PPK SMF Ilmu Kesehatan Anak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PANDUAN PRAKTIK KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK



DEPARTEMEN/SMF ILMU KESEHATAN ANAK RUMAH SAKIT TK. II KARTIKA HUSADA PONTIANAK 2018



Did you know?



With Scribd you can unlock unlimited possibilities with over 1,000,000 audiobooks and ebooks. Learn more Did you know?



Over 1 million subscribers trust Scribd to be the library in their pocket. Learn more



Did you know?



With Scribd you can unlock unlimited possibilities with over 1,000,000 audiobooks and ebooks. Learn more PANDUAN PRAKTIK KLINIK



SMF ILMU KESEHATAN ANAK RUMAH SAKIT TK. II KARTIKA HUSADA PONTIANAK 2018 DENGUE FEVER Pengertian



Salah satu varian klinik infeksi virus dengue, yang ditandai oleh gejala panas 27 hari.



Anamnesis



1. Demam a. Timbul mendadak, berlangsung 2-7 hari b. Disertai dengan tidak mau bermain (”not doing well”), nafsu makan menghilang, mual, dan tidak jarang disertai muntah. c. Kadang kurva suhu berbentuk pelana (sadle-back fever) d. Suhu turun mendadak, kemudian penderita merasa/tampak membaik dan muncul nafsu makan. 2. Nyeri a. Nyeri kepala b. Nyeri belakang mata (retro orbital) c. Nyeri otot (myalgia) d. Nyeri sendi (arthralgia) 3. Ruam a. Pada awal sakit dapat timbul kemerahan (flushing) pada kulit penderita b. Pada periode penyembuhan dapat muncul ”confalescence rash”, berupa morbilli like rash yang lokasinya di ekstremitas bawah (shoe like appearance) dan di ekstremitas atas (handglove like appearance). 4. Manifestasi perdarahan a. Tidak selalu ada b. Dapat berupa tourniquet test yang positip, petekiae, epistaksis, perdarahan gusi dan dapat terjadi perdarahan masif berupa hematemesis/melena yang sampai membutuhkan transfusi darah. 5. Dapat dijumpai gejala gastro intestinal, berupa diare dan gejala saluran napas atas berupa batuk serta pilek yang ringan.



Pemeriksaan Fisik



1. Febris 2. Malaise 3. Hepatomegali 4. Splenomegali 5. Epistaksis 6. Ptekiae 7. Hematemesis/ Melena



Kriteria Diagnosis



1. Demam < 7 hari



Did you know?



Over 1 million subscribers trust Scribd to be the library in their pocket. Learn more



Did you know?



With Scribd you can unlock unlimited possibilities with over 1,000,000 audiobooks and ebooks. Learn more 3. Bleeding



Diagnosis



1. Exanthema subitum



Banding



2. German Measles 3. Chikungunya 4. Demam berdarah dengue grade I dan II



Pemeriksaan Penunjang



1. Laboratorium rutin sering dijumpai adanya leukopenia, dan dapat disertai penurunan trombosit, walaupun seringkali masih > 100.000 2. Diagnosis etiologis : a. Serologis eliza, memeriksa IgM dan IgG dengue, lakukan pada hari sakit ≥ 5, untuk lebih memperoleh hasil positif. b. Serologis hemaglutinasi inhibisi, dengan mengambil serum sepasang, dimana serum pertama saat masuk rumah sakit dan serum kedua usahakan ≥ 7 hari kemudian (sering kali susah dipenuhi). c. Virologi, isolasi virus dari spesimen darah, usahakan pengambilan serum saat periode febris, kemudian dengan dry ice dikirim ke pusat-pusat pemeriksaan virologi (dilakukan saat riset).



Terapi



Apabila penderita infeksi Virus Dengue datang pada periode febris, dimana belum/tidak dapat dibedakan apakah Dengue Fever/Dengue Hemorrhagic Fever, maka pengobatan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : 1. Antipiretik Parasetamol sebagai pilihan, dengan dosis 10 mg/BB/kali tidak lebih dari 4 kali sehari. Jangan memberikan aspirin dan brufen/ibuprofen, sebab dapat menimbulkan gastritis dan atau perdarahan. 2. Antibiotika tidak diperlukan 3. Makan disesuaikan dengan kondisi napsu makannya 4. Apabila penderita ditetapkan rawat jalan, maka kalau dalam perjalanan didapat keluhan dan tanda klinis seperti dibawah ini dianjurkan untuk segera datang ke rumah sakit untuk pengobatan selanjutnya. Gejala dan tanda yang dimaksud adalah : a. Nyeri abdomen b. Tanda perdarahan dikulit, petekiae dan ekimosis c. Perdarahan lain seperti epistaksis & perdarahan gusi d. Penderita tampak loyo& pada perabaan terasa dingin 5. Kebutuhan cairan harus dipenuhi. Pemberian cairan dapat diberikan per



oral, akan tetapi apabila penderita tidak mau minum, muntah terus, atau panas yang terlalu tinggi maka pemberian cairan intravena menjadi pilihannya.



Did you know?



Over 1 million subscribers trust Scribd to be the library in their pocket. Learn more



Did you know?



With Scribd you can unlock unlimited possibilities with over 1,000,000 audiobooks and ebooks. Learn more



Apabila cairan intravena dijadikan pilihan terapi, maka dikenal formula untuk memenuhi cairan rumatan yaitu formula Halliday Segar dengan rincian sebagai berikut : Berat Badan ( Kg ) 10



Cairan Rumatan (Vol)/ 24 jam 100 CC/Kg BB



10-20



1000 CC + 50 CC/Kg BB diatas 10 Kg



> 20



1500 CC + 20 CC/Kg BB diatas 20 Kg



Setiap derajat C kenaikan temperatur, cairan dinaikkan 12 % dari kebutuhan rumatan. Jumlah tersebut diatas untuk seluruh kebutuhan cairan sehari, termasuk cairan oral. Untuk cairan rumatan ini dapat dipakai solutio D 5½ Saline untuk



anak usia > 3 tahun atau D 5¼ Saline untuk penderita berumur ≤ 3 tahun. 6. Lakukan observasi secara cermat setiap 6 jam atas tanda vitalnya, dengan tujuan untuk mendeteksi adakah tanda-tanda kebocoran plasma (plasma leakage), yang mengarah ke dengue haemorhagic fever.



Did you know?



Over 1 million subscribers trust Scribd to be the library in their pocket. Learn more



Did you know?



With Scribd you can unlock unlimited possibilities with over 1,000,000 audiobooks and ebooks. Learn more



Did you know?



Over 1 million subscribers trust Scribd to be the library in their pocket. Learn more



Did you know?



With Scribd you can unlock unlimited possibilities with over 1,000,000 audiobooks and ebooks. Learn more



Edukasi



1. Jaga kebersihan 2. Perbanyak asupan cairan 3. Makanan bergizi



Prognosis



Ad vitam : Dubia ad bonam Ad sanationam : Dubia ad bonam Ad fungsionam : Dubia ad bonam



Kepustakaan



1. WHO. 2009. Dengue Hemmorhagic Fever



Did you know?



Over 1 million subscribers trust Scribd to be the library in their pocket. Learn more



Did you know?



With Scribd you can unlock unlimited possibilities with over 1,000,000 audiobooks and ebooks. Learn more



PANDUAN PRAKTIK KLINIK SMF ILMU KESEHATAN ANAK RUMAH SAKIT TK. II KARTIKA HUSADA PONTIANAK 2018 DENGUE HAEMORHAGIC FEVER (DHF) Pengertian



Suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi >160/110 mmHg disertai protein urine dan atau edema, pada kehamilan 20 minggu atau lebih.



Anamnesis



1. Demam e. Timbul mendadak, berlangsung 2-7 hari f. Disertai dengan tidak mau bermain (”not doing well”), nafsu makan menghilang, mual, dan tidak jarang disertai muntah. g. Kadang kurva suhu berbentuk pelana (sadle-back fever) h. Suhu turun mendadak, kemudian penderita merasa/tampak membaik dan muncul nafsu makan. 2. Nyeri e. Nyeri kepala f. Nyeri belakang mata (retro orbital) g. Nyeri otot (myalgia) h. Nyeri sendi (arthralgia) 3. Ruam c. Pada awal sakit dapat timbul kemerahan (flushing) pada kulit penderita d. Pada periode penyembuhan dapat muncul ”confalescence rash”, berup a morbilli like rash yang lokasinya di ekstremitas bawah (shoe like appearance) dan di ekstremitas atas (handglove like appearance). 4. Manifestasi perdarahan c.



Tidak selalu ada



d.



Dapat berupa tourniquet test yang positip, petekiae, epistaksis, perdarahan gusi dan dapat terjadi perdarahan masif berupa hematemesis/melena yang sampai membutuhkan transfusi darah.



5.



Dapat dijumpai gejala gastro intestinal, berupa diare dan gejala saluran napas atas berupa batuk serta pilek yang ringan.



2. Malaise 3. Hepatomegali 4. Splenomegali 5. Epistaksis 6. Ptekiae 7. Hematemesis/ Melena



Did you know?



Over 1 million subscribers trust Scribd to be the library in their pocket. Learn more



Did you know?



With Scribd you can unlock unlimited possibilities with over 1,000,000 audiobooks and ebooks. Learn more Kriteria Diagnosis



1. DHF Grade I : semua gejala umum, peningkatan HCT >20%, satu-satunya



tanda perdarahan ialah uji bendung yang positif 2. DHF Grade II : semua gejala umum, peningkatan HCT >20%, dengan tanda perdarahan lain 3. DHF Grade III : semua gejala umum, peningkatan HCT >20%, dengan penyempitan nadi 100.000 2. Diagnosis etiologis : a. Serologis eliza, memeriksa IgM dan IgG dengue, lakukan pada hari sakit ≥ 5, untuk lebih memperoleh hasil positif. b. Serologis hemaglutinasi inhibisi, dengan mengambil serum sepasang, dimana serum pertama saat masuk rumah sakit dan serum kedua usahakan ≥ 7 hari kemudian (sering kali susah dipenuhi). 3. Virologi, isolasi virus dari spesimen darah, usahakan pengambilan serum saat periode febris, kemudian dengan dry ice dikirim ke pusat-pusat pemeriksaan virologi (dilakukan saat riset).



Did you know?



Over 1 million subscribers trust Scribd to be the library in their pocket. Learn more



Did you know?



With Scribd you can unlock unlimited possibilities with over 1,000,000 audiobooks and ebooks. Learn more



Terapi



Did you know?



Over 1 million subscribers trust Scribd to be the library in their pocket. Learn more



Did you know?



With Scribd you can unlock unlimited possibilities with over 1,000,000 audiobooks and ebooks. Learn more Did you know?



Over 1 million subscribers trust Scribd to be the library in their pocket. Learn more



Edukasi



1. Jaga kebersihan 2. Perbanyak asupan cairan 3. Makanan bergizi



Prognosis



Ad vitam : Dubia ad bonam Ad sanationam : Dubia ad bonam Ad fungsionam : Dubia ad bonam



Kepustakaan



1. WHO. 2009. Dengue Hemorragic fever Diagnosis & Treatment 2. Pedoman Diagnosis & Terapi Ilmu Kesehatan Anak RSUD Soetomo. 2010



Did you know?



With Scribd you can unlock unlimited possibilities with over 1,000,000 audiobooks and ebooks. Learn more Did you know?



Over 1 million subscribers trust Scribd to be the library in their pocket. Learn more PANDUAN PRAKTIK KLINIK



SMF ILMU KESEHATAN ANAK RUMAH SAKIT TK. II KARTIKA HUSADA PONTIANAK 2018 DIARE CAIR AKUT DEHIDRASI RINGAN SEDANG Pengertian



Buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu.



Anamnesis



1. Lama diare berlansung, frekuensi sehari, warna dan konsistensi tinja, lendir, dan atau darah dalam tinja. 2. Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air kecil terakhir, demam, sesak, kejang, kembung. 3. Jumlah cairan yang masuk selama diare 4. Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare, mengonsumsi makanan yang tidak biasa 5. Penderita diare di sekitarnya dan sumber air minum



Pemeriksaan Fisik



1. Keadaan umum, kesadaran dan tanda vital 2. Tanda utama : keadaan umum gelisah/cengeng, atau lemah/letargi/koma, rasa haus, turgor kulit abdomen menurun 3. Tanda tambahan : ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir, mulut dan lldah. 4. Berat badan 5. Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti napas cepat dan dalam (asidosis metabolik), kembung (hipokalemia), kejang (hipo atau hipernatremia). 6. Penilaian derajat dehidrasi ringan-sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan). Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda tambahan: a. Keadaan umum gelisah atau cengeng b. Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata kurang, mukosa mulut dan bibir sedikit kering c. Turgor kurang, akral hangat



Kriteria Diagnosis



1. Anamnesa 2. Pemeriksaan fisik (apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda tambahan) 3. Pemeriksaan penunjang



Did you know?



With Scribd you can unlock unlimited possibilities with over 1,000,000 audiobooks and ebooks. Learn more Did you know?



Over 1 million subscribers trust Scribd to be the library in their pocket. Learn more



2. Analisis gas darah dan elektrolit bila secara klinis dicurigai adanya gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.



a.



Cairan dehidrasi oral (CRO) hipoosmolar diberikan sebanyak 75 mL/KgBB dalam 3 jam untuk mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi dan sebanyak 5-10 mL/KgBB setiap diare cair.



b.



Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah setiap diberi minum walaupun telah diberikan dengan cara sedikit demi sedikit atau melalui pipa nasogastrik. Cairan intravena yang diberikan adalah ringer laktat atau KaEN 3B atau NaCl dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan berat badan.



c.



Pasien dipantau di Rumah Sakit selama proses rehidrasi sambil memberi edukasi tentang dilakukan rehidrasi kepada orang tua.



d.



Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.



2. Seng/Zink Zink elemental diberikan selama 10-14 hari mesikpun anak telah tidak mengalami diare dengan dosis : a.



Umur di bawah 6 bulan : 10 mg per hari



b.



Umur di atas 6 bulan : 20 mg per hari



3. Nutirisi ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai umur tetap diberikan untuk mencegah kehilangan berat badan dan sebagai pengganti nutrisi yang hilang. Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi sering (lebih kurang 6x sehari) 4. Medikamentosa a.



Tidak boleh diberikan obat anti diare



b. Antibiotik diberikan bila ada indikasi, misalnya disentri (diare berdarah) atau kolera. c.



Antiparasit : metronidazol 50 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis merupakan obat pilihan untuk amuba vegetatif



5. Edukasi



2. Kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum makan 3. Kebersihan lingkungan, buang air besar di jamban 4. Imunisasi campak



Did you know?



With Scribd you can unlock unlimited possibilities with over 1,000,000 audiobooks and ebooks. Learn more Did you know?



Over 1 million subscribers trust Scribd to be the library in their pocket. Learn more Ad fungsionam : Dubia ad bonam



Kepustakaan



1. Dit. Jen PPM, PLP Dep.Kes. RI. PMPD. Buku Ajar Diare. 1996. 2. WHO, UNICEF.Oral Dehydration Salt Production of the new ORS. Geneva. 2006. 3. WHO. Hospital Cara for Childer. Geneva. 2005.



Did you know?



With Scribd you can unlock unlimited possibilities with over 1,000,000 audiobooks and ebooks. Learn more Did you know?



Over 1 million subscribers trust Scribd to be the library in their pocket. Learn more PANDUAN PRAKTIK KLINIK



SMF ILMU KESEHATAN ANAK RUMAH SAKIT TK. II KARTIKA HUSADA PONTIANAK 2018 KEJANG DEMAM SEDERHANA Pengertian



Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 C) tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat, gangguan elektrolit, atau metabolik lain. Kejang demam sederhana adalah kejang yang berlangsung kurang dari 15 menit, bersifat umum serta tidak berulang dalam 24 jam.



Anamnesis



1. Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang 2. Suhu sebelum/saat kejang, frekuensi dalam 24 jam, interval, keadaan anak pasca kejang, penyebab demam di luar infeksi susunan saraf pusat (gejala infeksi saluran napas akut/ISPA, ISK, OMA, dll) 3. Riwayat perkembangan, riwajat kejang demam dan epilepsi dalam keluarga 4. Singkirkan penyebab kejang yang lain (misalnya diare/muntah yang mengakibatkan gangguan elektrolit, sesah yang mengakibatkan hipoksemia, asupan kurang yang dapat menyebabkan hipoglikemia)



Pemeriksaan Fisik



1. Kesadaran : apakah terdapat penurunan kesadaran 2. Suhu tubuh : apakah terdapat demam 3. Tanda rangsang meningeal : Kaku kuduk, Bruzinski I dan II, Laseque 4. Pemeriksaan nervus kranial 5. Tanda peningkatan tekanan intrakranial : ubun-ubun besar membonjol, papil edema 6. Tanda infeksi di luar SSP : ISPA, OMA, ISK, dll 7. Pemeriksaan neurologi : tonus, motorik, reflex fisiologis, reflex patologis



Kriteria Diagnosis



1. Anamnesa 2. Pemeriksaan fisik 3. Pemeriksaan penunjang



Diagnosis



1. Infeksi SSP



Banding



2. Perdarahan intrakranial 3. Ketidakseimbangan elektrolit



Pemeriksaan penunjang



1. Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi untuk mencari penyebab demam atau kejang. Pemeriksaan dapat meliputi darah perifer lengkap, gula darah, elektolit, urinalisis dan biakan darah, urin atau feses.



Did you know?



With Scribd you can unlock unlimited possibilities with over 1,000,000 audiobooks and ebooks. Learn more Did you know?



Over 1 million subscribers trust Scribd to be the library in their pocket. Learn more 3. Pemeriksaan EEG tidak direkomendasikan.



4. Pencitraan (CT-Scan atau MRI Kepala) dilakukan hanya jika indikasi. Terapi



1. Pada umumnya kejang berlangsung singkat (rerata 4 menit) dan pada waktu pasien datang, kejang sudah berhenti. Apabila saat pasien datang dalam keadaan kejang, obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,2-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 10 mg. Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari indikasi terapi antikonvulsan profilaksis, yaitu : a. Kelainan neurologis berat, misalnya palsi serebral b. Berulang 4 kali atau lebih dalam setahun c. Usia < 6 bulan d. Bila kejang terjadi pada suhu tubuh kurang dari 39 derajat celsius e. Apabila pada episode kejang demam sebelumnya, suhu tubuh meningkat dengan cepat 2. Antipiretik Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali diberikan 4-6 jam. Dosis ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari.



Edukasi



1. Meyakinkan orang tua bahwa kejang demam mempunyai prognosis baik 2. Memberitahukan cara penanganan kejang 3. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali 4. Pemberian obat profilaksis untuk mencegah berulangnya kejang memang efektif, tetapi harus diingat adanya efek samping obat.



Prognosis



Ad vitam



: Dubia ad bonam



Ad sanationam : Dubia ad bonam Ad fungsionam : Dubia ad bonam Kepustakaan



1. Rekomendasi Penatalaksanaan Kejang Demam. UKK Neurologi. IDAI 2016.



Did you know?



With Scribd you can unlock unlimited possibilities with over 1,000,000 audiobooks and ebooks. Learn more Did you know?



Over 1 million subscribers trust Scribd to be the library in their pocket. Learn more PANDUAN PRAKTIK KLINIK



SMF ILMU KESEHATAN ANAK RUMAH SAKIT TK. II KARTIKA HUSADA PONTIANAK 2018 VOMITUS/MUNTAH Pengertian



Suatu gejala yang merupakan manifestasi dari berbagai kelainan atau penyakit termasuk saluran cerna dan organ lain.



Anamnesis



1. Usia anak Usia anak memegang peranan penting dalam penelurusan etiologi muntah karena masing-masing diagnosis adalah spesifik pada usia-usia tertentu. 2. Waktu terjadinya mual atau muntah a. Akut : episode pendek dan tiba-tiba b. Kronik : episode relatif ringan tapi sering terjadi, lebih dari 1 bulan c. Siklik: berulang, episode berat tetapi diselingi periode asimptomatik



Pemeriksaan Fisik



1. Ikterus 2. Ubun-ubun menonjol 3. Hipertensi arterial 4. Tumor abdomen



Kriteria Diagnosis



1. Anamnesis 2. Pemeriksaan fisik 3. Pemeriksaan penunjang



Diagnosis Banding



Did you know?



With Scribd you can unlock unlimited possibilities with over 1,000,000 audiobooks and ebooks. Learn more Did you know?



Over 1 million subscribers trust Scribd to be the library in their pocket. Learn more 2. Pelacakan adanya gangguan metabolik: analisis gas darah, amonia, dan



lain-lain 3. Pemeriksaan laboratorium, meliputi pemeriksaan elektrolit, bilirubin dan transaminase hepar, urinalisis, amilase dan lipas darah, pemeriksaan CSS. 4. Pemeriksaan radiologis terutama dibutuhkan pada kasus bedah : foto polos abdomen, foto abdomen dengan kontras, USG. Terapi



1. Atasi dehidrasi apabila ada 2. Pelacakan etiologi 3. Dukungan nutrisi 4. Terapi medikamentosa : obat antimuntah Biasanya digunakan ondansetron intravena dengan dosis 0,15 mg/kgBB, diberikan setiap 8 jam secara perlahan dalam 15 menit, maksimal 24-32 mg/hari.



Edukasi



1. Jaga kebersihan 2. Perbanyakan asupan cairan 3. Makanan bergizi



Prognosis



Ad vitam



: Dubia ad bonam



Ad sanationam : Dubia ad bonam Ad fungsionam : Dubia ad bonam Kepustakaan



1. Cotto, S. and R. Ranuh (2003). "Abdominal migraine and cyclical vomiting." Seminars in Pediatric Surgery 12 : 254-258. 2. Dignan, F., D. N. K. Symon, et al. (2003). "The prognosis of cyclical vomiting syndrome." Arch Dis Child 84 : 55-57. 3. Murray, K. F. and D. L. Christie (1998). "Vomiting." Pediatric 19 : 337-341. 4. Judith, M. S. (2004). Vomiting. Pediatric Gastrointestinal Disease. Walker., Goulet., Kleinman.et al. Ontario, BC. Decker Inc. 1 : 203-209.