Proposal Pembenihan Ikan Mas Tombro [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TEKNIK PEMBENIHAN IKAN TOMBRO (Cyprinus carpio L ) DI BALAI BENIH IKAN TLOGOWARU KABUPATEN MALANG PROVINSI JAWA TIMUR



PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANG III PROGRAM STUDI TEKNIK BUDIDAYA PERIKANAN SEMESTER IV



OLEH : AGUNG SUKMA SETIAWAN NIT: 17.3.02.027



KEMENTRIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN RISET DAN SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN SIDOARJO 2019



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Praktek Kerja Lapang (PKL) III ini. Penulis ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, yaitu : 1. Bapak Dr. Muh. Hery Riyadi Alaudin S.Pi, M.Si. selaku Direktur Politeknik Kelautan



dan



Perikanan



Sidoarjo,



atas



pemberian



izinnya



dalam



melaksanakan PKL III. 2. Bapak Mohsan Abrori, S.Pi, M.Si selaku Ketua Program Studi Teknik Budidaya



Perikanan



yang



telah



memberikan



kesempatan



dalam



melaksanakan PKL III. 3. Bapak Mohsan Abrori, S.Pi, M.Si. selaku dosen pembimbing PKL III yang telah memberi pengarahan dalam menyusun proposal. 4. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan proposal Praktek Kerja Lapang (PKL) III ini. Penulis sudah berusaha demi kesempurnaan Proposal ini, namun penulis hanya manusia biasa yang mempunyai kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi sempurnanya proposal ini. Sidoarjo, mei 2019



Penulis



ii



DAFTAR ISI



Halaman HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................



i



KATA PENGANTAR .................................................................................. ii DAFTAR ISI ................................................................................................ iii DAFTAR GAMBAR .................................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. v I.



PENDAHULUAN ................................................................................. 1 1.1. Latar Belakang............................................................................ 1 1.2. Maksud dan Tujuan .................................................................... 3 1.2.1. Maksud............................................................................ 3 1.2.2. Tujuan ............................................................................. 3



II.



TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 4 2.1. Biologi Ikan Tombro.................................................................... 4 2.1.1. Klasifikasi Ikan Tombro .................................................. 4 2.1.2. Morfologi Ikan Tombro .................................................... 4 2.1.3. Siklus Hidup Ikan Tombro .............................................. 5 2.1.4. Habitat dan Kebiasaan Makan ....................................... 6 2.2. Sarana dan Prasarana Pembenihan .......................................... 6 2.2.1. Kolam Pembenihan ........................................................ 6 2.2.2. Peralatan Pembenihan ................................................... 8 2.3. Pengelolaan Induk Ikan Tombro ................................................ 8 2.3.1. Persiapan Media Pengelolaan Induk ............................. 8 2.3.2. Seleksi Induk................................................................... 10 2.3.3. Penebaran Calon Induk .................................................. 11 2.3.4. Pengelolaan Pakan Induk............................................... 11 2.3.5. Pengelolaan Kualitas Air ................................................ 11 2.4. Pemijahan Ikan Tombro ............................................................. 12 2.5. Penetasan Telur ......................................................................... 12 2.6. Pemeliharaan Larva ................................................................... 13



iii



2.7. Pendederan ................................................................................ 13 2.8. Pengendalian Hama dan Penyakit ............................................. 14 2.9. Panen Dan Pasca Panen ........................................................... 14 2.9.1. Panen .............................................................................. 14 2.9.2. Pasca Panen................................................................... 15 III.



METODOLOGI.......................................................................... 16



3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ............................................... 16 3.2. Metode Praktek Kerja Lapang .................................................... 16 3.3. Sumber Data............................................................................... 16 3.4. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 17 3.4.1. Observasi Partisipan....................................................... 17 3.4.2. Wawancara ..................................................................... 17 3.5. Teknik Pengolahan Data ............................................................ 17 3.6. Analisa Data ............................................................................... 18



DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN



iv



DAFTAR GAMBAR



GAMBAR 1.



Halaman



Morfologi Ikan Tombro (Cyprinus carpio) .................................. 5



2. Induk Matang Gonad .................................................................. 10



iv



DAFTAR LAMPIRAN



LAMPIRAN



Halaman



1. Rencana Kegiatan PKL III...................................................................... 20 2. Kuisioner................................................................................................ 21



viii



1



I. PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang ikan tombro (Cyprinus carpio L) merupakan salah satu komoditas penting yang



sudah



lama



Keanekaragaman



didomestikasi



genetic



ikan



dan



tombro



dibudidayakan memiliki



di



Indonesia.



keistimewaan



karena



penyebarannya yang luas, mulai dari Asia timur sampai daratan Eropa dengan keadaan lingkungan dan yang bervariasi, akumulasi genetik, seleksi alami, serta peranan manusia. Ikan tombro merupakan salah satu sumber protein hewani yang digemari oleh masyarakat Indonesia dan bisa disajikan dengan cara digoreng,dibakar, atau dipepes. Ikan yang dibudidayakan di air tawar ini diketahui telah dipelihara oleh masyarakat Cina sejak 475 SM. Di Indonesia sendiri, ikan tombro mulai dibudidayakan sejak 1900-an (Wahyuni dan Supriyanto, 2014). Ikan tombro merupakan salah satu jenis ikan konsumsi yang mempunyai niali ekonomis penting. Menurut Saprianto (2010) dalam Ramadhan dan Luthfiana (2018) permintaan untuk ikan tombro cukup tinggi. Jumlah untuk wilayah Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi (Jabodetabek) dapat mencapai 50 ton setiap hari, jumlah tersebut belum termasuk perintaan dari kota lain. Jumlah permintaan komoditas ikan tombro diperkirakan meningkat pada kisaran 100 ton per-hari. Jumlah tersebut harus diimbangi dengan pemasokan ikan tombro secara kontinu. Ikan tombro (Cyprinus carpio L) merupakan ikan yang sudah lama dikenal di Indonesia. Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah merupakan sentra ikan tombro di indonesia. Ikan mas merupakan komoditas perikanan yang berkembang sangat pesat dari waktu ke waktu. Usaha pembenihan ikan tombro di Indonesia semakin berkembang seiring dengan ditemukannya teknologi



2



pembesaran ikan tombro secara intensif di Karamba Jaring Apung (KJA) maupun di Kolam Air Deras (KAD). Bahkan tingkat usaha pendederan juga bisa dilakukan di KJA (Saparinto dan Susiana, 2013). Benih ikan tombro yang unggul dalam kualitas dan uantitas tidak lepas dari peranan kegiatan pembenihan. Kegiatan pembenihan ini ditujukan untuk mendapat benih secara kontinu yang memenuhi permintaan pasar, sehingga dapat menghasilkan keuntungan dari segi ekonomi. Tanpa pembenihan, subsistem yang lain tidak akan dapat berjalan karena kegiatan pendederan dan pembesaran benih juga memerlukan penanganan yang baik agar benih ikan tombro yang dihasilkan dapat tumbuh dengan optimal, sehingga dapat memenuhi standar penjualan (Susanto 2006 dalam Rizqi dan Luthfiana, 2018). Ikan tombro juga mempunyai peluang pengembangan yang cukup besar untuk meraih potensi pasar yang terus meningkat, Bedasarkan data dari Kementrian Perikanan dan Kelautan, dinyatakan bahwa produksi ikan mas di Indonesia mencapai berturut-turut dari tahun 2010 sampai dengan 2014 adalah 267.100, 280.400, 300.000, 325.000 dan 350.000 ton (Subiyakto 2014 dalam Syafar, Mahasri dan Rantam, 2017). Usaha pembenihan merupakan ujung tombak keberhasilan kegiatan budidaya ikan sebab usaha pembenihan berperan penting dalam mensuplai benih terhadap usaha budidaya ikan un]ntuk setiap musim tanam. Dalam pelaksanaan usaha pembenihan ikan bukan hanya ditentukan oleh daya ukur sumber daya hayati tetapi juga harus diimbangi dengan kemampuan pengelola. Agar dapat menghasilkan bibit benih yang unggul dan berkualitas (Ismail dan Khumaidi, 2016). Alasan tersebut menjadi pertimbangan penulis memilih tempat PKL III Di Balai Benih Ikan Tlogowaru Kabupaten Malang dengan mengambil Judul teknik pembenihan ikan Tombro (Cyprinus carpio L).



3



1.2. Maksud dan Tujuan 1.2.1. Maksud Maksud dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) III ini adalah untuk mengetahui proses pembenihan ikan Tombro di Balai Benih Ikan Tlogowaru Kabupaten Malang.



1.2.2. Tujuan Tujuan dari Praktek Kerja Lapang III adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui bagaimana proses pembenihan ikan Tombro (Cyprinus carpio L) mulai dari pemeliharaan induk, pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan larva, pendederan hingga panen. 2. Mengetahui



4



II.



2.1.



TINJAUAN PUSTAKA



Biologi Ikan Tombro



2.1.1. Klasifikasi Ikan Tombro Menurut Rukmana dan Yudirachman (2016), Klasifikasi ikan Tombro adalah sebagai berikut : Phyllum



: Chordata



Superclass



: Pisces



Class



: Osteichthyes



Subclass



: Teleostei



Ordo



: Cyprinifarmes



Subordo



: Cyprinoidea



Family



: Cyprinidae



Genus



: Cyprinus



Species



: Cyprinus carpio L.



2.1.2. Morfologi Ikan Tombro Ikan tombro pada umumnya memiliki tubuh memanjang dan sedikit pipih ke samping (compressed) mulutnya berada di ujung tengah (terminal), terdapat dua pasang sungut (barbel) di setiap sisi mulutnya, dorsal ikan tombro terdapat rusuk - rusuk (barbel) di mulut bagian atas memiliki panjang yang lebih pendek. Secara umum, hampir seluruh tubuh ikan tombro ditutupi oleh sisik kecuali beberapa varietas yang memiliki sedikit sisik. Sisik ikan tombro yang berukuran relative besar digolongkan kedalam sisik tipe lingkaran (sikloid) dan letaknya beraturan. (Wahyuni dan Supriyanto, 2014). Sirip punggung ikan tombro berbentuk memanjang yang terletak dipermukaan sirip perut. Bagian belakang sirip punggung berjari-jari keras,



5



sedangkan bagian akhir bergerigi. Seperti juga sirip punggung, bagian belakang siripdubur ikan tombro berjari-jari dan dibagian akhirnya bergerigi. Sirip ekornya membentuk cagak, berukuran simetris dan memanjang hingga kebelakang tutup insang. (Saparinto dan Rini, 2013). Sirip punggung



Sirip ekor



Sirip dada



Sirip perut



Sirip belakang



Gambar 1. Morfologi ikan Tombro Sumber : Google, (2019)



2.1.3. Siklus Hidup ikan Tombro Siklus hidup ikan tombro (Cyprinus carpio L) tidak berbeda jauh dengan kebanyakan ikan air tawar lainnya. Siklus hidupnya dimulai dari telur. Telur yang dikeluarkan oleh induk ikan tombro akan menempel pada permukaan alat penempel telur (kakaban). Telur-telur ini akan menetas dengan sendiriya. Kecepatan penetasan telur bergantung pada suhu air. Pada suhu 24-26oC, telur akan menetas dalam 2 hari. Setelah menetas, fase berikutnya adalah fase larva. Larva ikan tombro memiliki cadangan makanan (yolksalk) berupa kuning telur habis, larva harus segera diberi tepung pakan buatan. Fase larva berlangsung selama 14 hari. Fase berikutnya disebut kebul dengan ukuran 1-1,5 cm. setelah 30-40 hari, kebul akan tumbuh menjadi benih berukuran 6-7 cm dan dalam waktu 3 bulan ukurannya akan meningkat menjadi 8-12 cm. (Wahyuni dan Supriyanto, 2014)



6



2.1.4. Habitat dan Kebiasan Makan Ikan tombro menyukai tempat hidup (habitat) diperairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti dipinggir sungai atau danau. Ikan mas dapat hidup dengan baik di daerah dengan ketinggian 150–600 meter diatas permukaan air laut dan pada suhu 25-30 C (Rukmana dan Yudirachman, 2016). Ikan ini tergolong hewan omnivora (pemakan segala jenis makanan). Makanannya antara lain tumbuhan air yang tumbuh di dasar perairan atau tepi perairan.



Ikan



tombro



juga



memakan



binatang-binatang



kecil,



seperti



zooplankton dan cacing. (Widiana, Kusmorini dan Handayani, 2013). Ikan mas dewasa sering merusak pematang kolam, terutama dasarnya. Hal itu karena kebiasaan makan makan ikan tombro yang sering mengaduk-aduk dasar kolam untuk mencari jasad-jasad organik (susanto, 2014) Menurut Saputra (2011) dalam Ramadhan dan Luthfiana. (2018), larva ikan merupakan fase yang paling kritis dalam budidaya ikan karena larva ikan mempunyai ketahanan yang kurang baik dan rentan pada perubahan kondisi lingkungan. 48 jam setelah menetas cadangan makanan pada larva akan habis, sehingga diperlukan asupan gizi tambahan, pakan yang diberikan berupa kuning telur yang telah direbus matang kemudian di ayak di atas air menggunakan saringan sampai merata. Pemberian kuning telur diberikan selama 2x sehari pagi hari dan sore hari selama 3 hari. 2.2.



Sarana dan Prasarana Pembenihan



2.2.1.



Kolam Pembenihan



a.



Kolam Pemeliharaan Induk Kolam ini digunakan untuk memelihara induk ikan sehingga mereka siap



untuk dikembangbiakkan. Luas kola mini bergantung pada jumlah induk dan



7



intensitas pemeliharaannya. Sebagai contoh, 100kg induk ikan tombro membutuhkan kolam dengan luas 500 m 2 apabila hanya diberi pakan alami seperti dedak. Sementara, apabila diberi tambahan oakan buatan berupa pellet, hanya membutuhkan kolam dengan luas antara 150 sampai 200 m 2 (Wahyuni dan Supriyanto, 2014). b.



Kolam Pemijahan Kolam



pemijahan



adalah



kolam



yang



dibuat



sebagai



tempat



perkembangbiakan induk-induk ikan. Kolam pemijahan bisa terbuat dari tanah atau tembok. Sama halnya dengan kolam pemeliharaan induk, luas kolam tergantung pada jumlah ikan yang hendak dipijahkan. Agar kolam mudah dibersihkan, dasar kolam dibuat miring kearah pembuangan sehingga pada saat membersihkan kolam tidak air yang tersisa. (Wahyuni dan Supriyanto, 2014). c.



Kolam penetasan telur kola ini digunakan sebagai tempat menetaskan telur. Kolam penetasan



sebaiknya terbuat dari semen atau tanah yang keras. Hal ini dimaksudkan agar telur-telur ikan tidak terkotori oleh lumpur atau tanah karena jika ini terjadi, telur tersebut akan mudah busuk dan rusak sehingga tidak akan menetas. Agar telur cepat menetas, pada setiap kolam penetasan dipasang heater dan air diganti secara terus menerus (resirkulasi).(Wahyuni dan Supriyanto, 2014) d.



Kolam Pendederan Pendederan adalah pemeliharaan benih ikan selanjutnya. Pemeliharaan



benih ini dapat dilakukan di kolam tanah, kolam beton, atau kolam terpal. Ukuran yang ideal untuk kolam pendederan adalah 25 m 2 agar lebih mudah dalam pegawasannya. (Wahyuni dan Supriyanto, 2014) 2.2.2.



Peralatan Pembenihan



8



Alat – alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan tombro meliputi: jaring, jala, anco, hapa, seser, ember, cangkul, arit, secchi disc, timbangan skla kecil dengan satuan gram, timbangan skala besar dengan satuan kilogram. (Pratiwi, 2012)



2.3.



Pengelolaan Induk Ikan tombro



2.3.1



Persiapan Media Pengelolaan Induk



a.



Pengeringan kolam dikeringkan selama 2-3 hari bila panasnya terik. Bila matahari sering



tertutup awan, lamanya penjemuran kola mini harus ditambah hingga 5-7 hari.pengeringan kolam sebelum pemijahan mutlak dilakukan. Dengan begitu akan timbul bau sangit sehingga begitu dialirkan air baru induk terangsang untuk memijah (Susanto, 2014) b.



Perbaikan Kolam Perbaikan kolam meliputi perbaikan pematang yang rusak atau bocor



harus segera diperbaiki dengan cara menambal atau dipadatkan dengan tanah liat, membabat rerumputan yang masuk pada area kolam untuk mengantisipasi adanya predator yang biasanya digunakan sebagai tempat persembunyian, memriksa atau mengganti saluran pemasukan dan pengeluaran air agar dapat berfungsi seperti yang diharapkan (Ismail dan Khumaidi, 2016) c.



Pembuatan Kemalir dan Pengelolaan Tanah Pengelolaan tanah yaitu dengan mencangkul seluruh bagian dasar



kolam tetapi tidak terlalu dalam atau bisa dilakukan dengan pembajakan tanah dengan menggunakan tractor. Hal ini bertujuan agar tanah dasar kedap air dan tidak porous (Rukmana dan Yudirachman, 2016)



9



Pembuatan kemalir yaitu dengan cara menarik dua buah tali plastik dari pintu pemasukan ke pintu pengeluaran. Jarak antara tali atau lebar kemalir antara 40 – 50 cm dan tanahnya digali sedalam 5 – 10cm. pembuatan kemalir bertujuan agar memudahkan penangkapan benih saat panen (Ismail dan Khumaidi, 2016) d.



Pengapuran Pengapuran biasanya dilakukan setelah pembuatan kemalir dengan



cara menebarkan kapur ke seluruh bagian tanah dasar dan pematang kolam (Saparinto dan Susiana, 2013) e.



Pemupukan Pemupukan dilakukan dengan cara menebar pupuk ke seluruh tanah



dasar kolam (Sapparinto dan Susiana, 2013) f.



Pengisiian Air Air diisi dengan ketinggian berkisar 40 – 50 cm dan selama pemijahan



berlangsung air harus tetap di kontrol untuk memastikan air mengalir dengan sistem limpas yaitu air terus masuk ke kolam dan air yang melebihi pintu monik keluar, selain itu juga bertujuan untuk menyuplai oksigen terlarut di dalam kolam yang merangsang induk untuk memijah. g.



Pemasangan Kakaban Kakaban adalah alat yang terbuat dari sapu ijuk atau tali raffia yang



dihimpit oleh bambu. Kakaban dipasang berjejer di kolam pemijahan agar telur ikan menepel di kakaan tersebut untuk memudahkan pemindahan telur. 2.3.2.



Seleksi Induk Menurut Wahyuni dan Supriyanto (2014), Seleksi induk dilkakukan untuk



mencari induk yang sudah matang gonad dan siap untuk di pijahkan, selain itu juga



untuk



memilih



induk



yang



berkkualitas



baik



dari



segi



umur,



10



ukuran,kesehatan dan tingkad kematangan gonadnya. kriteria induk yang siap dipijahkan sebagi berikut. a.



Induk harus dalam keadaan sehat, tidak cacat, dan bebas penyakit.



Pengamatan dilakukan secara visual, dengan mengamati tingkah laku ikan. b.



Induk dalam keadaan matang gonad, yaitu di tandai dengan keluarnya



cairan sperma berwarna putih pada induk jantan pada saat di stripping, sedangkan pada induk betina bagian perut dekat dubur lembek, perut tampak besar sehingga akan tampak jarak antara lubang dubur relatif dekat dengan pangkal ekor. c.



ikan yanag digunakan berumur untuk betina antara 2 – 2,5 tahun



dengan bobot 1,5 – 3 kg, untuk jantan umur 1,5 – 2 tahun dengan bobot 1 – 2,5.



Gambar 2. Induk Matang Gonad Sumber : Google, (2019) 2.3.3. Penebaran Calon Induk Setelah persiapan kolam selesai selanjutnya induk akan di tebar pada kolam pemeliharaan induk dengan perbandingan jantan dan betina adalah 3 : 1 waktu pelepasan induk yang baik yaitu waktu pagi dan sore hari karena pada waktu tersebut suhu perairan cenderung rendah. (Ismail dan Khumaidi, 2016). 2.3.4. Pengelolaan Pakan Induk Menurut, (Saparinto. dan Rini, 2013) untuk menjaga kualitas induk maka diperlukan pemberian pakan yang sesuai kesukaan, porsi dan kandungan gizinya. Menurut Ismail dan Khumaidi, (2016) gizi yang diperlukan oleh ikan



11



adalah protein,lemak,karbohidrat,vitamin, dan mineral. Kandungan protein yang diinginkan yakni 30%, karena pakan yang mempunyai kandungan protein 30% sudah cukup baik untuk pertumbuhan induk ikan. Pakan tambahan diberikan setelah 4 hari dari penebaran benih, karena 4 hari setelah penebaran induk pakan alami mulai berkurang. 2.3.5.



Pengelolaan Kualitas Air Air merupakan sarana hidup bagi ikan. Untuk itu, sangat penting untuk



memperhatikan kualitasnya. Air yang digunakan untuk memelihara ikan haruslah bersih, tidak keruh, serta tidak mengandung bahan kimia, minyak dan unsur membahayakan lainnya.(Wahyuni dan Supriyanto 2014). Menurut Ismail dan Khumaidi, (2016) pengukuran kualitas air diantaranya : a.



Suhu air pengukuran suhu air satu kali dalam seminggu. Suhu yang sesuai untuk



pembenihan ikan tombro berkisar 25 – 30o C. b.



pH Pengukuran dilakukan satu kali seminggu, pH yang sesuai untuk



pembenihan berkisar 6,5 – 7. c.



Kecerahan Pengukuran kecerahan dilakukan setiap 3 hari sekali, kecerahan 35 – 45 cm,



berarti bahwa air tidak terlalu keruh yang baik untuk pertumbuhan ikan. d.



Oksigen Terlarut (DO) pengukuran dilakukan satu kali dalam seminggu, kandungan oksigen terlarut



berkisar antara 5 – 6 ppm, dimana kondisi ini masih sesuai untuk pertumbuhan ikan tombro dan proses pemijahan berlangsung baik. 2.4.



Pemijahan Ikan tombro Pemijahan terjadi sekitar pukul 22.00 – 03.00, proses pemijahan



ditandai dengan bunyi percikan air yang dihasilkan akibat proses pengejaran



12



induk betina oleh jantan. Induk betina akan mengeluarkan telur menjelang tengah malam pada kakaban dan waring dan diikuti oleh induk jantan mengeluarkan cairan sperma berwarna putih. Setelah selesai memijah induk lalu dipindahkan. Tujuan dari pemisahan induk setelah memijah yaitu agar telur yang baru menempel tidak dimakan oleh induk (Ismail dan Khumaidi. 2016) 2.5.



Penetasan Telur Penetasan telur ikan tombro berlangsung selama ±48 jam. Pada saat



telur sudah menetas, waring dan kakaban diangkat dan dibersihkan. Telur yang sudah menetas akan menjadi larva, sedangkan telur yang gagal dibuahi akan berwarna putih yang menandakan telur mengalami kematian. Penyebab kematian telur dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain pembuahan yang tidak sempurna dan kondisi telur yang saling menempel atau saling tindih pada saat penebaran di waring sehingga sirkulasi oksigen terganggu dan saling menyebabkan kematian (Pratiwi, 2012) 2.6.



Pemeliharaan Larva Menurut Saputra (2011) dalam Ramadhan. dan Luthfiana, (2018) larva



ikan merupakan fase yang paling kritis dalam budidaya ikan karena larva ikan mempunyai ketahanan yang kurang baik dan rentan pada perubahan kondisi lingkungan. 48 jam setelah menetas cadangan makanan pada akan habis, sehingga diperlukan asupan gizi tambahan, pakan yang diberikan berupa kuning telur yang telah direbus matang kemudian kuning telur diayak diatas air menggunakan saringan sampai merata. Pemberian kuning telur diberikan selama 2x sehari pagi hari dan sore hari selama 3 hari. 2.7.



Pendederan Pendederan adlah pemeliharaan larva selanjutnya. Pemeliharaan ini



dapat dilakukan di kolam tanah, kolam beton, atau kolam terpal. Larva yang sudah di panen kemudian ditebar pada kolam pendederan dengan kepadatan



13



750 – 800 ekor/m2. Penebaran larva dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 08.00 – 10.00 agar larva tidak stress karena pengaruh perubahan suhu. Sebelum ditebar, larva diaklimatisasi selama 5 – 10 menit agar tidak stress.setelah 4 hari penetasan, larva mulai diberi pakan tambahan. Berupa tepung pellet atau pellet butiran halus. Pendederan pertama dilakukan selama 14 hari sampai mencapai ukuran kebul, yaitu 1 – 1,5 cm. Tahap selanjutnya benih kebul dipanen dan dipindahkan ke klam pendederan kedua. Kolam ini sebaiknya menggunakan ukuran yang lebih besar dari kolam pendederan ke satu. Lama pemeliharaan di kolam pendederan kedua selama tiga bulan hingga ukuran ikan mencapai 8 – 12 cm. selama pemeliharaan kolam harus di control baik kebersihannya maupun kualitas airnya. (Wahyuni dan Supriyanto, 2014) 2.8.



Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dan penyakit merupakan suatu upaya untuk



menghidarkan larva atau benih ikan terserang hama dan penyakit. Pada kolam pemeliharaan larva, hama yang biasa menyerang adalah katak dan kecebong (anak katak). Katak dan kecebong tersebut akan memakan pakan ikan mas. Penanggulangan dilakukan secara fisik dengan menangkap indukan katak menggunakan jaring kemudian dibuang, agar tidak bertelur pada kolam pemeliharaan larva. Pada masa pemeliharaan larva ini sering muncul hama dikarenakan lokasi kolam pemeliharaan larva terdapat pada ruang terbuka. Pengelolaan kolam sangat mempengaruhi kelulusan hidup dan kualitas ikan yang dipelihara, terutama mengenai perairan kolam, perairan kolam yang tidak sesuai menimbulkan berbagai macam penyakit ikan (Handajani dan Widodo, 2010 dalam Ramadhan. dan Luthfiana, 2018). 2.9.



Panen dan Pasca panen



2.9.1.



Panen



14



Sebelum dilakukan pemanenan benih, terlebih dahulu dipersiapkan alatalat tangkap dan sarana penangkapnya. Beberapa alat tangkap dan sarana yang disiapkan diantaranya keramba, ember biasa, ember lebar, seser halus sebagai alat tangkap benih,jaring atau hapa sebagai penyimpanan benih sementara, saringan yang digunakan untuk mengeluarkan air dari kolam agar benih ikan tidak terbawa arus, dan bak – bak penampungan yang berisi air bersih untuk penyimpanan benih hasil panen.panen dimulai pagi – pagi yaitu antara jam 04.00-05.00 pagi dan sebaiknya berakkhir tidak lebih dari jam 09.00 pagi. (Ismail dan Khumaidi, 2016). 2.9.2.



Pasca panen Benih yang sudah dipanen selanjutnya dipindahkan pada bak



penampungan sementara. Permukaan hapa harus cukup tinggi dari permukaan utuk mencegah benih melompat keluar. Benih dipilih yang kondisinya sehat, tidak cacat dan memiliki ukuran seragam. Apabila hendak dijual ketempat yang jauh maka sebelum diangkut ikan dipuasakan selama 1 – 2 hari. Tujuannya untuk menghindari keluarnya kotoran yang berlebihan saat pengangkutan. (Ismail dan Khumaidi, 2016).



III.



METODOLOGI



3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang III ini dilaksanakan. Mulai tanggal 17 Juni sampai 12 Juli 2019 di Balai Benih Ikan Tlogowaru Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur. 3.2. Metode Praktek Kerja Lapang Metode yang digunakan dalam kegiatan Praktek Kerja Lapang Ill (PKL) ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan sebuah prosedur untuk memecahkan masalah yang diselidiki untuk menggambarkan atau menganalisa keadaan suatu subjek atau objek dalam pelaksanaan praktek berdasarkan faktafakta yang timbul dari sebuah pengamatan. (Hamdi, 2014) 3.3. Sumber Data Teknik pengambilan data pada kegiatan Praktek Kerja Magang (PKL) ini dilakukan untuk mendapatkan informasi dalam upaya mencapai tujuan. Terdapat dua teknik pengambilan data yaitu pengambilan data primer dan data sekunder.. a.



Data primer Menurut Wandansari ( 2013), data primer merupakan data yang diperoleh



secara langsung dari sumber pertama yaitu individu atau perseorangan yang membutuhkan pengelolaan lebih lanjut seperti hasil wawancara, kegiatan survey dan eksperimen. b.



Data sekunder Menurut Puspita (2013), data sekunder adalah data yang diperoleh dari



sumber-sumber lain, seperti buku dan bacaan lain, yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Pada kegiatan Praktek Kerja Lapang ini setelah dilakukan pengumpulan data primer, data yang didapatkan akan dianalisis atau dikaji lebih



17



lanjut dengan memanfaatkan acuan literatur yang ada, seperti buku, jurnal, situs internet serta kepustakaan lainnya.



3.4. Teknik Pengumpulan Data Dalam kegiatan Praktek Kerja Lapang III teknik pengumpulan data primer dilaksanakan dengan : 3.4.1. Observasi Partisipan Menurut Hasanah (2016), observasi merupakan salah satu kegiatan ilmiah empiris yang mendasarkan fakta-fakta lapangan maupun teks, melalui pengalaman panca indra tanpa menggunakan manipulasi apapun. 3.4.2. Wawancara Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya.teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam adalah proses meperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab dngan bertatap muka antara pewawancaa dengan informan atau orang yang diwawancarai dengan atau menggunakan pedoman (guide) wawancara (Rahmat, 2009). 3.5. Teknik Pengolahan Data Dalam Praktek Kerja Lapang IIl data yang terkumpul diolah dengan cara : a. Editing Sebelum data diolah data tersebut perlu diedit terlebih dahulu. Dengan perkataan lain data atau keterangan yang telah dikumpulkan dalam record book, daftar pertanyaan ataupun pada interview guide perlu dibaca sekali lagi dan diperbaiki jika disana-sini masih terdapat hal-hal yang salah atau yang masih meragukan (Hamdi, 2014).



18



b. Tabulating Membuat tabulasi tidak lain dari memasukkan data ke dalam tabel-tabel, dan mengatur angka-angka sehingga dapat dihitung jumlah kasus dalam berbagai kategori (Hamdi, 2014).



3.6. Analisa Data Analisa adalah mengelompokkan, membuat suatu urutan, memanipulasi serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk dibaca, selanjutnya data teknis diolah dengan menggunakan analisa deskriptif yaitu menyajikan data sesuai dengan informasi yang diperoleh di lapangan (Wandasari, 2013)