Perencanaan Satuan Pendidikan Luar Sekolah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH MANAJEMEN PNF “Perencanaan Satuan Pendidikan Luar Sekolah” Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Manajemen PNF



Dosen Pengampu : Dr.Soedjarwo, M.S.



Disusun Oleh : Esa Larasati



19010034044



Marsha Arga Natania



19010034050



Riri Novrianti



20010034083



FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA TAHUN 2021



BAB I PENDAHULUAN 1.1



LATAR BELAKANG Dalam UU No. 20 tahun 2003, tentang Sisdiknas, dinyatakan bahwa pendidikan nasional diselenggarakan melalui tiga jalur, yaitu: pendidikan formal, nonformal, dan informal. Melalui jalur pendidikan nonformal, pemerintah melalui Dirjen Pendidikan Luar Sekolah (PLS), yang kini berubah nama menjadi Dirjen PAUDNI berusaha memberdayakan masyarakat melalui program-program PLS. Sebelum menjalankan program ada baiknya melakukan tahap perencanaan kegiatan terlebih dahulu, agar kegiatan yang dilaksanakan tepat megenai sasaran. Perencanaan merupakan titik awal dari sebuah proses pelaksanaan program. Perencanaan sendiri memiliki peran penting dalam penentuan keberhasilan sebuah pelaksanaan program. Perencanaan, merupakan bagian dari bagian proses manajemen dimana didalam proses manajemen terdapat fungsi pelaksanaan, pengorganisasian, penggerakan, pembinaan, penilaian dan pengembangan. Penyelenggaraan pendidikan luar sekolah tak lepas dari konsep manajemen, dimana didalamnya terdapat komponen perencanaan. Seperti ditekankan oleh Djudju Sudjana (2000 : 56) , Penyelenggaraan manajemen PLS, :”Manajemen pendidikan luar sekolah terdiri atas enam fungsi yang berurutan. Keenam fungsi tersebut adalah perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, pembinaan, penilaian dan pengembangan”. Sedangkan menurut Waterson (1965) mengemukakan bahwa pada hakekatnya perencanaan merupakan usaha sadar,terorganisasi, dan terus menerus dilakukan untuk memilih alternatif yang terbaik dari sejumlah alternatif tindakan guna mencapai tujuan. Perencanaan bukan kegiatan yang tersendiri melainkan merupakan suatu bagian dari proses pengambilan keputusan yang kompleks. Berdasarkan hal tersebut, perencanaan adalah aspek penting dalam menyusun kegiatan. Cakupan materi yang akan dijelaskan dalam makalah ini adalah bagamaina cara melaksanakan perencanaan pendidikan pada lembaga pusat terapi anak berkebutuhan khusus Esya, agar tujuan dari pendidikan ini dapat tercapai, yaitu agar anak berkebutuhan khusus memiliki kemandirian dan keterampilan yang ada pada anak berkebutuhan khusus.



1.2



RUMUSAN MASALAH 1. Apa definisi perencanaan 2. Apa saja indikator atau langkah – langkah dari sebuah perencanaan 3. Bagaimana cara melaksanakan perencanaan pendidikan pada lembaga pusat terapi anak berkebutuhan khusus Esya, sebagai contoh dari perencanaan pada satuan Pendidikan Luar Sekolah. 4. Sebutkan teori apa saja yang ada dalam perencanaan



1.3



TUJUAN Tujuan penulisan ini dibagi menjadi dua, yakni tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dalam penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen PNF. Tujuan khususnya adalah untuk memahami dan memberi contoh tentang perencanaan pada satuan Pendidikan Luar Sekolah.



1.4



MANFAAT a. Menambah wawasan mengenai pendidikan Nonformal b. Mengetahui indikator atau langkah – langkah dari sebuah perencanaan c. Mengetahui sebuah contoh dari perencanaan pada satuan Pendidikan Luar Sekolah d. Mengetahui beberapa teori dalam perencanaan



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Perencanaan Perencanaan merupakan suatu proses awal yang digunakan untuk memilih tujuan dan menentukan cakupan pencapaiannya. Merencanakan bisa diartikan dengan pengunaan sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan. 2.2 Indikator atau Langkah-Langkah dari Sebuah Perencanaan Adapun langkah-langkah yang harus di tempuh dalam merencanakan penyelenggaraan pendidikan non formal, antara lain: 1. Melakukan Studi Kelayakan. Studi kelayakan ini dimaksudkan untuk melihat kondisi daerah yang akan dijadikan sebagai lokasi sasaran. Aspek yang perlu mendapat perhatian antara lain: a. Tingkat penghidupan masyarakat b. Sarana pendidikan yang ada. c. Sumber mata pencaharian penduduk d. Potensi alam dan lingkungannya e. Kesehatan lingkungan (gizi, kondisi rumah dll.) f. Tata cara hidup bersama, adat istiadat, kebiasaan dll. g. Sarana peribadatan dan kegiatan-kegiatan keagamaan. h. Sifat khas masyarakat yang menonjol.



2. Analisis Studi Kelayakan Hasil analisis studi kelayakan ini, memberi gambaran situasi atau keadaan lokasi menurut aspek-aspek yang diteliti. Selanjutnay dapat disusun alternatifalternatif sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. 3. Menetapkan Daerah Pengembangan Hasil analisis dan alternatif-alternatif yang tersedia, dapatlah ditentukan lokasi sasaran yang dapat dijadikan sebagai lokasi binaan. -



Merumuskan Tujuan.



Setelah menetapkan lokasi sasaran, maka perlu merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan PLS. 4. Menentukan Populasi Sasaran Deskripsi yang tepat mengenai populasi sasaran sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan suatu perencanaan. Sasaran adalah hasil yang akan peroleh pada akhir kegiatan operasional. Sasaran



adalah



penggambaran



hal



yang



ingin



diwujudkan



melalui



tindakantindakan yang diambil sekolah guna mencapai tujuan (target terukur). Sasaran adalah hasil yang akan dicapai secara nyata oleh sekolah atau unit yang ada di sekolah dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur, dalam kurun waktu satu tahun.Dalam sasaran dirancang pula indikator sasaran, yaitu ukuran tingkat keberhasilan pencapaian sasaran untuk diwujudkan pada tahun bersangkutan. Setiap sasaran disertai target masing-masing. Sasaran diupayakan untuk dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu/tahunan secara berkesinambungan sejalan dengan tujuan yang ditetapkan. Rumusan sasaran yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut.



a. Sasaran harus sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku serta sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah pusat, propinsi, maupun kabupaten/kota. b. Sasaran ditetapkan mengacu pada dan merupakan milestone pencapaian visi, misi, tujuan sekolah, strategi, serta kebijakan dan tujuan yang dituangkan dalam Renstra Sekolah. c. Sasaran harus dapat dijabarkan ke dalam sejumlah indikator kinerja. d. Sasaran harus mengacu pada masalah-masalah yang teridentifikasi dalam telaah diri dan merupakan upaya yang dikembangkan untuk menjawab isu-isu stratejik. e. Sasaran



harus



merupakan



tindak



lanjut



dari



pengalaman



atau



permasalahan yang teridentifikasi pada tahun sebelumnya. f. Spesifik, sasaran menggambarkan hasil spesifik yang diinginkan, dan bukan cara pencapaiannya. g. Dapat dinilai dan terukur, sasaran harus terukur dan dapat digunakan untuk memastikan apa dan kapan pencapaiannya. h. Menantang namun dapat dicapai, tetapi tidak boleh mengandung target yang tidak layak. i. Berorientasi pada hasil, sasaran harus mensepesifikasikan hasil yang ingin dicapai. Ada 3 hal yang perlu mendapat perhatian antara lain: -



Motivasi, kecenderungan dan minat peserta.



-



Kegairahan dan kemampuan peserta



-



Harapan-harapan dan cita-cita. 5. Mengidentifikasi Kebutuhan Belajar Kebutuhan belajar sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar. Yang berkaitan dengan hal ini: a. Apa yang ingin diketahui / dipelajari b. Sumber-sumber belajar yang dapat mendukung kebutuhan belajar masyarakat.



c. Kebutuhan belajar yang belum terungkapkan. d. Mempertemukan kebutuhan belajar dan sumber belajar. 6. Merencanakan Penyampaian yang Tepat Ada beberapa bentuk sistem penyampaian yang dapat digunakan dalam pengembangan program PNF : a. Siaran pendidikan melalui radio dan televisi b. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat c. Sistem Belajar Jarakn Jauh d. Buku-buku Paket dan rekaman penjelasannya. e. Ceramah-ceramah reguler f. Taman Bacaan Masyarakat g. Pameraan-pameran Pendidikan. 7. Menetapkan Tugas-Tugas Pengembangan dan Pelaksanaan Kegiatan. Melalui diskusi bersama-sama dengan para peserta dan tokoh-tokoh masyarakat, maka dapat ditetapkan : a. Tempat dan waktu belajar b. Bahan belajar dan alat-alatnya c. Cara penyajian bahan d. Jumlah peserta e. Narasumber dll.



8. Melatih Calon-Calon Pelatih Untuk keberlanjutan program PLS ini, perlu dilakukan pelatihan bagi tenaga setempat dalam beberapa jenis pengetahuan dan keterampilan yang memang diperlukan. Dalam hal ini perlu diidentifikasi tenaga-tenaga yang dapat dilatih sebagai calon pelatih.



2.3 Contoh dari perencanaan pada satuan Pendidikan Luar Sekolah “Lembaga Pusat Terapi Anak Berkebutuhan Khusus Esya” a. Pelaksanaan kegiatan Apa yang telah direncanakan, kini saatnya dilaksanakan. Mungkin saja dapat terjadi perubahan-perubahan yang diperlukan bilamana kenyataan lapangan ada sesuatu yang sulit untuk dilaksanakan. Penerapan perencanaan : 1) Tempat dan Waktu Belajar Tempat pelaksanaan program ini adalah di Pondok Jati AA/1 Kelurahan Pagerwojo Kecamatan Buduran. Waktu pelaksanaan kegiatan pembelajaran dilaksanakan setiap hari Senin-Jum’at mulai pukul 08:0017:00 WIB. Dengan akumulasi pertemuan mulai dari 2-3 kali dalam seminggu, namun juga daoat mengambil satu minggu penuh, banyaknya waktu 2 jam di setiap harinya dengan sistem one teacher one student. 2) Bahan Belajar dan Alat-Alatnya Sarana yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan Pusat Terapi Anak Berkebutuhan Khusus “Esya” terdiri dari : a) Alat tulis dan kantor b) Materi untuk peserta didik c) Buku penghubung d) Papan penilaian e) Alat peraga edukatif f) Permainan edukatif g) Media keterampilan dan prakarya



3) Cara Penyajian Bahan Untuk cara penyajian bahan ini sangat berbeda dengan metode pada umumnya, untuk anak berkebutuhan khusus ini lebih memiliki pendekatan khusus untuk meningkatkan mood peserta didik dan mendeketkan pendidik dengan peserta didik. Metode ABA (Applied Behaviour Analysis) dirasa cocok apabila diaplikasikan untuk anak berekebutuhan khusus. 4) Jumlah Peserta Didik Jumlah peserta didik di Pusat Terapi ABK “Esya” berjumlah 30 peserta didik dengan usia, diagnosis dan karakter yang bervariasi serta latar belakang yang berbeda. 5) Narasumber Narasumber yang terdapat di pusat terapi anak berkebutuhan khusus “Esya” ini adalah pendidik dan memiliki kompetensi yang telah diuji. Waluapun beberapa pendidik tidak memiliki kemampuan khusus anak berkebutuhan khusus namun pendidik tetap memiliki kemampuan dan belajar secara otodidak. 6) Melatih Calon-Calon Pendidik Pendidik dari Pusat Terapi ABK “Esya” ini selalu mengikuti kegiatan pelatihan, seminar ataupun workshop agar peserta didik terus mengasah kemampuannya dalam mendidik peserta didik sehingga kualitas lembaga semakin baik. Walaupun latar belakang pendidiknya bukan berasal dari ahli anak berkebutuhan khusus namun pendidik dilatih secara otodidak agar pendidik mampu untuk mendidik Anak Berkebutuhan Khusus. Hal ini dirasa mampu karena hasilnya peserta didik menunjukkan progress yang maksimal. 7) Pelaksanaan Kegiatan Di Pusat Terapi ABK “Esya” melakukan kegiatan belajar mengajar setiap hari Senin sampai Jum’at pukul 08:00-17:00 WIB (wali murid



bisa mengambil jadwal sesuai dengan kebutuhan peserta didik). Sistem pembelajaran di pusat terapi ini adalah one teacher one student sehingga dapat dengan optimal melakukan kegiatan pembelajaran. Beberapa program yang ddilakukan di Pusat Terapi ABK “Esya” diantaranya, outing yang dilakukan satu bulan sekali dengan berbagai kegiatan, misalnya menanam, cooking class (kelas memasak), berbelanja di super market (mengenalkan anak konsep mengantri, mengenal sayur mayur dan buah-buahan) dan lain sebagainya. Program yang lain adalah outbound yang dilaksanakan satu tahun sekali diberbagai tempat, misalnya di Pondok Strawberry Pacet, Duren Sewu Pandaan dan lain sebagainya. Program tahunan lainnya adalah Pentas Seni (Pensi) yang biasanya dilaksanakan di Lippo Mall Sidoarjo, kegiatan ini anak akan menunjukkan bakatnya, contohnya seperti menari, menyanyi, membaca puisi dan memainkan alat musik. Selain itu pensi yang dilaksanakan diluar kawasan pusat terapi agar anak menunjukkan potensinya kepada masyarakat lain bahwa anak special memiliki kemampuan dan tidak ada yang perlu dibedabedakan. Kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan merupakan kegiatankegiatan yang bersifat edukatif. Makna edukatif bukan hanya didalam kelas melainkan diluar kelas pula. Jadi kegiatan di Pusat Terapi ABK “Esya” bukan hanya melaukan pembelajaran didalam kelas, peserta didik juga diajak untuk mengenal dunia luar dan bersosialisasi kepada orang lain. 8) Evaluasi Program Evaluasi dilakukan setiap 3 bulan sekali, mulai dari kegiatan akademik dan kegiatan non akademik, sehingga program dapat di lihat dari segi efektivitas, kelayaakan, efesien dan relevansinya. b. Menghubungkan dengan Indikator atau Langkah-Langkah a) Studi Kelayakan



Pusat Terapi Anak Berkebutuhan Khusus “Esya” didirikan pada tahun 2004 yang pada awal didirikannya beralamatkan di Pondok Jati AF/12 Sidoarjo. Namun status gedung masih belum milik lembaga melainkan masih menyewa, oleh karena itu pada tahun 2008 owner memutuskan untuk pindah di Pondok Jati AA/1 Sidoarjo agar Pusat Terapi ABK memiliki gedung sendiri guna menunjang kualitas lembaga. Lokasi tersebut dipilih karena strategis dan berada pada pusat kota sehingga mudah untukditempuh. Selain itu harga tanah dilokasi tersebut terhitung sangat ekonomis. Tingkat penghidupan masyarakat dilokasi tersebut rata-rata cukup tinggi karena merupakan perumahan yang elit yang rata-rata mata pencaharian penduduk sebagai pengusaha, guru dan aparat negara seperti polisi dan TNI. Untuk sarana yang terdapat di Pondok Jati AA/1 Sidoarjo yang meliputi sarana pendidikan, peribadatan atau kegiatan keagaman lainnya sudah menunjang. Lokasi tersebut dikelilingi oleh berbagai sistem pendidik, baik pendidikan formal dari berbagai jenjang dan non formal seperti contoh kursus, PAUD dan daycare. Lokasi tersebut merupakan perumahan yang notabene dihuni oleh masyrakat dengan ekonomi atas. Sehingga lingkungan disekitar lokasi relatif sepi karena kesibukan dari masing-masing masyarakatnya (bekerja, bersekolah dan lain sebagainya). Sebenarnya lokasi dan kondisi lingkungan di daerah tersebut sangat tepat, namun yang disayangkan ialah masyarakat sekitar yang tidak menerima kehadirannya Pusat Terapi ABK disekitar rumah mereka karena beberapa alasan, salah satu alasannya karena bising dan mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar. Banyak sekali pertimbangan saat memilih lokasi tersebut, selain dampak negatif yang dapat membuat tujuan Pusat Terapi ABK Esya tidak dapat dicapai dari antusiasme masyarakat sekitar yang kurang baik, namun lokasi tersebut dinilai sangat strategis. Dan dengan segala perencanaan dan pertimbangan maka ditetapkan bahwa lokasi tersebut (Pondok Jati AA/1 Kelurahann Pagerwojo Kecamatan Buduran, Sidoajo) digunakan sebagai Pusat Terapi ABK “Esya”. b) Analisis Studi Kelayakan



Pusat Terapi ABK “Esya” mempertimbangkan SWOT (kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman). Berikut SWOT Pusat Terapi ABK “Esya” :



1) Strengths (kekuatan) a. Dalam hal pendidik (terapis) yang berkompeten dalam hal menyusun pembelajaran,



menerapkan



pembelajaran



hingga



mengeevaluasi



pembelajaran. b. Metode pembelajaran yang berbeda dari yang lain, di Pusat Terapi ABK “Esya” ini menggunakan metode ABA (Applied Behavior Analysis)



yaitu aplikasi sistematik dari prinsip perilaku dan



hubungannya dengan lingkungan untuk meningkatkan perilaku signifikan secara sosial. Jadi di Pusat Terapi ABK sangat mengedepankan perilaku anak agar saat terjun ke lingkungan atau bersosial mereka (peserta didik) tidak merasa berbeda, bahkan merasa percaya diri. Tujuan menerapkan metode pembelajaran itu adalah agar anak membangun karakter yang berkualitas sehingga menjadi anak yang berkarakter. 2) Weakness (Kelemahan) a. Pendidik tidak memiliki basic pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus, sehingga pendidik harus belajar secara otodidak mengenai anak berkebutuhan khusus. b. Kelemahan selanjutnya ialah sarana prasaran yang terbatas karena sebagian APE (Alat Peraga Edukatif) dibuat oleh pendidik (terpis) yang dianggap kurang terstandarisasi. 3) Opportunities (Kesempatan) Pusat Terapi ABK “Esya” merupakan lembaga yang sangat dibutuhkan sehingga peluang berkembang lembaga ini sangat besar. Walaupun tidak semua lapisan masyarakat membutuhkannya namun lembaga



ini



dirasa



mampu



untuk



membantu



masyarakat



yang



membutuhkan untuk mendidik anak special nya sehingga menjadi anak yang luar biasa.



4) Threats (Ancaman) a. Ancaman Pusat Terapi ABK disebabkan karena persaingan antar lembaga Pusat Terapi ABK, mengingat sarana dan prasarana serta gedung dari lembaga lain yang selalu ditingkatkan agar memenuhi standart sehingga tujuan dapat dicapai. Oleh karena itu, Pusat Terapi ABK “Esya” berusaha untuk memperbaiki dan meningkatkan mulai dari aspek sarana prasarana, metode pembelajaran, pendidik serta kegiatan edukatif. c) Menetapkan Daerah Pengembangan Pusat Terapi ABK “Esya” mentapkan lokasi terapi berada di Pondok Jati AA/1, walaupun terdapat beberapa sisi negatif yang telah dijelaskan pada studi kelayakan tadi, tetapi dari lokasi tersebut juga mempunyai sisi positif. Oleh karena itu owner pusat terapi ABK “Esya” menetapkan lokasi yang telah dipertimbangkan secara matang. Dengan pengembangan secara bertahap misalnya, merapikan taman, memberikan ornamen-ornamen anak-anak. Maka, lokasi tersebut dirasa cukup memenuhi standart untuk membuka Pusat Terapi ABK “Esya” d) Merumuskan Tujuan Pusat Terapi ABK “Esya”, lembaga ini memiliki tujuan, visi dan misi 1) Tujuan Membantu anak-anak berkebutuhan khusus agar anak berkebutuhan khusus memiliki kemampuan, karakter dan bina diri yang baik agar dapat mandiri, tidak minder dan berkehidupan selaras dengan anak normal lainnya dimasa yang akan datang. 2)



Visi



Menjadikan anak berkebutuhan khusus memiliki masa depan yang gemilang. 3) Misi Mendidik anak berkebutuhan khusus memiliki kemandirian dan mampu menyesuaikan diri dengan dunia luar.



e) Sasaran Pusat Terapi Anak Berkebutuhan “Esya” diperuntukan bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus, diantaranya Autisme, Dowm Syndrom (DS), Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), Speech Delay, Lambat belajar, Gangguan belajar, dan lain-lain. Di Pusat Terapi ABK “Esya” ini tidak menitik beratkan pada kemampuan anak pada saat anak masuk Pusat Terapi ABK “Esya” melainkan saat peserta didik / anak mulai melakukan kegiatan belajar dan terapi di Esya. Baru dari situ tim (pendidik) Esya melakukan observasi pada anak, mulai dari kemampuan anak, karakter anak, cita-cita anak dan harpan anak sehingga anak dibantu untuk mencari jalan mimpinya. Jadi di Pusat Terapi ABK ini tidak menentukan bahwa anak yang masuk harus memiliki kemampuan. Melainkan di tempat terapi ini pendidik membantu anak untuk mengetahui apa kemampuannya hingga menggapai mimpinya dengan berjalan sendirinya. Pusat Terapi ABK “Esya” mendesain Alat Peraga Edukatif dengan disesuaikan kebutuhan peserta didik sehingga kebutuhan belajar dapat dipenuhi. Dari pemenuhan kebutuhan belajar peserta didik diharapkan dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dan juga berkarakter. f) Mengidentifikasi Kebutuhan Belajar Cara mengidentifikasi kebutuhan belajar di Pusat Terapi ABK “Esya” ini dengan melukakan berbincang dengan wali murid, mulai dari diagnosis mengenai apa yang terjadi pada anaknya, bagaimana perilaku anak, apa yang wali murid inginkan dari perkembangan anak, apa kemampuan yang dimungkinkan dan apakah anak menunjukan potensinya saat dirumah. Dari sini maka pendidik memahami apa yang dibutuhkan dari anak. Selain mengetahui kebutuhan belajar anak dengan cara sharing dengan wali murid yang bersangkutan, pendidik mengobservasi atau mengamati apa yang dibutuhkan anak dengan jangka waktu tertentu. Dari cara mengamati pendidik mampu untuk menetapkan apa saja materi pembelajaran yang akan diterapkan pada peserta didik.



Setiap peserta didik memiliki perbedaan materi pembelajaran, hal ini terjadi karena kebutuhan belajar setiap pendidik berbeda-beda. Dari dua cara diatas pendidik dapat mengetahui apa kebutuhan belajar peserta didik sehingga materi pembelajaran tidak keluar dari jalur kebutuhan.



g) Penyampaian Anak berkebutuhan khusus dengan anak normal memiliki karakter yang berbeda. Bukan berbeda dalam konteks “mendiskriminasi” melainkan anak berkebutuhan memiliki kekhususan tersendiri. Oleh karena itu dalam menyampaikan materi seorang pendidik harus mampu mengidentifikasi kebutuhan peserta didik dan mengenali peserta didik. Pendidik memerlukan pendekatan khusus agar peserta didik merasa aman dan nyaman bila peserta didik mulai melakukan kegiatan pembelajaran tanpa dampingan orang tua. Selain itu pendidik tidak dapat memaksakan bahwa jam sekian anak harus menyelesaikan materi yang telah dirancang. Pendidik harus menyesuaikan mood dan meningkatkan mood agar kegiatan pembelajaran maksimal. Pendidik juga harus mendisiplinkan anak dan memberi sanksi kepada peserta didik jika salah. Karena terlalu dimanjakan djuga tidak baik bagi tumbuh kembang anak berkebutuhan khusus. Selain itu pendidik juga membuat media pembelajaran yang menarik agar peserta didik tertarik untuk melakukan kegiatan belajar. Dalam setiap pertemuan terdapat tiga kegiatan terdiri atas : 1. Kegiatan Awal (Pendahuluan) a) Berdoa akan memulai pembelajaran b) Bernyanyi c) Beri salam kepada pendidik d) Prakarya 2. Kegiatan Inti a) Bermain (untuk meningkatkan mood peserta didik) b) Materi



3. Kegiatan Akhir a) Istirahat b) Bersosialisasi dengan teman c) Berdoa untuk pulang



h) Pembagian Perencanaan 1) Rencana Strategis Rencana dalam waktu 5-10 tahun yang diinginkan Pusat Terapi ABK “Esya” adalah memperbaiki atau merenovasi bangunan agar kenyamanan dan keamanan pendidik serta peserta didik. Selain itu Pusat Terapi ABK “Esya” menginginkan untuk meningkatkan sarana prasarana, misalnya terdapat tempat bermain yang layak, ruang kelas yang baik. Pusat Terapi ABK “Esya” juga memiliki rencana untuk membuka daycare atau tempat penitipan anak. Rencana ini sudah mulai dirancang sehingga dalam waktu 5-6 tahun lagi Pusat Terapi ABK “Esya” ini sudah mulai berkembang menjadi day care “Esya”. 2) Rencana Operasional Berikut merupakat tabel rencana Pusat Terapi ABK “Esya” dalam jangka pendek : a) Rencana Sekali Pakai Kegiatan Peningkatan kualitas penelitian tindakan kelas (output)



Peningkatan peringkat dalam kejuaraan melukis dan mewarnai



Investasi  Pelatian penelitian tindakan kelas untuk pendidik  Penyediaan jumlah referensi penunjang PTK  Pelatihan pembimbingan bagi pendidik  Penyediaan lukisan peserta didik dari tempat terapi lain yang telah berhasil memenangi lomba lukis dan mewarnai



Peningkatan peserta didik dalam life skills



 



Peningkatan jumlah pendidik yang berkompeten dan sesuai dengan bidang Menyediakan fasilitas atau ruang untuk anak megembangkan potensinya



Rencana sekali pakai merupakan serangkaian kegiatan terperinci yang tidak berulang dalam bentuk yang sama pada waktu yang akan datang. Rencana sekali pakai (single-use plans), dikembangkan untuk mencapai tujuan khusus dan dibubarkan bila rencana ini telah selesai dilaksanakan. Pusat terapi ABK “Esya” memiliki rencana untuk membenahi atap yang bocor sehingga tidak membahayakan pendidik dan peserta didik saat kegiatan pembelajaran. b) Rencana tetap Rencana



tetap



merupakan



pendekatan-pendekatan



bagi



penanganan situasi-situasi yang dapat diperkirakan dan terjadi berulang-ulang dalam kebijakan operasional, prosedur, dan peraturan kebijaksanaan. Di Pusat Terapi ABK “Esya” ini tidak memiliki kebijakan lembaga yang tertulis melainkan kebijakan tergantung pada pendiri lembaga dan kepala sekolah yang telah dipertimbangkan. Pusat Terapi ABK “Esya” hanya berperdoman pada hukum di Indonesia yang berlaku (UUD, UU, Perda dsb) agar tetap dalam batas konteks sehingga tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan. Sejauh ini belum terdapat kebijakan dan peraturan yang tertulis. 2.4 Teori Perencanaan Perencanaan merupakan suatu tindakan yang akan dilakukan untuk membuat keputusan dengan pertimbangan dengan adanya berbagai cara alternatif yang ada. Suatu tindakan yang membutuhkan media untuk mengubah dan mengendalikan sistem sosial. Dalam hal ini ada dua jenis teori perencanaan, yaitu : a.



Teori operasi sistem, sebagai seperangkat komponen yang saling bergantung dengan ruang lingkup, keterkaitan dan stabilitas yang relatif tinggi (Catanese dan Snyder, 1996 :51).



b.



Teori perubahan sistem, yang mengenai bagaimana, kapan dan untuk tujuan apa perubahan itu dilakukan atau hampir seluruh latar belakang dan teknik dari disiplin ilmu terapan di samping dari disiplin ilmu tradisional. Karena adanya perubahan yang sangat tinggi kemana tujuan perencanaan ditetapkan dan metode untuk mencapai tujuan itu, maka timbul pendekatan yang berbeda. Tidak satu pun pendekatan ini lebih baik dari lainnya, tetapi setiap pendekatan tersebut akan lebih memadai dalam suatu keadaan tertentu. Misalnya :  Mengetahui bagaimana cara sekolah  Mengetahui cara menerima pengantin  Mengetahui cara menghadapi tamu atau teman  Mengetahui bagaimana merangkai bunga



BAB III KESIMPULAN Perencanaan adalah suatu aktivitas integratif yang berusaha memaksimumkan efektivitas seluruhnya dari suatu organisasi sebagai suatu sistem, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses perencanaan meliputiaktivitas; 1) prakiraan, 2) penetapan tujuan, 3) pemrograman, 4) penjadwalan, 5) penganggaran, 6) pengembangan prosedur, serta 7) penetapan dan penafsiran kebijakan. Rencana dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu 1) rencana strategis dan rencana operasional. Teori perencanaan berevolusi dalam dua kategori, yaitu 1) teori operasi sistem, 2) teori perubahan sistem. PERT (Teknik Evaluasi dan Peninjauan Program) adalah suatu metode perencanaan dan pengendalian proyek yang bersifat tak terulang, yaitu pekerjaan yang belum pernah dilakukan sebelumnya dan tidak akan dilaksanakan kembali dengan cara yang sama pada waktu yang akan datang. CPM (Metode Jalur Kritis) adalah suatu teknik perencanaan dan pengendalian yang digunakan dalam proyek yang memiliki data biaya dari masa lampau.



EVALUASI Pengevaluasian dalam lembaga Esya ini dilakukan dengan cara dilakukan setiap 3 bulan sekali, mulai dari kegiatan akademik dan kegiatan non akademik, sehingga program dapat di lihat dari segi efektivitas, kelayaakan, efesien dan relevansinya.



DAFTAR PUSTAKA Siswanto, H.B, 2013, Buku Pengantar Manajemen, Bandung. Bumi Aksara Sudjana, 2004, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, Falah Production Stoner dan Wankel (1986 :189). Dalam buku Siswanto, H.B, 2013. (Buku Pengantar Manajemen), Bandung. Bumi Aksara. (Catanese dan Snyder, 1996 :51). Dalam buku Siswanto, H.B, 2013. (Buku Pengantar Manajemen), Bandung. Bumi Aksara. Rahman, Nurdin. 1989. Instruksional Material Perencanaan Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Wahyu Bagja Sulfemi, S. M. (2018). Jurnal Pendidikan. MANAJEMEN PENDIDIKAN NONFORMAL , 81-88. JAMIL, S. (2019). Skripsi. EVALUASI PELAKSANAAN TERAPI DI PUSAT LAYANAN PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS KOTA SEMARANG . Sitompol, H. U. (2014). Proses Komunikasi Interpersonal Antara Terapis Dengan Anak Autis Di Esya Terapi Center Sidoarjo Dalam Proses Terapi Wicara. Jurnal E-Komunikasi.