Petunjuk Operasional Pal Domestik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB II PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH 2.1



Proses Pengolahan Air Limbah Domestik



Air limbah domestik yang akan diolah di IPAL adalah berasal dari kamar mandi, wastavel, toilet karyawan, limpasan septik tank dan dari kantin. Diagram proses pengaliran air limbah menuju IPAL seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Air limbah dari beberapa sumber kegiatan



domestik



ditampung



dalam



suatu



bak



penampung/pengumpul. Dari bak pengumpul, air limbah dialirkan dengan pompa celup menuju ke IPAL domestik yang lokasinya terletak di samping pabrik. Pertama air limbah dari bak-bak pengumpul dipompa menuju ke bagian pemisah lemak minyak untuk dipisahkan sisa lemak dan juga kotoran melayang yang tidak terpisahkan dalam bak pengumpul. Selanjutnya dari pemisah lemak melimpas ke equalisasi. Equalisasi ini berfungsi untuk menampung air limbah sementara dan mengatur debit air menuju ke IPAL. Pengaturan debit ke IPAL dilakukan dengan pompa submersible. Di dalam unit IPAL, pertama air limbah dialirkan masuk ke bak pengendap awal, untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran organik tersuspensi. Selain sebagai bak pengendapan, juga berfungsi sebagai bak pengurai senyawa organik yang berbentuk padatan, sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur. Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak kontaktor anaerob (biofilter Anaerob) dengan arah aliran dari atas ke bawah. Di dalam bak kontaktor anaerob tersebut diisi dengan media



khusus dari bahan plastik tipe sarang tawon. Jumlah bak kontaktor



anaerob terdiri dari dua buah ruangan. Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau fakultatif aerobik. Setelah beberapa hari operasi, pada permukaan media



filter



akan



tumbuh



lapisan



film



mikroorganisme.



Mikroorganisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum sempat terurai pada bak pengendap. Air limbah dari bak kontaktor (biofilter) anaerob dialirkan ke bak kontaktor aerob. Di dalam bak kontaktor aerob ini diisi dengan media khusus dari bahan plastik tipe sarang tawon, sambil diaerasi atau dihembus dengan udara sehingga mikroorganisme yang ada akan menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada permukaan media. Dengan demikian air limbah akan kontak dengan mikroorgainisme yang tersuspensi dalam air maupun yang menempel pada permukaan media yang mana hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat organik, serta mempercepat proses nitrifikasi, sehingga efisiensi penghilangan ammonia menjadi lebih besar. Proses ini sering di namakan Aerasi Kontak (Contact Aeration). Dari bak aerasi, air mengalir ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif yang mengandung mikroorganisme diendapkan dan sebagian air dipompa kembali ke bagian bak pengendap awal dengan pompa sirkulasi lumpur. Debit pompa sirkulasi ini dapat diatur dengan buka tutup kran. Sebagian air di bak pengendap akhir melimpas (outlet/over flow) melalui weir menuju ke bak penampung sementara melewati



flow meter di luar IPAL. Dari bak penampung outlet sementara ini air dialirkan menuju ke kolam ikan sebagai bio indikator dan selanjutnya menuju bak klorinasi untuk selanjutnya dibuang ke saluran air hujan. Apabila kondisi outlet tidak memungkinkan untuk ikan dapat hidup, maka aliran ke kolam ikan ditutup, air dari penampung sementara langsung mengalir menuju ke kolam klorinasi dan keluar ke saluran air hujan. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan senyawa khlor untuk membunuh microorganisme patogen. Penambahan khlor dilakukan dengan menggunakan khlor tablet. Air olahan, yakni air yang keluar setelah proses khlorinasi dapat langsung dibuang ke sungai atau saluran umum. Dengan kombinasi proses anaerob dan aerob tersebut selain dapat menurunkan zat organik (BOD, COD), ammonia, padatan tersuspensi (SS), phospat dan lainnya dapat juga turun secara signifikan. Penanganan yang dilakukan untuk mengolah air limbah domestik dengan IPAL, adalah seluruh air limbah yang dihasilkan dari kegiatan domestik pabrik dialirkan menuju ke Bak Pengumpul (BP). Dari BP dialirkan menuju ke IPAL dengan sistem perpompaan. Khusus untuk air limbah dari WC, dialirkan ke dalam septik tank, kemudian limpasan dari septik tank ditampung ke dalam bak pengumpul untuk selanjutnya dialirkan menuju ke IPAL. Jumlah keseluruhan bak pengumpul ada 12 unit.



Gambar 1. Sistem Pengumpulan Air Limbah Domestik Pabrik Kaleng



Gambar 2. Potongan Bak Pengumpul



Gambar 3. Sistem Pemisahan Padatan dengan Pipa Tee pada Bak-Bak Pengumpul



2.2



Proses di Bak Pengumpul (BP) Bak pengumpul dibuat dalam 2 ruangan seperti terlihat pada



gambar 2 dan 3. Antara ruang pertama dan ruang kedua dipasang perpipaan dilengkapi dengan Tee. Sistem Tee ini dimaksudkan untuk menahan kotoran yang mengapung seperti minyak, lemak, potongan daging, plastik, bungkus sampo, karet dll sehingga tidak masuk ke ruang kedua. Pada ruang kedua dipasang pompa submersible dan pompa centrifugal (BP 4, BP7 dan BP 12), Pompa dilengkapi dengan sistem otomatis yang akan bekerja pada saat ada air sampai ketinggian tertentu. Tipe pompa pada tiap-tiap bak pengumpul beserta kebutuhan listriknya terdapat pada Tabel.1. Air limbah dari seluruh bak pengumpul dialirkan ke bak pemisah lemak atau minyak yang menyatu dengan bak equalisasi seperti yang ada pada gambar 4 dan 8. Bak pemisah lemak tersebut berfungsi untuk memisahkan lemak atau minyak yang berasal dari kegiatan dapur, serta untuk mengendapkan kotoran pasir, tanah atau senyawa padatan yang tak dapat terurai secara biologis dan tidak sempat terpisahkan pada bak bak pengumpul. Selanjutnya limpasan dari bak pemisah lemak dialirkan ke bak ekualisasi yang berfungsi sebagai bak penampung limbah dan bak kontrol aliran. Air limbah di dalam bak ekualisasi selanjutnya dipompa ke unit IPAL. Foto bak pemisah lemak equalisasi dan IPAL ditunjukkan pada gambar 4 dan 8.



2.3



Proses di Bak Pengedap Awal Di dalam unit IPAL, pertama air limbah dialirkan masuk ke bak



pengendap awal, untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran organik tersuspensi. Selain sebagai bak pengendapan, juga berfungsi sebagai bak pengurai senyawa organik yang berbentuk padatan, sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur.



Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak kontaktor anaerob (biofilter Anaerob) dengan arah aliran dari atas ke bawah. Di dalam bak kontaktor anaerob tersebut diisi dengan media khusus dari bahan plastik tipe sarang tawon. Jumlah bak kontaktor anaerob terdiri dari satu ruangan. Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau fakultatif aerobik. Setelah beberapa hari operasi, pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikroorganisme. Mikroorganisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum sempat terurai pada bak pengendap. 2.4



Proses Di Bak Kontaktor



Air limbah dari bak kontaktor (biofilter) anaerob dialirkan ke bak kontaktor aerob. Di dalam bak kontaktor aerob ini diisi dengan media khusus dari bahan plastik tipe sarang tawon, sambil diaerasi atau dihembus dengan udara sehingga mikro organisme yang ada akan menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada permukaan media. Dengan demikian air limbah akan kontak dengan mikro-orgainisme yang tersuspensi



dalam air maupun yang menempel pada permukaan media yang mana hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat organik, serta mempercepat proses nitrifikasi, sehingga efisiensi penghilangan ammonia menjadi lebih besar. Proses ini sering dinamakan Aerasi Kontak (Contact Aeration). Foto bak aerasi ditunjukkan pada gambar 10, sedangkan foto blower udara ditunjukkan pada gambar 11. 2.5



Proses di Bak Pengendap Akhir



Dari bak aerasi, air mengalir ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif yang mengandung mikroorganisme diendapkan dan sebagian air dipompa kembali ke bagian bak pengendap awal dengan pompa sirkulasi lumpur. Debit pompa sirkulasi ini dapat diatur dengan buka tutup kran.



Tabel 1. Lokasi Bak Pengumpul Dan Tipe Pompa Pada Setiap Bak



Gambar 4. Potongan Bak Equalisasi



Gambar 5. Potongan Melintang IPAL



Gambar 6. Potongan Bak Pengolah Lanjut



Gambar 7. Bentuk Fisik IPAL Domestik, Equalisasi (kiri) dan IPAL (kanan)



Gambar 8. Bak Pemisah Lemak Minyak Yang Menyatu Dengan Bak Equalisasi



Gambar 9. Bak Kontaktor Anaerob-Aerob Yang Diisi Media Tumbuh Mikroba Tipe Sarang Tawon



Gambar 10. Proses Aerasi Air Limbah Di Bak Aerasi



Gambar 11. Instalasi Blower Udara Untuk Proses Aerasi Air Limbah



Sebagian air di bak pengendap akhir melimpas (over flow) melalui weir menuju ke bak pengolah lanjut. Di bak pengolah lanjut ini air limbah olahan IPAL di proses lagi dengan biofilter aerobik. Bak pengolah lanjut ini terdiri dari 5 ruang. Ruang pertama adalah ruang aerasi, ruang kedua adalah ruang biofilter aerobik, ruang ketiga adalah penampung air olahan, ruang ke empat adalah ruang biokontrol dan ruang ke lima adalah ruang penampung air untuk diproses Ultra Filtrasi. Dari ruang aerasi, air limbah selanjutnya



mengalir ke ruang biofilter aerobik dengan arah aliran dari bawah ke atas. Dari biofilter aerobik air limbah melimpas melalui weir menuju ke ruang penampung air limbah. Dari ruang penampung air limbah ini dipompa menuju filter karbon, sebagian yang tidak sempat terpompa akan melimpas ke saluran pembuangan melalui flow meter. Dari filter karbon air limbah selanjutnya dialirkan menuju ke bak penampungan untuk diproses Ultrafiltrasi sambil diinjeksikan khlor melalui pompa dozing. Ultrafiltrasi yang digunakan terdiri dari 8 membran dengan 3



kapasitas sekitar 80 m per hari yang ditempatkan bersama filter karbon di dalam ruang operator. Alat ini beroperasi secara otomatis yang diatur dengan PLC. Air olahan ultrafiltrasi ditampung pada bak penampung re-use yang berlokasi di samping ruang operator. Apabila air di bak penampung re-use ini penuh, maka akan terjadi overflow. Over flow ini dialirkan ke bak biokontrol dan selanjutnya apabila di bak biokontrol ini penuh maka akan melimpas ke saluran pembuangan melewati flow meter bersama dengan air olahan IPAL.



Gambar 12. Foto Kolam Bio Indikator



Gambar 13. Over Flow Melewati Weir Pada Bak Pengendap Akhir Skema proses pengolahan air limbah domestik dengan sistem biofilter anaerob-aerob yang dilengkapi dengan proses re-use dapat dilihat pada Gambar 14.



Gambar 14. Diagram Proses IPAL Domestik dengan Proses Biofilter Anaerob- Aerob yang Dilengkapi Proses Re-Use.



BAB III STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM KELISTRIKAN IPAL DOMESTIK 3.1



Kelistrikan IPAL secara Umum Peralatan pompa dan blower IPAL domestik PT. UCC di



kontrol dari panel pada ruang operator. Sumber listrik utama (Incoming) di ambil dari ruang pompa di samping 2 PC. Pompa meliputi pompa sirkulasi air limbah, pompa air limbah di bak equalisasi dan pompa-pompa di bak pengumpul. Khusus untuk pompa bak pengumpul Bp.4, Bp.5 dan Bp.8 dapat di operasikan dari kontrol panel IPAL maupun dari lokasi masing-masing Bp. Pompapompa bak pengumpul di lengkapi dengan level kontrol. Blower udara ada 2 unit menggunakan listrik 3 phase dengan daya 3800 watt per unitnya. Wiring diagram kelistrikan ada pada Gambar 15.



Gambar 15. Wiring Diagram Kelistrikan IPAL



Panel listrik dengan ukuran 60 x 80 cm ditempatkan pada ruang operator yang berada menempel dengan dinding IPAL. Dilengkapi dengan CT, main breaker dan MCB, kontaktor serta Volt meter dan ampere meter. Di dalam panel listrik juga dilengkapi dengan travo penurun tegangan untuk mensuplai listrik 110 Volt. Foto panel listrik ditunjukkan pada gambar 17. dan Gambar 18. Sedangkan pengumpul



kontrol kelistrikan



mengambil



sumber



listrik



untuk pompa terdekat



di bak



dengan



bak



pengumpul. Untuk menghidupkan pompa di bak pengumpul dipakai MCB 10 amper dan selector switch untuk pompa 3 phase. Yang lainya 1 phase menggunakan manual MCB 10 amper.



Gambar 16. Panel listrik IPAL



Gambar 17. 3.2



Kontrol Panel Untuk Pompa Bak Pengumpul



Kelistrikan Pompa Karbon Filter



Untuk pompa karbon filter dijalankan dari panel tambahan yang dihubungkan dengan stop kontak di ruang operator. Panel ini dilengkapi dengan level kontrol yang berfungsi untuk menghidup matikan pompa secara otomatis sesuai dengan level air. Rangkaian terdiri dari satu buah selector ON/OFF, MCB 1 phase 10 ampere, coil contactor dan lampu indikator dan satu set relay level kontrol. Wiring diagram untuk pompa filter karbon ada pada Gambar 18



Gambar 18. Wiring Diagram Kelistrikan Pompa Filter Karbon 3.3



Cara Pengoperasian Sistem Kelistrikan IPAL



Cara pengoperasian sistem kelistrikan IPAL , yaitu : •



Untuk supaya sistem kelistrikan di IPAL berjalan, maka Main breaker di panel harus dalam posisi ON;







Cek ampere dan pastikan semua arus mengalir pada R, S dan T dengan memindahkan posisi selector switch;







Untuk menjalankan pompa di bak equalisasi, selector switch yang ada tulisan pompa equalisasi diputar pada posisi ON, dan sebaliknya untuk mematikan;







Untuk menjalankan pompa sirkulasi di pengendap akhir, selector switch yang ada tulisan pompa recycle diputar pada posisi ON, dan sebaliknya untuk mematikan;







Untuk menjalankan blower udara, selector switch yang ada tulisan blower diputar pada posisi ON, dan sebaliknya untuk mematikan;







Kelistrikan di bak pengumpul 4, 5 dan 8 dapat dimatikan melalui panel di IPAL. Pada saat hari hujan, untuk mematikan kelistrikan pompa di bak pengumpul 4 atau 5 atau 8, caranya dengan memutar selector switch ke posisi OFF dan sebaliknya untuk menghidupkannya.







Untuk menghidupkan pompa filter karbon, selector switch harus dalam keadaan



ON.



tergantung level air.



Selanjutnya hidup matinya pompa



BAB IV STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM IPAL DOMESTIK 4.1



Prosedur Start-Up IPAL Start-up IPAL dilakukan pada saat IPAL baru selesai



dibangun atau pada saat terjadi masalah besar sehingga perlu total pengurasan. Untuk melakukan start-up IPAL, langkah pertama yang harus



dilakukan



adalah



pengecekan



sistem



IPAL



secara



keseluruhan. Pengecekan IPAL meliputi pengecekan kebocoran bak, pengecekan perpipaan dalam IPAL, pengecekan sistem kelistrikan, pengecekan pompa-pompa, pengecekan sistem suplai udara ke reaktor aerobik dan pengecekan bak-bak pengumpul. Setelah yakin kalau sistem IPAL sudah sempurna, selanjutnya dilakukan pengisian IPAL dengan urutan sebagai berikut: •



Semua aliran air limbah dari sumber limbah ke bak pengumpul disambung, pompa di bak pengumpul dihidupkan, sehingga aliran air limbah akan menuju ke bak pemisah lemak yang yang menyatu dengan equalisasi. Biarkan bak equalisasi terisi penuh dengan air limbah sampai air limbah over flow melalui pipa menuju ke saluran air hujan. Sistem over flow ini dibuat untuk mengantisipasi kalau pompa di bak equalisasi ada kerusakan sehingga tidak terjadi luapan air di equalisasi. Pada posisi penuh dengan air limbah, cek semua dinding bak equalisasi apakah ada kebocoran atau tidak.







Selanjutnya



air



(bioreaktor/bak



limbah



dari



bak



anaerobik-aerobik



equalisasi dan



dipompa



pengendap



akhir)



ke



IPAL



sampai



mencapai level penuh. Pengisian IPAL diusahakan merata jangan sampai sebagian penuh, bagian yang lain masih kosong. Ini



dimaksudkan untuk meratakan beban air di IPAL guna menghindari risikoretakan beton.







Setelah IPAL penuh selanjutnya blower pada bak aerobik dihidupkan dan cek apakah udara keluar melalui difuser secara merata atau tidak. Kalau tidak merata maka perlu perbaikan difuser udara.







Langkah selanjutnya adalah mengisi IPAL dengan bibit atau seed mikroba atau bakteri. Seed mikroba diambilkan dari instalasi



pengolahan air limbah domestik yang sudah diketahui kinerjanya 3



berjalan dengan baik. Jumlah seed mikroba sekitar 5 – 10 m . Untuk kasus PT. UCC, seeding mikroba dilakukan secara alami tanpa tambahan mikroba dari luar. Ini dilakukan untuk menghindari bau yang dapat timbul karena ada sebagian mikroba yang mati pada saat seeding. Apabila proses pertumbuhan mikroba lambat (ditandai dengan kualitas outlet IPAL jelek) maka harus dilakukan seeding mikroba. •



Selanjutnya hidupkan pompa sirkulasi, dengan demikian mikroba lama kelamaan akan tumbuh dan melekat pada permukaan media biofilter.







Pompa air limbah di bak equalisasi dihidupkan dan kecepatan alir di atur sebagai berikut: 3



Minggu pertama: Aliran dibuat diatur sebesar 60 m /hari; Minggu kedua : Aliran diatur sebesar 100 m3/hari; Minggu ketiga : Aliran air limbah di set sampai kapasitas maksimum, 3



yaitu 130 m per hari. Debit air limbah dapat dipantau dari jalannya meteran air limbah yang ada di outlet IPAL maupun yang ada di Inlet filter karbon. Dan pengaturan debit dilakukan



dengan memperbesar dan memperkecil bukaan valve yang ada pada sistem perpompaan di bak equalisasi. Setelah



selesai masa



seeding, selanjutnya dilakukan



pemantauan secara kontinyu (Swa-pantau). Semua Industri yang sudah memiliki IPAL diwajibkan melakukan Swa-pantau harian oleh BPLHD DKI. Yang paling mudah dan ekonomis adalah swa pantau debit air limbah, swa pantau pH, swa pantau Total Suspended Solid (TSS) dan pemantauan organik KMnO 4. UPJTL akan melakukan analisa kualitas air yang meliputi inlet IPAL, outlet IPAL dan Air olahan proses re-use. Setiap 3 (tiga) bulan, sampel dari inlet dan outlet IPAL harus diambil dan dianalisakan komposisinya di laboratorium BPLHD DKI. Kemudian hasil analisa tersebut dilaporkan ke BPLHD DKI jakarta. 4.2



Pengoperasian Blower Udara Unit IPAL ini dilengkapi dengan 2 buah blower udara tipe



TSB 65 dua unit. Blower dioperasikan bergantian secara terus menerus (kontinyu). Periode penggatian pengoperasian blower dilakukan setiap hari sekali. Apabila terjadi beban air limbah yang berlebih, disarankan untuk menghidupkan blower kedua-duanya.



Gambar 19. Blower udara tipe TSB 65, 2 unit Perawatan : Blower ini menggunakan oli,dan oli harus diganti setiap 3 (tiga) bulan sekali, Jenis oli yang dipakai adalah oli SAE-90, Detail petunjuk perawatan dapat dilihat pada buku manual blower terlampir.



4.3



Pengoperasian Pompa Air Limbah di Bak Pengumpul Bak pengumpul dilengkapi dengan pompa submersible.



Pompa ini dalam keadaan biasa harus tersambung arus listrik. Apabila air limbah dalam bak pengumpul sudah habis, maka pompa secara otomatis akan mati. Demikian juga sebaliknya apabila bak pengumpul terisi air limbah sampai level tertentu, maka pompa akan hidup kembali secara otomatis. Untuk bak pengumpul BP4, BP5 dan BP 8, karena bercampur dengan air hujan, maka apabila hari hujan dapat dimatikan melalui kontrol panel yang ada di ruang operator. Perawatan : Perlu pembersihan kotoran yang nyangkut di kipas pompa minimal 1 bulan sekali. Pada saat dilakukan pembersihan pompa, arus listrik harus dalam keadaan terputus. Detail perawatan dapat dilihat di buku manual pompa. 4.4



Pengoperasian Pompa Air Limbah dan Pompa Sirkulasi Unit IPAL dilengkapi dengan 2 buah pompa air limbah yang



ditempatkan di bak equalisasi dan dihidupkan bergantian, dan 2 buah pompa sirkulasi (submersible pump) di pengendap akhir yang dioperasikan bergantian pula. Dua pompa dimaksudkan satu untuk cadangan. Pompa di equalisasi maupun di pengendap akhir harus jalan terus jangan sampai mati. Pompa ini secara otomatis akan berjalan jika permukaan air limbah di dalam bak ekualisasi cukup tinggi dan akan berhenti secara sendirinya jika permukaan air di dalam bak ekualisasi turun sampai level minimum.



Pompa



sirkulasi



dimaksudkan



untuk



mengembalikan



sebagian air limbah ke pengendapan awal supaya reaksi peruraian polutan



dalam



air



limbah



semakin



sempurna,



khususnya



penghilangan amonia. Besar kecilnya sirkulasi air limbah dapat diatur dengan buka tutup valve. Kalau sirkulasi terlalu besar maka air olahan IPAL cenderung TSSnya tinggi. Perawatan: Perlu pembersihan kotoran yang nyangkut di kipas pompa minimal 1 bulan sekali. Pada saat perawatan pompa, arus listrik harus dalam keadaan terputus. Detail perawatan dapat dilihat di buku manual pompa. 4.5



Pengoperasian Pompa Filter Karbon Filter karbon digunakan untuk menyaring, menghilangkan



bau, menurunkan warna yang masih ada pada air limbah hasil olahan IPAL. Filter ini dijalankan menggunakan pompa centrifugal linear merk CNP CHL-8-40. Untuk menjalankan pompa cukup menghidupkan kontaktor yang ada dipanel tambahan dalam ruang operator. Pompa ini dilengkapi dengan sensor level yang mana apabila air di bak penampung feed filter karbon habis, maka pompa akan otomatis berhenti demikian juga sebaliknya. Perawatan: Detail perawatan dapat dilihat di buku manual pompa. Pada saat perawatan pompa, arus listrik harus dalam keadaan terputus.



4.6



Pengoperasian Filter Karbon Proses karbon filter terbagi dalam dua jenis yaitu proses



filtrasi/produksi dan pembersihan (backwash). Tahapan dari masingmasing proses dapat dijelaskan sebagai berikut : 1.



Proses Filtrasi/Produksi Didefinisikan sebagai proses penyaringan (filtrasi) air outlet hasil olahan IPAL dari bak penampung outlet menjadi air yang siap untuk diproses Ultrafiltrasi. Tahapan proses filtrasi adalah sbb: a.



Pastikan jumlah air hasil olahan IPAL dalam bak penampung cukup;



b.



Tutup V1, V2, V4, V6, V8, dan V10;



c. Buka V3, V5, V7 dan V9; d.



Hidupkan pompa dengan cara arahkan posisi switch di panel control kearah ON. Selanjutnya pompa akan berhenti otomatis apabila level air rendah. Dan akan hidup kembali apabila level air mencapai tingkat tertentu.



2.



Proses Backwash Didefinisikan sebagai proses pembersihan karbon sehingga karbon dapat berfungsi dengan baik. Backwash dilakukan seminggu sekali atau tergantung dari kualitas air hasil filtrasi karbon. Tahapan proses backwash adalah sbb: a.



Matikan pompa dengan cara arahkan posisi switch di panel control kearah OFF;



b.



Tutup V3, V7, V9 dan V10;



c.



Buka V4, V5, V6 dan V8;



d.



Hidupkan pompa dengan cara arahkan posisi switch di panel control kearah ON;



e.



Lakukan proses ini selama 10 menit;



Gambar 20. Skema Proses Filtrasi dan Backwash Filter Karbon Keterangan: Nomor Valve Dengan Lingkaran Lingkaran: Posisi Valve Terbuka, Nomor Valve Tanpa Lingkaran: Posisi Valve Tertutup



4.7



Pengoperasian Ultrafiltrasi



Untuk melakukan pengoperasian ultrafiltrasi yang perlu diperhatikan adalah level air di bak air olahan Filter Karbon Harus mencukupi



dan



valve-valve



pada



posisi



yang



benar.



Cara



mengoperasikan Ultrafiltrasi hanya dengan menekan tombol ON dan OFF yang ada pada panel ultrafiltrasi. Alat ini akan secara otomatis bekerja menyaring dalam tempo 10 menit dan melakukan backwash dalam 30 detik. Setiap seminggu sekali harus dilakukan cleaning. Prosedur selengkapnya untuk pengoperasian ultrafiltrasi ada pada manual terlampir. Perawatan : Perlu dilakukan pencucian (CIP) membran secara periodik satu minggu



sekali



mengunakan



larutan



kimia



NaOH,



Sodium



Tripolipospat, EDTA, Asam Citrat dan Kaporit cair. 4.8



Pengoperasian Pompa Dozing Kaporit Pompa dozing kaporit dipergunakan untuk memompa



larutan khlor ke aliran air yang menuju tangki feed ultrafiltrasi. Pompa ini dapat diatur sesuai dengan kebutuhan chlor yang ingin diinjeksikan. Semakin banyak khlor, maka air olahan akan menjadi semakin jernih. Untuk kasus di UCC, khlor yang diinjeksikan adalah 200 mg/l. Pompa dozing kaporit ini telah di atur hidup secara otomatis apabila pompa filter karbon dalam keadaan hidup. Untuk mengatur dosis, dapat dilakukan dengan mengatur putaran pompa melalui tombol yang ada di pompa dosing. Secara lengkapnya ada pada manual pompa dosing prominent.



4.9



Pengoperasian dan Perawatan Bak Pengumpul



Bak pengumpul berfungsi untuk menampung sementara air limbah domestik dari sumber-sumber limbah. Jumlah bak pengumpul ada 12 buah dan masing masing diberi nomor dari 1 sampai dengan 12. BP 01: untuk mengumpulkan air limbah dari toilet dan wastavel dekat pos Satpam. Air limbah sebelum masuk BP terlebih dahulu dilewatkan melalui bak kontrol. Di bak kontrol ini hampir setiap hari dijumpai sampah plastik, karet kertas dan lain-lain. Untuk itu bak kontrol harus dibersihkan setiap hari supaya tidak timbul genangan dan bau. Untuk bak pengumpulnya minimal harus di cek dan dibersihkan seminggu sekali Pembersihan meliputi pembersihan sampah dan pompa. BP 02: untuk menampung air limbah dari BP1 dan dari tempat wudhu mushola dekat pos Satpam. Khusus saluran air dari tempat wudhu harus sering dibersihkan minimal setiap hari karena banyak sampah



daun



yang



berpotensi



menyumbat.



Untuk



bak



pengumpulnya minimal harus dilihat dan dibersihkan seminggu sekali. Pembersihan meliputi pembersihan sampah dan pompa. BP 03: untuk menampung air limbah dari BP2, pembersihan dan pengontrolan dilakukan seminggu sekali. Pembersihan meliputi pembersihan sampah dan pompa. BP 04: untuk menampung air limbah dari 3Pcs dan dari BP3. Air



limbah yang masuk ke BP ini banyak terikut sampah. Sehingga harus sehari sekali dibersihkan. Pembersihan meliputi pembersihan sampah di bak kontrol, pembersihan saringan di BP dan pembersihan sampah di BP. Pada saat hari hujan, maka pompa harus dimatikan dari ruang operator agar supaya air hujan tidak masuk ke IPAL. Bila hujan sudah reda, pompa harus dihidupkan kembali.



BP 05: untuk menampung air limbah dari 2Pcs. Yang perlu diperhatikan adalah pada saat melakukan Cleaning Ultrafiltrasi pompa bak pengumpul harus dimatikan. Demikian juga pada saat hujan deras, maka pompa bak pengumpul haris dimatikan. Pembersihan dan pengecekan BP 3 ini harus dilakukan 3 hari sekali, meliputi pengangkatan sampah dan pembersihan pompa. BP6: untuk menampung air limbah dari front office. Pembersihan dan pengecekan BP 3 ini harus dilakukan seminggu sekali, meliputi pengangkatan sampah dan pembersihan pompa. BP 07: untuk menampung air limbah dari BP6 dan dari BP8 serta dari toilet poliklinik. BP ini harus dilakukan pengecekan dan pembersihan seminggu sekali meliputi pengangkatan sampah dan pembersihan pompa. BP 08: untuk menampung air limbah dari puslatek. Harus dilakukan pembersihan setiap hari terutama pada saringan dari saluran yang masuk ke BP. BP 09: untuk menampung air limbah dari kantin. BP ini dilengkapi dengan bak pemisah lemak minyak. Yang harus diperhatikan adalah



setiap saat ada lemak menumpuk harus diambil agar supaya tidak masuk ke BP dan IPAL. Frekwensi pembersihan khusus untuk Pemisah lemak dan BP ini harus dilakukan sesering mungkin. Pembersihan meliputi pengangkatan minyak dan lemak di pemisah lemak atau BP, pengangkatan endapan di pemisah lemak atau BP, dan pembersihan pompa. Untuk pembersihan pompa dapat dilakukan 3 hari sekali. BP 10: sebagai BP antara untuk menampung air limbah dari BP7 dan BP9. BP ini selama pengecekan harian kondisinya selalu bersih. Untuk itu frekwensi pembersihan dapat dilakukan seminggu sekali yang meliputi pembersihan sampah dan pengecekan pompa. BP 11: untuk menampung air limbah dari toilet scrap dan dari BP 10. BP ini selama pengecekan harian kondisinya selalu bersih. Untuk itu frekwensi pembersihan dapat dilakukan seminggu sekali yang meliputi pembersihan sampah dan pengecekan pompa. BP 12: untuk menampung air limbah dari 2PC WH dan dari BP 11. Sering dijumpai tanah atau lumpur yang masuk BP ini. Oleh karena itu harus dilakukan pembersihan saringan pompa dan pengangkatan lumpur dari dasar BP 3 hari sekali.



BAB V SPESIFIKASI BANGUNAN IPAL DAN PERALATAN 5.1.



Spesifikasi Bangunan



a.



Bak Pengumpul







Ukuran : lihat gambar as built.







Jumlah ruang : 2 ruang.







Material : Beton tebal 15 cm, besi 10 mm satu lapis.







Manhole: Beton.







Pemisahan antar ruang: perpipaan tee 4”.







Finishing: bagian luar di aci dan cat serta penomoran,



bagian dalam di water proofiing boscolastic. •



Kelengkapan: pompa submersible atau pompa centrifugal.



Gambar 21 : Bak Pengumpul (BP)



Gambar 22. : Kelengkapan di dalam BP 1.



Tangki Septik TIPE BESAR



• Ukuran: lihat gambar as built. • Jumlah ruang : 3 ruang. • Material : Beton tebal. 15 cm, besi 10 mm satu lapis • Manhole: Beton. • Pemisahan antar ruang: perpipaan tee 4”. • Finishing: bagian luar di aci dan cat bagian dalam di water proofing boscolastic.



• Kelengkapan: pipa pembuangan gas.



Gambar 23 : Tangki Septik Tipe Besar



Gambar 24 : Bagian dalam tangki septik tipe Besar 2.



Tangki Septik TIPE KECIL



• Ukuran: lihat gambar as built. • Jumlah ruang: 3 ruang. • Material : Fiber dilapis adukan semen bagian dinding dan lapis cor bagian atas. • Manhole: 2 lapis, Fiber dan Beton. • Pemisahan antar ruang: sekat fiber



• Finishing: bagian luar di aci dan di cat. • Kelengkapan: media biocell dan pipa pembuangan gas.



Gambar 25 : Tangki Septik Tipe Kecil b.



Bangunan IPAL







Ukuran: lihat gambar as built.







Jumlah bangunan : 3 bak utama, Pemisah lemak equalisasi,



Bak IPAL dan Bak Pengolah Lanjut. •



Material : Beton bertulang K250 pembesian besi 12 dua



lapis untuk bagian dinding dan plat atas, besi 14 dan 12 untuk bagian lantai dasar. Jarak pembesian 20 cm. Tebal beton 20 cm untuk lantai dan dinding, 15 cm untuk plat atas. Manhole: Plat alumunium bordes. •



Pemisahan antar ruang: sekat beton bertulang dengan



ketebalan 15 cm. •



Finishing: bagian luar di aci dan cat , bagian dalam diaci,



water proofing 2 lapis (epoxy dan boscolastic). •



Kelengkapan: sistem perpipaan udara dan air limbah, media



tumbuh mikroba tipe sarang tawon, media pompa sirkulasi dan pompa feed di equalisasi, pagar keliling IPAL dengan BRC, ruang pompa blower udara dengan pintu alumunium serta



Gambar 26 : Bangunan Lengkap IPAL



Gambar 27 : Ruang pompa Blower Udara



c.



Bangunan Ruang Operator



• Ukuran: lihat gambar as built • Jumlah ruang : 2 ruang, ruang operator dan ruang alat Ultrafiltrasi. Material : Dinding dari bata berah di plester dan di aci, sloop beton, Pondasi batu kali, Atap dak beton bertulang. • Kusen dan Jendela : Kusen kayu kamper oven, dengan kaca rayben. Lantai : Keramik putih ukuran 30 x 30 cm. • Cat Dinding warna putih jotashield, Kusen warna abu-abu Ftalit, Dak atas warna abu-abu Jotun. • Kelengkapan : Wastavel dan lampu penerangan.



Gambar 28 : Bangunan Ruang Operator IPAL d.



Bak Penampungan Air Olahan Proses Re-use



• Ukuran: lihat gambar as built.







Material: Lantai cor beton bertulang, dinding pasangan batu



merah dengan sloop, diplester dan diaci, Dak atas beton bertulang •



Finishing: Bagian luar diaplester dan diaci, bagian dalam



diplester, diaci dan diwater proofing menggunakan boscolastic dan epoxy. •



Kelengkapan: sistem perpipaan menuju ke bak biokontrol,



pompa centrifugal.



Gambar 29 : Bak Penampung Air Olahan Hasil Re-Use e.



Sistem Perpipaan Air Limbah dari Sumber Limbah.



• Ukuran pipa: 2” (dari BP ke BP ke IPAL), 3, 4, 6, 8” dari sumber limbah menyesuaikan pipa lama. • Jenis pipa: PVC rucika AW. • Sistem sambungan: shock dilem, dan water moor untuk setiap 4 batang pipa.







Sistem pemasangan: dengan klem ke dinding saluran



drainase.



Gambar 30 : Pipa-pipa limbah dari Bak Pengumpul



f.



Sistem Perpipaan Blower udara.



• Ukuran Pipa : Diameter 2 inch. • Material : Galvanis dan PVC. • Sistem sambungan : water moor. • Pemasangan: Sebagian tertanam dalam beton, untuk pipa difuser di klem ke dinding IPAL dengan stainless.



Gambar 30 & 31 : Perpipaan untuk Blower Udara



5.2



Spesifikasi Peralatan



a.



Pompa Feed di Equalisasi dan pompa Sirkulasi



• Merk : Ebara • Tipe : DVS 5.4 manual • Debit : 4,8m3/jam (max) Head 10m • Listrik: 0,4 Kw, 1 phase • Jumlah: masing masing 2 unit b.



Pompa Bak Pengumpul BP01, BP02, BP05, BP08



• Merk : Ebara • Tipe : DVS 5.4 Otomatis • Debit : 4,8m3/jam (max) Head 10m • Listrik: 0,4 Kw, 1 phase • Jumlah: masing masing 1 unit c.



Pompa Bak Pengumpul BP03, BP06, BP09, BP10







Merk : Ebara







Tipe : DVS 5.75 Otomatis







Debit : 4,8m3/jam (max) Head 15m







Listrik: 0,75 Kw, 3 phase







Jumlah: masing masing 1 unit



Gambar 32 : Pompa-pompa Tipe DVS untuk Bak Pengumpul







Pompa Bak Pengumpul BP04, BP07, BP12,



• Merk : Ebara • Tipe : Centrifugal, 2HA52.2, 50 x 40 Otomatis • Debit : 18m3/jam (max) Head 30m • Listrik: 2,2 Kw, 3 phase • Jumlah: masing masing 1 unit



Gambar 33 : Pompa Tipe Centrifugal Bak Pengumpul d. Pompa Filter Carbon • Merk: CNP • Tipe : Centrifugal CHL 8-40 • Debit: 10m3/jam (maks), Head 26m • Listrik: 1,5Kw, 1 Phase



Gambar 34 : Pompa Filter Carbon UF







Pompa Dozing Kaporit



• Merk : Prominent • Tipe : Concept Plus • Kapasitas: 4,2 liter/jam



Gambar 35 : Pompa Dozing utk Kaporit 



Media tumbuh mikroba



• Tipe : Sarang tawon • Material: PVC sheet • Volume rongga: 0,98 • Luas permukaan: 225m2/m3



Gambar 36 : Media Tempat Tumbuh Mikroba g. Unit Ultrafiltrasi •



Material : Mild steel







Diameter : 1 m







Tinggi : 1,5m







Operasi : manual







Jumlah modul : 8 modul







Rangka : stainless steel







Prefilter : arkal 100 mikron







Spek Detail : lihat manual UF



Gambar 37 : Unit Ultrafiltrasi h. Water meter •



Merk : WestingHaus







Material : Cast Steel







Tipe : Rotary







Pembacaan : Analog







Diameter : 3” (outlet IPAL), 2” (outlet filter karbon)



Gambar 38 : Water meter



5.3



i.



Sistim Kelistrikan







Panel







Kabel utama







Kabel ke pompa







Main breaker







Pilot lamp







Selector switch







Indikator Peralatan Safety IPAL



Sistem safety yang dipasang pada IPAL domestik PT. UCC adalah sebagai berikut:



-



Sistem overflow di seluruh bak pengumpul. Ini dimaksudkan agar supaya apabila pompa bak pengumpul mati tetapi tidak diketahui, maka tidak mengakibatkan air meluap di sumber limbah maupun di BP.



-



Sistem overflow di bak equalisasi. Ini dimaksudkan agar supaya apabila pompa di bak equalisasi mati, maka tidak akan terjadi luapan air di equalisasi.



-



Floating switch di bak pengolah lanjut. Dimaksudkan agar supaya apabila bak kosong, maka pompa tidak akan bekerja.



-



Pressure switch di Filter Karbon, untuk menghindari tekanan berlebih di filter karbon. Tekanan di filter karbon diatur maksimal 2 bar. Apabila tekanan melampaui 2 bar maka pressure switch akan bekerja dan pompa filter karbon mati.



-



Pressure switch di ultra filtrasi, untuk menghindari tekanan berlebih di membran ultrafiltrasi. Tekanan di ultra filtrasi diatur maksimal 2 bar. Apabila tekanan melampaui 2 bar maka pressure switch akan bekerja dan kelistrikan di ultrafiltrasi terputus.



-



Sistem overload di panel listrik, dimaksudkan untuk memutus arus listrik apabila terjadi beban berlebih.



BAB VI PERAWATAN DAN PERMASALAHAN IPAL DOMESTIK 6.1



Perawatan Yang Perlu Diperhatikan



Perawatan unit IPAL yang perlu diperhatikan antara lain : •



Hindari sampah padat ukuran besar (plastik, kain, batu, softex,



dll.) yang masuk ke dalam bak pengumpul. •



Diusahakan sedapat mungkin untuk mencegah masuknya



sampah padat ke dalam sistem IPAL. •



Bak pengumpul, bak pemisah lemak dan equalisasi harus



dibersihkan secara rutin minimal satu hari sekali atau segera jika terjadi gumpalan lemak maupun sampah padat tepung atau daging. •



Menghindari masuknya zat-zat kimia beracun yang dapat



mengganggu pertumbuhan mikroba yang ada di dalam biofilter misalnya logam berat dari produksi, oli, asam, minyak dan lemak yang berlebihan. •



Perlu pengurasan lumpur di dalam Bak ekualisasi dan bak



pengendapan awal yang tidak dapat terurai secara biologis secara periodik. Biasanya dilakukan minimal 6 bulan sekali atau disesuaikan dengan kebutuhan. •



Perlu perawatan rutin terhadap pompa pengumpul, pompa air



limbah, pompa sirkulasi serta blower. Perawatan pompa dilakukan dengan membersihkan kotoran yang tersangkut pada baling-baling pompa atau saringan pompa dan dilakukan secara periodik. Pada saat pembersihan pompa, arus listrik harus dalam keadaan mati. •



Perawatan pompa dan blower udara dapat dilihat pada buku



operasional dan perawatan dari pabriknya.



6.2



Permasalahan dan Cara Penanganannya



Jenis



Penyebab



Cara Mengatasi



Permasalahan Bak penampung atau



Pompa pengumpul



Cek



aliran



listrik



bak kontrol air limbah



air limbah



tidak



pompa,



cek



posisi



luber dan terjadi



berjalan



atau



pelampung



overflow.



saringan buntu.



pompa,



otomatis bersihkan



saringan



dari



kotoran-kotoran Aliran air limbah ke



Pompa air limbah di



Cek pompa air limbah,



dalam IPAL lambat



dalam bak



cek perpipaan air



atau pelan. Bak



ekualisasi kurang



limbah, Jika tersumbat



equalisasi selalu



lancar, tersumbat



harus dibersihkan.



penuh



kotoran.



Blower udara di bak



Pipa saluran udara



Lepas pipa, dan



aerobik bekerja



bocor. Kran udara



kemudian sambung



namun tidak



tertutup



lagi sampai tidak



mengeluarkan



bocor. Atur kran udara



hembusan udara. Blower udara di bak



Listrik tidak



Cek instalasi



aerobik tidak bekerja.



mengalir.



kelistrikan ke blower.



Terjadi pengapungan



Udara kurang.



Cek aliran distributor



di bak aerobik ……dilanjutkan



udara dari blower.



Jenis



Penyebab



Cara Mengatasi



Permasalahan Kualitas air limbah



Proses peruraian



Atur debit air limbah



hasil olahan tidak



limbah berkurang



rata-rata sesuai



memenuhi baku



karena aktifitas



dengan kapasitas.



mutu lingkungan



mikroba melemah.



Periksa blower dan



Hembusan udara di



pipa pengeluaran



unit aerobik kurang.



udara. Apabila terjadi



Debit dan kadar



kebocoran, perbaiki.



polutan air limbah



Kurangi polutan dari



melebihi kapasitas



sumber limbah



IPAL. Air olahan yang



Mikroba dalam



Tunggu sampai



keluar masih bau



IPAL belum



dengan proses start



tumbuh. Suplai



–up selesai. Cek



udara kurang, debit



blower sudah bekerja



air limbah melebihi



dengan baik atau



kapasitas IPAL.



tidak.



Timbul busa di bak



Kandungan



Kurangi pemakaian



pemisah lemak



deterjen pada air



deterjen yang



maupun pengendap



limbah masuk ipal



berlebihan.



awal



terlalu tinggi



Normalnya, kandungan deterjen 5 -10 ppm



……dilanjutkan



Jenis



Penyebab



Cara Mengatasi



Permasalahan Timbul busa di bak



Kandungan



Kurangi pemakaian



aerobik secara



deterjen terlalu



deterjen yang



berlebihan



tinggi.



berlebihan. Spray



Mikroba belum



dengan air.



tumbuh normal Hari hujan sangat



Debit air menuju



Matikan MCB pompa



deras dalam waktu



ke BP04, BP05 dan



Pompa bak



lama



BP08 terlalu



pengumpul di BP04,05



besar karena air



dan 08 matikan.



hujan dari atap



Setelah hujan reda,



masuk ke BP



pompa harus dihidupkan kembali.



Terjadi banjir



Musim hujan dan



Seluruh MCB pompa



melimpah dari air



genangan air.



di bak pengumpul



sungai mokevart



dimatikan. Kelistrikan



melimpas ke area



pompa dan blower di



pabrik



IPAL masih tetap dijalankan. Apabila banjir reda MCB pompa kembali dihidupkan.



Kualitas air hasil



Membran



Perlu dilakukan



olahan ultrafiltrasi



ultrafiltrasi kotor,



pembersihan



jelek



membran (CIP)*.



*) CIP dilakukan sesuai dengan prosedur terlampir.



LAMPIRAN – LAMPIRAN



LAMPIRAN 1 EVALUASI KINERJA IPAL DAN UNIT RE-USE AIR OLAHAN IPAL



Untuk melihat performa kinerja IPAL domestik dan unit reuse air olahan IPAL PT. UCC maka secara berkala telah dilakukan pemantauan baik dengan cara pengamatan langsung dilapangan maupun melalui analisa laboratorium independen untuk melihat parameter-parameter polutan dalam air limbah dan air olahan. Parameter yang dianalisa adalah parameter yang tercakup dalam Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 122 tahun 2005 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, meliputi: derajat keasaman (pH), chemical oxygen demand (COD), biochemical oxygen demand (BOD5), total suspended solid (TSS), minyak/lemak, senyawa deterjen (MBAS), amonia, senyawa organik (KMNO 4).



Berikut ini disajikan hasil-hasil pengamatan dan hasil analisa laboratorium dalam bentuk grafik serta bahasan terhadap hasil tersebut.



1. 1.1



INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) Debit Air Limbah Yang Masuk IPAL



Seperti terlihat pada Grafik 1, pada awal beroperasinya IPAL jumlah air limbah yang masuk IPAL cukup tinggi dan 3



berfluktuatif antara 70 sampai 100 m /hari. Mulai hari ke 22 sampai hari ke 34 jumlah air limbah masuk IPAL sangat kecil antara 25 3



sampai 60 m /hari. Hal disebabkan karena ada perbaikan pada bak control three-piece sehingga air limbah dari unit three piece tidak dialirkan masuk IPAL. Mulai hari ke 35 air limbah dari unit threepiece sudah dimasukkan kembali kedalam IPAL sehingga jumlah inlet IPAL naik lagi. Seperti terlihat dalam gambar ini, diperkirakan jumlah air limbah dari unit three-piece sekitar separoh dari jumlah air limbah domestik yang dihasilkan PT. UCC. Setelah hari ke 35, total air limbah yang masuk IPAL relatif berkurang dibanding pada harihari awal IPAL beroperasi. Hal ini diduga



karena adanya



penghematan pemakaian air bersih setelah ada sosialisasi IPAL kepada karyawan PT. UCC, sehingga jumlah air limbah yang masuk IPAL juga berkurang. Diharapkan langkah-langkah penghematan pemakaian air bersih dapat berjalan terus, sehingga beban IPAL juga akan menjadi berkurang.



Grafik 1. Debit Air Limbah 1.2



Chemical Oxygen Demand (COD) Hasil analisa konsentrasi COD baik inlet maupun outlet IPAL



disajikan pada Grafik 2. Dalam Grafik ini juga juga diplot effisiensi pengurangan COD, yaitu COD inlet dikurangi COD outlet IPAL kemudian dibagi COD inlet dan dikali 100%. COD dianalisa seminggu sekali. Secara umum konsentrasi COD dalam limbah domestik sekitar 200-300 mg/l. Konsentrasi COD yang masuk IPAL PT. UCC berkisar antara 150 sampai 325 mg/l, berada dalam batasan umum limbah domestik. Sedangkan COD out IPAL berkisar dan 40 sampai 60 mg/l, jauh dibawah baku mutu yang ditetapkan pemerintah yaitu 80 mg/l. Seiring dengan berjalannya waktu, kinerja IPAL juga meningkat yang ditandai dengan naiknya effisiensi mengurangan



COD, yaitu diatas 80% setelah minggu ke 6. Hal ini terjadi karena mikroba pengurai polutan limbah terus tumbuh dan berkembang biak disamping sudah beradaptasi dengan limbah domestik PT. UCC.



Grafik 2. Konsentrasi dan Efisiensi Penurunan COD 1.3



Biochemical Oxygen Demand (BOD)



Secara



umum



untuk



limbah



organik



seperti



limbah



domestik, performan konsentrasi BOD hampir sama dengan COD. Seperti terlihat pada Grafik 3, konsenrasi BOD dalam air olahan IPAL berkisar antara 15 sampai 20 mg/l, jauh dibawah baku mutu yang ditetapkan pemerintah yakni 50 mg/l. Effisiensi pengurangan BOD juga



naik



seiring



dengan



lamanya



IPAL



beroperasi



yang



menandakan mikroba makin banyak dan makin aktif. Effisiensi pengurangan BOD diatas 80% setelah minggu ke 6.



Grafik 3. Konsentrasi dan Efisiensi Penurunan BOD 1.4



Amonia Nitrogen (NH3-N)



Grafik 4 adalah konsentrasi amonia Nitrogen (NH 3-N) sebelum masuk dan keluar IPAL serta effisiensi pengurangan amonia Nitrogen (NH3-N). Pada awal-awal IPAL beroperasi, konsentrasi amonia sangan berfluktuasi, bahkan pada minggu ke 3 konsentrasi amonia dalam air olahan IPAL lebih tinggi inlet IPAL. Hal ini diduga karena ada pembuangan bahan-bahan kimia yang mengandung amonia (seperti lateks) kedalam saliran air limbah domestik. Setelah minggu ke 5 konsentrasi amonia dalam air limbah dan dalam air olahan IPAL masing-masing sekisar 0,1 mg/l dan 0,01 mg/l. Baku mutu untuk amonia nitrogen adalah 10 mg/l. Effisiensi pengurangan amonia sangat tinggi diatas 90%.



Grafik 4. Konsentrasi dan Efisiensi Penurunan Amonia 1.5



Total Suspended Solid (TSS)



TSS adalah jumlah partikel padat polutan yang tersuspensi dalam air limbah. Seperti terlihat pada Grafik 5, mulai dari saat IPAL start-up sampai hari terakhir sampling, konsentrasi TSS dalam air olahan IPAL berada dibawah 10 mg/l, jauh dari konsentrasi yang dipersyaratkan pemerintah yakni 50 mg/l. Effisiensi pengurangan TSS juga sangat tinggi, 80 sampai 90%.



Grafik 5. Konsentrasi Dan Efisiensi Penurunan TSS 1.6



Senyawa Organik Permanganat (KMNO4)



Seperti terlihat pada Grafik 6, sampai minggu ke 6 senyawa organik KMNO4 yang masuk IPAL relatif stabil sekitar 100 mg/l. Pada minggu ke 7 naik hampir 300 mg/l. Namun meskipun demikian konsentrasi senyawa organik KMNO 4 dalam air olahan IPAL relatif stabil antara 20 sampai 40 mg/l, jauh dibawah baku mutu yakni 85 mg/l. Effisiensi pengurangan senyawa organik KMNO4 setelah minggu ke 6 sangat tinggi, sekitar 90 %



Grafik 6. Konsentrasi dan Efisiensi Penurunan Organik KMnO 4 1.7



Minyak dan Lemak Grafik 7 adalah konsentrasi minyak dan lemak dalam air



limbah yang masuk dan keluar IPAL serta effisiensi pengurangan minyak dan lemak dalam IPAL. Seperti terlihat disini, meskipun konsentrasi minyak dan lemak yang masuk IPAL cukup tinggi dan sangat berfluktuasi namun dalam air olahan IPAL konsentrasinya dapat diturunkan sampai dibawah 0,5 mg/l. nilai ini jauh dibawah baku mutu yang ditetapkan pemerintah yaitu 10 mg/l. Effisiensi pengurangan minyak dan lemak dalam IPAL diatas 90% setelah minggu ke 5.



Grafik 7. Konsentrasi dan Efisiensi Penurunan Organik KMnO 4 1.8



Senyawa Deterjen (MBAS)



Senyawa



deterjen



(MBAS)



yang



masuk



IPAL juga



berfluktuasi (Grafik 8), namun dalam air hasil olahan IPAL konsentrasinya dapat diturunkan sampai dibawah 0,8 mg/l dengan effisiensi pengurangan sekitar 80%. Baku mutu deterjen (MBAS) adalah 2 mg/l.



Grafik 8. Konsentrasi dan Efisiensi Penurunan Deterjen (MBAS)



2.



UNIT RE-USE AIR OLAHAN IPAL Unit pengolahan re-use berfungsi sebagai unit finalisasi



proses pengolahan air limbah, yakni untuk mengeliminir polutanpolutan yang masih tersisa dalam air olahan IPAL. 2.1



Derajat Keasaman (pH) Derajat



keasaman



(pH)



sangat



dipengaruhi



oleh



konsentrasi polutan dalam air. Karena air olahan IPAL sudah relatif bersih maka nilai pHnya juga sudah netral. Seperti terlihat pada Grafik 9, nilai pH baik sebelum maupun setelah unit re-use hampir tidak berubah, berkisar antara 7,5 sampai 8,5. Besaran ini masuk kedalam kisaran normal atau standar untuk air bersih.



10



pH (-)



8 6 4 2 0 0



1



2



3



4



5



6



7



Minggu ke pH outlet IPAL



pH outlet Re-use



Grafik 9. Derajat Keasaman di Unit Re-use Ultrafiltrasi 2.2



Chemical Oxygen Demand (COD) Konsentrasi COD air masuk dan keluar unit re-use serta



effisiensi pengurangan COD disajikan pada Grafik 9. Pada minggu pertama unit re-use beroperasi, kemampuan unit re-use mengurangi COD sampai 85%. Pada minggu-minggu berikutnya konsentrasi COD inlet naik menyebabkan COD pada air olahan unit re-use ikut naik. Naiknya konsentrasi COD inlet ini mengakibatkan effisiensi alat menjadi turun. Pada minggu ke 6 kwalitas air olahan unit re-use masih bagus, konsentrasi COD masih dapat dipertahankan dibawah 20 mg/l. Pada minggu ke 7 sedikit naik menjadi 30 mg/l disebabkan konsentrasi COD inlet juga naik.



2.3



Biochemical Oxygen Demand (BOD)



Sama halnya seperti COD, konsentrasi BOD dalam air olahan unit re-use juga bagus. Selama proses berlangsung, konsensentrasi BOD air olahan dapat dipertahankan dibawah 10



120



100



100



80



COD (mg/l)



80



60



60 40



40 20



20



0



0



0



1 Inlet COD



2



3 4 Minggu ke



Outlet re-use COD



5



6



Efisiensi penurunan COD (%)



mg/l, seperti terlihat pada Grafik 10.



7



Efisiensi COD



Grafik 10. Konsentrasi dan Efisiensi Penurunan COD di Unit Re-use Ultrafiltrasi 2.4



Amonia Nitrogen (NH4-N)



Seperti terlihat pada Grafik 11, pada awal unit beroperasi konsentrasi ammonia nitrogen dalam air inlet sangat berfluktuasi dan tinggi, yang mengakibatkan amonia nitrogen dalam air olahan unit reuse juga tinggi. Setelah minggu ke 5 konsentrasi amonia inlet



mulai stabil dan dalam air olahan dapat diturunkan sampai dibawah



30



100



25



80



BOD5 (mg/l)



20



60



15 40



10



20



5 0



Efisiensi penurunan BOD (%)



0,01 mg/l.



0 0



1 Inlet BOD



2



3 4 Minggu ke



Outlet Re-use BOD



5



6



7



Efisiensi BOD



Grafik 11. Konsentrasi dan Efisiensi Penurunan BOD di Unit Re-use Ultrafiltrasi 2.5



Total Suspended Solid (TSS)



Grafik 12 adalah konsentrasi TSS dalam air inlet dan outlet unit re-use serta effisiensi penurunan konsentrasi TSS. Sampai minggu ke 6 konsentrasi TSS dapat dipertahankan dibawah 10 mg/l, bahkan pada minggu ke dibawah 5 mg/l. Setelah minggu ke 6 konsentrasi TSS



dalam



air



olahan



cenderung



konsentrasi TSS dalam inlet juga meningggi.



naik



karena



100



120



80



Amonia (mg/l)



100 80



60



60 40



40 20



20 0



0



0



1



Inlet Amonia



2



3 4 Minggu ke



Outlet re-use amonia



5



6



Efisiensi penurunan amonia (%)



140



7



Efisiensi amonia



Grafik 12. Konsentrasi dan Efisiensi Penurunan Amonia di Unit Reuse Ultrafiltrasi 2.6



Senyawa Organik Permanganat (KMNO4)



Seperti terlihat pada Grafik13, konsentrasi senyawa organik permanganat dalam air olahan unit re-use juga masih bagus, dibawah 10 mg/l. Hanya pada minggu ke 4 dan ke 7 terjadi kenaikan karena konsentrasi organik permanganat dalan air inlet juga tinggi. Namun demikian nilainya pada minggu-minggu masih bagus, dibawah 20 mg/l.



100



25



80



TSS (mg/l)



20



60



15



40



10 5



20



0



0 0



1 TSS inlet



2



3 4 Minggu ke TSS outlet re-use



5



6



Efisiensi penurunan TSS (%)



30



7



Efisiensi TSS



Grafik 12. Konsentrasi dan Efisiensi Penurunan TSS di Unit Re-use Ultrafiltrasi 2.7



Senyawa Deterjen (MBAS)



Konsentrasi deterjen (MBAS) dapat dilihat pada Grafik 13. Selama proses pengolahan berlangsung, konsentrasi MBAS dalam inlet cukup berfluktuatif. Namun meskipun demikian, konsentrasi MBS air olahan unit re-use masih bagus dapat dipertahankan dibawah 0,2 mg/l.



100



50



80



40



60



30 40



20



20



10 0



0 0



1



2



3



4



5



6



Efisiensi Penurunan Permanganat (%)



Nilai Permanganat (mg/l)



60



7



Minggu ke Inlet Permanganat



Outlet re-use permanganat



Efisiensi permanganat



Grafik 13. Konsentrasi dan Efisiensi Penurunan Organik



100



0,8



80



0,6



60



0,4



40



0,2



20



0



0



0



1 Inlet MBAS



2



3 4 Minggu ke Outlet Re-use MBAS



5



6



7



Efisiensi penurunan MBAS



MBAS (mg/l)



1



(%)



Permanganat di Unit Re-use Ultrafiltrasi



Efisiensi MBAS



Grafik 14. Konsentrasi dan Efisiensi Penurunan MBAS di Unit Reuse Ultrafiltrasi



LAMPIRAN 2 TABEL PENGAMATAN SWA PANTAU IPAL (diisi oleh operator IPAL) TABEL SWA PANTAU IPAL DOMESTIK PT. UNITED CAN Co. Ltd.



Bulan Tahun



: :



LAMPIRAN 3 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) ULTRAFILTRASI (UF)



1.



Pendahuluan Saat ini teknologi filtrasi untuk penjernihan air ada dua tipe



yaitu tipe konvensional dengan menggunakan saringan pasir dan tipe baru dengan menggunakan membrane. Teknologi membrane saat ini berkembang sangat pesat dan mulai banyak diaplikasikan untuk berbagai kegunaan mengingat banyak sekali keunggulankeunggulan yang dimilikinya dibanding teknologi konvensional. Untuk keperluan re-use air limbah domestic diperlukan pengolahan air lanjutan. Air produk olahan Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik setelah melalui bak pengendap akhir diproses lebih lanjut di bak biofilter aerobik untuk selanjutnya di filter karbon dan di filter dengan membrane UF. Kapasitas membrane dirancang 3



untuk dapat menghasilkan air sebanyak 80m per hari dengan waktu operasi 20 jam per hari. Membran UF yang digunakan adalah tipe hollow fiber yang terbuat dari poly sulfone dan diproduksi oleh Glowtec Beijing. Tingkat filtrasi dengan membrane ini adalah dapat menahan partikel ukuran 0.1 ~ 0.01 micron dengan tekanan pompa yang rendah dan tanpa bahan kimia dalam prosesnya sehingga memiliki biaya operasi yang rendah. Hasil akhir air menggunakan sistem ini selalu konstan dan bisa menghilangkan bakteri pada waktu yang bersamaan dengan proses penghilangan material yang tersuspensi dalam air.



Kelebihan teknologi membrane ini diantaranya adalah : 1. Teknologi membrane adalah teknologi yang berwawasan lingkungan dan ramah lingkungan, tidak menggunakan bahan



kimia



yang



berbahaya



dan



menimbulkan



pencemaran. 2. Teknologi membrane memberikan jaminan kualitas air yang lebih konstan 3.



Teknologi membrane dapat memberikan operational cost yang lebih tetap bila dibandingkan dengan teknologi konvensional.



2.



Desain dan Proses



A.



Desain Dasar dari desain pengolahan air ini adalah untuk menghasilkan air dengan mutu baik guna memenuhi standard 3



untuk kebutuhan PT UCC, dengan kapasitas olah 80m per hari. B.



Deskripsi Proses Air baku yang digunakan air yang berasal dari olahan



instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang perlu dikondisikan terlebih dahulu agar dapat memenuhi standart yang dibutuhkan. Unit UF ini dirancang untuk pengoperasian otomatis dan dapat dijalankan dengan pengawasan yang minim dalam jangka waktu yang lama, dengan produk air yang selalu konstan sepanjang waktu walaupun kualitas air baku berubah-ubah. Air olahan IPAL (air baku) yang telah difilter dengan filter karbon ditampung dalam suatu tangki penampungan air baku (Raw Water Storage Tank). Air baku dipompakan melalui UF-Feed Water



pump menuju UF-membrane. Sebelum membrane terdapat Arkall Pre-filter 100 micron ini adalah untuk menangkap partikel-partikel besar. Selanjutnya, air produk ditampung ke dalam tangki penampungan air produk (UF Product Tank). Sistem UF dikontrol otomatis dengan menggunakan PLC (Program Logic Control). PLC system ini akan mengatur proses filtrasi



dan



backwash



secara



otomatis.



Proses



otomatisasi



berdasarkan Setting TIMER, dan akan menggerakkan Automatic Valve (7 buah) sesuai dengan proses yang diperintahkan oleh PLC. 3.



Operasional



Prosedur Start-Up Proses berikut ini harus diperhatikan pada waktu start-up: a. Pastikan air yang berada di dalam Tangki Air Kolam berada pada kondisi penuh. b.



Pastikan air yang berada di dalam Tangki Backwash/CIP berada pada kondisi penuh (CIP = Clean In Place).



c.



Pastikan semua valve dalam keadaan tertutup dan pompa terisi air dengan melakukan venting terlebih dahulu.



d.



Buka Ball Valve (BV) 2, Tutup BV 3



e.



Arahkan switch pada control panel di posisi CIP.



f.



Nyalakan MCB di dalam control panel box.



g.



Tekan tombol hijau CIP agar unit melakukan backwash terlebih dahulu.



h.



Buka Ball Valve (BV) 4 pada pompa backwash (P2) secara perlahan-lahan dan hati-hati supaya menghindari tekanan dari pompa yang mendadak.



i.



Biarkan unit melakukan CIP selama kurang lebih 5 menit.



j.



Setelah 2 menit, tekan tombol merah CIP lalu matikan MCB di dalam control panel box untuk memutuskan aliran listrik.



k.



Pastikan semua valve terbuka, kecuali BV 3 dan BV 1 pada pompa feed (P1).



l.



Pastikan tangki backwash/CIP penuh.



m.



Arahkan switch pada control panel di posisi OPS (OPS = Operation).



n.



Nyalakan MCB di dalam control panel box.



o.



Tekan tombol hijau OPS.



p.



Sistem telah berjalan secara otomatis backwash.



Gambar 1. Flow Diagram Sistem Ultrafiltrasi



Pola operasi



Mode Service 1



Gambar 2. Sistem Aliran Ultrafiltrasi Pada Saat Operasi (Servis)



Mode Backwash



Gambar 3. Sistem Aliran Ultrafiltrasi Pada Saat Pencucian Balik (Backwash) Mode Flush



Gambar 4. Sistem Aliran Ultrafiltrasi Pada Saat Flushing



Prosedur Shut Down (menonaktifkan sistem). Sistem ini dapat dimatikan hanya dalam keadaan service mode (posisi switch pada arah OPS) 1. Tuangkan 0,05% soda ash dengan cara menakar 0,5 KG soda ash



lalu



dilarutkan



dan



dituangkan



ke



dalam



tangki



backwash/CIP pada setiap hari Senin dan Jumat untuk membantu melepaskan kotoran. (Untuk hari Rabu, ganti soda ash dengan kaporit cair dengan menuangkan 0,5 Liter kaporit cair langsung ke dalam tangki backwash/CIP untuk membunuh bakteri di permukaan membrane). 2. Tekan tombol merah OPS. 3.



Arahkan posisi switch ke arah CIP.



4.



Tekan tombol hijau CIP agar unit melakukan backwash terlebih dahulu.



5.



Biarkan unit melakukan CIP selama kurang lebih 10 menit.



6. Setelah 10 menit, tekan tombol merah CIP lalu matikan MCB di dalam control panel box untuk memutuskan aliran listrik. 7. Segera tutup BV 1 , 2, 3, 4 dan BV 9, 10 agar membrane UF selalu dalam kondisi terendam air. 8.



Pastikan tangki backwash/CIP penuh.



9.



Pastikan Box Control Panel tetap kering.



Posisi Valve selama CIP



Gambar 5. Sistem Aliran Ultrafiltrasi Pada Saat Cleaning



4. Perawatan Perawatan bertujuan untuk menjaga kemampuan sistem UF selalu berada dalam kondisi yang optimal.



Perawatan rutin sistem UF ini meliputi : 



Pembersihan Arkall Prefilter. Bersihkan screen secara berkala. Setiap hari Senin dan Kamis







CLEANING MEMBRANE secara CIP (Cleaning In Place) Cleaning membrane UF dilakukan secara manual setiap hari Sabtu.



Proses CIP terbagi menjadi dua tahapan : 1. Tahapan pertama, cleaning dengan menggunakan larutan Soda Ash 0.5 %. 2.



Tahapan kedua, desinfeksi dengan menggunakan Sodium Hypochlorite (NaOCl = Kaporit cair) sebesar



2.5 %.



Prosedur CIP (Sebaiknya dilakukan setiap minggu sekali) Tahap Pertama : Cleaning dengan Pelarut Kotoran Organik 



Pastikan tangki CIP dengan air produk UF sebanyak 100L.







Timbang 500 gram soda ash (Na 2CO3), 2000 gram Sodium Tri Poly Phosphate (STPP, bahan aktif penurun tegangan permukaan/ surfactant, biasanya ada pada sabun cair), dan 100 gram EDTA (pelarut kerak anorganik).







Masukkan semua serbuk ini ke dalam tangki CIP.







Aduk hingga semua serbuk larut dengan baik







Tutup BV 2 dan buka BV 3 supaya terjadi sirkulasi.







Arahkan posisi switch di control panel ke arah CIP.







Tekan tombol hijau CIP.







Biarkan unit melakukan CIP selama kurang lebih 30-45 menit.



Lebih baik bila dalam masa ini UF dibiarkan off/mati selama satu malam. 



Setelah selesai, Tutup BV 3 dan Buka BV 2 agar air terbuang. Buka juga drain valve di bawah Tangki CIP. Pastikan air tidak masuk ke kolam air baku.







Setelah air terbuang, tekan tombol merah CIP lalu matikan MCB di dalam control panel box untuk memutuskan aliran listrik.



Tahap Kedua : Pembilasan dengan menggunakan Air UF •



Isi lagi CIP tank dengan air dari UF product hingga 500 L







Tutup BV2 dan buka BV 3 supaya terjadi sirkulasi.







Arahkan posisi switch di control panel ke arah CIP.







Tekan tombol hijau CIP.







Biarkan unit melakukan CIP selama kurang lebih 10 menit.







Setelah selesai, Tutup BV 3 dan Buka BV 2 agar air terbuang. Buka juga drain valve di bawah Tangki CIP. Pastikan air tidak masuk ke kolam air baku.







Setelah air terbuang, tekan tombol merah CIP lalu matikan MCB di dalam control panel box untuk memutuskan aliran listrik.



Tahap Ketiga: Desinfeksi •



Ambil 2,5 L Kaporit Cair, ataupun Hydrogen Peroxida, H2O2.







Masukkan kaporit cair ke dalam 100 L air produk UF dan aduk sampai merata.







Tutup BV2 dan buka BV 3 supaya terjadi sirkulasi.







Arahkan posisi switch di control panel ke arah CIP.







Tekan tombol hijau CIP.







Biarkan unit melakukan CIP selama kurang lebih 30-45menit.







Setelah selesai, Tutup BV 3 dan Buka BV 2 agar air terbuang. Buka juga drain valve di bawah Tangki CIP. PAstikan air tidak masuk ke kolam air baku.







Setelah air terbuang, tekan tombol merah CIP lalu matikan MCB di dalam control panel box untuk memutuskan aliran listrik.



Tahap Keempat : Pembilasan dengan menggunakan Air UF •



Isi lagi CIP tank dengan air dari produk UF hingga 500 L







Tutup BV2 dan buka BV 3 supaya terjadi sirkulasi.







Arahkan posisi switch di control panel ke arah CIP.







Tekan tombol hijau CIP.







Biarkan unit melakukan CIP selama kurang lebih 10 menit.







Setelah selesai, Tutup BV 3 dan Buka BV 2 agar air terbuang. Buka juga drain valve di bawah Tangki CIP. Pastikan air tidak masuk ke kolam air baku.







Setelah air terbuang, tekan tombol merah CIP lalu matikan MCB di dalam control panel box untuk memutuskan aliran listrik.



Tahap Kelima: Start-Up •



Pastikan air yang berada di dalam Tangki Air Kolam berada pada kondisi penuh







Pastikan air yang berada di dalam Tangki Backwash/CIP berada pada kondisi penuh (CIP = Clean In Place)







Pastikan semua valve dalam keadaan tertutup







Buka Ball Valve (BV) 2, Tutup BV 3







Arahkan switch pada control panel di posisi CIP.







Nyalakan MCB di dalam control panel box.







Tekan tombol hijau CIP agar unit melakukan backwash terlebih dahulu.







Buka Ball Valve (BV) 4 pada pompa backwash (P2) secara perlahan-lahan dan hati-hati supaya menghindari tekanan dari pompa yang mendadak.







Biarkan unit melakukan CIP selama kurang lebih 5 menit.







Setelah 2 menit, tekan tombol merah CIP lalu matikan MCB di dalam control panel box untuk memutuskan aliran listrik.







Pastikan semua valve terbuka, kecuali BV 3 dan BV 1 pada pompa feed (P1).







Pastikan tangki backwash/CIP penuh.







Arahkan switch pada control panel di posisi OPS (OPS = Operation).



5.







Nyalakan MCB di dalam control panel box.







Tekan tombol hijau OPS.







Sistem telah berjalan secara otomatis backwash. Fouling Pada Membrane



Setelah beroperasi pada periode tertentu, membrane dapat mengalami fouling. Fouling adalah tertutupnya permukaan



membrane dengan kontaminan atau pengotor. Bahan pengotor atau kontaminan dinamakan FOULANT. Apabila foulant ini dibiarkan, maka dapat menyebabkan turunnya performance dari UF system yang pada akhirnya dapat merusak element dari membrane, sehingga lifetime (usia pakai) dari membrane menjadi singkat.



Foulant yang biasa dijumpai adalah : •



Kerak dari kalsium karbonat







Kerak senyawa sulfat dari : Kalsium, Barium atau Stronsium







Oksida logam dari besi, mengan, tembaga, dan aluminium







Kerak dari silika yang terpolimerisasi







Koloid dari senyawa Inorganik







Bahan organik alami (NOM = Natural Organic Material)







Bahan kimia yang ditambahkan ke dalam system (misal : polymer, dispersant, flocculant)



Mikroorganisme (bakteri, algae dan jamur)



6.



Jadwal Perawatan



ITEM PERAWATAN



FREKUENSI



UMUM : Inspeksi dari kebocoran dan kerusakan



Harian



Pencatatan indikator Operasional (Pressure, Flow, TDS)



Harian



POMPA DAN MOTOR Pengecekan terhadap getaran yang berlebih, kebisingan dan panas



Harian



Penggantian Seals dan O-ring pada shaft assembly



Tahunan



MEMBRANE UF Inspeksi operasional kebocoran



Harian



CIP Membrane



Mingguan



Cuci dan Desinfeksi Membrane



2 Mingguan



Penggantian Membrane



Tahunan



CARTRIDGE FILTER Penggantian O-ring housing



Tahunan



Penggantian Cartridge element



Jika dibutuhkan



LAIN-LAIN Pengecekan kebocoran pada pipa dan valve



Harian



Pengecekan mounting pada pompa/motor



Bulanan



Pembersihan gelas ukur rotameter



Mingguan



Sistem kelistrikan



Mingguan



7.



Penanganan Masalah



8.



Spesifikasi Teknis



LAMPIRAN 4 REVISI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENGGUNAAN ULTRAFILTRASI (UF) Standar Operasional Prosedur (SOP) bertujuan untuk menjaga agar sistem selalu dalam kondisi optimal. Proses ultrafiltasi terbagi dalam dua jenis yaitu proses CIP (clean in places) dan produksi. Tahapan dari masing-masing proses dapat dijelaskan sebagai berikut : A.



Proses CIP (Clean In Places)



Didefinisikan sebagai proses pembersihan membrane ultrafiltrasi dengan menggunakan larutan kimia. Proses pembuatan larutan kimia dapat mengikuti tahapan sebagai berikut : 1. Cleaning dengan Pelarut Kotoran Zat Organik a.



Timbang NaOH (soda api) seberat 1,5 kg, 2 kg STPP, dan 1 kg EDTA.



b.



Larutkan ke dalam ember dan diaduk sampai benar-benar larut menjadi larutan kemudian pindahkan ke dalam tangki CIP.



c.



Isi tangki CIP dengan air hasil re-use sampai volume 500 Liter dan pastikan PH < 12.



d. Pastikan Posisi Valve V2 dan V11 tertutup dan V3 e.



terbuka.



Hidupkan pompa dengan cara arahkan posisi switch ke CIP dan control kearah on pada panel kontrol.



f.



Pastikan larutan di tangki CIP tersirkulasi ke Unit Ultrafiltrasi dan biarkan proses tersebut berlangsung selama 30 menit atau 1 jam dan atau 1 hari jika Unit di off ( Unit direndam dengan larutan).



g.



Setelah proses selesai, buka V2 secara berlahan dan tutup V3 agar larutan keluar (drain) sampai larutan dalam tangki CIP benar-benar kosong dan buka V9 yang ada di tangki CIP untuk memastikan tangki benar-benar kosong.



h.



Matikan Pompa dengan cara arahkan posisi control kearah off.



2. Proses Pembilasan Dengan Air Hasil UF a.



Isi tangki CIP dengan air hasil re-use sampai volume 500 L.



b.



Untuk mengisi Tangki CIP, buka V4, V7, V8, V11 dan tutup V6, V9, V10, V12.



c.



Hidupkan pompa karbon dengan cara arahkan posisi switch kearah ON pada panel control.



d.



Pastikan tangki CIP terisi air dari bak re-use sampai volume 500 L.



e.



Matikan pompa karbon dengan cara arahkan posisi switch kearah OFF pada panel control.



f.



Buka V3, V6 dan Tutup V2, V11 lalu hidupkan pompa UF dengan cara arahkan posisi switch posisi CIP dan control ke arah ON pada panel kontrol.



g.



Pastikan air di tangki CIP tersirkulasi ke Unit Ultrafiltrasi dan biarkan proses tersebut berlangsung selama 10 – 20 menit.



h.



Setelah proses selesai, buka V2 secara berlahan dan tutup V3 agar air cucian keluar (drain) sampai larutan dalam tangki



CIP benar-benar kosong dan buka V9 yang ada di tangki CIP untuk memastikan tangki benar-benar kosong. i.



Matikan Pompa dengan cara arahkan posisi control ke arah OFF.



3. Cleaning dengan Pelarut Zat Anorganik a.



Timbang Asam Sitrat seberat 2,5 kg.



b.



Larutkan ke dalam ember dan diaduk sampai benar-benar larut menjadi larutan kemudian pindahkan ke dalam tangki CIP.



c.



Isi tangki CIP dengan air hasil re-use sampai volume 500 Liter dan pastikan PH > 2.



d. Pastikan Posisi Valve V2 dan V11 tertutup dan V3



terbuka.



e. Hidupkan pompa dengan cara arahkan posisi switch ke CIP dan control kearah ON pada panel kontrol. f.



Pastikan larutan di tangki CIP tersirkulasi ke Unit Ultrafiltrasi dan biarkan proses tersebut berlangsung selama 30 menit atau 1 jam dan atau 1 hari jika Unit di OFF (Unit direndam dengan larutan).



g.



Setelah proses selesai, buka V2 secara perlahan dan tutup V3 agar larutan keluar (drain) sampai larutan dalam tangki CIP benar-benar kosong dan buka V9 yang ada di tangki CIP untuk memastikan tangki benar-benar kosong.



h.



Matikan Pompa dengan cara arahkan posisi control kearah OFF.



4. Proses Sanitasi a.



Siapkan Kaporit cair 6 L dan larutkan kedalam tangki CIP sampai Volume 500 L dengan air reuse.



b.



Pastikan Posisi Valve V2 dan V11 tertutup dan V3 terbuka.



c.



Hidupkan pompa dengan cara arahkan posisi switch ke CIP dan control kearah ON pada panel kontrol.



d.



Pastikan larutan di tangki CIP tersirkulasi ke Unit Ultrafiltrasi dan biarkan proses tersebut berlangsung selama 30 menit atau 1 jam dan atau 1 hari jika Unit di OFF (Unit direndam dengan larutan).



e.



Setelah proses selesai, buka V2 secara perlahan dan tutup V3 agar larutan keluar (drain) sampai larutan dalam tangki CIP benar-benar kosong dan buka V9 yang ada di tangki CIP untuk memastikan tangki benar-benar kosong.



f.



Matikan Pompa dengan cara arahkan posisi control kearah OFF.



5. Proses Pembilasan Dengan Air Hasil UF a.



Isi tangki CIP dengan air hasil re-use sampai volume 500 L



b.



Untuk mengisi Tangki CIP, buka V4, V7, V8, V11 dan tutup V6, V9, V10, V12



c.



Hidupkan pompa karbon dengan cara arahkan posisi switch kearah ON pada panel control



d.



Pastikan tangki CIP terisi air dari bak reuse sampai volume 500 L.



e.



Matikan pompa karbon dengan cara arahkan posisi switch kearah OFF pada panel control



f.



Buka V3, V6 dan Tutup V2, V11 lalu hidupkan pompa UF dengan cara arahkan posisi switch ke CIP dan control kearah ON pada panel kontrol.



g.



Pastikan air di tangki CIP tersirkulasi ke Unit Ultrafiltrasi dan biarkan proses tersebut berlangsung selama 10 – 20 menit.



h.



Setelah proses selesai, buka V2 secara perlahan dan tutup V3 agar air cucian keluar (drain) sampai larutan dalam tangki CIP benar-benar kosong dan buka V9 yang ada di tangki CIP untuk memastikan tangki benar-benar kosong.



B. Proses Filtrasi dengan UF Proses filtrasi/produksi air re-use dilakukan dengan membuka valve V1, V4, V6, V7, V8, V9, V10, V11 dan V12. Catatan Penting : Ada beberapa Valve yang harus diperhatikan untuk mengoperasikan UF, yaitu ; 1.



Pada saat awal cleaning perlu dilakukan proses drain yaitu dengan buka V2 , V11, V12 dan Tutup V6 selama 15 detik agar kotoran dalam UF keluar.



2.



Sirkulasi cleaning buka V6 dan tutup V2, V11.



3.



Pada saat produksi/filtrasi tutup V2, V3, V6 dan Buka V11, V12.



LAMPIRAN 5 SALINAN KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-51/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Menimbang : a. bahwa untuk melestarikan lingkungan hidup agar tetap bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya perlu dilakukan pengendalian terhadap pembuangan limbah cair ke lingkungan; b. bahwa kegiatan industri mempunyai potensi menimbulkan pencemaran lingkungan hidup, oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian terhadap pembuangan limbah cair dengan menetapkan Baku Mutu Limbah Cair; c. bahwa untuk melaksanakan pengendalian pencemaran air sebagaimana telah ditetapkan dalam Pasal 15 Peraturan Pemerintahan Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air perlu ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri; Mengingat : 1. Undang-undang Gangguan (Hinder Ordonnantie) Tahun 1926. Stbl. Nomor 226, setelah diubahn dan ditambah terakhir dengan Stbl. 1940 Nomor 450); 2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037); 3. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3046); 4. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang ketentuanketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3215); 5. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3257); 6. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3299);



107



SALINAN



7. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3225); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3409); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3445); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3538); 11. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 96/M tahun 1993 tentang Pembentukan Kabinet Pembangunan VI; 12. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1993 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Menteri Negara Serta Susunan Organisasi Staf Menteri Negara; 13. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 1994 tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI. Pasal 1 Dalam Keputusan Menteri ini yang dimaksud dengan :



1. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasan industri; 2. Baku Mutu Limbah Cair Industri adalah batas maksimum limbah cair yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan; 3. Limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan; 4. Mutu Limbah Cair adalah keadaan limbah cair yang dinyatakan dengan debit, kadar dan beban pencemaran; 5. Debit Maksimum adalah debit tertinggi yang masih diperbolehkan dibuang ke lingkungan; 6. Kadar Maksimum adalah kadar tertinggi yang masih diperbolehkan dibuang ke lingkungan; 7. Beban Pencemaran Maksimum adalah beban tertinggi yang masih diperbolehkan dibuang ke lingkungan



108



SALINAN 8. Menteri adalah Menteri yang ditugaskan mengelola lingkungan hidup; 9. Bapedal adalah Badan Pengendalian Dampak Lingkungan 10. Gubernur adalah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Daerah Khusus Ibukota atau Gubernur Kepala Daerah Istimewa. Pasal 2



(1) Baku Mutu Limbah Cair untuk jenis industri : 1. 2.



3. 4. 5.



6. 7. 8. 9.



10. 11. 12.



13. 14.



15. 16. 17.



18.



Soda kostik/klor adalah sebagaimana tersebut dalam lampiran A I dan Lampiran B I; Pelapisan Logam adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A II dan Lampiran B II; Penyamakan kulit adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A III dan Lampiran B III; Minyak sawit adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A IV dan Lampiran B IV; Pulp dan kertas adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A V dan Lampiran B V; Karet adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A VI dan Lampiran B VI; Gula adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A VII dan Lampiran B VII; Tapioka adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A VIII dan Lampiran B VIII; Tekstil adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A IX dan Lampiran B IX; Pupuk urea/nitrogen adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A X dan Lampiran B X; Ethanol adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A XI dan Lampiran B XI; Mono Sodium Glutamate (MSG) adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A XII dan Lampiran B XII; Kayu lapis adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A XIII dan Lampiran B XIII; Susu, makanan yang terbuat dari susu adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A XIV dan Lampiran B XIV; Minuman ringan adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A XV dan Lampiran B XV; Sabun, deterjen, dan produk-produk minyak nabati adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A XVI dan Lampiran B XVI; Bir adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A XVII dan Lampiran B XVII; Baterai sel kering adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A XVIII dan Lampiran B XVIII;



19. Cat adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A XIX dan Lampiran B XIX; 20. Farmasi adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A XX dan Lampiran B XX; 21. Pestisida adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A XXI dan Lampiran B XXI; SALINAN



(2) Baku Mutu Limbah Cair bagi jenis-jenis industri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, ditetapkan berdasarkan beban pencemaran dan kadar, kecuali jenis industri pestisida formulasi pengemasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) butir 20 dan butir 21 pasal ini ditetapkan berdasarkan kadar. (3) Bagi jenis-jenis kegiatan industri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini yang : a. telah beroperasi sebelum dikeluarkannya Keputusan ini, berlaku Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana tersebut dalam Lampiran A dan wajib memenuhi Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana tersebut dalam Lampiran B selambat-lambatnya tanggal 1 Januari tahun 2000. b. Tahap perencanaannya dilakukan sebelum dikeluarkannya keputusan ini, dan beroperasi setelah dikeluarkannya keputusan ini, berlaku Baku Mutu Limbah Cair lampiran A dan wajib memenuhi Baku Mutu Limbah Cair Lampiran B selambat-lambatnya tanggal 1 Januari tahun 2000. (4) Bagi jenis-jenis kegiatan industri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini yang tahap perencanaannya dilakukan dan beroperasi setelah dikeluarkannya keputusan ini, maka berlaku baku mutu limbah cair sebagaimana tersebut dalam Lampiran B. (5) Baku Mutu Limbah Cair sebagaimanan tersebut dalam Lampiran Keputusan ini setiap saat tidak boleh dilampaui. (6) Perhitungan tentang debit limbah cair maksimum dan beban pencemaran maksimum adalah sebagaimana tersebut dalam lampiran D Keputusan ini. (7) Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini ditinjau secara berkala sekurang-kurangnya sekali dalam lima tahun. Pasal 3



(1) Menteri setelah berkonsultasi dengan Menteri lain dan/atau pimpinan lembaga pemerintah non departemen yang bersangkutan menetapkan Baku Mutu Limbah Cair untuk jenis-jenis industri di luar jenis-jenis industri sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1). (2) Selama Baku Mutu Limbah Cair sebagaiman dimaksud dalam ayat (1) pasal ini belum ditetapkan, Gubernur dapat menggunakan Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana tersebut dalam Lampiran C Keputusan ini. (3) Gubernur dapat melakukan penyesuaian jumlah parameter sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (2) pasal ini, setelah mendapat persetujuan Menteri.



(4) Gubernur dapat menetapkan parameter tambahan diluar parameter yang tercantum dalam Baku Mutu Limbah Cair sebagaiman tersebut dalam Lampiran A dan B keputusan ini, setelah mendapat persetujuan Menteri. SALINAN



(5) Menteri memberikan tanggapan dan/atau persetujuan selambat-lambatnya dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (4) pasal ini. (6) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) pasal ini, tidak diberikan tanggapan dan/atau persetujuan, maka permohonan tersebut dianggap disetujui. Pasal 4 (1) Gubernur dapat menetapkan Baku Mutu Limbah Cair lebih ketat dari ketentuan sebagaimana tersebut dalam Lampiran Keputusan ini. (2) Apabila Gubernur tidak menetapkan Baku Mutu LImbah Cair lebih ketat atau sama dengan Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana tersebut dalam Lampiran Keputusan ini, maka berlaku Baku Mutu Limbah Cair dalam Keputusan ini. Pasal 5 Apabila analisis mengenai dampak lingkungan kegiatan industri mensyaratkan Baku Mutu Limbah Cair lebih ketat dari Baku Mutu LImbah Cair sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, maka untuk kegiatan industri tersebut ditetapkan Baku Mutu Limbah Cair sebagimana yang dipersyaratkan oleh analisis mengenai dampak lingkungan. Pasal 6 Setiap penanggung jawab kegiatan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) Keputusan ini wajib : a. Melakukan pengelolaan limbah cair sehingga mutu limbah cair yang dibuang ke lingkungan tidak melampaui Baku Mutu Limbah Cair yang telah ditetapkan; b. Membuat saluran pembuangan limbah cair yang kedap air sehingga tidak terjadi perembesan limbah cair ke lingkungan; c. Memasang alat ukur debit atau laju alir limbah cair dan melakukan pencatatan debit harian limbha cair tersebut; d. Tidak melakukan pengeceran limbah cair, termasuk mencampurkan buangan air bekas pendingin ke dalam aliran pembuangan limbah cair ; e. Memeriksakan kadar parameter Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana tersebut dalam Lampiran Keputusan ini secara periodik sekurang-kurangnya satu kali dalam sebulan. f. Memisahkan saluran pembuangan limbah cair dengan saluran limpahan air hujan; g. Melakukan pencatatan produksi bulanan senyatanya. h. Menyampaikan laporan tentang catatan debit harian, kadar parameter Baku Mutu Limbah Cair, produksi bulanan senyatanya sebagaimana dimaksud dalam huruf c,



e, g sekurang-kurangnya tiga bulan sekali kepada Kepala Bapedal, Gubernur, instansi teknis yang membidangi industri lain yang dianggap perlu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. SALINAN Pasal 7 Persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5 Keputusan ini dan Persyaratan Pasal 26 Peraturan Pemerintahan Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air wajib dicantumkan dalam izin Undang-undang Gangguan (Hinder Ordonnantie). Pasal 8 Apabila jenis-jenis kegiatan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) telah ditetapkan sebelum keputusan ini : a. Baku Mutu Limbah Cairnya lebih ketat atau sama dengan Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana tersebut dalam Lampiran Keputusan ini dinyatakan tetap berlaku; b. Baku Mutu Limbah Cairnya lebih longgar dari pada Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana tersebut dalam lampiran Keputusan ini wajib disesuaikan dengan Baku Mutu Limbah Cair dalam Keputusan ini selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah ditetapkannya keputusan ini. Pasal 9 Dengan berlakunya keputusan ini, maka Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor : KEP-03/MENKLH/II/1991 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Yang Sudah Beroperasi dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 10 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : 23 Oktober 1995 Menteri Negara Lingkungan Hidup ttd Sarwono Kusumaatmadja Salinan sesuai dengan aslinya Asisten IV Menteri Negara Lingkungan Hidup Bidang Pengembangan Pengawasan Dan Pengendalian, ttd Hambar Martono



LAMPIRAN 6 FOTO-FOTO KEGIATAN PEMBANGUNAN IPAL DOMESTIK



Foto 1. Survey kondisi sumber dan jaringan limbah



Foto 2. Rencana lokasi IPAL



Foto 3. Pekerjaan awal pembangunan IPAL



Foto 4. Pekerjaan galian tanah untuk IPAL



Foto 5. Pekerjaan pembesian lantai IPAL



Foto 6. Pekerjaan pembesian dinding IPAL



Foto 7. Pembuatan bekesting sebelum pengecoran



Foto 8. Aktivitas pengecoran IPAL



Foto 9. Pengecoran tutup IPAL



Foto 10. Bak-bak IPAL domestik yang telah selesai



Foto 11. Pembuatan bak-bak pengumpul air limbah



Foto 12. Bak pengumpul air limbah yang telah dibangun



Foto 12. Unit Ultrafiltrasi untuk pengolahan air re-use



Foto 13. Air limbah domestik sebelum dan sesudah di re-use



Foto 14. Bangunan ruang operator IPAL



Foto 15. Bak- bak bangunan IPAL