Plant Growing Strucuture TBT 2013 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

VII. PLANT GROWING STRUCTURE DAN SISTEM HIDROPONIK 7.1. Plant Growing Structure Plant growing structure adalah teknologi budidaya tanaman yang dilakukan dalam struktur bangunan tertentu seperti rumah kaca (green house), rumah peneduh (shade house/net house), rumah plastik, atau dengan sistem hidroponik yang memungkinkan untuk mengembangkan dan memproduksi berbagai jenis tanaman dengan kondisi agroekoklimatologi secara terkontrol. Keberhasilan budidaya di alam terbuka sangat ditentukan oleh kondisi alam. Dalam kondisi demikian, petani seringkali tidak mampu mengelola tanamannya dengan baik sehingga terjadi gagal panen karena kekeringan di musim kemarau, banjir di musim hujan, serangan hama penyakit, dan lain-lain. Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi di bidang budidaya, kendalakendala alam tersebut dapat diatasi dengan teknologi plant growing structure. Di samping alasan tersebut, penerapan teknologi plant growing structure dapat meminimalisasi kebutuhan lahan untuk dapat berusaha tani secara komersial. Bertanam di rumah kaca dapat dibuat dalam struktur betingkat untuk efisien tempat. Demikian pula bertanam dengan sistem hidroponik, tidak memerlukan lahan yang luas. Di Bali, berbagai jenis tanaman komersial dapat dikembangkan dengan menerapkan teknologi plant growing structure. Lahan pertanian Bali sangat sempit, ditambah lagi dengan tingginya laju alih fungsi lahan pertanian ke non-pertanian karena adanya persaingan pemanfaatan lahan antar sektor. Dengan demikian pengembangan pertanian konvensional yaitu budidaya pada hamparan yang menuntut lahan luas akan semakin terbatas. Keterbatasan itu dapat disubstitusi melalui pengembangan teknologi budidaya dalam rumah kaca, budidaya dalam wadah, atau sejenisnya yang secara umum disebut dengan budidaya dalam suatu struktur (Anon., 2002, Wibowo, 2002). Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat dibidang teknologi plant growing structure memungkinkan para pelaku budidaya untuk melaksanakan penanaman dan berproduksi tanpa kendala musim. Walaupun biaya/investasi yang dibutuhkan lebih besar, teknologi ini dapat memberikan keuntungan dengan memilih jenis tanaman yang dibutuhkan pasar, mampu memproduksi tanaman diluar musim secara rutin dan kontinyu, bahkan dapat memproduksi tanaman impor di dalam negeri dengan teknologi pengaturan suhu, kelembaban, pengairan, dan lain-lain. Ini dimungkinkan karena plant growing structure memiliki kelebihan: (1) dapat memproduksi tanaman secara berkesinambungan sepanjang tahun, karena melalui plant growing structure kita dapat mengatur suhu, kelembaban, tekanan udara, pH tanah, dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan tanaman; (2) resiko tanaman terserang hama penyakit dan kondisi ekstrim pengaruh alam lebih kecil karena kondisi plant growing structure secara langsung maupun tidak langsung telah terlindungi dari lingkungan luar, dan (3) penggunaan input produksi seperti pupuk, air, pestisida, tempat/lahan, dan lain-lain lebih efisien karena kita menggunakan polibag atau wadah dengan sistem terkontrol. 7.2. Sistem Hidroponik Perkembangan teknologi di bidang pertanian demikian pesat, sehingga mereka yang tertinggal dalam memanfaatkan kemajuan teknologi tidak akan memperoleh keuntungan yang maksimal dari kegiatan usaha yang dilakukannya. Salah satu



perkembangan teknologi budidaya pertanian yang layak disebarluaskan adalah teknologi hidroponik. Hal ini disebabkan oleh semakin langkanya sumberdaya lahan, terutama akibat perkembangan sektor industri dan jasa, sehingga kegiatan usaha pertanian konvensional semakin tidak kompetitif karena tingginya harga lahan. Teknologi budidaya pertanian sistem hidroponik memberikan alternatif bagi para petani yang memiliki lahan sempit atau yang hanya memiliki pekarangan rumah untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha yang dapat dijadikan sebagai sumber penghasilan yang memadai. 7.2.1. Mengenal Hidroponik dan Keuntungannya Istilah hidroponik berasal dari istilah Yunani yaitu hidro yang berarti air dan ponos berarti kerja. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan cara bercocok tanam tanpa tanah tetapi menggunakan air atau bahan porous lainnya dengan pemberian unsur hara terkendali yang berisi unsur-unsur esensial yang dibutuhkan tanaman. Jadi istilah hidroponik bukan hanya dengan air sebagai media pertumbuhannya, seperti makna leksikal dari kata hidro yang berarti air, tapi juga dapat menggunakan media-media tanam selain tanah seperti kerikil, pasir, sabut kelapa, zat silikat, pecahan batu karang atau batu bata, potongan kayu, dan busa. Mungkin, bagi sebagian besar orang tidak mengetahui bahwa di antara berbagai jenis makanan yang dimakan sehari-hari bahan bakunya tdak dibudidayakan atau tidak tumbuh di atas tanah melainkan di air. Sejarah perkembangan hidroponik dimulai dari keberhasilan percobaan pengembangan teknik bercocok tanam dengan air sebagai medium tanam yang dilakukan Dr. W. F. Gericke dari Universitas California pada tahun 1930-an, yang sekarang dianggap sebagai Bapak Hidroponik. Latar belakang Gericke meneliti sistem hidroponik ini, karena ia melihat luas tanah di sekelilingnya terasa semakin menciut untuk ditumbuhi berbagai tanaman. Hasil penelitiannya yang mudah dan praktis tersebut dengan cepat menyebar dan diketahui se-antero Amerika. Bahkan tentaratentara Amerika yang dinas di pulau-pulau gersang dan terisolasi pun ikut menumbuhkan tanaman sayuran di ruang tertentu dengan menggunakan sistem hidroponik. Begitu pula di Jepang, sistem hidroponik mulai diterapkan setelah Perang Dunia II berakhir untuk persediaan makanan bagi tentara pendudukan Amerika. Sejak saat itu, banyak dibuat unit hidroponik yang berskala besar di Meksiko, Puerto Rico, Hawaii, Israel, Jepang, India, dan Eropa. Budidaya tanaman secara hidroponik bukan lagi hanya sekedar hobi, tetapi sekarang telah banyak diusahakan oleh para petani di Indonesia. Di Bali misalnya, petani hortikultura di Bedugul dan di Pancasari telah mengusahakan tanaman hortikultura untuk pasar pariwisata dengan sisitem hdroponik, baik dalam skala kecil maupun besar. Hidroponik telah berkembang sebagai bisnis besar dan telah banyak berdiri perusahaan-perusahaan yang menaruh perhatian pada bidang bercocok tanam paling logis di bumi dengan penduduk yang terus bertambah. Penelitian dan berbagai riset tentang hidroponik juga mendapat perhatian serius dan diselenggarakan oleh berbagai perguruan tinggi, lembaga penelitian dan perusahaan multinasional dan internasional. Penemuan sistem hidroponik sangat penting bila dikaitkan dengan semakin berjubelnya manusia yang menetap di muka bumi karena bertambahnya populasi yang melaju cepat disatu sisi dan disisi lain seiring waktu yang terus berjalan lahan pertanian semakin sempit karena terjadi alih fungsi ke non pertanian. Dalam situasi demikian, produksi pertanian tidak bias tergantung secara konvensional yaitu dilakukan pada hamparan lahan yang luas.



Secara teoritis, bertanam secara hidroponik sangat dimungkinkan dengan adanya hubungan yang baik antara tanaman dengan tempat pertumbuhannya. Elemen dasar yang dibutuhkan tanaman sebenarnya bukanlah tanah, tapi cadangan makanan serta air yang terkandung dalam tanah yang terserap akar dan juga dukungan yang diberikan tanah dan pertumbuhan. Dengan mengetahui ini semua, di mana akar tanaman yang tumbuh di atas tanah menyerap air dan zat-zat vital dari dalam tanah, yang berarti tanpa tanah pun, suatu tanaman dapat tumbuh asalkan diberikan cukup air dan garamgaram zat makanan. Manipulasi yang dapat dilakukan selain perlakuan di atas adalah pengontrolan. Dengan perawatan rutin, kita dapat menikmati bermacam buah-buahan, sayur-sayuran, rempah-rempah tanaman obat, dan lain sebagainya walaupun kita tidak memiliki hamparan tanah untuk budidaya tanaman. Metode hidroponik memberi kesempatan kepada orang-orang yang tinggal di rumah dengan halaman yang sempit dan juga mahasiswa yang bertempat di tempat kos untuk menikmati buah dari tangan dingin di tempat sendiri. Tinggal dalam apartemen yang paling kecil sekalipun tidak menutup kemungkinan kita dapat menanam bunga, buah, dan sayur-sayuran. Untuk mencapainya dapat dilakukan dengan sistem hidroponik dalam pot yang kecil-kecil. Intinya, saat ini bercocok tanam dengan hidroponik menjadi alternatif paling realistis jika hidup di kota. Karena, hidroponik tidak perlu tanah. Keuntungan yang diperoleh pun cukup berlimpah. Pada bidang tanah yang sempit dapat ditumbuhi lebih banyak tanaman dari yang seharusnya. Lantas hasil tanaman buah dapat menjadi lebih masak dengan cepat dan lebih besar. Air dan pupuk dapat lebih awet karena dapat dipakai ulang. Jika tertarik untuk menumbuhkan tanaman dengan hidroponik apalagi dalam skala komersial, maka pengontrolan atau pengaturan kondisi adalah hal yang penting dilakukan. Komposisi pupuk, pemberian insektisida yang cukup, kesterilan media dan pengairan secara teratur harus dicermati dengan baik, karena hidroponik didamping memiliki berbagai keunggulan juga memiliki kelemahan, apalagi jika mengabaikan sistem pengontrolan. Beberapa keuntungan lain bercocok tanam dengan hidroponik adalah produksi tanaman persatuan luas lebih banyak, tanaman tumbuh lebih cepat, tidak ada masalah berat seperti pengolahan tanah dan pengendalian gulma, penggunaan air dan pupuk lebih efisien, tenaga kerja yng diperlukan lebih sedikit, lingkungan kerja lebih bersih, kontrol air, hara dan pH lebih teliti, masalah hama dan penyakit tanaman dapat dikurangi, dapat menanam tanaman di lokasi yang tidak mungkin/sulit ditanami seperti di lingkungan tanah yang miskin hara dan berbatu, tanaman dapat diusahakan terus tanpa tergantung musim, tanaman dapat tumbuh atau diusahakan di daerah yang tidak sesuai dengan iklim atau tanahnya karena kondisinya bisa diatur sesuai kebutuhan tanaman, keterbatasan ruangan atau tempat bukan halangan untuk bercocok tanam sehingga dapat dilakukan dimana saja bahkan di dalam atau di sekitar rumah. Sedangkan kelemahannya adalah ketersediaan dan pemeliharaan perangkat hidroponik agak sulit, memerlukan keterampilan khusus untuk menimbang dan meramu bahan kimia serta investasi awal yang mahal. 7.2.2. Metoda Hidroponik Prinsip dasar hidroponik dapat diterapkan dalam berbagai cara. Melalui pemahaman dasar-dasar hidroponik, setiap orang yang berminat dapat memilih cara yang paling sesuai atau bahkan menciptakan bentuk baru atau metoda yang lebih baik. Pemilihan metoda hidroponik yang sesuai dapat disesuaikan dengan kondisi ruang serta ketersediaan dana. Pada awalnya perkembangannya, metoda hidroponik hanya



menggunakan bak-bak air dan pot-pot dalam wadah tetapi setelah hidroponik menjadi suatu lahan bisnis komersial mulai berkembang cara-cara baru seperti penggunaan rumah kaca, rumah palstik dan bangunan-bangunan khusus lainnya meskipun didalamnya ada juga yang masih menggunakan pot-pot khususnya untuk tanaman muda atau pesemaian. Desain rumah kaca telah berkembang sangat maju mulai dari yang sangat sederhana sampai semuanya serba terkontrol. Untuk memenuhi kebutuhan sinar matahari dan kelembaban di dalam rumah kaca atau rumah palstik tersebut dilengkapi dengan alat-alat control yang dapat mengatur kondisi lingkungan tumbuh tanaman. Bahkan sebagai pengganti sinar matahari, kini telah tersedia lampu-lampu khusus yang dapat digunakan untuk membantu proses fotosintesis. Berdasarkan media tumbuh yang digunakan, hidroponik dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu: a. Metoda Kultur Air. Teknik ini telah lama dikenal, yaitu sejak pertengahan abad ke15 oleh bangsa Aztec. Dalam metode ini tanaman ditumbuhkan pada media tertentu yang di bagian dasar terdapat larutan yang mengandung hara makro dan mikro, sehingga ujung akar tanaman akan menyentuh larutan yang mengandung nutrisi tersebut. b. Metode Kultur Agregat. Media tanam berupa kerikil, pasir, arang sekam padi (kuntan), dan lain-lain yang harus disterilkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Pemberian hara dengan cara mengairi media tanam atau dengan cara menyiapkan larutan hara dalam tangki atau drum, lalu dialirkan ke tanaman melalui selang plastik. c. Metoda Nutrient Film Technique. Pada cara ini tanaman dipelihara dalam selokan panjang yang sempit, terbuat dari lempengan logam tipis tahan karat atau bahanbahan lainnya. Di dalam saluran tersebut dialiri air yang mengandung larutan hara. Maka di sekitar akar akan terbentuk film (lapisan tipis) sebagai makanan tanaman tersebut. Beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan dengan cermat dalam budidaya hidroponik, adalah unsur hara, media tanam, oksigen, air, dan teknik budidaya. 1. Unsur Hara. Pemberian larutan hara yang teratur sangatlah penting pada hidroponik, karena media hanya berfungsi sebagai penopang tanaman dan sarana meneruskan larutan atau air yang berlebihan. Hara tersedia bagi tanaman pada pH 5.5 – 7.5 tetapi yang terbaik adalah 6.5, karena pada kondisi ini unsur hara dalam keadaan tersedia bagi tanaman. Unsur hara makro dibutuhkan dalam jumlah besar dan konsentrasinya dalam larutan relatif tinggi. Termasuk unsur hara makro adalah N, P, K, Ca, Mg, dan S. Unsur hara mikro hanya diperlukan dalam konsentrasi yang rendah, yang meliputi unsur Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, dan Cl. Kebutuhan tanaman akan unsur hara berbeda-beda menurut tingkat pertumbuhannya dan jenis tanaman. Larutan hara dibuat dengan cara melarutkan garam-garam pupuk dalam air. Berbagai garam jenis pupuk dapat digunakan untuk larutan hara, pemilihannya biasanya atas harga dan kelarutan garam pupuk tersebut. Contoh larutan hara untuk tanaman tomat sistem hidroponik seperti table berikut. Tabel 14. 1. Pemberian pupuk dalam masa pertumbuhan tanaman tomat sistem hidroponik



2.



No



Jenis Pupuk



Masa Pertumbuhan Masa Pembuahan (g/1000 l) (g/1000 tanaman) 1. KNO3 250 250 2. TSP 250 200 3. Ca(NO3)2 250 250 4. MgSO4 200 300 5. NPK 250 300 6. H3BSO4 140 140 7. FeSO4 100 140 8. MnSO4 100 100 9. ZnSO4 20 20 10. CuSO4 4 4 11. ZA 100 Media Tanam Hidroponik. Jenis media tanam yang digunakan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Media yang baik membuat unsur hara tetap tersedia, kelembaban terjamin dan drainase baik. Media yang digunakan harus dapat menyediakan air, zat hara dan oksigen serta tidak mengandung zat yang beracun bagi tanaman. Bahan-bahan yang biasa digunakan sebagai media tanam dalam hidroponik antara lain pasir, kerikil, pecahan batu bata, arang sekam, spons, dan sebagainya. Bahan yang digunakan sebagai media tumbuh akan mempengaruhi sifat lingkungan media. Tingkat suhu, aerasi dan kelembaban media akan berlainan antara media yang satu dengan media yang lain, sesuai dengan bahan yang digunakan sebagai media. Arang sekam (kuntan) adalah sekam bakar yang berwarna hitam yang dihasilkan dari pembakaran yang tidak sempurna, dan telah banyak digunakan sabagai media tanam secara komersial pada sistem hidroponik. Komposisi arang sekam paling banyak ditempati oleh SiO2 yaitu 52% dan C sebanyak 31%. Komponen lainnya adalah Fe2O3, K2O, MgO, CaO, MnO, dan Cu dalam jumlah relatif kecil serta bahan organik. Karakteristik lain adalah sangat ringan, kasar sehingga sirkulasi udara tinggi karena banyak pori, kapasitas menahan air yang tinggi, warnanya yang hitam dapat mengabsorbsi sinar matahari secara efektif, pH tinggi (8.5 – 9.0), serta dapat menghilangkan pengaruh penyakit khususnya bakteri dan gulma.



3. Oksigen. Keberadaan Oksigen dalam sistem hidroponik sangat penting. Rendahnya oksigen menyebabkan permeabilitas membran sel menurun, sehingga dinding sel makin sukar untuk ditembus, Akibatnya tanaman akan kekurangan air. Hal ini dapat menjelaskan mengapa tanaman akan layu pada kondisi tanah yang tergenang. Tingkat oksigen di dalam pori-pori media mempengaruhi perkembangan rambut akar. Pemberian oksigen ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti: memberikan gelembung-gelembung udara pada larutan (kultur air), penggantian larutan hara yang berulang-ulang, mencuci atau mengabuti akar yang terekspose dalam larutan hara dan memberikan lubang ventilasi pada tempat penanaman untuk kultur agregat. 4. Air. Kualitas air yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman secara hidroponik mempunyai tingkat salinitas yang tidak melebihi 2500 ppm, atau mempunyai nilai EC tidak lebih dari 6,0 mmhos/cm serta tidak mengandung logam-logam berat dalam jumlah besar karena dapat meracuni tanaman.



5. Teknik Budidaya. Teknik budidaya dalam sistem hidroponik sangat berbeda dengan cara konvensional (pertanian dalam hamparan lahan yang luas), mulai dari pemilihan konstruksi rumah kaca atau rumah plastik, penyiapan peralatan budidaya hidroponik, dan proses budidaya (penyiapan media, pemilihan benih, penanaman, perawatan, panen dan pasca panen). Konstruksi rumah kaca atau rumah palstik yang dipilih sangat tergantung dari biaya yang tersedia. Untuk menekan biaya, maka kerangka rumah plastik dapat dibuat dari bambu. Lapisan atap rumah kaca dibuat dari plastik ultra violet dan dinding ditutupi dengan paranet atau kasa serangga (insect net). Lantai rumah kaca, apabila memungkinkan diplester atau ditutupi dengan plastik mulsa untuk menghindarkan lantai menjadi becek. Prinsip dasar rumah kaca tersebut adalah bahwa cahaya matahari tetap dapat masuk, namun lingkungan di dalam rumah kaca terlindung dari gangguan unsur luar. Peralatan budidaya hidroponik terdiri atas wadah semai, bisa menggunakan pot plastik, polybag kecil, bak plastik, nampan semai, atau kotak kayu, kertas tissu/koran basah untuk menjaga kelembaban, ayakan pasir untuk mengayak media semai, handsprayer untuk penyiraman, centong pengaduk media, pinset untuk mengambil bibit dari wadah semai, benang rami (seperti yang sering digunakan tukang bangunan) untuk mengikat tanaman, dan ember penyiram. Perlengkapan hidroponik seluruhnya diletakkan di dalam rumah kaca. Pada prinsip-nya terdiri dari perlengkapan media tumbuh tanaman (polybag, arang sekam, tali perambat), perlengkapan suplai air (pompa air, tangki pencampur pupuk, pipa distribusi, filter), dan perlengkapan alat ukur (ph meter, conductivity meter, thermometer), dan lainlain. Media hidroponik yang baik memiliki pH yang netral atau antara 5.5 -6.5. Selain itu media harus porous dan dapat mempertahankan kelembaban. Media yang digunakan dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan tahap pertumbuhan tanaman, yaitu media untuk media untuk persemaian atau pembibitan dan media untuk tanaman dewasa. Untuk persemaian dapat digunkan media berupa pasir halus, arang sekam atau rockwool. Pasir halus sering digunakan karena mudah diperoleh dan harganya murah, namun kurang dapat menahan air dan tidak terdapat nutrisi di dalamnya. Media yang biasa digunakan adalah campuran arang sekam dan serbuk gergaji atau serbuk sabut kelapa. Media untuk tanaman dewasa hampir sama dengan media semai, yaitu pasir agak kasar, arang sekam, rockwool dan lain-lain. Media yang ideal adalah arang sekam. Keuntungannya adalah kebersihan dan sterilitas media lebih terjamin bebas dari kotoran maupun organisme yang dapat mengganggu seperti cacing, kutu dan sebagainya yang dapt hidup dalam pasir. Media arang sekam bersifat lebih ringan namun lebih mudah hancur, penggunaannya hanya dapat untuk dua kali pemakaian. Arang sekam dapat dibeli di toko-toko pertanian atau membuat sendiri. Pemilihan benih sangat penting karena produktivitas tanaman terangantung dari keunggulan benih yang dipilih. Periksa label kemasan benih, yaitu tanggal kadaluarsa, persentase tumbuh dan kemurnian benih. Pemilihan komoditas yang akan ditanam diperhitungkan masak-masak mengenai harga dan pemasarannya. Hidroponik pada umumnya dimanfaatkan untuk memelihara tanaman hortikultura (sayur dan buah) yang bernilai ekonomis tinggi. Prinsip pemeliharaan untuk setiap jenis tanaman adalah sama, hanya berbeda pada komposisi pupuk yang diberikan. Proses budidaya diawali dengan persiapan media tanam, misalnya berupa arang sekam. Apabila



menggunakanarang sekam maka arang sekam tersebut dibuat dengan “menyangrai” (membakar di atas lapisan seng) sekam padi hingga membentuk arang. Arang sekam tersebut kemudian dimasukkan ke dalam polibag kecil sebagai media penyemaian benih, dan polibag besar (30 cm x 30 cm) untuk proses pembesaran. Penyemaian benih dilaksanakan di tempat tersendiri (di dalam rumah kaca) sampai berumur 2 minggu dengan perawatan secara manual. Benih yang digunakan sedapat mungkin benih unggul yang dijual dalam kemasan khusus. Selanjutnya bibit yang telah siap tanam, dipindahkan ke dalam media tumbuh dalam polibag besar dan siap dibesarkan. Sementara penyemaian dilakukan, instalasi tangki, pompa dan pipa irigasi dipersiapkan dengan cara menghubungkan tangki air dengan seluruh polibag penanaman. Kunci keberhasilan budidaya hortikultura sistem hidroponik adalah pada pemberian komposisi pupuk yang tepat, sesuai dengan jenis dan umur tanaman. Untuk itu, unsur hara yang dibutuhkan tanaman dipasokkan ke media tumbuh secara terukur dan berkala dengan sistem drip irrigation, yaitu dengan menggunakan pompa dan pipa-pipa yang telah dipersiapkan. Selain itu, perlakuan khusus seperti pemangkasan dahan/ranting yang tak berguna, pembuatan tali rambatan, pencegahan dan pemberantasan hama perlu dilakukan secara teliti. Pemangkasan bakal buah pun perlu dilakukan agar buah yang disisakan untuk dipanen benar-benar tumbuh dengan optimal karena mendapat makanan yang cukup. Lama masa pemeliharaan sangat tergantung jenis tanaman. Sebagai gambaran, tanaman tomat dipanen setelah berumur 4 bulan, paprika 5 bulan, melon 3 bulan dan timun 3 bulan. Proses pemanenan dilakukan secara manual dengan memilih buah yang telah benar-benar masak. Artinya, proses pemanenan dapat dilakukan tidak sekaligus, melainkan secara bertahap selama 1-2 minggu. Komposisi pupuk yang diberikan kepada tanaman dibedakan antara masa pembibitan, masa pertumbuhan dan masa pembuahan. 7.3. Rumah Kaca dalam Sistem Hidroponik Rumah kaca dalam kaitannya dengan hidroponik adalah sebuah bangunan di mana tanaman dibudidayakan. Semula, bangunan rumah kaca di Indonesia umumnya dimiliki oleh perguruan tinggi atau lembaga pendidikan, balai penelitian dan perusahaan yang bergerak di bidang bisnis perbenihan, bunga dan fresh market hortikultura yang sebagian besar digunakan untuk percobaan pemupukan, percobaan ketahanan hama dan penyakit, percobaan produksi di luar musim, percobaan kultur jaringan, percobaan persilangan atau pemuliaan dan percobaan hidroponik. Namun kini, rumah kaca dan rumah plastik sudah berkembang sampai ke petani kecil di pedesaan. Walaupun demikian kemajuan perkembangan rumah kaca di Indonesia masih jauh kalah dibandingkan dengan negara-negara yang pertaniannya maju seperti USA, Jepang, Australia, Israel, dan Negara-negara Eropa Barat, yang mana sebagian besar produksi tanaman hortikulturanya sudah ditanam di rumah kaca. Sebuah rumah kaca dapat terbuat dari gelas atau plastik, didalamnya ada juga dilengkapi dengan berbagai peralatan seperti pengatur suhu, kelembaban udara dan distribusi air maupun pupuk. Meningkatnya permintaan pasar tentang mutu produksi yang berkualitas, seragam dan berkesinambungan atau disingkat K 3 (kuatitas, kualitas dan kontinyuitas) maka dituntut teknologi budidaya pertanian yang semakin meningkat pula. Pengembangan teknologi budidaya hidroponik di rumah kaca merupakan salah satu alternative yang dapat ditempuh. Untuk memulai usaha hidroponik di rumah kaca tersebut, perlu



diperhatikan 4 hal penting yaitu bangunan rumah kaca (green house) yang dipilih, instalasi irigasi, sumberdaya manusia dan sistem budidaya hidroponik. 7.3.1. Bangunan Rumah Kaca Fungsi dari bangunan green house di daerah tropis seperti Indonesia adalah untuk melindungi tanaman dari hujan dan serangan hama dan penyakit. Konstruksi bangunan green house di daerah sub tropis berfungsi untuk menahan kalor agar suhu di dalam ruangan green house tetap panas sesuai dengan suhu yang diperlukan tanaman agar dapat tumbuh optimal, sebaliknya untuk di daeraah tropis kalor yang ada di dalam ruangan diupayakan cepat keluar (di tropis suhu umumnya tinggi). Bentuk konstruksi green house bermacam-macam ada yang bentuk tunnel (atap lengkung), modifikasi tunnel, atap miring, dan lain-lain. Bentuk tunnel dengan atap lengkung (Gambar a) umumnya tanpa ada ventilasi atas yang mengakibatkan adanya pengumpulan kalor dipusat lengkungan, sehingga suhu udara yang dilingkupi akan lebih panas. Sirkulasi udara didalam green house kurang baik dan jika angin kencang maka bangunan green house akan mudah terbang akibat adanya pengumpulan tekanan di pusat lngkung. Bentuk modifkasi tunnel (Gambar b) memiliki atap lengkung dengan ventilasi berada diatas. Bentuk kosntruksi ini biaya pembuatannya lebih mahal dan ketahanan terhadap angin kurang baik dibandingan bentuk tunnel, tetapi memiliki kelebihan yaitu sirkulasi udara didalam ruangan green house lebih lancer. Konstruksi green house atap miring, kemiringan atapnya disesuaikan dengan curah hujan setempat. Bentuk ini memiliki biaya yang paling murah. Konstruksi miring ini ada dua macam, miring ke satu sisi (Gambar c) dan dua atap miring dengan kemiringan saling berhadapan dengan salah satu atap lebih tinggi dibandingkan dengan atap lainnya, sehingga terdapat ventilasi udara (Gambar d). Selain itu terdapat konstruksi green house seperti bentuk gudang tembakau (e), topi atas hanya terdapat sedikit udara sehingga udara yang dilingkupi cepat panas dan udara cepat keluar yang mengakibatkan adanya aliran vertical.



a



b



c



d



e



Bahan kerangka bangunan green house dapat terbuat dari logam, kayu atau bamboo. Bahan logam merupakan bahan yang sangat kuat, sehingga umur green house bias bertahan lama, akan tetapi sangat mahal. Bahan logam ini bias berupa pipa besi ataupun bahan aluminium. Bahan dari kayu relative lebih murah dibandingkan dengan logam, tetapi kekuatan bahan lebih cepat rusak. Disamping kurang kuat, bahan ini jika patah bias langsung mengenai tanaman. Bahan yang paling murah dan mudah didapat adalah bamboo. Kekuatan bahan dari bamboo cukup untuk melindungi tanaman dari curah hujan, namun umur bangunan paling cepat rusak. Bahan untuk atap rumah kaca bias dipilih dari kaca, plastic ultra violet (UV), plastic diffusion, atau plastic polyetylen (PE). Bahan atap kaca sangat mahal dan membutuhkan bangunan yang tingkat kepermanenan dan ketelitiannya tinggi serta



kosntruksi yang kuat untuk menopang berat kaca. Bahan kaca kurang baik digunakan untuk daerah Indonesia karena perubahan suhu yang cepat akibat dari panas dan hujan selalu beriringan dengan selisih waktu yang singkat, sehingga menimbulkan resiko pecah akibat penyusutan yang mendadak. Kelemahan lainnya adalah perwatan yang cukup sulit. Bahan plastik UV memiliki kekuatan yang cukup kuat sekitar 1,5 sampai 2 tahun tergantung pada intensitas cahaya yang menyinari diloaksi bersangkutan. Pemasangan plastic UV lebih mudah dan tidak membutuhkan ketelitian tingkat tinggi. Kandungan UV dalam plastic juga menentukan daya tahan palstik yang digunakan. Semakin tinggi kandungan UV-nya maka semakin kuat. Kandungan UV yang ada pada plastic UV dipasaran berkisar dari 6%, 12%, 14% dan 16%. Jenis plastik diffusion secara komersial belum ada beredar di Indonesia. Karakteristik plastic ini adalah memancarkan kembali sinar yang mengenainya, sehingga mutu sinar yang ada didalam bangunan sangat baik dengan intensitas sinar seragam. Harapan dengan menggunakan plastic ini adalah permukaan daun dapat memeroleh sinar yang sama. Bahan dari plastic PE memiliki daya tahan yang sangat rendah terhadap sinar, dengan umur berkisar antara 3-6 bulan tergantung dari intensitas sinar yang diterima. Bahan dinding green house dapat menggunakan plastic netting diameter 2 m atau 1 mm tergantung kebutuhan. Plastik netting 2 mm hanya dapat menahan serangga yang berukuran besar saja, namun dapat meneruskan angin dengan baik. Sedangkan platik netting 1 mm dapat melindungi tanaman dari serangga kecil tetapi penerusan angi kurang baik. Jika ada angin kencang akan mengakibatkan atau mempercepat robohnya bagunan. 7.3.2. Instalasi Irigasi Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam mendisain instalasi irigasi dalam green house adalah sumber air, jenis irigasi, bahan irigasi dan alat bantu. Sumber air bias diperoleh dari air sumur, air sungai, atau air hujan. Air yang akan digunakan diteliti dan diperiksa terlebih dahulu apakah mutu air memenuhi syarat air yang baik seperti pH air dan kandungan logam yang terdpat dalam air tersebut. Jenis irigasi yang dipilih dapat berupa Nutrin Film Technique (NFT), drip irrigation, atau jenis yang lainnya tergantung tujuan serta saran dan prasarana yang dimiliki. NFT merupakan jenis irigasi yang mengalirkan nutrisi tipis di permukaaan akar. Biasanya para pengguna sistem ini menggunakan talang untuk tempat aliran larutan nutrisi dan sterefoam sebagai penyangga tanaman. Aliran nutrisi yang diberikan dapat diputar balik. Keuntungan sistem NFT, nutrisi dapat digunakan kembali. Karena sistem ini menyatu dengan pemberian nutrisi, jika terdapat masalah berupa kesalahan nutrisi atau sumber penyakit tertentu yang mengkontaminasi, maka dampaknya akan serempak dan menyeluruh. Untuk sayuran daun sistem ini cukup baik, tetapi kurang baik untuk sayuran daun. Pada jenis drip irrigation, air menetes melalui nosel penetes dimasing-masing tanaman. Sistem ini membutuhkan media untuk perakaran, dimana sifat dari media tersebut harus steril, memiliki daya serap air yang tinggi, dan memiliki sifat kimia yang memenuhi syarat tumbuh tanaman. Media yang sering digunakan apabila sistem pengairan yang dipilih drip irrigation adalah batu apung diameter butiran 2-4 mm, arang sekam dan pasir bangunan. Alat bantu yang diperlukan untuk mengoperasikan sistem irigasi dalam budidaya hidroponik di rumah kaca antara lain gelas ukur, EC meter, pH meter, timbangan dan alat lain sesuai dengan kebutuhan dan dana yang dimiliki.



7.3.3. Sumberdaya Manusia Budidaya hidroponik dalam rumah kaca memerlukan keseriusan yang tinggi dana pengetahun yang mencukupi. Untuk itu, pimpina kebun harus dibekali pengetahuan tentang kimia pupuk dan pestisida, sifat-sifat tanaman yang dipilih, dan sebagainya. Untuk mempersiapkan SDM yang dapat diandalkan, maka perlu dipersiapkan tenaga kerja yang mengetahui tentang klimatologi, hama dan penyakit, pesisida, bangunan dan bahan bangunan serta pengalaman yang memadai. 7.3.4. Sistem Budidaya Hidroponik Dalam sistem hidroponik di rumah kaca, setelah berbagai hal yang terkait dengan bangunan, peralatan yang diperlukan dan sistem pengairan serta pemupukan dipersiapkan dengan baik, maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan budidaya hidroponik itu sendiri. Budidaya hidroponik dapat dipilah menjadi 4 bagian, yaitu stelisasi ruangan green house, persemaian, perawatan, dan panen. Ruangan green house harus terlebih dahulu disterilisasi sebelum tanaman masuk kedalam ruangan green house dengan cara disemprot dengan larutan lisol 4 ml/liter, larutan insektisida dan fungisida kontak, dan formali 4 ml/liter. Dalam persemaian, kelembaban dan suhu diatur sesuai dengan jenis tanaman yang dibudidayakan karena setiap tanaman memiliki syarat berkecambah yang berbeda. Perwatan antara lain meliputi pemasangan ajir, frekuensi pengairan, pengendalian hama penyakit, pemupukan, pemangkasan, dan lain-lain. Panen sebaiknya dilakukan sesuai dengan permintaan dan criteria pasar yang ada. Daftar Pertanyaan 1. Jelaskan perbedaan antara pertanian yang menerapkan plant growing structure dengan pertanian konvensioanal. 2. Jelaskan dengan kata-kata sendiri sejarah perkembangan hidroponik dan kenapa sistem hidoponik bisa berkembang sebagai sistem pertanian yang komersial. 3. Sebutkan berbagai metode hidroponik yang anda ketahui. Dari berbagai metoda tersebut, metoda mana yang paling menguntungkan. Jelaskan alasannya. 4. Jelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mendirikan rumah kaca dalam sistem hidroponik. 5. Jelaskan keuntungan dan kelemahan budidaya dalam rumah kaca. 6. Selain metode NFT dan drip irrigation, apakah ada metode lain cara pemberian air irigasi dalam budidaya hidroponik di rumah kaca. Sebutkan dan jelaskan secara singkat. 7. Jelaskan mengapa dalam berusaha tani secara hidroponik di rumah kaca perlu mempersiapkan sumberdaya manusia yang cukup memadai.