Proposal Kegiatan Pengelolaan Sampah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROPOSAL KEGIATAN PELATIHAN PENGELOLAAN SAMPAH RW 12 KEL BANGUNTAPAN KEC BANGUNTAPAN BANTUL



DISUSUN OLEH : SALMA ADILANISA P1337420616035



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG PROGRAM STUDI S1 TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG 2018



KATA PENGANTAR Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan proposal ini. Tidak lupa saya ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Pada kesempatan ini juga kami tak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini. Semoga dengan terwujudnya proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.Amin.



Semarang, Juli 2018



Penulis



A. LATAR BELAKANG Sampah masih menjadi masalah yang meresahkan dan belum teratasi di Indonesia. Manusia dalam aktivitasnya hanya memanfaatkan sumber daya alam yang berasal dari lingkungan dan mengembalikan sisa hasil aktivitas (sampah) kembali lagi organik. Sampah dihasilkan oleh semua aktivitas manusia, baik dari proses industri, rumah sakit, pariwisata-perhotelan, dan juga dari rumah tangga yang merupakan pemasok sampah terbesar di daerah pemukiman. Berdasarkan data-data BPS pada tahun 2000 bahwa dari 384 kota yang menimbulkan sampah sebesar 80.235, 87 ton setiap hari, penanganan sampah yang diangkut organik dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah Akhir adalah sebesar 4,2 persen, yang dibakar 37,6 persen, yang dibuang ke sungai 4,9 persen, dan tidak tertangani sebesar 53,3 persen (Walhi, 2004). Sampah didefinisikan sebagai segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki dan bersifat padat. Sampah ada yang mudah membusuk dan yang tidak mudah membusuk. Sampah yang mudah membusuk terutama terdiri dari zat-zat organik seperti sisa sayuran, sisa daging, daun, dan lain-lain. Sedangkan sampah yang tidak membusuk dapat berupa plastik, karet, logam, kertas, abu, ataupun bahan bahan bangunan bekas, dan lain-lain (Slamet, 2004). Upaya pemerintah dalam menangani dan mengelola sampah rumah tangga, dilakukan antara lain dengan menyediakan berbagai tempat pembuangan sampah (sementara) dan mencari serta menetapkan lokasi tempat pembuangan sampah akhir (TPA). Namun pada kenyataannya pengelolaan sampah masih merupakan permasalahan yang belum dapat terselesaikan dengan baik. Pengelolaan sampah dalam skala kecil terutama oleh masyarakat umumnya dilakukan dengan pembakaran, sedangkan dalam skala besar dilakukan dengan menetapkan berbagai tempat pembuangan sampah baik sementara (TPS) maupun akhir (TPA). Pengelolaan sampah dengan pembakaran dapat menimbulkan efek lanjutan bagi manusia karena terjadinya pencemaran udara dari asap dan bau. Sedangkan dengan sistem tempat pembuangan sampah memerlukan suatu lokasi terutama untuk TPA secara terus menerus. Penentuan dan perpindahan lokasi TPA ini seringkali menimbulkan masalah dengan masyarakat sekitar karena masyarakat tidak dapat menerima bahwa lingkungannya menjadi tercemar oleh sampah dan efek lanjutannya. B. TUJUAN 1. Tujuan Umum Meningkatkan derajat kesehatan di masyarakat



2. Tujuan Khusus Setelah dilakukan penyuluhan tentang pengelolaan sampah diharapkan : a. Mampu memahami informasi tentang pengelolaan sampah. b. Masyarakat mampu mengaplikasikan ilmu yang telah didapat. C. MANFAAT 1. Mencegah timbulnya bibit penyakit 2. Menjadikan lingkungan bersih dan nyaman 3. Menghasilkan sesuatu yang bernilai jual D. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAN Hari



: Minggu



Tanggal : 18, 24, dan 30 Juli 2018 Waktu



: 09.00 s.d selesai



Tempat



: RW 12 Kel Banguntapan Kec Banguntapan



E. SASARAN PROGRAM Sasaran diadakannya kegiatan ini adalah ibu – ibu PKK di RW 12 Kel Banguntapan Kec Banguntapan. F. METODE / STRATEGI PROGRAM Pelatihan yang diselenggarakan merupakan proses belajar dan berpikir aktif tentang mengkreasikan sampah rumah tangga baik itu sampah organik atau anorganik. Pelatihan diberikan untuk ibu-ibu PKK di RW 12 Kel Banguntapan Kec Banguntapan dengan beberapa sesi. Program pelatihan ini menerapkan beberapa metode pelatihan, diantaranya yaitu sebagai berikut: 1. Ceramah, dengan menyampaikan materi tetnang dasar-dasar kerajinan sampah dan jenis-jenis sampah yang dapat dimanfaatkan. 2. Demonstrasi pembuatan kerajinan dari sampah anorganik rumah tangga dan pengomposan 3. Workshop, pemberian contoh langsung dan praktek oleh ibu ibu mengolah sampah organik dan anorganik. G. METODE PEMBELAJARAN 1. LCD proyektor 2. Laptop 3. Speaker aktif 4. Sampah organik dan anorgnik 5. Peralatan pengelolaan sampah



H. SUSUNAN PANITIA Terlampir I. SUSUNAN ACARA Terlampir J. MATERI Terlampir K. PENUTUP Demikian proposal ini kami susun, kami berharap kegiatan ini berjalan dengan lancar tanpa hambatan suatu apapun. Kegiatan ini tidak bisa berjalan tanpa partisipasi dan dukungan dari semua pihak. Untuk itu kami berharap dengan demi suksesnya kegiatan tersebut proposal ini dapat dijadikan sebagai landasan untuk jalannya kegiatan tersebut dan atas dukungan dan partisipasi petugas kesehatan, pemerintah desa dan masyarakat RW 12 Kel Banguntapan Kec Banguntapan Bantul kami ucapkan terima kasih.



LAMPIRAN 1 STRUKTUR KEPANITIAAN PELATIHAN PENGELOLAAN SAMPAH RW 12 KEL BANGUNTAPAN KEC BANGUNTAPAN BANTUL Penanggung Jawab



: Drs. H. Jabrohim, M.M.



Ketua Panitia



: Dr. Rina Ratih Sri Sudaryani, M.Hum.



Sekreataris



: Dr. Iis Wahyuningsih, M.Si.,Apt.



Bendahara



: Beni Suhendra Winarso, M.Si. Suparno, S.T.



Sie Acara



: Anang Masduki, M.A.



Sie Makalah



: Isana Arum Primasari, M.T. Ahmad Akhid Mudayana, S.KM., M.P.H.



Sie Tempat dan Sarana



: Tedy Setiadi, M.T.



Sie Publikasi dan Procceding : AnangMasduki, M.A. Sie Konsumsi



: Endah Dwiastuti Indriani, S.IP. Fitri Rilivo Kristine, S.E.



Sie Humas



: Nurul Satria Abdi, M.H.



Sie Kesekretariatan



: Sidhiq Eka Purnama, S.Pd. Sifa Fauziah, S.T. Faijah Ida Fatmawati, S.Pd.



LAMPIRAN 2 STRUKTUR KEPANITIAAN PELATIHAN PENGELOLAAN SAMPAH RW 12 KEL BANGUNTAPAN KEC BANGUNTAPAN BANTUL NO.



WAKTU



KEGIATAN



RESPON



18 Juli 2017 10 menit



Orientasi : 



Mengucapkan salam







Menjawab salam







Memperkenalkan diri







Mendengarkan







Mengingatkan kontrak







Meningat kontrak waktu







Menjelaskan



maksud



dan 



tujuan  1



3 jam



40 menit



10 menit



Mengerti



maksud



dan



tujuan



Menanyakan kesediaan







Siap dan bersedia



Kerja 



Menyampaikan materi







Memperhatikan







Membuka sesi pertanyaan







Mengajukan pertanyaan







Menjawab pertanyaan







Memperhatikan jawaban



Penutup 



Menyimpulkan hasil kegiatan 



Memperhatikan



mengajaran 



Menutup dan mengucapkan 



Menjawab salam



salam 24 Juli 2017 10 menit



2



Orientasi : 



Mengucapkan salam







Menjawab salam







Memperkenalkan diri







Mendengarkan







Mengingatkan kontrak







Meningat kontrak waktu







Menjelaskan



maksud



dan 



tujuan 



Menanyakan kesediaan



Mengerti



maksud



tujuan 



Siap dan bersedia



dan



5 jam 40 menit



Kerja 



Menyampaikan materi







Memperhatikan







Melakukan demonstrasi







Memperhatikan



sampil



melakukan 10 menit



Penutup 



Menyimpulkan hasil kegiatan 



Memperhatikan



mengajaran 



Menutup dan mengucapkan 



Menjawab salam



salam 30 Juli 2017 10 menit



Orientasi : 



Mengucapkan salam







Menjawab salam







Memperkenalkan diri







Mendengarkan







Mengingatkan kontrak







Meningat kontrak waktu







Menjelaskan



maksud



dan 



tujuan  3



3 jam 40 menit



Mengerti



maksud



dan



tujuan



Menanyakan kesediaan







Siap dan bersedia



Kerja 



Simulasi pelaksanaan bank 



Melakukan simulasi



sampah 



Penimbangan



sampah, 



pencatatan di buku 10 menit



Melakukan penimbangan dan pencatatan



Penutup 



Menyimpulkan hasil kegiatan 



Memperhatikan







Menutup dan mengucapkan 



Menjawab salam



salam



LAMPIRAN 3 RINGKASAN MATERI PENGELOLAAN SAMPAH Secara umum orang beranggapan bahwa sampah adalah sesuatu barang atau benda yang sudah tidak berguna bagi dirinya. Sampah merupakan sesuatu yang kotor, bau, jelek; tidak berguna lagi sehingga secepatnya harus disingkirkan dan dibuang. Persepsi tentang sampah sebagai sesuatu yang tidak berguna, diperkuat oleh pernyataan “buanglah sampah pada tempatnya” yang mengisaratkan bahwa sampah memang harus dibuang; tidak diajurkan untuk dimanfaatkan. Sudah menjadi kebiasaan bagi manusia (masyarakat) untuk membuang sampah; apalagi anggota masyarakat telah dibebani untuk membayar retribusi, sehingga dianggap bahwa sampah adalah urusan pemerintah. Bahkan perilaku membuang sampah menjadi tidak terkontrol; masih banyak anggota masyarakat yang membuang sampah secara sembarangan, tidak pada tempat yang telah disediakan. Tumpukan sampah di pinggir jalan, merupakan pemandangan yang sudah biasa. Sampah berserakan di jalan-jalan, di kendaraan umum atau fasilitas-fasilitas umum lainnya merupakan suatu bukti bahwa kesadaran kita (masyarakat) tentang lingkungan yang bersih masih sangat rendah. Masyarakat yang sadar akan kesehatanpun, atau masyarakat yang mengerti bahwa sampah merupakan sumber pencemar dan sumber penyakit; seolah tidak peduli. Setiap orang merasa bahwa kalau hanya dirinya yang peduli, dan kalau hanya dirinya saja yang membuang sampah pada tempatnya; tidak akan ada gunanya. Sebagian besar orang berfikiran seperti itu, sehingga sangat jarang yang terlihat peduli. Klasifikasi Sampah Sampah dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai golongan; dan pengklasifikasian sampah dapat dilakukan berdasarkan beberapa tinjauan, yaitu : A. Berdasarkan jenis 1. Sampah organik : Sampah yang sebagian besar tersusun oleh senyawa-senyawa organik, dan berasal dari sisa-sisa tumbuhan (sayur, buah, daun, kayu, dll.), hewan (bangkai, kotoran, bagian tubuh seperti tulang, dll.). Sampah ini bersifat dapat terurai (degradable) sehingga dalam waktu tertentu akan berubah bentuk dan dapat menyatu kembali dengan alam



2. Sampah an-organik : Sampah yang sebagian besar tersusun oleh senyawa-senyawa an-organik, dan berasal dari sisa industri, seperti plastik, botol / kaca, kaleng, logam, dll.. Sampah an-organik umumnya bersifat sukar terurai / sukar lapuk dan tidak lapuk (non-degradable) sehingga akan selalu dalam bentuk aslinya di alam. B. Berdasarkan tingkat kelapukan 1. Sampah lapuk (garbage) : Sampah yang merupakan bahan-bahan organik; seperti sayuran, buah, makanan. Pelapukan jenis sampah ini dapat terjadi dalam waktu tertentu, sehingga akan berubah bentuk dan dapat menyatu kembali dengan alam. 2. Sampah susah lapuk dan tidak lapuk (rubbish) : Sampah yang merupakan bahan organik maupun an-organik; seperti; kertas dan kayu (susah lapuk; pelapukan dapat terjadi tetapi dalam waktu yang lama, namun dapat dibakar); kaleng, kawat, kaca, mika (tidak lapuk dan tidak dapat dibakar), serta plastik (tidak lapuk tetapi dapat dibakar). C. Berdasarkan bentuk 1. Padat : Sampah padat dapat berupa makhluk hidup (tumbuhan, hewan) yang merupakan sampah organik, dan benda-benda tak hidup (besi, kaleng, plastik, dll.). Komposisi sampah padat sebagian besar merupakan sampah organik yang berasal dari berbagai sumber. Di Jakarta misalnya, sampah padat dapat melebihi 70 % berupa sampah organik. 2. Sampah cair : Sampah cair dapat bersumber dari pabrik / industri, pertanian / perikanan / peternakan / manusia, dan limbah rumah tangga. 3. Gas : Sampah dalam bentuk gas dapat bersumber dari pabrik / industri, alat transportasi, rumah tangga, pembakaran, dan efek lanjutan terurainya sampah padat dan cair. D. Berdasarkan sumber 1. Rumah tangga : Sampah rumah tangga dapat bersumber dari kamar mandi dan dapur perumahan, rumah makan, dll. berupa limbah yang merupakan cairan bekas mencuci dan membersihkan sesuatu bahan keperluan sehari-hari. 2. Industri : Sampah industri dapat bersumber dari pabrik, hotel, labratorium, rumah sakit, dll. berupa limbah yang dibuang yang mengandung berbagai macam bahan bahan kimia. 3. Pertanian : Sampah pertanian bersumber kawasan pertanian berupa sisa-sisa insektisida dan pupuk, sisa-sisa produk pertanian (sisa sayuran, potongan daun / batang / akar, buah) atau sisa-sisa bekas penanaman.



Sampah Sebagai Bahan Pencemar Lingkungan Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan menjadi penyebab gangguan dan ketidak seimbangan lingkungan. Sampah padat yang menumpuk ataupun yang berserakan menimbulkan kesan kotor dan kumuh. sehingga nilai estetika pemukiman dan kawasan di sekitar sampah terlihat sangat rendah. Bila di musim hujan, sampah padat dapat memicu banjir; maka di saat kemarau sampah akan mudah terbakar. Kebakaran sampah, selain menyebabkan pencemaran udara juga menjadi ancaman bagi pemukiman. A. Pencemaran udara Sampah (organik dan padat) yang membusuk umumnya mengeluarkan gas seperti methan (CH4) dan karbon dioksida (CO2) serta senyawa lainnya. Secara global, gas-gas ini merupakan salah satu penyebab menurunnya kualitas lingkungan (udara) karena mempunyai efek rumah kaca (green house effect) yang menyebabkan peningkatan suhu, dan menyebabkan hujan asam. Sedangkan secara lokal, senyawa-senyawa ini, selain berbau tidak sedap / bau busuk, juga dapat mengganggu kesehatan manusia. Sampah yang dibuang di TPA pun masih tetap berisiko; karena bila TPA ditutup atau ditimbun terutama dengan bangunan akan mengakibatkan gas methan tidak dapat keluar ke udara. Gas methan yang terkurung, lama kelamaan akan semakin banyak sehingga berpotensi menimbulkan ledakan. Hal seperti ini telah terjadi di sebuah TPA di Bandung, sehingga menimbulkan korban kematian. B. Pencemaran air Proses pencucian sampah padat oleh air terutama oleh air hujan merupakan sumber timbulnya pencemaran air, baik air permukaan maupun air tanah. Akibatnya, berbagai sumber air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari (sumur) di daerah pemukiman telah terkontaminasi yang mengakibatkan terjadinya penurunan tingkat kesehatan manusia / penduduk. Pencemaran air tidak hanya akibat proses pencucian sampah padat, tetapi pencemar terbesar justru berasal dari limbah cair yang masih mengandung zat-zat kimia dari berbagai jenis pabrik dan jenis industri lainnya. Air yang tercemar tidak hanya air permukaan saja, tetapi juga air tanah; sehingga sangat mengganggu dan berbahaya bagi manusia. C. Penyebab banjir Fisik sampah (sampah padat), baik yang masih segar maupun yang sudah membusuk; yang terbawa masuk ke got / selokan dan sungai akan menghambat aliran air dan memperdangkal sungai. Pendangkalan mengakibatkan kapasitas sungai akan berkurang, sehingga air menjadi tergenang dan meluap menyebabkan banjir. Banjir



tentunya akan mengakibatkan kerugian secara fisik dan mengancam kehidupan manusia (hanyut / tergenang air). Tetapi yang paling meresahkan adalah akibat lanjutan dari banjir yang selalu membawa penyakit. Sampah Sebagai Sumber Penyakit Sampah merupakan sumber penyakit, baik secara langsung maupun tak langsung. Secara langsung sampah merupakan tempat berkembangnya berbagai parasit, bakteri dan patogen; sedangkan secara tak langsung sampah merupakan sarang berbagai vektor (pembawa penyakit) seperti tikus, kecoa, lalat dan nyamuk. Sampah yang membusuk; maupun kaleng, botol, plastik; merupakan sarang patogen dan vektor penyakit. Berbagai penyakit yang dapat muncul karena sampah yang tidak dikelola antara lain adalah, diare, disentri, cacingan, malaria, kaki gajah (elephantiasis) dan demam berdarah. Penyakitpenyakit ini merupakan ancaman bagi manusia, yang dapat menimbulkan kematian. Sampah Sebagai Bahan Baku Persepsi manusia terhadap sampah harus berubah; bahwa sampah tidaklah merupakan suatu barang yang harus dibuang tetapi dapat dimanfaatkan. Sampah nonorganik; seperti plastik, kertas / kardus, kaleng, besi / logam telah banyak dimanfaatkan kembali (daur ulang). Sebagian anggota masyarakat telah memanfaatkannya sebagai mata pencaharian dengan mengumpulkannya, baik yang terserak di jalan, di tempat-tempat sampah maupun di TPA. Akan tetapi masalah sampah tetap belum terpecahkan karena sampah umumnya merupakan sampah organik; padahal justru jenis sampah inilah yang paling rawan dalam menimbulkan penyakit bagi manusia. Sampah organik, yang merupakan sisa-sisa rumahtangga dan pasar / pertanian, seperti sayur dan buah dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik (kompos), makanan ternak dan ikan (bokashi) ataupun bahan baku pembuatan batako. Namun demikian, dalam pembuatan bokashi, bahan-bahan yang digunakan dan hasil yang diperoleh, tetap harus dikontrol untuk menghindari adanya bahan yang beracun bagi ternak. Bila masyarakat menjadikan sampah sebagai bahan baku, maka sampah tidak lagi dibuang tetapi dikumpulkan dan diolah. Pemanfaatan sampah tidak hanya akan berdampak positif terhadap terpeliharanya estetika dan kualitas lingkungan dan kesehatan manusia; tetapi juga dapat menjadi sumber perekonomian bagi masyarakat.



Pengelolaan Sampah A. Konsep Minimasi Limbah Dilihat dari keterkaitan terbentuknya limbah, khususnya limbah padat, ada 2 (dua) pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengendalikan akibat adanya limbah, yaitu: 1. Pendekatan proaktif: yaitu upaya agar dalam proses penggunaan bahan akan dihasilkan limbah yang seminimal mungkin, dengan tingkat bahaya yang serendah mungkin. 2. Pendekatan reaktif: yaitu penanganan limbah yang dilakukan setelah limbah tersebut terbentuk Pendekatan proakatif merupakan strategi yang diperkenalkan pada akhir tahun 1970-an dalam dunia industri, dikenal sebagai proses bersih atau teknologi bersih yang bersasaran pada pengendalian atau reduksi terjadinya limbah melalui penggunaan teknologi yang lebih bersih dan yang akrab lingkungan. Pendekatan reaktif, yaitu konsep yang dianggap perlu diperbaiki, adalah konsep dengan upaya pengendalian yang dilakukan setelah limbah terbentuk, dikenal sebagai pendekatan end-of-pipe. Konsep ini mengandalkan pada teknologi pengolahan dan pengurugan limbah, agar emisi dan residu yang dihasilkan aman dilepas kembali ke lingkungan. Konsep pengendalian limbah secara reaktif tersebut kemudian diperbaiki melalui kegiatan pemanfaatan kembali residu atau limbah secara langsung (reuse), dan/atau melalui sebuah proses terlebih dahulu sebelum dilakukan pemanfaatan (recycle) terhadap limbah tersebut. Secara ideal kemudian pendekatan proses bersih tersebut dikembangkan menjadi konsep hierarhi urutan prioritas penanganan limbah secara umum, yaitu : 1. Langkah 1 Reduce (pembatasan): mengupayakan agar limbah yang dihasilkan sesedikit mungkin 2. Langkah 2 Reuse (guna-ulang): bila limbah akhirnya terbentuk, maka upayakan memanfaatkan limbah tersebut secara langsung 3. Langkah 3 Recycle (daur-ulang): residu atau limbah yang tersisa atau tidak dapat dimanfaatkan secara langsung, kemudian diproses atau diolah untuk dapat dimanfaatkan, baik sebagai bahan baku maupun sebagai sumber enersi 4. Langkah 4 Treatment (olah): residu yang dihasilkan atau yang tidak dapat dimanfaatkan kemudian diolah, agar memudahkan penanganan berikutnya, atau agar dapat secara aman dilepas ke lingkungan



5. Langkah 5 Dispose (singkir): residu/limbah yang tidak dapat diolah perlu dilepas ke lingkungan secara aman, yaitu melalui rekayasa yang baik dan aman seperti menyingkirkan pada sebuah lahan-urug (landfill) yang dirancang dan disiapkan secara baik 6. Langkah 6 Remediasi: media lingkungan (khusunya media air dan tanah) yang sudah tercemar akibat limbah yang tidak terkelola secara baik, perlu direhabilitasi atau diperbaiki melalui upaya rekayasa yang sesuai, seperti bioremediasi dan sebagainya. Konsep proses bersih di atas kemudian diterapkan lebih spesifik dalam pengelolaan sampah, dengan penekanan pada reduce, reuse dan recycle, yang dikenal sebagai pendekatan 3R. B. Pembatasan (Reduce) Timbulan Sampah Berdasarkan UU-tentang Recycling Wadah dan Pengemas, maka yang diatur untuk didaur-ulang adalah: 1. Gelas/botol (tidak berwarna, coklat dan hijau) 2. Botol PET (untuk minuman beralkohol dan non alkohol, serta botol saus kedele) 3. Wadah dan pembungkus dari kertas 4. Wadah dan pembungkus dari plastik Salah satu upaya sederhana, namun sangat sulit dibiasakan di Indonesia khususnya pada masyarakat urban, adalah pembatasan adanya sampah sebelum barang yang kita gunakan menjadi sampah, melalui penggunaan bahan berulang-ulang, seperti penggunaan kantong plastik yang secara ’manja’ disediakan secara berlimpah bila kita berbelanja di toko. Membawa kantong sendiri adalah salah satu upaya yang sangat dianjurkan agar timbulan sampah dapat dikurangi. Di Jepang, terdapat seni membuat kantong dari kain biasa untuk membawa barang keperluan sehari-hari termasuk barang yang dibeli dari toko atau pasar, yaitu Furoshiki. Kain tersebut sebelum digunakan, biasanya dilipat secara rapi, dan disimpan dalam tas tangan yang digunakan sehari-hari. Jepang termasuk negara dengan kebijakan Pemerintahnya yang sangat mendorong upaya 3R, termasuk upaya pembatasan limbah, bukan saja terhadap penghasil sampah rumah tangga, juga terhadap kegiatan industri dan pengusaha lainnya.



C. Guna-ulang (Reuse) dan Daur-ulang (Recycle) Sampah Daur-ulang limbah pada dasarnya telah dimulai sejak lama. Di Indonesiapun, khususnya di daerah pertanian, masyarakat sudah mengenal daur ulang limbah, khususnya limbah yang bersifat hayati, seperti sisa makanan, daun-daunan dsb. Dalam pengelolaan persampahan di Indonesia, upaya daurulang memang cukup menonjol, walaupun umumnya baru melibatkan sektor informal, seperti pedagang sampah (tukang loak), tukang servis alat-alat elektronika, petugas sampah, pemulung, bandar/lapak dsb. Dalam usaha mengelola limbah atau sampah secara baik, ada beberapa pendekatan teknologi, di antaranya penanganan pendahuluan. Penanganan pendahuluan umumnya dilakukan untuk memperoleh hasil pengolahan atau daur-ulang yang lebih baik dan memudahkan penanganan yang akan dilakukan. Penanganan pendahuluan yang umum dilakukan saat ini adalah pengelompokan limbah sesuai jenisnya, pengurangan volume dan pengurangan ukuran. Usaha penanganan pendahuluan ini dilakukan dengan tujuan memudahkan dan mengefektifkan pengolahan sampah selanjutnya, termasuk upaya daurulang. Dalam pengelolaan sampah, upaya daur-ulang akan berhasil baik bila dilakukan pemilahan dan pemisahan komponen sampah mulai dari sumber sampai ke proses akhirnya.



D. CARA PENGELOLAAN SAMPAH 1. Cara membuat pupuk kompos



2. Membuat keranjang anyam dari sedotan



3. Membuat pot tanaman dari botol bekas



4. Membuat tas dari plastik



DAFTAR PUSTAKA Damanhuri, Enri. Padmi,Tri. 2010. Pengelolaan Sampah. Bandung : Institut Teknologi Bandung Ratih, Rina Sri Sudaryani. Masduki, Anang. 2017. Seminar Nasonal Hasil Pengabdian Membangun Desa untuk Indonesia Berkemajuan. Yogyakarta : UAD Press SL, Imran Tobing. 2005. Dampak Sampah Terhadap Kesehatan Lingkungan dan Manusia. Jakarta : Universitas Nasional dan Dikmenti DKI