Proposal Seminar Arsitektur PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROPOSAL SEMINAR



OLEH NAMA: EMILIUS M. TJUNG NO.REGIS: 221 15 052



PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA KUPANG 2021



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki beragam kelompok etnis yang tersebar di Tanah air. Banyaknya kelompok etnis yang ada di Indonesia menggambarkan kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia, seperti adat istiadat, kebudayaan, dan seni yang beragam pula. Keberagaman seni dan budaya yang melatar-belakangi hadirnya kelompok kelompok etnis tersebut berdampak pula terhadap keberagaman produk - produk seni dan budayanya, salah satunya seni rupa. Nusa Tenggara Timur merupakan suatu kawasan kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau besar dan kecil yang didiami oleh berbagai kelompok etnis atau suku yang beranekaragam. Salah satu kelompok suku di Nusa Tenggara Timur adalah suku Dawan. Suku Dawan tersebar hampir di seluruh pulau Timor, taersebar di 3 Kabupaten, yaitu Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, dan Timor Tengah Utara. Suku Dawan memiki karakteristik seni dan budaya yang unik, seperti seni tari dan seni rupa. Seni rupa yang dimaksud adalah, seni menganyam, seni ukir, dan yang paling menonjol adalah tenun. Namun seiring berjalannya waktu perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni ( IPTEKS ), kebudayaan suku Dawan juga mengalami perubahan perubahan bahkan nyaris punah sebagai dampak dari IPTEKS maupun akibat dari perubahan kehidupan sosial masyarakatnya. Maka dari itu perlu adanya suatu usaha dukungan dari pemerintah dan kesadaran dari masyarakat untuk melestarikan, dan terus mengembangkan seni dan budaya yang ada, sehingga bisa diwariskan ke generasi yang akan datang dan menjadi daya tarik bagi para wisatawan, dengan begitu seni dan budaya kita bisa di kenal lebih luas. Seiring dengan pemahaman tersebut telah ditegaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya pasal 1 ayat 1 dimana disebutkan bahwa benda yang dilindungi berupa cagar budaya adalah benda buatan manusia atau benda alam, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya, yang berumur sekurangkurangnya 50 (limapuluh) tahun, atau mewakili masa gaya yang khas yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Sehingga produk ini perlu dipertahankan dan ditata kembali untuk menampilkan kekhasannya sehingga dapat dijadikan sebagai potensi daerah. (Peraturan perundangan “Presiden Republik Indonesia 1992”, Undang-Undang Republik Indonesia no. 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya). Kabupaten Timor Tengah Utara, selain memiliki karakteristik seni dan budaya yang unik dan khas, juga memiliki letak geografis yang bisa menjadi potensi yang menguntungkan bagi pemerintah setempat dalam melestarikan seni dan budaya yang ada karena merupakan kota perbatasan negara antara Indonesia dan Timor Leste. Sehubung dengan pelestarian seni dan budaya. dibutuhkan suatu wadah yang dapat menampung berbagai aktifitas berseni serta memfasilitasi masyarakat untuk 1



mengapresiasikan kecintaan mereka terhadap seni budaya suku Dawan, juga menggali lebih dalam potensi atau bakat - bakat dari masyarakat daerah NTT khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya dengan bentuk bangunan yang memiliki jati diri lokal. Peran arsitektural dalam wadah kesenian budaya suku Dawan ini sangat penting, mengingat kebutuhan penyatuan fungsi yang berbeda dari masing-masing aktifitas yang akan berlangsung. Hal tersebut akan berdampak pula terhadap penyiapan tipologi bangunan yang cukup kompleks oleh karena daya tampung festival atau pertunjukan seni tari, seni rupa, dan kebudaya saat ini semakin tinggi, sehingga dibutuhkan suatu wadah arsitektural bentang lebar untuk event-event berskala regional maupun internasional. Akhirnya, Pusat Seni dan Budaya Suku Dawan dengan Pendekatan Desain Arsitektur Metafora merupakan jawaban publik yang tepat untuk ruang khalayak tersebut yang dapat melestarikan, memamerkan, menghimpun, menjaga dan memelSihara karya budaya lokal, mengevaluasi, serta memperkenalkan seni budaya daerah NTT, khusunya etnis Dawan di lingkungan domestik dan internasional yang pada gilirannya mengangkat kearifan budaya lokal Nusa Tenggara Timur. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan yang dijadikan pedoman atau arahan dalam merencanakan dan merancang Pusat Seni dan Budaya di Kefamenanu, yaitu 1.Kemampuan desain struktur bentangan lebar pada bangunan utama pusat seni dan budaya berdasarkan faktor daya tampung aktifitas. 2.Kemampuan dalam mengolah ruang dan bentuk massa bangunan berdasarkan fungsinya masing-masing yang dimetaforakan, sehingga dapat mencerminkan artefak pariwisata budaya NTT. 3.Kebutuhan akan kompleks bangunan pusat seni dan budaya berdasarkan penataan ruang dalam dan ruang luar untuk menciptakan kenyamanan bagi pengunjung dan pengelolah. 4.Kemampuan penyatuan fungsi bangunan pusat seni dan budaya akibat faktor sirkulasi, perbedaan aktifitas, dan sarana prasarana. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka rumusan masalahnya adalah, “Bagaimana merencanakan dan merancang suatu kompleks bangunan pusat seni dan budaya sebagai fasilitas pariwisata seni budaya daerah dengan pendekatan desain arsitektur metafora yang mampu mewadahi kegiatan kesenian dan kebudayaan serta mentransformasikan kekuatan atau ciri khas daerah NTT ?”



2



1.4 Tujuan dan Sasaran 1.4.1 Tujuan Menghasilkan dan mewujudkan suatu wadah yang tepat bagi kegiatan kesenian dan kebudayaan etnis Dawan khususnya seni tari, seni musik, dan seni rupa, juga sebagai tempat pendidikan dan sumber pengetahuan untuk mengembangkan dan memajukan kesenian dan kebudayaan daerah pada khususnya dan kebudayaan nasional pada umumnya, sehingga terciptanya aktifitas untuk melestarikan, memamerkan, menghimpun, mengembangkan, menjaga dan memelihara kebudayaan NTT, dengan olahan bentuk bangunan dan site yang dimetaforakan dengan sentuhan khas/ciri khas etnis Dawan sehingga mencerminkan artefak budaya NTT, serta memperhatikan faktor-faktor seperti; keselarasan dengan lingkungan, iklim dan sebagainya, sehingga menghasilkan rancangan fisik yang dilandasi konsep arsitektural. 1.4.2 Sasaran Sasaran dari perencanaan dan perancangan pusat seni dan budaya di kota Kefamenanu adalah sebagai berikut : 1.Terciptanya sebuah Pusat Seni dan Budaya dengan ekspresi bangunan yang bernuansa lokalitas suku Dawan. 2.Terwujudnya keterpaduan antara bentuk, waktu dan ruang pada seluruh kompleks bangunan yang berkarakteristik sehingga bagi orang yang berinteraksi baik secara audio, visual, fisik maupun psikis, dapat mengetahui dan merasakan fungsi dari bangunan tersebut; 3.Terciptanya suatu arsitektur dengan ciri khas suku Dawan yang terintegrasi dan bersinergi antara masing-masing fungsi kegiatan yang berlainan, sehingga didapatkan suatu wadah yang saling menguntungkan (mutualisme). 1.5 Ruang Lingkup Pembahasan 1.5.1 Lingkup Pembahasan Lingkup pembahasan dalam merencanakan dan merancang “Pusat Seni dan Budaya Dawan“, dibatasi pada penyajian konsep dan perancangan sesuai dengan fungsi sebuah pusat seni dan budaya dalam wilayah yang akan direncanakan dan akan berhubungan dengan lokasi dan potensi site. Penyajian konsep dan perancangan ini tidak hanya memperhatikan bentuk dan fungsi arsitekturalnya, tetapi yang terutama adalah bagaimana mentransformasikan unsur filosofis, nuansa adat istiadat/kedaerahan serta kekhasan vernakularnya sehingga dapat



3



tercapai suasana yang bisa dirasakan dan mencerminkan ciri khas suku Dawan yakni dengan pendekatan desain arsitektur metafora. Di samping itu lingkup permasalahan yang akan dibahas antara lain mengenai aspek-aspek fisik dan non fisik dalam proses perancangan yang menyangkut pemakai, pengunjung, struktur, kebutuhan ruang, sirkulasi dalam maupun luar, perancangan tapak, massa bangunan, serta potensi yang ada pada lokasi. 1.5.2 Batasan Lingkup batasan proyek yang menjadi batasan perancangan dalam perencanaan ini adalah : 1.5.2.1 Fungsi dan Jenis Kegiatan 1.Penyediaan ruang-ruang yang sesuai dengan aktivitas-aktivitas yang ada dan memberikan kenyamanan bagi pengunjung dengan tuntutan aktivitas sebagai berikut : a.Mewadahi kegiatan seni budaya, melestarikan serta mempopulerkannya pada masyarakat luas umumnya dan masyarakat daerah khususnya, juga turut serta membantu pemerintah daerah dalam mengoptimalkan program kunjungan wisatawan. b.Memamerkan, menghimpun, menjaga, memantau, dan memelihara karya, serta mengevaluasi, dan memperkenalkan seni dan budaya daerah NTT khususnya etnis Dawan. c.Mewadahi kegiatan, kreatifitas seni, serta keinginan membuat karya yang bermutu dari para seniman serta apresiasi seni baik dari kalangan profesional maupun awam. d.Masyarakat dapat melakukan rekreasi edukatif untuk lebih memahami seni dan budaya daerah khususnya seni budaya Dawan yakni seni tari dan seni rupa. e.Masyarakat dapat terlibat secara langsung dalam proses pembuatan karya seni etnis Dawan khususunya seni tari, seni musik, dan seni rupa (sarana workshop/pelatihan). (Poin-poin fungsi dan jenis kegiatan diatas dikembangkan dari studi banding objek sejenis ; Saung Angklung Mang Udjo, Bandung).



2. Objek rancangan berfungsi sebagai tempat melaksanakan seluruh kegiatan seni budaya suku Dawan, yang terdiri atas beberapa fasilitas antara lain :



4



a. Fasilitas Utama Edutainment : 



Perpustakaan Seni dan Budaya Merupakan fasilitas yang di dalamanya terdapat berbagai buku-buku mengenai kebudayaan daerah setempat dan kebudayaan daerah NTT, serta yang berkaitan dengan seni tari dan seni rupa. 



Sanggar Seni dan Budaya Suatu wadah untuk belajar, latihan bagi para seniman dan pengrajin, serta untuk mendidik para siswa (tempat kursus) dalam berkarya. 



Studio Musik Merupakan fasilitas yang didalamanya disediakan alat-alat musik yang bisa digunakan untuk proses rekaman audio, ataupun sekedar untuk refreshing. 



Showing windows yang meliputi festival seni tari maupun seni rupa melalui outlet, website dan stage performance.



Culturtainment : 



Teater ( arena pertunjukan / pentas seni budaya ) Sebagai fasilitas untuk menampung pertunjukan kesenian tari dan musik juga kesenian yang bersifat kolosal, seperti drama atau cerita rakyat. 



Museum seni dan budaya Suatu wadah untuk memamerkan karya seni Khas suku Dawan. 



Galeri seni dan budaya Suatu wadah untuk memamerkan karya-karya seni budaya khas daerah NTT khususnya seni rupa, baik itu karya original dari suku dawan, maupun karya kolaburasi oeleh seniman modern yang berlandaskan oleh kebudayaan lokal suku Dawan. 



Pusat produksi Sebagai fasilitas untuk menampung aktifitas para pengrajin tenun, menganyam, dan seni ukir dari proses awal sampai menghasilkan suatu karya. Pengelola :   



Kurator Konservasi Administrasi dan Marketing 5



Workshop Area ( pelatihan ) b.Fasilitas Penunjang 



Souvenir shop/Pasar seni







Resto dan cafe







Ampitheater







Guest House







Mess petugas dan karyawan







Akomodasi untuk seniman







Sarana ibadah







Pelayanan ( servis )







Parkir



1.4.2.2Tampilan Bangunan 1. Perencanaan objek perancangan diprioritaskan pada masalah mengorganisir ruang, fasilitas bangunan sesuai dengan fungsi dan tujuan bangunan Pusat Seni dan Budaya yang mengacu pada tampilan bentuk arsitektur metafora. 2.Penekanan tampilan bangunan yakni pada sifat/analogi serta unsur dari seni dan budya Dawan yang diterapkan ke dalam bangunan.



6



1.6 Sistematika Penulisan Secara garis besar, sistematika laporan ini dibagi dalam beberapa tahapan sebagai berikut : BAB I. PENDAHULUAN Merupakan pembahasan mengenai latar belakang pemilihan proyek, permasalahan, tujuan dan sasaran, ruang lingkup dan batasan perencanaan, metodologi pembahasan serta sistematika penulisan. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Berisikan suatu data umum yang digunakan untuk menganalisa dan mengidentifikasi proyek yang direncanakan, seperti pengertian judul, tinjauan seni dan kebudayaan Dawan, tinjauan terhadap pendekatan arsitektur metafora, studi banding, dan lain lain. BAB III. TINJAUAN LOKASI Berisikan suatu tinjauan yang lebih mendetail atau lebih spesifik, khususnya mengenai lokasi proyek yang akan direncanakan, misalnya tinjauan terhadap data administrasi wilayah dan geografis, fisik dasar; iklim, cuaca, topografi, geologi dan vegetasi, tinjauan terhadap peraturan-peraturan wilayah, sarana atau prasarana lingkungan serta karakter lingkungan sekitar lokasi. BAB IV. METODOLOGI Berisikan jenis dan kebutuhan data yang akan digunakan sebagai obyek penelitian dan pedoman dalam merencanakan dan merancang “Pusat Seni dan Budaya”, serta berisikan tentang teknik pengumpulan data dan teknik analisa data. BAB V. RENCANA PENELITIAN Berisikan jadwal, biaya, dan organisasi penelitian



7



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Judul “PUSAT SENI DAN BUDAYA KOTA KEFAMENANU”. Dengan Pendekatan Desain Arsitektur Metafora. 2.1.1 Pengertian Judul 1. Seni dan Budaya : a. Seni  Keahlian membuat karya yang bermutu, seperti tari, lukis, ukiran. Seni meliputi banyak kegiatan manusia dalam menciptakan karya visual, audio, atau pertujunkan yang mengungkapkan imajinasi, gagasan, atau keperigelan teknik pembuatannya, untuk dihargai keindahannya atau kekuatan emosinya.  Sebuah karya manusia yang dibuat berdasarkan ide gagasan sehingga memiliki nilai estetik dan mampu mempengaruhi perasaan orang lain. b. Budaya  Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi; diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia. Bentuk lain dari budaya adalah kultur yang berasal dari bahasa Inggris yaitu culture dan bahasa Latin yaitu cultura; (http://Wikipedia education. id, date download; 30April 2021, at 11:20pm).



2. Pusat Seni dan Budaya a. Suatu wadah yang digunakn untuk mempromosikan kebudayaan, seni, dan mengembangkan sektor parawisata dan pendidikan; b. Sebagai wadah untuk menampung berbagai kegiatan kesenian dan kebudayaan yang memiliki prinsip-prinsip perancangan yang berbeda; (http://text-id.123dok.com education. id, date download; 30April 2021, at 10:45 pm).



3. Metafora a. Pemindahan makna yang dikandungnya kepada objek atau konsep lain sehingga makna tersebut terkandung pada objek yang dikenakan baik perbandingan langsung maupun analogi. = b. Unsur alternative, untuk beralih rupa kebentuk lain. Metafora selalu berarti “adalah seperti” dan “adalah bukan”, pada dasarnya dalam rangka memahami dirinya dan alam, bagai cermin untuk memahami realitas, metaphor ini adalah termasuk transformasi tradisiona; (http://Wikipedia education. id, date download; 30April 2021, at 11:30pm).



8



2.2 Interpretasi Judul 2.2.1 Pemahaman Tentang Kesenian Daerah (Seni Budaya) Kekayaan seni budaya Nusa Tenggara Timur merupakan kebanggaan tersendiri. Suku-suku bangsa dengan latar belakang yang berbeda-beda menghasilkan seni budaya yang sangat bervariasi, tiap-tiap suku bangsa memiliki berbagai bentuk kesenian diantaranya seni tari dan suara atau seni musik dengan tema yang sangat kaya. Berikut bagan penjabaran seni dan kebudayaan : Arsitektur Seni Kriya



Keagamaan Organisasi Masyarakat



Seni Rupa



Seni Patung



Ilmu Pengetahuan Kebudayaa n



Bahasa



Seni Industri Seni Kerajinan Seni Grafis



3 Dimensi Seni Murni



Seni Ukir 2 Dimensi



Kesenian Mata Pencaharian



Seni Lukis Seni Grafis



Teknologi Peralatan Seni Pertunjukan



Seni Tari



Vokal



Seni Suara/musik Seni Drama



Instrumen



Bagan 2.1 Penjabaran Seni dan Kebudayaan Sumber: Makalah Seminar Arsitektur Unwira, TA. 1994/1995 “Pusat Seni di Kupang”, oleh Petrus Jermias Giri.



1.



Seni Keramik



Teater Klasik Teater Rakyat Teater Transisi Teater Modern



Pengertian Seni Budaya Kata seni diduga berasal dari bahasa Sansekerta, yakni San yang bermakna persembahan dalam upacara keagamaan, yaitu persembahan untuk dewa-dewi dengan melakukan sesaji mempersembahkan sesuatu sebagai sarana pemujaan dalam Hinduisme, San ini dapat berwujud tari, nyanian dan sesaji. Kegiatan San ini mendapat sebutan seni, akhirnya menjadi dalam bahasa asing lazim disebut ART. Kata ART berasal dari Itali yaitu ARTI. ARTI adalah persatuan tukang yang tumbuh pesat pada zaman Renaisance. Dalam bahasa Latin, pada abad pertengahan, terdapat istilah ars, artes, dan artisa. Ars adalah teknik, yaitu ketangkasan dan kemahiran dalam mengerjakan sesuatu. 9



Artes adalah kelompok orang yang memiliki ketrampilan, ketangkasan dan kemahiran. Artisa adalah anggota yang ada dalam kelompok itu, disini artisa adalah orangnya, atau orang yang memiliki ars. Kesenian mempunyai beberapa pengertian menurut para ahli, antara lain : a. Ki Hajar Dewantara (1889 – 1959) Kesenian adalah perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah hingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia. b. Akhidiat Kartamiharja Kesenian adalah kegiatan manusia yang tersembul dari rohaninya yang merefleksi realitas dalam suatu karya, yang berkat bentuk dan isinya mempunyai daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam alam rohani si penerimanya.(Poin-poin pemahaman tentang Kesenian Daerah (Seni Budaya) ini, dikutip dari makalah Seminar Arsitektur Unwira, TA. 1994/1995 “Pusat Seni Di Kupang”, oleh Petrus Jermias Giri.).



c. Popo Iskandar (Sarjana Seni Rupa) Kesenian adalah suatu batin si pencipta, dalam hal ini manusia, dalam kesadarannya hidup berkelompok. d. Prof. Dr. Kuncaraningrat (Budayawan) Kesenian adalah segala ekspresi keindahan yang berasal dari kebudayaan suku-suku bangsa yang memenuhi syarat estetis yang matang dan yang memenuhi syarat teknis. Dari pengertian-pengertian di atas dapatlah disimpulkan bahwa kesenian adalah : a. Kekuatan untuk menyatakan kegiatan-kegiatan tertentu khususnya kegiatan yang diperoleh dari pengalaman atau studi maupun pengamatan; b. Ketrampilan dan kemahiran; c. Suatu pekerjaan atau kesibukan yang memerlukan ketrampilan; d. Pengetahuan dan ketrampilan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan dan yang telah direncanakan. Seni memiliki pengertian yang sangat luas dan memiliki pengertian yang berbeda pada tempat dan saat yang berbeda tergantung ruang dan waktu. Akan tetapi secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu: a. Seni mayor, Seni mayor, meliputi : seni rupa, seni musik, seni tari dan seni teater.



10



b.



Seni minor, Seni minor, meliputi ; seni kerajinan, seni perabot, dan lain sebagainya. Dalam perencanaan pusat seni dan budaya ini, pemahaman objek perancangan akan diprioritaskan pada sub bagian seni musik, seni lukis, seni kriya, seni teater (pertunjukan) opera yaitu orkestras dan juga seni minornya berupa galeri dan museum. Secara substansinya adalah sebagai berikut : 1)



Seni Musik a) Pengertian Musik Musik ialah bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda bergantung kepada sejarah, lokasi, budaya dan selera seseorang. Musik menurut Aristoteles mempunyai keamampuan mendamaikan hati yang gundah, mempunyai terapi rekreatif dan menumbuhkan jiwa patriotisme. Menurut Wikipedia, penciptaan musik harus memenuhi kaidah-kaidah tertentu antara lain harmonisasi, ritme, melodi dan aturan lain. Penggolongan jenis musik berdasarkan teori dan tata cara penyusunan komposisi nada atau suara adalah: i. Musik Pentatonis Jenis musik yang menganut lima aturan nada sebagai skala. ii. Musik Diatonis Jenis musik yang menganut aturan 7 nada sebagai skalanya. Berdasarkan perkembangan yang terjadi saat ini, musik jenis diatonis lebih banyak dianut oleh sebagian besar musisi yang berkarya sekarang. Hal itu diketahui dengan lebih banyaknya musik yang lain. Hal ini disebabkan sifatnya yang universal dan dapat diterima oleh setiap Negara di dunia. Meskipun demikian pentatonispun perlu memiliki wadah untuk perkembangannya. b) Pementasan Musik Bentuk pementasan musik yang sering digunakan beragam, tergantung tujuan dan materi yang dipentaskan. Pementasan musik tradisional (pentatonis) mempunyai lebih banyak tata cara baku yang mengikat dibandingkan untuk pementasan diatonis. i. Sistem Pementasan Musik Diatonis Beberapa jenis pementasan yang biasa digunakan untuk pementasan musik diatonis adalah: Pementasan Sistem Ensambel Yaitu kelompok orang-orang yang menyanyi dengan atau tanpa iringan musik atau kelompok musik dengan atau tanpa nyanyian. 11



-



Pementasan Sistem Symphoni Orchestra Orchestra mempunyai arti suatu tempat untuk penempatan susunan alat musik pada suatu pementasan musik. Pementasan Sistem Concert Band Pementasan yang menggunakan alat musik baku maupun yang telah dimodifikasi dan ditujukan untuk penonton dalam jumlah yang besar. Untuk dapat memainkan musik diperlukan suatu keahlian dalam memainkan alat musik yang didapatkan melalui belajar sendiri atau melalui pendidikan dan pelatihan khusus yang dilakukan oleh lembaga pendidikan musik. Dilihat dari banyaknya musisi profesional yang hadal pada masa sekarang, keahlian alami saja masih kurang untuk profesi di bidang musik, akan lebih baik jika dilatarbelakangi pendidikan khusus musik. ii. Sistem Tempat Pementasan Musik Diatonis Sarana pementasan yang diperlukan adalah tempat pementasan. Jenis tempat pementasan yang baisa digunakan untuk pementasan musik diatonis dibagi dalam dua golongan besar, yaitu: - Out Door; - In Door. 2) Seni Kriya a) Pengertian Seni Kriya Seni kriya adalah cabang seni rupa yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika. b) Menurut Wikipedia, jenis-jenis seni kriya terbagi atas: - Kriya tekstil; - Kriya kayu; - Kriya keramik; - Kriya rotan. 3) Seni Lukis a) Pengertian Seni lukis adalah salah satu cabang seni rupa yang berfungsi pada kegiatan melukis. Dengan dasar pengertian yang sama, seni lukis adalah sebuah pengembangan yang lebih utuh dari menggambar. 12







Melukis Melukis adalah kegiatan mengolah medium dua dimensi atau permukaan dari objek tiga dimensi untuk mendapat kesan tertentu. Medium lukisan bisa berbentuk apa saja, seperti kanvas, kertas, papan, dan bahkan film di dalam fotografi bisa dianggap sebagai media lukisan. Alat yang digunakan juga bisa bermacam-macam , dengan syarat bisa memberikan imaji tertentu kepada media yang digunakan. 



Lukisan Lukisan adalah karya seni lukis yang proses pembuatannya dilakukan dengan memulaskan cat dengan alat kuas lukis, pisau palet atau peralatan lain, yaitu memulaskan berbagai warna dan nuansa gradasi warna, dengan kedalaman warna tertentu juga komposisi warna tertentu dari bahan warna. b)



Aliran Seni Lukis 



Surrealisme Lukisan aliran surrealisme ini kebanyakan menyerupai bentukbentuk yang sering ditemui di dalam mimpi dan sebenarnya bentuk dari gudang pikiran bawah sadar manusia. Pelukis berusaha untuk membebaskan pikirannya dari bentuk pikiran logis kemudian menuangkan setiap bagian dari objek untuk menghasilkan sensasi tertentu, yang bisa dirasakan manusia tanpa harus mengerti bentuk aslinya. Salah satu tokoh yang populer dalam aliran ini adalah Salvador Dali 



Romantisme Merupakan aliran tertua di dalam sejarah seni lukis modern Indonesia. Lukisan dengan aliran ini berusaha membangkitkan kenangan romantis dan keindahan di setiap objeknya. Pemandangan alam adalah objek yang sering diambil sebagai latar belakang lukisan. Romantisme dirintis oleh pelukis-pelukis pada zaman penjajahan Belanda dan ditularkan kepada pelukis pribumi untuk tujuan koleksi dan galeri pada zaman kolonial. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah Raden Saleh 



Plural Adalah sebuah proses beraktivitas seni melalui semacam meditasi atau pengembaraan intuisi untuk menangkap dan menterjemahkan gerak hidup dari naluri kehidupan ke dalam bahasa visual. Bahasa visual yang digunakan berpijak pada konsep Plural 13



painting. Artinya, untuk menampilkan idiom-idiom agar relatif bisa mencapai ketepatan dengan apa yang telah tertangkap oleh intuisi mempergunakan idiom-idiom yang bersifat: multi-etnis, multi-teknik, atau multi-style. 



Badingkut(isme) Sebuah kecenderungan, penggayaan, atau cara proses kreatif yang dikembangkan oleh Herry Dim sejak tahun 1970-an. Kegiatan membuat karya dengan menggunakan bahan-bahan temuan dan bahkan bahan-bahan bekas ini kemudian bisa menjadi karya seni dua dimensi (lukisan maupun instalasi dinding), karya tiga dimensi (serupa patung), karya ruang (seni instalasi), atau karya seni tata panggung teater. Bahkan di kemudian hari dikembangkan oleh teman dan generasi penerusnya menjadi garapan musik, tari, senirupa pertunjukan (performance art), dan teater. 



Kubisme Adalah aliran yang cenderung melakukan usaha abstraksi terhadap objek ke dalam bentuk-bentuk geometri atau bentuk balokbalok untuk mendapatkan sensasi tertentu. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah Pablo Picasso. 



Seni Fantasi Fantastic Art atau Seni Fantastik, bisalah dikatakan sebagai sebuah mashab, aliran seni rupa yang baru saja diakui eksistensinya. Padahal bentuk ini sudah muncul sejak lama, bahkan pelukis Hieronymus Bosch (1450-1561) sekarang digolongkan sebagai salah satu perintis mashab ini. Lukisan Bosch “The Garden of Earthly Delights” yang menggambarkan surga dan neraka, yang tadinya digolongkan pada mashab Renesans, tetapi kemudian diperdebatkan dan belakangan barulah digolongkan pada Seni Fantastik. Begitu juga beberapa pelukis lain pada masa sesudahnya, seperti: Brueghel, Giuseppe Arcimboldo, Matthias Grünewald, Hans Baldung Grien, Francisco de Goya, Gustave Moreau, Henry Fuseli, Odilon Redon, Max Klinger, Arnold Böcklin, William Blake, Gustave Doré, Giovanni Battista Piranesi, Salvador Dalí, Arik Brauer, Ernst Fuchs, Johfra, sampai Matti Klarwein. 4) Seni Minor Seni minor berhubungan dengan hasil karya yang berupa benda-benda, seperti seni kerajinan, yakni: tembikar, perabot, dan lain sebagainya. Seni seperti ini membutuhkan suatu ruang untuk :



14



1)



Bengkel Kerja Sebuah ruang kerja untuk memberi contoh bagaimana membuat suatu hasil kerajinan. 2) Galeri Sebuah ruang yang dimanfaatkan untuk mempertunjukkan hasil karya dari seni kerajinan.(Wikipedia art education, www.google.com, date download: 30April 2021, at 12:33 am).



2.



Fungsi Kesenian Menurut Petrus Jermias Giri dalam makalah seminar arsitektur Unwira Kupang, yang berjudul “Pusat Seni di Kupang”, 1995:20, menjelaskan bahwa setiap kegiatan kesenian paling tidak ada dua pihak yang terlibat di dalamnya yaitu seniman : pihak yang memberi dan masyarakat penikmat yaitu : pihak yang menerima, seni sebagai suara dan alat komunikasi yang harus membawa pesan, dengan demikian seni itu mempunyai fungsi : a. Sebagai alat ekspresi; b. Sebagai sumber mata pencaharian; c. Sebagai sarana hiburan; d. Sebagai alat pendidikan. Secara substansi mengenai fungsi kesenian daerah menurut Jakob Sumardjo, 1992: 17 adalah sebagai berikut : a. Pemanggil kekuatan gaib; b. Menjemput roh-roh pelindung untuk hadir di tempat diselenggarakannya pertunjukan; c. Memanggil roh-roh baik untuk mengusir roh-roh jahat; d. Peringatan kepada nenek moyang, dengan mempertontonkan kegagahan dan kepahlawanan; e. Pelengkap upacara sehubungan dengan peringatan tingkat-tingkat hidup seseorang; f. Pelengkap upacara untuk saat-saat tertentu dalam situs tertentu.



2.2.2 Perkembangan Kesenian Daerah Kesenian daerah di Indonesia pada umumnya berangkat dari suatu keadaaan dimana ia tumbuh dalam lingkungan-lingkungan ethnik yang berbeda satu sama lain. Dalam lingkungan ethnik ini alat atau kesepakatan bersama yang turun temurun mengenai perilaku, mempunyai wewenang yang amat besar untuk menentukan rebah bangkitnya kesenian, seni pertunjukan dan pertunjukan. Namun kenyataan menunjukkan bahwa semi pertunjukan yang berasal dari lingkungan ethnik itu kebanyakan mendapatkan perkembangan di kotakota suatu tempat kedudukan yang mempunyai sekelompok ciri umum yang selalu terdapat dimana-mana, yaitu untuk menyebut hal-hal yang berhubungan dengan kesenian saja, berupa :



15



1. 2.



Adanya tempat yang tetap untuk menggelarkan kesenian; Adanya sistem imbalan jasa berupa uang untuk seniman yang menggelarkan kesenian; 3. Adanya dasar kecenderungan pengkhususan dalam memilih bidang kegiatan, sehingga kesenimanan cenderung untuk dikejar sebagai profesi. Perkembangan kesenian daerah di pulau-pulau di kawasan Nusa Tenggara Timur khususnya kesenian daerah ( seni budaya ) merupakan karya seni yang turun temurun terkenal sejak zaman dahulu. Kesenian daerah pada mulanya dibuat sebagai objek pemujaan yang tertinggi yaitu dewa langit. Selain itu karena keberhasilan pertanian dan pembuatan alat-alat pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Tiap kerajaan khususnya kelompok suku, wilayah dan pulau menciptakan sejumlah keseniannya sendiri-sendiri yang kemudian diturunkan dengan mengajarkan kepada anak cucu mereka demi kelestarian daerah tersebut. Ada beberapa kesenian daerah memiliki arti magis sesuai kepercayaan dan latar belakangnya, pandangan-pandangan hidup kelompok masyarakat yang bersangkutan dengan demikian buah pikir, cita-cita, simbol, tokoh penting dalam masyarakat hidup dalam bentuk lebih nyata melalui media kesenian tradisional. Kekuatan dari kesenian tradisional terletak pada unsur bobot filsafat, kepercayaan yang dikombinasikan dengan karya seni yang diakui oleh suatu kelompok suku atau masyarakat suatu daerah sebagai miliknya. Kegiatan kesenian tertentu merupakan ciri khas kebudayaan suatu suku, daerah atau kawasan. Sejalan dengan perkembangan teknologi dimana produksi hasil karya seni secara besar-besaran telah mengambil minat masyarakat modern untuk memiliki dan menikmatinya dengan tidak mengurangi keinginan masyarakat tertentu untuk tetap menggalakkan kesenian daerah, walaupun dalam persaingan yang memberatkan sebelah pihak, untuk lebih dapat menarik minat, kemudian telah dikembangkan seni kontemporer dengan karya-karya yang lebih modis.(Makalah Seminar Arsitektur UNWIRA TA. 1994/1995 “PUSAT SENI DI KUPANG” oleh Petrus Jermias Giri).



2.2.3 Fungsi Kesenian Daerah di Nusa Tenggara Timur Pada hakekatnya fungsi dari kesenian dalam masyarakat tradisional setiap daerah atau suku di Nusa Tenggara Timur kurang lebih adalah sama. Beberapa fungsi kesenian di Nusa Tenggara Timur adalah : 1. Sebagai alat ekspresi; 2. Sebagai sumber mata pencaharian ( ekonomi, sebagai alat tukar ); 3. Sebagai sarana hiburan;



16



4. 5. 6. 7. 8.



Sebagai alat pendidikan; Sebagai perwujudan daripada dorongan untuk meningkatkan keindahan semata; Sebagai perlengkapan upacara sehubungan dengan saat tertentu dalam perputaran waktu; Peringatan kepada nenek moyang dengan menirukan kegagahan atau kesigapannya; Pemanggil kekuatan gaib.



2.2.4 Tinjauan Fasilitas Pusat Kesenian 1. Tinjauan Pelatihan Seni (Sanggar Seni Budaya) Sanggar seni memiliki peran yang penting dalam pengembangan kesenian. Terlepas dari bakat, tentu saja proses pendidikan dan latihan sangat diperlukan. Tempat pelatihan yang diharapkan dapat menjadi tempat untuk mendapatkan pengetahuan dan pelatihan tentang kesenan sesuai dengan kegiatan kesenian yang diwadahinya. Kegiatan yang ditampung dalam sanggar seni disesuaikan dengan budaya dan kesenian yang berkembang dalam suatu wilayah, sehingga benarbenar dapat menampung bidang-bidang kesenian yang berkembang dalam masyarakat. Jenis-jenis kesenian yang diwadahi dalam sanggar seni antara lain: a. Sanggar Musik; b. Sanggar Tari; c. Sanggar Teater; d. Sanggar Seni Rupa; e. Sanggar Kerajinan Tangan dan tenun. Sistem Pelatihan i. Sistem Pengajaran Pemberian materi yang terdiri atas dua macam, yaitu: a) Materi Teori - Berfungsi menunjang latihan praktek; - Diberikan satu kali setiap minggu. b) Materi Praktek - Berupa latihan untuk meningkatkan ketrampilan; - Diberikan dua kali tiap minggu. ii. Evaluasi Evaluasi di sini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dan penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan. Evaluasi berupa ujian materi dan ujian 17



praktek, yang diselenggarakan setiap satu paket materi selesai. iii. Pementasan a) Pementasan akbar, satu kali setahun pada ulang tahun Pusat Pendidikan Seni Terpadu; b) Pementasan rutin tiap satu paket materi selesai; c) Pementasan insidental karena beberapa hal, misalnya penyambutan tamu, undangan dari instansi lain, perombaan dan lain sabagainya. iv. Pelatihan Pelatih terdiri dari pelatih untuk anak-anak dan dewasa. Untuk kelas anak-anak maupun dewasa masih dibagi menurut jumlah siswa yang ada. Maksimal dalam satu kelas terdiri dari 20 siswa, tiap-tiap kelas memiliki tiga pealtih. Dan tiap-tiap sanggar memiliki koordinator pelatih dan struktur organisasi sendiri. (Tinjauan Fasilitas Pusat Kesenian dikutip dari laporan desain “Pusat Seni Aceh” oleh Irene Sysphiatin, Universitas Sebelas Maret, Surakarta 2009. Download. http Blogger; Irene.com).



2. Tinjauan Pagelaran Seni (Pentas Seni Budaya) a.



Pagelaran Seni Pagelaran seni bertujuan untuk mementaskan apa yang telah didapatkan siswa selama belajar di sekolah dan sanggar seni yang terdapat di suatu daerah. Pagelaran berupa tempat pementasan dan galeri. Tempat pementasan dengan memperhatikan masing-masing kegiatan dan mewujudkannya dalam desain arsitektur sehingga pemain dan penonton merasa nyaman dan dapat menikmati apa yang dipentaskan. Demikian pula dengan galeri, pertimbangan utama adalah estetika namun ditunjang pula dengan lighting dan sistem akustik yang baik.



b.



Fasilitas Pendukung Seni i. Pasar Seni a)



Pengertian Pasar Seni (Art Shop) Merupakan tempat berkarya, pementasan, tempat pameran, dan tempat berjualan benda-benda dan kegaitan kesenian. Pasar seni memiliki beberapa kios (retail) yang menggelar aneka barang hasil seni dari yagn tradisional sampai kontemporer, kerajinan dan souvenir. Selain itu di tengah pasar seni terdapat arena terbuka yang



18



dilengkapi dengan plaza dan panggung kesenian, yang memancarkan dinamika seni. b)



Maksud dan Tujuan Pasar Seni memberikan tempat bagi pengusaha kecil, pengrajin dan seniman untuk memasarkan dan mempromosikan hasil karya seni dan kerasi mereka; Memperkenalkan dan mempromosikan karya seni; Meningkatkan mutu seni.



c)



Fungsi dan Peran Pasar Seni Fungsi utama dari pasar seni adalah sebagai tempat untuk menjual karya seni yang di dalamnya termasuk promosi, informasi, produksi dan pemasaran karya seni. Sedangkan peran pasar seni ditinjau dari beberapa segi (pemakai) adalah sebagai berikut: 1)



2)



3)



Peran Pasar Sni bagi Seniman dan Pengrajin - Sebagai wadah untuk memasarkan karya seni dan keratin; - Sebagai wadah untuk memproduksi karya seni dan kerajinan tangan; - Sebagai sarana pengembangan kreativitas seniman dan pengrajin. Peran Pasar Seni bagi Konsumen - Sebagai sarana belanja karya seni dan kerajinan yang lengkap, serta tempat untuk mengenal budaya setempat; - Tempat untuk melihat atraksi pembuatan dan pementasan karya seni dan keratin. Peran Pasar Seni bagi Pemerintah Daerah - Sebagai sarana pendukung objek wisata utama; - Sebagai sarana untuk memperkenalkan dan mempromosi kebudayaan daerah.



ii. Museum Seni dan Budaya a)



Pengertian Museum Berdasarkan definisi yang diberikan International Council of Museums, adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan 19



sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengkomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenagan. Karena itu museum bisa menjadi bahan studi oleh kalangan akademis, dokumentasi kekhasan masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi dan pemikiran imajinatif di masa depan. b)



Fungsi, Peranan dan Tugas Museum Fungsi Museum, antara lain: - Pengumpulan dan pengamanan warisan budaya; - Dokumentasi dan penelitian ilmiah; - Konservasi dan preservasi; - Penyebaran ilmu untuk umum; - Pengenalan kebudayaan antar daerah dan antar bangsa; - Visualisasi warisan budaya; - Pengenalan dan penghayatan kesenian. Peranan Museum, adalah sebagi berikut: - Pusat dokumentasi dan penelitian ilmiah; - Pusat penyaluran ilmu untuk umum; - Pusat peningkatan apresiasi budaya; - Pusat perkenalan kebudayaan dantar daerah dan antar bangsa; - Objek pariwisata; - Media pembinaan pendidikan sejarah, ilmu pengetahuan dan budaya; - Suaka alam dan suaka budaya; - Cermin sejarah dan kebudayaan. Tugas Museum, di Indonesia yang menyangkut pelayanan terhadap masyarakat luas adalah sebagai berikut: - Menghindarkan bangsa dari kemiskinan budaya; - Memajukan dari kesenian dan keratin rakyat; - Turut menyalurkan dan memperluas pengetahuan kepada masyarakat; - Memberikan metodik dan didaktik sekolah dengan cara kerjasama yang bermanfaat dengan kunjungan pelajar; - Memberikan kesempatan dan bantuan penyelidikan ilmiah; - Memberikan kesempatan bagi penikmat seni; - Memajukan bidang pariwisata. 20



c)



Pengelolaan Museum KEPALA MUSEUM TATA USAHA DAN PERPUSTAKAAN



KURATO R



KONSERVATO R



PREPARAT OR



EDUKATO R



Bagan 2.2 Pengelola Museum Sumber : www.wikpedia, Pusat Museum Seni Aceh.com, date download 01 Mei 2021, 08:30 pm.



Pengelolaan museum merupakan tugas pokok seorang kepala museum, akan tetapi dalam melaksanakan penyelenggaraan dan pengelolaannya berbeda-beda tergantung dari jenis dan ukuran museum. Perbedaan dalam hal ruang lingkup dan jaringan komunikasi di dalam organisasinya maupun komunikasi dengan pihak yang ada di luar. ii. Perpustakaan Seni Perpustakaan seni adalah sebuah koleksi buku dan majalah yang berhubungan dengan koleksi seni. Walaupun dapat diartikan sebagai koleksi pribadi perorangan, namun perpustakaan lebih umum dikenal sebagai sebuah koleksi besar yang dibiayai dan diopersikan oleh sebuah kota atau institusi, dan dimanfaatkan oleh masyarakat yang rata-rata tidak mampu membeli sekian banyak buku atas biaya sendiri. 2.2.5 Kesenian dan kebudayaan suku Dawan sebagai Objek Perencanaan 1. Suku Dawan Suku Dawan (juga dikenal sebagai suku Atoni atau Atoin Meto adalah suku bangsa yang mendiami pulau Timor, tepatnya di Kabupaten Timor Barat, Indonesia dan enklave Oecussi-Ambeno, Timor Leste. Jumlah Populasi orang Atoni mencapai 600.000 jiwa Bahasa yang diperuntukan ialah Uab Meto. Atoni Meto adalah salah satu suku yang berdiam di wilayah ProvinsiNusa Tenggara Timur (NTT). Suku Dawan atau Suku Atoni tersebar hampir di seluruh daratan Pulau Timor yang terletak di bagian selatan Provinsi NTT. Atoni Meto terdiri dari dua kata yakni Atoni yang berarti orang atau manusia, Meto secara harafiah



21



berarti tanah kering. Pada umumnya orang biasa menyebutkan Atoni Pah Meto yang berarti “orang-orang dari tanah kering”. Salah satu nilai fundamental dalam kehidupan Atoni Meto terdapat dalam paham feto-mone. Feto-mone bisa dikatakan sebagai norma atau sikap hidup masyarakat Dawan yang menjadi panduan untuk menjaga dan melestarikan kehidupan masyarakat Dawan. Konsep ini bisa disejajarkan dengan konsep manunggaling kawulo gusti pada masyarakat Jawa atau Yin-Yang pada masyarakat Tionghoa, berikut penjelasan dari kata feto-mone. Kata feto berarti perempuan. Dalam hubungan dengan baris keturunan, seorang yang dihitung melalui garis keturunan ibu dikategorikan sebagai feto. Mone berarti laki-laki. Dalam hubungan dengan baris keturunan seseorang yang dihitung melalui garis keturunan ayah dikategorikan sebagai mone. Dalam istilah ini, fetomone di erjemahkan sebagai feminis-maskulin untuk menjelaskan konsepsi masyarakat Dawan Meto tentang perempuan dan laki-laki. Konsepsi ini dapat dibangingkan dengan konsepsi Yin-yang dalam masyarakat Tionghoa. Pandangan relasi-relasi komis dan sosial juga ikut diekspresikan dalam nilai ini. Relasi-relasi itu meliputi relasi manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama, dan manusia dengan alam misalnya: Uis PahUis Neno (Allah Bumi-Allah Langit), Ain-Uis Neno-Am-Uis (Allah IbuAllah Bapa), Bife-Atoni (perempuan-laki-laki), dan lain sebagainya. Term feto-mone mengindikasikan satu kesatuan yang tidak bisa hadir tanpa yang lain, seperti hidup yang tidak bisa ada tanpa kesatuan antara laki-laki dan perempuan. Dilihat pada penerapannya, konsep feto-mone memiliki dampak kehidupan perempuan dan laki-laki seperti pembagian kerja. Masyarakat Dawan membedakan peranan perempuan dan lakilaki. Laki-laki bertugas dalam ranah publik, seperti berperang, membangun hubungan dengan masyarakat luas, dan bekerja di kebun sedangkan perempuan lebih mengurus persoalan privat seperti memasak, mencuci, menjamu tamu dan lain-lain. Alasan perempuan ditempatkan pada ranah privat dikarenakan juga dikarenakan perempuan pada masyarakat Dawan dilihat sebagai “ibu kehidupan”. 2. Mata Pencaharian Suku Dawan Sebagian besar masyarakat Dawan hidup dari peladangan dan pemeliharaan ternak secara tradisional. Pengaruh pendidikan formal di sekolah-sekolah relatif baru bagi kebanyakan orang Dawan, sehingga sedikit sekali di antara mereka yang bekerja di kalangan kepegawaian, perguruan, kependetaan, kepolisian atau ketentaraan. Kepadatan penduduk di desa-desa menyebabkan banyak pula di antara mereka yang pergi ke kota Kupang dan bekerja sebagai tenaga kasar di sana. Setiap kali hendak berladang orang Dawan harus 22



membuka sebidang tanah di hutan, memagarinya, mengerjakannya untuk beberapa tahun panen, lalu ditinggalkan untuk mencari lahan baru. Keadaan tanah yang kering sering dibantu menyuburkannya dengan menanam pohon lamtoro. Dalam mengerjakan ladang ini orang Dawan lebih suka bekerja sendiri-sendiri dari pada kolektif dengan orang lain. Tanaman pokok mereka adalah jagung dan padi yang ditanam bergiliran di tanah yang sering kekurangan air hujan. Selain itu mereka juga suka menanam bawang, kedelai, pisang, tomat, cabe dan sebagainya. Tanaman keras yang banyak mereka pelihara adalah pinang, lontar, kelapa dan beberapa jenis pohon buah-buahan. Sedangkan binatang ternak gembalaan mereka adalah kambing, babi, sapi, kuda, kerbau dan domba. 3. Kesenian Dan Kerajinan Dalam Suku Dawan Di luar waktu berladang dan mengembalakan ternak, wanita suku Dawan mengerjakan pertenenunan dan anyaman. Sedangkan kaum lelakinya lebih suka membuat barang-barang dari kayu yang diukir secara sederhana. Nampaknya seni mematung tidak berkembang disini. Kegiatan menenun itu berkembang terutama dalam membuat pakaian (tais) sehari-hari maupun untuk pesta adat. Barang anyaman seperti tikar dan bakul-bakul mereka buat dari daun lontar atau sejenis pandan. Kaum wanita maupun lelakinya senang memakai perhiasan yang terbuat dari logam, perak, emas, serta manik-manik dan permata akik. Hubungan Kekeluargaan Dan Kekerabatan Dalam Suku Dawan secara ideal rumah tangga orang Dawan terdiri dari ayah, ibu, dan anakanak mereka yang belum kawin. Rumah tangga yang tidak mempunyai anak biasanya mengambil anak saudara mereka untuk diangkat sebagai anak sendiri. Sungguh pun bentuk kekerabatan mereka cenderung untuk patrilineal, akan tetapi pasangan muda orang suku Dawan yang baru saja kawin akan tinggal di lingkungan kerabat isteri (uksorilokal) selama beberapa tahun, kemudian baru pindah menetap di lingkungan pihak keluarga asal suami. Pihak pemberi wanita atau disebut an atoni dan pihak lelaki disebut an bifel. Bentuk perkawinan yang baik menurut masyarakat ini adalah perkawinan antara dua klen yang memang sudah sering terikat hubungan perkawinan. Makin jauh hubungan perkawinan antar klen makin besar mas kawin yang harus dikeluarkan untuk memperbarui ikatan tersebut. Tiap-tiap orang Dawan adalah anggota dari sebuah klen patrilineal yang jumlahnya amat banyak. Klen-klen itu biasanya disebut menurut nama benda suci (nono) yang menjadi barang pusaka mereka. Seorang isteri diakui menjadi warga klen suaminya. Akan tetapi kedudukan dalam klen bisa diperoleh lewat adopsi dan bisa pula dengan mengambil klen ibunya sebagai ikutannya. Klen ayah mereka sebut nono mnuki (nono muda) dan klen ibu disebut nono mnasi (nono tua). 23



Penduduk sebuah desa biasa digolong-golongkan ke dalam tiga kelompok klen. Pertama kautuaf, yaitu klen-klen yang dianggap sebagai pemilik desa atau yang menguasai tanah dan pertama sekali membuka desa tersebut. Kedua atoin asaot, yaitu penduduk yang datang kemudian baik karena kawin maupun datang dan menetap sendiri. Yang ketiga adalah atoin anaut, yaitu orang-orang yang datang minta perlindungan hidup di suatu desa, entah karena sebagai pengembara atau pelarian dari desa lain. 4. Agama Dan Kepercayaan Dalam Suku Dawan Agama asli orang suku Dawan berdasarkan kepada kepercayaan kepada satu dewa langit yang mereka sebut Uis Neno. Selain itu mereka juga percaya adanya dewi tanah yang disebut Uis Afu, yaitu isteri dewa langit itu sendiri. Mereka juga percaya adanya makhluk-makhluk halus (in tuan) yang mendiami tempat-tempat tertentu, dalam tubuh binatang dan tumbuh-tumbuhan tertentu. Kemudian mereka yakin adanya roh-roh nenek moyang yang disebut nitu. Upacara-upacara keagamaan ditujukan kepada pemujaan Uis Neno, Uis Afu dan nitu. Jika terjadi gangguan dari in tuan maka mereka minta seorang syaman yang disebut mnane atau meo untuk mengusir makhluk halus yang jahat itu. Salah satu ritual dalam kepercayaan lama ini adalah mematuhi pemali atau pantangan tertentu yang disebut nuni. Pantangan-pantangan yang dijauhi oleh seseorang tergantung kepada pesan yang diterimanya lewat mimpi, karena petunjuk meo atau karena sudah menjadi pantangan turun-temurun dari klennya. ( http://Wikipedia education. id, date download; 01Mei 2021, at 10:12 pm).



2.4 Studi Banding Obyek Sejenis Berdasarkandipaparkan yaitu Pusat Seni dan Budaya maka studi kasus yang diambil sebagai pembanding judul perencanaan di atas adalah bangunan Solo Creative Art nad Culture Center dan Perancangan Gedung Pusat Seni dan Budaya Jawa Barat. 2.3 Pemahaman Tema 2.3.1 Pendekatan Desain Arsitektur Bentuk )



Metafora ( Dengan Ungkapan



Arsitektur Metafora Metafora berasal dari bahasa yunani metapherein, berasal dari kata ‘meta’ yang berarti memindahkan atau menurunkan, dan ‘pherein’ yang berarti mengandung atau memuat. jadi secara etimologi, metafora dapat diartikan sebagai pemindahan makna yang dikandungnya kepada



24



obyek atau konsep lain sehingga makna tersebut terkandung pada obyek yang dikenakan baik melalui perbandingan langsung maupun analogi. penggunaan metafora ini pada umumnya terdapat dalam suatu tata bahasa atau kiasan yang di hasilkan setelah kata-kata dirangkaikan , dimana kemudian suatu kalimat tertentu jika dimaknai secara denotatif maka akan terlihat mengandung makna yang tidak sesuai tetapi jika dipahami secara konotatif akan menyampaikan makna lain yang sesuai dengan konteks yang sedang dibicarakan. namun tentu saja, tanpa konteks terkait, kalimat yang sama tetap dapat dipahami sebagai sesuatu yang bermakna denotatif. namun dengan demikian, ia tidak memegang peranan sebagai sebuah metafora. Metafora mengidentifikasikan hubungan antara benda, dimana hubungan tersebut lebih bersifat abstrak daripada nyata serta mengidentifikasikan pola hubungan sejajar. dengan metafora seorang perancang dapat berkreasi dan bermain-main dengan imajinasinya untuk diwujudkan dalam bentuk karya arsitektur. Metafora dapat mendorong arsitek untuk memeriksa sekumpulan pertanyaan yang muncul dari tema rancangan dan seiring dengan timbulnya interpretasi baru. karya –karya arsitektur dari arsitek terkenal yang menggunakan metoda rancang metafora, hasil karyanya cenderung mempunyai langgam postmodern. Arsitektur Metafora menurut para Ahli Anthony C. Antoniades, 1990 dalam ”Poethic of Architecture” Metafora adalah suatu cara memahami suatu hal, seolah hal tersebut sebagai suatu hal yang lain sehingga bisa mempelajari pemahaman yang lebih baik dari suatu topik dalam pembahasan. Singkatnya adalah menerangkan suatu subyek dengan subyek lain dan berusaha melihat suatu subyek sebagai suatu hal yang lain. Menurut James C. Snyder, dan Anthony J. Cattanese dalam “Introduction of Architecture” Metafora memperhatikan pola-pola yang mungkin terjadi dari hubungan-hubungan paralel dengan melihat keabstrakannya, berbeda dengan analogi yang biasanya melihat secara literal. Menurut Charles Jenks, dalam ”The Language of Post Modern Architecture” Metafora sebagai kode yang ditangkap pada suatu saat oleh pengamat, yang diperoleh dari suatu obyek dengan mengandalkan obyek lain. Misalnya bagaimana melihat suatu bangunan sebagai suatu yang lain karena adanya unsur yang mirip.



25



Menurut Geoffrey Broadbent, 1995 dalam buku “Design in Architecture” Metafora pada arsitektur ialah salah satu metode kreatifitas yang ada pada desain spektrum sang perancang. Arsitektur Metafora merupakan gaya arsitektur yang mengambil bentuk dari kiasan atau perumpamaan dari sesuatu. Banyak arsitek jaman milenial yang mengambil langgam arsitektur metafora karena lebih mudah mengkomunikasikannya dengan klien. Mengambil konsep dari benda nyata atau nilai yang sudah umum dikenal masyarakat dirasa lebih sederhana dan masuk akal bagi klien.(Sumber : http://Wikipedia education. id, date download; 03Mei 2021, at 05:19 pm).



Pendekatan metafora dalam mendisain dilakukan dengan analogi. Dalam mencari bentuk arsitektur ketika merancang, tidak jarang kita akan menggunakan analogi dari sebuah benda untuk diterjemahkan ke dalam bentuk-bentuk arsitektur. Dengan melakukan ini, kita seolah memindahkan karakter pada benda yang sebelumnya ke dalam arsitektur, sehingga bentuk arsitektur yang muncul adalah penggambaran dari karakteristik tersebut. Metode ini dilakukan dengan mengambil suatu makna tertentu yang akan ‘dibawa’ oleh suatu bentuk arsitektur. Seringkali kemudian, bentuk arsitektural yang muncul melambangkan makna yang dikenakan padanya tersebut. Dalam perancangan, seringkali ada yang mengambil suatu obyek tertentu untuk dijadikan dasar dalam pencarian dan pengolahan bentuk arsitektural. Obyek tersebut direfleksikan karakternya ke dalam bentuk arsitektur yang akan dihasilkan nantinya. Misalnya bunga dengan karakternya yang sedang mekar (blossoming) dan lalu hal itu diterjemahkan ke dalam sebuah bentuk geometri dengan menampilkan geometri yang seolah-olah menggambarkan setangkai bunga yang mekar, atau karakter perempuan yang anggun diterjemahkan ke dalam bentuk yang meliuk-liuk yang dianggap elegan dan menggambarkan karakter feminin. Metafora seperti inilah yang kemudian sering disebut ekspresi dalam arsitektur. Bentuk-bentuk arsitektur tertentu mengekspresikan suatu makna yang sengaja dilekatkan padanya melalui analogi dengan obyek lain. Seringkali, dalam menghasilkan bentuk arsitektur, metafora juga digunakan secara literal. Ini menyebabkan arsitektur yang dihasilkan tidak lagi sebuah ‘ekspresi’, tetapi benar-benar penggambaran dari obyek yang dianalogikan dengannya. Jika melihat dalam konteks bahasa, suatu kalimat yang bermakna metaforikal biasanya akan membuka kemungkinan terhadap interpretasi dan pengekpresian lainnya di samping jika ia dicoba untuk dipahami secara denotatif (literal). Misalnya jika 26



sebuah kalimat menyatakan ‘kakek tua itu banyak makan garam’, tentu saja ia dapat bermakna baik secara literal maupun metaforikal. Secara literal, ia dipahami sebagaimana kalimat itu hadir, seorang kakek tua benar-benar mengkonsumsi garam dalam jumlah banyak, namun secara metaforikal, ia akan dipahami sebagai suatu ekspresi yang menyatakan bahwa kakek tua yang dimaksud memiliki banyak pengalaman hidup (‘banyak makan garam’). Secara umum Metafora terbagi atas 2 bagian yaitu: 1.



Metafora tidak Langsung Pada metafora tidak langsung masyarakat dapat mempunyai pandangan tertentu terhadap bentuk bangunan yang dilihat dan diamatinya, entah terhadap bentuk keseluruhan bangunan atau terhadap bagian bentuk bangunan. Pandangan yang timbul tergantung dari latar belakang masyarakatnya, yaitu tingkat kecerdasan dan pengalamannya sebab mereka cenderung untuk selalu membandingkan bangunan yang diamatinya dengan bangunan atau benda lain. Contoh : seperti pada bangunan guggenheim Museum, Bilbao, yang dirancang oleh arsitek Frank Gehry. Bangunan ini sering diinterprestasikan sebagai seekor ikan, walaupun ia tidak secara eksplisit tergambar seperti itu. Namun konteks kota Bilbao yang berada di antara dua sungai dan tapak Guggenheim sendiri yang berada di tepi air menjadi salah satu faktor yang mengundang orang-orang untuk berinterprestasi mengenai gambatan ‘ikan’ tersebut.



Gambar 2.9 Guggenheim Museum, Bilbao. http://wikipedia.org/Guggenheim Museum Bilbao



27



2.



Metafora langsung Pada metafora langsung bangunannya menampilkan suatu bentuk yang secara langsung mempunyai hubungan terhadap sesuatu yang ingin disampaikan kepada masyarakat.



Gambar 2.10 Gedung Piano, Cina, (Sumber : http://archebook.blogspot.com | www.koleksi gedung nyeleneh metaphor.tk), date download at 05Mei 2021, 07.35pm.



Contoh bangunan metafora langsung adalah seperti pada gedungPiano Cina, yang dibangun di provinsi An Hui, selain itu terlihat ada pula bagian berbentuk biola yang merupakan eskalator gedung. Gedung ini dibangun sebagi upaya untuk mengembagnkan potensi wisata di daerah tersebut.



Gambar 2.11 Home Office ‘Gedung Keranjang’. Amerika Serikat. Sumber gambar : http://wikipedia.org/home office.com



28



Gedung Keranjang (Amerika Serikat) adalah salah satu contoh bangunan metafora langsung. Idenya berasal dari Dave Longaberger, yang merupakan pendiri The Longaberger Company, yang akhirnya diwujudkan dalam bentuk keranjang raksasa dan digunakan sebagai kantor dari perusahaan tersebut. Menurut Dave ini merupakan ide terbaiknya dan percaya dengan hadirnya bangunan ini kinerja perusahaan akan semakin baik. ‘Keranjang’ ini mulai digunakan pada 17 Desember 1997 sebagai Home Office dari The Longaberger Company. Prinsip-prinsip Arsitektur Metafora Arsitektur Metafora, pada umumnya memiliki karakter layaknya gaya bahasa metafora yaitu perbandingan dan perumpamaan. Karakter tersebut diterjemahkan dalam visual meliputi hal-hal sebagai berikut ini : 1. Berusaha untuk mentransfer suatu keterangan (maksud) dari suatu subjek ke subjek lain. 2. Berusaha untuk melihat suatu subjek seakan-akan subjek tersebut adalah sesuatu hal yang lain. 3. Mengganti fokus penelitian atau area konsentrasi penyelidikan lainnya. Harapannya jika dibandingkan dengan cara pandang yang lebih luas, maka akan dapat menjelaskan subjek tersebut dengan cara yang berbeda (baru). Jenis-jenis Metafora Berdasarkan cara perbandingan dan objek yang dijadikan perumpamaan, maka konsep metafora dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu Intangible Metaphor (metafora abstrak), Tangible Metaphors (metafora konkrit) dan Combined Metaphors (metafora kombinasi). Berikut penjelasan masing-masing jenis metafora tersebut : 1. Intangible Metaphor (metafora abstrak/tak teraba) Intangible methaphors adalah metafora abstrak yang berangkat dari sesuatu yang abstrak dan tak terlihat (tak berbentuk). Misalnya seperti konsep, ide, hakikat manusia, paham individualisme, naturalisme, komunikasi, tradisi, budaya termasuk nilai religius. 2. Tangible Metaphors (metafora konkrit/teraba) Tangible methaphors adalah metafora nyata yang berangkat dari bentuk visual serta spesifikasi atau karakter tertentu dari sebuah benda nyata. Benda yang dijadikan acuan biasanya merupakan benda yang memiliki nilai khusus bagi kelompok masyarakat tertentu. Misalnya sebuah rumah dengan metafora buah labu, maka rumah tersebut akan dibuat mirip buah labu.



29



3. Combined Metaphors (metafora kombinasi) Combined methafors adalah metafora kombinasi yang merupakan penggabungan metafora abstrak dan metafora konkrit. Metafora kombinasi membandingkan suatu objek visual dengan benda lain serta mempunyai persamaan nilai konsep dengan objek acuannya. Objek tersebut digunakan sebagai acuan kreativitas dalam perancangan. 2.3.2 Metafora Tidak Terlepas Dari Teknik Olah Geometri Geometri dapat diperankan sebagai bentuk dasar, bentuk primer, bentuk akhir, ataupun yang dalam wujudnya sebagi bangunan matematika. Geometri juga memerankan fungsinya sebagai awal dalam mengelola ruang atau bentuk bentuk dalam arsitektur. (Gambar dan tulisan “Teknik Olah Geometri” dikutip dari Laporan Seminar Arsitektur : Simbolik dalam Arsitektur, ditulis oleh Reinold Edon, Unwira Kupang 2010.)



Adapun catatan penting mengenai geometri, yakni : 1. Geometri tidak harus berperan sebagai bentuk dasar, karena geometri dapat saja diperankan sebagai dasar bentuk. 2. Sebagai bentuk dasar,geometri berperan sebagai bentuk awal yang akan mengalami pengolahan lebih lanjut sehingga menjadi bentuk akhir. 3. Geometri selamanya tidak menjadi bentuk akhir, tetapi geometri juga dapat diperlukan sebagai suatu keharusan bagai perancang yang rasional serta ilmiah yang dihadirkan sebagai hasil pemikiran,bukan ilusi atau subjektif. 4. Sebagai bentuk dasar, geometri menjadi pedoman kerangka dan semacam modul dimana penggarapan terhadap bentuk dan ruang arsitektur dapat diselenggarakan. Dilihat dari peranan Geometri sebagai bentuk dasar dan sebagai dasar bentuk, maka geometri dapat dibedakan atas dua macam, yaitu: 1. Geometri Rupa. Merupakan karakter pokok dari sebuah bidang. Hal ini ditentukan oleh garis-garis yang membentuk sisi bidang tersebut. Tetapi oleh karena persepsi kita yang dipengaruhi oleh hukum-hukum perspektif maka kita dapat melihat bentuk suatu bidang yang sebenarnya jika kita melihat dari depan saja. Sketsa:



2. Geometri Kerangka. Merupakan panjang, lebar dan tinggi. Dimensi ini menentukan proporsinya, adapun skalanya ditentukan oleh perbandingan ukuran relatifnya terhadap bentukbentuk lain disekelilingnya. Sketsa :



30



Dilihat dari kematraan geometri (Francis D. K. Ching, 1996 : 54) terdapat dua macam, yaitu : 1. Geometri Planar (lingkaran, bujur sangkar dan segi tiga); merupakan bentuk dasar yang belum dikembangkan seperti pada contoh berikut. a. Lingkaran, yaitu sederetan titik–titik yang disusun dengan jarak sama dan seimbang terhadap sebuah titik. Sketsa :



b. SegiTiga, yaitu sebuah bidang datar yang dibatasi oleh tiga buah sisi dan mempunyai tiga buah sudut. Sketsa :



c. Bujur Sangkar, yaitu sebuah bidang yang mempunyai empat buah sisi yang sama panjang dan empat buah sudut yang sama, yaitu 90 0. Sketsa :



2. Tidak termasuk Geometri (Francis D. K. Ching, 1996:62) tetapi dapat menjadi bentuk dasar adalah organic form (bentuk organik). a. Bentuk-bentuk beraturan adalah bentuk-bentuk yang saling berhubungan satu dengan lainnya tersusun dan konsisten. Pada umumnya bentukbentuk tersebut bersifat stabil dan simetris terhadap suatu sumbu atau lebih. Sketsa :



b. Bentuk-bentuk tidak beraturan adalah bentuk-bentuk yang bagianbagiannya tidak sama atau tidak serupa dan antara bagian-bagiannya tidak konsisten. Pada umumnya bentuk-bentuk ini tidak simetris dan lebih dinamis dibandingkan bentuk-bentuk beraturan. Sketsa :



Ada beberapa teknik olah bentuk, yaitu; 31



a. Teknik Rotasi (perputaran); Sketsa :



b. Teknik Kombinasi (gabungan) Sketsa :



c.



Teknik Pengubahan;



Additive Form (penambahan bentuk) Terjadi penambahan bentuk lain kepada volume yang ada. Kemungkinankemungkinan dasar pada dua bentuk yang tergabung bersama adalah : Adanya tarikan antara ruang atau kedua bentuk relatif berdekatan satu dengan yang lain (memiliki kesamaan visual seperti : wujud, bahan material atau warna). Sketsa : 



Pertemuan antara sisi, dua buah bentuk memiliki satu sisi bersama dan dapat berporos pada sisi tersebut. Sketsa : 



Pertemuan permukaan, adanya bidang-bidang datar pada bentuk tersebut yang terletak sejajar satu sama lain. Sketsa : 



Volume ruang berkaitan, kedua bentuk saling menembus ke dalam masing-masing ruang. Bentuk-bentuk ini tidak memiliki kesamaan visual Sketsa : 



32



Bentuk – bentuk dengan penambahan menurut sifat alamiah pada hubungan yang muncul diantara komponen-komponennya maupun konfigurasi keseluruhan adalah : a. Bentuk Terpusat (Francis D. K. Ching, 1996:74); Terdiri dari sejumlah bentuk sekunder yang mengitari bentuk dominan yang berada di tengah-tengah.



Sketsa :



b. Bentuk Linear (Francis D. K. Ching, 1996:76); Terdiri dari bentuk-bentuk yang diatur dalam satu deret dan berulang. Sketsa :



c. Bentuk Radial (Francis D. K. Ching, 1996:80); Komposisi dan bentuk linier yang berkembang keluar dan bentuk-bentuk berpusat searah dengan jari-jarinya. Sketsa :



d. Bentuk Cluster (Francis D. K. Ching, 1996:82); Bentuk-bentuk yang saling berdekatan atau bersama-sama menerima kesamaan visual. Sketsa :



e. Bentuk Grid (Francis D. K. Ching, 1996:87); Bentuk-bentuk modular dimana hubungannya satu sama lain di atur oleh grid-grid tiga dimensi. Sketsa :



33



Subtractive Form ( Penggunaan Bentuk ) a. Bentuk-bentuk beraturan yang sebagian hilang dari volumebentukbentuk terpotong, bentuk-bentuk tersebut dapat mempertahankan identitas sebenarnya jika kita menganggapnya seakan bentuk-bentuk tersebut utuh dan lengkap. Sketsa :



b. Bentuk-bentuk platonic solid dapat menerima secara langsung adanya perlakuan pengurangan. Bentuk-bentuk ini akan tetap mempertahankan identitas aslinya jika sebagian volumenya dihilangkan tanpa merusak sisi atau sudut serta profil secara keseluruhan. Sketsa :



c. Keraguan atas identitas bentuk asli akan timbul jika sabagian bentuk tersebut dihilangkan dari volume dasar dengan merusak sisinya dan secara drastis merubah profilnya. Sketsa :



d. Dibawah ini contoh-contoh bentuk bujur sangkar dengan salahsatu sudutnya dihilangkan, ini berubah menjadi sebuah konfigurasi ‘L’. Sketsa :



34



BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Lokasi 3.1.1 Administratif Perencanaan dan perancangan “Pusat Seni dan Budaya” adalah berada di Kota Kefamenanu, yang secara administratif Kota Kefamenanu merupakan sebuah Kecamatan yang juga merupakan pusat pemerintahan (ibu kota) Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Kota yang biasa dipanggil dengan sebutan Kefa ini terletak di Lembah Bikomi, sehingga tidak banyak sinyal dapat masuk ke kota ini. Luas kecamatan ini sekitar 74,00 km2 dengan jumlah penduduk tahun 2020 sebanyak 43.177 jiwa, dan kepadatan penduduk 583 jiwa/km2.



Gambar 3.1. Peta Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kefamenanu Sumber : SPPIP Kabupaten TTU



A. Wilayah Administrasi i. Jumlah Kecamatan : 24 kecamatan, yakni : Biboki Anleu, Biboki Feotleu, Biboki Moenleu, Biboki Selatan, Biboki Tan Pah, Biboki Utara, Bikomi Nilulat, Bikomi Selatan, Bikomi Tengah, Bikomi Utara, Insana, Insana Barat, Insana Fafinesu, Insana Tengah, Insana Utara, Kota Kefamenanu, Miomaffo



35



Tengah, Miomaffo Barat, Miomaffo Timur, Musi, Mutis, Naibenu, Noemuti, Noemuti Timur. ii. Jumlah Kelurahan: 33 Kelurahan, yakni : Bitefa, Oesena, Eban, Sallu, Supun, Up Faon, Fatumuti, Kiuola, Oenak, Nifuboke, Noemuti, Aplasi, Bansone, Benpasi, Kefamenanu Selatan, Kefamenanu Tengah, Kefamenanu Utara, Maubeli, Sasi, Tubuhue, Boronubaen, Boronubaen Timur, Ponu, Ainiut, Bitauni, Fatoin, Manunain A, Nunmafo, Humusu C, Oelami, Tublopo, Atmen, Maubesi. B. Fungsi dan Peranan Kota Kefamenanu 3.1.2 Keadaan Geografis Kota Kefamenanu 1. Pembagian Wilayah Kota Kefamenanu



No



Bagian Wilayah Kota BWKI (PusatI)



Kelurahan



Fungsi



Kefa selatan Kefa tengah



Permukiman: Kepadatan tinggi dan sedang Komersial: Perdagangan, Perkantoran, Perdagangan dan Jasa, Perdagangan dan Perkantoran Pelayanan Umum: Kawasan Perkantoran Pemerintahan, Pendidikan, Kesehatan, Peribadatan dan Pemakaman Permukiman: Kepadatan sedang dan rendah Komersial: Perdagangan, Perkantoran, Perdagangan dan Jasa, Perdagangan dan Perkantoran, Perbengkelan Industri: HomeIndustri Ruang Terbuka Hijau Kawasan Konservasi Permukiman: Kepadatan sedang dan rendah Komersial: Perdagangan, Perkantoran, Perdagangan dan Jasa, Perdagangan dan Perkantoran, Pergudangan Pelayanan umum: Kawasan perkantoran Pemerintahan, Pendidikan, kesehatan, peribadatan Ruang Terbuka Hijau: GOR, TamanKota



1



2



3



BWKII (SubPusat BWK)



BWKIII (SubPusat BWK)



Benpasi Bansone Oelami Sebagian maubeli



Sebagian Maubeli Sebagian Sasi Sebagian Naiola



36



4



5



6



BWKIV (SubPusat BWK)



BWKV (pusatLin gkungan)



BWKVI (pusatLin gkungan)



Tubuhue Sebagian Sasi Sebagian Naiola



Kefa utara Aplasi



Oesena Taekas Oenanu



Permukiman: Kepadatan sedang dan rendah Komersial: Perdagangan, Perkantoran, Perdagangan dan Jasa, Perdagangan dan Perkantoran Pelayananumum: Kawasan perkantoran Pemerintahan, Pendidikan, kesehatan, peribadatan, Pemakaman Ruang Terbuka Hijau : Hutan Kota, Taman Kota Hutan :Hutan Produksi Terbatas Kawasan Lindung:HutanLindung,Konservasi, Sempadan Sungai



Permukiman: Kepadatan sedang dan rendah Pelayananumum: Kawasan perkantoran Pemerintahan, Pendidikan, kesehatan, peribadatan Ruang Terbuka Hijau : Hutan Kota, Taman Kota Hutan :Hutan Produksi Terbatas Kawasan Lindung : Hutan Lindung, Konservasi, Sempa dan Sungai Permukiman: Kepadatan sedang dan rendah Pelayananumum: Kawasan perkantoran Pemerintahan, Pendidikan, kesehatan, peribadatan Kawasan Lindung : Hutan Lindung, Konservasi, Sempa dan Sungai Ruang Terbuka Hijau: Taman Kota dan Hutan Kota



Tabel 3.2. Pembagian Wilayah Kota Kefamenanu Sumber : SPPIP Kabupaten TTU



2. Batas Wilayah Administratif Kota Kefamenanu Wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara berbatasan dengan: a. Utara berbatasan dengan; Selat Ombai b. Timur berbatasan dengan; Kabupaten Belu dan Kabupaten Malaka c. Selatan berbatasan dengan; Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Kabupaten Malaka d. Barat berbatasan dengan; Kabupaten Kupang dan Eksklave Ambeno (Timor Leste)



37



3.1.3 Fisik Dasar Kota Kefamenanu 1. Letak Geografis Luas wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara ±2.669,70 km² atau sekitar 5,6 % dari luas daratan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Secara geografis wilayah kabupaten ini terletak antara 9°01'06"– 9°39'41" Lintang Selatan dan antara 124°05'36"–124°51'14" Bujur Timur. 2. Iklim Kabupaten Timor Tengah Utara memiliki iklim sabana tropis (Aw). Hal ini ditandai dengan durasi musim penghujan yang sangat singkat di wilayah ini serta durasi musim kemarau yang sangat panjang (>7 bulan). Oleh karena wilayahnya yang berada di ketinggian ±600 mdpl, rata-rata suhu tahunan di kabupaten ini berkisar antara 22°C–26°C. Musim penghujan biasanya terjadi sejak bulan Desember hingga bulan Maret dengan rata-rata curah hujan per bulan di atas 150 mm per bulan dan musim kemarau biasanya berlangsung sejak pekan pertama bulan April hingga bulan Oktober dengan rata-rata curah hujan di bawah 100 mm per bulan. Curah hujan tahunan di wilayah kabupaten ini berkisar antara 900–1600 milimeter per tahun dengan jumlah hari hujan di bawah 140 hari hujan per tahun, sehingga wilayahnya cukup gersang. 3. Hidrologi Daerah yang kaya dengan sumber mata air terletak disebelah utara Kabupaten Timor Tengah Utara yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Ambenu (wilayah negara Timor Leste). Sumber-sumber air tersebut terletak di dataran yang agak tinggi. Hal ini memang menguntungkan, karena air dari letak ketinggian tersebut dapat dialirkan ke daerahdaerah yang lebih rendah. Namun sayangnya debit air dari sumber-sumber tersebut tidak cukup besar, sehingga sumber air tersebut hanya dimanfaatkan oleh daerah di sekitarnya yang jangkauannya tidak terlalu luas. Selain sumber-sumber mata air tersebut, ternyata Kabupaten Timor Tengah Utara juga banyak ditemukan aliran sungai yang mengalirkan air sepanjang tahun, meskipun pada musim kemarau debitnya menurun drastis. Sungai-sungai tersebut antara lain Noeltoko, Nabesi, Taisola, Noel Muti, Haekto, Naen, Maubesi, Mena/Kaubele, Ponu, dan beberapa anak sungai lainnya. Daerah yang memiliki produksi air tanah sedang, secara sporadis berada di sekitar pantai utara dan bagian tengah Kabupaten Timor Tengah Utara. Di bagian utara kabupaten Timor Tengah Utara juga terdapat potensi air tanah dalam. Sedangkan air dangkal pada umumnya terdapat di daerah pelapukan. Daerah yang memiliki air tanah produktif 38



dalam penyebaran luas terdapat di bagian selatan dan sedikit di bagian timur wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara dekat perbatasan dengan Kabupaten Belu. Di bawah permukaan tanah dengan debit lebih dari 5 liter/detik. Selain itu, bagian selatan dan sedikit di bagian timur wilayah kabupaten Timor Tengah Utara terdapat daerah yang memiliki potensi air tanah pada celahan dan rekahan dengan debit yang kecil. 4. Topografi Dipandang dari aspek topografis, sebanyak 177,60 km² (6,63%) memiliki ketinggian kurang dari 100 meter di atas permukaan laut; sementara 1.449,45 km² (56,17%) berketinggian 100 meter sampai 500 meter di atas permukaan laut dan sisanya 993,19 km² (37,20%) adalah daerah dengan ketinggian di atas 500 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan data topografi, wilayah ini berada pada kemiringan kurang dari 400 dengan luas 2,065,19 km2 atau 77,4 % dari luas wilayah Timor Tengah Utara; sedangkan sisanya 604,51 km² atau 22,6 % mempunyai kemiringan lebih dari 400, wilayah dengan kemiringan kurang dari 400 sebagian besar berada pada ketinggian kurang dari 500 meter di atas permukaan laut yakni seluas 1676,51 km² atau 62,8 %. Dari 174 desa/kelurahan, terdapat 9 desa yang dikategorikan ke dalam desa pantai yakni desa Oepuah (Biboki Selatan), Humusu C, dan Oesoko (Insana Utara) serta Nonotbatan, Maukabatan, Tuamese, Oemanu, Motadik, dan Ponu (Biboki Anleu), sedangkan sisa 165 desa lainnya yang tersebar di 24 wilayah kecamatan yang ada merupakan desa/daerah bukan pantai. Dilihat dari aspek rona fisik tanah, wilayah dengan kemiringan kurang dari 40% meliputi areal seluas 2.065,19 km2 atau 77,4 % dari luas wilayah Timor Tengah Utara, sedangkan sisanya 604,51 km2 atau 22,6 % mempunyai kemiringan lebih dari 40 %. Wilayah dengan kemiringan kurang dari 40% sebagian besar berada pada ketinggian kurang dari 500 meter di atas permukaan laut yakni 1676,51 km2 atau 62,8%. 5. Geologi dan Jenis Tanah Dari kandungan tanah atau potensi tanah, kabupaten Timor Tengah Utara memilki 3 jenis tanah yang membentuk muka bumi di wilayah ini, yaitu litosal, tanah kompleks, dan grumosal. Tanah litosal meliputi areal seluas 1.666,96 km² atau 62,4%; tanah kompleks seluas 479,48 km² atau 18,0 % dan tanah grumosal 522,26 km2 atau 19,6 % dari luas wilayah Timor Tengah Utara. Komposisi kedalaman efektif tanah Kabupaten Timor Tengah Utara memperlihatkan tanah dengan kedalaman efektif kurang dari 30 cm seluas 35.316 Ha (13,2%); kedalaman 30-60 cm seluas 73.201 Ha 39



(27,4 %); kedalaman 60-90 cm seluas 16.354 Ha (6,1 %) dan kedalaman efektif di atas 90 cm dengan luas 142.099 Ha (53,2%). Kemampuan dan daya tahan tanah yang rawan erosi seluas 105.226 Ha (39,4 %), dan sisanya 161.744 Ha (60,6 %) merupakan tanah dengan struktur yang relatif stabil. Secara parsial tanah labil yang rawan erosi terdapat pada tiga wilayah kecamatan yakni Miomaffo barat 37.921 Ha, Biboki Selatan 28.538 Ha, dan Biboki Utara 28.538 Ha. 3.2 Tinjauan Khusus 3.2.1 Penentuan Lokasi “Pusat Seni dan Budaya Dawan” merupakan salah satu kawasan yang tidak terlepas dari pengunjung yang datang dengan berbagai tujuan, maka sudah seharusnya pemilihan lokasi dapat terjangkau atau memudahkan bagi masyarakat yang dilayaninya. Sehingga keadaannya sesuai dengan fungsinya bagi masyarakat dapat tercapai. Adapun beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih lokasi “Pusat Seni dan Budaya Dawan” adalah sebagai berikut : 1.Letaknya dalam sebuah struktur wilayah kota, harus sesuai dengan rencana perkembangan kota (Rencana Tata Ruang Kota, UU No. 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang Kota);dapat dicapai dengan kendaraan umum maupun berjalan kaki; 2.Prioritas peruntukan sesuai dengan RDTRK Kefamenanu (2011-2031); 3.Pencapaian mudah dari bagian-bagian kota, baik dengan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. 4.Tersedianya fasilitas-fasilitas penunjang kota, seperti jaringan listrik, air bersih, sistem drainase yang ada dalam site maupun kota; 5.Terciptanya pemandangan yang baik dari dalam tapak keluar tapak maupun sebaliknya; 6.Tidak pada daerah padat, untuk keamanan terhadap bahaya kebakaran. 1. Lokasi Lokasi berada pada, kelurahan Sasi, kecamatan kota Kefamenanu, Kota Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara, dengan batas-batas site, yaitu : -Utara : -Selatan : -Barat : -Timur : Aksesbilitas dari lokasi ini cukup baik karena merupakan lintas jalur transportasi utama pulau Timor dan senantiasa dilayani oleh angkutan umum dengan intensitas tinggi.



40



2. Aspek Pendukung 1. Aspek Jarak Jarak antara Pusat Kota ke Lokasi terpilih adalah; ± 6 Km. 2. Aspek Pencapaian Lokasi ini dapat dicapai melalui jalan utama yakni jalan antar negara, yang mudah di capai baik dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. 3. Aspek Lingkungan



41



BAB IV METODOLOGI 4.1 Jenis Data Data-data yang digunakan merupakan : 1.



Data Primer Data primer merupakan data yang secara langsung diperoleh dengan melakukan STUDI PRESEDEN, yakni melakukan survey dan peninjauan langsung pada lokasi (hasil observasi dan wawancara) untuk mendapatkan masukan yang mendalam, dimana semuanya akan mendukung hasil penelitian dan objek perencaan. Data primer ini terdiri dari : a. Data ukuran site, data jenis vegetasi dan kondisi topografi, geologi sehingga menunjang analisa site dan kelayakan studi lokasi; b. Interview dengan narasumber mengenai pemahaman objek perencanaan dan perancangan, dalam hal ini seni rupa, peminat, jumlah seniman dan pengrajin dan proses pembuatan karya, disamping itu wawancara tak berstruktur juga dilakukan terhadap instansi terkait tentang event organaizer, festival dan jumlah peminat terhadap kesenian budaya lokal TTU. 2.



Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang didapat tidak secara langsung pada saat di lokasi (data penunjang) yang didapat dari instansi-instansi terkait, perseorangan dan literatur lainnya. Dengan kata lain data sekunder berupa data literatur (library search), yang merupakan data hasil penelitian kepustakaan untuk mendapatkan landasan teori yang relevan dengan kenyataan di lapangan dan topik perencanaan. Data sekunder ini terdiri dari : Data peraturan yang berlaku, kondisi pariwisata dan kesenian budaya, keadaan sosial budaya masyarakat, peta kondisi wilayah seperti pola penggunaaan lahan, jaringan utilitas, transportasi, dan jenis tanah; a.



Studi literatur dari buku-buku tentang pengertian, karakteristik, sarana dan prasarana suatu pusat kesenian budaya, serta buku-buku yang berkaitan tentang pendekatan arsitektur metafora.(https://m.merdeka.com/jateng/perbedaan-data-primer-dan-sekunderb.



dalam-penelitian-ketahui-karakteristiknya-kln.html?page=2).



42



4.1.1 Kebutuhan Data Data – data yang dibutuhkan adalah sebagai berikut : 1. Kebutuhan Data Sekunder No



Kebutuhan Dasar



Sumber



Kebutuhan



Data statistik



Dinas kependudukan dan pencatatan sipil kota Efamenanu



Memberikan surat keterangan permohonan pengambilan data



Kebutuhan Bangunan



Data administratif dan geografis



Dinas Tata Kota kota Kefamenanu



Memberikan surat keterangan permohonan pengambilan data



Lokasi Perencanaan



Sosial dan budaya



Dinas Sosial dan Pariwisata kota Kupang



Memberikan surat keterangan permohonan pengambilan data



Kebutuhan Bangunan



Frekuensi jumlah pengunjung dalam hitungan tiket



Dinas Pariwisata Kota Kefamenanu, event festival daerah NTT



Memberikan surat keterangan permohonan pengambilan data, dan melakukan wawancara agar data yang di dapat benar-benar holistik



Kebutuhan besaran dan luasan bangunan, struktur bangunan, serta luasan area parkiran.



Struktur dan konstruksi, baik bahan (material) maupun jenis strukturnya, yaitu : a. Sub struktur; b. Supper struktur; c. Upper struktur.



Perpustakaan (library search), buku-buku struktur, teknologi bahan dan data arsitek (Neuvert).



Meminjam dengan kriteria yang di terapkan pada perpustakaan yang ada, membeli buku terkait dan internet search.



Kebutuhan struktur bangunan, Utilitas bangunan, dan tampilan bangunannya.



1



2



3



4



5



Metode



43



6



Syarat arsitektur bangunan Pusat Seni dan Budaya, guest house, museum budaya/galeri dan bangunan teater.



Perpustakaan (library search), buku-buku bahan dan data arsitek (Neuvert).



Meminjam dengan kriteria yang di terapkan pada perpustakaan yang ada, membeli dan internet search.



Kebutuhan struktur bangunan, Utilitas bangunan, programming ruang dan luasan ruang.



Data topografi, dan geologi.



Dinas Pariwisata kota Kefamenanu, kantor Lurah (instansi terkait)



Memberikan surat keterangan permohonan pengambilan data, melakukan wawancara agar data yang di dapat benar-benar holistik dan observasi langsung ke lokasi.



Kebutuhan struktur, site plan (tapak) dan vegetasi.



7



Tabel4.1. Kebutuhan Data Sekunder Sumber : Hasil Analisa Penulis



2. Kebutuhan Data Primer No Kebutuhan Dasar



Metode



Instrumen/Alat



Kebutuhan Kebutuhan struktur bangunan, Utilitas bangunan, site plan (tapak). Kebutuhan struktur bangunan, Utilitas bangunan, site plan (tapak). Kebutuhan struktur bangunan, Utilitas bangunan, site plan (tapak). Kebutuhan struktur bangunan, Utilitas bangunan, site plan (tapak).



1



Foto/Dokumentasi



Camera pribadi



Observasi ke lapangan (lokasi perencaan).



2



Kondisi lingkungan



Camera pribadi



Observasi ke lapangan (lokasi perencaan).



3



Kondisi prasarana Camera pribadi dan utilitas



Observasi ke lapangan (lokasi perencaan).



4



Prasarana energi Camera pribadi listrik dan telepon



Observasi ke lapangan (lokasi perencaan).



Tabel4.2. Kebutuhan Data Primer Sumber : Hasil Analisa Penulis



44



4.2 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara: 1. Obserfasi lapangan. a) Tinjauan atministrasi lokasi perencanaan dan perencangan. b) Luasan dan batasanlokasi perencanaan dan perencangan c) Keadaan topografi lokasi perencanaan dan perencangan. d) Keadaan geologi lokasi perencanaan dan perencangan. e) Keadaan vegetasi lokasi perencanaan dan perencangan. f)



Keadaan hidrologi lokasi perencanaan dan perencangan.



2. Wawancara Wawancara tak berstruktur dilakukan oleh perencana (peneliti) sebagai instrument penelitian dimana wawancara ini dilakukan guna mendapatkan informasi tambahan yang dapat melengkapi dan mendukung data-data yang didapat dari observasi lapangan. 3. Mendokumentasikan Pengambilan dokumentasi berupa foto-foto, misalnya fasilitas yang telah tersedia di lokasi maupun pengamatan secara langsung yang berhubungan dengan keperluan perencanaan yang nantinya dipakai sebagai data, bahan analisi yang menunjang perencanaan proyek. 4.3 Teknik Analisa Data 4.3.1 Analisa Kuantitatif Analisa ini dilakukan dengan membuat perhitungan-perhitungan tertentu berdasarkan studi yang dibuat guna menentukan besaran atau luasan ruang dalam kebutuhan ruang yang direncanakan. Analisa ini diorientasikan pada : 1. Jumlah pemakai. 2. Dimensi ruangan, baik ruang luar maupun ruang dalam. 3. Fasilitas, perabot yang dipakai dalam obyek perencanaan sesuai dengan fungsi dari bangunan.



45



4.3.2 Analisa Kulitatif Melakukan analisa data-data yang ada dengan cara melihat hubungan sebabakibat dalam kaitannya dengan penciptaan suasana yang berhubungan dengan sebuah pusat seni dan budaya sukuDawan yang direncanakan. Analisa ini dikaitkan pada : 1. Kualitas penciptaan ruang, baik penghawaan, tingkat pencahayaan, kenyamanan dekoratif, dan penyatuan fungsi antar ruang; 2. Hubungan organisasi antar fungsi ruang yang diprioritaskan pada jenis pemakai, aktifitas dan sifat ruang; 3. Estetis fasade yang dimetaforakan sesuai dengan fungsi (venustas).



46



BAB V RENCANA PENELITIAN 5.1 Jadwal Penelitian Rencana Maret April Mei Juni Juli Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Penentuan Judul Penyusunan Proposal Penelitian dan Pengumpulan Data Penyusunan Makalah Tabel5.1. Jadwal Penelitian Sumber : Hasil Analisa Penulis



5.2 Biaya Penelitian No 1 2 3 4



Kebutuhan



Biaya (Rupiah)



Buku dan Revernsi Survei Print dan Foto Copy Lain-lain Total



Rp. 300.000,00 Rp. 500.000,00 Rp. 700.000,00 Rp. 200.000,00 Rp. 1.700.000,00 Tabel5.2. Biaya Penelitian Sumber : Hasil Analisa Penulis



5.2.1 Sumber Biaya Sumber biaya yang digunakan untuk meneliti berasal dari orang tua.



5.3 Organisasi Penelitian 5.3.1 Pembimbing Seminar Proposal Pembimbing 1 Nama Jabatan Hubungan Kerja Alamat



: Ir. Richardus Daton, MT : Kepala Studio Tugas Akhir : Pembimbing 1 : Fakultas Teknik Arsitektur Unwira



47



Pembimbing 2 Nama Jabatan Hubungan Kerja Alamat



: Budhi B. Lily, ST. MT : Dosen tetap Teknik Arsitektur : Pembimbing 1 : Fakultas Teknik Arsitektur Unwira



3.3.2 Penulis/Peneliti Nama Nomor Regis Jabatan Fakultas/Prodi Semester Alamat



: Emilius M. Tjung : 221 15 052 : Mahasiswa :Teknik/Teknik Arsitektur : XII : Penfui



3.3.3 Pembimbing Akademik Nama : Benediktus Boli, ST. MT Jabatan : Ketua Program Studi Teknik Arsitektur Alamat : Fakultas Teknik Arsitektur Unwira



48