Petunjuk Blok 5 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

STUDY GUIDE



DENTO-CRANIOFACIAL GROWTH, DEVELOPMENT, AND OCCLUSION (KG.05)



Tim Blok 5: (PJ) drg. Likky Tiara Alphianti, MDSc., Sp.KGA (WPJ) drg. Atiek Driana Rachmawati, MDSc., Sp.KGA (PJ content skills lab) drg. Wustha Fahrani, MDSc



PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI



FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2019/2020 2020/2021



STUDY GUIDE



DENTO-CRANIOFACIAL GROWTH, DEVELOPMENT, AND OCCLUSION



Penyusun : drg. Likky Tiara Alphianti, MDSc., Sp.KGA drg. Indri Kurniasih, M.Med.Ed



Editor drg. Likky Tiara Alphianti, MDSc., Sp.KGA



Kontributor drg. Atiek Driana Rahmawati, MDSc., Sp.KGA drg. Erma Sofiani, Sp.KG drg. Wustha Fahrani, MDSc







2



GAMBARAN BLOK



Dento-craniofacial Growth and Development merupakan Blok Kelima dari kurikulum 2017 tahap sarjana (S1) di Program Studi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Capaian pembelajaran blok ini meliputi capaian pembelajaran sikap, keterampilan umum, pengetahuan dan keterampilan khusus yang telah disesuaikan dengan Kurikulum Perguruan Tinggi (KPT) yang ditetapkan oleh DIKTI dan mengacu standar kompetensi dokter gigi dari Konsil Kedokteran Gigi Indonesia (KKI). Blok ini berisi bahan kajian yang terkait prinsip pembelajaran di perguruan tinggi yang meliputi konsep dan prinsip pertumbuhan dan perkembangan dentokraniofasial, identifikasi kelainan dental, skletal, dan fasial, hubungan penyimpangan tumbuh kembang dentokraniofasial dengan maloklusi, hubungan kebiasaan buruk dengan kelainan oromaksilofasial, serta mampu mengkaji kelainan pertumbuhan dan perkembangan dentokraniofasial sebagai landasan untuk menegakkan diagnosis dan prognosis. Kajian kritis tentang Evidenced Based Dentistry (EBD) juga menjadi salah satu keterampilan yang diajarkan dalam pembelajaran dalam setiap blok kurikulum 2017 ini. Pembelajaran dalam blok ini mengacu pada Standar Kompetensi Dokter Gigi Indonesia (SKDGI) khususnya domain 2 yaitu penguasaan ilmu pengetahuan kedokteran dan kedokteran gigi. Setelah mengikuti proses pembelajaran blok ini mahasiswa diharapkan mampu memahami dan menggunakan ilmu pengetahuan dasar kedokteran dan kedokteran gigi, khususnya berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan dentokraniofasial, sebagai dasar profesionalisme serta pengembangan ilmu kedokteran gigi.







3



DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul



i



Gambaran Blok



iii



Daftar Isi



iv



Area Kompetensi blok



1



Rancangan Pembelajaran



1



Petunjuk Tutorial



14



Petunjuk Praktikum



33



Petunjuk Skills Lab



54



Petunjuk Plenary Discussion



81








4



AREA KOMPETENSI BLOK DENTO-CRANIOFACIAL GROWTH, DEVELOPMENT, AND OCCLUSION Area kompetensi (Domain) dari Standar Kompetensi Dokter Gigi yang akan dicapai pada blok ini yaitu : Domain 2 : Penguasaan Ilmu Kedokteran dan Kedokteran Gigi Memahami ilmu kedokteran dasar, ilmu kedokteran klinik yang relevan, ilmu kedokteran gigi dasar, ilmu kedokteran gigi terapan dan ilmu kedokteran gigi klinik sebagai dasar profesionalisme serta pengembangan ilmu kedokteran gigi. RANCANGAN PEMBELAJARAN A. Karakteristik Mahasiswa Blok ini merupakan lanjutan dari blok Imunitas dan Infeksi dari sistem pembelajaran PBL di PSKG FKIK UMY. Muatan pada blok ini melanjutkan pembahasan terkait ilmu-imu kedokteran dan kedokteran gigi dasar dari blok-blok sebelumnya. Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan mengikuti proses pembelajaran di blok ini secara optimal dengan menerapkan keterampilan sebagai self active learner dengan adult learning approach. Blok ini merupakan blok lanjutan yang memfasilitasi mahasiswa kedokteran gigi agar mampu secara bertahap dan menyeluruh memahami konsep-konsep ilmu kedokteran dan kedokteran gigi, khususnya mengenai pertumbuhan dan perkembangan dentokraniofasial serta identiikasi kelainan yang menyertainya, agar memenuhi standar kompetensi dokter gigi yang telah ditetapkan oleh KKI. B. Capaian Pembelajaran (Learning Outcome) RANAH PENGETAHUAN LO.1. Menguasai konsep teoritis umum tentang dasar-dasar anatomi penyusun kompleks dentocraniofacial. LO.2. Menguasai konsep teoritis mendalam tentang anatomi fungsional komponen penyusun sistem stomatognasi







1



LO.3. Menguasai konsep teoritis secara mendalam tentang struktur jaringan, fungsi dan morfologi gigi desidui dan permanen LO.4. Menguasai konsep teoritis secara mendalam tentang anatomi fungsional jaringan pendukung gigi LO.5. Menguasai konsep teoritis secara mendalam tentang aspek biologi jaringan gigi dan pendukung LO.6. Menguasai konsep teoritis secara umum tentang kelainan perkembangan fisik dan mental anak LO.7. Menguasi konsep teoritis secara mendalam dan prinsip pertumbuhan dan perkembangan dentokraniofasial LO.8. Menguasai konsep teoritis secara umum tentang identifikasi dan patofisiologi kelainan dental, skeletal, dan fasial akibat gangguan tumbuh kembang serta hubungannya dengan fungsi dan estetik LO.9 Menguasai konsep dan prinsip hubungan penyimpangan tumbuh kembang sistem kraniofasial dengan maloklusi LO.10 Mampu mengungkap pengetahuan tentang pewarisan dan keturunan dalam sudut pandang Islam RANAH SIKAP LO.11 Mampu melakukan komunikasi drg-pasien terkait tumbuh kembang LO.12 Mampu melakukan identifikasi morfologi gigi permanen dan desidui LO.13 Mampu melakukan telaah artikel/jurnal ilmiah berbasis bukti (Evidence Based Dentistry)








2



C. Kerangka Kajian dan Topik Pembelajaran



Kode



CP Umum



Kode LO



CP khusus Blok (Learning Objective )



Bidang Ilmu



Topik Pembelaj aran



Bentuk Kegiatan



Estimasi waktu kegiatan



Jumlah SKS



Menguasa i konsep teoritis secara umum tentang anatomi



LO1



Menguasai konsep teoritis umum tentang dasardasar anatomi penyusun kompleks dentocrani ofacial



Anatomi



Anatomi kompleks dento cranio facial (cranium, cavum oris, maksila, mandibula, dental)



Kuliah Panel (drg. Atiek Driana R, MDSc., Sp.KGA & drg. Dwi S, MDSc.)



1 x 2 jam x 0.0625



0.125



Anatomi fungsional otot wajah, mastikasi, dan otot penelanan



Kuliah ELS (drg. Indri Kurniasih, M.Med.Ed)



1 x 2 jam x 0.0625



0.125



Otot-otot wajah, pengunya han, dan penelana n



Praktiku m



1 (@2.5 jam) x 0.0625



Pengantar sistem stomatogn asi dan fungsi gigi sebagai bagian dari komponen sistem stomatogn asi



Kuliah (drg. Fahmi Yunisa, Sp. Prost)



1 x 2 jam x 0.0625



CAPAIAN PENGETA HUAN PP4



PP5







Menguasa i konsep teoritis secara mendala m tentang Morfologi makrosko pis, mikrosko spis dan



3



LO2



Menguasai konsep teoritis mendalam tentang anatomi fungsional komponen penyusun sistem stomatogn asi



Prostodonsi a



0.0625



0.125



Kode



CP Umum



Kode LO



spis dan topografi organ, jaringan penyusun sistem tubuh manusia secara terpadu.



LO3







4



CP khusus Blok (Learning Objective ) asi



Menguasai konsep teoritis secara mendalam tentang struktur jaringan, fungsi dan morfologi gigi desidui dan permanen



Bidang Ilmu



Topik Pembelaj aran



Bentuk Kegiatan



Estimasi waktu kegiatan



Jumlah SKS



Dental Anatomi



Anatomi fungsional articulatio mandibular is (TMJ) (struktur anatomi, gerakan dalam ruang sendi bawah, gerakan dalam ruang sendi atas, gerakan sendi total, dislokasi mandibula)



Kuliah (drg. Indri kurniasih, M.Med.Ed)



1 x 2 jam x 0.0625



Anatomi



Tulang kering kraniumsendi TMJ



Praktiku m



1 (@2.5 jam) x 0.0625



Faal KG



Proses pengunyah an, penelanan, pernafasan , bicara



Tugas mandiri upload ELS (drg. Dyah Triswari, MSc)



1 x 2 jam x 0.0625



Histologi



Histologi cavum oris (lidah, bibir, gingiva)



Praktiku m



1(@2.5 jam)x 0.0625



Dental Anatomi



Anatomi gigi komparat if (Morfologi gigi permanen dan desidui)



Kuliah (drg. Indri Kurniasih, M.Med.Ed)



1 x 2 jam x 0.0625



0.125



Anatomi gigi komparat if (terminolog i dasar untuk memahami morfologi gigi)



kuliah elearning (ELS) (drg Indri Kurniasih, M.Med.Ed)



1 x 2 jam x 0.0625



0.125



0.125



0.0625



0.125



0.0625



Kode



CP Umum



PP4







5



Kode LO



CP khusus Blok (Learning Objective )



Bidang Ilmu



Topik Pembelaj aran



Bentuk Kegiatan



Estimasi waktu kegiatan



Jumlah SKS



Konservasi



Susunan anatomi, sifat fisik jaringan keras gigi, Rongga pulpa dan sistem persarafan gigi



Kuliah (drg. Erma Sofiani, Sp. KG)



1 x 2 jam x 0.0625



0.125



Biokimia



Analisa struktur penyusun gigi



Praktiku m



1 (@2.5jam )x 0.0625



0.0625



Histologi



Odontogen esis



Kuliah (Dr. drg. Erlina Sih Mahanani, M.Kes)



1 x 2 jam x 0.0625



0.125



(Histologi jaringan keras gigi dan jaringan pulpa )



Praktiku m



1 (@2.5jam )x 0.0625



0.625



LO4



Menguasai konsep teoritis secara mendalam tentang anatomi fungsional jaringan pendukung gigi



Periodonsia



Anatomi dan fisiologi jaringan pendukung gigi



Kuliah (drg. Hartanti, Sp. Perio)



1 x 2 jam x 0.0625



0.125



Menguasai konsep teoritis secara mendalam tentang Oral Biologi



LO5



Menguasai konsep teoritis secara mendalam tentang aspek biologi jaringan gigi dan pendukung



Oral Biologi



Aspek biologi jaringan keras gigi, jaringan periodontal dan cairan sulcus gingiva



Kuliah (drg. Sartika Puspita, MDSc)



1 x 2 jam x 0.0625



0.125



Menguasai konsep teoritis secara umum tentang



LO6



Menguasai konsep teoritis secara umum tentang



IKGA



Kelainan fisik dan mental pada anak



Kuliah



(Dr.drg. Indah Titien S., SU, Sp.KGA)



1 x 2 jam x 0.0625



0.125



Kode



CP Umum



Kode LO



umum tentang perkemban gan mental anak



CP khusus Blok (Learning Objective ) umum



Bidang Ilmu



tentang kelainan perkemban gan fisik dan mental anak



Topik Pembelaj aran



Bentuk Kegiatan



Estimasi waktu kegiatan



Trigger: Down Syndrome



Tutorial 4 (PBL)



(Down Syndrome )



2 x 2 jam x 0.0625



0.25



Tugas mandiri (upload ELS)



1 x 2 jam x 0.0625



0.125



1x2 jam x 0.0625



0.125



kelainan fisik dan mental pada anak PP5







Menguasai konsep teoritis secara mendalam tentang Proses tumbuh kembang dentokrani o-fasial pranatal dan pasca natal



6



LO7



Menguasi konsep teoritis secara mendalam dan prinsip pertumbuh an dan perkemban gan dentokrani ofasial



Jumlah SKS



Anatomi



Pola arah pertumbuh an kepala dan wajah, umur biologis pertumbuh an dan perkemban gan kepalawajah)



Kuliah (Dr. dr. Sagiran, Sp.B, M. Kes)



IKGA



Tumbuh kembang Kompleks Dentokrani ofasial prenatal



Kuliah



(Prof.Dr.drg. H.Iwa.SRS.,S U, SpKGA (K))



1 x 2 jam x 0.0625



0.125



Orthodonsia



Tumbuh kembang Kompleks Dentokrani ofasial Postnatal (termasuk pertumbuh an wajah)



Kuliah



(drg. Novarini P, Sp. Ort)



1 x 2 jam x 0.0625



0.125



Oral Biologi



Pergantian gigi-geligi, mekanisme erupsi dan resorbsi



Kuliah



(drg Sartika Puspita, MDSc)



1 x 2 jam x 0.0625



0.125



Histologi



Resorbsi dan aposisi tulang alveolar



Remodellin g sekunder



Kuliah (Dr. drg. Erlina Sih Mahanani, M.Kes)



1 x 2 jam x 0.0625



0.125



Kode



CP Umum



PP4







Menguasai konsep teoritis secara umum tentang patofisiolog i kelainan struktur dan fungsi tubuh



7



Kode LO



LO.8



CP khusus Blok (Learning Objective )



Menguasai konsep teoritis secara umum tentang identifikasi dan patofisiolog i kelainan dental, skeletal, dan fasial akibat gangguan tumbuh kembang serta hubungann ya dengan fungsi dan estetik



Bidang Ilmu



Topik Pembelaj aran



Bentuk Kegiatan



Estimasi waktu kegiatan



Jumlah SKS



Orthodonsia



Oklusi fungsional (oklusi ideal, relasi sentrik, posisi istirahat fisiologis, relasi rahang selama gerakan mandibula)



Kuliah



(Dr. drg. Tita Ratya Utari, Sp.Ort)



1 x 2 jam x 0.0625



0.125



IKGA



Indeks TumbuhKembang Rongga Mulut



Kuliah



(drg. Atiek D.R., MDSc., Sp.KGA)



1 x 2 jam x 0.0625



0.125



IKGA



Etiologi kelainan dentocrani ofasial (faktor eksternal dan internal) dan Faktorfaktor yang berperan pada kelainan kraniomandibula



Kuliah



(drg. Atiek D.R., MDSc., Sp.KGA)



1 x 2 jam x 0.0625



0.125



IKGA



Kelainan struktur, bentuk dan posisi gigi pada masa tumbuh kembang



Kuliah



(drg. Laelia Dwi A, Sp.KGA)



1 x 2 jam x 0.0625



0.125



Tutorial PBL1



(Teeth Discoloris ation, persisten cy)



2 x 2 jam x 0.0625



0.25



Tutorial CBL



(Dentinog enesis imperfect a)



1 x 2 jam x 0.0625



0.125



Tutorial in english



1 x 2 jam x 0.0625



0.125



Kode



CP Umum



Kode LO



CP khusus Blok (Learning Objective )



Bidang Ilmu



Topik Pembelaj aran



Prostodonsi a



Gerak mandibula dan gerak para fungsional mandibula (gerak dalam ruang sendi bawah, gerakan dalam ruang sendi atas, gerakan sendi total, dislokasi)



Kuliah (drg. Fahmi Yunisa, Sp. Pros)



1 x 2 jam x 0.0625



0.125



IKGA



Macam kelainan tumbuh kembang kraniofacial karena gangguan hormonal (Penyakit endemik non infeksi)



Kuliah (drg. Likky Tiara, MDSc., Sp. KGA)



1 x 2 jam x 0.0625



0.125



IKGA



Labioschisi s& Palatoschisi s



Kuliah



(drg. Alfini Octavia,Sp.K GA)



1 x 2jam x 0.0625



0.125



Tutorial PBL 3



(Labiopalatosch isis)



2 x 2 jam x 0.0625



0.25



plenary discussio n



1 (@2 jam ) x 0.0625



Kuliah (drg. M. Bahrul Lutfianto, Sp. BM.M)



1 x 2 jam x 0.0625



0.125



Tutorial PBL 2 (asimetri wajah dan Clicking)



2 x 2 jam x 0.125



0.25



plenary bahasa



1 x 2 jam x 0.0625



0.125



Bedah Mulut







8



Kelainan sendi temporoma ndibula (etiologi, patofisiolog i)



Bentuk Kegiatan



Estimasi waktu kegiatan



Jumlah SKS



0.0625



Kode



CP Umum



Kode LO



LO.9



CP khusus Blok (Learning Objective )



Bidang Ilmu



Topik Pembelaj aran



Bentuk Kegiatan



Estimasi waktu kegiatan



Jumlah SKS



Menguasai konsep dan prinsip hubungan penyimpan gan tumbuh kembang sistem kraniofasial dengan maloklusi



IKGA



Pertumb. gigi, perkemban gan oklusi & relasi rahang pada anak



Kuliah



(Prof.Dr.drg. H.Iwa.SRS.,S U, SpKGA (K))



1 x 2jam x 0.0625



0.125



Orthodonsia



Kelainan perkemban gan oklusi gigi, mengenal tipe-tipe maloklusi, mengenali kelainan gigi dan rahang, hubungan posisi gigi dan profil wajah



Kuliah (Dr. drg. Tita Ratya Utari, Sp.Ort)



1 x 2jam x 0.0625



0.125



Menguasai konsep teoritis secara umum tentang genetika



LO.10



Mampu mengungk ap pengetahu an tentang pewarisan dan keturunan dalam sudut pandang Islam



Islamic Revealed Knowledge



Pewarisan dan Keturunan



Kuliah (tim IRK)



1 x 2jam x 0.0625



0.125



Mampu melakukan anamnesis secara mandiri (komunikas i drgpasien)



LO.11



Mampu melakukan komunikasi drg-pasien terkait tumbuh kembang



Komunikasi



Komunika si dasar drgpasien : terkait tumbuh kembang



Skill Lab 3



1 x 2 jam x 0.0625



0.125



Keteramp ilan Khusus KK1







9



Kode



CP Umum



KK2



Mampu melakukan pemeriksaa n fisik umum dan sistem stomatogn atik yang meliputi pemeriksaa n ekstra dan intra oral secara mandiri pada pasien simulasi dengan akurat serta mampu menetapka n pemeriksaa n penunjang sesuai indikasi dan kode etik



LO.12



Mampu membuat kajian secara mandiri dengan pendekata n evidencebased dentistry yang bisa dipertangg ungjawabk an secara akademik



LO.13



KK9



Kode LO



CP khusus Blok (Learning Objective )



Bidang Ilmu



Topik Pembelaj aran



Mampu melakukan identifikasi morfologi gigi permanen dan desidui



Dental Anatomi



Identifika si morfologi gigi desidui dan permanen : 1. diskusi identifikasi gigi permanen (3x) 2. carving malam biru (molar dan premolar) (2x)



Skills lab 4-8



5 x 2 jam x 0.0625



0.625



IKGA



Pemeriks aan Direct Anthopo metry



Skill Lab 1



1 x 2 jam x 0.0625



0.125



Metodologi Penelitian



Telaah PICO



Skills lab 2



1 x 2 jam x 0.0625



Mampu melakukan telaah artikel/ jurnal ilmiah berbasis bukti (Evidence Based Dentistry)



Bentuk Kegiatan



Estimasi waktu kegiatan



Total SKS







10



Jumlah SKS



0.125



D. Pre-assessment Proses pembelajaran dalam Blok WAJIB diikuti oleh mahasiswa sebagai syarat dapat mengikuti ujian akhir blok, ketentuan peserta ujian blok adalah memenuhi ketentuan sebagai berikut :



a.



Kehadiran Kuliah = 75% (25% lainnya adalah toleransi, bukan hak)



b.



Kehadiran Tutorial = 75% (25% lainnya adalah toleransi, bukan hak)



c.



Kehadiran Skills Lab = 100%



d.



Kehadiran Praktikum = 100%



Bagi mahasiswa yang tidak memenuhi kehadiran 100% karena sesuatu hal, wajib memohon ijin kepada penanggungjawab blok, untuk kemudian mengurus proses inhaal pada penanggung jawab kegiatan (praktikum/skills lab)



E. Fasilitas Fasilitas pendukung pembelajaran di PSKG FKIK UMY yang dapat dimanfaatkan guna menempuh blok ini, terdiri dari :



a. 3 ruang kuliah minitheater yang masing-masing dilengkapi dengan 1 komputer akses internet, LCD projector, audio recorder, dan AC



b. 8 ruang tutorial untuk kegiatan small group discussion dengan kapasitasa 12-15 mahasiswa, dimana diruang tutorial dilengkapi perlengkapan audivisial, komputer, mini perpustakaan, loker dan AC



c. 2 ruang skill lab



d. 2 laboratorium (komputer)



e. 1 ruang perpustakaan PBL bersama



f. Hot spot area di lingkungan UMY



F. Evaluasi Penilaian hasil belajar digunakan penilaian formatif dan sumatif,. Penilaian formatif adalah penilaian harian menggunakan chek list kegiatan, laporan, kuis, dll, sedangkan penilain sumatif menggunakan ujian tertulis (MCQ) dan ujian praktek (OSCE).







11



Nilai akhir blok akan diambil dari komponen pembelajaran yang ada dalam blok dengan bobot penilan sbb :



40% hasil MCQ



30% tutorial (proses diskusi 50%, SOCA 30%, tugas mandiri 20%)



20% OSCE



10% Praktikum



Mahasiswa akan dinyatakan lulus blok Keterampilan belajar jika memenuhi evaluasi nilai akhir sebagai berikut :



Skor minimal MCQ adalah 60



Skor minimal OSCE adalah 60



Skor minimal SOCA adalah 60



Bagi mahasiswa yang belum memenuhi skor minimal pada 3 komponen di atas diwajibkan mengikuti ujian remediasi blok sesuai jadwal dari bagian akademik.



G. Sumber Belajar 1. Textbook a. Cameron, A.C., Widmer, R.P., 2008, Handbook of Pediatric Dentistry, Mosby Elsevier. b. Casamassimo, P.S., 2013, Pediatric Dentistry : Infancy through Adolescence, 5th Ed., Saunders W.B. c. Dean, J.A., 2015, McDonald and Avery’s Dentistry for the Child and Adolescence, 10th Ed., Elsevier d. Scheid, R.C., Weiss, G., 2012, Woelfel’s Dental Anatomy, 8th Ed., Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia. e. Anderson, J.E., 1978, Gran’t Atlas Anatomy, 6 ed. The William & Wiken Co., Baltimore. f. Sperber, G.H., 2001, Craniofacial Development, BC Decker Inc., London g. Premkumar, S., 2011, Textbook of Craniofacial Growth, Jaypee Brothers Medical Publisher, New Delhi, India h. Prakash, O., Kharbanda., 2011, Orthodontic : Diagnosis and Management of Malocclusion and Dentofacial Deformities, Elsevier, India







12



i. Carranza, K., Takei, N., 2015, Carranza’s Clinical Periodontology, 12th Ed., Elsevier Saunders, Missouri, USA j. Baum, Phillips, 1997, Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi (terj.), EGC Jakarta 2. Pakar a. Prof.Dr.drg.H. Iwa Sutardjo R.S.,SU, SpKGA (K) k. Dr.drg.H. Rinaldi Budi U., MS. SpKGA (K) l. Dr.drg. Indah Titien S., SU, Sp.KGA m. Dr.drg. Tita Ratya Utari, Sp.Ort n. DR.dr. Sagiran, Sp.B.,M.Kes o. Dr.drg. Erlina Sih Mahanani, M.Kes p. drg. Atiek Driana R., MDSc., Sp.KGA q. drg. Laelia Dwi A., Sp.KGA r. drg. Indri Kurniasih, M.Med.Ed s. drg. Likky Tiara A., MDSc., Sp.KGA t. drg. Alfini Octavia, Sp.KGA u. drg. Erwin S., Sp.RKG v. drg. Dyah Triswari, MSc w. drg. Erma Sofiani, Sp.KG x. drg. Ika Andriani, Sp.Perio, MDSc y. drg. Sartika Puspita, MDSc z. drg. Fahmi Yunisa, Sp.Pros aa. drg. M. Bachrul L., Sp.BM.M bb. drg. Novarini P., Sp.Ort







13



SUPLEMEN



DENTO-CRANIOFACIAL GROWTH AND OCCLUSION



PETUNJUK TUTORIAL







PETUNJUK SKILLS LAB



PETUNJUK PRAKTIKUM







PETUNJUK PLENARY DISCUSSION







14



SOP TUTORIAL



1. Tutorial BLOK 5 dimulai pukul 07.30 – 09.30



2. 10 menit pertama dimulai dengan menghafal surat Al-Qur’an



3. Bagi mahasiswa yang tidak membawa tugas mandiri yang telah ditetapkan tidak diperkenankan mengikuti kegiatan tutorial



4. Aturan kehadiran :



a. Hadir tepat waktu sesuai ketentuan



b. Keterlambatan < 15 menit tetap diperbolehkan mengikuti kegiatan tutorial



c. Keterlambatan > 15 menit dengan alasan yang tidak ditoleransi, tetap harus mengikuti tutorial tetapi tidak mendapatkan nilai kegiatan dari tutor.



d. Keterlambatan > 30 menit tidak diperkenankan mengikuti kegiatan tutorial.



e. Keterlambatan dapat ditoleransi jika dikarenakan alasan yang dapat diterima dan mendapat ijin dari pj blok.



5. Aturan berpakaian :



a. Memakai pakaian yang sopan, tidak ketat, tidak menerawang dan tidak memakai pakaian berbahan jeans.



b. Untuk mahasiswa perempuan memakai jilbab, memakai rok/ kulot/ celana kain yang tidak ketat.



c. Untuk mahasiswa laki-laki tidak memakai kaos oblong.



d. Memakai sepatu



6. Minimal kehadiran 75%, sebagai syarat dapat mengikuti ujian CBT Blok.



5. Apabila ketidakhadiran > 25 % tanpa alasan yang ditoleransi maka harus mengulang kegiatan tutorial pada tahun berikutnya.



6. Pengulangan kegiatan tutorial mengikuti aturan pengulangan Blok yang ditetapkan oleh bagian akademik.



7. Ijin ketidakhadiran yang mendapat penggantian tugas, apabila ketidakhadiran disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :



a. Sakit, dibuktikan dengan surat dokter



b. Berita duka dari keluarga inti



c. Mengalami kecelakaan/halangan di jalan ketika menuju tempat tutorial



d. Mewakili institusi dalam beberapa kegiatan, dibuktikan dengan surat keterangan dari bagian akademik







15



e. Menjalani ibadah umroh



10.Mahasiswa wajib mematuhi aturan yang ada dan menjaga sopan satun dalam kegiatan tutorial







16



PETUNJUK TEKNIS TUTORIAL



PENDAHULUAN



A.



Kegiatan small group discussion (tutorial) dalam kurikulum tahap sarjana PSKG UMY menggunakan pendekatan pada dua metode pembelajaran yaitu Problem Based Learning (PBL) dan Case Based Learning (CBL). Penggunaan dua metode ini dimaksudkan untuk memberikan variasi pengalaman belajar kepada mahasiswa. Untuk pembelajaran di tahun awal, kegiatan diskusi tutorial lebih banyak menggunakan pendekatan metode PBL. Pada tahun ke tiga dan ke empat bentuk







tutorial lebih banyak menggunakan metode CBL.



Problem-based Learning (PBL) menghadirkan suatu perubahan yang besar, luas dan kompleks dalam praktek pendidikan khususnya dalam pendidikan profesional seperti pendidikan kedokteran. Pembelajaran dalam PBL didasarkan pada empat prinsip modern yang menjadi pengertian pembelajaran yaitu konstruktif, belajar mandiri, kolaboratif dan pembelajaran kontekstual (Dolmans, et. al., 2005). Dalam pembelajaran PBL perkuliahan bukanlah sumber utama dalam proses belajar mahasiswa. Untuk memacu diskusi dan self directed learning, menstimulasi dan meningkatkan cara berfikir mahasiswa, digunakanlah kasus /problem.



Penggunaan problem/kasus dalam PBL membuat pembelajaran dalam PBL menjadi konstruktif dan kontekstual.



Kasus merupakan titik awal dalam kegiatan



pembelajaran mahasiswa dalam pembelajaran berbasis masalah. Kasus digunakan untuk menggambarkan fenomena tertentu yang menimbulkan suatu pertanyaan dan membutuhkan suatu penjelasan. Isu pembelajaran yang muncul selanjutnya menjadi pemicu mahasiswa dalam proses belajar mandiri (Dolmans 2005, Niemen, et. al.,







2006).



Case based Learning (CBL) merupakan metode pembelajaran yang interaktif, berpusat pada mahasiswa yang hampir mirip dengan PBL. CBL mendorong keaktifan mahasiswa dengan menggunakan skenario-skenario kasus klinis yang nyata, berasal dari pengalaman mahasiswa selama fase klinik. Kasus-kasus tersebut secara umum ditulis sebagai suatu problem/permasalahan yang dapat memberikan informasi secara lengkap terkait penggalian riwayat pasien, hasil temuan pemeriksaan fisik, stomatognasi, laboratorium dari pasien. Pembelajaran aktif terjadi ketika mahasiswa diberi kesempatan untuk mengembangkan hubungan interaktif







17



dengan kasus untuk mendorong mahasiswa mengorganisir keterampilan berbagi informasi dengan pembelajar lainnya. CBL memiliki beberapa keuntungan diantaranya mendorong belajar mandiri, pembelajaran yang terus menerus (long life learning). CBL juga mendorong kemampuan mahasiswa untuk menghubungkan ilmu kedokteran dasar yang berkaitan erat dengan ilmu dan permasalahan klinik. CBL juga dianggap mampu memperkuat penalaran klinik (clinical reasoning), pembelajaran kolaboratif dan ketrampilan komunikasi mahasiswa. CBL dapat diterapkan dalam pembelajaran kelas besar (large class) dan di dalam kelompok diskusi (small group discussion). Banyak variasi dari penerapan metode pembelajaran CBL. Kasus CBL dapat didskusikan dalam 1 – 3 pertemuan (sesi). Satu kasus akan didiskusikan oleh mahasiswa pada setiap pertemuan. Penerapan CBL lebih awal diproses pembelajaran dilakukan dengan membuatkan suatu skenario kasus yang diambil dari pengalaman klinis yang nyata.







Dalam modul Dento-craniofacial Growth, Development, and Occlusion



ini



terdapat 5 skenario terdiri dari 3 skenario untuk diskusi dengan pendekatan PBL (setiap skenario 2X pertemuan), 1 skenario untuk diskusi dengan pendekatan CBL (1X pertemuan), dan 1 skenario dalam bahasa Inggris (1X pertemuan).



B.







PROBLEM BASED LEARNING (PBL)



Mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, setiap kelompok terdiri



dari sekitar 10 sampai 13 mahasiswa dan dibimbing oleh satu orang tutor sebagai fasilitator. Dalam diskusi tutorial perlu ditunjuk satu orang sebagai ketua diskusi dan satu orang sebagai sekretaris, dimana keduanya akan bertugas sebagai pemimpin diskusi. Ketua diskusi dan sekretaris ditunjuk secara bergiliran untuk setiap skenario agar semua mahasiswa mempunyai kesempatan berlatih sebagai pemimpin dalam diskusi. Oleh karena itu perlu dipahami dan dilaksanakan peran dan tugas masingmasing dalam tutorial sehingga tercapai tujuan pembelajaran.



Sebelum diskusi dimulai tutor akan membuka diskusi dengan perkenalan antara tutor dengan mahasiswa dan antara sesama mahasiswa. Setelah itu tutor menyampaikan aturan dan tujuan pembelajaran secara singkat. Ketua diskusi dibantu sekretaris memimpin diskusi dengan menggunakan 7 langkah atau seven







18



jumps untuk mendiskusikan



masalah yang ada dalam skenario. Seven jumps



meliputi :



1. mengklarifikasi istilah atau konsep.



2. menetapkan permasalahan.



3. menganalisis masalah.



4. menarik kesimpulan dari langkah 3.



5. menetapkan Tujuan Belajar.



6. mengumpulkan informasi tambahan (belajar mandiri)



7. mensintesis / menguji informasi baru.



DEFINISI



1. Mengklarifikasi Istilah atau Konsep



Istilah-istilah dalam skenario yang belum jelas atau menyebabkan timbulnya banyak interpretasi perlu ditulis dan diklarifikasi lebih dulu dengan bantuan, kamus umum, kamus kedokteran dan tutor.



2. Menetapkan Permasalahan



Masalah-masalah yang ada dalam skenario diidentifikasi dan dirumuskan dengan jelas.



3. Menganalisis Masalah



Masalah-masalah yang sudah ditetapkan dianalisa dengan brainstorming. Pada langkah ini setiap anggota kelompok dapat mengemukakan penjelasan tentative, mekanisme, hubungan sebab akibat, dll tentang permasalahan.



4. Menarik Kesimpulan dari Langkah 3



Disimpulkan masalah-masalah yang sudah dianalisa pada langkah 3



5. Menetapkan Tujuan Belajar



Pengetahuan atau informasi-informasi yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan dirumuskan dan disusun sistematis sebagai tujuan belajar atau tujuan instruksional khusus (TIK).



6. Mengumpulkan Informasi Tambahan (Belajar Mandiri)



Kebutuhan pengetahuan



yang ditetapkan sebagai tujuan belajar untuk



memecahkan masalah dicari dalam bentuk belajar mandiri melalui akses informasi melalui internet, jurnal, perpustakaan, kuliah dan konsultasi pakar.







19



7. Mensintesis / Menguji Informasi Baru



Mensintesis, mengevaluasi dan menguji informasi baru hasil belajar mandiri setiap anggota kelompok.



Setiap skenario akan diselesaikan dalam satu minggu dengan dua kali pertemuan. Langkah 1 s/d 5 dilaksanakan pada pertemuan pertama, langkah 6 dilakukan di antara pertemuan pertama dan kedua. Langkah 7 dilaksanakan pada pertemuan kedua.



Tutor yang bertugas sebagai fasilitator akan mengarahkan diskusi dan membantu mahasiswa dalam cara memecahkan masalah tanpa harus memberikan penjelasan atau kuliah mini.



Dalam diskusi tutorial, tujuan instruksional umum atau TIU dapat digunakan sebagai pedoman untuk menentukan tujuan belajar. Ketua diskusi memimpin diskusi dengan memberi kesempatan setiap anggota kelompok untuk dapat menyampaikan ide dan pertanyaan, mengingatkan bila ada anggota kelompok yang mendominasi diskusi serta memancing anggota kelompok yang pasif selama proses diskusi. Ketua dapat mengakhiri brain storming bila dirasa sudah cukup dan memeriksa skretaris apakah semua hal yang penting sudah ditulis. Ketua diskusi dibantu sekretaris yang bertugas menulis hasil diskusi dalam white board atau flipchart.



Dalam diskusi tutorial perlu dimunculkan learning atmosphere disertai iklim keterbukaan dan kebersamaan yang kuat. Mahasiswa bebas mengemukakan pendapatnya tanpa khawatir apakah pendapatnya dianggap salah, remeh dan tidak bermutu oleh teman yang lain, karena dalam tutorial yang lebih penting adalah bagaimana mahasiswa berproses memecahkan masalah dan bukan kebenaran pemecahan masalahnya.



Proses tutorial menuntut mahasiswa agar secara aktif dalam mencari informasi atau belajar mandiri untuk memecahkan masalah. Belajar mandiri dapat dilakukan dengan akses informasi baik melalui internet (journal ilmiah terbaru), perpustakaan (text book & laporan penelitian), kuliah dan konsultasi pakar.







20



Bagan 1. Step 1-5 dari seven jumps tutorial PBL



Tutor membuka



STEP 3 Menganalisis Masalah



STEP 4 Menarik Kesimpulan dari Langkah 3



A. CASE



Kelompok memilih ketua dan sekretaris



STEP 2 Menetapkan Permasalahan



Salah satu mahasiswa membacakan kembali skenario



STEP 1 Mengklarifikasi Istilah atau Konsep



STEP 5 Menetapkan Tujuan Belajar



BASED LEARNING (CBL)



Langkah-langkah dalam proses diskusi dengan pendekatan Case Based Learning hampir sama dengan PBL, perbedaan mendasar pada diskusi CBL lebih ditekankan menetapkan permasalahan dan mencari pemecahan masalahnya. Dalam diskusi CBL di Blok 5 menggunakan 1 kasus dalam sekali pertemuan. Pada Blok-blok yang lain dimungkinkan diskusi CBL untuk 1 kasus dilakukan dalam beberapa pertemuan. Terutama bila kasus tersebut adalah kasus yang panjang.



Mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, setiap kelompok terdiri dari sekitar 10 sampai 13 mahasiswa dan dibimbing oleh satu orang tutor sebagai fasilitator. Dalam diskusi tutorial perlu ditunjuk satu orang sebagai ketua diskusi dan satu orang sebagai sekretaris, di mana keduanya akan bertugas sebagai pemimpin diskusi. Ketua diskusi dan sekretaris ditunjuk secara bergiliran untuk setiap



21



skenarionya agar semua mahasiswa mempunyai kesempatan berlatih sebagai pemimpin dalam diskusi. Oleh karena itu perlu dipahami dan dilaksanakan peran dan tugas masing-masing dalam tutorial sehingga tercapai tujuan pembelajaran.



Sebelum diskusi dimulai tutor akan membuka diskusi dengan perkenalan antara tutor dengan mahasiswa dan antara sesama mahasiswa. Setelah itu tutor menyampaikan SOP/aturan pembelajaran secara singkat. Tutor menampilkan pada layar LCD/monitor deskripsi skenario dan tujuan pembelajaran secara umum. Ketua diskusi dibantu sekretaris memimpin diskusi dengan menggunakan 3 langkah untuk mendiskusikan permasalah yang ada dalam skenario dan mencari pemecahannya.



Langkah dalam diskusi CBL tersebut meliputi :



1. Menetapkan permasalahan/tujuan pembelajaran yang spesifik



Setiap mahasiswa menyampaikan penetapan permasalahan yang bisa menjadi isu pembelajaran dari kasus yang dipaparkan. Jika isu pembelajaran spesifik yang ditetapkan oleh mahasiswa kurang lengkap, maka fasilitator/tutor akan menambahkan penetapan permasalahan agar tujuan diskusi tercapai.



2. Menganalisis masalah (berdasarkan brainstorming dan self study sebelum tutorial berlangsung)



Setiap mahasiswa harus sudah membaca dan mempelajari kasus yang diberikan sebagai pemicu (trigger) sebelum diskusi CBL. Saat melakukan analisis tidak diperkenankan membuka catatan dan membacanya. Mahasiswa harus sudah siap dengan materi yang akan didiskusikan.



1. Membuat kesimpulan/pemecahan masalah dari kasus.



Mahasiswa secara bersama-sama membuat kesimpulan dari pemecahan kasus dengan difasilitasi oleh tutor. Mahasiswa membuat kesimpulan tentang isu pembelajaran yang masih perlu dipelajari kembali dalam self study ( belajar mandiri) setelah diskusi.







22



Bagan 3. Step CBL (1 x pertemuan)



Tutor membuka diskusi



Tutor memaparkan tujuan pembelajaran secara umum dari skenario kasus diskusi melalui monitor



Mahasiswa membuat kesimpulan dengan arahan tutor terkait permasalahan/ diagnosis kasus, interpretasi hasil pemeriksaan, dan pemecahan masalah. Menetapkan isu pembelajaran







23



Kelompok memilih ketua dan sekretaris



Mahasiswa melakukan diskusi/analisis kasus secara terstruktur berdasarkan hasil self study dengan diarahkan oleh tutor



Salah satu mahasiswa membacakan kembali skenario



Ketua memimpin penetapan tujuan belajar yang specifik dari skenario kasus yang ada



CHECK LIST PENILAIAN TUTORIAL PBL



Komponen yang dinilai setiap pertemuan dalam tutorial PBL sebagai berikut.



No



Komponen penilaian



(1) (2)



(3) (4)



PENGUASAAN MATERI 1



Persiapan materi



2



Kemampuan menyampaian pengetahuan yang sudah dimiliki (brainstorming) atau menyampaikan informasi baru hasil self study sesuai EBD



3



Kemampuan berfikir kritis terhadap problem/case



4



Keaktifan individu dalam diskusi kelompok KEMAMPUAN BEKERJASAMA DALAM GRUP



5



Kerjasama dalam grup (bertanggung jawab sesuai dengan peran masing-masing)



6



Kemampuan mendengar secara aktif/perhatian pada kegiatan diskusi



7



Membuat kesimpulan hasil analisis kasus KEMAMPUAN TIAP INDIVIDU BERINTERAKSI DENGAN ORANG LAIN



8



Kemampuan sikap dan komunikasi



9



Perhatian penuh pada proses diskusi



10 *



Datang tepat waktu



TOTAL SKOR Keterangan skor



4 : Very Good (selalu)



3 : Good (sering)



2 : Satisfactory (kadang kadang)



1 : Unsatisfactory (tidak pernah)







24



Nilai = (total skor /skor max ) x 100



Keterangan poin 10*



1 : terlambat < 15 menit



2 : terlambat < 10 menit



4 : tepat waktu







25



CHECK LIST PENILAIAN TUTORIAL CBL



Komponen yang dinilai setiap pertemuan dalam tutorial CBL sebagai berikut.



NO



Komponen penilaian



Skor nilai



I



Akuisisi Pengetahuan



1



Menyampaikan informasi yang ilmiah dan relevan dengan topik dalam diskusi



2



Memberikan informasi menggunakan bahasa/istilah yang sesuai dalam diskusi ilmiah



3



Mengaplikasikan hasil belajar mandiri (self study) untuk menjelaskan permasalahan yang ada



4



Mengintegrasikan pengetahuan sebelumnya (brain stroming) dengan pengetahuan baru dalam setiap analisa tujuan belajar (LO)



II



Pemecahan masalah dan keterampilan berpikir analitis



5



Menyampaikan informasi dengan jelas dan mudah dipahami menggunakan kata-katanya sendiri (bukan melihat catatan)



6



Aktif mengajukan pertanyaan yang tepat untuk menstimulasi diskusi.



7



Aktif menganalisis dan mengklarifikasi isu pembelajaran yang sulit (critical thinking)



8



Memberikan kesimpulan/pemecahan masalah yang sesuai dengan topik diskusi berdasarkan bukti ilmiah (EBD) yang ada



III



1



2



3



4



Pengembangan diri dalam diskusi



9



Berkomunikasi dengan baik dan tidak mendominasi proses diskusi



10



Bertanggung jawab sesuai dengan peran masing-masing dalam diskusi (ketua, sekretaris, dan anggota)



11



Memberikan perhatian serius pada proses diskusi



12* Datang tepat waktu Total Skor NILAI



Keterangan skor



4 : Very Good (selalu)



3 : Good (sering)



2 : Satisfactory (kadang kadang)



1 : Unsatisfactory (tidak pernah)







26



Nilai = (total skor /skor max ) x 100



Keterangan poin 12*



1 : terlambat < 15 menit



2 : terlambat < 10 menit



4 : tepat waktu







27



PROBLEM BASED LEARNING



(setiap skenario 2x pertemuan)



SCENARIO 1



A 7-years-old female accompanied by her mother come to the dentist because both of her lower front permanent teeth that have been erupted have brown colored and located behind the lower front primary tooth, so it looks overlap. The mother said that her daughter used to got sick and took certain antibiotics for a long time. Clinical examination revealed there were tooth 31 and 41 have normal shape and size, partial erupted and located at lingual side of tooth 71 and 81, and have brown colored. The mother was worried about her daughter’s condition and want her daughter’s teeth treated.



Discuss the above case with Seven Jumps!







28



SCENARIO 2



A-4-years-old female patient accompanied with her aunt come to dental clinic to consult about her lip and palate condition. She has cleft on her upper lip and palate since she was born. Her aunt said that her mother often got ill and took medication without doctor’s prescription during pregnancy. Patient’s physical examinations revealed that she is skinny, the size of her upper jaw is small, and asymmetry, further more the number of her teeth are less than normal. She feels unconfident and inferior because of her condition. According to her aunt, both of her parents feel embarrassed due to their child condition.



Discuss the above case with Seven Jumps!







29



SCENARIO 3



A-14-years-old female come to the dentist accompanied with her father consulting about her right cheek that looks bigger than the left one, also there is sound “click” at left jaw joint when she opens and closes mouth and often felt pain when she chewed hard-consistency meals. Four years earlier, her lower left molar tooth has pulled out and became uncomfortable for chewing ever since. Clinical examination revealed facial asymmetry and there is clicking on left TMJ. She asks to the dentist whether her face could turn back symmetrical and no longer pain on left jaw joint when chewing.



Discuss the above case with Seven Jumps!







30



SCENARIO 4



A school for special needs children gets periodic dental visit. The children in that school have specific face and behave like under-5-years-old children, although most of them are around 10-years-old. The result of oral examination revealed that most of them have poor oral hygiene, gingivitis, enlargement gingiva and periodontitis problems. According to their teachers and guardians, it is very difficult to ask then brush their teeth.



Discuss the above case with Seven Jumps!







31



CASE BASED LEARNING



(1x pertemuan)



SCENARIO







A-10-years-old female accompanied with her mother come to dental clinic due to her teeth condition. Almost all of her permanent teeth are translucent, yellowishbrown colored, darker than the normal teeth, and tends to crack. Mother said that her husband and one of her son have same condition with her daughter. Radiographic examination revealed that the teeth have bulbous crown, obliterate pulp chamber and root canal, and constricted-short roots.







32



SCENARIO IN ENGLISH



A-14-years-old male visit dental clinic accompanied with his father due to his lower right front tooth that is bigger than the others. Clinical examination revealed a presence of unusually large tooth in the right lower incisor-canine region. Radiographic examination of mandibular right side revealed that the tooth has 2 root and root canal.



Discuss this case in the group with the tutor as facilitator in english !



(tutorial in english just one meeting session)







33



PETUNJUK PRAKTIKUM BLOK DENTO-CRANIOFACIAL GROWTH, DEVELOPMENT, AND OCCLUSION



Histologi Cavum Oris 1. Labium Oris No. Sediaan



: SD-1



Teknik pewarnaan



: Hematoksilin Eosin (HE)



1.1 Pars cutanea : bagian luar bibir, merupakan derma tipis, memiliki : - epithelium squamosum stratificatum cornificatum - papilla corii rendah dan sedikit - folliculi pili dengan glandula sebacea - glandula sudorifera di antara kantong rambut - stratum submucosum dengan jaringan lemak - statum musculare : otot serang lintang milik m. orbicularis oris 1.2 Pars Intermedia : terdiri atas 2 bagian : a.Pars marginalis : tepi bibir berupa derma tipis, memiliki: - epithelium squamosum stratificatum cornificatum : sel-sel dasar epitel - papilla corii rendah tetapi lebih banyak - glandula sebacea kadang-kadang tampak di sana-sini - folliculi pili tidak ada b.Pars rubra : merupakan derma yang lebih tebal Tampak di sini : - epithelium squamosum stratificatum dengan sedikit penandukan - papilla corii tinggi dan banyak - folliculi tidak ada 1.3 Pars mukosa, bagian yang bersifat :



34



- derma tebal - dilapisi epithelium squamosum stratificatum noncornificatum - papilla corii rendah dan banyak - lamina propia dengan glandula labialis yang bersifat glandula mucosa 2. Dens 1.1. Tahap awal odontogenesis No. Sediaan



: SD-1



Teknik pewarnaan



: Hematosiklin Eosin (HE)



Perhatikan pada perbesaran lemah tampak tahap kuntum atau tahap topi



- epithelium oralis : pipih berlapis - Lamina dentalis. Perhatikan pada penampang melintang :



-







epithelium adamantinum externum







Organum pulpare dentis







Stratum intermedium







Epithelium adamantinum internum dengan ameloblastus



Cuticula enameli Papilla dentalis Pulpa dentalis Sacculus dentalis



Perhatikan pada perbesaran kuat :



-



organum pulpare dengan sel-sel Bintang yang saling bergandengan Statum inter medium dengan sel-sel pipih Ameloblastus : kolumner, tersusun sebagai tiang-tiang Odontoblastus : kolumner, tersusun sebagai tiang tebal, rendah Culticula enameli



1.2. Tahap odontogenesis lanjut (tahap lonceng) No. Sediaan



: SD-3



Teknik pewarnaan



: hematosiklin Eosin (HE)



Perhatikan



:



- epithelium oralis - Organum dentis epithelialis



35



-



Enamelum Dentinum Odontoblastus Pulpa dentalis Sacculus dentalis



1.3 Gigi Lengkap Sediaan gosok : SD-4 dibuat secara membujur Perhatikan dengan perbesaran lemah corona dentis dengan :



-



lamella enamelis Lamella dentinalis Cervix dentis sebagai batas enamelum dan cementrum Dentium : di bawah cementum Radix dentis, akar gigi dengan : - lamela enamelis - lamela dentinalis



- cavitas dentis : Rongga gigi berisi pulpa dentis Perhatikan dengan perbesaran kuat : pada enamelum tampak lamina incrementalis



- Cavitas dentis : rongga gigi berisi pulpa dentis 3. Lingua Latihan ini terutama ditujukan untuk melihat papillae : 2.1 Papilla vallata dan organum gemma gustatiora No. Sediaan : SD-5 Teknik Pewarnaan



: Hematosiklin Eosin (HE)



Perhatikan perbesaran lemah dan Kuat



-



papilla vallata dikelilingi sulcus papilllae Ephitelium squamosum stratificatum noncornificatum Lamina propia : jaringan ikat longgar Gemma gustatoria : pada dinding sulcus papullae Tunica muscularis : otot serang lintang glandula serosa (VON EBNER) : diantara serabut otot bermuara dalam sulcus papullae.







36



Perhatikan pada perbesaran lemah dan kuat :



- gemma gustatoria : pucat, berpadatan di antara sel epitel berbentuk ovoid, di permukaan epitel tampak lubang muara, dinamakan potus gustatirius



- Berbagai jenis sel : • celllula gustatoria : agak gelap, langsing sel ini dilengkapi dengan microfilli. Ini sel indera.



• Cellulla sustentacularis : sel penunjang, bulat atau fusiformis, mengapit sel indera berpadatan di bagian luar.



• Cellulla basalis 2.2 Papilla filliformis dan papilla fungiformis No. Sediaan : SD-6 Teknik pewarnaan



: Hematoksilin Eosin (HE)



Perhatikan pada perbesaran lemah dan kuat :



- epithelium statificatum squamosum non cornificatum - Lamina propia : jaringan ikat longgar dengan pembekuan darah - Tunica muscularis mengandung : • otot serang lintang dengan serabut transversal, vertical, membujur. • Glandula seromucosa : di antara serabut



Histologi Jaringan Periodontal PULPA DENTIS dan MEMBRANA PERIODONTALIS No. Sediaan



: SD-4b



Teknik Pewarnaan



: Mallory



Perhatikan



:



A. Pulpa dentis Terdiri atas jaringan ikat longgar, mendekati dentin dapat dilihat lapisan berturutturut :



- Daerah banyak sel terutama fibroblastus



37



- Daerah tanpa sel - Lapisan odontoblastus, sel kolumner, inti oval dengan arah tegak lurus, lapisan dentin



- Lapisan predentin, tampak lebih pucata daripada dentin. Di dalamnya terdapat vasa darah dan serabut Saraf (myelinata dan non myelinata) B. Membrana Periodontalis Merupakan jaringan ikat fibrus padat yang menghubungkan antara tulang alveolar dan gigi. Sebagian membrana periodontalis melanjutkan diri ke jaringan ikat gingiva. Pada bagian voramen apicic dentis, jaringan ini melanjutkan diri ke pulpa dentis. Terdiri atas :



- Sel terutama fibroblastus - Subtantia interseluler yang tersusun atas serabut terutama serabut kolagen, subtantia dasar Serabut kolagen berjalan bergelombang. Ada juga serabut elastis, tapi letaknya berkaitan dengan vasa darah. Fibroblastus tampak sebagai sel yang pipih, diantara serabut kolagen. Kadang-kadang dijumpai macrophage dan mastocytus. GINGIVA No. Sediaan



: SD-4c



Teknik pewarnaan



: Hematoksilin Eosin (HE)



Perhatikan



:



- lapisan epithelium



: berupa ephitelium statificatum squamosum cornificatum



yang dapat dibagi menjadi : - lapisan epitel mempunyai tonjolan-tonjolan yang mengarah jauh ke jaringan ikat bawahnya. Pada bagian yang melapisi tulang alveolar tonjolan ini memendek. - lamina propia : jaringan ikat longgar - cementum, pada lapisan ini perhatikan :



• Cemetum celullare dengan lacunae yang pernah ditempati cementocytus • Cementum noncellulare yang tampak tanpa stuktur







38



Anatomi Cranium A.



Tujuan Umum Mahasiswa dapat memahami osteologi cranium dengan baik.



B.



Tujuan Khusus 1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi struktur anatomi di cranium.



2. Mahasiswa mampu menjelaskan articulationes pada cranium.



3. Mahasiswa mampu menjelaskan articulation temporomandibularis.



C.



Petunjuk Identifikasi Identifikasi bangunan-bangunan di bawah ini, bandingkan dengan atlas anatomi manusia.



OSSA CRANII



Os frontale Os parietale



Os temporale



Os occipitale



Os zygomaticum



Os sphenoidale



Os nasale



Os maxilla



Os lacrimale



Os ethmoidale



Vomer



Os mandibula



Norma verticalis



Sutura coronalis



Sutura sagitalis



Sutura lambdoidea



Bregma



Vertex



Lambda



Foramina parietalis



Tuber parietale



Linea temporalis superior







39



Linea temporalis inferior



Norma facialis



Frons



Nasion



Gnathion



Sutura internasalis



Sutura frontonasalis



Sutura frontomaxillaris



Sutura nasomaxillaris



Sutura zygomaticomaxillaris



Orbita



Aditus orbitae



Margo supraorbitalis



Margo infraorbitalis



Margo lateralis



Margo medialis



Paries superior Paries inferior



Paries lateralis



Paries medialis



Sulcus lacrimalis



Fissura orbitalis superior



Fissura orbitalis inferior



Cavitas nasi



Septum nasi osseum



Apertura piriformis (nasalis anterior)



Meatus nasalis superior



Meatus nasalis medialis



Meatus nasalis inferior



Choanae



Maxilla



Corpus maxilla



Facies orbitalis



Canalis infraorbitalis



Sulcus infraorbitalis



Margo infraorbitalis







40



Facies anterior



Foramen infraorbitalis



Fossa canina



Spina nasalis anterior



Sutura zygomaticomaxillaris



Facies infratemporalis



Foramina alveolaria



Canalis alveolaria



Tuber (eminentia) maxillae



Facies nasalis



Sinus maxillaris



Processus zygomaticus



Processus alveolaris



Arcus alveolaris



Alveoli dentalis



Septa intertadicularia



Juga alveolaria



Foramen incisivum



Os frontale Squama frontalis



Facies externa



Tuber (eminentia) frontalis



Arcus supraorbitalis



Glabella



Margo supraorbitalis



Insicura frontalis



Foramen supraorbitalis



Insicura frontalis



Foramen frontale



Facies temporalis



Margo parietalis



Linea temporalis



Processus zygomaticus



Pars nasalis



Pars orbitalis



Sinus frontalis



Mandibulae



Corpus mandibulae



Basis mandibulae



Symphysis mandibulae







41



Protuberantia mentalis



Tuberculum mentalis



Foramen mentale



Linea obliqua



Fossa digastrica



Spina mentalis



Linea mylohyoidea



Fovea sublingualis



Fovea submandibularis



Pars alveolaris



Arcus alveolaris



Alveoli dentalis



Septa interveolaria



Juga alveolaria



Ramus mandibulae



Angulus mandibulae



(Tuberositas masseterica)



Foramen mandibulare



Lingua mandibulae



Canalis mandibulae



Sulcus mylohyoideus



Processus coronoideus



Insicura mandibulae



Processus condylaris



Caput mandibulae



Collum mandibulae



Fovea pterygoidea



Norma lateralis Pterion



Asterion



Gonion



Gnathion



Arcus zygomaticus



Sutura squamosa



Sutura sphenofrontalis



Sutura sphenozygomatica



Sutura parietomastoidea



Sutura occipitomastoidea



Sutura temporozygomatica



Articulatio temoromandibularis



Arcus temporalis



Porus acusticus externus



Processus styloideus



Condylus occipitalis







42



Os parietale Margo occipitalis



Margo squamosus



Margo sagitalis



Margo frontalis



Angulus frontalis



Angulus occipitalis



Angulus sphenoidalis



Angulus mastoideus



Foramen parietale



Norma occipitalis (Os interparietale ./ Os Incae)



Foramen mastoideum



Processus mastoideus



Incisura mastoidea



Linea nuchae superior



Linea nuchae inferior



Protuberantia occipitalis externa Crista occipitalis externa







Norma basilaris (Basis crani externa)



Foramen magnum



Condylus occipitalis



Canalis condylaris



Foramen jugulare



Fossa jugularis



Foramen stylomastoideum



Canaliculus mastoideus



Canalis caroticus



Meatus acusticus externus



Procesus styloideus



Spina ossis sphenoidalis



Tuberculum pharyngeum



Foramen lacerum



Foramen spinosum



Foramen ovale



Fossa mandibularis



Tuberculum articulare



Vomer



Processus pterygoidei Lamina lateralis



Lamina medialis







43



Hamulus pterygoideus Fissura orbitalis inferior



Palatum oseum



Processus palatinus os maxillaris



Lamina horizontalis os palatinus



Spina nasalis posterior



Sutura palatina transversa



Sutura palatina mediana



Foramen palatinum majus



Fossa incisiva



Canalis incisivus







ARTICULATIONES



• Articulatio temporomandibularis



Dibentuk oleh:



- fossa mandibularis os temporale



- caput mandibulae



- Tuberculum articulare



Secara fungsional articulation temporomandibularis merupakan gabungan 2 sendi:



- antara discus articularis dan caput mandibula



- antara discus articularis dan fossa mandibularis



Gerakan:



- gerak putar (rotary movement)



- gerak geser (sliding movement) ke anterior



- gerakan ke lateral (grinding movement)



• Sutura-sutura (sebutkan!)







Articulatio occipitoatlantis



Dibentuk oleh condylus occipitalis dan fovea articularis superior (atlas)



Anatomi Sistem Musculi Kepala A. Tujuan Khusus



Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiwa akan dapat :



1. Menjelaskan pembagian regio kepala. 1. Menjelaskan dan mengidentifikasi struktur anatomi kepala beserta fungsinya.



2. Menjelaskan dan mengidentifikasi otot - otot di regio kepala beserta perlekatan, inervasi, vascularisasi dan fungsinya.



3. Menjelaskan dan mengidentifikasi vasa darah dan saraf di regio kepala beserta percabangannya.







44



B. Petunjuk Identifikasi



Petunjuk : temutunjukkan struktur anatomi yang tercetak miring dibawah ini.



1. Struktur Subcutan



a.Otot : m. platysma



a.Vena : v. jugularis externa



b.Saraf : n. occipitalis minor



n. auricularis magnus



n. cutaneus colli



n. supraclavicularis



a.Lymphonodi : nnll. cervicalis superficialis (sepanjang v. jugularis externa)



2. Otot



a.



Kepala belakang :



m. epicranius



m. occipitalis



m. frontalis



mm. auriculares



b. Muka (m. fascialis)



▪ Sekitar mata :



m. orbicularis oculi pars palpebralis



m. orbicularis oculi pars orbitalis



m. levator palpebra superior



m. corrugator supercilii



▪ Sekitar hidung :



m. procerrus



m. depressor septi



▪ Pipi :



m. buccinator (ditembus oleh ductus parotideus)



m. masseterica



▪ Sekitar mulut :



m. orbicularis oris (sfingter)



m. levator labii superior alequenasi



m. levator labii superior



m. zygomaticus minor



m. zygomaticus mayor



m. levator anguli oris



m. risorius



m. depressor anguli oris



m. depressor labii inferior



m. mentalis



c. Otot-otot mastikasi:



m. masseterica



m. temporalis



m. pterygoideus lateralis



m. pterygoideus medialis











45



3. Cavum Oris, dibagi 2 :



a. Cavum oris propium :



Atap : palatum durum



palatum molle



Dinding lateral : processus alveolaris dan arcus dentalis



Dasar : m. mylohyoideus



m. geniohyoideus



m. digastricus venter anterior



a. Vestibulum oris



Batas lateral : bucca



Batas anterior : labium superior dan inferior



b. Bangunan di cavum oris :



Lingua / Lidah, bagian-bagiannya :



▪ Apex lingua



▪ Dorsum linguae, bangunannya :



- Sulcus terminalis



- Foramen caecum



- Papilla lingualis, yang terbesar papilla vallata (tersusun seperti huruf V, di anterior sulcus terminalis)



- Radix linguae, terdapat :



- Tonsila lingualis



▪ Frenulum linguae



▪ Plica fimbriata



▪ Frenulum labii



▪ Otot-otot lidah, dibagi 2 kelompok :



- Extrinsik :



m. genioglossus



m. hyoglossus



m. styloglossus



m. palatoglossus



- Intrinsik :



m. longitudinalis superior



m. longitudinalis inferior



m. transversus



m. verticalis



4. Pharynx, dibagi 3 :



a. Nasopharynx (berhubungan dengan cavum nasi melalui choanae), bangunan-bangunan :



▪ Tonsila pharingea



▪ Aditus tuba auditiva (berhubungan dengan cavum tympani) / ostium pharyngeum tubae auditiva



▪ Torus tubarius



▪ Recessus pharingeus



▪ Plica salphingopalatina



▪ Plica salphingopharyngea



▪ Torus levatorius







46



b. Oropharynx (berhubungan dengan cavum oris melalui isthmus faucium), bangunan-bangunan :



▪ Arcus palatoglossus



▪ Arcus palatopharyngeus



▪ Fossa tonsilaris



▪ Tonsila palatina



▪ Radix lingualis



▪ Tonsila lingualis



▪ Tonsila pharyngea



▪ Plica glossoepiglotica laterale



▪ Plica glossoepiglotica mediale



▪ Vallecula glossoepiglotica



Tonsila palatina, tonsila lingualis & tonsila pharyngea membentuk cincin Waldeyer



c. Laryngopharynx (berhubungan dengan larynx melalui aditus laryngis), bangunan :



▪ Plica pharyngoepiglottica (disebelah lateral plica glossoepiglotica laterale)



▪ Plica nervi laryngei, dilalui oleh n. laryngeus



▪ Recessus piriformis



Lapisan dinding (dari dalam ke luar)



▪ Membrana mucosa



▪ Lamina fibrosa



▪ Lamina muscularis dibagi 2 lapisan :



lamina externa : m. constrictor pharyngeus superior



m. constrictor pharyngeus medius



m. constrictor pharyngeus inferior



lamina interna : m. stylopharyngeus



m. palatopharyngeus



m. salpingopharyngeus



m. tensor velli palatini



m. levator velli palatini



5. Vasa



Arteri



a. a. carotis communis (terbungkus vagina carotica bersama v. jugularis interna dan N.X) setinggi cornu superior cartilago thyroidea bercabang :



▪ a. carotis interna (terdapat bangunan sinus caroticus dan akan masuk ke cavum cranii melalui canalis caroticus)



▪ a. carotis externa, cabang – cabangnya (dari caudal ke cranial) :



- a. thyroidea superior (di pangkal a. carotis externa)



- a. lingualis (setinggi cornu majus ossis hyoideus)



- a. pharyngea ascendens (sebelah posterior dari a. lingualis)



- a. facialis / a. maxillaris externa (melalui gld. Submandibularis) cabang yang tampak di preparat : a. angularis



- a. temporalis superficialis



- a. sternomastoidea







47



b. a. ▪ ▪ ▪



- a. occipitalis



- a. auricularis posterior



- a. maxillaris interna



subclavia, cabangnya :



a. vertebralis



a. mamaria interna



Truncus thyrocervicalis bercabang menjadi :



- a. thyroidea superior



- a.cervicalis ascendens



Vena



a. v. jugularis externa (terbentang dari angulus mandibulae sampai pertengahan clavicula, diprofunda m. platysma)



a.v. jugularis interna (di profunda m. sternomastoideus. Di sepanjang vena ini terdapat nnll. cervicalis profundi dan truncus jugularis)



Vasa lymphatica



a. nnll. cervicalis superficialis (disepanjang v. jugularis externa)



b. nnll. cervicalis profundi (disepanjang v. jugularis interna)



6. Inervasi



a. Saraf kulit : plexus cervicalis (dibentuk oleh cabang n. cervicalis I – IV, keluar melalui tepi dorsal m. sternomastoideus dan bersifat sensibel)



Cabang – cabangnya (dari cranial ke caudal) :



▪ n. occipitalis minor



▪ n. auricularis magnus



▪ n. cutaneus colli



▪ n. supraclavicularis



b. n. facialis / N. VII (berjalan didalam substansi gld. parotis, menginervasi otot–otot muka)



c. n. glossopharyngeus / N. IX



d. n. vagus / N. X



e. n. mandibularis (cabang n.V): menginervasi otot-otot mastikasi



Biokimia Analisis Gigi Bagian keras dari gigi adalah email, dentin dan sementum yang merupakan jaringan yang mengalami klasifikasi. Bagian ini mengandung bahan-bahan organic dan anorganik. Bagian tengah adalah pulpa gigi, merupakan massa organic yang lunak, tidak mengalami klasifikasi, tetapi mengandung pembuluh darah dan syaraf.



Pemeriksaan dengan sinar X, terhadap bahan organic pada email dan dentin dari gigi menunjukan susunan tulang terutama terdiri atas garam hidroksi-apatit, Ca2(OH)2 . 3 Ca(PO4)2 atau Ca10(OH)2(PO4)6







48



Kreatin merupakan unsure organic yang utama pada email. Juga ada sedikit kolesterol dan fosfolipid. Pada dentin terdapat kalogen dan elastin bersama dengan glikoprotein dan lipid email. Kalogen merupakan unsure organik utama pada sementum, pada dentin lebih sedikit. Pada email juga terdapat sitrat.



Metabolisme Gigi



Pemeriksaan dengan isotop radio aktif (dengan radiofosfor) menunjukan bahwa email khususnya dentin terjadi pertukaran zat (turnover) yang konstan dan keadaan ini berjalan lambat pada gigi dewasa. Diit harus mengandung Kalsium, fosfor , juga vitamin A, C dan D untuk terjadinya klasifikasi yang normal. Bila diit rendah Ca dan P, terjadi demineralisasi terutama pada tulang, sedang pada gigi terjadi klasifikasi yang diperlambat. Metabolisme mineral dalam tulang dan gigi tidak selalu sejajar. Fluorida sangat penting untuk mencegah terjadinya karies dentis, dan dibutuhkan dalam jumlah optimum. Kekurangan dan kelebihan fluoride akan menyebabkan kerusakan gigi.







49



PRAKTIKUM ANALISIS GIGI



Masukan sebutir gigi kedalam labu yang berisi 25 cc asam nitrat encer, kemudian biarkan semalam (atau sampai praktikum berikutnya).



1.Menunjukkan adanya fosfat



Saringlah larutan yang mengandung gigi tadi. Pada filtrate tambahkan ammonium hidroksida sampai alkalis (periksa dengan lakmus atau indicator universal). Terjadinya endapan menunjukan adanya fosfat. Garam fosfat apa yang mengendap ini?



2.Saringlah dan endapan (presipitat) jangan dibuang.



3.Filtrat



a. Menunjukan adanya Cl



Kedalam tabung reaksimasukan sebagian filtrate kemudian asamkan dengan HNO3 dan tambahkan larutan AgNO3. terjadinya endapan AgCl berwarna putih menunjukan adanya Cl.







b.Menunjukan adanya sulfat



Kedalam tabung reaksi masukan sedikit filtrate kemudian asamkan dengan HCl, dan tambahkan larutan BaCl2. adanya endapan BaSO4 menunjukan adanya sulfat.



4.Presipitat (endapan dari no 2)



Tambahkan asam cuka encer pada endapan diatas kertas saring. Disini ada sebagian endapan yang tidak larut (jangan dibuang. Lih no 5)



a.Menunjukan adanya kalsium







Kedalam tabung reaksi masukKan filtrate, tambahkan 1 cc larutan ammonium oksalat 5 %. Endapan putih yang terjadi beberapa saat menunjukan adanya kalsium.



b.menunjukan adanya fosfat



Kedalam tabung reaksi masukan 1 cc filtrate, tambahkan 1 cc larutan urea 10 % dan 10 cc pereaksi molibdat (khusus). Campur, kemudian tambahkan 1 cc larutan ferro sulfat (khusus), akan timbul warna biru dan menjadi biru tua bila dibiarkan . ini menunjukan adanya ortofosfat.



c.Menunjukan adanya magnesium







50



Sisa filtarat dipanaskan sampai mendidih dan tambahkan ammonium karbonat dan ammonium klorida pelan-pelan dalam larutan panas sampai terbentuk endapan kalsium karbonat (CaCo3). MgCO3 tidak mengendap karena adanya NH4 Cl kemudian saring. Pada filtrate yang terjadi tambahkan Na2HPO4, dan buat alkalis dengan NH4 OH. Bila ada Mg, maka terjadi endapan ammonium –magnesium-fosfat.



5.Ambilah endapan yang tidak larut dengan asam cuka (lihat 4) pada endapan yang diperoleh dari no 4, tambahkan sedikit HCl encer dan pada filtratnya lakukan percobaan sebagai berikut :



a. Menunjukan adanya fosfat



Lihat diatas!



b.Menunjukan adanya besi (Fe)



Pada sisa filtrate tambahkan 1 ml ammonium tiosianat. Terjadinya warna menunjukan adanya besi. Atau dengan menambahkan 1 cc kalium ferro-sianida, terjadi biru atau terjadi warna biru atau hijau.



Catatan :



Catatlah semua hasil yang didapat dan buatlah laporannya dengan lengkap sebagai suatu laporan hasil analisis gigi secara kimiawi. Perlu diketahui bahwa hasil analisis tersebut hanya secara kualitatif, untuk pemeriksaan secara kuantitatif diperlukan metode tersendiri yang juga dapat dikerjakan.







51



TATA TERTIB PRAKTIKUMFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA



SYARAT DAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM WAKTU PRAKTIKUM



1.Praktikum dimulai sesuai jadwal yang telah ditentukan. 2.Mahasiswa hanya boleh pindah jadwal atau mengikuti inhal di waktu lain hanya yang merupakan utusan prodi/fakultas/ universitas dengan diketahui kaprodi/dekan /rektor 3.Dalam hal-hal tertentu pindah jadwal atau mengikuti inhal di waktu lain dengan diketahui PJ blok, DPA dan pembimbing penelitian.



PRETEST



1.Mengikuti pretest adalah syarat mahasiswa mengikuti kegiatan praktikum. 2.Sebelum kegiatan belajar dimulai, dilaksanakan pretest. 3.Bagi mahasiswa yang terlambat namun pretest masih berlangsung, diperbolehkan mengikuti pretest tanpa penambahan waktu. Bagi mahasiswa yang terlambat namun pretest sudah selesai, maka tidak diperkenankan mengikuti acara praktikum dan harus mengikuti inhal praktikum. 4.Mahasiswa tidak diperkenankan mengikuti kegiatan praktikum bila nilai pretest < 40 5.Mahasiswa wajib mengerjakan pretest dengan jujur, bila melakukan kecurangan (mencontek teman, bekerjasama, membuat dan menggunakan contekan, dll) ataupun tindakan mencurigakan yang lain (tengak-tengok, lirak-lirik, berbisik/ berbicara dengan teman, menggunakan HP, dll), maka asisten



52



berhak memberikan peringatan dan sanksi (pengurangan nilai, pembatalan pretest, dan/atau mengeluarkan mahasiswa tsb). Tidak diperkenankan mencoret jawaban, menggunakan tipex untuk mengganti jawaban atau menggunakan pensil pada saat mengerjakan pretest.



KETENTUAN PAKAIAN



1.Mahasiswa yang mengikuti praktikum wajib menggunakan jas praktikum, dikancingkan rapi sesuai dengan ketentuan sebagai berikut :



a.Jas panjang putih selutut. Jas praktikum bukan jas dokter. b.Di bagian dada kanan terdapat badge nama mahasiswa tertulis lengkap dan PSDG-FKIK UMY sebagai identitas diri pemilik jas laboratorium. c.Di bagian dada kiri terdapat badge logo UMY sebagai identitas almamater pemilik jas laboratorium. d.Terdapat dua kantong di sisi kanan dan kiri bawah depan jas laboratorium. 2.Bagi mahasiswa yang tidak membawa jas praktikum sesuai ketentuan, tidak diperkenankan mengikuti kegiatan belajar. 3.Mahasiswa yang mengikuti praktikum wajib berpenampilan sopan dan rapi serta berbusana sesuai dengan ketentuan yang berlaku :







Laki -laki :



a.Menggunakan atasan kemeja kain / kaos yang berkerah, tidak berbahan jeans atau menyerupai jeans dan dikancingkan rapi.







53



b.Menggunakan bawahan celana panjang kain, tidak berbahan jeans atau menyerupai jeans. c.Rambut pendek tersisir rapi, tidak menutupi telinga dan mata serta tidak melebihi kerah baju.







54



PETUNJUK SKILLS LAB DIRECT ANTHOPOMETRY



Penyusun



drg. Atiek Driana Rahmawati, MDSc, Sp.KGA







55



I. Tujuan Umum



Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan anak secara direct antropometri untuk mengetahui status gizinya dan perkembangan kompleks dentokraniofasial.



II. Tujuan Khusus



1. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan secara benar serta menyimpulkannya.



2. Mahasiswa mampu menentukan indeks kepala secara benar serta menyimpulkannya.



3. Mahasiswa mampu menentukan indeks muka/wajah secara benar serta menyimpulkannya.



III. Dasar Teori



Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.



Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau demensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan natrium dalam tubuh). Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik.



Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Di sini menyangkut adanya proses differensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan system organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah



56



laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ/individu.



Staus Gizi Anak



Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi anak:



1. Faktor langsung: asupan makanan dan penyakit



2. Faktor tidak langsung antara lain: ekonomi, pertanian, budaya, pendidikan dan pekerjaan, kebersihan lingkungan, fasilitas pelayanan kesehatan.



Penilaian status gizi secara langsung dapat dikerjakan dengan:



1. Pemeriksaan klinis



2. Antropometri



3. Uji biokimiawi (survey gizi)



4. Uji biofisik(radiografi, faali, sitologis)



Penilaian status gizi secara tak langsung dapat dilakukan dengan mengamati angka statistik yang diperoleh dari berbagai jenis penyakit, misalnya: tuberculosis, mortalitas ibu dan bayi baru lahir, angka harapan hidup dll. Pada prinsipnya bahwa malnutrisi dapat mempengaruhi morbiditas maupun mortalitas beberapa penyakit.



Penilaian Status Gizi Secara Direct Antropometri



Antropometri : “antropos” = manusia dan “metri” = mengukur



Berat Badan



Berat badan merupakan ukuran fisik yang paling penting. Berat badan merupakan peningkatan/penurunan jaringan tubuh (tulang, massa otot, lemak, cairan tubuh,dsb). Berat badan dipakai sebagai indikator terbaik saat ini untuk menilai gizi dan tumbuh kembang balita. Berat badan sensitive terhadap perubahan yang ada dan pengukurannya dapat dilakukan dengan mudah dan murah. Berat badan dapat diukur sekali (mis.untuk survey) atau diukur berkalikali/secara seri (mis.di Posyandu). Pengukuran secara seri mempunyai kelebihan: dapat memberi gambaran tentang pertumbuhan anak. Analisis berat badan harus mempertimbangkan keadaan pathologis (mis.edema, splenomegali). Dalam teknik



57



pengukuran perlu memperhatikan pakaian yang digunakan, berdiri tetap di tengah timbangan dan tidak berpegangan pada obyek; anak yang rewel sebaiknya ditimbang bersama ibunya.



Tinggi Badan



Tinggi badan merupakan ukuran fisik yang terpenting ke dua. Tinggi badan meningkat terus pada masa bayi, kemudian melambat dan menjadi pesat pada masa remaja selanjutnya melambat lagi dan akhirnya berhenti pada usia 18-20 tahun. Tinggi badan merupakan penjumlahan 4 komponen: tungkai, pelvis, tulang belakang dan kepala. Teknik pemeriksaan yang perlu diperhatikan:



1. Anak tidak menggunakan alas kaki.



2. Telapak kaki anak ditekan ke lantai, lutut ditekan ke tembok, sehingga tumit, betis, pantat, bahu dan kepala anak benar-benar menempel pada dinding.



3. Anak melihat lurus ke depan dan pandangan mata anak sejajar dengan lantai.



4. Tangan kanan pengukur menurunkan papan kepala sehingga benar-benar menempel puncak kepala (bukan hanya rambut).



Bila posisi benar ketalitian hingga 0,1 cm.



5. Untuk bayi dan prasekolah, pengukuran tinggi badan dilakukan dengan menghitung panjang badan dari puncak kepala-tumit)dengan posisi tidur, karena dianggap anak masih sulit untuk berdiri sesuai anjuran.



Indeks Massa Tubuh



Indeks massa tubuh digunakan untuk melihat status gizi pada orang dewasa



Rumus : IMT =







BB (kg)



TB2(m)



INDEKS



STATUS GIZI



KATEGORI



< 18,5



Kurang



Kurus



18,5 – 25,0



Normal



Normal



> 25,0



Lebih



Gemuk



58



Lingkar Kepala



Lingkar kepala mencerminkan volume otak, biasanya berguna untuk mendeteksi kelainan seperti hidrosefalus atau mikrosefali. Pengukuran lingkar kepala digunakan untuk manaksir pertumbuhan otak. Jika otak tidak tumbuh normal maka kepala akan kecil sehingga lingkar kepala juga kecil. Ukuran otak meningkat pesat pada tahun pertama, sehingga saat itu lingkar kepala lebih menggambarkan usia daripada status gizi.



Indeks Kepala



Indeks Kepala diperoleh dari perhitungan lebar kepala maksimum dan panjang kepala maksimum.



Lebar kepala:



jarak horizontal terlebar antara puncak Supramastoidea dan Zygomatik kanan dan kiri (dalam mm).



Panjang kepala: jarak antara Glabella – Occipital (dalam mm).



Rumus Indeks Kepala =



Kesimpulan :



Lebar Kepala Maksimum Panjang Kepala Maksimum



Indeks < 74,9 75,0-79,9 > 80,0



X 100



Bentuk Kepala



dolikosefali



mesosefali



brakisefali







Indeks Wajah/Muka



Indeks wajah diperoleh dari perhitungan tinggi wajah (jarak vertikal NasionGnathion) dan lebar wajah (jarak antara zygomatik kanan dan kiri).







59



Rumus Indeks Wajah



=



Tinggi Wajah (mm) Lebar Wajah (mm)



X 100







Kesimpulan :



Indeks X – 79,9



Bentuk Wajah



hipereuriprosop



80,0 – 84,9



euriprosop



85,0 – 89,9



mesoprosop



90,0 – 94,9



leptoprosope



95,0 – Y



hiperleptoprosop



IV. Alat dan Bahan



1. Timbangan berat badan dan alat ukur tinggi badan à tersedia



2. Spreading caliper (occipital caliper) à tersedia



3. Sliding caliper à setiap mahasiswa harap membawa sendiri-sendiri



V. Tahapan



1. Mahasiswa 1 angkatan dibagi dalam 10 kelompok, di mana tiap kelompok terdiri dari 7-8 mahasiswa.



2. Mahasiswa dalam tiap kelompok dibagi lagi dalam



beberapa kelompok



kecil (@ 2-3 mahasiswa).



3. Tiap mahasiswa dalam kelompok kecil tersebut saling mengukur:



a. berat badan dengan timbangan berat badan yang tersedia



b. tinggi badan dengan alat ukur tinggi badan yang tersedia



c. menghitung Indeks Massa Tubuh dan membuat kesimpulan



d. panjang kepala dengan jangka bentang (spreading caliper)



e. lebar kepala dengan jangka bentang (spreading caliper)



f. melakukan perhitungan Indeks Kepala dan membuat kesimpulan



g. tinggi wajah/muka dengan jangka sorong (sliding caliper)



h. lebar wajah/muka dengan jangka sorong (sliding caliper)







60



i. menghitung Indeks Wajah dan membuat kesimpulan







61



CHECK LIST SKILLS LAB







Check List



SKILLS LAB DIRECT ANTROPOMETRI



NO



KRITERIA



SKOR 0







1



2



KETERANGAN 3



A



Pengukuran Berat Badan & Tinggi Badan



1



Pengukuran Berat Badan



0: tidak dilakukan



1: dilakukan tapi salah



2: dilakukan dengan benar



2



Pengukuran Tinggi Badan



0: tidak dilakukan



1: dilakukan tapi salah



2: dilakukan dengan benar



3



Menyimpulkan hasil pengukuran.



0: tidak dilakukan



1: dilakukan tapi salah



2: dilakukan dengan benar



B



Indeks Kepala



4



Pengukuran Panjang Kepala



0: tidak dilakukan



1: dilakukan tapi salah



2: dilakukan dengan benar



5



Pengukuran Lebar Kepala



0: tidak dilakukan



1: dilakukan tapi salah



2: dilakukan dengan benar



6



Menyimpulkan hasil pengukuran.



0: tidak dilakukan



1: dilakukan tapi salah



2: dilakukan dengan benar tapi kurang sempurna



3: dilakukan dengan benar dan sempurna



C



Indeks Muka/Wajah



7



Pengukuran Tinggi Wajah



0: tidak dilakukan



1: dilakukan tapi salah



2: dilakukan dengan benar



8



Pengukuran Lebar Wajah



0: tidak dilakukan



1: dilakukan tapi salah



2: dilakukan dengan benar



9



Menyimpulkan hasil pengukuran



0: tidak dilakukan



1: dilakukan tapi salah



2: dilakukan dengan benar tapi kurang sempurna



3: dilakukan dengan benar dan sempurna



62



IDENTIFIKASI MORFOLOGI GIGI PERMANEN DAN DESIDUI



Disusun oleh :



drg. Indri kurniasih, M.Med.Ed







63



Identifikasi MORFOLOGI GIGI Capaian ketrampilan khusus :



1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi bagian-bagian anatomi gigi dengan benar



2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi morfologi spesifik gigi permanen dan desidui



Tata tertib skills lab 1)



Mahasiswa hadir tepat waktu .



1) Menggunakan jas lab.



2) Di awal skills lab selalu diadakan pre-test.



3) Semua elemen gigi dan hasil pengukiran malam tidak boleh dibawa pulang, disimpan pada tempat yang telah disediakan oleh masing-masing mahasiswa (diberi identitas)



4) Semua alat yang dipinjam harus dijaga dan disimpan dengan baik dan dikembalikan pada akhir skills lab, kerusakan alat menjadi tanggung jawab peminjam.



5) Semua peserta skills lab wajib menjaga kebersihan ruang skills lab







64



Tahapan Skills Lab



Kegiatan Skills lab pertemuan 1



Mahasiswa melakukan identifikasi morfologi gigi permanen Incisivus dan Caninus secara individual dengan instruktur pembimbing kelompok. Instruktur memberi nilai checklist identifikasi apabila mahasiswa telah mampu mengidentifikasi gigi Incisivus dan Caninus dengan benar.



Kegiatan Skills lab pertemuan 2



Mahasiswa melakukan identifikasi morfologi gigi permanen Premolar dan Molar secara individual dengan instruktur pembimbing kelompok. Instruktur memberi nilai checklist identifikasi apabila mahasiswa telah mampu mengidentifikasi gigi Premolar dan Molar dengan benar.



Kegiatan Skills lab pertemuan 3



Mahasiswa melakukan carving morfologi gigi Premolar dan Molar secara individual dengan bimbingan instruktur pembimbing kelompok. Instruktur memberi nilai checklist carving apabila mahasiswa telah mampu menyelesaikan carving malam dengan benar.



Kegiatan Skills lab pertemuan 4



Mahasiswa yang belum menyelesaikan pertemuan ke 3 melanjutkan melakukan carving morfologi gigi Premolar dan Molar secara individual dengan bimbingan instruktur pembimbing kelompok. Instruktur memberi nilai checklist carving apabila mahasiswa telah mampu menyelesaikan carving malam dengan benar.



Kegiatan Skills lab pertemuan 5



Mahasiswa melakukan identifikasi morfologi gigi desidui dan berlatih melakukan persiapan OSCE. Setiap kelompok akan mendapatkan 1 kotak berisi bermacam macam elemen gigi. Setiap mahasiswa berlatih secara mandiri melakukan identifikasi elemen gigi yang tersedia didampingi instruktur







65



ALAT dan BAHAN



1. 4 jenis gigi yang telah ditentukan (dibawa oleh setiap Mahasiswa)



2. Model rahang dengan Boxing malam/waxing blok (disiapkan skills lab)



3. Lampu spirtus (disediakan skills lab)



4. Crownmess (dibawa oleh mahasiswa)







66



CHECK LIST IDENTIFIKASI GIGI INCISIVUS



TGL



No



Kriteria



1



Menjelaskan dan menunjukkan ciri-ciri mahkota (minimal 3)



2



Menjelaskan dan menunjukkan ciri-ciri akar



(minimal 3)



3



Mampu mengidentifikasi gigi incisivus sisi kanan-kiri rahang atas dan bawah



4



Mampu membedakan gigi incisivus sentralis dan lateralis RA dan RB



5



Menuliskan nomenklatur gigi incisivus (yang ditunjuk oleh instruktur)



Competent



(Paraf Instruktur)



CHECK LIST IDENTIFIKASI GIGI CANINUS



TGL







No



Kriteria



1



Menjelaskan dan menunjukkan ciri-ciri mahkota (minimal 3)



2



Menjelaskan dan menunjukkan ciri-ciri akar



(minimal 3)



3



Mampu mengidentifikasi gigi caninus rahang kanan dan kiri



67



Competent



(Paraf Instruktur)







4



Mampu membedakan caninus RA dan RB



5



Menuliskan nomenklatur gigi caninus (yang ditunjuk oleh instruktur)



68



CHECK LIST IDENTIFIKASI GIGI PREMOLAR



TGL



No



Kriteria



1



Menjelaskan dan menunjukkan ciri-ciri mahkota (minimal 3)



2



Menjelaskan dan menunjukkan ciri-ciri akar



(minimal 3)



3



Mampu mengidentifikasi gigi Premolar pertama dan kedua sisi kanan-kiri Rahang Atas dan Bawah



4



Mampu membedakan premolar pertama dan kedua RA dan RB



5



Menuliskan nomenklatur gigi premolar (yang ditunjuk oleh instruktur)



Competent



(Paraf Instruktur)



CHECK LIST IDENTIFIKASI GIGI MOLAR



TGL







No



Kriteria



1



Menjelaskan dan menunjukkan ciri-ciri mahkota (minimal 3)



2



Menjelaskan dan menunjukkan ciri-ciri akar



(minimal 3)



3



Mampu mengidentifikasi gigi Molar pertama dan kedua sisi kanan-kiri Rahang Atas dan Bawah



69



Competent



(Paraf Instruktur)



4



Mampu membedakan Molar pertama dan kedua RA dan RB



5



Menuliskan nomenklatur gigi premolar (yang ditunjuk oleh instruktur)



CHECKLIST CARVING MALAM PADA MODEL RAHANG



TGL



No



Kriteria



Skor (paraf) 0



1



Premolar Aspek Oklusal/ incisal Aspek Bukal dan lingual



1



2



Keterangan



3 1= salah



2= dilakukan kurang benar



3= benar



Mesial dan distal 2



Molar Aspek oklusal/ incisal Aspek bukal dan lingual Aspek mesial dan distal



ACC akhir :







70



1= salah



2= dilakukan kurang benar



3= benar



TEORI MORFOLOGI GIGI SILAHKAN DIBACA DI E-LEARNING BLOK 5 (KURIKULUM 2017)



KOMPONEN PENILAIAN KEGIATAN HARIAN SKILLS LAB



Nama Mahasiswa



:



NIM



:



BLOK



:



TOPIK SKILLS LAB. Identifikasi gigi Incisivus dan Caninus Identifikasi gigi Molar dan Premolar Carving malam Carving malam Identifikasi gigi desidui dan latihan OSCE







71



PRE



TES



KEAKTI



FAN



KERJA SAMA



INTERAKSI



PARAF INSTRUKTUR



SKILLS LAB KOMUNIKASI



SKENARIO



(Pasien)



Seorang anak perempuan berusia 9 tahun datang ke dokter gigi ditemani ibunya dengan keluhan seluruh gigi tetap sejak tumbuh berwarna kecoklatan dan tampak ada garis patahan di permukaan gigi. Pemeriksaan klinis menunjukkan bahwa semua gigi permanen berwarna kecoklatan dan terdapat ceruk di permukaan labial dan bukal gigi.



Instruksi untuk pasien simulasi (ibu):



Nama : sesuai pasien (dijawab ibunya)



Rentang Usia : 9 tahun



Jenis kelamin : perempuan



Alamat : alamat ps sendiri



Riwayat penyakit sekarang :



1. Keluhan utama : kecoklatan dan terdapat garis pada seluruh gigi yang baru tumbuh



2. Rasa sakit: tidak ada



3. Lokasi: di semua regio



1. Sejak kapan : sejak gigi tumbuh



2. Riwayat pengobatan terkait keluhan : belum pernah



3. Keluarga dengan keluhan yang sama: ada, ayah dan kakak laki-laki



Riwayat kesehatan umum :



1. Penyakit kronis/rawat inap/alergi : tidak ada (kondisi pasien sehat)



1. Riwayat pengobatan : tidak ada



Riwayat kesehatan oral :



1. Menyikat gigi 2x sehari, pagi setelah makan dan malam sebelum tidur



2. Riwayat perawatan ke dokter gigi :belum pernah ke dokter gigi



Riwayat kesehatan keluarga :







72



ayah dan ibu sehat (tidak memiliki penyakit sistemik). Kondisi gigi ayah dan kakak laki-laki serupa dengan pasien. Kondisi gigi ibu dan adik perempuan normal.



Riwayat kebiasaan sosial :



Pola makan anak: suka sayur dan buah



Kepada Dokter gigi:



1. Apa nama penyakit nya?



2. Penyebab?



3. Perawatan?



SKENARIO



(Dokter)



Seorang anak perempuan berusia 9 tahun datang ke dokter gigi ditemani ibunya dengan keluhan seluruh gigi tetap sejak tumbuh berwarna kecoklatan dan tampak ada garis patahan di permukaan gigi. Pemeriksaan klinis menunjukkan bahwa semua gigi permanen berwarna kecoklatan dan terdapat ceruk di permukaan labial dan bukal gigi.



Pertanyaan-pertanyaan yang mungkin muncul berdasarkan skenario: (diisi mahasiswa)







73



PETUNJUK SKILLS LAB



PICO



Penyusun



drg Indri Kurniasih, M. MedEd



drg. Nyka Dwi Febria, M. MedEd



kontributor : drg Arya Adiningrat, PhD



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI



FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN



UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA



2017







74



EBM (Evidance Base Madicine)



I.



PENDAHULUAN



Pada tahun 2000 Sackett et al., mendefinisikan EBM: “the integration of best



research evidence with clinical expertise and patient values” – EBM adalah integrasi bukti-bukti riset terbaik dengan keterampilan klinis dan nilai-nilai pasien.



EBM



bertujuan membantu klinisi memberikan pelayanan medis yang lebih baik agar diperoleh hasil klinis (clinical outcome) yang optimal bagi pasien, dengan cara memadukan bukti terbaik yang ada, keterampilan klinis, dan nilai-nilai pasien.



Dua sebab utama EBM diperlukana antara lain:



1. Jumlah publikasi medis tumbuh sangat cepat, sehingga para dokter dan



mahasiswa kedokteran kewalahan untuk mengidentifikasi bukti yang relevan, berguna, dan dapat dipercaya (Del Mar et al., 2004).



2. Melunturnya “trust” (kepercayaan) masyarakat terhadap integritas pelayanan



kedokteran dan praktisi yang memberikan pelayanan medis







75



Praktik EBM terdiri atas lima langkah (Tabel 1) (Straus et al., 2005), yaitu:



PICO



EBM (Evidance Base Medicine) diperlukan untuk membantu dalam proses perawatan yang tepat kepada pasien. Beberapa penelitian yang ada diperlukan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan yang dimiliki. EBM diperlukan karena perkembangan di bidang kesehatan sangat pesat dengan berbagai penelitian yang ada. Sedangkan dari banyak penelitian tersebut harus kita pilih mana yang sesuai yang dapat digunakan dalam peningkatan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Salah satu kritikal jurnal yang dapat digunakan untuk membantu menilai jurnal tersebut adalah PICO.



PICO dapat digunakan untuk membuat beberapa macam pertanyaan penelitian, seperti penelitian pada makluk hidup, material, penelitian tentang suatu gejala, dan masih banyak yang lainnya. Dengan kritikal jurnal PICO diharapkan dapat menemukan jurnal yang tepat untuk meningkatkan ilmu pengetahuan yang diperlukan. Terdapat 4 komponen PICO yaitu:



Akronim P



76



Definisi



Deskripsi



Pasien / Problem



Pasien, sekelompok pasien, masalah kesehatan



I



Intervensi



Merupakan intervensi yang dilakukan dalam kepentingan penelitian, seperti: terapeutik, suatu tindakan pencegahan penyakit, diagnostik, prognosis,



administratif, atau terkait dengan masalah ekonomi.



C



Control/ Comparison



standar intervensi (grup kontrol)/ pembanding



O



Outcome



Hasil



Langkah 1 : PICO



Rumusan pertanyaan dengan spesifik dan terstruktur terdiri atas empat komponen, disingkat ―PICO:



1. Patient and problem



Pertanyaan klinis perlu mendeskripsikan dengan jelas karakteristik pasien dan masalah klinis pasien yang dihadapi. Karakteristik pasien dan masalahnya perlu dideskripsikan dengan eksplisit agar bukti-bukti yang dicari dari database hasil riset relevan dengan masalah pasien dan dapat diterapkan



2. Intervention



Pertanyaan klinis perlu menyebutkan dengan spesifik intervensi yang ingin diketahui manfaatnya. Intervensi diagnostik mencakup tes skrining, tes/ alat/ prosedur diagnostik, dan biomarker. Intervensi terapetik meliputi terapi obat, vaksin, prosedur bedah, konseling, penyuluhan kesehatan, upaya rehabilitatif, intervensi medis dan pelayanan kesehatan lainnya.



3. Comparison



Metodologis untuk dapat menarik kesimpulan tentang manfaat suatu penelitian, maka akurasi tes memerlukan perbandingan dengan keberadaan yang sesungguhnya/rujukan standar, atau dibandingankan dengan kelompok lain.



4. Outcome



Efektivitas intervensi diukur berdasarkan perubahan pada hasil yang didapatkan dalam penelitian.







77



Langkah 2: Mencari Bukti



Setelah merumuskan pertanyaan klinis secara terstruktur, langkah berikutnya adalah mencari bukti-bukti untuk menjawab pertanyaan tersebut. Bukti adalah hasil dari pengamatan dan eksperimentasi sistematis. Jadi pendekatan berbasis bukti sangat mengandalkan riset, yaitu data yang dikumpulkan secara sistematis dan dianalisis dengan kuat setelah perencanaan riset (Banta, 2003). Bukti ilmiah yang dicari dalam EBM memiliki ciri-ciri EUREKA: Evidence that is Understandable, Relevant, Extendible, Current and Appraised. Bukti tersebut dapat dipahami, relevan, dapat diterapkan/ diekstrapolasi, terkini, dan telah dilakukan penilaian (Mathew, 2010).



Gambar 2. Strategi mencari bukti dari artikel dalam jurnal



ABSTRACT (abstrak) jurnal kedokteran umumnya terstruktur, terdiri atas BACKGROUND (berisi latar belakang dan tujuan), SUBJECT/ MATERIAL AND METHODS (subjek/ materi dan metode), RESULTS (hasil), dan CONCLUSIONS (kesimpulan). Jika isi abstrak mengindikasikan bahwa artikel itu tidak menjawab pertanyaan klinis (PICO) dan/ atau menggunakan metode dasar yang tidak benar, maka teruskan dengan mencari bukti dari artikel lainnya. Sebaliknya jika relevan, maka lakukan penilaian kritis (critical appraisal) menyangkut VIA (validity, importance, acceptability) bukti-bukti pada artikel tersebut.



Langkah 3: Menilai Kritis Bukti







78



EBM merupakan praktik penggunaan bukti riset terbaik yang tersedia (best available evidence). Tetapi tidak semua sumber bukti memberikan kualitas bukti yang sama. Dokter/ mahasiswa dituntut untuk berpikir kritis dan menilai kritis bukti (critical appraisal). Nilai bukti ditentukan oleh dua hal: (1) Desain riset; dan (2) Kualitas pelaksanaan riset. Nilai tertinggi (excellent evidence) berasal dari kajian sistematis (systematic review) dari sejumlah randomized controlled trial (RCT), dan bukti yang buruk (poor evidence) berasal dari pendapat pakar.



Penilaian kritis kualitas bukti dari artikel riset meliputi penilaian tentang validitas (validity), kepentingan (importance), dan kemampuan penerapan (applicability) bukti-bukti klinis tentang etiologi, diagnosis, terapi, prognosis, pencegahan, kerugian, yang akan digunakan untuk pelayanan medis individu pasien, disingkat “VIA”.



Validity



Validitas (kebenaran) bukti yang diperoleh dari sebuah riset tergantung dari cara peneliti memilih subjek/ sampel pasien penelitian, cara mengukur variabel, dan mengendalikan pengaruh faktor ketiga yang disebut faktor perancu (confounding factor).



Importance



Memberikan informasi yang cukup penting (important), sehingga berguna untuk menegakkan diagnosis, memilih terapi yang efektif, atau hasil lain yang bermanfaat.



Applicability



Bukti yang valid dan penting dari sebuah riset hanya berguna jika bisa diterapkan dengan konsep efikasi dan efektivitas. Efikasi (efficacy) adalah bukti tentang kemaknaan efek yang dihasilkan oleh suatu intervensi, baik secara klinis maupun statistik, seperti yang ditunjukkan pada situasi riset yang sangat terkontrol. Efektivitas (effectiveness) adalah bukti tentang kemaknaan efek yang dihasilkan oleh suatu intervensi, baik secara klinis maupun statistik, sebagaimana ditunjukkan/ diterapkan pada dunia yang nyata.



Langkah 4: Menerapkan Bukti



Langkah EBM diawali dengan merumuskan pertanyaan klinis dengan struktur PICO, diakhiri dengan penerapan bukti intervensi yang memperhatikan aspek PICO (patient, intervention, comparison, dan outcome). Selain itu, penerapan bukti



79



intervensi perlu mempertimbangkan kelayakan (feasibility) penerapan bukti di lingkungan praktik klinis.



Langkah 5: Mengevaluasi Kinerja Penerapan EBM



Evaluasi terdiri dari tiga kegiatan sebagai berikut (Hollowing dan Jarvik, 2007):



1. Mengevaluasi efisiensi penerapan langkah-langkah EBM.



2. Meakukan audit keberhasilan dalam menggunakan bukti terbaik sebagai dasar



3. Mengidentifikasi area riset di masa mendatang



II.



ALUR SKILLS LAB MELAKUKAN PENELAAH KRITIS PADA JURNAL



Download Jurnal melalui e-learning blok 1



Per indivu mempelajari 3 Jurnal yang diberikan



Saat kegiatan skills lab membawa Jurnal



Mahasiswa per ruang tutorial dibagi 3 kelompok kecil



(ruang tutorial)



Per kelompok melakukan presentasi, anggota lain menanggapi 




5 menit pre test



10 menit penjelasan awal PICO dan pembagian kelompok



20 menit diskusi dan membuat PPT



15 menit presentasi (@kelompok)



5 – 10 menit tanya jawab ( @kelompok)



5 penutup







80



Mahasiswa berdiskusi dan membuat telaah poin poin PICO, tiap kelompok membuat powerpoint



Judul Jurnal : (Download lengkap di e-Ls)



Panduan Pembuatan Presentasi “Journal Reading”



Isi Slide



Keterangan



Slide Pertama



Judul Jurnal dan Penulis



-



Slide Kedua



Introduction



Pada Slide ini berisikan tentang alasan/latar belakang peneliti melakukan penelitian, penjelasan penelitian yang dilakukan sebelumnya, dan keraguan yang ingin diteliti lebih lanjut.



Slide Ketiga



Material dan Method



Material dan metode yang digunakan dalam penelitian (mengetahui dan mengerti lahkah-langkah yang dilakukan di dalam penelitian).



Slide Keempat



Result



Berupa tabel dan narasi tabel a. membaca tabel hasil penelitian b. mencocokkan kesesuaian antara tabel dan narasi



Slide Kelima







81



Discussion



Bagian ini menerangkan hasil yang diperoleh dan apakah hasil tersebut sesuia dengan jurnal pendukung.



Slide Keenam



Conclusion



a. Menjawab tujuan penelitian b. Kelemahan dan kelebihan jurnal



DAFTAR PUSTAKA



Banta D, Behney CJ, Andrulis DP (1978). Assessing the efficacy and safety of medical technologies. Washington, Office of Technology Assessment.



Del Mar C, Glasziou P, Mayer D (2004). Teaching evidence based medicine. Should be integrated into current clinical scenarios. BMJ;329:989–90



Mathew JL (2010). Beneath, behind, besides and beyond evidence-based medicine. Indian Pediatrics, 47: 225-227



Murti, Bisma (2010). Pengantar Evidence-Based Medicine. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret



Hollingworth W, Jarvik JG (2007).Technology assessment in radiology: Putting the evidence in evidence-based radiology. Radiology: 244L1): 31-38



Sackett DL, Straus SE, Richardson WS, Rosenberg WM, Haynes B (2000). Evidence based medicine: how to practice and teach EBM. (2nd ed.) Toronto: Churchill Livingstone



Straus SE, Richardson WS, Glasziou P, Haynes RB (2005). Evidence-based medicine: how to practice and teach EBM. Edisi ketiga. Edinburgh: Churchill Livingstone.







82



DISCUSSION



A. PETUNJUK PELAKSANAAN:



1. Plennary discussion adalah kegiatan diskusi klasikal dimana topik yang diangkat adalah topik yang menarik dan diharapkan dapat meningkatkan deep learning mahasiswa



2. Kelompok penyaji dalam kegiatan ini adalah salah satu kelompok tutorial yang ditetapkan sebagai penyusun makalah pembahasan scenario yang terbaik/kelompok yang ditunjuk secara khusus. Kelompok penyanggah adalah kelompok tutorial lainnya.



3. Pemilihan kelompok penyaji berdasarkan hasil penyusunan makalah pembahasan scenario. Pembahasan scenario sesuai dengan seven jumps dan diperbolehkan menyusunnya dalam bahasa indonesia. Presentasi saat diskusi adalah langkah ke-7 dari seven jumps.



4. Kelompok yang terpillih sebagai pemenang/penyaji wajib berkonsultasi dengan pakar yanng sudah ditunjuk



5. Presentasi dilakukan dalam bahasa inggris



6. Pada plennary discussion akan diadakan miniquiz.



7. Makalah pembahasan dikumpulkan melalui admin tutorial (R. tutor), atau sesuai instruksi penanggungjawab blok



8. Selamat mengerjakan



B. Tanggal Pelaksanaan :



20 April 2020



A. PAKAR



:



1. Prof. Dr. drg. H. Iwa SRS., SU, Sp.KGA(K)







2. Pakar LTC



D. Skenario



A-4-years-old female patient accompanied with her aunt come to dental clinic to consult about her lip and palate condition. She has cleft on her upper lip and palate since she was born. Her aunt said that her mother often got ill and took



83



medication without doctor’s prescription during pregnancy. Patient’s physical examinations show that she is skinny, the size of her upper jaw is small, and asymmetry, further more the number of her teeth are less than normal. She feels unconfident and inferior because of her condition. According to her aunt, both of her parents feel embarrassed due to their child condition.







84