Pengukuran Kecernaan in Vivo - Rusenda Puspareni [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PERALATAN DAN TEKNIK LAB PENGUKURAN KECERNAAN IN VIVO



Oleh :



Rusenda Puspareni



195050109111013



FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2020



Prinsip Kecernaan in vivo merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menentukan kecernaan pakan menggunakan hewan percobaan dengan analisis pakan dan feses, dengan metode in vivo dapat diketahui pencernaan bahan pakan yang terjadi didalam saluran pencernaan ternak, sehingga nilai kecernaan pakan yang diperoleh mendekati nilai sebenarnya. Daya cerna merupakan persentase nutrient yang diserap dalam saluran pencernaan yang hasilnya akan diketahui dengan melihat selisih antara jumlah nutrient yang dikonsumsi dengan jumlah nutrient yang dikeluarkan dalam feses. Kecernaan bahan pakan dapat dihitung dengan rumus : Kecernaan %=



Nutrien Pakan−Nutrien Feses x 100 % Nutrien Pakan



Kecernaan in vivo dapat diprediksi daya cernanya lebih sempurna (mendekati kenyataan) dengan metode Tilley dan Terry, yang dilakukan dengan pertama-tama pakan diinkubasikan di dalam buffer dan cairan rumen pada kondisi anaerob selama 48 jam. Tahap kedua, mikroba rumen dimatikan dengan asam hidrokhlorida sampai pH sekitar 2, kemudian dicerna dengan pepsin dan diinkubasi selama 24 jam. Bahan Bahan yang digunakan pada kecernaan in vivo adalah feses ternak yang akan digunakan sebagai objek dan pakannya.



Alat Alat yang digunakan pada kecernaan in vivo terdiri dari wadah untuk penampungan feses, timbangan untuk ternak, timbangan untuk feses dan pakan. Prosedur Kecernaan in vivo dibedakan menjadi tiga yaitu tahap adaptasi, tahap pendahuluan, dan periode koleksi. Periode adaptasi bertujuan untuk membuat ternak yang akan diuji kecernaan beradaptasi dengan pakan yang diberikan, periode ini berlangsung selama 7 sampai 15 hari. Periode pendahuluan berlangsung 4 sampai 10 hari, sedangkan periode koleksi data berlangsung 4 sampai 10 hari.



Periode adaptasi dilakukan dengan pemberian ransum dan air minum, serta pembersihan kotoran dan air kencing. Periode koleksi dilakukan dengan penimbangan jumlah ransum yang diberikan dan jumlah ransum sisa pada keesokan harinya. Konsumsi ransum dapat dihitung dengan cara jumlah ransum yang diberikan dikurang jumlah ransum sisa. Koleksi data lainnya yaitu pengumpulan dan penimbangan produksi feses segar setiap hari yang dilakukan dua kali yaitu pagi hari dan sore. Feses segar diambil cuplikan setiap harinya sebanyak 100 gram dan disatukan, kemudian feses dikeringkan di oven dengan suhu 60 oC selama dua hari untuk mendapatkan data produksi feses kering. Feses kering dan sampel ransum kemudian dianalisis proksimat untuk mendapatkan kandungan makanannya seperti abu, protein kasaar, lemak kasar dan serat kasar. Kandungan BETN diperoleh dari perhitungan : BETN (%) = 100% - abu(%) – protein kasar(100%) – lemak kasar(100%) – serat kasar(%) Penjelasan Faktor yang mempengaruhi kecernaan terdiri dari : Konsumsi pakan berkaitan dengan kecernaan nutrien yang terkandung, sedangkan kecernaan dipengaruhi oleh jumlah serta kandungan nutrient yang dikonsumsi oleh ternak tersebut.



Kandungan dan kualitas nutrien bahan pakan menentukan kecernaan bahan pakan



dan peningkatan kecernaan bahan kering serta peningkatan kecernaan bahan organik. Faktor yang mempengaruhi kecernaan bahan kering, yaitu jumlah ransum yang dikonsumsi, laju perjalanan makanan di dalam saluran pencernaan dan jenis kandungan gizi yang terkandung dalam ransum tersebut, tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum, komposisi kimia, tingkat protein ransum, persentase lemak dan mineral. Kecernaan bahan kering yang tinggi pada ternak ruminansia menunjukkan tingginya zat nutrisi yang dicerna terutama yang dicerna oleh mikroba rumen. Kisaran normal bahan kering yaitu 50.7%-59.7%. Kecernaan bahan organik dalam saluran pencernaan ternak meliputi kecernaan zat-zat makanan berupa komponen bahan organik seperti karbohidrat, protein dan lemak. Faktor yang mempengaruhi kecernaan bahan organik adalah kandungan serat kasar dari bahan pakan. Kecernaan bahan organik erat kaitannya dengan kecernaan bahan kering, karena sebagian dari bahan kering terdiri dari bahan organik.



Kecernaan protein kasar tergantung pada kandungan protein di dalam ransum. Ransum yang kandungan proteinnya rendah, umumnya mempunyai kecernaan yang rendah pula dan sebaliknya. Tinggi rendahnya kecernaan protein tergantung pada kandungan protein bahan pakan dan banyaknya protein yang masuk dalam saluran pencernaan. Faktor pakan mempengaruhi kecernaan karena struktur fisik dan kimia dari tanaman akan menentukan laju dan potensi fraksi pakan yang dapat didegradasi oleh mikroorganisme rumen. Faktor pakan berhubungan erat dengan laju degradasi pakan tersebut. Spesies yang berbeda, dan bagian-bagian dari tanaman dapat mempunyai karakteristik degradasi yang berbeda. Perlakuan terhadap pakan seperti pemotongan, penggilingan dan pemasakan dapat mempengaruhi daya cerna pada ternak. Faktor ternak pada kecernaan seperti volume rumen tergantung dari berat ternak, proses mengunyah dan ruminansia berperan untuk membantu dan memudahkan proses degradasi pakan, dan keadaan produksi ternak itu sendiri serta umur ternak.



DAFTAR PUSTAKA Budiman, A., T. Dhalika., dan B. Ayuningsih. 2006. Uji Kecernaan Serat Kasar dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) dalan Ransum Lengkap Berbasis Hijauan Daun Pucuk Tebu (Saccharum officinarum). Jurnal Ilmu Ternak. 6(2) : 132-135. Chuzaemi, S. 2012. Fisiologi Nutrisi Ruminansia. UB Press : Malang. Novianti, J., B. P. Purwanto., dan A. Atabany. 2014. Efisiensi Produksi Susu Dan Kecernaan Rumput Gajah (Pennisetum Purpureum) pada Sapi Perah FH Dengan Pemberian Ukuran Potongan yang Berbeda. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan. 2(1) : 224-230. Said, N. I. 2014. Kecernaan NDF dan ADF Ransum Komplit dengan Kadar Protein Berbeda pada Ternak Kambing Marica. Skripsi Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar. Prawitasari, R. H., V. D. Y. B. Ismadi., dan L. Estiningdriati. 2012. Kecernaan Protein Kasar Dan Serat Kasar Serta Laju Digesta Pada Ayam Arab Yang Diberi Ransum Dengan Berbagai Level Azolla Microphylla. Animal Agriculture Journal. 1(1) : 471-483. Sugiarto. 2002. Konsumsi, Kecernaan (In Vivo) dan Produksi Gas (In Vitro), Pakan Kering Campuran Acacia villosa, Calliandra calothyrsus atau Leucaena diversifolia dengan Rumput Gajah pada Domba. Skripsi Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.