Proses Inisiasi Awal Bencana Kel 7 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN MANAJEMEN BENCANA PROSEDUR TINDAKAN BENCANA “Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana” Dosen Pengampu : Sally Sulistinawati



Disusun oleh kelompok 7: 1. Alya Habibah (2106062) 2. Lulu Chaudlina Fithri (2106073)



PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA POLITEKNIK NEGERI INDRAMAYU OKTOBER 2022



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Makalah dengan judul “Prosedur Tindakan Bencana”. Tugas Makalah ini penulis susun sebagai persyaratan untuk memenuhi studi program Diploma III Program Studi Keperawatan, Jurusan Teknik Informatika, Politeknik Negeri Indramayu. Kami menyadari tanpa adanya dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak, kegiatan Tugas Makalah ini tidak akan dapat berjalan baik. Untuk itu, kami ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada : 1. Sally S. Selaku Dosen Pengampu Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana. 2. Dan semua pihak yang telah membantu dan mendukung lancarnya pembuatan Tugas Makalah dari awal hingga akhir yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Makalah ini, masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan yang dimiliki penulis baik itu sistematika penulisan maupun penggunaaan bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangun demi penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini berguna bagi pembaca secara umum dan penulis secara khusus. Akhir kata, penulis ucapkan banyak terima kasih.



Indramayu, Oktober 2022



Penulis



i



2DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .............................................................................................. i DAFTAR ISI............................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 1 1.3 Tujuan Makalah ............................................................................................. 1 BAB II TINJAUN TEORI....................................................................................... 2 2.1 Proses Inisiasi Awal Pada Bencana ............................................................... 2 1. Sistem Penanggulangan Bencana Terpadu ............................................. 2 2. System evakuasi medic ........................................................................... 5 A. Penilaian lokasi dan korban ............................................................. 6 3. Penanganan korban bencana (massal)..................................................... 6 B. Triage system ................................................................................... 6 C. Primary dan secondary survey ......................................................... 8 2.2 Tahapan penanganan pada penangan bencana masal..................................... 13 A. Rafid assessment ....................................................................................... 13 B. Evakuasi .................................................................................................... 14 C. Stabilisasi di field hospital ........................................................................ 15 D. Transportasi ke rumah sakit ...................................................................... 15 BAB III JURNAL ................................................................................................... 17 BAB IV PENUTUP .................................................................................................. 18 3.1 Simpulan ........................................................................................................ 18 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 19



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bencana



adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan



mengganggu kehidupan dang penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam maupun faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologi. Pengelolaan korban massal terbagi ke dalam tiga area: layanan kedaruratan pra-rumah sakit (pencarian dan penyelamatan, pertolongan pertama, triase, stabilisasi korban). Dalam penanganan korban bencana alam lebih dari 1 orang diperlukan penanganan yang cepat dan tepat sesuai prioritas dengan proses memilah korban. Triage adalah salah satu tindakan pemilahan pada korban atau penderita berdasarkan tingkat cedera dan keadaan ABC (Airway, Brithing and Circulation). Triage juga merupakan kegiatan penting dalam manajemen korban massal yang membutuhkan metode cepat dan efektif karena pada keadaan ini biasanya korban lebih banyak daripada relawan yang bertugas untuk menolong korban di lapangan (Suwaibah et al., 2019). 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang di maksud dengan Sistem Penanggulangan Bencana Terpadu? 2. Apa yang di maksud dengan System evakuasi medic? 3. Bagaimana Penanganan korban bencana (massal)? 4. Terdiri dari apa saja Tahapan penanganan pada penangan bencana masal? 1.3 TUJUAN MAKALAH Makalah ini di buat untuk mengetahui bagaiamana proses inisiasi pada awal bencana di suatu daerah.



1



BAB II TINJAUN TEORI 1.1 PROSES INISIASI PADA AWAL BENCANA 1. Sistem Penanggulangan Bencana Terpadu Sistem penanggulangan bencana terpadu dapat didefinisikan sebagai segala upaya atau kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka upaya pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan berkaitan dengan bencana yang dilakukan sebelum, pada tahapan sebelum, saat dan setelah bencana (UU No.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana). Secara umum kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam penanggulangan bencana adalah sebagai berikut : a) Tahapan Prabencana 1. Pencegahan Pencegahan



Pencegahan



adalah



upaya



yang



dilakukan



untuk



menghilangkan sama sekali atau mengurangi ancaman. Pada Tahap Pencegahan, dilakukan penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (Disaster Management Plan) atau sering disebut juga Rencana Kesiapan (Disaster Preparedness Plan). Rencana ini adalah rencana Penanggulangan Bencana yang menyeluruh dari pra bencana sampai pasca bencana, akan tetapi terbatas pada apa kegiatan yang akan dilaksanakan, dan siapa pelakunya serta sumber dana yang akan dipakai. Contoh tindakan pencegahan: a) Pembuatan hujan buatan untuk mencegah terjadinya kekeringan di suatu wilayah. b) Melarang atau menghentikan penebangan hutan. 2. Mitigasi atau pengurangan Mitigasi atau pengurangan adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Contoh tindakan mitigasi atau peredaman dampak ancaman: a) Membuat bendungan, tanggul, kanal untuk mengendalikan banjir; pembangunan



tanggul



2



sungai



dan



lainnya.



b) Penetapan dan pelaksanaan peraturan, sanksi; pemberian penghargaan mengenai penggunaan lahan, tempat membangun rumah, aturan bangunan. c) Penyediaan informasi, penyuluhan, pelatihan, penyusunan kurikulum pendidikan penanggulangan bencana. 3. Kesiapsiagaan Kesiapsiagaan adalah upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian langkah-langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Hal ini bertujuan agar warga mempunyai persiapan yang lebih baik untuk menghadapi bencana. Contoh tindakan kesiapsiagaan : a) Pengaktifan pos-pos siaga bencana dengan segenap unsur pendukungnya. b) Inventarisasi sumber daya pendukung kedaruratan. c) Penyiapan dukungan dan mobilisasi sumber daya atau logistik. d) Penyiapan sistem informasi dan komunikasi yang cepat dan terpadu guna mendukung tugas kebencanaan. e) Penyiapan dan pemasangan instrumen sistem peringatan dini (early warning). f) Penyusunan rencana kontijensi (contingency plan). g) Mobilisasi sumber daya (personil dan prasarana atau sarana peralatan). b) Tanggap Darurat Tanggap darurat adalah upaya yang dilakukan segera setelah bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelematan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelematan, serta pemulihan sarana dan pra sarana. Contoh tindakan tanggap darurat : a) Evakuasi. b) Pencarian dan penyelamatan. c) Penanganan Penderita Gawat Darurat (PPGD). d) Penyediaan kebutuhan dasar seperti air dan sanitasi, pangan, sandang, papan, kesehatan, konseling. e) Pemulihan segera fasilitas dasar seperti telekomunikasi, transportasi, listrik, pasokan air untuk mendukung kelancaran kegiatan tanggap darurat.



3



c) Tahapan Pasca Bencana 1) Pemulihan. Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi masyarakat



dan



lingkungan



hidup



yang



terkena



bencana



dengan



memfungsikan kembali kelembagaan, sarana dan prasarana dengan melakukan upaya rehabilitasi. Contoh tindakan pemulihan : a) perbaikan sarana/prasarana sosial dan ekonomi; b) penanggulangan kejiwaan pasca bencana (post traumaticstress) melalui penyuluhan, konseling, terapi kelompok (disekolah) dan perawatan; c) Pemulihan gizi/kesehatan; d) Pemulihan sosial ekonomi sebagai upaya peningkatan ketahanan masyarakat, antara lain: penciptaan lapangan kerja, pemberian modal usaha, dll. 2) Pembangunan Kembali Pembangunan kembali adalah program jangka panjang untuk membangun kembali sarana dan prasarana pada keadaan semula dengan melaksanakan upaya memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar. Contoh tindakan pembangunan kembali yang berkelanjutan : membangun prasarana dan pelayanan dasar fisik, pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial, budaya, keamanan, lingkungan, pembaharuan rencana tata ruang wilayah, sistem pemerintahan dan ketahanan lainnya yang memperhitungkan faktor risiko bencana. ❖ Tujuan Penanggulangan Bencana : a) Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana b) Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada c) Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh. d) Menghargai budaya lokal e) Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta



4



f) Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan kedermawanan, g) Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 2. Sistem Evakuasi Medic Evakuasi medik adalah serangkaian peristiwa pemindahan korban dari suatu tempat ke tempat lain dengan fasilitas serta sumber daya manusia (SDM) yang lebih memadai sesuai kebutuhan korban. Penyelenggaraan evakuasi medik dalam penanggulangan bencana meliputi: a. Evakuasi Medik Darat Evakuasi medik darat meliputi kegiatan : evakuasi dengan menggunakan alat, tanpa menggunakan alat dan menggunakan ambulance darat b.



Evakuasi Medik Air Evakuasi medik air meliputi kegiatan evakuasi dengan menggunakan sarana angkut kapal laut, perahu motor cepat atau alat tranportasi laut lain yang memadai.



c.



Evakuasi Medik Udara Evakuasi medik udara meliputi kegiatan evakuasi dengan menggunakan sarana angkutan udara helikopter atau pesawat terbang dengan personel pendukung berkualifikasi dokter penerbangan, perawat udara dan pembantu perawat udara.



Tahapan penyelenggaraan evakuasi medik dalam penanggulangan bencana meliputi: a) Perencanaan perencanaan meliputi kegiatan: •



assesment (penilaian cepat) daerah bencana







penilaian korban







penilaian fasilitas;







personel yang terlibat



b) Pelaksanaan Pelaksanaan meliputi kegiatan: •



memprioritaskan korban massal, luka parah dan kelompok rentan







dilakukan pada korban dalam keadaan stabil







dilakukan melalui darat, air dan udara;



5



c) Pengakhiran. Pengakhiran apabila korban telah sampai ketempat yang dituju dengan aman untuk perawatan lebih lanjut dan melaporkan kegiatan pada instans. A. Penilaian Lokasi dan Korban Ketika anda hendak memberikan Pertolongan Pertama pada korban, maka hal terpenting



yang



harus



melakukan penilaian kondisi



baik



anda



lakukan



terhadap



terlebih



dahulu



adalah



keadaan korban maupun



dengan



situasi



dan



secara keseluruhan. Penilaia ini harus dilakukan dengan baik dan tepat



sehingga penatalaksanaan korban dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga tidak ada satu hal pun yang terlewatkan. Adapun tindakan penilaian ini dilakukan dalam beberapa langkah yaitu: 1. Penilaian Keadaan 2. Penilaian Dini 3. Pemeriksaan Fisik 4.



Riwayat Korban



5.



Pemeriksaan Berkala atau Lanjut



6. Pelaporan 3. PENANGANAN KORBAN BENCANA MASSAL Dalam penanganan korban bencana alam lebih dari 1 orang diperlukan penanganan yang cepat dan tepat sesuai prioritas dengan proses memilah korban. Triage adalah salah satu tindakan pemilahan pada korban atau penderita berdasarkan tingkat cedera dan keadaan ABC (Airway, Brithing and Circulation). Triage juga merupakan kegiatan penting dalam manajemen korban massal yang membutuhkan metode cepat dan efektif karena pada keadaan ini biasanya korban lebih banyak daripada relawan yang bertugas untuk menolong korban di lapangan (Suwaibah et al., 2019). B. Triage Sytem Triage yaitu skenario pertolongan yang akan diberikan sesudah fase keadaan pasien. Pasien-pasien



yang terancam hidupnya harus di beri prioritas utama.



Triage dalam keperawatan gawat darurat digunakan untuk mengklasifikasikan keparahan penyakit



6



atau cedera dan menepatkan prioritas kebutuhan penggunaan petugas perawatan kesehatan yang efisien dan sumber-sumbernya. Standar waktu yang diperlukan untuk melakukan triase adalah 2-5 menit untuk orang dewasa dan 7 menit untuk pasien anak-anak. Klasifikasi triase: a. Merah (Emergent) Gawat darurat adalah pasien tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau cacat bila tidak ditolong segera. Mis: distress nafas, luka tusuk dada dan perut, shock. b. Kuning (Urgent) Korban yang memerlukan pengawasan ketat, tetapi perawatan dapat ditunda sementara. Kondisi yang merupakan masalah medis yang signifikan dan memerlukan penataklasanaan sesegara mungkin. Tanda-tanda vital klien ini masil stabil. Misalnya: luka bakar tk II/III antara 20-25%, patah tulang panjang tanpa shock. c. Hijau (Non Yrgent) Pasien dengan cedera minor yang tidak membutuhkan stabilisasi segera, memerlukan bantuan pertama sederhana namun memerlukan penilaian ulang berkala. Pasien yang biasanya dapat berjalan dengan masalah medis yang minimal, luka lama dan kondisi yang timbul sudah lama. Pasien ini berada di area Ambulatory/P3. Contohnya: minor injury. Seluruh kasus-kasus ambulance/ jalan. d. Hitam (Expectant) Pasien yang sudah meninggal atau cedera fatal yang jelas tidak mungkin di resusitasi. Contohnya: pasien tidak ada respon pada segala rangsangan. Tidak ada respirasi spontan, tidak ada bukti aktivitas jantung dan hilangnya respon terhadap gerak (Gallok & Hudak.1997).



7



C. Primary dan Secondary Survey 1. Primary Survey Pemeriksaan primer (Initial Assessment) adalah pemeriksaan yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang mengancam kesehatan atau jiwa korban (Panacea,2013). Pemeriksaan Primer: • D : Danger (Aman Diri dan Lingkungan) Keamanan merupakan hal yang harus di ingat setiap penolong karena merupakan hal utama dalam melaksanakan rumus penanganan pra hospital yaitu “do no further harm” (jangan membuat cacat lebih lanjut). Urutan keamanan saat memasuki daerah tugas (Panacea, 2013) a. Keamanan Diri Sendiri Untuk menjaga kemanaan diri dari berbagai macam penyakit menular, penolong melakukan PPD (Persiapan Pengamanan Diri), yaitu dengan memakai alat-alat proteksi diri (mis, APD). Keamanan Lingkungan “Do no further harm”, ini juga meliputi lingkungan sekitar korban yang belum terkena



cedera. Contoh saat mendekati mobil yang sudah mengalami



kecelakaan dan keluar asap, ingatkan orang untuk segera cepat-cepat menghindar karena adanya bahaya ledakan atau api. b. Keamanan Korban Prioritas terakhir terletak pada korban. Korban yang sudah cedera dari awal dan butuh penangana segera. • R : Responsse (mengecek respon korban) Teknik yang di anjurkan untuk pengecekan respon klien adalah dengan panggil dan guncangkan (Shake and Shout), hal ini dilakukan untuk memastikan pasien dalam keadaan sadar. a. Respon Panggilan (Shout) Mulai berbicara pada korban katakan nama dan jabatan. Apabila korban tampak pingsan dapat memanggilnya “Pak. Bagaimana keadaan bapak?



8



Respons panggil ini dilakukan bersamaan respons sentuh. a. Respon Sentuh atau goyang (Shake) Lakukan dengan menepuk-nepuk tangan nya, pipi nya, dada nya (jika keadaaan mengizinkan) atau menggoyang-goyang pundak nya. Respons panggil ini dilakukan bersamaan respons sentuh. b. Respon Sentuh atau goyang (Shake) Lakukan dengan menepuk-nepuk tangan nya, pipi nya, dada nya (jika keadaaan mengizinkan) atau menggoyang-goyang pundak nya. • A : Airway (menilai jalan napas korban) terjadinya sumbatan jalan napas dapat mengakibatkan kematian kuarang dari 4 menit jika tidak segera diberikan pertolongan. Masalah yang terjadi di jalan napas dibagi menjadi 2 yaitu: 1. Sumbatan Total Sumbatan total dapat terjadi karena makanan atau benda asing yang mengganjal atau menghalangi jalan napas. Keadaan ini lebih sering disebut dengan tersedak atau choking. Hal yang harus dilakukan adalah: a. Korban Dewasa Jika korban sadar lakukan manuver heamlich sampai benda keluar. b. Korban Anak-anak Lihat postur tubuh anak, besar atau tidak. Jika postur tubuh anak besar lakukan seperti orang dewasa. Jika postur tubuh kecil teknik sama dengan orang dewasa hanya saja kekuatan penekanan yang sedikit dikurangi dari dewasa. c. Korban Bayi Lakukan teknik back blows dan chest secara bergantian sebanyak 5 (kali). Jika korban tidak sadar segera lakukan CPR/RJP (AHA, 2010) 2. Sumbatan Parsial Sumbatan parsial atau sebagian disebabkan karena lidah jatuh kebelakang pada korban tidak sadar, perdarahan atau banyak nya sekret, dan edema laring yang masih proses (belum terjadi edema total).



9



❖ Tindakan Membebaskan Jalan Napas • Membuka jalan napas dengan cara Head Tilt and Chin Lift. Jika korban dicurigai cedera leher atau kepala hanya dilakukan Jaw Thrust Manuver • Membersihkan Jalan Napas Metode finger sweep (sapuan jari) dengan teknik tongue jaw lift. Teknik ini mengharuskan penolong untuk memegang lidah dan rahang bawah menggunakan jari-jari serta mengangkatnya (ibu jari memegang lidah, jari yang lain memegang bawah), untuk memindahkan lidah jauh dari faring bagian belakang. • Posisi miring (recovery position) Korban non trauma dapat diletakkan pada sisi kirinya untuk membantu mempertahankan tetap terbuka nya jalan napas. 3. Sumbatan Anatomis Sumbatan anatomis disebabkan oleh penyakit saluran pernapasan (mis.difteri) atau karena adanya trauma yang mengakibatkan pembengkakan atau edema pada jalan napas (mis. Trauma inhalasi pada kebakaran atau trauma tumpul pada leher). Sumbatan anatomis membutuhkan penanganan secara surgical (operasi) dengan membuat jalan napas alternatif tanpa melalui mulut atau hidung penderita. • B : Breathing (menilai napas korban) Pengkajian pernapasan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi. Bila diperlukan auskultasi dan perkusi. Inspeksi dada korban: jumlah, ritme dan tipe pernapasan; kesimetrisin pengembangan dada; Jejas/kerusakan kulit; Retraksi intercostalis. Palpasi dada korban: Adakah nyeri tekan; Adakah penurunan ekspansi paru. Auskultasi: Bagaimanakah bunyi nafas (normal atau vesikuler menurun); Adakah suara nafas tambahan seperti ronchi, wheezing, pleural friction rub. Perkusi, dilakukan di daerah thorax dengan hati iti, beberapa hasil yang akan diperoleh adalah sebagai berikut: Sonor (normal); Hipersonor dan timpani bila ada udara di thorax: Pekak atau dullnes bila ada konsolidasi atau cairan (Hamarno, 2016).



10



Penilaian gangguan breathing dapat dilakukan dengan pemeriksaan: 1. Look: melihat gerakan napas, pengembangan dada, dan adanya retraksi sela iga. 2. Listen: Mendengarkan bunyi napas. 3. Feel: Merasakan adanya aliran udara pernapasan. •



C : Circulation (menilai sirkulasi kompresi dada) Setelah airway, breathing lalu circulation. Hal yang paling sering terjadi adalah



karena



perdarahan.



Perdarahan



yang



cukup



banyak



sering



mengakibatkan syok jika tidak segera ditangani. Penanganan perdarahan untuk mencegah terjadinya syok adalah hanya dengan membalut dan menekan luka. Hal ini dapat menahan keluarnya darah dari area luka, sehingga kemungkinan darah hilang banyak dapat diantisipasi. Masalah di sirkulasi selain perdarahan adalah terjadinya henti jantung. Untuk memastikan seseorang tidak sadar dan jantungnya masih bekerja atau tidak dapat dilakukan pemeriksaan nadi. Pemeriksaan nadi pada orang dewasa pada daerah karotis/leher, sedangkan untuk bayi di daerah brachialis lengan. Masalah yang sering terjadi pada sirkulasi: 1. Luka dan Perdarahan Perdarahan adalah keadaan di mana darah keluar dari pembuluh darah. Perdarahan Arteri: megandung oksigen, merah muda, tekanan sesuai dengan pemompaan jantung. Perdarahan memancar. Perdarahan Vena: sedikit oksigen, merah gelap, tekanannya lebih kecil dari arteri, dindingnya elastis, bisa mengakibatkan perdarahan hebat. Sifat perdarahan mengalir seperti keran air. Ada dua jenis perdarahan: a) Perdarahan Luar: Tergantung jenis pembuluh darah yang terkena, apakah nadi. vena, atau kapiler. Perdarahan luar akan mudah dikenali, jika korban kita periksa dengan teliti. b) Perdarahan Dalam Biasanya yang tampak di luar adalah jejas dan warna kebiruan. bisa juga tidak tampak apa-apa. Dapat menimbulkan syok, oleh karena itu jangan lupa memeriksa tanda-tanda syok. Contohnya: Perdarahan thorak, abdomen, fraktur pelvis dan fraktur tulang panjang.



11



2. Secondery Survey Survey sekunder merupakan pemeriksaan secara lengkap yang dilakukan secara head to toe, dari depan hingga belakang. Secondary survey hanya dilakukan setelah kondisi pasienmulai stabil, dalam artian tidak mengalami syok atau tanda-tanda syok telah mulai membaik. ➢ Pemeriksaan Subjektif atau Anamnesis Pemeriksaan subjektif mencakup tanya jawab baik, kepada korban jika memungkinkan atau kepada orang-orang di sekitarnya (keluarga, kerabat). Tanya jawab di sini tidak seperti anamnesis dokter kepada korbannya untuk pemeriksaan yang lengkap. Selama tanya jawab, jika keadaan memungkin maka korban diperlakukan sebagai sumber informasi. Orang lain yang mengetahui proses kejadian juga merupakan sumber informasi yang diperoleh dari orang-orang tersebut. Anamnesis juga harus meliputi riwayat AMPLE yang bisa didapat dari pasien dan keluarga: A: Alergi (adakah alergi pada pasien, seperti obat-obatan, plester, makanan) M: Medikasi obat-obatan (obat-obatan yang diminum seperti sedang menjalani pengobatan hipertensi, kencing manis, jantung, dosis, atau penyalahgunaan obat. P :Pertinent medical history (riwayat medis pasien seperti penyakit yang pernah diderita, obatnya apa, berapa dosisnya, penggunaan obat-obatan herbal). L: Last meal (obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi, dikonsumsi berapa jam sebelum kejadian itu, selain itu periode menstruasi termasuk dalam komponen ini). E: Events, hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera (kejadian yang menyebabkan adanya keluhan utama). ➢ Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan kepala sampai kaki (Head to toe) o Pemeriksaan kelapa dan leher a) Rambut dan kulit kepala : perdarahan, pengelupasan, perlukaan, penekanan cedera tulang belakang. b) Telinga:



perlukaan, 12



darah,



cairan



c) Mata : perlukaan, pembengkakan, perdarahan, refleks pupil, kondisi kelopak mata, kemerahan perdarahan sklera / alrian antrum anterior, benda asing, pergerakan abnormal. d) Hidung : perlukaan, darah, cairan, nafas cuping hidung, kelainan anatomi karena rudapaksa e) Mulut : perlukaan, darah, muntahan, benda asing, gigi, bau, dapat buka mulut / tidak f) Bibir : perlukaan, perdarahan, sianosis, kering g) Rahang : perlukaan, stabilisasi, krepitasi h) Kulit : perlukaan, basah / kering, darah, warna goresan-goresan, suhu i) Leher : pemeriksaan leher berhubungan dengan kemungkinan perlukaan, bendungan vena, deviasi trakea, spasme otot, stoma, tag, stabilisasi tulang leher. o Periksa dada, pneumotoraks, hemotoraks, flail chest : nafas diafragma, kelainan bentuk, tarikan antar iga, nyeri tekan, perlukaan suara ketuk, suara nafas. o Periksa perut, perdarahan internal, proses intra abdomen : perlukaan, distensi, tegang, kendor, nyeri tekan, bising usus o Periksa tulang belakang, dislokasi, fraktur, kerusakan sum-sum tulang : kelainan bentuk, nyeri tekan, spasme otot, gangguan sensibilitas - motorik o Periksa genitalia : perlukaan nyeri, pembengkakan, krepitasi, priapismus, inkontinensia. o Periksa ekstremitas atas dan bawah: perlukaan angulasi, hambatan pergerakan, bengkak, denyut nadi, warna luka. 1.2 Tahapan Penanganan Pada Penangan Bencana Massal : A. Rapid Assesment Menurut WHO, pengertian Rapid Health Assessment (RHA) adalah kegiatan pengumpulan data dan informasi dengan tujuan untuk menilai kerusakan dan mengidentifikasi kebutuhan dasar yang diperlukan segera sebagai respons dalam suatu kejadian bencana. Rapid Health Assessment (penilaian cepat kesehatan) merupakan suatu rangkaian siklus manajemen kesehatan pada situasi bencana atau pada early warning terjadinya



13



bencana yang harus dilakukan sesaat setelah terjadi bencana dan dilakukan secara cepat.Assessment dapat dilakukan dengan pengamatan visual dengan cara melakukan observasi lapangan di daerah bencana dan sekitarnya, wawancara, mengkaji data atau informasi yang ada (baik primer atau sekunder), survei cepat, maupun melalui pencatatan lainnya. Rapid Health Assessment (RHA) dilakukan untuk menentukan tindakan dan bantuan yang diperlukan. Dengan adanya RHA ini diharapkan tindakan dan bantuan dapat terdistribusi dengan cepat dan tepat. Manfaat Rapid Health Assessment (RHA) adalah: 1. Mengidentifikasi fakta-fakta di lokasi bencana. 2.



Mengidentifikasikan kebutuhan yang harus segera dipenuhi.



Sedangkan tujuan Rapid Health Assesment (RHA) adalah : 1. Menilai dampak bencana dan potensi ancaman bidang kesehatan 2. Membuktikan ada nya kedaruratan 3. Menilai kapasitas tanggap darurat yang ada 4. Menetapkan jens kebutuhan yang di perlukan segera. B. Evakuasi Evakuasi adalah suatu tindakan memindahkan manusia secara langsung dan cepat dari satu lokasi ke lokasi yang aman agar menjauh dari ancaman atau kejadian yang dianggap berbahaya atau berpotensi mengancam nyawa manusia atau mahluk hidup lainnya. ❖ Tujuan Evakuasi Tujuan utama evakuasi adalah untuk memindahkan manusia dari area berbahaya ke zona aman. Beberapa tujuan evakuasi lainnya yaitu: 1. Untuk mencegah jatuhnya korban jiwa sehingga manusia dipindahkan ke lokasi yang dianggap aman. 2. Untuk menyelamatkan korban yang jatuh pasca kejadian yaitu dengan melakukan pencarian dan pemindahan ke zona aman. 3. Untuk mempertemukan korban bencana dengan keluarganya yang sempat terpisah akibat kejadian. 4. Untuk mengetahui jumlah korban yang meninggal dunia akibat bencana sehingga dapat diproses lebih lanjut.



14



❖ Urutan Evakuasi Proses evakuasi tersebut dilakukan sebelum, selama, dan setelah bencana. Berikut ini adalah urutan evakuasi pada umumnya: 1. Deteksi, yaitu proses menemukan dan menentukan keberadaan potensi ancaman. 2. Keputusan, yaitu penentuan tindakan yang akan diambil setelah menemukan potensi bahaya. 3. Alarm, yaitu peringatan atau pemberitahuan akan adanya ancaman 4. Reaksi, yaitu tindakan atau aksi yang dilakukan setelah mengambil keputusan dan mengeluarkan peringatan bahaya. 5. Perpindahan ke Area Aman, yaitu proses memindahkan manusia dan benda dari area berbahaya ke zona aman. 6. Transportasi, perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan mesin atau tenaga manusia. C. Stabilisasi di Lapangan Rumah Sakit Rumah Sakit Lapangan adalah sebuah unit medis besar bergerak yang untuk sementara menangani korban di tempat sebelum kemudian korban dapat dipindahkan secara aman ke fasilitas rumah sakit permanen. Konsep ini diwariskan dari lokasi pertempuran (seperti lingkungan urban, rumah sakit lapangan lebih banyak didirikan pada bangunan yang mudah dijangkau dan sangat terlihat (contoh restoran, sekolah, dan lain-lain). Rumah sakit lapangan dibuat ketika ada kegitan tertentu atau bencana (mis. Covid19) dan bersifat. Bentuk rumah sakit lapangan dapat berupa tenda, kontainer, atau bangunan permanen yang di fungsikan sebagai rumah sakit. Fasilitas yang terdapat di rumah sakit lapangan tidak jauh berbeda dengan rumah sakit permanen. Tujuan rumah sakit lapangan ini dibentuk agar korban dapat menstabilkan keadaan nya di rumah sakit lapangan sebelum di pindahkan ke rumah sakit permanen. D. Transportasi ke Rumah Sakit



Transportasi Pasien adalah sarana yang digunakan untuk mengangkut penderita/korban dari lokasi bencana ke sarana kesehatan yang memadai dengan aman tanpa memperberat keadaan penderita ke sarana kesehatan yang memadai. Seperti contohnya alat transportasi yang digunakan untuk memindahkan korban dari lokasi bencana ke RS atau dari RS yang satu ke RS yang lainnya.



15



❖ Tujuan Memindahkan penderita/korban bencana dengan aman tanpa memperberat keadaan penderita/korban ke sarana kesehatan yang memadai. ❖ Kebijakan Sarana transportasi terdiri dari: 1. Kendaraan pengangkut (ambulance) 2. Peralatan medis dan non medis 3. Petugas (medis/paramedis) 4. Obat-obat life saving dan life support ❖ Persyaratan yang harus dipenuhi untuk transportasi penerita/korban bencana adalah: a. Sebelum Diagkat 1.



Gangguan pernafasan dan kardiovaskuler telah ditanggulangi



2.



Perdarahn telah dihentikan



3.



Luka-luka telah di tutup



4.



Patah tulang telah difiksasi



b. Selama perjalanan harus dimonitor 1. Kesadaran 2. Pernafasan 3. TD 4. Denyut nadi 5. Keadaan luka



16



BAB III JURNAL



BAB IV PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Sistem penanggulangan bencana terpadu dapat didefinisikan sebagai segala upaya atau kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka upaya pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan berkaitan den



gan



bencana



yang



dilakukan sebelum, pada tahapan sebelum, saat dan setelah bencana (UU No.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana). Yang memiliki tahap pra bencana, tahap pasca bencana. Yang memiliki tujuan Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari



ancaman bencana menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada, menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh, menghargai budaya local, membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta. Penyelenggaraan evakuasi medik dalam penanggulangan bencana meliputi: evakuasi medik darat, evakuasi medik air, evakuasi medik udara. Dalam penanganan penanggulangan bencana massal menggunakan prinsip triage. Klasifikasi triase: a. Merah (Emergent) dalam keadaan gawat darurat b. Kuning (Urgent) Memerlukan perawatan tapi masih bisa ditunda sementara c. Hijau pasien dengan kondisi yang tidak parah d. Hitam pasien yang sudah meninggal atau cedera fatal yang jelas tidak mungkin di resusitasi. Pemeriksaan dibagi menjadi dua primary secondary dan secondary survey. Stabilisasi di rumah sakit lapangan berutujuan agar korban dapat menstabilkan keadaan nya dan mendapatkan perawatan di rumah sakit lapangan sebelum di pindahkan ke rumah sakit permanen. Transportasi Pasien adalah sarana yang digunakan untuk



mengangkut korban dari lokasi bencana ke sarana kesehatan yang memadai dengan aman tanpa memperberat keadaan penderita ke sarana kesehatan yang memadai. Seperti contohnya alat transportasi yang digunakan untuk memindahkan korban dari lokasi bencana ke RS atau dari RS yang satu ke RS yang lainnya.



18



DAFTAR PUSTAKA •



https://www.bphn.go.id/data/documents/AE%20UU%20NO%2024%20Tahun%202007%20T entang%20Penanggulangan%20Bencana.pdf







http://repository.uinsu.ac.id/8134/1/3.%20DISASTER%20MANAGEMENT.pdf







https://www.academia.edu/11891825/Secondary_Survey







http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/54







https://bencana-kesehatan.net/index.php/30-hospital-disaster-plan/hasil-poadiskusi?start=6







https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=iG1KEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA 34&dq=info:rx5cfDH7ZUUJ:scholar.google.com/&ots=q027YsZvL8&sig=ImM5fqX HS6uTDpEzNx8qAdKk624&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false







https://www.kemhan.go.id/itjen/wpcontent/uploads/migrasi/peraturan/EVAKUASI%20MEDIK%207-8-14%20OK.pdf



19