13 0 1013 KB
MAKALAH DAN PRESENTASI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS “SINDROM NEFROTIK” DI RUANG ANAK (MELATI) RSUD KOTA MADIUN
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1 1. 2. 3. 4. 5. 6.
GHIFARI ZHAKA W (201906034) HENNY MUSTIKA S (201906037) INAHA RAHMA P (201906038) LUTFI ANNAUFAL(201906043) MEGA AYU SETYA(201906045) MELIA DWI A (201906046)
PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN Tahun 2019/2020
KATA PENGANTAR Pertama – tama marilah kita ucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahamat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Penulis mengucapakan terima kasih kepada orang – orang yang telah memberikan bantuan dalam proses penyusunan makalah yang berjudul MAKALAH PRESENTASI KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN “SINDOM NEFROTIK”. Dengan adanya penyusunan makalah ini, semoga kita dapat mengetahui tentang penyakit dan masalah yang dapat ditimbulkan. Penulis menyadari mungkin dalam penyusunan makalah ini belum sepenuhnya sempurna, untuk itu dapat kiranya untuk memberikan masukan mengenai laporan ini, agar kita semua lebih memahami tentang MAKALAH PRESENTASI KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN “SINDROME NEFROTIK”. Walaupun demikian penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
Madiun, 27 Januari 2020
Penyusun
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR................................................................................................... i DAFTAR ISI................................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang........................................................................................................ 1 1.2 Tujuan .................................................................................................................... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi ................................................................................................................... 3 2.2 Etiologi.................................................................................................................... 4 2.3 Anatomi Fisiologi Ginjal ........................................................................................ 4 2.4 Patofisiologi ........................................................................................................... 6 2.5 Manifestasi Klinis................................................................................................... 7 2.6 Pathway................................................................................................................... 8 2.7 Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................... 10 2.8 Penatalaksanaan...................................................................................................... 13 2.9 Konsep Asuhan keperawatan.................................................................................. 15 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN......................................................................... 28 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan..........................................................................................................
ii
4.2 Saran..................................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Didalam tubuh manusia, terdapat salah satu organ penting yang berkaitan erat dengan sindrom nefrotik, yaitu ginjal. Ginjal berfungsi mengatur keseimbangan tubuh dan mengekskresikan zat-zat yang sudah tidak berguna dan beracun jika terus berada didalam tubuh. Ginjal sangat penting bagi tubuh kita, karena ginjal bertugas mempertahankan homeostatis bio kimiawi normal didalam tubuh manusia, dengan cara mengeluarkan zat sisa melalui proses filtrasi, absorbsi, dan augmentasi. Pada saat proses urinasi, bladder berkontraksi dan urin dikeluarkan melalui uretra. Tetapi semua fungsi organ tersebut tidak luput dari adanya abnormalitas fungsi, yang mana jika hal itu terjadi dapat menyebabkan suatu masalah atau gangguan, salah satunya yaitu sindrom nefrotik (Siburian, 2013; Astuti, 2014). Sampai pertengahan abad ke-20 morbiditas Sindrom Nefrotik pada anak masih tinggi yaitu melebihi 50% sedangkan angka mortalitas mencapai 23%. Angka kejadian di Indonesia pada Sindrom Nefrotik mencapai 6 kasus pertahun dari 100.000 anak berusia kurang dari 14 tahun (Alatas, 2002). Mortalitas dan prognosis anak dengan sindroma nefrotik bervariasi berdasarkan etiologi, berat, luas kerusakan ginjal, usia anak, kondisi yang mendasari dan responnya terhadap pengobatan (Betz & Sowden, 2002). 1.2 Tujuan Penulisan Tujuan penyusun dalam penyusunan makalah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus, dimana : 1. Tujuan Umum Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini yaitu untuk mengetahui dan memahami tentang konsep dasar penyakit sindrom nefrotik dan asuhan keperawatan yang benar pada pasien dengan sindrom nefrotik. 2. Tujuan Khusus a. Dapat mengetahui dan memahami tentang konsep dasar penyakit sindrom nefrotik yang meliputi definisi sindrom nefrotik, etiologi,
1
anatomi fisiologi ginjal, patofisiologi, manifestasi klinis, pathways, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan. b. Dapat mengidentifikasi konsep asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan sindrom nefrotik yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, dan evaluasi keperawatan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Sindrom Nefrotik Sindroma Nefrotik adalah status klinis yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas membran glomerulus terhadap protein yang mengakibatkan kehilangan urinarius yang massif (Whaley & Wong, 2003). Sindroma nefrotik adalah kumpulan gejala klinis yang timbul dari kehilangan protein karena kerusakan glomerulus yang difus (Luckman, 1996). Sindrom Nefrotik ditandai dengan proteinuria masif ( ≥ 40 mg/m2 LPB/jam atau rasio protein/kreatinin pada urine sewaktu >2mg/mg), hipoproteinemia,
hipoalbuminemia (≤2,5
gr/dL), edema, dan hiperlipidemia (Behrman, 2001).
2
Nefrotik sindrom merupakan gangguan klinis ditandai oleh (1) peningkatan protein dalam urin secara bermakna (proteinuria) (2) penurunan albumin dalam darah (3) edema, dan (4) serum kolesterol yang tinggi dan lipoprotein densitas rendah (hiperlipidemia). Tanda-tanda tersebut dijumpai di setiap kondisi yang sangat merusak membran kapiler glomerulus dan menyebabkan peningkatan permeabilitas glomerulus (Brunner & Suddarth, 2001) Whaley and Wong (1998) membagi tipe-tipe Sindrom Nefrotik : 1. Sindroma Nefrotik lesi minimal (MCNS : Minimal Change Nefrotik Sindroma) : Merupakan kondisi yang tersering yang menyebabkan sindroma nefrotik pada anak usia sekolah. 2. Sindroma Nefrotik Sekunder : Terjadi selama perjalanan penyakit vaskuler kolagen, seperti lupus eritematosus sistemik dan purpura anafilaktoid, glomerulonefritis, infeksi sistem endokarditis, bakterialis dan neoplasma limfoproliferatif. 3. Sindroma Nefirotik Kongenital : Faktor herediter sindroma nefrotik disebabkan oleh gen resesif autosomal. Bayi yang terkena sindroma nefrotik, usia gestasinya pendek dan gejala awalnya adalah edema dan proteinuria.
Penyakit ini resisten terhadap semua pengobatan dan
kematian dapat terjadi pada tahun-tahun pertama kehidupan bayi jika tidak dilakukan dialisis. 2.2 Etiologi Penyebab sindrom nefrotik dibagi menjadi dua menurut Muttaqin, 2012 adalah: 1. Primer, yaitu berkaitan dengan berbagai penyakit ginjal, seperti glomerulonefritis, dan nefrotik sindrom perubahan minimal 2. Sekunder, yaitu yang diakibatkan infeksi, penggunaan obat, dan penyakit sistemik lain, seperti diabetes mellitus, sistema lupus eritematosus, dan amyloidosis 2.3 Anatomi Fisiologi Ginjal
3
(Sumber: Astuti, 2013) Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang. Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. Cabang dari kedokteran yang mempelajari ginjal dan penyakitnya disebut nefrologi (Astuti, 2013). Kedudukan ginjal di belakang dari kavum abdominalis di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis III melekat langsung pada dinding abdomen. Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen. Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal). Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan (Astuti, 2013). Unit fungsional ginjal
4
(Sumber: Astuti, 2013) Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah lebih dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut urin (Astuti, 2013). Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut korpuskula (atau badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran (tubulus).Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman. Setiap glomerulus mendapat aliran darah dari arteri aferen. Dinding kapiler dari glomerulus memiliki poripori untuk filtrasi atau penyaringan. Darah dapat disaring melalui dinding epitelium tipis yang berpori dari glomerulus dan kapsula Bowman karena adanya tekanan dari darah yang mendorong plasma darah. Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah yang telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen (Astuti, 2013).
5
Ginjal berfungsi sebagai salah satu alat ekskresi yang sangat penting melalui ultrafiltrat yang terbentuk dalam glomerulus. Terbentuknya ultrafiltrat ini sangat dipengaruhi oleh sirkulasi ginjal yang mendapat darah 20% dari seluruh cardiac output (Astuti, 2013). 2.4 Patofisiologi Kelainan yang terjadi pada sindrom nefrotik yang paling utama adalah proteinuria sedangkan yang lain dianggap sebagai manifestasi sekunder. Kelainan ini disebabkan oleh karena kenaikan permeabilitas dinding kapiler glomerulus yang sebabnya belum diketahui yang terkait dengan hilangnya muatan negative gliko protein dalam dinding kapiler. Pada sindrom nefrotik keluarnya protein terdiri atas campuran albumin dan protein yang sebelumnya terjadi filtrasi protein didalam tubulus terlalu banyak akibat dari kebocoran glomerolus dan akhirnya diekskresikan dalam urin. (Latas, 2002 : 383). Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadinya proteinuria. Kelanjutan
dari
proteinuria
menyebabkan
hipoalbuminemia.
Dengan
menurunya albumin, tekanan osmotic plasma menurun sehingga cairan intravascular berpindah ke dalam intertisial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan intravascular berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hipovolemi. Menurunya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang produksi renin angiotensin dan peningkatan sekresi antideuretik hormone (ADH) dan sekresi aldosteron yang kemudian menjadi retensi natrium dan air. Dengan retensi natrium dan air, akan menyebabkan edema (Wati, 2012). Terjadi peningkatan cholesterol dan Triglicerida serum akibat dari peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin atau penurunan onkotik plasma. Adanya hiperlipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipoprotein dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein dan lemak akan banyak dalam urin (lipiduria). Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan oleh karena hipoalbuminemia, hyperlipidemia, atau defisiensi seng. (Suriadi dan yuliani, 2001 : 217).
6
2.5 Manifestasi Klinis Adapun manifestasi klinis menurut Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 2 (2001), manifestasi utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya lunak dan cekung bila ditekan (pitting), dan umumnya ditemukan di sekitar mata (periorbital), pada area ekstremitas (sekrum, tumit, dan tangan), dan pada abdomen (asites). Gejala lain seperti malese, sakit kepala, iritabilitas dan keletihan umumnya terjadi.
(Sumber: Irapanussa, 2015)
(Sumber: nursingbegin.com, 2010)
(Sumber: ujeuji.blogspot.co.id)
(Sumber: pakarobatherbal.com)
2.6 Pathways Virus, bakteri, protozoa inflamasi glomerulus DM peningkatan viskositas darah Sistemik lupus eritematous regulasi kekebalan terganggu proliferasi abnormal leukosit Protein & albumin lolos dalam filtrasi &
Perubahan permeabilita s membrane glomerlurus Kerusakan glomerlurus
Mekanisme penghalang protein
Kegagalan dalam proses filtrasi
Kebocoran molekul besar (immunogl
7
Gangguan citra tubuh Pembengka kan pada periorb Mata Oedema
Penekanan pada tubuh terlalu Nutrisi & O2
Hipoksia jaringan Iskemia Nekrosis Ketidakefek tifan perfusi jaringa n perifer
Protein dalam urine meningkat Proteinuria
Ekstravaksi cairan Penumpukan cairan ke ruang intestinum
Protein dalam darah menurun Hipoalbuminemia
SINDROM NEFROTI K Volume intravaskule ADHr
Paru-paru
Asites
Efusi pleura
Tekanan abdomen meningkat Mendesak rongga lambung Anoreksia, nausea, vomitus Gangguan pemenuhan nutrisi Ketidakseimba ngan nutrisi kurang dari kebutuhan
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas Metabolism anaerob Produksi asam laktat Menumpuk di otot Kelemahan, keletihan, mudah capek Intoleransi
Pengeluaran IgG dan IgA Sel T dalam sirkulasi menurun Gangguan imunitas Resiko infeksi Reabsorbsi air Kelebihan volume cairan Menekan diafragma Otot pernafasan tidak optimal Nafas tidak adekuat Ketidakefektif an pola nafas Volume urin yang diekskresi Oliguri
aktivitas Absorbsi air oleh usus Feses mengeras konstipasi
Hipovolemia
Tekanan arteri
Sekresi renin
Granulasi selsel glomerulus Aldosterone
Mengubah angiotensin menjadi angiotensin I & II Efek vasokontri ksi arterioral perifer
Merangsang reabsorbsi Na+ dan air Volume plasma
8
Tekanan darah Beban kerja jantung
(Sumber: Nurarif dan Kusuma, 2015)
Penurunan curah jantung
2.7 Pemeriksaan Penunjang Penegakan diagnosis sindrom nefrotik tidak ditentukan dengan hanya penampilan klinis. Diagnosis sindrom nefrotik dapat ditegakkan melalui beberapa pemeriksaan penunjang berikut yaitu urinalisis, pemeriksaan sedimen urin, pengukuran protein urin, albumin serum, pemeriksaan serologis untuk infeksi dan kelainan immunologis, USG renal, biopsi ginjal, dan darah, dimana : 1. Urinalisis Volume biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (fase oliguri ) yang terjadi dalam 24-48 jam setelah ginjal rusak, warna kotor, sedimen kecoklatan menunjukkan adanya darah, Hb, Monoglobin, Porfirin. Berat jenis kurang dari 1,020 menunjukkan penyakit ginjal. Protein urin meningkat (nilai normal negatif). Urinalisis adalah tes awal diagnosis sindrom nefrotik. Proteinuria berkisar 3+ atau 4+ pada pembacaan dipstik, atau melalui tes semikuantitatif dengan asam sulfosalisilat, 3+ menandakan kandungan protein urin sebesar 300 mg/dL atau lebih, yang artinya 3g/dL atau lebih yang masuk dalam nephrotic range. 2. Pemeriksaan sedimen urin Pemeriksaan sedimen akan memberikan gambaran oval fat bodies: epitel sel yang mengandung butir-butir lemak, kadang-kadang dijumpai eritrosit, leukosit, torak hialin dan torak eritrosit. 3. Pengukuran protein urin Pengukuran protein urin dilakukan melalui timed collection atau single spot collection. Timed collection dilakukan melalui pengumpulan urin 24 jam, mulai dari jam 7 pagi hingga waktu yang sama keesokan harinya. Pada individu sehat, total protein urin ≤ 150 mg. Adanya proteinuria masif
9
merupakan kriteria diagnosis. Single spot collection lebih mudah dilakukan. Saat rasio protein urin dan kreatinin > 2g/g, ini mengarahkan pada kadar protein urin per hari sebanyak ≥ 3g. 4. Albumin serum kualitatif : ++ sampai ++++ kuantitatif :> 50 mg/kgBB/hari (diperiksa dengan memakai reagen ESBACH) 5. Pemeriksaan serologis untuk infeksi dan kelainan imunologis 6. USG renal: Terdapat tanda-tanda glomerulonefritis kronik. 7. Biopsi ginjal Biopsi ginjal diindikasikan pada anak dengan SN kongenital, onset usia > 8 tahun, resisten steroid, dependen steroid atau frequent relaps, serta terdapat manifestasi nefritik signifikan. Pada SN dewasa yang tidak diketahui
asalnya,
biopsy mungkin
diperlukan
untuk
diagnosis.
Penegakan diagnosis patologi penting dilakukan karena masing-masing tipe memiliki pengobatan dan prognosis yang berbeda. Penting untuk membedakan
minimal-change
disease
pada
dewasa
dengan
glomerulosklerosisfokal, karena minimal-change disease memiliki respon yang lebih baik terhadap steroid. Prosedur ini digunakan untuk mengambil sampel jaringan pada ginjal yang kemudian akan diperiksa di laboratorium. Adapan prosedur biopsi ginjal sebagai berikut : a. Peralatan USG digunakan sebagai penuntun. USG dilakukan oleh petugas radiologi untuk mengetahui letak ginjal. b. Anestesi (lokal). c. Jarum (piston biopsi). Apabila tidak ada piston biopsi dapat menggunakan jarum model TRUCUT maupun VIM SILVERMAN. d. Tempat (pool bawah ginjal, lebih disukai disukai ginjal kiri). e. Jaringan yang didapatkan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu untuk pemeriksaan mikroskop cahaya & imunofluoresen. f. Setelah biopsi. 1) Berikan pasien tengkurap + - sejam, tetapi apabila pada posisi tengurap pasien mengalami sejas nafas maka biopsi dilakukan pada posisi duduk 2) Anjurkan untuk minum banyak 3) Monitor tanda-tanda vital terutama tekanan darah, & lakukan pemeriksaan lab urin lengkap.
10
g. Apabila tidak terdapat kencing darah (hematuria) maka pasien dipulangkan. Biasanya untuk pada pasien yang beresiko rendah, pagi biopsi sore pulang (one day care ). 8. Darah Hb menurun adanya anemia, Ht menurun pada gagal ginjal, natrium meningkat tapi biasanya bervariasi, kalium meningkat sehubungan dengan retensi dengan perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel darah nerah). Penurunan pada kadar serum dapat menunjukkan kehilangan protein dan albumin melalui urin, perpindahan cairan, penurunan pemasukan dan penurunan sintesis karena kekurangan asam amino essensial. Kolesterol serum meningkat (umur 5-14 tahun : kurang dari atau sama dengan 220 mg/dl). Pada pemeriksaan kimia darah dijumpai Protein total menurun (N: 6,2-8,1 gm/100ml), Albumin menurun (N:4-5,8 gm/100ml), α1 globulin normal (N: 0,1-0,3 gm/100ml), α2 globulin meninggi (N: 0,4-1 gm/100ml), β globulin normal (N: 0,5-0,9 gm/100ml),
γ globulin normal (N: 0,3-1 gm/100ml),
rasio
albumin/globulin 3 detik 3) Warna tidak kembali ke tungkai saat tungkai diturunkan 4) Edema 5) Paresresia (NANDA, 2015) f. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan nafas tidak adekuat Batasan Karakteristik : 1) Perubahan kedalaman pernapasan 2) Penurunan tekanan ekspirasi 3) Bradipnea 4) Dipsnea 5) Penurunan ventilasi semeniit (NANDA, 2015) g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum Batasan Karakteristik : 1) Ketidaknyamanan setelah beraktivitas 2) Dipsnea setelah beraktivitas 3) Menyatakan merasa letih 4) Menyatakan merasa lemah (NANDA, 2015) h. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung Batasan Karakteristik : 1) Bradikardia 2) Palpitasi jantung 3) Perubahan elektrokardiogram (EKG) (mis., aritmia, abnormalitas konduksi, iskemia)
18
4) Takikardia (NANDA, 2015)
3. Intervensi No.
Tujuan &
Dx. 1.
Kriteria Hasil Setelah
Intervensi 1.
Timbang
Rasional berat
1. Estimasi
dilakukan
badan setiap hari
penurunan edema
tindakan
dan monitor status
tubuh
keperawatan
pasien Jaga intake/asupan
selama … x 24
2.
yang akurat dan
jam, diharapkan kelebihan volume
cairan
tidak
terjadi
dengan
3.
catat output Kaji lokasi
4.
luasnya edema Berikan cairan
5.
dengan tepat Berikan diuretik
kriteria
hasil : a. Terjadi
yang
penurunan edema
dan
dan
diresepkan
oleh dokter (NIC, 2013)
2. valuasi harian keberhasilan terapi dan dasar penentuan tindakan 3. menentukan intervensi lebih lanjut 4. mencegah edema bertambah parah 5. Diberikan dini
ascites b. Tidak terjadi
pada fase oliguria untuk me
peningkatan
ngubah ke fase
berat badan
nonoliguria, dan meningkatkan volume urine 2.
Setelah dilakukan
1. Monitor kalori dan asupan makanan
adekuat 1. Membantu
dan
mengidentifikasi
19
tindakan
2. Lakukan atau bantu
keperawatan
pasien
terkait
selama … x 24
perawatan
mulut
jam, diharapkan ketidakseimbang
sebelum makan 3. Pastikan makanan disajikan
an nutrisi kurang dari
menarik dan pada
kebutuhan
tubuh terjadi,
suhu
tidak
makan klien
mia c. porsi makan
3.
paling untuk
konsumsi
secara
optimal 4. Anjurkan
pasien
terkait
dengan
meningkat b. Tidak terjadi hipoproteine
yang
cocok
dengan
kriteria hasil : a. Nafsu
secara
kebutuhan
diet
untuk kondisi sakit 5. Kolaborasi dengan ahli
gizi
untuk
yang
mengatur diet yang
dihidangkan
diperlukan (NIC, 2013)
dihabiskan Setelah
1.
Monitor
apakah
defisiensi
kebutuhan diet 2. Mulut yang bersih
nafsu makan 3. Meningkatkan selera dan nafsu makan 4. Pasien
dan
melakukan
apa
yang dianjurkan 5. Diet yang tepat dapat meningkatkan status
1. Mengidentifikasi
tindakan
bagian tubuh mana
terhadap
yang berubah Identifikasi
perubahan
strategi-strategi
jam, diharapkan gangguan tubuh
penggunaan
citra
koping
dapat
orangtua
teratasi, dengan kriteria hasil : a. Citra tubuh positif b. Mendeskripi
anak
tubuhnya 2. Respon orangtua menentukan
oleh
bagaimana
dalam
persepsi
berespon terhadap
terhadap
perubahan 3.
nutrisi
pasien
respon
selama … x 24
dapat
kooperatif
anak bisa melihat
2.
dapat
meningkatkan
dilakukan keperawatan
dan
penampilan anak Bangun hubungan
anak
tubuhnya 3. Memudahkan komunikasi
20
sikan secara
saling
faktual perubahan
4.
fungsi tubuh c. Mempertaha 5.
nkan
percaya
dengan anak Gunakan gambaran
evaluasi
gambaran diri Ajarkan untuk
persepsi citra diri
respon
sosial
anak 4. Mekanisme
mengenai
melihat pentingnya
interaksi
personal dengan
mereka
terhadap
dari
anak 5. Membantu meningkatkan citra tubuh anak
perubahan
tubuh
anak
dan
penyesuaian masa
di depan,
dengan cara yang tepat. (NIC, 2013) 4.
Setelah
1.
Monitor
2.
dan status O2 Auskultasi suara
dilakukan tindakan
nafas. Catat adanya
keperawatan
suara
selama … x 24 jam, diharapkan bersihan
jalan
nafas
dapat
efektif,
mampu bernafas dengan mudah b. Mampu
nafas
3.
tambahan Atur intake untuk
4.
cairan Posisikan
5.
semifowler Lakukan fisioterapi
dengan
kriteria hasil : a. Klien
respirasi
pasien
dada jika perlu (NIC, 2013)
1. Data dasar dalam menentukan intervensi lanjut 2. Suara
lebih nafas
tambahan mengidentifikasik an ada sumbatan dalam jalan nafas 3. Mencegah edema bertambah parah 4. Memaksimalkan ventilasi 5. Membantu mengeluarkan sekret
21
mengidentifi kasi
dan
mencegah faktor yang dapat menghambat 5.
jalan nafas Setelah
1.
Monitor
2.
dan irama jantung kelainan jantung Ukur intake dan 2. Mengetahui
3.
outtake cairan Berikan oksigen
4.
sesuai kebutuhan Lakukan
dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam, diharapkan
denyut 1. Mengetahui
perawatan
perifer
efektif,
seperti pemberian
dengan
kriteria
hasil : a. Waktu
manuver
pengisian
seperti mengedan,
kapiler < 3
menahan
sistol
kekurangan 3. Meningkatkan
gangguan
lotion integritas kulit Hindari terjadinya 5. Mempertahankan palsava
detik b. Tekanan
atau
perfusi kulit, 4. Menghindari
perfusi jaringan
5.
kelebihan
pasukan oksigen
napas,
dan batuk (NIC, 2013) dan
diastol dalam rentang yang diharapkan c. Tingkat kesadaran 6.
membaik Setelah dilakukan
1. Monitor pernapasan,
jumlah
1. Mengetahui status pernapasan 2. Mempertahankan
22
tindakan
penggunaan
keperawatan
bantu
selama … x 24
batuk, bunyi paru,
jam, diharapkan
tanda vital, warna
pola nafas dapat
kulit, AGD 2. Berikan oksigen
efektif,
dengan
kriteria hasil : a. Pasien dapat mendemonst
yang efektif b. Pasien
pernapasan,
sesuai program 3. Atur posisi pasien
oksigen arteri 3. Meningkatkan pengembangan paru 4. Kemungkinan terjadi
kesulitan
bernapas akut
fowler 4. Alat-alat emergensi
rasikan pola pernapasan
otot
disiapkan
dalam
keadaan baik (NIC, 2013)
merasa lebih nyaman dalam 7.
bernafas Setelah
1.
Monitor
1. Merencanakan
dilakukan
keterbatasan
tindakan
aktivitas,
keperawatan
kelemahan
selama … x 24
aktivitas Catat tanda vital
jam, diharapkan
2.
sebelum
intoleran aktivitas
dapat
3.
teratasi, dengan
yang berkurang b. Mempertaha nkan
saat
dan
sesudah aktivitas Lakukan istirahat yang
kriteria hasil : a. Kelemahan
intervensi dengan
adekuat
setelah latihan dan 4.
aktivitas Berikan diet yang adekuat
tepat 2. Megkaji
sejauh
mana perbedaan peningkatan selama aktivitas 3. Membantu mengembalikan energi 4. Metabolisme membutuhkan energi
dengan
kolaborasi ahli diet (NIC, 2013)
kemampuan
23
aktivitas semaksimal 8.
mungkin Setelah
1.
Kaji suara nafas 1. Data dasar dalam
2. 3.
dan suara jantung Ukur CVP pasien Monitor aktivitas
dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 4. jam, diharapkan curah
jantung
peningkatan, kriteria
hasil : a. Menunjukka n
saturasi
oksigen Kolaborasi pemberian laksatif
mengalami dengan
5.
pasien Monitor
curah
jantung yang memuaskan
(NIC, 2013)
menentukan intervensi
lebih
lanjut 2. Mengetahui kelebihan
atau
kekurangan cairan tubuh 3. Mengurangi kebutuhan oksigen 4. Mengetahui manifestasi penurunan curah jantung 5. Mengejan
dapat
dibuktikan
memperparah
oleh
penurunan curah
efektifitas
jantung
pompa jantung, status sirkulasi, perfusi jaringan, dan status TTV b. Tidak ada edema paru, perifer, dan asites
24
4. Evaluasi Setelah mendapat intervensi keperawatan, maka pasien dengan sindrom nefrotik diharapkan sebagai berikut : a. Kelebihan volume cairan teratasi b. Meningkatnya asupan nutrisi c. Meningkatnya citra tubuh d. Bersihan jalan nafas efektif e. Perfusi jaringan perifer efektif f. Pola nafas efektif g. Aktivitas dapat ditoleransi h. Curah jantung mengalami peningkatan
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Nefrotik sindrom adalah gangguan klinik yang ditandai dengan peningkatan protein urine (proteinuria), edema, penurunan albumin dalam darah (hipoalbuminemia), dan kelebihan lipid dalam darah (hiperlipidemia). Kejadian ini diakibatkan oleh kelebihan pecahan plasma protein ke dalam urine karena peningkatan permeabilitas membran kapiler glomerulus. (dr. Nursalam, dkk. 2009). Penyebab sindrom nefrotik dibagi menjadi dua menurut Muttaqin, 2012 adalah primer, yaitu berkaitan dengan berbagai penyakit
25
ginjal, dan sekunder, yaitu yang diakibatkan infeksi, penggunaan obat, dan penyakit sistemik lain. Kelainan yang terjadi pada sindrom nefrotik yang paling utama adalah proteinuria sedangkan yang lain dianggap sebagai manifestasi sekunder. Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadinya proteinuria. Kelanjutan
dari
proteinuria
menyebabkan
hipoalbuminemia.
Dengan
menurunya albumin, tekanan osmotic plasma menurun sehingga cairan intravascular berpindah ke dalam intertisial. Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis yaitu urinalisis, pemeriksaan sedimen urin, pengukuran protein urin, albumin serum, pemeriksaan serologis untuk infeksi dan kelainan immunologis, USG renal, biopsi ginjal, dan darah. 4.2 Saran Pembaca sebaiknya tidak hanya membaca dari materi makalah ini saja karena masih banyak referensi yang lebih lengkap yang membahas materi dari makalah ini. Oleh karena itu, pembaca sebaiknya membaca dari referensi dan literatur lain untuk menambah wawasan yang lebih luas tentang materi ini. DAFTAR PUSTAKA Amin Huda Nurarif, S.Kep., Ns., dan Hardhi Kusuma S.Kep., Ns. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC Edisi Revisi Jilid 3. Yogyakarta: MediAction Bulechek, Gloria, dkk. 2013. Nursing Intervensions Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia, Edisi Keenam. Mosby: Elsevier Inc. 2010. Askep Sindrom Nefrotik. http:// (diakses pada tanggal 15 September 2017) Munandar, Riza. Asuhan Keperawatan pada Kasus Sindrom Nefrotik. 2014. http:// (diakses pada tanggal 15 September 2017)
26
NANDA Internasional Inc. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017, Edisi 10. Jakarta: EGC. Siburian, Apriliani. 2013. ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK KESEHATAN MASYARAKAT PADA PASIEN SINDROM NEFROTIK DI LANTAI 3 SELATAN RSUP FATMAWATI. http://www.google.com/lib.ui.ac.id (Diunduh pada tanggal 15 September 2017) Wati, Nur Ekma. 2012. ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.A DENGAN GANGGUAN SISTEM NEFROLOGI : SINDROMA NEFROTIK DI RUANG MINA RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA. http:// (Diunduh pada tanggal 15 September 2017)
27