengolahan secara fisika).
fisika dan kimia.
Fungsi Teknologi Mereduksi kadar bahan pencemar yang terkandung dalam air limbah rumah tangga, seperti parameter BOD (Biochemical Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), zat padat tersuspensi dan total nitrogen. Gambar 9 Bak Anaerob Upflow Filter
Spesifikasi Teknik • Saluran Pembawa dan Bak Pengumpul o Saluran pembawa (5,00 x 0,30 x 0,30 m) o Bak pengumpul (1,00 x 1,00 x 1,00 m) • Saringan halus (0,35 x 0,34 m) • Bak Anaerob Upflow Filter (3,50 x 1,20 x 1,80 m) Gambar 8 Bak Multi Saringan Horizontal
7
8 • Bak Multi Saringan Horizontal (2,88 x 0,50 x 0,60 )
menjadi
alamiah
kembali.
Air
limbah
domestik akan kembali menjadi seperti sedia kala hanya dengan membiarkannya. Namun, produksi
limbah
membutuhkan
yang
semakin
pembuatan
IPAL
banyak untuk
mempercepat proses peremajaan kembali air tersebut. IPAL dapat dibuat dalam skala yang besar untuk kebutuhan perkotaan yang besar, Gambar 10 Bak Pengumpul
namun dapat juga dibuat dalam skala kecil
IPAL sederhana ini sangat cocok untuk
dengan teknologi sederhana untuk lingkungan
komunal tingkat rendah seperti wilayah RT.
yang kecil. IPAL sederhana ini selain sebagai
Luas lahan yang dibutuhkan hanya sekitar 10
pengolahan air limbah, dapat juga dipadukan
2
3
m . Kapasitas pengolahan kira-kira 150m per
menjadi ruang terbuka hijau (RTH).
hari. IPAL ini juga dapat dibuat menjadi taman diatasnya, guna memperindah tampilannya
SARAN
sekaligus menjadi ruang terbuka hijau (RTH). Dengan adanya IPAL sederhana seperti ini maka kualitas lingkungan menjadi lebih terjaga serta kualitas kehidupan menjadi meningkat.
dapat
lebih
memperhatikan
kualitas
lingkungan terutama kualitas air yang menjadi kebutuhan utama semua makhluk hidup. Pembangunan IPAL sederhana seperti ini dapat menjadi solusi atas biaya investasi
KESIMPULAN Alam
Penulis menyarankan agar pemerintah
pembangunan IPAL terpadu yang sangat memiliki
cara
untuk
mengembalikan keadaan yang tidak alamiah
mahal.
Daftar Pustaka Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. 2014. “Pengelolaan Air Limbah Perkantoran (Studi Kasus IPAL Gedung BPPT)”. Jakarta. Kordrostami, Sasan. 2015. “Sewage/Wastewater Treatment: Literature Review”. Berlin: ResearchGate. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2015. “Informasi Statistik Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat”. Jakarta. Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup. 2013. “Pemantauan Kualitas Air Sungai Ciliwung”. Jakarta. Santoso, Slamet. 2014. “Limbah Cair Domestik: Permasalahan dan Dampaknya Terhadap Lingkungan”. Makalah. Purwokerto: Universitas Jendral Soedirman. Sugiharto. 1987. “Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah”. Jakarta: UI-Press. Supriyatno, Budi. 2000. “Pengelolaan Air Limbah Yang Berwawasan Lingkungan Suatu Strategi dan Langkah Penanganannya”. Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol. 1, No. 1, hal. 17-26. Thompson, James R. dan Don Etchison. 1987. “Wastes From Water Treatment Plants: Literature Review, Results Of An Illinois Survei And Effects Of Alum Sludge Application To Cropland”. Illinois: Illinois State Water Survey. United States Environtmental Protection Agency. 2011. “Drinking Water Treatment Plant Residuals Management Technical Report”. Washington DC. Website Resmi Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 2014. “Investasi Pembangunan IPAL Terpadu”. Dalam http://jabarprov.go.id/index.php/news/8086/2014/01/20/Investasi-PembangunanIPAL-terpadu. (Diakses pada 11 Juli 2017). Wulandari, Dyah Ari. 2007. “Penanganan Sedimentasi Waduk Mrica”. Jurnal Berkala Teknik Keairan, Vol. 13, No. 4, hal. 264-271. Wirawan, Wiweka Arif, et al. 2014. “Pengolahan limbah cair domestik menggunakan tanaman Kayu Apu (Pistia Stratiotes L.) Dengan teknik tanam hidroponik sistem DFT (Deep Flow Technique)”. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Vol. 1, No. 2, hal. 63-70.
9