PPK CKD Ada Tabel [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS RSUDKOTA BEKASI JAWA BARAT 2013 – 2015 CHRONIK KIDNEY DISEASE 1. Pengertian (Definisi)



Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, yang terjadi dalam waktu ≥ 3 bulan dan pada akhirnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel, pada suatu derajat yang memerlukan terapi penggantian ginjal yang tetap berupa dialysis atau transplantasi ginjal. Definisi CKD menurut NKF-K/DOQI adalah: 1. Kerusakan ginjal selama ≥ 3 bulan Yang dimaksud terdapat kerusakan ginjal adalah bila dijumpai kelainan struktur atau fungsi ginjal dengan atau tanpa penurunan GFR, dengan salah satu manifestasi: -



Kelainan patologi



-



Petanda



kerusakan



ginjal,



termasuk



kelainan



komposisi darah atau urine, atau kelainan radiologi. 2. GFR ≤ 60 ml/men/1,73m2 ≥ 3 bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal.



2. Anamnesis



1. Keluhan pada CKD : lemah, letargi, anoreksia, mual muntah, nokturia, gatal, sakit kepala, gangguan tidur, sesak nafas, nyeri dada, fatigue, pandangan kabur, 25



disfungsi ereksi, hipertensi, perdarahan, kejang, nyeri 3. Pemeriksaan Fisik



sendi, tulang dan fraktur, gangguan mental. 1. KU : dapat terjadi penurunan kesadaran sampai koma, pucat, sesak nafas. 2. Mata : penurunan visus, red eye, nistagmus, pupil asimetri. 3. Leher : pembesaran kelenjar tiroid. 4. Paru : Gerakan nafas tertinggal, retraksi (+), SN melemah, pekak rhonki (+). 5. KV : pembesaran jantung (didapatkan pergeseran dari batas jantung, khususnya pergeseran batas jantung kiri ke arah lateral.), gangguan irama jantung (aritmia), peningkatan tekanan darah. 6. Abdomen : nyeri epigastrium, asites. 7. Muskuloskeletal : nyeri sendi, tulang dan fraktur. 8. Ekstremitas : neuropati perifer, pitting oedem.



4. Kriteria Diagnosis



9. Kulit : kering, bersisik, scratch mark, urea frost 1. Kerusakan ginjal selama ≥ 3 bulan dengan atau tanpa disertai penurunan GFR 2. GFR ≤ 60 ml/men/1,73m2 ≥ 3 bulan dengan atau



5. Diagnosis Kerja 6. Diagnosis Banding 7. Pemeriksaan Penunjang



tanpa kerusakan ginjal. CKD (Chronik Kidney Disease) 1. AKI (Acute Kidney Injury) 2. Sindroma Nefrotik Pemeriksaan laboratorium : 1. Faal ginjal 2. Darah lengkap ( termasuk kimia darah) 3. Urinalisa 4. GFR Pemeriksaan penunjang lain : 1. Foto polos abdomen 2. BNO-IVP 26



3. Pielografi antergrad / retrograd 4. USG 5. Renogram 8. Terapi



6. Biopsi dan pemeriksaan histopatologi ginjal Prinsip terapi 1. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya 2. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid 3. Memperlambat



perburukan



(progression)



fungsi



ginjal 4. Pencegahan



dan



terapi



terhadap



penyakit



kardiovaskular 5. Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi 6. Terapi



pengganti



ginjal



berupa



dialisis



atau



transplantasi ginjal Terapi Konservatif •



Pengobatan hipertensi. Target penurunan tekanan darah yang dianjurkan < 140/90 mmHg. Dapat diberikan ACE Inhibitor dan ARB.







Pembatasan asupan protein, dimulai ketika LFG ≤60 ml/menit. Jumlah asupan protein yang dianjurkan 0,6-0,8 gr/kgBB/hari,yang 0,35-0,5 gr di antaranya merupakan protein dengan nilai biologi tinggi. Pada pasien yang sudah mendekati stadium akhir, asupan protein ditingkatkan menjadi 0,9 g/kgBB/hari yang terdiri dari protein dengan nilai biologi tinggi.



27







Retriksi fosfor, diatasi dengan membatasi diet fosfat, yaitu sebanyak 600-800 mg/hari. Memberi pengikat fosfat. Yang banyak dipakai adalah CaCO3 dan Calcium asetat.







Mengurangi proteinuria. Dalam hal ini ACE inhibitor atau ARB biasanya digunakan. Dapat juga kombinasi dari ACE Inhibitor dan ARB. Jika ditemukan peningkatan efek samping maka obat bisa diganti dengan lini kedua seperti CCB, diltiazem, verapamil.







Mengendalikan hiperlipidemia. Diet yang diberikan sebaiknya mengandung kurang dari 7% kalori lemak jenuh/satured fat (SAFA), polyunsatured fat (PUFA) hingga 10%, monounsatured fat (MUFA) hingga 20% dan total lemak 25-35% dari kalori total. Diet juga harus mengandung karbohidrat kompleks(50-60% dari kalori total) dan serat (20-30 g/hari). Kolesterol diet



harus



kurang



dari



200



mg/hari.



Terapi 28



farmakologis dapat diberikan obat golongan Statin dan fibrat. •



Pembatasan cairan (balance cairan) dan elektrolit, Jumlah air yang keluar dari tubuh yaitu dari insensible water loss adalah sekitar 500-800 ml/hari, sehingga jumlah air yang masuk adalah 500-800 ml/hari ditambah jumlah urin. Asupan cairan 1-2 L per hari dapat menjaga keseimbangan cairan. Pembatasan elektrolit, yaitu dengan mengawasi asupan kalium dan natrium. Kalium dibatasi karena hyperkalemia dapat menyebabkan aritmia jantung, sehingga obat-obatan dan makanan yang tinggi kalium harus dibatasi.(2)Jika GFR menurun 10 mg/dl atau apabila terdapat riwayat gout.







Infeksi, Penderita gagal ginjal kronik memiliki kerentanan yang lebih tinggi terhadap infeksi, terutama infeksi saluran kemih. Dapat diberikan antibiotik cefalosporin generasi ke -3, seperti ceftriaxon, dan cefoperazon, yang memerlukan penyesuaian dosis.



Modifikasi penyesuaian obat •



Menghindari obat-obatan yan deliminasi terutama melalui ginjal. Seperti Metformin, meperidin, dan OHO lain yang dieliminasi di ginjal. OAINS juga harus dihindari karena dapat memperburuk fungsi ginjal. Dan banyak antibiotik, antiaritmia , dan antihipertensi yang memerlukan penyesuaian dosis.



Terapi penggantian ginjal. 1. Hemodialisa atas indikasi. 2. Dialisis perioneal atas indikasi. 9. Edukasi



1.



(Hospital Health Promotion)



3. Transplantasi ginjal. Penjelasan perjalanan penyakit, komplikasi, rencana perawatan dan tindakan.



2.



Penjelasan tindakan terapi pengganti ginjal, termasuk komplikasi.



3.



Konsultasi Gizi.



4.



Modifikasi gaya hidup : berhenti merokok, kurangi asupan protein, lemak dan garam. Olah raga teratur.



5.



Kontrol teratur, terutama kontrol tekanan darah dan gula darah dan LFG. 30



10. Prognosis



Ad vitam



: dubia ad bonam/malam



Ad sanationam : dubia ad bonam/malam 11. Tingkat Evidens 12. Tingkat Rekomendasi 13. Penelaah Kritis



14. Indikator Medis



Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam IV C 1. Dr. Etty Siti Aminah, SpPD 2.



Dr. Waluyo Dwi Cahyono, SpPD



3.



Dr. Julius Samban, SpPD



4.



Dr. Femiko M. Sitohang, SpPD



5.



Dr. Gerie Amarendra, SpPD



6.



Dr. Elza Febriasari, SpPD



7. Dr. Rahma Safitri Meutia, SpPD ……………………………………………………………… ……………………………… ……………………………………………………………… …………………………….. ………………………………………………………………



15. Kepustakaan



…………………………….. 1. Prodjosudjadi W, Susalit E, Suwitra K,et al. Penatalaksanaan



Penyakit



ginjal



Kronik



dan



Hipertensi. PERNEFRI. 2009. 2. Murray L, Ian W, Tom T, Chee KC. Chronic Renal failure in Ofxord Handbook of Clinical Medicine. Ed. 7th. New York: Oxford University; 2010. 294-97 3. Fauci,



Braunwald,



Kasper,



et



al.



Harrison’s



Principles of Internal Medicine 17th Ed,Vol.II. Mc Graw Hill. 2008 4. Sudoyo W, Setiyohadi B, Alwi I, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Interna Pubishing. Jakarta; 2009.



31



5. Price S, Wilson L. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit,Vol.2. ECG. Jakarta; 2011.



32