PPO - Corporate Value Bank Bukopin [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Perancangan dan Perilaku Organisasi Corporate Value Bank Bukopin Talitha Griselda Marsella – 545140070 (Link Video : https://www.youtube.com/watch?v=TJTNtscRl0Q) Bank Bukopin merupakan salah satu bank Swasta di Indonesia. Berdiri tanggal 10 Juli 1970 dan menfokuskan diri pada segmen UMKMK. Seiring dengan pertumbuhannya yang cukup pesat, Bank Bukopin saat ini telah tumbuh dan berkembang menjadi bank level menengah di Indonesia, sehingga kesempatan semakin terbuka dalam meningkatkan kemampuan untuk melayani kebutuhan masyarakat yang lebih luas, sehingga muncul ide Bank Bukopin untuk mengembangkan usahanya ke segmen komersial dan konsumer. 



Visi : Menjadi bank yang terpercaya dalam pelayanan jasa keuangan.







Misi : Memberikan pelayanan yang terbaik kepada nasabah, turut berperan dalam pengembangan



usaha



menengah,



kecil,



mikro



dan



koperasi,



serta



meningkatkan nilai tambah investasi pemegang saham dan kesejahteraan karyawan. Budaya Perusahaan merupakan suatu cerminan aturan perilaku yang umum disebut dengan Kode Etik. Dalam menjalankan kegiatan usahanya serta menimbang nature bisnis yang dijalankan Bank Bukopin erat dengan unsur "Trust" (Kepercayaan), maka sebagai suatu organisasi, Bank Bukopin dituntut untuk memiliki suatu aturan yang mengikat seluruh jajarannya dalam bertindak sesuai dengan standar tertinggi dalam integritas profesional dan personal di seluruh aspek kegiatan perusahaan, serta mematuhi seluruh undang-undang, tata tertib, peraturan dan kebijakan Perusahaan.



Berkenaan dengan hal tersebut, Bank Bukopin telah mengembangkan nilainilai dasar yang menjadi inti dari pengembangan budaya perusahaan Bank Bukopin yang mencakup 5 budaya perusahaan : 1. Professionalism (Profesionalisme) Menguasai tugas dan bertanggung jawab untuk memberikan hasil terbaik. Perilaku utama :  Kompeten  Bertanggungjawab 2. Respect Others (Respek kepada pihak lain) Menghargai peran dan kontribusi setiap individu, saling membantu serta peduli lingkungan untuk menghasilkan sinergi positif. Perilaku utama :  Peduli dan bekerja sama  Ramah, santun, dan komunikatif 3. Integrity (Integritas) Mengutamakan kejujuran, ketulusan, kedisiplinan, dan komitmen untuk membangun kepercayaan. Perilaku utama :  Jujur dan tulus  Disiplin dan berkomitmen 4. Dedicated to Customer (Mengutamakan nasabah) Mengutamakan pelayanan dan kepuasan nasabah. Perilaku utama :  Orientasi pada kecepatan, kemudahan, kenyamanan  Proaktif dan responsif 5. Excellence (Kesempurnaan) Melakukan perbaikan terus-menerus untuk meningkatkan nilai tambah dan selalu menjadi yang terbaik. Perilaku utama :  Inovatif dan kreatif  Orientasi pada nilai tambah dan hasil terbaik Singkatan dari Nilai-nilai tersebut adalah PRIDE yang berarti bangga atau kebanggaan (diambil dari huruf pertama masing-masing nilai). “Di awal program itu, kita jalankan namanya lima quick win program, antara lain, Morning Briefing, Berdoa sebelum Bekerja, 5 to go --5 menit sebelum rapat harus sudah datang, tidak boleh terlambat,” tambahnya. Ia mengakui, dalam menginternalisasi corporate values itu sesuatu yang kompleks. Semua harus bekerja sama melakukan pembenahan dan mensosialisasikannya, termasuk



keseragaman atas warna latar belakang ID Card untuk semua karyawan, disiplin on time, dan budaya patuh. Sebagai bagian untuk menunjang implementasi corporate value juga disusun kebijakan baru lainnya terkait dengan law enforcemant-nya sehingga atas pelanggaran yang ada diketahui sanksinya. Jika tadinya visi/misinya menjadi bank yang terkemuka dalam pelayanan jasa keuangan, kemudian diubah menjadi organisasi keuangan yang terkemuka dan terintegrasi dalam pelayanan jasa keuangan, jadi bukan cuma bank yang mengelola keuangan yang terkemuka dan terintergrasi. “Statement terkemuka dan terintegrasinya ini kita definisikan ke dalam mission destination lima tahunan. Kita susun, mission-nya juga kita bikin lebih spesifik sehingga kita punya ukuran sekian lama ke depan dalam menjalankan usaha itu makin dekat apa tidak dengan visi dan misinya,” tutur Hari. Dengan bantuan konsultan eksternal, maka disusunlah tata nilai budaya kerja baru disebut PRIDE. Dalam mengimplementasikan PRIDE, beberapa kebijakan internal juga mengalami perubahan. Misalnya perubahan dari individual level menjadi jobs level. Kenapa diubah? “Karena kalau orang profesional diukur dari tugasnya. Bukan dari orangnya,” tandasnya. Maka, jika tadinya level/grade itu menempel ke orang, kini grade itu menempel ke jobs-nya (posisi pekerjaannya). “Menempel ke posisinya karena sebenarnya kita dibayar pekerjaanya bukan karena orangnya -karena senior atau sudah lama bekerja. Kalau di militer dua-duanya dipertimbangkan, cuma kalau di kita jobs-nya yang kita level-kan,” kata Hari. Hari menyebutkan, sebuah jobs membutuhkan kompetensi tertentu, kemudian di lihat ada di level berapa dan dibayar berapa jobs tersebut di industri. “Yang dilevel-kan adalah posisinya bukan orangnya. Jadi, orangnya bisa siapa saja,” tandasnya. Seiring dengan budaya PRIDE, Bank Bukopin juga menerapkan ketentuan single wages, supaya ukuran dan profesionalismenya sama dengan industri. Hari menjelaskan, dari kelima values PRIDE itu, yang paling strategis di Bukopin ada dua :



1. Integritas, karena hal ini berkaitan dengan sektor perbankan sebagai industri yang berlandaskan kepada kepercayaan. Dalam kaitan dengan integritas itu, Direksi saat ini sedang fokus membangun spiritual mental building. “Setiap karyawan harus mengikuti pelatihan spiritual. Setiap waktu sholat harus sholat, dan diumumkan dengan pengeras suara oleh bagian operator,” kata Mayasita Darlina, Kepala Divisi SDM Bank Bukopin. 2. Dedicated to customer. Setiap fungsi di Bukopin, mulai dari Teller, Customer Services, hingga Account Officer Lending mendapat rincian, apa saja poin Dedicated to Customer yang mesti dijalankan. Teller, misalnya, harus memberikan layanan kepada nasabah dengan sistem Beyond Expectation (melebihi harapan nasabah --lebih dari puas) dengan cara menggali kebutuhan nasabah; menjalankan transaski Setor Tunai, Tarik Tunai, Transfer dengan cepat, tepat dan efisien (jumlah, waktu, sasaran); memberikan penjelasan kepada nasabah tentang produk atau transaksi; melayani komplain nasabah dan melakukan interupsi dengan sopan dan ramah, jika terdapat nasabah yang mengalami masalah (misalnya kartu hilang, rekening terdebet, dompet dicuri dll.); melakukan Check & Recheck terhadap segala jenis dokumen yang diterima (Slip Transfer, Tarik Tunai, dll). Hari mengakui, dari lima nilai-nilai PRIDE itu, nilai Excellence yang membuatnya belum terlalu membahagiakan. Kenapa? “Dalam Excellence ini kita lebih menuntut karyawan harus lebih inovatif dan berorientasi pada nilai tambah,” kata Hari. Harap maklum, untuk bisa sustain harus punya budaya kerja dan prosesbisnis yang excellence. Agar excellence, maka proses bisnis itu harus terusmenerus diperbaiki. “Proses-prosesnya kita challenge. Setiap orang harus menchallenge dirinya sendiri. Bisa diperbaiki terus menerus apa tidak? Bisa lebih murah apa enggak? Bisa lebih cepat apa enggak,” tambahnya. Peran budaya perusahaan dalam menghadapi persaingan bisnis perbankan yang kian ketat, menurut Hari, harus punya sesuatu yang menarik. “Budaya kerja



itu menurut saya bisa memberikan rasa pada organisasi dalam menjalankan sebuah



bisnis.



Bukopin



berharap



customer



merasakan



sesuatu



yang



menyenangkan jika berhubungan dengan Bukopin . Ini kan budaya kerja terus ditingkatkan perannya. Customer kalau ditanya bagaimana dengan orang-orang Bukopin? Jawabannya: Orang-orang Bukopin itu bersahabat dan tuntas. Itu hasil survei selama ini lho,” Hari menjelaskan. Karakter pelayananan yang ramah, bersahabat, dan tuntas menjadi semakin penting di industri yang semakin blur ini. Bagaimana peran Direksi dalam implementasi PRIDE? Menurut Hari, pada tahap awal awal Direksi ikut sosialisasi ke semua divisi dan membuat Town Hall Bukopin. “Kita laporkan semua pencapaian yang berkaitan dengan pelaksanaan nilai nilai PRIDE dengan semua KPI-nya,” tuturnya. Peran Direksi adalah menjaga konsistensi implementasi PRIDE. Keputusan-keputusannya selalu mengacu ke PRIDE. “Kami tidak pernah melihat sebuah keputusan yang tidak mengacu ke PRIDE. Selanjutnya Direksi memastikan apakah Komite-komite itu berjalan atau tidak, dimintai laporannya,” kata Hari. Lalu apa yang membanggakan dengan menjadi karyawan Bukopin? Hari mengakui, dirinya belum pernah mengukur hal itu. “Tapi kalau dari beberapa informasi kualitatif, mereka senang dengan atmosfernya Bukopin. Meski belum ideal di Bukopin itu worklife-nya



seimbang.



Kemudian



penghargaan



terhadap



prestasi



oleh



manajemen berjalan dengan baik. Sejak jobs level ini diberlakukan, orang mengambil keputusan lebih cepat. Banyak promosi, kesempatan untuk naik posisi lebih banyak,” Hari menjelaskan. Sementara itu, menurut Kadiv SDM Mayasita Darlina, yang paling disukai di Bukopin adalah suasana kekeluargaan yang menunjukkan keakraban antar karyawan. Kalau kita ke kantor rasanya seperti kita akan bertemu teman sehingga suasananya menjadi fun dan mendorong pekerjaan dapat dilaksanakan dengan lebih semangat. Masalah terkait pekerjaan dapat didiskusikan bersama sehingga dapat diperoleh solusi terbaik. Bagi karyawan yang masih baru dan memerlukan bimbingan, suasana ini menjadi daya tarik untuk mereka tetap stay dan enggage. “Nilai kekeluargaan tersebut benar benar dirasakan oleh karyawan Bukopin . Sehingga tak jarang



karyawan yang sudah keluar biasanya kangen ke Bukopin lagi karena rasa kekeluargaan ini dan ingin kembali lagi,” tuturnya. Mengenai salah satu ukuran keberhasilan implementsi PRIDE, Mayasita menunjukkan survei employee engagement yang saat ini mencapai angka 78. Dari tahun ke tahun angkanya semakin meningkat “Dalam industri perbankan indeks ini terbilang baik. Hal lain adalah bila menilik kinerja Bank Bukopin. Ketika, bank lain rata-rata mengalami penurunan kinerja, Bank Bukopin malah meningkat kinerjanya. Dengan kondisi tersebut Saya sangat meyakini bahwa budaya kerja yang diimplementasikan di Bank Bukopin selama ini telah memiliki dampak positif terhadap perilaku karyawan yang sekaligus telah meningkatkan kinerjanya dan produktivitas perusahaan” tambahnya. Lalu, apa yang dilakukan Manajemen untuk mendorong nilai excellence yang dirasakan masih kurang? Menurut Hari, ada tiga hal yang dilakukan. 1. Dorongan dengan kompetisi-kompetisi untuk semua karyawan. 2. Melalui bidang pendidikan. “Kalau ada pendidikan MDP (Management Development Program) kita minta mereka membuat suatu ide proyek yang inovatif yang bisa dijalankan dan membuat nilai tambah bagi perusahaan. Ide mereka ini menjadi pertimbangan kelulusan mereka dari MDP. 3. Menerapkan KPI. “Seperti SLA harus sesuai dengan PRIDE,” ujarnya.