Prosiding Seminar Nasional Dan Workshop Keperawatan 2017 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DAFTAR ISI



DAFTAR ISI



1



SAMBUTAN REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN



9



SAMBUTAN



DEKAN



FAKULTAS



KEPERAWATAN



UNIVERSITAS



12



SAMBUTAN KETUA PANITIA SEMINAR NASIONAL DAN WORKSHOP



15



PADJADJARAN



FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN TAHUN 2017 SUSUNAN



KEPANITIAAN



SEMINAR



NASIONAL



DAN



WORKSHOP



18



FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN TAHUN 2017 SUSUNAN ACARA SEMINAR NASIONAL DAN WORKSHOP FAKULTAS



21



KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN TAHUN 2017 MATERI PEMBICARA



24



PRESENTASI ORAL



154



PERBEDAAN STRES KERJA PERAWAT DI RUMAH SAKIT PEMERINTAH DENGAN SWASTA



154



SURVEY KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI RUMAH SAKIT : KONDISI TERKINI



LITERATUR REVIEW : STUDENT-CENTER LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MAHASISWA KEPERAWATAN



155



156



DAMPAK FREKUENSI PERNAPASAN PREDIALISIS TERHADAP 157 KRAM OTOT INTRADIALISIS DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL PERSEPSI PERAWAT DI RUANGAN PERAWATAN INTENSIF 158 TERKAIT MORAL DISTRESS DALAM MERAWAT PASIEN KRITIS DENGAN HIV/AIDS



1



INOVASI DALAM DOKUMENTASI PENGKAJIAN PRESSURE ULCER 159 MENGGUNAKAN APLIKASI BERBASIS ELEKTRONIK 1. STUDI LITERATUR: UPDATE PELAKSANAAN ORAL CARE PADA PASIEN YANG TERPASANG VENTILASI MEKANIK DI RUANG ICU



160



LITERATUR RIVIEW: NILAI EKONOMI KEPERAWATAN PROFESIONAL



161



TERAPI NON-FARMAKOLOGIS DISFUNGSI KOGNITIF PADA PASIEN 163 SKIZOFRENIA: A LITERATURE REVIEW KELAS MANAJEMEN EMOSI SELAMA 2 BULAN MENURUNKAN 164 KADAR GULA DARAH PUASA PASIEN DM TIPE II HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP PASIEN DAN PERAN PERAWAT TERHADAP KEPATUHAN DIET PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI POLIKLINIK JANTUNG RUMAH SAKIT DAERAH RADEN MATTAHER JAMBI



165



HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN PERILAKU MEROKOK 166 PADA REMAJA LAKI – LAKI DI AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT PEMBERDAYAAN KADER KESEHATAN DALAM ADAPTASI DAN 167 NORMALISASI KELUARGA DENGAN KANKER DI KABUPATEN PANGANDARAN KORELASI KUALITAS KEHIDUPAN KERJA PERAWAT DENGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DI RSUD 45 KUNINGAN SBAR: KOMUNIKASI KESELAMATAN PASIEN



EFEKTIF



DALAM



MENINGKATKAN 168



BEBERAPA PERILAKU GAYA HIDUP DAN HBA1C DI ANTARA 169 ANAK OVERWEIGHT DAN OBESITAS USIA 6-13 TAHUN PENGARUH JENJANG KARIR PERAWAT KLINIK DENGAN METODE 171 ASESMEN KOMPETENSI TERHADAP KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUMAH SAKIT (LITERATURE REVIEW)



PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP TEKANAN DARAH 172 PADA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NORMALISASI PADA 173 ORANGTUA YANG MEMILIKI ANAK DENGAN KANKER: TELAAH LITERATUR LITERATURE REVIEW : PENGARUH CLOSED SUCTION TERHADAP 174 NYERI PADA PASIEN KRITIS DENGAN VENTILASI MEKANIK DI RUANG ICU HUBUNGAN LAMA MENDERITA DAN DUKUNGAN KELUARGA 175 TERHADAP KUALITAS HIDUP LANSIA DENGAN HIPERTENSI



PENGATURAN POSISI DALAM UPAYA PENCEGAHAN LUKA 176 TEKAN: KAJIAN LITERATUR SISTEMATIS PENGALAMAN PERAWAT MENGKAJI NYERI DI RUANG RAWAT INAP TERPADU (RINDU) B RUMAH SAKIT H ADAM MALIK MEDAN



177



PENCEGAHAN LUKA TEKAN OLEH PERAWAT DI RUANG INTENSIF



178



PERBEDAAN KADAR GULA DARAH SEBELUM DAN SESUDAH 179 MELAKSANAKAN SENAM DIABETES PADA PASIEN DM TIPE II DI POLIKLINIK DM RSUD SUMEDANG PENGUATAN PENGETAHUAN PERAWAT PELAKSANAAN KESELAMATAN PASIEN PELATIHAN NURSING HANDOVER BERBASIS KOMUNIKASI SBAR



DALAM MELALUI



180



PENGARUH DIABETES SELF MANAGEMENT EDUCATION (DSME) 181 TERHADAP SELF CARE DAN MASALAH KAKI DIABETIK



TINJAUAN SISTEMATIK : PENGARUH KUALITAS HIDUP DAN 182



3



KESEJAHTERAAN PSIKOLOGI TERHADAP SUCCESSFUL AGING Manajemen Depresi Dan Kepatuhan Minum Obat Pada Penderita HIVKajian Literatur Sistematis



183



NILAI EKONOMI KEPERAWATAN DI PUSKESMAS (LITERATURE REVIEW)



184



ANALISIS KEPUASAN BELAJAR MAHASISWA PROFESI NERS 185 STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN TERHADAP PEMBELAJARAN E-LEARNING DAMPAK INTENSITAS NYERI IBU TERHADAP EFIKASI DIRI IBU 186 MENYUSUI PASCA BEDAH SESAR DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA INTERVENSI – INTERVENSI DALAM PENGELOLAAN STRES UNTUK 187 MEWUJUDKAN KAMPUS BEBAS STRES DI UNRIYO HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT 188 KEPUASAN KLIEN DI RUANG RAWAT INAP RSUD MAJALAYA KABUPATEN BANDUNG PENGARUH PENGGUNAAN VIRGIN COCONUT OIL (VCO) 189 TERHADAP PENCEGAHAN DEKUBITUS: SYSTEMATIC REVIEW



ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM IMPLEMENTASI 190 PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DI SUNGAI CIKAPUNDUNG BERDASARKAN P.P.NO. 13 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI PUSKESMAS DIHUBUNGKAN DENGAN P. P.NO. 66 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN LINGKUNGAN



HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU YANG MEMPUNYAI 191 BAYI UMUR 6-12 BULAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI DI PUSKESMAS GADOG GAMBARAN KUALITAS HIDUP PASIEN KANKER PAYUDARA



192



DI POLIKLINIK BEDAH ONKOLOGI RSUP DR.HASAN SADIKIN BANDUNG TINJAUAN SISTEMATIK : FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN 193 DENGAN KETERLAMBATAN DIAGNOSIS PADA PASIEN KANKER PAYUDARA PREVALENSI KEJADIAN INFEKSI ALIRAN DARAH PRIMER (IADP) 194 PADA PASIEN YANG MENGGUNAKAN ALAT CATHETER DOUBLE LUMENT (CDL) DI RUANG INSTALASI HEMODIALISIS RSUP DR. MOHAMMAD HOESINU PALEMBANG 2015



EXERCISE UNTUK MENGATASI FATIGUE PADA PASIEN BREAST CANCER : KAJIAN LITERATUR SISTEMATIS



195



EXERCISE UNTUK MENGATASI FATIGUE PADA PASIEN BREAST CANCER : KAJIAN LITERATUR SISTEMATIS



STRATEGI EFEKTIF DALAM MENINGKATKAN INTERPROFESSIONAL TEAMWORK PADA PENGELOLAAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT



196



HUBUNGAN ANTARA SISTEM JENJANG KARIR DAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DI RUMAH SAKIT (LITERATUR REVIEW)



197



HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT 198 KECEMASAN SAAT MEMILIH JURUSAN KELAS PADA REMAJA KELAS X DI SMA NEGERI 1 KOTA BAKTI TAHUN 2013 FAKTOR-FAKTOR YANG BERKONTRIBUSI TERHADAP PERILAKU 199 LANSIA DALAM UPAYA PENCEGAHAN KOMPLIKASI HIPERTENSI DIPUSKESMAS PEMBANGUNAN KABUPATEN GARUT



ANALISIS BEBAN KERJA PERAWAT PELAKSANA DI RSUD DR. R SOEDARSONO KOTA PASURUAN



200



5



FULL TEXT PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SEBELUM DAN SESUDAH 202 TERAPI MUSIK PADA PASIEN KANKER PAYUDARA YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG PERSEPSI PASIEN TENTANG MOBILISASI DINI DENGAN TINGKAT 210 NYERI PASIEN POST OPERASI SEKSIO SESAREA DI RUANG INSTALASI IBU DAN BAYI RSUD PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT



EFEKTIVITAS EARLY WARNING SYSTEM SCORE PENCEGAHAN PERBURUKAN PASIEN DI RUMAH SAKIT STRES UJIAN PADA SISWA KELAS XII DI SMA X JATINANGOR



DALAM 217



238



HUBUNGAN PERILAKU DAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM 277 PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI IBU HAMIL DAPAT MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN ANALISIS FAKTOR KETIDAKSEMPURNAAN PEMBERIAN ASI 290 SAMPAI DUA TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKU ALAM TANGERANG SELATAN 2017 PENERAPAN TERAPI PENERIMAAN DAN KOMITMEN PADA 302 KETIDAKPATUHAN REGIMEN TERAPEUTIK: PENGOBATAN KLIEN SKIZOFRENIA DENGAN PENDEKATAN MODEL TRANSPERSONAL CARING JEAN WATSON DI RUANG YUDISTIRA RS DR. H MARZOEKI MAHDI BOGOR GAMBARAN FAKTOR RISIKO OBSTRUCTIVE SLEEP APNEA (OSA) 315 PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 (DM TIPE 2) HUBUNGAN KESEHATAN SPIRITUAL DENGAN KESEHATAN 326 PSIKOSOSIAL PADA LANSIA DI RUMAH PERLINDUNGAN SOSIAL TRESNA WERDHA GARUT



PENGARUH MEMANDIKAN PASIEN DENGAN MENGGUNAKAN 335 CLORHEXIDINE 2% TERHADAP JUMLAH KUMAN STAPHYLOCOCCUS AUREUS DI RUANG ICU ANALISIS BISKUIT KAWISTA (LIMONIA ACIDISSIMA) MENINGKATKAN BERAT BADAN BALITA GIZI KURANG



GUNA 341



ANALISIS EFEKTIFITAS TERAPI INTI DAN TERAPI PSIKOLOGIS 349 TERHADAP KORTISOL SERUM DAN HBA1C SEBAGAI DASAR PENENTUAN TERAPI DM TIPE 2 DI MASA DATANG HUBUNGAN PARENTING CARE PATTERN DENGAN INTENSITAS 356 PERILAKU TEMPER TANTRUM PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH : TELAAH LITERATUR HUBUNGAN PARENTING CARE PATTERN DENGAN INTENSITAS PERILAKU TEMPER TANTRUM PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH : TELAAH LITERATUR LATIHAN EKTREMITAS BAWAH PADA PASIEN DENGAN ULKUS 364 KAKI DIABETIK: LITERATURE REVIEW TINGKAT DEMENSIA PADA PASIEN PASKA STROKE DI RUMAH 370 SAKIT AL-ISLAM BANDUNG TINJAUAN LITERATUR: POLA NORMALIZATION BEHAVIOR PADA 370 ORANGTUA YANG HIDUP DENGAN ANAK SAKIT KRONIS PENGARUH PEMBERDAYAAN SURVIVOR TB TERHADAP CAPAIAN 383 INDIKATOR PROGRAM TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS DI KOTA TARAKAN GAMBARAN CARING ABILITY SISWA KELAS X DI SEKOLAH MENENGAH ATAS 1 KECAMATAN PARIGI



396



FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMAMPUAN 402 PERAWATAN DIRI (SELF-CARE) ANAK RETARDASI MENTAL : TINJAUAN LITERATUR



7



DAMPAK INTENSITAS NYERI IBU TERHADAP EFIKASI DIRI IBU 411 MENYUSUI PASCA BEDAH SESAR DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA LITERATURE REVIEW: PENGARUH SUPPORT GROUP TERHADAP 421 KUALITAS HIDUP PASIEN KANKER PAYUDARA KEYAKINAN KESEHATAN DAN PERMASALAHAN PADA PASIEN 433 DIABETES MELITUS DI KOTA BANDUNG



HUBUNGAN DISABILITAS DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA



444



GAMBARAN RESILIENSI MAHASISWA TAHUN PERTAMA PROGRAM A2016 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN



PENGETAHUAN



MASYARAKAT



KABUPATEN



PANGANDARAN 463



TENTANG KESEHATAN JIWA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PENTINGNYA ASI 471 EKSKLUSIF DI POSYANDU MELATI V RW 05 KELURAHAN DARMO KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA TINJAUAN SISTEMATIK : KEBERADAAN NURSING CENTER 481 SEBAGAI BENTUK UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN SUMBER INFORMASI TENTANG PENCEGAHAN SEXUAL ABUSE PADA SISWA SEKOLAH DASAR TINJAUAN



SISTEMATIK



BERBASIS



ELEKTRONIK



:



DOKUMENTASI DALAM



492



KEPERAWATAN 498



UPAYA PENINGKATAN



PELAYANAN ASUHAN KEPERAWATAN SYSTEMATIC REVIEW :



506



PENGUATAN PERAN PERAWAT MELALUI NURSE-LED CLINIC DALAM MENGURANGI BEBAN PELAYANAN KESEHATAN PADA PENANGANAN MASALAH PENYAKIT KRONIS GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HIV/ AIDS PADA REMAJA DI PANGANDARAN PERAN KADER POS MALARIA DESA DALAM PENANGANAN MALARIA DI PUSKESMAS UITAO KECAMATAN SEMAU KABUPATEN KUPANG PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR MALARIA DI PUSKESMAS UITAO KECAMATAN SEMAU KABUPATEN KUPANG PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR PENGARUH PIJAT PUNGGUNG TERHADAP SKOR KECEMASAN PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT PEMERINTAH KABUPATEN GARUT PENGARUH METODE CONSTRAINT INDUNCED MOVEMENT THERAPY (CIMT) TERHADAP PASIEN HEMIPARESIS PASCA STROKE: LITERATUR RIVIEW PROGRAM LATIHAN PADA KLIEN DENGAN GAGAL JANTUNG KONGESTIF : LITERATURE REVIEW



HUBUNGAN ANTARA KINERJA DOSEN DALAM BIDANG PENDIDIKAN DENGAN KEPUASAN MAHASISWA KEPERAWATAN DI SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN (STIKEP) PPNI JAWA BARAT EUTECTIC MIXTURE OF LOCAL ANESTHETICS (EMLA) EFEKTIF MENURUNKAN NYERI SAAT TINDAKAN PUNGSI VENA PADA ANAK USIA SEKOLAH FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS HIDUP ANAK USIA SEKOLAH PENYANDANG TALASEMIA: TELAAH LITERATUR TINJAUAN SISTEMATIK : PENCARIAN DAN PEMERIKSAAN KONTAK SERUMAH DARI PASIEN TUBERKULOSIS PARU



9



EFEKTIFITAS DISKUSI KELOMPOK KECIL TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUANTENTANG GAYA HIDUP PADA LANSIAYANG HIPERTENSI FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI POLIKLINIK KARDIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DR. SLAMET GARUT



KEBUTUHAN ORANG TUA DAN KELUARGA DARI ANAK DENGAN PENYAKIT TERMINAL : LITERATURE REVIEW PENGETAHUAN KADER TENTANG DETEKSI DINI DAN STIMULASI TUMBUH KEMBANG PADA ANAK DENGAN PENYAKIT KRONIS MAKNA DUKUNGAN SOSIAL BAGI WANITA SUNDA DENGAN KANKER PAYUDARA DI KABUPATEN GARUT HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU YANG MEMPUNYAI BAYI UMUR 6-12 BULAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI DI PUSKESMAS GADOG Faktor Resiko Yang Dapat Diubah Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Di Ruang Penyakit Dalam Rumah Sakit Dustira Cimahi Tahun 2011



SAMBUTAN REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN PADA SEMINAR NASIONAL KEPERAWATAN



“Penguatan profesi keperawatan dalam peningkatan pelayanan keperawatan” Bandung, 9 November 2017



Assalaamu‘alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.



Yang kami hormati: • Para Pembicara Seminar; • Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran; • Para Tamu Undangan dan Peserta Seminar yang berbahagia.



Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga kita bisa berkumpul bersama dalam acara Seminar Nasional Keperawatan yang pada kali ini mengambil Tema “Penguatan profesi keperawatan dalam peningkatan pelayanan keperawatan” yang juga merupakan rangkaian kegiatan dari peringatan Dies Natalis Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran yang ke23.



11



Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program yang menjadi prioritas Pemerintah Indonesia dan tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional. Pada prakteknya, implementasi program ini terdiri dari 3 pilar utama yaitu: (1) penerapan paradigma sehat, (2) penguatan pelayanan kesehatan, dan (3) pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN). Universitas Padjadjaran sebagai institusi akademik yang memiliki Fakultas-Fakultas dalam rumpun ilmu kesehatan, yang salah satunya Fakultas Keperawatan tentu saja diharapkan untuk bisa berkontribusi banyak dalam mendukung dan menyukseskan program tersebut.



Langkah nyata Universitas Padjadjaran dalam penguatan pelayanan kesehatan tertuang dalam berbagai program. Pertama, peningkatan mutu pendidikan tenaga kesehatan yang meliputi Tenaga Medis (Dokter, Dokter Gigi dan Dokter Spesialis), Psikolog Klinis, Tenaga Keperawatan, Tenaga Kefarmasian, Tenaga Kebidanan dan Tenaga Kesehatan Masyarakat dengan menerapkan Inter-professional education (IPE), dimana dari semenjak pertama masuk ke universitas, para mahasiswa didorong untuk berkomunikasi dan berkolaborasi secara multidisplin dalam menyelesaikan masalah-masalah aktual di masyarakat, dimana langkah awalnya berupa pelaksanaan Tahap Persiapan Bersama (TPB) untuk mahasiswa Tingkat I dengan materi bahasan mengenai Suistanable Development Goals (SDGs).



Kedua, kebijakan Universitas Padjadjaran yang mendorong riset-riset inter dan transdisiplin yang unggul untuk mendorong peningkatan produk-produk akademik yang bisa diterapkan untuk menyelesaikan permasalahan masyarakat. Pada seminar ini, para pembicara merupakan para ahli yang berasal dari berbagai institusi, sehingga diharapkan akan memberikan pembahasan yang lengkap mengenai penguatan profesi keperawatan dalam peningkatan pelayanan keperawatan. Sebagai tindaklanjut dari seminar ini, saya berharap akan muncul riset-riset dalam bidang keperawatan yang melibatkan lebih banyak lagi akademisi dan praktis dari disiplin ilmu lainnya,



sehingga akan menghasilkan luaran akademik yang lebih kaya, komprehensif dan memiliki impact factor yang tinggi.



Ketiga, aktivitas akademik harusnya memiliki dampak nyata terhadap kemaslahatan masyarakat, sehingga dapat dikatakan bahwa ujung dari ilmu pengetahuan bukanlah hanya nilai pembelajaran atau laporan penelitian, melainkan terciptanya kesejahteraan umat manusia. Maka dari itu, Universitas Padjadjaran telah melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa-Pengabdian kepada Masyarakat Dosen (KKNM PPMD) Integratif Profesor Masuk Desa yang bertujuan agar mahasiwa dan dosen bisa mengimplementasikan kemampuan akademiknya di masyarakat. Saya berharap dalam seminar ini akan ada diskusi mengenai perkembangan keilmuan bidang keperawatan yang mutakhir, praktek-praktek baik yang telah dilakukan dan tindak lanjut dari interprofesional education menjadi interprofesional practice.



Terima kasih kami sampaikan kepada para pembicara, Pimpinan Fakultas, Panitia Penyelenggara dan pihak-pihak yang telah membantu dan berkontribusi untuk menyukseskan pelaksanaan acara seminar ini.



Akhir kata, saya berharap semoga kegiatan seminar ini berlangsung dengan lancar dan bermanfaat bagi pengembangan keilmuan serta penguatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Selamat mengikuti Seminar dan Have Fun.



Wassalaamu‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.



Bandung, 9 November 2017 Rektor Universitas Padjadjaran,



Prof. Dr. med. Tri Hanggono Achmad, dr.



13



“SEMINAR NASIONAL DAN WORKSHOP KEPERAWATAN” PENGUATAN PROFESI KEPERAWATAN DALAM PENINGKATAN PELAYANAN KEPERAWATAN Continuum of Care : dari ketergantungan menuju kemandirian hidup yang berkualitas Kusman Ibrahim, S.Kp., MNS., Ph.D



Bismillahirahmanirahim Yth. Rektor Universitas Padjadjaran Yth. Ketua Senat Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran Yth. Ketua Senior Nursing Group dan Jajarannya Yth. Ketua PPNI DPW Jawa Barat Yth. Ketua Umum Dies Natalis Fakultas Keperawatan Yth. Para Pembicara Seminar Nasional dan workshop Keperawatan Yth. Para Peserta Seminar dan Workshop Nasional serta para undangan yang saya hormati.



Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Puji serta syukur Kita panjatkan kehadirat Illahi Robbi, Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga pada hari ini kita dapat berkumpul disini dalam keadaan sejahtera dan sehat wal afiat. Sholawat serta salam tidak lupa kita kirimkan kepada teladan kita, Nabi Besar Muhammad SAW.



Hadirin yang berbahagia, Merupakan kebanggaan bagi kami, Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran, pada hari ini dapat menyelenggarakan kegiatan nasional berupa “Seminar Nasional dan workshop Keperawatan



2017”



tentang



“PENGUATAN



PROFESI



KEPERAWATAN



DALAM



PENINGKATAN PELAYANAN KEPERAWATAN”. Seminar ini dilaksanakan sebagai rangkaian dari peringatan Dies Natalis Universitas Padjajaran ke 60 dan Dies Natalis Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran yang ke-XXIII. Simposium ini dimaksudkan sebagai bagian dari wujud tanggung jawab fakultas untuk melaksanakan kegiatan yang bertujuan meningkatkan kompetensi, pengetahuan, profesionalisme, dan membuka wawasan perawat tentang Keperawatan di Indonesia seiring dengan visi Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran menjadi “Fakultas Pembelajaran Unggul Berbasis Riset dalam Bidang Ilmu dan Profesi Keperawatan”.



Hadirin yang Saya hormati, Masalah kesehatan saat ini, termasuk masalah keperawatan sudah sangat banyak, diperkirakan pada masa yang akan datang akan meningkat, dan menyentuh kelompok umur balita, produktif dan lansia. Upaya penanganannya dilakukan melalui berbagai jenjang pelayanan-asuhan rumah sakit (hospital care) dan pelayanan-asuhan di luar rumah sakit, terutama pelayana-asuhan di rumah (home care). Upaya pelayanan-asuhan kesehatan ini sangat memerlukan perawat yang professional dengan berbagai jenjang kemampuan dari berbagai jenjang pendidikan.yang dapat memberi asuhan keperawatan dengan benar dan baik dalam jumlah yang memadai. Bahkan di masa depan diperkirakan dibutuhkan di samping Ners Spesialis juga perawat yang memiliki kemampuan professional khusus atau lanjut; semacam Ners Spesialis- Konsultan. Oleh karena hal tersebut sangat diperlukan adanya sinergi antara pendidikan keperawatan dengan pelayanan keperawatan agar tercipta kualitas pelayanan yang maksimal.



15



Hadirin yang berbahagia, Pada kesempatan ini, saya ingin menghaturkan ucapan terimakasih terdalam dan penghargaan



yang



tinggi



kepada



Kementerian



Kesehatan,



Rektor



Universitas



Padjadjaran/yang mewakili, para pembicara yang telah hadir, sponsor, dan peserta. Tak lupa pula saya mengucapkan terimakasih pada seluruh panitia yang telah bekerja keras menyelenggarakan kegiatan ini. Akhir kata, saya mengucapkan, selamat mengikuti Seminar dan workshop Nasional ini, semoga ilmu yang kita dapat dari kegiatan ini dapat kita gunakan demi meningkatkan pelayanan kesehatan yang prima. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.



Kusman Ibrahim, S. Kp., MNS., Ph.D



SAMBUTAN KETUA PANITIA



Kurniawan Yudianto, S. Kp., M. Kep. Bismillahi rahmanirahim



- Yth. Ibu kemenkes yang diwakili oleh kepala pusat peningkatan mutu SDM Kesehatan - Yth. Bapak rektor univ Padjadjaran atau yang mewakili - Yth. Bapak dekan Fak Keperawatan Univ Padjadjaran - Yth. Wadek I dan II Fak Keperawatan Univ Padjadajaran - Yang saya hormati para (Senior Nursing Group) SNG - Yang saya hormati temen sejawat yang tidak bisa sebut satu persatu Serta Tamu undangan dan peserta seminar Sekalian yang berbahagia.



AssalamuAlaikumWr.Wb Selamat Pagi dan Salam Sejatera bagi kita sekalian Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahnya sehingga kita semua dapat hadir ditempat ini, dalam rangka mengikuti ―SEMINAR DAN WORKSHOP KEPERAWATAN‖ dengan tema penguatan profesi keperawatan dalam peningkatan pelayanan keprawatan. Tidak lupa pula kita kirimkan salam kepada nabiullah Muhammad saw dimana beliaulah yang telah mentransisikan kita dari lembah kenistaan menuju puncak bukit kemuliaan. Hadirin yang kami hormati.



17



Mengawali sambutan ini, saya ingin mengucapkan selamat datang dalam acara seminar nasional dengan tema penguatan profesi keperawatan dalam peningkatan pelayanan keprawatan. Pada kesempatan ini, izinkanlah saya sebagai Panitia Pelaksana untuk melaporkan kegiatan ini sebagai berikut : Berkaitan dengan tema tersebut kami menghadirkan beberapa narasumber sebagai pemateri utama yang menyampaikan materi tentang: 



Peran pendidikan keperawatan dalam mendukung pelayanan keperawatan yang bermutu dan menunjang dalam proses akreditasi







Peran organisasi profesi dalam peraturan dan kebijakan terkait praktek dan kewenangan klinis keperawatan







Sinergi antara institusi pendidikan dan pelayanan dalam peningkatan kualtas layanan







Penguatan peran ners dalam pelayanan pasien yang terintegrasi melalui kolabirasi interprofesional







Perspektif ekonomik pelayanan keperawatan dalam konteks pembiayaan pelayanan kesehatan







Penguatan profesi keperawatan dalam konteks inovasi dan teknologi keperawatan



o Adapun tujuan dari kegiatan ini yaitu : Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang kontribusi institusi pendidikan dan pelayanan keperawatan dalam meningkatkan kualitas pelayanan o Sebagai sarana untuk lebih mempererat persahabatan dan persaudaraan sesama peofesi perawat



Kegiatan seminar dilaksankan pada hari ini kamis sampai jumat tanggal 9 – 10 November 2017 pukul 08.00 WIB s/d selesai, bertempat di hotel IBIS Peserta kegiatan seminar nasional ini dihadiri oleh mahasiswa,professional perawat, dosen dan pemerhati keperawatan yang berjumlah 250. Hadirin yang saya muliakan. Acara ini dapat terlaksana karena dukungan dan usaha semua pihak. Oleh karena itu, saya ucapkan terima kasih kepada seluruh panitia yang telah bekerja keras untuk melaksanakan kegiatan ini., Terimaksaih juga kami sampaikan kepada pihak pihak yang telah bekerjasama dengan kami sehingga acara ini berjalan sesuai harapan. Kegiatan seminar nasional ini menjadi agenda rutin yang dilaksanakaan Fak Keperawatan Univ Padjadjaran Kami sebagai panitia penyelenggara mohon maaf apabila terdapat kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaan acara ini, karena kami menyadari tak ada gading yang tak retak.terakhir harapan kami mudah2an melalui seminar ini pengetahuan yg kita dapatkan dapat bermanfaat dan dapat diimplimentasikan dalam menunjang peningkatan kualitas pelayanan keperawatan Sebelum saya tutup saya ingin mengucapkan kalimat ketika kita memaknai hari ini adalah hari yag biasa-biasa saja maka kita akan keluar dari ruangan ini menjadi orang yg biasa-biasa saja,namun ketika kita memaknai hari ini adalah hari yang sangat luar biasa maka kita akan keluar dari ruangan ini menjadi orang yang sangat luar biasa.



Demikian Laporan Pelaksanaan kegiatan ini kami



sampaikan, dengan ucapan Wassalamu ‘Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh



19



SUSUNAN KEPANITIAAN



SUSUNAN KEPANITIAAN SEMINAR NASIONAL KEPERAWATAN 1. Pelindung 2. Penasehat



3. 4. 5. 6.



Penanggungjawab Ketua Panitia Wakil Ketua Sekretaris



7. Bendahara



8. Seksi Ilmiah dan acara



9.



Team Reviewer



: Rektor Universitas Padjadjaran : 1. Dekan Fakultas Keperawatan UNPAD 2. Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan UNPAD 3. Wakil Dekan II Fakultas Keperawatan UNPAD : Dr. F. Sri Susilaningsih : Kurniawan Yudianto, S.Kp., M. Kep. : Donny Nurhamsyah,S.Kep.,Ns. : Citra Windani M.S.,S.Kep.,Ners.,M. Kep. Jajang Ganjar Waluya,S.Kep.,Ns. : Agustini K., MBA. Yusshy K. Herliani, MNS. Meisa Daniati : 1. Dr. Ati Surya Mediawati 2. Irman Somantri, M. Kep 3. Aan Nur‘aeni, M. Kep. 4. Tetty Sholehati, M. Kep 5. Fanny Adistie, M. Kep 6. Valentina Lumbantobing, M. Kep. 7. Nuni Apriani, S. Kep., Ners 8. Putu Ari Sukriyanti, S. Kep., Ners 9. Rycco Darmareja, S. Kep., Ners 10. Darmayanti, S. Kep., Ners 11. Inni Zakiyah, S. Kep., Ners 12. Tuti Sahara, S. Kep., Ners 13. Mawar Eka Putri, S. Kep., Ners 14. Sifa Fauziah, S. Kep., Ners 15. Roshy Damayanti, S. Kep., Ners 16. Rinda Intan Sari, S. Kep., Ners 17. Taufik Alhidayah, S. Kep., Ners 18. Yori Yolanda, S. Kep., Ners 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Suryani, PhD Laily Rahayuwati, Dr. PH. Tuti Pahria, PhD Neti Juniarti, PhD Nur Maziyya,S.Kep.Ns Risnawaty,S.Kep.Ns



7.



Amrina Rasyada,S.Kep.Ns.



10. Seksi Humas, Publikasi, Promosi, dan Dokumentasi



: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.



Atlastieka Praptiwi, M.C.N Ristina Mirwanti M. Kep. Yayat Sudrajat Saeful Agus Cakrahayat, S. Kep., Ners Hesti Nuraeni, S. Kep., Ners Yogasliana Fathudin, S. Kep., Ners Ardhini Dwi Utari, S. Kep., Ners Andri Nurmansyah, S. Kep., Ners Ahmad Mumtaz Tauba, S. Kep., Ners Vera Priska Ali Sandi, S. Kep., Ners Dwi Retno Handayani, S. Kep., Ners Tri Nur Jayanti, S. Kep., Ners Noor Fithriyah, S. Kep., Ners Edi Supriadi, S. Kep., Ners Nurul Iklima, S. Kep., Ners Albertus Budi Ariyanto, S. Kep., Ners Endah Yuliani Rahmawati, S. Kep., Ners Neneng Ratnanengsih Puspitasari, S. Kep., Ners



11. Seksi Dana Usaha



: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.



Dian Adiningsih, M. Kes. Ai Mardhiyah, M. Kes Maya Amalia, S. Kep., Ners Nurul Septiani, S. Kep., Ners Yeni Binteriawati, S. Kep., Ners Geuis Anggi Siska Mulyasari, S. Kep., Ners Florentina Dian Maharina, S. Kep., Ners Gina Meirawaty, S. Kep., Ners Anisah Rahmawati, S. Kep., Ners Yulliana, S. Kep., Ners



12. Seksi Kesekretariatan



: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.



Sheizi Prista Sari, M. Kep. Eka Afri ma Sari., M. Kep Henny Batubara, M. Kep Hasniati Haroen, M. Kep. Novita Kamarudin, SE. Ita Vusfita, S. Kep., Ners Riza Arisanty Latifah, S. Kep., Ners Eva Nurlaela, S. Kep., Ners Agustina Ratna Timor, S. Kep., Ners 21



10. Ihda Al Adawiyah MZ, S. Kep., Ners 11. Ulung Hasanah, S. Kep., Ners 13. Seksi Akomodasi, logistik, perlengkapan, kemanan, kebersihan dan transportasi



14. Seksi Konsumsi



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. :



:



15. Seksi Kesehatan



Wawan Setiawan, MBA. Ryan Hara Permana, MN. Afif Amrullah., M. Kes. Gilang, S. Kep., Ners Adimiharja K, S. Kep., Ners Juanda Dana Hartono, S. Kep., Ners Maria Hermita Manik, S. Kep., Ners Anis Ardiyanti, S. Kep., Ners Ni Made Ayu Wulan Sari, S. Kep., Ners Puji Santoso, S. Kep., Ners Rohmah, S. Kep., Ners Muhammad Irwan, S. Kep., Ners Aang Beni Rudiantoro, S. Kep., Ners Asep Rahmadiana, S. Kep., Ners Puguh Budi Priyono, S. Kep., Ners Hasan Nurdin, S. Kep., Ners



1. Dyah Setyorini, S.Kp., ETN., MH.Kes 2. Aam Amaliyah 3. Ayu Prawesti, M. Kep. 4. Yulia Rais, S. Kp. 5. Indah Dwi Astuti, S. Kep., Ners 6. A. Miftahul Khair Imran, S. Kep., Ners 7. Maulidya Septiany, S. Kep., Ners 8. Astilia, S. Kep., Ners 9. Rita Kombong, S. Kep., Ners 10. Muthmainnah, S. Kep., Ners 11. Fitri Widanengsih, S. Kep., Ners PNC FKep Unpad



SUSUNAN ACARA SEMINAR NASIONAL DAN WORKSHOP KEPERAWATAN “PENGUATAN PROFESI KEPERAWATAN DALAM PENINGKATAN PELAYANAN KEPERAWATAN” Continuum of care: dari ketergantungan menuju kemandirian hidup yang berkualitas. Fakultas Keperawatan UNPAD Ballroom Hotel Ibis Braga, Bandung 2017 a. Pelaksanaan hari 1 WAKTU 07.30 – 08.00 08.00 – 08.30



08.30 – 08.50



Kamis, 09 November 2017 AGENDA Registrasi peserta Opening ceremony Keynote : KEMENKES ―Penguatan Profesi Keperawatan Sebagai Terhadap Mutu Pelayanan Kesehatan‖.



Daya



Ungkit



Pembukaan Seminar dan workshop keperawatan oleh Dekan Fakultas Keperawatan UNPAD 1. Pembicara : Ketua Senior Nursing Group (SNG) Materi : Tantangan profesi keperawatan masa kini dan masa yang akan datang. 2. Pembicara : Dr. Rr. Tutik Sri Hariyati, S.K p., MARS (surveyor KARS) Materi : Peran pendidikan keperawatan dalam mendukung pelayanan keperawatan yang bermutu dan terakreditasi 08.50 – 10.10 3. Pembicara: Harif Fadillah, S.Kp., SH (Ketua DPP PPNI) Materi: Peran organisasi profesi dalam implementasi peraturan dan kebijakan terkait praktek dan kewenangan klinis keperawatan. 4. Pembicara : Prof. Dr. Rina Indiastuti (Sekretaris Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan KEMENRISTEK) Materi : Sinergi Antara Institusi Pendidikan Dan Institusi Pelayanan Dalam : Issues And Solution



10.10 – 10.55



10.55– 11.55



Diskusi dan tanya jawab 1. Pembicara : Dr. F. Sri Susilaningsih, M.Ng (Kepala Departemen Keperawatan Dasar UNPAD) Materi : Penguatan peran Ners dalam pelayanan pasien terintegrasi melalui kolaborasi interprofesional. 2. Pembicara : BPJS Materi : Prespektif economic pelayanan keperawatan dalam 23



11.55 – 12.30 12.30 – 13.30 13.30 – 14.30 14.30 – 14.45 14.45 – 16.00 16.00



konteks pembiayaan pelayanan kesehatan (BPJS) 3. Pembicara : Dr. Hasballah Zakaria, ST., M.Sc. (ITB) Materi : Penguatan Profesi Keperawatan Dalam Konteks Inovasi Dan Teknologi Keperawatan. Diskusi dan tanya jawab ISOMA Concurrent Session : Presentasi oral/poster Coffee Break Concurrent Session : Presentasi oral/poster Penutupan hari I



b. Pelaksanaan hari ke 2 WAKTU 07.30 – 80.00



08.00 – 11.30



11.30 – 13.00 13.00 – 15.00 15.00 – 15.15 15.15 – 16.00



Jumat, 10 November 2017 AGENDA Registrasi ulang peserta Workshop Keperawatan 1. Pembicara : Dr. Ati Surya Mediawati, S.Kp., M. Kes. Dan Bagas, ST., MBA.T (Team IT Kemenkes) Materi : Analisis biaya pelayanan keperawatan/aplikasinya berbasis IT. 2. Pembicara : Dr. Prayetni, S.Kp., M. Kep. (HPMI pusat) Materi: Level jenjang karir keperawatan dengan nilai jasa keperawatan (Best practice tata laksana system jenjang karier keperawatan dan implikasinya pada remunerasi perawat). 3. Pembicara : Andi Parelangi, S. Kp., M. Kep., M. H. Kes. Materi : Pengalaman Pengembangan model praktek mandiri keperawatan (tahapan-tahapan). 4. Moderator : Prof. Dr. Ratna Sitorus, S. Kp., M. App.Sc, dan Co-moderator : Tuti Pahria, S.Kp., M. Kes., PhD. Focus Group Discussion (FGD) oleh team SNG dan perwakilan masing-masing wilayah di Indonesia terkait Problem, Issues and strategis dalam pengembangan Asuhan dan Pelayanan Keperawatan di Berbagai Wilayah Indonesia. ISOMA Concurrent Session : oral/poster presentasi Coffee Break Pengumuman peserta oral/poster presentasi terbaik Penutupan



TERIMAKASIH SELAMAT MENIKMATI RANGKAIAN ACARA



25



KEY NOTE



CURRICULUM VITAE (CV)



CV KEYNOTE : KEMENKES



27



29



31



33



MATERI PEMBICARA SESI I



35



CURRICULUM VITAE (CV)



CV SNG: IBU JOHANA



p



37



39



CURRICULUM VITAE (CV)



Nama



: Dr. Rr. Tutik Sri Hariyati, SKp., MARS



NIRA



: 3173000192



Pengalaman Bekerja : -



Staff Pengajar FIK UI 1999 – sekarang



-



Doktor Keperawatan Bidang Manajemen Keperawatan



-



Kompartemen Keperawatan PERSI 2013 – sekarang



-



Surveyor KARS 2014 – sekarang



-



Ketua TIM Pengembangan Manajemen Keperaawatan/ TPMK FIK UI 2012 – sekarang



-



Anggota Kolegium Manajemen Keperawatan Indonesia 2011 – sekarang



-



Manajer Umum (SDM, Keungan, Fasilitas & Umum) FIK UI 2014 – sekarang



-



Tim pengembangan, Konsultasi dan Riset Sistem Informasi Keperawatan di RSIA Bunda Jakarta, RS Umum Bunda Jakarta, RS. RST Duafa Parung, RS Fatmawati, RS Persahabatan, RS Hasan Sadikin, RS Adam Malik Medan, RS Wahidin, RS Hasanudin, RS USU, RS Soetomo, RS Petrokomia Gresik



-



Staff Ahli Riset DPRM UI 2007 - 2012



41



43



45



47



49



51



CURRICULUM VITAE (CV)



Nama



: Wawan Hernawan



Tempat Tgl Lahir



: Pandeglang 14 Oktober 1962



Jenis Kelamin



: Laki-Laki



Status



: Menikah



Gol/Pangkat



: IV B



Aalamat Kantor



: PMN Rs Mata Cicendo Bandung



Alamat Rumah



: Komplk Bumi Panyileukan Blok L1 no 19_20 Rt 04 Rw XI Kel Cioadung Kidul Kecamatan Panyileukan Kota Bandung ‗ Jln Soekarno Hata Cibiru Kota Bandung



No Tlp



: 081809801962 / 082216698662



Jabatan Saat Ini



: Ketua DPW PPNI Provinsi Jawa Barat.



Riwayat Pendidikan :



- SD Pandeglang Banten - SMP N I Pandeglang Banten - SMA N I Pndeglang Banten - AKPER Dr Oten Bandung - S 1 FIK UNPAD Bandung - Sertifikasi ORTHOPEDIC NURRSING AND EMERGRENCY NURSING. DAN BEDAH Orthopedi thn 1994



Riwayat Pekerjaan



:



- Staf ruangan bedah RSHS Bandung - C I Ruang bedah RSHS Bandung - Wakil Kepala Ruanagn Bedah Orthopedi RSHs



bandung - Kepala Ruangan Bedah Orthopedi RSHS Bandung - Pengawas Bedah Orthopedi RSHS Bandung - Wakil Direktur Akper PPNI Jabar - Ketua Program Keperawatan Stikes Bhakti Kencana Bandung - Wakil Ketua Yayasan PPNi Jawa barat - Kepala Seksi Standarisasi RS Khusus Kementrian Kesehatan Jakarta - Kepala Bidang Keperawatan RS Dr Marzoeki Mahdi Bogor - Komite Mutu PMN Rs Mata Cicendo Bandung Riwayat Organisasi



:



- Ketua Osis SMP - Ketua OSIS SMA - Ketua Ikosis SMA - Wakil Ketua KNPI - Ketua Kema Mhs Dr otten Bandung - Ketua Komisariar PPNi RSHS Bandung - Ketua PPNi Kota Bandung - Wakil Ketua PPNI Prov Jabar - Ketua DPW PPNI Provinsi jawa Barat 2016 -2021 - Tim Bencana Alam Kementrian kesehatan - Dosen Keperawatan Se Bandung Raya - Disaster Emergency Nursing



53



55



57



CURRICULUM VITAE (CV)



Nama



: Rina Indiastuti



Tempat / Tanggal Lahir



: Kediri, 10 Januari 1961



Alamat Rumah



: Jl. Kembar Timur I/17 Bandung



No. Telp



: (022) 5221385



Email



: [email protected] [email protected]



Pekerjaan



: Dosen tetap Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Padjadjaran



Alamat Kantor



: Jalan Dipati Ukur 35 Bandung



Pangkat / Golongan



: Guru Besar/ IV-d



Jabatan fungsional



: Guru Besar Ekonomi Industri dan Perbankan



Jabatan struktural saat ini



: Sekretaris Direktorate Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan KemristekDikti



Riwayat Pendidikan : 1.



S-3 Economics, University of Osaka Prefecture (1999)



2.



S-2 Manajemen Industri, Institut Teknologi Bandung (1989)



3.



S-1 Ekonomi dan Studi Pembangunan, Universitas Padjadjaran (1984)



Bidang Ilmu, Penelitian dan Konsultasi Yang Ditekuni: 1.



Ekonomi Industri (manufaktur, Ritel, IMKM, dan Pariwisata)



2.



Ekonomi Perbankan dan Keuangan



3.



Ekonomi Stratejik



Pengalaman Sebagai Peneliti, Konsultan, Reviewer dan Penilai: 1.



Peneliti pada Laboratorium Penelitian, Pengabdian pada Masyarakat dan Pengkajian Ekonomi (LP3E) Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran (1987Sekarang)



2.



Reviewer proposal penelitian LPDP. 2013 - sekarang



3.



Reviewer dan Penilai Kelayakan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum di Lingkungan Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Januari 2016 - sekarang



4.



Penyusunan



Rencana



Pembangunan



Industri



Provinsi



(RPIP)



dan



Kabupaten/Kota (RPIK). Kementrian Perindustrian, 2016 - sekarang 5.



Penyusunan Kebijakan Industri Nasional (KIN). Kementrian Perindustrian, Januari 2015 – 2016



6.



Penilai Seleksi Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung, 9 Januari-Maret 2017



59



7.



Review dan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional (RIPIN). Kementrian Perindustrian, Januari-November 2014



8.



Review Kebijakan Industri Nasional. Kementerian Perindustrian, JanuariNovember 2013



9.



Reviewer dan Penyusunan Kebijakan Industri Nasional 2013-2018. Kementrian Perindustrian, Januari-November 2012



10. Reviewer dan Penyusunan Grand Strategy Pengembangan Industri Nasional 2011-2014 Dalam Rangka Kegiatan Penanganan Masalah Aktual Kementrian Perindustrian. Kementrian Perindustrian, Mei--November 2011 11. Peneliti tergabung pada Forum Riset Stabilitas Keuangan Bank Indonesia (2009 Sekarang) 12. Regional Chief Economist Bank BNI (2010 – Juni 2015) 13. Editorial board, Journal of Business and Social Development. ISSN 2289-2951. Universiti Malaysia Terengganu Publisher 14. Komite Pemantau Risiko Bank Jabar/ Bank BJB (Juni 2007- Maret 2011) 15. Konsultan/Pakar Policy Advisory Unit Departemen Industri (2007-2008) 16. Chief of Editor, Economic Journal, Faculty of Economics Padjadjaran University, 2006-2009 17. Kelompok Kerja Dewan Pengembangan Ekonomi Kota Bandung, 2005-2013 18. Konsultan proyek WJMP Macon Jakarta (2004-2005) 19. Visiting Researcher di ISCAED Kita Kyushu Japan (1998) 20. Visiting Researcher di University of Osaka Prefecture, under Komai Fellowship (1993) 21. Young Researcher of Toyota Foundation (1985)



Pengalaman Jabatan Struktural 1.



Sekretaris



Direktorate



Jendral



Pembelajaran



dan



Kemahasiswaan



KemristekDikti, 5 Mei 2017-sekarang 2.



Kepala Departemen Ilmu Ekonomi Universitas Padjadjaran, Januari 2016-Mei 2017



3.



Pembantu



Rektor



Bidang



Perencanaan



dan



Keuangan



Universitas



Padjadjaran, April 2012-September 2015 4.



Pembantu Rektor Bidang Administrasi Umum dan Keuangan Universitas Padjadjaran Januari, 2009- April 2012



5.



Sekretaris



Akademik



Program



Doktor



Manajemen



Bisnis



Universitas



Padjadjaran, 2007-Januari 2009 6.



Ketua



Jurusan



Ekonomi



dan



Studi



Pembangunan



Universitas



Padjadjaran, 2003-2007 7.



Ketua LP3E Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran, 2002-2003



Workshop dan Pelatihan Nasional/Internasional: 1.



Balance Scorecard for Public Sector Using 3rd Generation, IBN International in association with 2GC Active Management, Kuala Lumpur, 7-8 Oktober 2013.



61



2.



Pengambilan Keputusan dalam situasi yang kompleks dan perencanaan dengan proses hierarki analitik, Institut Pendidikan dan Pembinaan Manajemen, Jakarta, Mei 1992.Ketua Penelitian/ Pengkajian:



1.



Riset Analisa Risiko Korporasi Berbasis Komoditas Terhadap Stabilitas Keuangan, Bank Indonesia dan CEDS/Pusat Studi Ekonomi FEB Universitas Padjadjaran, April – September 2017.



2.



Kajian Adopsi Teknologi Usaha Mikro, PT Bank BRI dan CEDS/Pusat Studi Ekonomi FEB Universitas Padjadjaran, 2016.



3.



Rantai pasok pembiayaan dan daya saing industri, Academic Leadership Program Universitas Padjadjaran, 2015-sekarang.



4.



Skema pembiayaan akselerasi sektor potensial Kota Bandung, Dewan Pengembangan Ekonomi (DPE) Kota Bandung, 2013.



5.



Potensi dan Prospek Industri Unggulan Wilayah Bandung, PT BNI. 2011- 2012.



6.



Peran Pemerintah Kota dan Masyarakat Dalam Mengantisipasi Dinamika Ekonomi Global, Dewan Pengembangan Ekonomi (DPE) Kota Bandung, 2009.



7.



Kajian Pengembangan Perdagangan Kota Banjar, LP3E FE Unpad bekerjasama dengan Pemerintah Kota Banjar, Desember 2008.



8.



Analisis Keberlanjutan Pasar Tradisional dan Regulasi Menghadapi Lingkungan Persaingan Yang Dinamis di Kota Bandung, Penelitian Hibah Kompetisi Universitas Padjadjaran, 2007.



9.



Pergerakan harga beras di Jawa Barat, Kerjasama dengan Bank Indonesia Bandung, Tasikmalaya, dan Cirebon, 2007.



10. Model Penyaluran Kredit UKM Yang Berdampak pada Kinerja UKM, Kerjasama LP3E FE Unpad dan Bank Indonesia, Desember 2006.



11. Analisis Penyebab Perbedaan dan Peningkatan Harga Antar Komoditas Bahan Makanan dan Makanan Jadi di Kota Bandung, Kerjasama Fakultas Ekonomi an Kantor Bank Indonesia Bandung, Agustus 2006. 12. Unpad Kajian Penerapan Peraturan Perpajakan pada Industri Migas, Kerjasama Dirjen Migas RI dan Puriska, Februari 2005. 13. Policy Lessons for SME Clusters Development in West Java Province at Indonesia. IRSA Conference 2004. 14. Kajian Linkage Program antara Bank Umum dan BPR di Indonesia, Kerjasama BI danLP3E FE Unpad, Desember 2004. 15. Kajian Potensi dan Daya Saing Produk Ekspor ke Pasar Non Tradisional, kerjasama BPEN Depperindag dengan LP3E FE UNPAD, Desember 2003 16. Kajian



Kebijakan



Pengembangan



Pembiayaan



Mikro



Dalam



Rangka



Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, kerjasam Kantor Menko EKUIN dengan LP3E FE UNPAD, Desember 2003 17. Analisa Peranan KUKM Terhadap Perekonomian Jawa Barat, kerjasama Dinas Koperasi dan UKM Propinsi Jawa Barat dengan LP3E FE UNPAD, Desember 2003 18. Survey Pemetaan Sentra Se-Jawa Barat, kerjasama Dinas Koperasi dan UKM Propinsi Jawa Barat dengan LP3E FE UNPAD, Oktober 2003 19. Perspektif Bank Terhadap Pengusaha Usaha Kecil Menengah (UKM) : dalam Menjalankan Perannya Sebagai Lembaga Intermediasi, kerjasama Bank Indonesia Bandung dengan LP3E FE UNPAD, Agustus 2003 20. Pengkajian dan Aplikasi Model Perekonomian Daerah, Proyek Semique IV Depdiknas, 2002-2003. 21. Studi Model Penulisan Analisa Pasar, kerjasama BPEN Depperindag dengan LP3E FE UNPAD, Desember 2002



63



22. Kajian Kebijakan Perindustrian dan Perdagangan dalam Rangka Meningkatkan Ekspor dalam Menghadapi Resesi Global, kerjasama Menko EKUIN dengan LP3E FE UNPAD Desember 2002 23. Rintisan Pembentukan Lembaga Penjamin Kredit Koperasi dan UKM, kerjasama Dinas KUKM Propinsi Jawa Barat dengan LP3E FE UNPAD, Desember 2002 24. Pengukuran Efisiensi PT. Telkom, kerjasma PT. Telkom dengan LP3E FE UNPAD, November 2002 25. Pengkajian Sumber-sumber Potensi Ekonomi di Jawa Barat, kerjasama BALITBANGDA Propinsi Jawa Barat dengan LP3E FE UNPAD, Oktober 2002 26. Program Penjaminan Pemerintah : Dampak dan Efektivitasnya Terhadap Perilaku Masyarakat dan Kinerja Bank, kerjasama BI Bandung dengan LP3E FE UNPAD, Agustus 2002 27. Model Pengembangan Usaha Koperasi dan Usaha Kecil Menengah di Sentra Komoditas Unggulan, kerjasama Dinas KUKM Propinsi Jawa Barat dengan LP3E FE UNPAD, Agustus 2002 28. Pengembangan Potensi Ekonomi Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat, kerjasama Kabupaten Kotawaringin Barat, PPA FE UNPAD dengan LP3E FE UNPAD, Desember 2001 29. Kajian Potensi Pasar Luar Negeri Produk KUKM dan Mekanisme Pemasaran Produk KUKM, kerjasama Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Propinsi Jawa Barat dengan LP3E FE UNPAD, Oktober 2001 30. Pengembangan Potensi Nilai Ekonomi Kegiatan Parawisata Kabupaten Cianjur dalam Era Otonomi Daerah, kerjasama Departemen Pendidikan Nasional dengan LP3E FE UNPAD, Oktober 2001



31. Studi Evaluasi dan Revitalisasi Kelembagaan TPO/Marketing Point (ITPC), kerjasama Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) Departemen Perindustrian dan Perdagangan dengan LP3E FE UNPAD, September 2001 32. Pengkajian dan Evaluasi Program Kredit DAKABALAREA, kerjasama PT. Bank Jabar dengan LP3E FE UNPAD, Maret 2001. 33. Penyusunan Strategi Pemberdayaan Ekonomi Rakyat, Keterkaitan Usaha dan Peningkatan Daya Saing Ekonomi Global Propinsi Jawa Barat, kerjasama Bappeda Propinsi Jawa Barat dengan LP3E FE UNPAD, Agustus 2000. 34. Pokok-pokok Pikiran Visi dan Misi Propinsi Jawa Barat, Kerjasama dengan Bappeda Propinsi Jawa Barat, Agustus 2000. 35. Penyusunan Program Pembangunan Daerah (PROPEDA) Kabupaten Cianjur, kerjasama Bappeda Kabupaten Cianjur dengan LP3E FE UNPAD, Maret 2001 36. Kajian Kebijakan Pengembangan Restrukturisasi Usaha, kerjasama Kantor Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri dengan LP3E FE UNPAD, Desember 2000 37. Model Pengembangan Potensi Ekonomi Kabupaten Cianjur, kerjasama Bappeda Kabupaten Cianjur dengan LP3E FE UNPAD, Oktober 2000 38. Penelitian “Monitoring dan Evaluasi Program Pengembangan Ekspor”, kerjasama BPEN dengan LM FE UNPAD, Maret 2000 39. Penyusunan Model Perusahaan Daerah (PD) Bank Perkreditan Rakyat, kerjasama Bank Indonesia Bandung dengan LP3E FE UNPAD, Desember 1999 40. An Empirical Analysis of Technical and Allocative Efficiencies : the Cases of Three Major Indonesian Manufactures, Working Paper on Ito Seminar, 1998 41. The Measurement of Relative Efficiency” Prosiding Temu Ilmiah, PPI Kansai, 1997



65



42. Potensi Tabungan Masyarakat di Propinsi Bali, Kerjasama Bank Indonesia dengan LP3E FE-UNPAD, 1994 43. Studi Prospek dan Agroindustri Jawa



Potensi Barat,



Pasar



DKI



Jakarta



untuk



Pengembangan



Kerjasama Bappeda Dati I Propinsi Jawa Barat



dengan LP3E FE-UNPAD, 1994 44. Studi Model Ekonomi Regional



Jawa Barat, Laporan Penelitian Kerjasama



antara Bappeda Propinsi Dati I Jawa Barat dengan LP3E FE-UNPAD, 1993 45. Potensi Tabungan Masyarakat Pedesaan di Propinsi Kalimantan Tengah, Kerjasama antara Bank Indonesia dengan LP3E FE-UNPAD, 1993 46. Potensi Tabungan Masyarakat Pedesaan di Propinsi Sumatera Selatan, Kerjasama antara Bank Indonesia dengan LP3E FE-UNPAD, 1993 47. Potensi Tabungan Masyarakat Pedesaan di Propinsi Bengkulu, Kerjasama antara Bank Indonesia dengan LP3E FE-UNPAD, 1993 48. Penelitian Kaji Tidak Pengembangan Sistem Pelatihan dan Penataran, Kerjasama antara Badan Penelitian dan Pengembangan Koperasi Departemen Koperasi dengan LM FE UNPAD, 1993 49. Potensi Tabungan Masyarakat Pedesaan di Propinsi Dati I Jawa Barat, Kerjasama antara Bank Indonesia dengan LP3E FE- Ketua LP3E FE-UNPAD, 1992 50. Pelatihan dan Praktek Dalam Penyusunan Studi Kelayakan Lanjutan Bagi 303 Manager KUD Mandiri dan KUD/Koperasi Lainnya di Jawa Barat, Kerja sama Kanwil Dep. Koperasi Propinsi Dati I Jawa Barat dengan FE-UNPAD, 1992 51. Pelatihan dan Praktek Penyusunan Studi Kelayakan bagi 303 manager KUD Se Jawa Barat, Kanwil UNPAD, 1991



Dep. Koperasi Propinsi Dati I Jawa Barat dengan FE-



52. Studi Pengembangan Jawa Barat Bagian Selatan, Kerjasama antara Bappeda Propinsi Dati I Jawa Barat dengan LP3E FE-UNPAD, 1990 53. Keterkaitan Antar Industri Tersebar di Jawa Barat, Kerjasama antara Bappeda Propinsi Jawa Barat dengan LP3E FE-UNPAD, 1990



Publikasi 1.



Rina Indiastuti, and Maman Setiawan. Technical Efficiency and Asymmetric Information of The Indonesian Banking Industry. 15th International Convention of the East Asian Economic Association, Bandung, proceeding. November 2016.



2.



Nury Effendi, Maman Setiawan, and Rina Indiastuti. Technical Efficiency and Financial



Crisis



of



The



Regional



and



Non-regional



Banks



in



the



Indonesian Banking Sector. 15th International Convention of the East Asian Economic



Association,



Setiawan,



Mohammad



Bandung,



proceeding.



Purnagunawan,



November



Nury



Effendi,



2016.Maman Rina Indiastuti.



Industrial Concentration and Price-cost Margin of The Micro and Small Enterprises



in



the



Indonesian



food



and



beverages



Industry.



International Conference of Integrated Microfinance, proceeding. 2016 3.



Rina Indiastuti. Daya Saing Daerah: Konsep, Kajian dan Kebijakan. Cetakan I Unpad Press, ISBN: 978-602-6308-26-9. Agustus 2016.



4.



Maman Setiawan, Rina Indiastuti, Dini Indrawati, Nury Effendi. Technical Efficiency and Enviromental Factors of The Micro, Small and Medium enterprises in Bandung City: a slack - based approach. International Journal of Globalisation



and



Small



Business,



Vo.



8,



Issue



1,



2016;



ISSN:



14793059/14793067; DOI: 10.1504/IJGSB.2016.076447.



67



5.



Maman



Setiawan



and



Rina



Indiastuti.



Information



Technology



and



Competitiveness: Evidence from Micro, Small and Medium Enterprises in Cimahi District, Indonesia. International Journal Enterpreneurship and Small Business. Vo. 25 No. 4, 2015, pp 475-493. 6.



Maman Setiawan, Rina Indiastuti, Peggie Destevanie. Information Strategy and Competitiveness: Evidence From Micro, small and medium enterprise in Cimahi Dsitrict, Indonesia. International Journal of Entrepeneurship and Small Business, Vo.



25,



Issue



5,2015;



ISSN:



14761297/17418054;



DOI:



10.1504/IJESB.2015.070219. 7.



Rina Indiastuti and Maman Setiawan, Cost Efficiency and Market Power Effect in the Indonesian Banking Industry, 14th International Convention of the East Asian Economic Association, Bangkok, proceeding. November 2014.



8.



Maman Setiawan, Rina Indiastuti, P.Destevanie, Information Technology and Competitiveness: Evidence from Micro, Small and Medium Enterprise Survey in Cimahi District, Indonesia. Working Papers in Economics and Development Studies, 2014



9.



Nury Effendi, Rina Indiastuti, Taslim Z. Yunus, Maman Setiawan, Technical Efficiency and Interest Spread in the Indonesian Banking Industry, European Journal of Social Sciences. ISSN 1450-2267 Vol. 44 No 4 October, 2014, pp.386392



10. Rina Indiastuti dan Arief Anshory Yusuf. Daya Saing Ekonomi Nasional, Masalah dan Solusi Prioritas. Unpad Press. ISBN 978-602-9238-47-1. November 2013. 11. Rina Indiastuti tergabung dalam tim Kementrian Perindustrian, Buku ‘Evaluasi Klaster Industri Prioritas Dalam Rangka Review Kebijakan Industri Nasional’. Kementrian Perindustrian, Desember 2012.



12. Rina



Indiastuti,



Determinants of Interest Rate for Industrial Loan in



Indonesia, International conference of Global accounting, finance and economics, Melbourne, proceedings. February 2012. 13. Rina Indiastuti, The spatial agglomeration on local industrial development and government policy: the empirical study on West Java Province Indonesia, International conference of ICBME Turkey, proceedings. 2011 14. Rina Indiastuti, dkk. Outlook Ekonomi Indonesia: Tinjauan Ekonomi Regional Jawa Barat dan Wilayah Bandung, hal 52-59, BNI, 2011. Book chapter. 15. Rina Indiastuti, Perbaikan Akses Kredit Untuk Pertumbuhan Kredit Dan Kinerja Bisnis, Economic Review No. 219, BNI, Maret 2010. 16. Rina Indiastuti, dkk. Buku ‘Kumpulan Pemikiran Untuk Efektivitas Penerapan Kebijakan’ (Perpres No 28 Tahun 2008), ISBN 978-979-9494-19-1, 2009. Book chapter. 17. Rina Indiastuti, The Rice Distribution Channel and Seasonal Pricing, Proceeding of FAEA Conference, November 2008. 18. Rina Indiastuti, dkk. Analisis Keberlanjutan Pasar Tradisional Dalam Iklim Persaingan Usaha Yang Dinamis di Kota Bandung, Sosiohumaniora, Vol. 10. No.2, Juli 2008. 19. Rina Indiastuti, Kinerja dan Prospek Ekonomi Indonesia, Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran, 2007. 20. Rina Indiastuti, Respon Konsumen Terhadap Persaingan Pasar Tradisional dan Pasar Modern: Studi Empiris dengan Menggunakan Data Kota Bandung, Kajian Ekonomi Vol.5 No. 2 2007, hal 117-225, Program Studi Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya, 2006. 21. Rina Indiastuti, dkk. Buku Analisis Ekonomi Jawa Barat, Unpad Press, 2003.



69



22. Rina Indiastuti, The Financing of Regional Development and Economic Growth in West Java Province, dalam Regional Development in The Era of Decentralization: Growth, Poverty, and Environment,



IRSA Conference



Series, Unpad Press, 2003. 23. Rina Indiastuti, Efficiency and Productivity of Indonesian Manufacturing Sector, Proceeding of 6th Convention of the East Asian Economic Association, 1998 24. Rina Indiastuti, An Analysis of Efficiency in Indonesian Commersial Banks, OCU Economic Review, 1998 25. Rina Indiastuti, Efficiency and Scale Economies in the Manufacturing Industry: the Case of Iron and Steel Industry of Indonesia, Bulletin of Osaka Prefecture University Series D 17, 1998 26. Rina Indiastuti, Efficiency and Scale Economies in the Manufacturing Industry: the Case of Iron and Steel Industry of Indonesia, Bulletin of Osaka Prefecture University Series D 17, 1998 27. Rina Indiastuti, A Competitive Model of Manufacturing Industry : the Cases of Indonesia and Japan, The Journal of Economic Studies, Society of Economics University of Osaka Prefecture, Vol. 39:2, 1994



Instruktur pada Pelatihan tingkat Nasional 1.



Instruktur Sespibank



LPPI, Materi Ekonomi Daerah



dan Pemahaman



Lingkungan Bisnis Bank, Jakarta, 2010-2016. 2.



Instruktur Diklat Jenjang Perencana Fungsional, Kerjasama Program MET Unpad-Bappenas, 2009-sekarang.



3.



Instruktur



Sistem



Industri



Bagi



Eselon



II



di



Lingkungan Departemen



Perindustrian, Materi Kebijakan Ekonomi Nasional, Jakarta, 2006-2011. 4.



Instruktur pada Training of trainers kebanksentralan, Kerjasama BI dan LP3E FE Unpad, Bandung, 2006



5.



Instruktur pada training Penulisan Analisis Pasar Ekspor, BPEN Depperindag, Jakarta, 2003.



6.



Instructure



at



One-Day Workshop Business Forecasting : Techniques,



Application and Experiences, Bandung, 16 Mei 2002 7.



Instruktur pada Pelatihan Pembekalan Teknis tentang Paradigma Baru Sistem Penganggaran dan Sistem Pengelolaan Keuangan Pemerintah Daerah, materi: Kerangka Makro Perencanaan Daerah Yang Berorientasi Pada Kepentingan Publik dan Kinerja Unit Kerja, Bandung 21 Agustus 2000.



8.



Instruktur Perencaan Pengembangan SDM Tingkat Provinsi, Bappenas dan FE Unpad, Bandung, 1992.



Pembicara/Narasumber Seminar/Lokakarya 10 Tahun Terakhir 1.



Strategi Daerah mendorong Diversifikasi Sumber Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat, FGD Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat, Bandung, 17 April 2017.



2.



Tinjauan Akademis Pengembangan Ekonomi Syariah di Indonesia dan Jawa Barat, FGD Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat, Bandung, 27 Desember 2016.



3.



Pembangunan Daya Saing Daerah dan Investasi di Jawa Barat, Bappeda Provinsi Jawa Barat, Pangandaran, 1 Desember 2016.



71



4.



Daya Saing Daerah dan Daya Tarik Investasi. Seminar Kantor Bank Indonesia Jawa Barat, 2 November 2016.



5.



Kolaborasi Daerah Bandung Raya untuk Peningkatan Daya Saing dan Pengendalian Inflasi. Lokakarya Pemda Bandung Raya. 2 November 2016.



6.



Peningkatan Daya Saing Industri Sebagai Basis Ekonomi Jangka Panjang, FGD Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat, Bandung, 9 Oktober 2015.



7.



Konsep dan Pemetaan Daya Saing Daerah. Seminar Bank Indonesia. 5 September 2016.



8.



Tinjauan Ekonomi: Transaksi Merger dan Akuisisi pada Perusahaan Joint Venture, Diskusi KPPU, Bandung, 29 Agustus 2014.



9.



Peluang dan Tantangan Ekspor Industri Indonesia ke China, FGD Kementrian Koordinator Ekonomi, Bogor, 27 Agustus 2014.



10. Peluang dan Tantangan UMKM Menghadapi MEA 2015, Seminar Dinas Perindustrian dan UKM Kota Bandung, 25 Juni 2014. 11. Tinjauan Ekonomi Sistem Devisa di Indonesia, Seminar Bank Indonesia, Bandung 13 Mei 2014. 12. Prospek Hubungan Ekonomi Indonesia dan Afrika Selatan, Seminar African Experience Kementrian Luar Negeri, Bandung 23 Oktober 2013. 13. Solusi Daya Saing Ekonomi Indonesia, Seminar Bappenas-Unpad, Jakarta 10 Oktober 2013. 14. Kinerja ekonomi Jawa Barat tahun 2012 dan skenario perkembangan ekonomi Jawa Barat tahun 2013, Seminar Kadin Jawa Barat, 5 Desember 2012, Bandung.



15. Strategi Penetapan Harga Pada Pasar yang Terkonsentrasi Pada Industri BBM Non Subsidi, Lokakarya Komite Pengawas Persaingan Usaha, 30 November 2012, Bandung. 16. Daya Tarik Investasi Portfolio Menghadapi Ketidak Pastian Perekonomian Dunia, Seminar Bank Indonesia, 21 November 2012, Surabaya. 17. Asumsi Makro Ekonomi dan Dana Transfer Daerah, Seminar Budget Office DPD RI, 14 Juni 2012, Jakarta. 18. Determinants of Interest Rate for Industrial Loan in Indonesia, International conference of Global accounting, finance and economics, Melbourne, February 2012. 19. Dampak Krisis Eropa terhadap UKM serta solusi kebijakannya, Diskusi Panel Kementrian Pembangunan Nasional/Bappenas, 17 November 2011, Bandung. 20. The Spatial Agglomeration on Local Industrial Development and Government Policy: the empirical study on West Java Province Indonesia, ICBME International Conference, 6-8 Oktober 2011, Turkey. 21. Peranan Perbankan Saat ini dan Ke depan, Expert meeting DPD RI, 30 Juni 2011, Jakarta. 22. Posisi Jawa Barat dalam perjanjian AIFTA dan AANZFTA, Mei 2011, Bandung. 23. Makro ekonomi dan Kebijakan perbankan, Seminar Budget Office DPD RI, 12 Mei 2011 Jakarta. 24. Peluang Penurunan Suku Bunga Kredit BPR, FGD PPSK Bank Indonesia, 14 April 2011, Jakarta. 25. Prospek dan Catatan: Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi 2010, Seminar Bank Indonesia, 14 November 2009; Kuningan.



73



26. Interface antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Dalam Penerapan Kebijakan



Industri



Nasional,



Workshop



Departemen



Perindustrian,



5



November 2009; Jakarta. 27. The Rice Distribution Channel and Seasonal Pricing; ASEAN’s Cooperation and Agricultural and Rural Development in The Globalisation Era; The 33rd Annual Conference of the Federation of ASEAN Economic Associations (FAEA); November 27-28, 2008; Hanoi. 28. Kondisi Ekonomi Pasar Tradisional; Workshop Model Revitalisasi Pasar Tradisional di Jawa Barat; 13 November 2008; Bandung 29. Strategi Peningkatan PAD Bersumber dari Asset Daerah; Diskusi Perencanaan Komprehensif Pendapatan Daerah Tahun 2009-2013 Bapeda Prop. Jawa Barat; 22 Oktober 2008; Bandung. 30. Antisipasi Dampak Krisis Keuangan Amerika dan Kebijakan Ekonomi Daerah Kota Bandung; Rapat Koordinasi BAPPEDA- Propinsi Jabar; 15 Oktober 2008; Bandung. 31. Kebijakan Ekonomi Nasional; Pemateri Diklat Sistem Industri IV Departemen Perindustrian; 2006, 2007, 2008; Jakarta. 32. Revitalisasi Fungsi Pasar Tradisional; Lokakarya Pedoman Pengelolaan Pasar Tradisional; Lokakarya Departemen Dalam Negeri; 24 Juni 2008; Jakarta. 33. Motivasi dan Strategi UMKM Dalam Mengatasi Krisis Ekonomi; Seminar Bank Danamon dan Majalah Trust; 11 Juni 2008; Bandung. 34. Antisipasi Dunia Usaha Terhadap Potensi Kenaikan BBM Pasca 2008; Seminar Kebijakan Alternatif; Antisipasi Terulangnya Kenaikan Harga BBM Pasca 2008 FE UNPAD; Forum Diksusi FE UNPAD ; 30 Mei 2008; Bandung. 35. Selamatkan Indonesia dari Kemiskinan; Talk Show 100 tahun Kebangkitan Nasional KM ITB; 22 Mei 2008; Bandung.



36. Potensi Pengembangan Pendanaan KUKM di Jabar; Seminar Dinas UKM; 13 Mei 2008; Bandung. 37. Pengaruh Stabilitas Ekonomi Makro Terhadap Peluang Bisnis UKM; Seminar Dinas KUKM Jawa Barat; 3 Juli 2007; Bandung. 38. Peta Kekuatan Ekonomi Jawa Barat; Sensus Ekonomi 2006 Lanjutan, Seminar Biro Pusat Statistik Propinsi Jawa Barat; 22 Mei 2007; Bandung. 39. Strategi Pengembangan Perekonomian Wilayah Dalam Rangka Peningkatan Daya Beli Masyarakat; Seminar Akselerasi Pencapaian Target IPM Kota Tasikmalaya Melalui Peningkatan Daya Beli; Seminar ISEI 7 Juli 2006; Tasikmalaya. 40. Pengaruh Tingkat Kemacetan Kredit Terhadap Perekonomian Nasional; Seminar Perbankan FH UNPAD; 23 Mei 2006; Bandung. 41. Eco-Efficiency Funding For Small And Medium Scale Industries (SMI) In Indonesia: Developing The SMI Competitiveness In The Globalization Era; Simposium Kebudayaan Indonesia - Malaysia IX; Simposium Kerjasama Universitas Padjadjaran – Universiti Kebangsaan Malaysia; 10-12 Mei 2005; Bandung. 42. Pemetaan dan Permasalahan Usaha Mikro, kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia; Kerjasama Bank Indonesia dan LP3E; Juni 2005; Bandung. 43. Perkiraan Inflasi di Jawa Barat Tahun 2006; Diskusi Evaluasi Perkembangan Ekonomi Jawa Barat Tahun 2005 dan Prospeknya di Tahun 2006; 8 Desember 2005; Bandung.



75



Artikel Terkini dimuat di Media Masa 1.



Pembangunan Ekonomi, Harian Pikiran Rakyat, 2 Januari 2016



2.



Daya Saing Jawa Barat, Pikiran Rakyat 6 September 2016



3.



Supermoon dan Kebajikan Pembangunan, Harian Pikiran Rakyat, 17 November 2016



Pengalaman Organisasi Sosial: Pengurus Yayasan Pendidikan ―Taruna Bakti‖ Bandung, 2005-2016



Keterangan diatas dibuat dengan benar



Bandung, 5 Mei 2017



Rina Indiastuti



77



79



MATERI PEMBICARA SESI II



CURRICULUM VITAE (CV)



NAME



FRANCISCA SRI SUSILANINGSIH



BIRTH



BOYOLALI, June 4 - 1956



POSITION



Head of Fundamental of Nursing Departement, Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran



NIRA



32730028915



Education



Academy of Nursing, Bandung 1978 BSN , Philippines Women University, Manila 1986 Master of Nursing, University of the Philippines, Manila 1989 Doctor (Health care services management) Universitas Gadjah Mada, Jogyakarta 2011



Teaching



1. Manajemen Keperawatan/ Nursing Management (S1)



Subject



2. Fundamental of Nursing (S1) 3. Pendidikan



dan



Promosi



Keperawatan/



Health



education and promotion (S1) 4. Tata Kelola Klinis Keperawatan/Clinical governonce in nursing services (S2) 5. Penelitian



Kuantitatif



dalam



keperawatan/



Quantitative research (S2) 6. Pembelajaran klinis dalam keperawatan/ clinical teaching-learning in nursing (S2) 7. Manajemen sumber daya keperawatan/ resources management (S2) 8. Kepemimpinan klinis/ clinical leadership (S2) 9. Manajemen Strategis/ strategic management (S2)



81



Research and



Cohessiveness of Nurse-Physician Collaborative Practice



paper work



in Interdisciplinary Model of patient care (2009)



(2009 to date)



Indicators of Patient safety related to Nursing care in Interdisciplinary Model of Patient care (2009) Correlation between Cohessiveness in the implementation of care path and patient safety in Interdisciplinary model of patient care (2009) Nurse- Physician Collaborative Practice (2010) Root cause analysis as part of clinical risk management (2010) Interdisciplinary approach in critical care nursing (2011) Interdisciplinary Model Of Patient Care As Framework For Interprofessional Collaborative Practice In Dr Hasan Sadikin Teaching Hospital (Action research, 2005 - 2011) Interdisciplinary Model Of Patient Care: Framework For Interprofessional Education In Teaching Hospital (2012) Strengthening caring attitudes in the nursing education process(2013) Quality Of Work Life of nurses, Quality Of Care and patient satisfaction Pre-implementation of career ladder in teaching hospital (2013) Quality of work life (QOWL) of nurses as essential part in creating interdisciplinary climate in health care setting (2014) Baseline survey for enhancement of nursing competency through



in-service



training



(National



Survey



pre



implementation of Nursing Career ladder system, part of



cooperation project between JICA and Ministry of Health R.I.) Development of Model of Interprofessional education in health care disciplines (Action research, 2013 to date) National &



International conference on Global health and changing



International



world, Jogyakarta 2009.



seminar



Cohessiveness of Nurse-Physician Collaborative Practice in Interdisciplinary Model of patient care



Indicators of Patient safety related to Nursing care in Interdisciplinary Model of Patient care



Correlation between Cohessiveness in the implementation of care path and patient safety in Interdisciplinary model of patient care International Nursing Conference on Patient safety, Bandung 2010 Root cause analysis as part of clinical risk management The Fifth Postgraduate Forum on Health System and Policy, Jogyakarta 2011 Nurse- Physician Collaborative Practice 18rd International Symposium On Critical Care And Emergency Medicine.Bali, 2011 Interdisciplinary approach in critical care nursing Seminar Nasional “Patient safety”. Manado, 2012 Budaya



keselamatan



pasien,



landasan



membangun



kesadaran dan komitmen professional kesehatan 3rd International Nursing Conference 83



“Bringing Current Research into Nursing Practice for improving Quality of Care”,Bandung 2012 Interdisciplinary Model Of Patient Care: Framework For Interprofessional Education In Teaching Hospital International Nursing Conference The Application of caring Science in Nursing Education Advance Research and Clinical Practice. Medan 2013 Strengthening caring attitudes in the nursing education process The 4th Padjadjaran International Nursing Conference “Improving Quality of Life through Interdisciplinary Approach in Health Care Setting” Bandung, 2014 Quality of work life (QOWL) of nurses as essential part in creating interdisciplinary climate in health care setting The 5th Padjadjaran International Nursing Conference “Improving Quality of health care through transformative nursing education and research for sustainable health development” Bandung, 2016 Developing Interprofessional Education Model In Health Sciences Discipline Public services



Pelatihan kompetensi perawat manajer di RSUD: Soreang, Kuningan Pengembangan pendekatan interprofesional da lam pelayanan dan pendidikan kesehatan (RS Mitra Plumbon) Penataan jenjang karir perawat di Rumah sakit Dr Hasan Sadikin Pengembangan kompetensi case manager di tatanan rumah sakit pendidikan Pelatihan



tata



kelola



klinis



keperawatan



(



RS



Arjaawinangun Cirebon) Pelatihan preceptorship klinik keperawatan (RS Samsudin, Sukabumi) Pelatihan Pekerti dan Applied Approach (Unpad dan Institusi Mitra) Pendampingan proses penyusunan asesmen kompetensi perawat sebagai bagian dari penataan jenjang karir perawat National group



Penataan jenjang karir perawat (nasional), kerjasama



work



Kemenkes, JICA dan 5 Universitas



Bandung, March 2016



Dr. F Sri Susilaningsih, MN



85



87



CURRICULUM VITAE (CV)



I.



IDENTITAS DIRI



1



Nama Lengkap



MEDIANTI ELLYA PERMATASARI



2



Tempat, tgl lahir



SURABAYA, 13 OKTOBER 1969



3



Jenis Kelamin



PEREMPUAN



4



Agama



ISLAM



5



Status Perkawinan



KAWIN



6



Alamat



JL. PRAMUKA CLUSTER DE MINIMALIS BLOK C3 SEPANJANG JAYA RAWALUMBU BEKASI BARAT



7



Alamat e-mail



[email protected]



8



Kegemaran (hobi)



Travelling, olah raga dan seni



9



Jabatan



Asisten Deputi Bidang Pembiayaan Manfaat Kesehatan Rujukan



II. PENDIDIKAN 1.



Pendidikan



NO



TINGKAT



NEMA LEMBAGA PENDIDIKAN



KOTA/ KABUPATEN



JURUSAN



TAHUN KELULUSAN



1



2



3



4



5



6



1



SD



GIKI



SURABAYA



1982



GUBENG 2



SLTP



SMPN XII



SURABAYA



1985



3



SLTA



SMAN XVI



SURABAYA



1988



4



Strata 1



FK-UGM



YOGYAKARTA



1997



2.



Sertifikasi Kompetensi



NO



NAMA KOMPETENSI



PENERBIT SERTIFIKAT



TAHUN



1



2



3



4



1



AAAK



PAMJAKI



2011



2



AAK



PAMJAKI



2011



III. RIWAYAT PEKERJAAN DAN PENGALAMAN KERJA 1.



Riwayat pekerjaan



NO



INSTANSI/LEMBAGA



JABATAN



TAHUN



1



2



3



4



1



BPJS KESEHATAN



Asisten Deputi Bidang



Juli - Sekarang



Pembiayaan 2



3



BPJS KESEHATAN



BPJS KESEHATAN



KEPALA CABANG KCU



2014 – Juni



TANGERANG



2017



KEPALA DEPARTEMEN



2013 - 2014



PELAYANAN KESEHATAN DIVISI REGIONAL IV 4



PT ASKES



KEPALA CABANG KC



2012 - 2013



KHUSUS 5



PT ASKES



KEPALA CABANG KC



2011- 2012



SERANG 6



PT ASKES



MANAGER ASKES



2009 - 2011



CENTER RSCM 89



7



PT ASKES



KEPALA SEKSI



2002 - 2008



PELAYANAN KES KC JAKARTA PUSAT 8



PT ASKES



STAF PELAYANAN KC



2001 - 2002



BOGOR 9



PUSKESMAS KEC



PTT



1999 - 2000



PTT



1997 - 1999



MAKASAR JAKARTA TIMUR 10



PUSKESMAS KEC KERATON YOGYAKARTA



91



93



95



97



CURRICULUM VITAE (CV)



Data Pribadi Nama



: Dr. Hasballah Zakaria, ST., MSc.



Alamat Rumah: Sukaasri III – 17, Bumiasri V Padasuka – Cicaheum, Bandung 40192 Alamat Kantor : GedungLabtek VIII – Lantai 3 - ITB, Jl. Ganesa 10, Bandung 40132 Telepon



: (022) 2534117



Hp



: 081322299940



Riwayat Pendidikan S1: S.T., Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, Indonesia, 1994 S2: M.Sc. Mechanical Engineering / Biomechanis, Univ. of Pittsburgh, USA, 2003 S3: Dr., Teknik Elektro / Biomedis, Institut Teknologi Bandung, Indonesia, 2010



Jabatan 2011–now



: Dosen, Institut Teknologi Bandung, Indonesia.



2007–2010



: Research Assistant, Institut Teknologi Bandung, Indonesia.



2003 – 2006 : Research Fellowship, University of Pittsburgh, USA. 2000 – 2003 : Teaching Fellowship, University of Pittsburgh, USA. 1994 – 1999 : Teaching Assistant, Institut Teknologi Bandung, Indonesia



Presentasi di Seminar International 1.



Idealized Models of Cerebral Arterial Bifurcations, Contemporary Challenges in Applied Fluid Dynamics, CapoMiseno, Italy, May 31-June 5, 2001.



2.



Idealized Model of the Bifurcation Geometry of Cerebral Arteries:Towards Understanding the Initiation, Development and Rupture of Cerebral Aneurysms,“Modeling and Simulation of Hemodynamics”, Heidelberg,Germany, May 13 – 15, 2004.



3.



Exploration of the initiation and development of cerebral aneurysms, 1st International Conference on Micro-BioRheology, Carnegie Mellon University, Pittsburgh, USA, Feb-18, 2005.



4.



Comparison of Hemodynamic Features of Elastase-Induced Rabbit Saccular Aneurysms and Human Aneurysms.2005 BMES Annual Meeting, Baltimore, USA, September 2005.



5.



One Dimensional Models for Arterial Flow Based on Parameter Identification Using Benchmark Problems. 2006Summer Bioengineering Conference ASME, Amelia Island – Florida, USA, June 2006.



6.



A Parametric Model for Studies of Flow in Arterial Bifurcations. 2006 Summer Bioengineering Conference ASME, Amelia Island – Florida, USA, June 2006.



99



7.



Analysis of the importance of the ratio of aneurysm size to parent artery diameter on hemodynamic conditions, Keynote Lecture, 5th World Congress Biomechanics, Munich, Germany, August 2006.



8.



Similar hemodynamic features in elastase-induced rabbit saccular aneurysms compared to those of humansaneurysms. 5th World Congress Biomechanics, Munich, Germany, August 2006.



9.



Effect of Altered Cardiac Waveform on the Hemodynamic Features of Human Cerebral Aneurysms, 2006 BMES Annual Meeting, Chicago, USA, October 2006.



10.



CFD Study of the Relationship Between Wall Shear Stress and Aspect Ratio in Elastase Induced Rabbit Aneurysm Models, 2008 Summer Bioengineering Conference ASME, Marco Island – Florida, USA, June 25-29, 2008.



11.



Hemodynamics Study of Cerebral Aneurysms with Different Aspect Ratios as a Predictor of Aneurysm Rupture. BME Days 2008. Surabaya, Indonesia, Nov 11-12, 2008.



12.



Parametric Model of Human Cerebral Aneurysms. 13th International Conference on Biomedical Engineering.Singapore, Dec 3-6, 2008.



13.



Differential Expression of Genes in Elastase-induced Saccular Aneurysms with High and Low Aspect Ratios.International Stroke Conference 2009, San Diego, California, Feb 17-20, 2009.



14.



A New Curvature Based Detection of Cerebral Aneurysm from 3D Medical Images. International Conference onRural Information and Communication Technology 2009, Bandung, Indonesia, June 17-18, 2009.



15.



Critical Parameters Study on Early Initiation of Human Saccular Cerebral Aneurysm. International IntracranialStent Meeting 2009, Sendai - Japan, August 5-7, 2009.



16.



Detection of Cerebral Aneurysms by Using Time Based Parametric Color Coded of Cerebral Angiogram. 3rdInternational Conference on Electrical Engineering and Informatics. Bandung – Indonesia, 17-19 July 2011.



17.



Indonesian Text-to-Speech Using Syllable Concatenation for PC-based Low Vision Aid. 3rd International Conference on Electrical Engineering and Informatics. Bandung – Indonesia, 17-19 July 2011.



18.



Detection Method of Cerebral Aneurysm Based on Curvature Analysis from 3D Medical Images. International Conference On Instrumentation, Communication, Information Technology and Biomedical Engineering (ICICIBME) 2011, November 8-9, 2011.



19.



Vessel Enhancement Algorithm in Digital Retinal Fundus Microaneurysms Filter for Nonproliferatif Diabetic Retinopathy Classification. International Conference On Instrumentation, Communication, Information Technology and Biomedical Engineering (ICICI-BME) 2011, November 8-9, 2011.



20.



Coronary Angiogram Stabilization for QuBE Values Calculation Using SIFT Method. International Conference On Instrumentation, Communication, Information Technology and Biomedical Engineering (ICICI-BME) 2011,November 8-9, 2011.



21.



Role of Pressure and Wall Shear Stress in Initiation and Development of Cerebral Aneurysms. International Conference On Instrumentation, Communication, Information Technology and Biomedical Engineering (ICICIBME) 2011, November 8-9, 2011.



22.



Wearable Gait Measurement System Based on Accelerometer and Pressure Sensor, International Conference On Instrumentation, Communication, Information Technology and Biomedical Engineering (ICICIBME) 2011, November 8-9, 2011.



101



23.



Design of Smartcard e-Health System to Solve Medical Record Connectivity Problem in Indonesia, International Conference on Women's Health in Science & Engineering Bandung, December 6-7, 2012.



24.



Segmentation and Centerline Extraction of Coronary Arteries Using Region Growing and Multistencils Fast Marching Methods, International Conference on Women's Health in Science & Engineering Bandung, December 6-7, 2012.



25.



Extracting blood flow parameters from Photoplethysmograph signals: A review, Instrumentation, Communications, Information Technology, and Biomedical Engineering (ICICI-BME) 2013, Bandung, 7-8 November 2013.



26.



Development of biosignal processing algorithm for pulse wave velocity calculation, Instrumentation, Communications, Information Technology, and Biomedical Engineering (ICICI-BME) 2013, Bandung, 7-8 November 2013.



27.



Automated Estimation of Systole and Diastole from Acquired Mean Arterial Pressure in Oscillometric Waveform, International Conference on Biomedical Engineering Technology and Application (ICBeta) 2014, Yogyakarta 8 November 2014.



28.



Development of laboratory-scale electrical impedance tomography imaging system, ICICI-BME 2015



29.



Nailfold capillaroscopy image processing for morphological parameters measurement, ICICI-BME 2015



30.



Changes of Arterial stiffness during flow-mediated dilation procedure, ICICIBME 2015



31.



Text-to-Speech device for patients with low vision, ICICI-BME 2015



32.



Design of ECG Homecare:12-lead ECG acquisition using single channel ECG device developed on AD8232 analog front end, ICEEI 2015



33.



Early detection of cardiovascular disease with photoplethysmogram(PPG) sensor, ICEEI 2015



34.



Noninvasive blood glucose detection using near infrared sensor, ICEEI 2015



35.



Morphological characterization of nailfold capillaries, International Seminar on Intelligent Technology and Its Application, ISITIA 2016



36.



Non-invasive Hemoglobin Measurement for Anemia Diagnosis, EECSI 2017 (accepted)



37.



Automated Post-Trabeculectomy Bleb Assesment by Using Image Processing, EECSI 2017 (accepted)



38.



Bleb Height Assesment for Post-Trabeculectomy Using Stereo Image, ICECOS 2017 (accepted)



Publikasi 1.



Zakaria H, Vinsensius, Silitonga JD, Ekatria G, Development of retina-based security system in android smartphone, Far East Journal of Electronics and Communications, 2017 (accepted).



2.



Hasimun P, Zakaria H, Susilawati E, Wardiono JD, Antihypertensive Activity Ethanolic Extract of Bulb Eleutherine Americana Merr. On Fructose-Induced Hypertension, IJPPS Vol 9 Issue 8, Aug 2017 (accepted).



3.



Zakaria H, Robertson A, Kerber C, A Parametric Model for Studies of Flow in Arterial Bifurcations. Annals of Biomedical Engineering 36(9), September 2008, p. 1-16.



4.



Kadirvel R, Ding YH, Dai D, Zakaria H, Robertson AM, Danielson MA, Lewis DA, Cloft HJ, Kallmes DF., Theinfluence of hemodynamic forces on biomarkers in the walls of elastase-induced aneurysms in rabbits, Neuroradiology. 2007 Dec;49(12):1041-53.



103



5.



H. Zakaria, H. Yonas, A. M. Robertson, Importance of Aneurysm Size on Hemodynamic Conditions in and Around Saccular Aneurysms, Proceedings of the World Congress of Biomechanics, July 29th - August 4th 2006, Munich, Germany, MEDIMOND, Editor Dieter Liepsch, p. 1-7, 2006.



6.



A. M. Robertson and H. Zakaria, One Dimensional Non-Newtonian Models for Arterial Flow, Bulletin of the American Physical Society, 49(9), p 119.



Dana Penelitian 1.



Improved Animal Modeling of Saccular Aneurysms (National Institute of Health (USA) first term: 07/01/02-06/30/05, second term 7/2006 – 7/2010).



2.



Deteksi, Karakterisasi dan analisis resiko aneurisma serebral (Riset Inovasi KK – ITB periode 2009, 2010 dan 2011).



3.



Implementasi dan Integrasi PACS Scalable Pada Sistem Informasi Rumah Sakit (Kerma STEI – PT. Jasa Medika, periode 2011-1012).



4.



Diagnosis Penyakit Jantung Koroner dengan Kuantifikasi Citra Angiogram (Riset Desentralisasi DIKTI 2012, Kerma STEI – RSJPD Harapan Kita)



5.



Analisis Gaya Berjalandengan Sensor Akselerometer dan Tekanan (Riset Inovasi KK – ITB 2012).



6.



Solusi Smart(Card) untuk Kebutuhan Konektivitas MP3EI. StudiKasus: Data Rekam Medis Elektronik. (PENPRINAS MP3EI 2011-2025, Tahun I/II 2012/2013).



7.



Aplikasi E-Learning: Konversi Text – Suara Bahasa Indonesia dengan Menggunakan Silabel (Riset Inovasi KK – ITB 2013).



8.



Pengembangan Perangkat Deteksi Dini Penyakit Kardiovaskuler (Penelitian Khusus Biomedik Dikti, Tahun I/II/III - 2013/2014/2015).



9.



Pengembangan Alat Monitor Elektroensefalogram (EEG) Intra-Operatif Bedah Saraf dan Pelacak Aliran Pelebaran Pembuluh Darah (Aneurisma) Otak untuk Deteksi Dini Stroke, (Penelitian Khusus Biomedik Dikti, Tahun I/II/III 2014/2015/2016).



105



107



109



WORKSHOP



CURRICULUM VITAE (CV)



A. Keterangan Perorangan 1. Nama lengkap



: Dr. Ati Surya Mediawati, S.Kp., M.Kes



2. Tempat tanggal lahir



: Jakarta, 19 November 1966



3. Jenis Kelamin



: Perempuan



4. Alamat Rumah



: Jalan Sari Wangi Asri Raya Blok U No. 3 Bandung Barat



5. No. Telepon



: (022) 6002749



6. No. Handphone



: 081322387753



7. Email



: [email protected]



8. Suami



: Ir. Budi Uomo, MKM



9. Anak



: a. Roufisma Abdi Pratama b. Faras Hilmi Surya Dwi Utama c. Muhammad Daffa Husniatama d. Fatimah Azzahra



B. Riwayat Pendidikan No. 1 2 3 4 5 6



Nama Pendidikan



Jurusan



SD Negeri Tebet Timur 13 SMP Negeri 115 SMA Negeri 8 FKUI- PSIK Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan – Magister Keperawatan Universitas Indonesia Fakultas Ilmu Keperawatan – Doktor Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia



Tahun Lulus 1978 1982 1985 1990 2002 2014



Tempat Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Depok



C. Riwayat Pekerjaan No. 1



Nama Institusi RSUP Dr. Hasan Sadikin



2



RSUP Dr. Hasan Sadikin



3



RSUP Dr. Hasan Sadikin



Jabatan Perawat Pelaksanan R. Bedah Wanita Clinical Instructur R. Bedah Wanita Wakil kepala R. Bedah



Tahun 1990 - 1992



Tempat Bandung



1991 - 1992



Bandung



1993-1993



Bandung 111



4 5



RSUP Dr. Hasan Sadikin RSUP Dr. Hasan Sadikin



6 7



RSUP Dr. Hasan Sadikin RSUP Dr. Hasan Sadikin



8 9



RSUP Dr. Hasan Sadikin Kementrian Kesehatan



10



Universitas Padjajaran



wanita Kepala Ruang bedah Umum Kepala Seksi Profesi keperawatan Kepala Seksi Etik dan Profesi Kepala Seksi Profesi Keperawatan Kepala Bidang keperawatan Kasubdit Bina Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit Umum Dosen Fakultas



1993-1995 1995-1997



Bandung Bandung



1997-2003 2003-2006



Bandung Bandung



2006-2012 2012-2015



Bandung Jakarta



Januari 2016



Bandung



D. Pelatihan (10 Tahun terakhir) No. 1 2 3 4



Nama Pendidikan Teaching Learning For Nusing Adult Management of Pain Pain Oncology Nurse Infection Control Nurse



Tahun 2004 2004 2004 2005



5 6 7 8 9 10



Enterpreneurship in Nursing Diklat PIM III TOT Pembimbing Akreditasi RS Versi 2007 TOT Pembimbing JCI Telusur dalam penilaian JCI Akderitasi RS Versi 2012



2007 2007 2008 2012 2012 2013



Tempat ASTP OXfprd University Singapura University Hospital Singapura Turkey Pusdiklat- Depkes Dinkes Jawa Barat RSUP Dr. Hasan Sadikin Kementerian Kesehatan Kementerian Kesehatan



E. Pengalaman Melatih / Fasilitator No. Nama Pendidikan 1 MOT/ Workshop Keperawatan 2 MOT/ Pelatihan SIM Keperawatan 3 MOT/ Workshop Keperawatan



Tahun 2012 2012 2013



Tempat Kementrian Kesehatan Kementrian Kesehatan Kementrian Kesehatan



F. Riwayat Penelitian No. 1 2



3



4



Kegiatan Manajemen Nyeri bagi pasien onkologi di Prov Jawa barat Pengembangan Resiliensi pasien onkologi di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Modifikasi system strain dan sprain pada pasien terapasang skeletal traksi di ruang bedah orthopedi Efektivitas pemasangan Gipsona pada fraktur daerah tumit kaki di ruag



Sifat/Peranan Anggota



Tahun 1992



Sumber Dana Bag. Onkology RSHS - UNPAD Bag. Onkologi RSHS – UNPAD



Peneliti utama



1993



Anggota



1994



Bag. Orthopedi RSHS - UNPAD



Anggota



1993



Bag. Orthopedi RSHS-UNPAD



orthopedic bedah wanita di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung 5



6 7



8



9 10



11



12



13 14



15



16



17



Fraktur yang mempengaruhi terjadinya tromboemboli paru pada pasien post ADSF (Anterior Debridement Spinal Fussion) Efektivitas perawatan bouginase pada pasien benign hipertropi prostat Analisa penggunaan waktu kerja perawat di ruang rawat inap VIP RSUP Dr. hasan Sadikin Faktor yang mempengaruhi angka burnout turnover dan absentism perawat di Jawa Barat Studi Comparatif Burnout terhadap beban kerja mental Pengembangan alat ukur beban kerja mental saat interaksi dalam asuhan keperawatan Pengembangan model pembelajaran klinik keperawatan untuk menurunkan beban kerja mental perawat Analisis pengaruh nilai saliva cortisol terhadap peningkatan beban kerja mental Analisa biaya layanan keperawatan di RS Vertical Melalui SIK Rapid Assesment kurikulum pndidikan keperawatan menurju implementasi domain kompetensi AJCCN Evaluation Implementation Nursing Professional Conduvt in primary nursing services and private practice Studi comparative nursing professional conduct in primary nursing services and private practice Analysis strengthening national networking between the NRA with nursing education and relevan agency in AMS



Anggota



1994



Bag. Orthopedi RSHS-UNPAD



Anggota



1995



Pribadi



Peneliti Utama



2000



Pribadi



Peneliti Utama



2007



Diklat RSUP Dr. Hasan sadikin



Peneliti Utama



2012



Pribadi



Peneliti Utama



20102014



Corporate



Peneliti Utama



2017



Corporate



Peneliti Utama



2017



Corporate



Peneliti Utama



2017



Corporate



Peneliti Utama



2017



Corporate



Peneliti Utama



2017



Corporate



Peneliti Utama



2017



Corporate



Peneliti Utama



2017



Corporate



G. Riwayat Organisasi No. 1



Nama Pendidikan Sekertaris II PPNI



Tahun 1993 - 1998



Tempat Komisariat RSUP



Dr. 113



2 3



Anggota Majelis Kehormatan Keperawatan Ketua Bidang Pelayanan



Etik



2012 2015 – Sekarang



Hasan Sadikin Prov Jawa Barat Pengurus Pusat PPNI



115



117



119



121



123



CURRICULUM VITAE (CV)



Nama



: Dr. Prayetni, S.Kp., M.Kep



NIP



: 195808241979122002



NIRA



: 31710094332



Agama



: Islam



Pekerjaan



: Dosen Poltekkes Kemenkes Jakarta III



Alamat



: Pondok Melati 2 No. 8 RT 001/ RW 009, Kel. Jatiwarna, Kec. Pondok melati, Kab. Kota Bekasi



No HP



: 0811963371



Email



: [email protected]



Riwayat Pendidikan : 1. Lulus SMA Tanjung Pinang tahun 1976 2. Lulus Akper Depkes RI Jakarta tahun 1979 3. Lulus S1 Keperawatan FIK UI 1989 4. Lulus S2 Keperawatan FIK UI 2001 5. Lulus S3 Keperawatan FIK UI 2015



Riwayat Pekerjaan : 1. Dosen Akademi Keperawatan Depkes & Poltekkes Jakarta III (1980-2006) 2. Kasub BAAK Akper & Poltekkes Jakarta III (2001-2004) 3. Kasubdit Bina Pelayanan Keperawatan Spesialistik (2006-2010) 4. Kasubdit Bina Pelayanan Keperawatan di RS Khusus (2010-2016) 5. Dosen Poltekkes Kemenkes Jakarta III (2016 – sekarang)



Riwayat Organisasi : 125



1. Ketua Umum HPMI Pusat 2012-sekarang 2. Ketua PPNI DKI Jakarta (2000-2010) 3. Pengurus PPNI Pusat (2000-2005) 4. Pengurus HPMI (Himpunan Perawat Manajer Indonesia) (2007-2012) 5. Sebagai Master Asesor Kompetensi Indonesia 6. Sebagai Asesor Akreditasi Pendidikan Tinggi BAN-PT 7. Kompartemen Keperawatan ARSADA



127



129



131



CURRICULUM VITAE (CV)



CV : ANDI FARELANGI



133



135



137



139



141



Tantangan Profesi Keperawatan Masa Kini dan Masa yang akan datang *)



Disampaikan oleh : Johanna.R.Kawonal,BSc,Dipl Nsg. Admin ,CV.RN Ketua Kelompok „Senior Nursing Group”/SNG Seminar Nasional-Lokakarya FIK UNPAD Bandung,9-10,November,2017.



Anggota Kelompok Perawat Senior/Senior Nursing Group /SNG adalah sebagai berikut : 1. Prof Akhir Yani,DN.Sc 2. Prof.Dr Ratna Sitorus, SKP.MApp.Sc 3. Dewi Irawati,MA.Ph.D 4. Junaeti Sahar,SKP.MApp.Sc.Ph.D 5. Tien Gartina,MN 6. Dr.Ns Rita Sekarsari,SKep,MHN.Sp.Kv.CV.RN. 7. Dra Junarsih Sudibijo,BSc 8. Maria.I.Wijaya,SKM 9. Suhartaty,SKP.MKep 10. Suharyati,SKP.MKep 11. Rama Surbakti,SKM 12. Murni Suliantoro,SKP.M.Si 13. Dr Prayetni.SKP,MKep. Penasehat : Prof.dr.Syamsu. R. Hidayat Sp.B.Digestif (K) Ketua Konsorsium Ilmu Kesehatan/KIKI



143



Organisasi pembahasan:



Pendahuluan Hakikat keperawatan sebagai profesi “Patient safety” Beberapa Issues/Problem Statement Menatap kedepan Kesimpulan Penutup Referensi.



Tantangan Profesi Keperawatan masa kini dan masa yang akan datang. Pendahuluan Ditinjau dari perjalanan sejarah, keperawatan sebagai profesi telah turut aktif dalam upaya mensejaterahkan umat manusia dan akan terus berkembang dimasa yang akan datang. Perkembangan keperawatan sebagai profesi saat ini dan masa yang akan datang dihadapkan pada berbagai tantangan, antara lain bekembang pesat ilmu pengetahuan dan tehnologi bidang pelayanan kesehatan utamanya intervensi/diagnostik medis, pelayanan kesehatan biaya tinggi, dan otomatisasi/digitalisasi. Berbagai sektor meningkatkan pelayanannya, guna menjawab tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan yang berkualitas dan akuntabel. Situasi ini sangat mempengaruhi Pelayanan dan asuhan serta praktik keperawatan. Pelayanan Keperawatan Profesional harus diberikan oleh perawat professional yang kompeten, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan / asuhan kesehatan dan menjamin keselamatan pasien/klien. Meningkatnya komplesksitas pola penyakit, meningkatnya umur harapan hidup, perubahan demografik, dan gaya hidup sehat, termasuk fenomena pemanasan global, “natural disaster dan “man made /hidden disaster” menuntut tenaga keperawatan berperan secara holistic yang meliputi pendekatan biologic, sosial, psikologik, kultural dan spiritual. Eskalasi perubahan atau shifting serta tuntutan ini juga dirasakan secara global yang



disebut dengan triple burden. sehingga lingkungan pelayanan kesehatan menjadi lebih kompleks. Perawat berperan digarda terdepan bukanlah fenomena baru, mulai dari tatanan kesehatan primer/komunitas pada klien yang sehat, resiko mapun yang sakit, dalam bentuk preventif, promotive, kuratif dan rehabilitative. Seluruh peran ini akan menjamin adanya continuity of care, yang mempunyai dampak adanya “nursing sensitive outcomes indicators” dalam pelayanan/asuhan kesehatan termasuk cost dan benefit. Dengan demikian keberadaan, potensial kontribusi nilai2 dan harga pelayanan/asuhan keperawatan terlihat nyata (visble), terasa dan terukur. Namun disisi lain dihadapkan pada tantangan internal dan eksternal yang membutuhkan solusi. Tantangan lain adanya gerakan karier perawat memasuki pasar Regional dan Global, karena faktor2 “pulls dan push” akan menyebabkan migrasi perawat terbaik dari negara2 sedang berkembang ke negara2 maju. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya fenomena” human braindrain”. Setiap orang termasuk perawat mempunyai hak hidup layak/sejahtera atau motivasi oleh “remmitance” Perubahan yang sangat mendasar dan berkelanjutan sedang terjadi pada Keperawatan Indonesia, sejak ditumbuhkannya Program studi Ilmu Kperawatan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,tahun 1985. Hal ini merupakan refleksi historis dan hasil kerja panjang dan penuh dengan berbagai hambatan, dan dapat diatasi secara baik. Hasil nyata setelah deklarasi dan pengakuan keperawatan diterimanya keperawatan sebagai Profesi pada LokaKarya Nasional I,1983. Peristiwa ini sangat bermakna dan sebagai modal dasar untuk perkembangan Keperawatan Indonesia menuju terwujudnya Keperawatan Indonesia sebagai profesi mandiri, sejajar dengan profesi kesehatan lain. Hal ini mempunyai konsekuensi tersendiri bagi generasi keperawatan saat ini agar tetap loyal mengawal komitmen bersama ini dan harus mampu berinovasi memiliki kepemimpinan yang mampu berperan “out of box”. Para pimpinan keperawatan masa kini diharapkan dapat menawarkan alternative solusi terhadap tantangan kebutuhan baru khususnya dalam area pelayanan/asuhan keperawatan yang lebih kompleks pada masa yang akan datang. Uraian berikut ini membangun kembali pemikiran kita tentang esensi fundamental profesi keperawatan, ”patient safety” dan eksplorasi fakta2, burning issues terkini serta masalah keperawatan saat ini baik di Indonesia, maupun negara SEARO /WHO, termasuk issue-issue komprehensif dari sejumlah negara lain, termaasuk negara maju,



 Hakikat keperawatan sebagai profesi “ Nurses have four fundamental responsibilities to promote health, to prevent illness, to restore health and to alleviate suffering. The need for nursing is universal.” ( THE ICN Code of Ethics for Nurses,2000). Dari pernyataan tersebut diatas, sudah menjadi sifatnya keperawatan sebagai “ caring profession” menghormati hak asazi manusia, termasuk hak untuk



145



hidup, bermartabat dan treatment keperawatan diberikan dengan rasa hormat. Asuhan keperawatan tidak dibatasi oleh karena pertimbangan umur,warna kulit, kepercayaan/keyakinan, budaya, disabilitas atau penyakit, ”gender”, kebangsaan, politik, ras dan status social, Perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan berfokus pada individu, keluarga, dan komunitas serta mengkoordinasikan pelayanan mereka dengan kelompok2 yang berkaitan. Berdasarkan atribut caring, perawat berperan dan berfungsi dalam system dan budaya organisasi yang ada dan terbangun dalam fasilitas pelayanan kesehatan mulai dari pelayanan primer sampai dengan pelayanan tersier. Dalam implementasinya, hal ini bukan hal yang mudah, karena banyak factor yang berpengaruh. Atribut professional Komitmen dan kesadaran serta pemahaman terhadap ciri khas profesionalisme harus dapat dimulai lebih dini sejak dalam pendidikan dasar keperawatan melalui kurikulum yang cocok dan model peran yang dilihat. Cakupan pelayanan keperawatan tidak hanya pada tatanan kuratif, tetapi mencakup seluruh rentang sehat sakit. Dengan demikian target pelayanan keperawatan mencakup asuhan pada keluarga sehat dalam keluarga/komunitas, keluarga dengan resiko, kondisi sakit di keluarga/komunitas dan pasien sakit yang di rawat dirumah sakit. Kesinambungan asuhan juga merupakan asuhan yang tidak dapat dipisahkan system ini. Target pelayanan keperawatan akan mendukung keberhasilan target pelayanan kesehatan yang mempunyai indikator2. Salah satu target pelayanan kesehatan adalah membiasakan masyarakat untuk memiliki pola hidup sehat melalui Gerakan Masyarakat Sehat/GERMAS. Dimana ada masalah kesehatan, ada masalah medis, pasti ada masalah keperawatan. Upaya yang dilakukan secara kolaboratif dan interdependensi memberikan solusi dalam menyelesaikan masalah kesehatan. Demikian juga upaya2 yang strategik lain dalam berbagai bentuk2 kebijakan, pedoman, standar kriteria dalam rangka meningkatkan mutu dan akuntabilitas pelayanan kesehatan bagi seluruh rakyat dan bangsa Indoensia. Upaya ini tidak terlepas dari bagaimana mendayagunakan berbagai SDM keperawatan yang sangat potensial untuk memberikan respons terhadap kebutuhan & tuntutan masyarakat/public. Beberapa kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan perawat dan keperawatan antara lain UU no 38 th 2014 tentang Keperawatan; PMK no 75 th 2014 tentang Puskesmas; PMK no 10 th 2015 tentang Standar Pelayanan Keperawatan di RS Khusus dan PMK no 40 th 2017 tentang Pengembangan Jenjang karir Profesional Perawat Klinis. Freidson mengingatkan kita, tentang esensial attribute professional kesehatan yang membedakan dari profesi lain dan menjelaskannya sebagai berikut : “ the two meanings of the word profession as.” a special kind of occupation” and “as a avoval or promise” ( The Lancet,2010). Untuk memenuhi janji profesi mengartikan sebagai suatu rangkaian nilai2, perilaku dan hubungan yang menitikberatkan pada “trust”.



 “Patient safety” “ Patient safety “, merupakan fundamental kualitas pelayanan kesehatan dan keperawatan. Keperawatan meyakini bahwa upaya peningkatan “patient safety” mencakup tindakan professional kesehatan yang luas sejak merekrut, melatih dan meretensi professional kesehatan, meningkatkan kinerja, keamanan lingkungan dan resiko manajemen, termasuk mengendalikan infeksi, penggunaan obat,dan praktik klinik yang aman, kewaspadaan terhadap “ Counterfeit Medical Devices”, lingkungan asuhan yang aman, pengembangan ilmu pengetahuan & infrastruktur yang berfokus pada peningkatan “patent safety “. Perawat mengarahkan “patient safety” dalam semua aspek asuhan. Hal ini mencakup memberitahukan pasien dan yang lain tentang resiko dan mereduksi resiko, mengadvokasi dan melaporkan kejadian2 yang merugikan. Kurangnya akurasi dan informasi kesehatan terbaru akan menjadi ancaman serius bagi pasien safety dan kualitas asuhan. Keperawatan meyakini bahwa hasil akhir kesehatan dapat ditingkatkan melalui adanya kualitas informasi dan dokumentasi kesehatan yang berbasis bukti ( evidence-based) terhadap semua pemberi pelayanan kesehatan, pasien dan publik. Setiap identifikssi resiko merupakan kunci untuk mencegah injuri pasien, dan tergantung pada memperthanakan sebuah “ culture of trust”, kejujuran, integritas, dan komunikasi terbuka diantara pasien dan pemberi pelayanan dalam system pelayanan kesehatan. Keperawatan sangat mendukung sebuah system dengan pendekatan yang luas, berdasarkan falsafah transparansis dan pelaporan- tidak menyalahkan dan membuat malu pemberi pelayanan kesehatan- dan ukuran menyatu yang diarahkan pada system dan factor manusia dalam kejadian yang merugikan.” Patient safety “ telah menjadi universal standar dalam setiap fasilitas pelayanan kesehatan dan untuk Indonesia tertuang secara rinci dan tegas dalam Standar Akreditasi Rumah Sakit sebagai salah satu kriteria penilaian.



 Beberapa “Issues/Problem keperawatan



yang



menjadi



tantangan



profesi



Dibawah ini akan diuraikan Issues/masalah terkini dalam keperawatan berdasarkan pada analisis fakta2, diskusi serta pengalaman anggota SNG dengan komunitas keperawatan dan dilengkapi dengan sumber2 dari sejumlah negara lain.  Hasil pertemuan dan diskusi antara “komunitas keperawatan” yang berasal dari Himpunan Manajer Keperawatan Indonesia/HPMI, Kandidat Doktor Keperawatan FIK-UI, Dewan Guru Besar/DGB, Majelis Kolegium Keperawatan Indonesia ,DPP.PPNI, Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesisa/AIPNI, AIVIKI ,ILUNI,yang bertujuan menggali pendapat2 yaitu : a).Apa tantangan, burning issues yang mereka hadapi



147



b).Bagaimana keterkaitan dengan pilar2 profesi keperawatan c). Kerja sama antara focal points keperawatan d).Profesi keperawatan dihadapkan dengan pilihan2 dilematis terutama dengan kebijakanpemerintah yang ada .( SNG,2016).



Kesimpulan berikut :



Hasil



diskusi



dalamkelompok



adalah



sebagai



(1). Pelayanan /asuhan professional keperawatan,antara lain  Belum diterapkan“care delivery models”diberbagai fasilitas kesehatan baik dirumah sakit maupun di Komunitas/Primer,  Dengan adanya akreditasi perumah sakitan belum dapat dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk membenahi dan mengembangkansystem manajemen pelayanan/asuhankeperawatan.  Posisi Kepala Bidang dalam struktur organisasi bukan jabatan eksekutif /pengambil keputusan  Pada tingkat kebijakan nasional KeMenKes dibubarkannya Direktorat Keperawatan?  Belum terlihat partisipasi perawat dalam pengambilan keputusan pelayanan kesehatan dan pengembangan kebijakan.  Belum terciptanys sebuah lingkungan kerja yang positive (2). Khusus System Ketenagaan Keperawatan 











Pemanfaatan baik dalam jumlah dan komposisi berdasarkan level kompetensi, dari tingkat generalissampai spesialis.belum ditata dengan baik,misalnya : berbasis rasio perbandingan pasien: perawat. Pendayagunaan belum tertata/merata sesuai dengan kebutuhan fasilitaspelayanan kesehatan.misalnya Rs Type B, terdapat sejumlah dr Spesialis,sementara perawat yang direkrut kebanyakan D3 Keperawatan. System kesejahteraan :remunerasi,insentif,liability insurance, “career pathway” belum tertata, sehingga meretensi perawat yangbekerja/praktik keperawatan untuk “bedside care/direct care delivery”belum menjadi magnet.



( 3) Pendidikan & pelatihan keperawatan antara lain :     



Masih belum mampu dan menjawab kebutuhan pelayanan/asuhan keprawatan professional. Institusi pendidiksn tinggi tumbuhnya hampir tidak terkendali alsannya ada peraturan? Peran dari 14 Kolegium Keperawatan belum optimal sesuai dengan harapan. Pendidikan& Pelatihan,termasuk Sertifikasi keperawatan ditangani /berada pada beberapa stake holders. Masih terjadi dikotomi antara visi/misi pendidikan dan pelayanan keperawatan.



(4). Peran dan Fungsi Organisasi Profesi : 



Belum maksimal mewakili atau mengawal untuk mewujudkan cita2 keperawatan sebagaiprofesi,masih dalam proses pembenahan internal. Berbagai langkah capaian terus diupayakan sesuai dengan 3 pilar utama sebagai OP kearah keperawatan sebagai profesi. Belum secara tegas menentukan standar kriteria keanggotaan Terbatasnya keterlibatan dalam pengembangan dan penentuan kebijakan2 yang terkait dengan keperawatan.



  



(4). Konsil Keperawatan Indonesia. 







Nasib dan keberadaan Konsil Keperawatan Indonesia sebagai badan regulasi otonom& fungsi utamanya melindungi public sesuai dengan UU RI No 34,tahun 2014 :tentang Keperawatan,diikuti oleh peraturan2 turunannya.?? Catatan : Namun akhirnya dengan terbitnya PerPres No 90 tahun 2017, tentang Konsil Tenaga Kesehatan dimana Konsil Keperawatan merupakan bagian dari KTKI.



(5). EvIdence-based Nursing/EBN: 



Belum banyak penelitian khususnya di area klinik kepeerawatan ,dan dapat diimplementasikan khususnya dalam asuhan/ praktik keperawatan, Belum berperan Kelompok Cabang Ilmu/Spesilisasi Keperawatan klinik,sehinggatercipta Standardized Nursing Languanges, Belum menuju pada International Classification for Nursing Practice ( ICNP). EBN belum menjafi : “a tool for action”







 



( 6). Migrasi tenaga perawat ke luar negeri 



Kebijakan Pengiriman SDM Keperawatan dengan Rekognisi Sertifikasi Internasional,terutama dalam khawasan ASEAN,dengan adanya MEA.tahun 2006, di Manila.  Bagaimana kalau menghadapi GATS?  Siapa yang bertanggung jawab?



Pertemuan antara SNG dengan komunitas keperawatan hakikatnya telah memotivasi,dan memanaskan suasana,membangkitkan “awareness bersama” untuk membangun keperawatan sebagai profesi untuk tetap konsisten pada landasan yang kokoh ,dengan deklarasi dan kesepakatan 1983,



 Hasil temuan Himpunan Perawat Manager Indonesia/HPMI Evidence-based,yang Keperawatan



terkait



dengan



Kapasitas



Manajemen



149



yang mencakup : iklim pelayanan professional,Keputusan Klinik dengan melakukan Proses Keperawatan sesuai dengan SAK,melakukan tindakan klinik sesuai SPO,dan melakukan tindakan . Contoh : Profil Perawat,di kls Rs ABCD: 1. S3.Kep: 0,01% 2. S2.Kep lain : 0,55% 3. S2.Kep.0,59 % 4. Ners : 14,91% 5. S1 lainnya :0,88 % 6. S1 Kep: 6,97% 7. D4 : 2,41 8. D3 : 69% 9. SPK : 4,45% Kedepan data-based ini selengkapnya dapat digunakan untuk Road Map SDM Keperawatan. ( Dikutip atas ijin Ketua HPMI Pusat).



 Issues terkini yang di identikasi dari 11 negara anggota SEARO/WHO, Hasil identifikasi ternyata ada 4 issues/pokok persoalan dan lebih detillnya terkait dengan keperawatan adalah : (1). Deployment and utilization of Nurses,(2).Education and training, (3). CPD ( Continous Professional Devekopment) and PCD ( Professional Career Development),and (4).Lack of Evidence and System on Nursing and Midwifery.Masing2 negara mempunyai tingkat capaian yang bervariasi,dan Indonesia berada pada ranking 8 termasuk baik,dan Thailand merupakan negara kawasan Asean yang telah memenuhi seluruh elemen tersebut.



 Environmental Scan Issues menyeluruh yang diidentifikasi dalam sejumlah kategori yang dapat dijadikan studi komparatif adalah dari 13 negara termasuk negara maju,dan jika ditelusuri secara akan berdampak dan membawa perubahan pada kesehatan dan keperawatan sebagai berikut: 1) Impact of economic crisis 2) Changing demographics and disease burden 3) Reform agenda and changing models of care 4) Education,arreditation and transition to practice issues.



 Menatap kedepan- A Massage from SNG “Making Impossible to became Possible” 



Setelah kurang lebih 3 dekade dirasakan belum terjadi perubahan dan dampak “out comes”bermakna karena berbagai hambatan ,kendala,dan tantangan yang dihadapi terutama di kalangan perawat sendiri. Disamping itu kurang atau tidak dipahaminya kemanfaatan jika keperawatan berkembang sebagai profesi.















 



Perlu kesepakatan bersama untuk menyusun Framework of nursing Development in Indonesia melalui Seminar-Lokakarya Keperawatan Nasional 2018 Membutuhkan rencana dan upaya2 strategis & langkah mencari solusi yang melibatkan sejumlah Stake Holders ( Pendidikan.Pelayanan.Praktisioner dan OP serta Institusi /Organisasi terkaitatau dengan Bidang persinggungan,terutama terkait dengan kebijakan pemerintah. Untuk itu keperawatan Indonesia bersama seluruh elemen yang ada saat ini harus dapat bekerja sama secara baik,dengan berbagai pihak yang bergerak dan bertanggung jawab terhadap pengembangan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan pada masyarakat/public Membangun pusat/institusikajian dan pengembangan keperawatan yang objektif ,kredibel,berbobot dan netral. Kami menyadari sepenuhnya bahwa berbagai tantangan hambatan dan kendala akan dihadapi, karena perubahan sudah dimulai ,namun mari kita bekerja dengan pendekatan : edukatif.persuasif dan nonkonfrontatif.



Kesimpulan Tuntutan pelayanan kesehatan secara global adalah kesetaraan ( equaly), keterjangkauan ( accessibility) dan berpusat pada orang banyak ( people centre), memberikan implikasi terhadap pelayanan/asuhan keperawatan. Peran dan kontribusi keperawatan tetap pada hakikat dan atribut keperawatan sebagai profesi dan aksi2 kegiatan yang konsisten terhadap kualitas, akuntabilitas. Perubahan yang sangat mendasar dan berkelanjutan sedang terjadi pada Keperawatan Indonesia,yang diawali pembukaan PSIK pada FK-UI.sebagai tonggak utama dan pertamaberlansungnya proses professionalisme keperawatan di Indonesia. Langkah untuk mewujudkan keperawatan Indonesia sebagai profesi,bukanlah proses yang mudah, tapi langkah ini didasari atas tanggung jawab kepada masyarakat-bangsa Indonesia,sebagai upaya dan pendukung utama pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu dan akuntabel kepada masyarakat. Keperawatan meyakini bahwa ukuran keberhasilan proses profesionalisasi ini utamanya adalah berubahnya pelaksanaan pelayanan-asuhan keperawatan diberbagai tatanan pelayanankesehatan terutama di rumah sakit menjadi pelayanan-asuhan professional.Systempemberian pelayananasuhan keperawatan professional harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga benar2 merupakan bagian integral dari system pemberian pelayanan kesehatan.



151



Rangkaian upaya ini harus direncanakan dengan baik,serta dilaksanakan dengan benar,bijak , objektif, berkesinambungan dibawah bimbingan seorang yang diterima baik semua pihak, Sosok pemimpin yang mempunyai kredibilitas kepempimpian yang kokoh sehingga keberhasilan upaya mewujudkan keperawatan sebagai profesi dapat berhasil. Fondasi untuk SDM Kesehatan yang kuat dan efektif mempersyaratkan kecocokan untuk kebutuhan populasi saat ini dan yang akan datang. Pengelolaan SDM keperawatan professional merupakan unsur yang esensial untuk dapat bekerja“Interprofessional Collaboration” dan kerja tim demi kepentingan pasien dan menjamin “patient-safety”. Dibutuhkan Competent, Commitment,Consistent dan Compassion.”khususnya dikalangan perawat sendiri,dalam kerangka berfikir yang lebih inovatif diikuti oleh langkah strategis,sehinga hakikat , nilai2,potensi keperawatan dapat dirasakan oleh masyarakat. Bertolak dari,pandangan yang disampaikan diatas ,sangat diharapkan bahwa semua pihak yang berhubungan dan berkepentingan dengan keperawatan membantu dengan berbagai cara berlangsungnya proses professionalisasi keperawatan di Indonesia. Bila proses ini berhasil maka diharapkandapat menjamin pelaksanaan pelayanan-asuhan keperawatan professional kepada masyarakat dapat dilakukan denan lebih baik dan benar,sesuai denan tuntutan dan kebutuhan masyarakat.



Penutup Upaya dan hasil Seminar-Lokakarya Nasional FIK-UNPAD,2017 media, ”warming up”, dan stepping stones terwujudnya penyelenaraan Seminar – Lokakarya,tahun 2018, dengan membentuk Panitia Nasional Bersama,antar MenRistek.Dikti-RI-FIK-UNPAD,Organisasi Profesi/PPNI dan KeMenKes.RI. Together we make a difference.



Semoga bermanfaat. Tangerang.3 November,2017



Referensi 1. Ma‟rifin Husin, Keperawatan Professional Indonesai di masa depan Jakarta,2012 2. Akhir Yani,Framework of Nursing Development in Indonesia-2nd Era of Nursing Profession- Revitalization Jakarta,2016 3. ICN.Posisiton Statement,Patient Safety,Reviewed 2012 4. Senior Nursing Group/SNG, Rangkuman hasil Pertemuan dengan Komunitas Keperawatan, Maret,2016. 5. ICN.Fact Sheet,nursing-to patient ratio,



6. ICN,Fact Sheet, Positive Practice Environment,Geneva.2007 7. Standar Akreditasi Rumah Sakit,edisi 2011. 8. Tim Guru Besar dan Senior Group Keperawatan. „Road Map Pengembanan SDM Keperawatan.Februari,2017 9. Perkembangan Profesi Keperawatan dan kontribusinya pada Program Kesehatan Indonesia,April,2016. 10. The ICN Code of Ethics for Nurses,Geneva.2000. 11. Global Strategy on human resourses for health : Workforce, 2030, WHO,2016. 12. Canadian Nurses Association/CAN.Position Statement,2005. 13. Akhir Yani, Identified Issues of SEAR Member States, WHO,2017 14. Health Professionals for a New century : transforming education to strengthen health system in an interdependent world, The Lancet,Vol.276,December,4,2010. 15. Environmental Scan,Jean Barry,Consultant,Nursing and Health Policy. Geneva,2014.



*****



153



PRESENTASI ORAL ABSTRAK



PERBEDAAN STRES KERJA PERAWAT DI RUMAH SAKIT PEMERINTAH DENGAN SWASTA Achmad Fathi1, Roymond H. Simamora2 Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara Email: [email protected]



ABSTRAK Keperawatan dianggap sebagai pekerjaan yang memiliki tingkat stres yang tinggi bila dibandingkan dengan pekerjaan lain. Stres yang dialami perawat berdampak pada kompetensi, kinerja dan kepuasan kerja. Beberapa penelitian sebelumnya mendeskripsikan stres kerja pada masing-masing rumah sakit pemerintah dan swasta. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan stres kerja perawat di rumah sakit pemerintah dengan swasta. Penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian komparatif dengan pendekatan cross- sectional. Sebanyak 128 perawat yang masing-masing terdiri dari 64 perawat pada rumah sakit pemerintah dan swasta berpartisipasi dalam penelitian ini. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner data demografi dan kuesioner Nursing Stress Scale (NSS) yang disusun oleh Gray-Toft dan Anderson. Nilai uji reliabilitas pada kuesioner NSS adalah 0,94 dengan menggunakan uji Cronbach Alpha. Hasil dari uji perbedaan dengan menggunakan uji T-independen didapatkan nilai p sebesar 0.27 (p>0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan stres kerja perawat baik di rumah sakit pemerintah dengan rumah sakit swasta. Disarankan kepada perawat administrator dan manajer perawat baik di rumah sakit pemerintah dan swasta untuk mengelola stres perawat mereka, sehingga dapat mengoptimalkan kompetensi dan kinerja perawat. Kata kunci : stres kerja perawat, rumah sakit pemerintah, rumah sakit swasta



155



SURVEY KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI RUMAH SAKIT : KONDISI TERKINI Ahmad Rifai Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Jember [email protected]



ABSTRAK Rumah sakit merupakan salah satu tempat kerja yang mempunyai tingkat bahaya yang tinggi dibandingkan dengan industri lain bagi para pekerjanya. Resiko serta budaya kerja di rumah sakit yang berbeda dengan industri pada umumnya seperti mengangkat dan memindahkan pasien serta prinsip etika ‖do no harm‖ mengakibatkan pekerja di rumah sakit lebih sering mengutamakan keselamatan pasien terlebih dahulu daripada keselamatan pekerja sendiri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kondisi terkini keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kesehatan di rumah sakit. Design penelitian imenggunakan survey analitik dan menggunakan panduan wawancara semi terstruktur sebagai alat pengumpul data yang dilakukan pada bulan Agustus – September 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga kesehatan dari delapan rumah sakit diwilayah Kabupaten Jember yang didapatkan dengan teknik convenience sampling. Data disajikan dalam bentuk kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan meskipun masih terjadi kecelakaan kerja pada tenaga kesehatan, namun angka kecelakaan kerja yang merupakan indikator kesehatan dan keselamatan kerja secara umum mengalami penurunan. Jenis kecelakaan kerja yang masih kerap terjadi adalah tertusuk jarum suntik (38%), terkena ampul (26%), gangguan muskuloskeletal (22%), lain-lain (14%). Keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kesehatan di rumah sakit harus selalu menjadi perhatian prioritas pihak manajemen, mengingat kecelakaan kerja tidak hanya berdampak negatif pada kondisi fisik maupun psikologis tenaga kesehatan, namun juga berimplikasi pada menurunnya produktifitas dan meningkatkan beban keuangan institusi rumah sakit. Kata kunci: keselamatan kesehatan kerja, tenaga kesehatan, rumah sakit, kecelakaan kerja



LITERATUR REVIEW : STUDENT-CENTER LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MAHASISWA KEPERAWATAN Alfid Tri Afandi1, Dicky Endrian Kurniyawan2, Kholid Rosyidi Muhammad Nur3 Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember [email protected]



ABSTRAK Proses pembelajaran yang berfokus pada peserta didik merupakan salah satu metode pembelajaran di kalangan istitusi saat ini. Sering bergantinya kurikulum pembelajaran merupakan salah satu masalah bagi institusi maupun tim dosen selaku pengajar. Literatur review ini menjelaskan tentang bagaimana efektifitas metode pembelajaran student centered learning dengan berbagai pendekatan model pembelajaran terhadap mahasiswa keperawatan. Literatur review ini mengambil 25 artikel jurnal elektronik dari 906 artikel jurnal elektronik internasional yang diterbitkan antara tahun 2008 sampai 2017 dengan kriteria inklusi penelitian menggunakan metode pembelajaran student centered learning dalam pembelajaran keperawatan dengan berbagai pendekatan model pembelajaran. Kriteria eksklusi dalam literatur review ini yaitu model pembelajaran yang berfokus pada pengajar. Kata kunci yang digunakan dalam pencarian jurnal yaitu student centered learning in nursing dan learning methods focus on student in nursing. Strategi pencarian jurnal elektronik menggunakan situs www.sciencedirect.com. Hasil literatur review pada 25 jurnal ini sebagian besar (75%) menyampaikan bahwa penggunaan model pembelajaran berfokus pada peserta didik atau mahasiswa efektif dalam melatih kemampuan mandiri peserta didik dan dengan model ini mahasiswa atau peserta didik memperoleh banyak kesempatan untuk menyampaikan hasil belajarnya. Metode pembelajaran student centered learning dapat disarankan sebagai metode utama dalam pembelajaran keperawatan karena dapat meningkatkan kognitif dan afektif peserta didik. Selain itu, diharapkan juga metode pembelajaran ini dapat dikembangkan dengan banyak model pembelajaran yang berfokus pada peserta didik atau mahasiswa. Kata



kunci:



Learning



methods,



Nursing,



Student



centered



learnin



157



DAMPAK FREKUENSI PERNAPASAN PREDIALISIS TERHADAP KRAM OTOT INTRADIALISIS DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL 1,2



Cornelia D.Y Nekada1, Mohamad Judha2 Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta [email protected]



ABSTRAK Kondisi Penyakit Ginjal Terminal, merupakan tahap akhir dari penyakit gagal ginjal kronis. Survey yang dijelaskan dalam data RISKESDAS tahun 2013, digambarkan bahwa situasi kesakitan ini sangat berkembang di Negara Indonesia. Jumlah pasien dengan kondisi kesakitan gagal ginjal tahap akhir berkembang cukup pesat, untuk Propinsi DIY sendiri prevalensi gagal ginjal kronis yang telah memasuki stadium akhir adalah sebesar 0,3% dari total jumlah penduduk. Penatalaksanaan untuk kondisi kesakitan ini yaitu dengan melakukan tindakan hemodialysis. Namun sayangnya proses hemodialysis juga sering menimbulkan dampak kesakitan seperti terjadinya kram otot saat intradialisis. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi dampak frekuensi pernapasan atau respiratory rate predialisis terhadap kram otot intradialisis. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain analitik cross sectional. Penelitian ini dilakukan di ruang hemodialisis RSUD Panembahan Senopati Bantul. Subyek penelitian ini diambil secara accidental sampling, dengan tetap memperhatikan etika penelitian. Keseluruhan subyek penelitian ini adalah 91 responden. Peneliti mengukur frekuensi pernapasan predialisis dan mengkaji kram otot intradialisis. Penelitian ini menggunakan analisa bivariabel Chi-Square. Hasil analisa ChiSquare menunjukkan nilai p sebesar 0,020 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi napas predialisis terhadap kram otot intradialisis. Kram otot yang terjadi selama proses hemodialisis dapat terjadi karena adanya stress oksidatif selama intradialisis. Proses pengkajian keperawatan dengan cermat melalui observasi frekuensi pernapasan dapat mengantisipasi adanya resiko stes oksidatif yang mungkin akan terjadi. Kata Kunci: Pernapasan, Predialisis, Intradialisis, Kram



PERSEPSI PERAWAT DI RUANGAN PERAWATAN INTENSIF TERKAIT MORAL DISTRESS DALAM MERAWAT PASIEN KRITIS DENGAN HIV/AIDS Deby Natalisyia Tangkabiringan Mahasiswa Magister Keperawatan Kritis Angkatan XI Universitas Padjajaran Email korespondensi : [email protected]



ABSTRAK Perawat sering dihadapkan dengan dilemma etika dalam praktik keperawatan. Sebagai konsekuensinya perawat banyak dilaporkan mengalami tekanan moral karena banyaknya tantangan yang mereka hadapi selama merawat pasien mereka . Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui hasil review studi tentang persepsi perawat terkait moral distress dalam merawat pasien kritis dengan HIV/AIDS. Studi ini dilakukan dengan menelaah artikel yang direview pada jenis penelitian kuantitatif maupun kualitatif. Database yang digunakan adalah EBSCO host, proquest, google scholar, science direct dan Pub med pada periode dari 2000-2016 dengan kata kunci Moral distress, critical ill patient, HIV/AIDS intensive care unit, dan HIV/AIDS patient care Dua belas artikel yang kami telusuri banyak mengungkapkan bahwa penting untuk memahami persepsi perawat selama melakukan perawatan pada pasien kritis dengan HIV/AIDS dan bagaimana persepsi tersebut mempengaruhi sikap mereka terhadap pasien-pasien ini. Penelitian-penelitian tersebut di identifikasi dan dianalisis terkait moral distress perawat ketika merawat pasien kritis dengan HIV/AIDS Studi ini mengidentifikasi empat tema untuk di analisis , yakni : (1) karakter tekanan moral yang dialami; (2) kesamaan dan perbedaan bagaimana konflik tersebut terjadi dan bagaimana penyelesaiannya; dan (3) tema tekanan moral yang mendasari terjadinya konflik etik dalam melakukan perawatan pada pasien kritis dengan HIV/AIDS.



Kata kunci ; Moral distress, critical ill patient, HIV/AIDS intensive care unit, dan HIV/AIDS patient care



159



INOVASI DALAM DOKUMENTASI PENGKAJIAN PRESSURE ULCER MENGGUNAKAN APLIKASI BERBASIS ELEKTRONIK Dennti Kurniasih MZ1, Sukihananto2, Rr. Tutik Sri Hariyati3 [email protected]



ABSTRAK Pressure ulcer merupakan komponen keselamatan pasien yang menjadi poin penilaian kualitas pelayanan rumah sakit. Pendokumentasian pressure ulcer berupa pengkajian dan insiden membutuhkan sistem yang akurat yaitu sistem berbasis elektronik. Literature review ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan teknologi berbasis elektronik dalam pendokumentasian pengkajian pressure ulcer. Jurnal dan artikel dikumpulkan melalui Proquest database, EBSCOhost database, Wiley Online Library, dan PubMed menggunakan kata kunci pressure ulcer, electronic devices, electronic assessment, pressure injuries, pressure ulcer nursing documentation, electronic documentation. Terdiri dari penelitian yang dipublikasikan dalam bahasa inggris antara tahun 2010 sampai tahun 2017. Terdapat 20 jurnal dan artikel hasil pencarian. Berdasarkan jurnal penelitian didapatkan isu keterkinian terkait dokumentasi pengkajian pressure ulcer berbasis elektronik yang meningkatkan efektifitas kerja perawat. Ada beberapa tipe dokumentasi pengkajian pressure ulcer yang bisa digunakan pada android, tablet, dan komputer. Mobile prototype SAPPIRE memperlihatkan dokumentasi data sesuai standar terminologi Continuity of Care Records dan display data pasien dengan parameter risiko menggunakan Braden Scale. Aplikasi mobile lainnya ada yang dilengkapi dengan algoritma untuk pengklasifikasian pressure ulcer lewat proses foto digital dalam menentukan derajat pressure ulcer. Sedangkan The Cerner Millennium healthcare information system menggunakan e-form pada sistem elektronik berisi pengkajian awal pressure ulcer. Pressure ulcer kategori 2 ke atas harus dirujuk ke perawat spesialis. Dokumentasi pengkajian pressure ulcer berbasis elektronik sangat membantu perawat dalam mendeteksi pressure ulcer dan memantau perkembangannya. Selain itu, sistem ini membantu perawat dalam pemenuhan asuhan sesuai dengan standar pelayanan terkait isu keselamatan pasien. Kata kunci : pressure ulcer, sistem berbasis elektronik, keselamatan pasien



2.



STUDI LITERATUR: UPDATE PELAKSANAAN ORAL CARE PADA PASIEN YANG TERPASANG VENTILASI MEKANIK DI RUANG ICU Diah Tika Anggraeni1, Aan Nuraeni2 1Mahasiswa Magister Keperawatan, Peminatan Keperawatan Kritis, Fakultas Keperawatan, 2Dosen Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran, Bandung Universitas Padjadjaran, Bandung email : [email protected]



ABSTRAK Latar belakang: Pasien kritis yang terpasang ventilasi mekanik akan mengalami stress oral seperti hilangnya substansi protektif gigi, gangguan fungsi mukosiliari dan perubahan komposisi flora oral normal. Gangguan kesehatan mulut tersebut berisiko terjadinya kolonisasi bakteri yang berpotensi menyebabkan Ventilator-associated pneumonia (VAP), padahal VAP menjadi salah satu penyebab terbesar mortalitas di ruang ICU. Oleh karena itu, perlu evidence-based tentang oral care pasien terpasang ventilasi mekanik. Tujuan: Untuk mengidentifikasi hasil penelitian terbaru tentang pelaksanaan oral care pasien terpasang ventilasi mekanik. Metoode: Penelaahan literature dilakukan berdasarkan content analysis. Pencarian dibatasi pada artikel yang dipublish dari tahun 2009-2017 dengan jenis penelitian Randomised-controlled trial (RCT) maupun kuasi eksperimen dalam bahasa inggris. Database yang digunakan adalah CINAHL, pubmed, MEDLINE, Proquest dan Sciencedirect dengan kata kunci oral care, oral hygiene, mouth care, mechanically ventilated, intubated, critical care dan intensive care. Hasil: Didapatkan sepuluh artikel tentang efektifitas Chlorhexidine gluconate (CHX) sebagai agen antimikroba dengan konsentrasi dan volume yang bervariasi. Teknik pelaksanaan oral care yang paling efektif adalah dengan cara toothbrushing dengan frekuensi sesuai dengan skor pengkajian mulut. Selain itu, direkomendasikan penggunaan moisturizer pada mukosa dan bibir untuk menjaga integritas mukosa. Beberapa alat pengkajian kesehatan mulut yang dapat digunakan adalah Oral Assessment Guide (OAG), Beck Oral Assessment Scale (BOAS) atau Mucosal-Plaque Score (MPS). Kesimpulan: Dengan pelaksanaan oral care secara komprehensif, maka kesehatan mulut pasien yang terpasang ventilasi mekanik dapat meningkat dan risiko terjadinya kolonisasi bakteri penyebab VAP dapat dicegah. Oleh karena itu, perawat pada setting keperawatan kritis perlu memahami dan mengaplikasikan instrumen pengkajian mulut pada pasien yang terpasang ventilasi mekanik sebagai dasar pemberian intervensi.



Kata kunci : ICU, oral care, ventilasi mekanik.



161



STRATEGI KEPERAWATAN DALAM MENGATASI FEEDING INTOLERANCE NEONATUS PREMATUR DI NEONATAL INTENSIVE CARE UNIT (NICU) STUDI LITERATUR Diki Ardiansyah1, Ikeu Nurhidayah2 1.Mahasiswa Magister Keperawatan Kritis, Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran, Bandung, Indonesia 2.Dosen Keperawatan Anak, Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran, Bandung, Indonesia [email protected]



ABSTRAK Latar belakang: Feeding intolerance menjadi kasus yang sering ditemukan pada neonatus prematur di NICU, terutama dengan usia gestasi kurang dari 37 minggu yang didasari adanya imauritas gastrointestinal. Masalah tersebut berdampak pada lamanya pencapaian full enteral feeding, penggunaan nutrisi parenteral yang lama, NEC dan aspirasi cairan lambung sampai kematian. Oleh karena itu, perlu adanya eivdence-based mengenai penatalaksanaanfeeding intolerance pada neonatus prematur. Tujuan: Untuk mengeksplorasi hasil penelitian terbaru tentang gejala dan strategi keperawatan feeding intolerance pada neonatus prematur di NICU. Metode: Penelaahan literatur terbaru dilakukan berdasarkan content analysis. Pencarian dibatasi pada artikel yang dipublish dengan jenis penelitian kulaitatifdalam bahasa inggris. Database yang digunakan adalah Google Schoolar (1987 – 2017), PubMed (1992 – 2016), ScienceDirect (2002 – 2007), PMC (1995 – 2008), BioMed (2014), SCIENDU (2015), BMJ (1997 – 2007) dan Research Gate (2002 – 2013). Didapatkan 66 artikel melalui pendekatan berbasis full text. Hasil: Dari artikel yag didapat gejala feeding intolerance terdiri dari gastric residual volume (GRV), distensi abdomen dan emesis. Sedangkan strategi keperawatan yang ditemukandiantaranya pengaturan posisi, massage danabdominal massage. Dari tiga strategi tersebut, feeding intolerance lebih menurun dengan pemberian abdominal massage dengan frekuensi 15 menit yang dilakukan 2 kali sehari selama 5 hari. Kesimpulan: Dengan mengetahui tanda gejala dan strategi keperawatan feeding intolerance, maka masalah feeding intolerance dapat diatasi dan risiko terjadinya NEC dan aspirasi cairan lambung dapat dicegah. Oleh karena itu, perawat NICU perlu memahami tanda gejala dan mengaplikasikan abdominal massage pada neonatus yang berisiko atau sudah terjadi feeding intolerance. Kata kunci: neonates premature, feeding intolerance, massage, gastric residual, posi



LITERATUR RIVIEW: NILAI EKONOMI KEPERAWATAN PROFESIONAL 1



Elin Varlina1, Ati Surya Mediawati2, Irman Somantri3 Mahasiswa Magister Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Universitas Padjdjaran 2,3 Dosen Fakultas Keperawatan, Universitas Padjdajaran Email Korespodensi: [email protected]



ABSTRAK Latar Belakang: Perawat merupakan bagian terbesar dari tenaga kesehatan profesional. Perawat menyumbang setengah dari upah yang dibayar di rumah sakit setiap tahun, tetapi gaji perawat masih di bawah standar UMR. Penelitian yang terbatas tentang nilai ekonomi keperawatan dapat digunakan oleh pembuat keputusan kesehatan untuk mempertimbangkan sistem penghargaan terhadap perawat. Literatur riview ini bertujuan mengeksplorasi perspektif terkait dengan nilai ekonomi keperawatan profesional. Metode: Sumber yang ditelaah diperoleh melalui pencarian pada database berikut: EBSCO, Elsiver, ProQuest, Google Scholar. Sebanyak 5 artikel diikutsertakan dalam proses analisis. Hasil: Semakin tinggi pendidikan seorang perawat dapat menurunkan komplikasi pasien infeksi nosokomial, menurunkan lama tinggal, menghemat biaya medis, meningkatkan produktifitas, menyelamatkan kehidupan. Kesimpulan: Nilai ekonomi keperawatan diawali dari profesionalitas seorang perawat. Nilai profesional keperawatan membutuhkan pengakuan dari profesi lain dan pemangku kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Kata Kunci: Nursing care, Nursing‘s Economic Value, Remunerasi.



163



TERAPI NON-FARMAKOLOGIS DISFUNGSI KOGNITIF PADA PASIEN SKIZOFRENIA: A LITERATURE REVIEW Fifi Siti Fauziah Yani1, Suryani2, Imas Rafiyah3 Magister Keperawatan Peminatan Jiwa Universitas Padjajaran [email protected]



ABSTRAK Pada pasien skizofrenia ganguan perkembangan otak menyebabkan disfungsi perilaku dan kognitif. Pasien skizofrenia selain mengalami positif, pasien juga mengalami penurunan kognitif yang merupakan salah satu dari gejala negatif. Terapi farmakologi dapat mengurangi penurunan fungsi kognitif, namun terapi ini tidak bisa menghilangkan masalahnya sehingga perlu ditelusuri hasil penelitian terkait terapi nonfarmakologis. Tujuan dari tinjauan sistematik ini adalah untuk meninjau artikel hasil penelitian terapi non farmakologis yang dapat digunakan untuk memperbaiki fungsi kognitif pasien skizofrenia. Metode yang digunakan dalam tinjauan sistematik ini dengan mencari, menyaring dan menganalisa artikel dari internet dari tahun 2000 hingga 2016 berdasarkan kata kunci yang ditetapkan seperti yaitu ―Schizophrenia, cognitive dysfunction, cognitive impairment, cognitive therapy, cognitive dysfunction in schizophrenia, therapy for cognitive dysfunction in Schizophrenia‖ melalui database Google Scholar, ProQuest dan Perpusnas Indonesia. Hasil dari tinjauan literature ditemukan beberapa terapi yang dapat digunakan pada disfungsi kognitif pasien skizofrenia, yaitu Individualized Occupational Therapy (IOT), Game Wizard, Cognitive Remediation (CR) dan Functional Skills Training (FST), Cognitive Remediation (CR) dan Music. Semua terapi yang didapatkan memiliki hasil yang signifikan dalam memperbaiki disfungsi kognitif pasien skizofrenia. Rekomendasi bagi peneliti selanjutnya diharapkan dilakukan tinjauan literatur yang lebih spesifik dari segi data demografi, dan hasil yang lebih signifikan dan terapi lainnya yang lebih bermanfaat bagi pasien skizofrenia terutama dalam memperbaiki masalah disfungsi kognitifnya. Kata Kunci: Skizofrenia, Disfungsi Kognitif, non-farmakologis



KELAS MANAJEMEN EMOSI SELAMA 2 BULAN MENURUNKAN KADAR GULA DARAH PUASA PASIEN DM TIPE II Hapsah1, Titi Iswanti Afelya2 dan Andriani3. Departemen Keperawatan Jiwa, Fakultas Keperawatan, Universitas Hasanuddin (2) Departemen Keperawatan Medikal Bedah, Fakultas Keperawatan, Universitas Hasanuddin [email protected], [email protected], [email protected] 1,3



ABSTRAK Tingginya kejadian peningkatan kadar gula darah berulang yang sering dikeluhkan oleh penderita diabetes meskipun empat pilar (obat, diet, olahraga dan edukasi) telah dijalankan menjadi fokus penting yang perlu mendapat perhatian. Asuhan keperawatan di Indonesia belum mengembangkan fokus asuhan psikososial berupa manajemen emosi untuk menurunkan kadar gula darah puasa (GDP) pasien DM Tipe 2. Penelitian prospective cohort randomized control trial di wilayah kerja Puskesmas Tamalanrea Jaya dengan intervensi kelas manajemen emosi selama 2 bulan terhadap 11 responden kelompok intervensi dan 10 orang kelompok kontrol yang memiliki HbA1c minimal 6, senam rutin sekali seminggu. Kelas manajemen emosi diberikan selama 2 bulan sebanyak 8 sesi, 1 sesi/jam/minggu. Pengukuran GDP dilakukan sebanyak 3 kali yaitu sebelum intervensi, akhir bulan ke-1 dan akhir bulan ke-2. Hasil independent t test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna selisih perubahan GDP antara kelompok intervensi dan kontrol setelah 2 bulan (p=0,0452 jam (51.5%), minum susu >2 kali sehari (46.2%), dan frekuensi jajan >2 kali sehari (47.5%). Kategori HbA1c 4.7-5.2% terjadi pada anak yang berolahraga di luar sekolah (52.9%) dan tidur siang >2 jam (51.9%). Beberapa gaya hidup berperan dalam peningkatan kadar HbA1c pada anak overweight dan obesitas usia 6-13 tahun dan terdapat anak dengan indikasi pradiabetes. Perlunya peran perawat, guru dan orangtua dalam mengendalikan gaya hidup anak dengan memberi contoh, penyuluhan gaya hidup sehat dan pentingnya mengontrol HbA1c sebagai indikasi anak pradiabetes sehingga pencegahan sejak dini dapat dilakukan. Kata kunci: anak, gaya hidup, HbA1c, obesitas, overweight



171



PENGARUH JENJANG KARIR PERAWAT KLINIK DENGAN METODE ASESMEN KOMPETENSI TERHADAP KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUMAH SAKIT (LITERATURE REVIEW)



1



Nanis Sri Sutatik1, Ati Surya Mediawati2 Mahasiswa Magister Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran 2 Dosen Keperawatan Dasar, Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran Email koresponden: [email protected]



ABSTRAK Latar Belakang: Jenjang karir perawat telah menjadi isu nasional dalam pengelolaan keperawatan pada saat ini. Rumah sakit swasta dan negeri sudah ada yang mengembangkan lebih awal jenjang karir perawat yang bersifat lokal belum sesuai dengan Peraturan Pemerintah. Peraturan Menteri Kesehatan no. 40 tahun 2017 tentang Pengembangan Jenjang Karir Profesional Perawat Klinis merupakan peraturan yang harus diimplementasikan seluruh keperawatan di Indonesia. Jenjang karir merupakan sistem untuk meningkatkan kinerja profesionalisme sesuai dengan bidang pekerjaan melalui peningkatan kompetensi. Jenjang karir mempunyai makna tingkatan kompetensi untuk melaksanakan asuhan keperawatan yang akuntabel, etis, sesuai batas kewenangan, serta dapat meningkatkan kepuasan kerja perawat. Tujuan dari literatur review ini mengetahui pengaruh implementasi jenjang karir perawat terhadap kepuasan kerja perawat. Metode: Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah electronic data base dari jurnal yang telah dipublikasikan melalui Google scholar, BMC, EBSCO Health dengan memasukkan kata kunci asesmen kompetensi, assessment competency, career path, jenjang karir, kepuasan dengan rentang waktu publikasi dalam 5 tahun terakhir. Hasil: Berdasarkan review pada 10 jurnal yang terpilih dipublikasikan antara tahun 2013-2017, menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara jenjang karir dengan kepuasan kerja perawat. Simpulan: Jenjang karir merupakan sistem untuk menata profesi keperawatan dalam meningkatkan kepuasan kerja perawat di rumah sakit, sehingga diperlukan penataan sistem jenjang karir perawat sesuai Peraturan Menteri Kesehatan no. 40 tahun 2017. Kata kunci: asesmen kompetensi, assessment competency, career path, jenjang karir, kepuasan



PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI Nurhusna Lecturer, School of Nursing, Faculty of Medicine and Health Sciences University of Jambi Email: [email protected]



ABSTRAK Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu masalah utama pada kesehatan yang saat ini banyak diderita oleh orang-orang lanjut usia. Terapi Non Farmakologi terus dikembangkan saat ini sebagai salah satu pilihan pengobatan hipertensi yang lebih sederhana serta cost effective. Terapi Tertawa adalah suatu metode relaksasi yang diduga dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Terapi ini merupakan salah satu yang paling sederhana dan mudah dipelajari, dan dianggap mampu menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk melihat apakah ada pengaruh terapi tertawa terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi. Metoda Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pre experiment desain berupa two group pre- test and post- test dan dilaksanakan di Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi selama lebih kurang 6 bulan dengan jumlah sampel sebanyak 20 orang penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Olak Kemang yang diambil secara purposive sampling. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji wilcoxon. Hasil Penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan tekanan darah responden sebelum dan sesudah terapi tertawa pada kelompok intervensi p-Value =0,001 (P-Value 211). Tingkat caring terbesar ada pada kelompok kategori sedang dengan jumlah 38 orang (64,4%), diikuti dengan kategori rendah sejumlah 15 orang (25,4%), dan kategori tinggi sejumlah 6 orang (10,2%).



Pembahasan Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Kecamatan Parigi. Penelitian dilakukan pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Parigi dengan melibatkan 59 orang siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat caring terbesar ada pada kelompok kategori sedang dengan jumlah 38 orang (64,4%), dan hanya terdapat 6 orang (10,25%) yang memiliki tingkat caring tinggi. Keterkaitan antara hasil penelitian dengan karakteristik data demografi perlu dikaji lebih lanjut. Caring adalah bagian dari sikap prososial, sementara itu kebalikan dari sikap prososial adalah antisosial. Terdapat pandangan bahwa orang tua dapat mencegah perilaku antisosial remaja, dengan memberi remaja bimbingan dan kontrol, dan mendominasi pengontrolan keseharian remaja (Loeber & Dishion dalam Crocetti et al., 2016). Maka penelitian ini juga memperhitungkan intensitas interaksi yang terjadi antara responden dengan anggota keluarga melalui adanya pertanyaan tentang dimana tempat



398



responden tinggal. Penelitian ini mendapatkan hasil sebanyak 53 orang (89,8%) responden tinggal ditempat orangtua dan hanya 1 orang (1,7%) responden yang tinggal di tempat Kos dengan kata lain responden yang tinggal di tempat Kos memiliki kemungkinan besar untuk jauh dari pengawasan orangtua jika dibandingkan dengan responden yang tinggal ditempat orangtua. Namun dalam penelitian ini, meskipun hampir 90% responden tinggal ditempat orangtua, hanya terdapat 10,2% (6 orang) responden yang memiliki tingkat caring tinggi. Beberapa penelitian tidak menemukan adanya pengaruh antara interaksi keluarga dengan anak bagi pembentukan prososial anak, namun penelitian lain juga mendapatkan adanya hubungan antara interaksi keluarga dengan anak bagi pembentukan prososial (Loeber & Dishion dalam Crocetti et al., 2016). Adapun Ibu yang sering mengungkapkan kemarahan dan konflik dengan anak-anak mereka, cenderung membentuk anak menjadi pribadi yang terlalu khawatir tentang kesejahteraan mereka sendiri sehingga kurang peduli dengan kesejahteraan orang lain dan cenderung kurang termotivasi untuk membantu orang lain. Selain itu, mereka kurang termotivasi untuk menerapkan sikap saling membantu (Eisenberg, VanSchyndel, & Hofer, 2015). Penelitian ini juga mencari data berapa banyak jumlah individu yang tinggal di kediaman responden dan berapa jumlah saudara responden. Hal tersebut perlu diketahui karena pada dasarnya etika berprilaku caring menggambarkan pemahaman kumulatif seseorang terhadap kesadaran bahwa diri dan orang lain saling berhubungan satu sama lain (Eisenberg et al., 2015). Sebanyak 54 orang (91,5%) dalam penelitian ini tinggal bersama lebih dari dua orang dikediamannya. Selain itu mayoritas responden, yakni sebanyak 23 orang (39,0%) hanya memiliki satu saudara dan hanya terdapat 11 orang responden (18,6%) yang memiliki lebih dari dua saudara. Kondisi lingkungan responden yang terbiasa berinteraksi atau hidup berdampingan dengan orang lain dapat memberikan pengaruh terhadap sikap caring responden. Mayoritas responden yang berada pada usia 15 tahun, yakni sebanyak 36 orang (61%) termasuk kedalam rentang usia remaja pertengahan. Usia tersebut berpeluang untuk masih dapat dibentuknya pengembangan identitas pada remaja karena usia tersebut belum merupakan usia akhir dari tahap remaja. Hasil penelitian yang menunjukkan sebagian besar siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Parigi berada kategori dengan tingkat caring sedang perlu di antisipasi karena hal tersebut berarti mayoritas mahasiswa masih memiliki kemungkinan untuk mengalami penurunan tingkat caring karena remaja masih berada pada tahapan kebingungan identitas diri sehingga banyak faktor yang dapat mempengaruhi hal tersebut.



Upaya peningkatan perilaku caring dalam remaja penting untuk dilakukan. Caring dapat meningkatkan aktualisasi diri, pertumbuhan individu, membentuk harga diri, serta dapat menurunkan stress (Kozier et al., 2004 dalam Asniar, 2017) Caring juga dapat bermanfaat bagi pembentukan kualitas diri seorang individu saat dihadapkan dalam pekerjaan. Seperti manfaat caring yang diterapkan dalam profesi keperawatan bahwa caring menjadi penentu tingkat kepuasan klien dalam menerima pelayanan keperawatan.



Simpulan Caring atau perilaku peduli adalah bagian dari pengembangan identitas diri yang positif bagi remaja. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa sebagian remaja yang merupakan siswa siswi SMA 1 Kecamatan Parigi berada pada kategori tingkat caring sedang. Hal tersebut menunjukkan belum



399



optimalnya pembentukan perilaku caring dalam diri siswa siswi SMA 1 Kecamatan Parigi sehingga perlu adanya penelitian lanjutan mengenai gambaran faktor apa saja yang dapat mempengaruhi tingkat caring siswa SMA serta perlu adanya rancangan program sebagai upaya peningkatan tingkat caring pada remaja. Upaya peningkatan caring dalam diri remaja penting dan berpeluang untuk dilakukan karena remaja masih dalam tahap peralihan ke masa dewasa sehingga pembentukan sikap caring yang baik akan mendukung terbentuknya kualitas pada identitas diri remaja.



Daftar Pustaka 6.



Al Becht, SA Nelemans, SJ Brane, et all. (2016). The quest for identity in adolescence: Heterogeneity in daily identity formation and psychosocial adjustment across 5 years. National Library of MedicineNational Institutes of Health. https://doi.org /10.1037/dev0000245.



Asniar. (2017). Pengembangan Sikap ‖ Caring ‖ Pada Anak Usia Sekolah Sebagai Upaya Promosi Kesehatan. Idea Nursing Journal. ISSN : 2087 – 2879 Badan Pusat Statistik. (2015). Kebutuhan Data Ketenagakerjaan untuk Pembangunan Berkelanjutan.



400



FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI (SELF-CARE) ANAK RETARDASI MENTAL : TINJAUAN LITERATUR Velga Yazia¹., Meita Dhamayanti²., Ikeu Nurhidayah³ ¹Mahasiswa magister keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran Bandung Email : [email protected] ² ³ Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran Bandung



ABSTRAK Pendahuluan. Ketidakmampuan anak dalam melakukan aktifitas perawatan diri menyebabkan rendahnya aktifitas dan partisipasi pada anak yang berpengaruh terhadap kualitas hidup dan kesejahteraan anak retardasi mental serta keluarga yang mencemaskan mengenai masa depan anaknya kelak. Dengan demikian menjadi suatu hal yang penting dalam menelaah lebih lanjut mengenai faktor yang berhubungan dengan kemampuan self-care pada anak retardasi mental. Telaah literatur ini bertujuan untuk menganalisis artikel ilmiah yang berfokus pada pencarian faktor-faktor yang berhubungan dengan kemampuan perawatan diri (self-care) anak dengan retardasi mental. Metode. Penelahaan dilakukan dengan metode review dari hasil penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal elektronik melalui pencarian Database Elektronik ProQuest, EBSCO, Google Scholar dan Science Direct menggunakan kata kunci analisis faktor, retardasi mental, dan self-care. Kriteria inklusi yang digunakan dalam pencarian ini adalah artikel dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris tentang anak dengan retardasi mental. Kriteria ekslusi adalah artikel yang diterbitkan sebelum tahun 2011. Ditemukan 8 artikel yang memenuhi kriteria. Hasil. Dari literatur tersebut ditemukan faktor-faktor yang berhubungan dengan kemampuan perawatan diri (self-care) anak retardasi mental adalah : usia, jenis kelamin, kemampuan motorik anak (kondisi fisik), Pengetahuan orangtua, ketersedian dukungan, dan pola asuh orang tua Simpulan. Dapat disimpulkan usia, jenis kelamin, kemampuan motorik anak (kondisi fisik), pengetahuan, ketersediaan dukungan, dan pola asuh memiliki hubungan terhadap kemampuan perawatan diri (self-care) pada anak tuna grahita. Perawat anak perlu mengembangkan intervensi keperawatan anak khususnya dalam melakukan optimalisasi tumbuh kembang dan kemandirian anak dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari anak retardasi mental. Kata Kunci : analisis faktor, retardasi mental pada anak, self-care



Factors Associated with Self-Care Ability Mental Retardation Children: Literature Review ABSTRACT Introduction. The inability of the child in performing self-care activities leads to low activity and participation in children that affect the quality of life and welfare of the mentally retarding child and family who are worried about the future of his / her child. Thus it becomes an important thing to further explore the factors related to the ability of self-care in children mental retardation. This literature study aims to analyze scientific articles focusing on the search for factors related to the child's self-care abilities with mental retardation. Method. The review was conducted by a review method of research published in the electronic journal via ProQuest Electronic Database search, EBSCO, Google Scholar and Science Direct using keyword factor analysis, mental retardation, and self-care. The inclusion criteria used in this search are articles in Indonesian and English on children with mental retardation. Exclusion criteria is an article published before 2011. Found 8 articles that meet the criteria. Results. From the literature, it was found that factors related to self-care ability of mentally retarded children were: age, gender, motor ability of children (physical condition), parental knowledge, availability of support, and parenting pattern Conclusion. It can be concluded that age, gender, motor ability of the child (physical condition), knowledge, availability of support, and parenting have relation to self-care ability in the mentally disabled child. Child nurses need to develop child nursing interventions, especially in the optimization of growth and independence of children in meeting the daily needs of children mental retardation. Keywords: factor analysis, mental retardation in children, self-care



401



Pendahuluan Anak dengan disabilitas merupakan bagian dari anak Indonesia yang perlu mendapatkan perhatian dan perlindungan oleh pemerintah, masyarakat dan keluarga sesuai dengan amanah dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan Anak dan UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, sehingga upaya pelayanan kesehatan perlu dikembangkan untuk memberikan akses bagi anak dengan disabilitas sesuai dengan permasalahannya. Upaya perlindungan bagi anak disabilitas yaitu upaya pemenuhan kebutuhan dasar anak agar mereka dapat hidup, tumbuh, dan berkembang secara optimal serta berpartisipasi sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Word Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah anak dengan disabilitas adalah sekitar 7-10% dari total populasi anak. Di Indonesia, menurut data Badan Pusat Statistik Nasional tahun 2007, terdapat 8,3 juta jiwa anak dengan disabilitas dari total populasi anak di Indonesia (82.840.600 jiwa anak), atau sekitar 10%. Berdasarkan Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) tahun 2011, terdapat 130.572 anak penyandang disabilitas yang terdiri : cacat fisik dan mental (19.438 anak); tuna daksa (32.990 anak); tuna netra (5.921 anak); tunarungu (3.861 anak); tunawicara (16.335 anak); tunarungu dan tuna wicara (7.632 anak); tunanetra, tunarungu, dan tunawicara (1.207 anak); tuna rungu, tunawicara, dan tunadaksa (4.242 anak); tunarungu, tunawicara, tunanetra, dan tunadaksa (2.991 anak); retardasi mental (30.460 anak); dan mantan penderita gangguan jiwa (2.257 anak). Data ini tersebar di seluruh Indonesia dengan proporsi terbanyak di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Berdasarkan data dari Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial (2012) jumlah anak disabilitas di Jawa Barat sebanyak 152.283 jiwa anak yang merupakan urutan ketiga dari 24 provinsi di Indonesia dan jumlah anak dengan retardasi mental sebanyak 249.364 jiwa anak. Anak dengan Retardasi mental merupakan jumlah kedua paling banyak dibandingkan jenis kecacatan lainnya. Menurut UU Disabilitas, jenis-jenis kecacatan dapat dikelompokkan sebagai berikut : (1) penyandang cacat fisik seperti ; tuna netra, tuna rungu, tuna daksa; (2) penyandang cacat mental seperti ; tuna laras, tuna grahita; (3) penyandang cacat fisik dan mental ganda. Salah satu anak penyandang cacat mental adalah tuna grahita (retardasi mental). The American Psychiatric Association‘s Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM-IV-TR, 2000) mendefenisikan retardasi mental sebagai disfungsi atau gangguan yang terjadi pada susunan saraf pusat yang mengakibatkan kecerdasan intelektual (Intelectual Quetion) seseorang terukur dibawah 70, sehingga berdampak pada kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya seperti keterampilan berkomunikasi, sosialisasi, pendidikan/belajar, kesehatan dan pekerjaan (Greydanus & Pratt, 2005).. Pada anak retardasi mental beberapa masalah yang terjadi adalah kelemahan atau ketidakmampuan kemandirian misalnya dalam hal mengurus diri (oral hygiene, mandi, berpakaian), dan kemandirian dalam hal toileting (Hidayat, 2005). Perawatan diri (self care) menurut Orem (2011) adalah kegiatan memenuhi kebutuhan dalam mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan individu baik dalam keadaan sehat maupun sakit yang dilakukan dan diprakarsai oleh individu itu sendiri. Perawatan diri sangat dipengaruhi oleh pengalaman keluarga dalam mengatasai masalah, pendidikan keluarga, budaya, pengetahuan, tumbuh kembang dan pola asuh (Meleis, 2007). Kelemahan atau ketidakmampuan yang dimiliki anak retardasi mental dapat membuat anak sulit untuk dapat hidup di dunia sosial karena ketidakmampuan beradaptasi terhadap tuntutan lingkungan



402



maupun tuntutan dalam pemenuhan kebutuhan perawatan diri sendiri. Anak akan selalu bergantung pada orang lain dalam segala hal. Ketidakmampuan anak dalam melakukan aktifitas perawatan diri tersebut menyebabkan rendahnya aktifitas dan partisipasi pada anak yang berpengaruh terhadap kualitas hidup dan kesejahteraan anak retardasi mental serta keluarga yang mencemaskan mengenai masa depan ananya kelak (Elbasan, Duzgun, & Oskay, 2013). Keluarga harus meluangkan banyak waktu dan energi untuk merawat dan membantu anak dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari (Al-Qaisy, 2012). Keterbatasan yang dimiliki anak membuatnya menjadi ketergantungan terhadap orang tua dan hal ini dapat menimbulkan beban bagi keluarga (Karasavvidis, 2011). Banyak anak retardasi mental bergantung pada orang tua, pengasuh ataupun orang terdekat mereka. Ketergantungan yang lebih tinggi dalam menjalani aktifitas sehari-hari menjadikan beban yang lebih besar bagi orangtua, pengasuh bahkan tenaga keperawatan. Setiap orang tua menginginkan anak yang sehat dan mandiri, namun pada kenyataannya banyak anak dengan retardasi mental yang masih tergantung kepada orang tua atau pengasuhnya dalam melakukan kegiatan harian terutama untuk perawatan dirinya sampai dengan anak tersebut beranjak dewasa (Tork et al., 2007). Berbagai faktor yang diuraikan diatas dapat berhubungan dengan kemampuan anak retardasi mental dalam melakukan perawatan diri secara mandiri. Untuk itu perlu diketahui faktor-faktor yang berpengaruh dan berperan dominan dalam melakukan kegiatan perawatan diri secara mandiri pada anak retardasi mental. Faktor-faktor tersebut dapat dimanfaatkan oleh perawat anak untuk mengembangkan intervensi keperawatan anak khususnya dalam melakukan optimalisasi tumbuh kembang dan kemandirian anak dalam memenuhi kebutuhan dasar, terutama anak-anak retardasi mental Oleh karena itu studi literature ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai kemampuan perawatan diri anak retardasi mental dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode Penelitian Strategi Pencarian Penelitian dilaksanakan dengan menelaah beberapa artikel ilmiah (literature review) berupa hasil penelitian periode 2011-2017 yang relevan dengan topik penelitian. Langkah-langkah penelitian yang dilakukan meliputi identifikasi masalah penelitian, pencarian literature yang relevan, evaluasi data, analisis dan interpretasi. Kata kunci yang digunakan dalam proses pencarian adalah retardasi mental, perawatan diri (self-care) dan analisis faktor. Defisit perawatan diri digunakan sebagai sinonim untuk istilah, ketergantunagn perawatan, karena kelangkaan literture yang tersedia. Ini menghasilkan 187 publikasi, 18 diantaranya berpotensi relevan; setelah membaca dan mengevaluasi lebih lanjut, 8 artikel dipilih paling relevan dengan kriteria inklusi dan paling sesuai dnegan tujuan peninjauan. Pencarian dilakukan pada bulan agustus 2017 dari database elektronik Proquest, EBSCO, Google Scholar dan Science Direct. Selanjutnya artikel tersebut direview dengan cara mencari persamaan dan perbedaan, memberikan pandangan, membandingkan dan membuat ringkasan, serta menarik kesimpulan. Jenis peserta Semua anak usia sekolah dari usia 6-12 tahun dengan penyakit kronis, dengan atau tanpa kebutuhan khusus, terlepas dari ketentuan (dirawat dirumah sakit, di komunitas atau lembaga) disertakan. Jenis penelitian



403



Secara fakta bahwa tidak banyak yang ditulis mengenai ketergantungan perawatan di kalangan anak-anak, penulis memutuskan untuk menggunakan semua publikasi yang ada untuk ulasan ini, yang berarti bahwa tidak ada batasan jenis studi (kualitatif dan kuantitatif) yang dilakukan selama pencarian Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelusuran artikel penelitian melalui database elektronik Proquest, EBSCO, Google Scholar dan Science Direct menggunakan kata kunci retardasi mental, perawatan diri (self-care) dan analisis faktor maka dipilih 8 artikel yang dianggap paling sesuai dengan tujuan review. Penelitian Raisasari (2017) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik ibu dalam personal hygiene anak retardasi mental di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri Semarang. Subjek penelitian adalah ibu dari anak retardasi mental di SDLB Negeri Semarang berjumlah 65 subjek. Penelitian menggunakan pendekatan cross sectional study. Instrumen yang digunakan adalah kuisioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk memperoleh informasi. Faktor-faktor yang diteliti adalah mengenai karakteristik (umur ibu, tingkat pendidikan ibu, pekerjaan), pengetahuan, sikap, pola asuh, dukungan suami, dukungan guru dan praktik personal hygiene dari responden. Analisa statistik bivariat menggunakan uji Chi-Square. Hasil pengukuran personal hygiene didapatkan rerata personal hygiene 58,5%. Hasil analisis bivariat didapatkan hasil terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dan sikap ibu. Tidak terdapat hubungan personal hygiene dengan umur ibu, tingkat pendidikan, pekerjaan, dukungan suami, dukungan guru dan pola asuh orangtua. Penelitian yang dilakukan oleh Zhimin (2003) mengenai perawatan diri pada anak usia sekolah di China dengan Sindroma Nefrotik. Studi deskriptik terhadap anak usia sekolah yang dirawat dirumah sakit sebanyak 66 subjek. Hasil penelitian ini mengatakan faktor usia sangat mempengaruhi seorang anak untuk melakukan perawatan diri. Dari 66 pasien yang diteliti, 60 anak memiliki tingkat praktik perawatan diri yang tinggi. Tingkat perawatan diri yang tinggi ditemukan pada anak usia 6 sampai 8 tahun (83%), anak usia 9 sampai 10 tahun (95%) dan pada semua anak usia 11-12 tahun (n = 66). Penelitian Chien (2013) tentang keterampilan tangan anak dalam fungsi perawatan diri pada anak dengan atau tanpa cacat di Australia dan Taiwan. Studi ini melibatkan sekelompok anak australia dan sekelompok anak-anak Taiwan sebanyak 139 anak dalam perkembangan normal dan 114 anak dengan penyandang cacat yang berusia 2 sampai 12 tahun. Studi ini menggunakan pendekatan convenience sampling. Kriteria inklusi penelitian ini adalah anak yang memiliki diagnostik medis atau rehabilitatif formal dari rumah sakit/klinik seperti kelainan neuromuskular (misalnya cerebral palsy dan palsy kelahiran pleksus brakialis), kelainan spektrum autisme, gangguan perkembangan atau kelainan genetik/kromosom (down syndrome). Instrumen yang digunakan adalah kuisioner demografis dan Subskala VABS-CE Personal Living Skills. Analisa data menggunakan program SPSS versi 17.0 (IBM Corporation, Armonk, NY, AS) menggunakan tingkat signifikan 0,05 untuk semua uji statistik. Faktorfaktor yang berkontribusi dalam keterampilan anak dalam perawatan diri adalah faktor demografi anak (usia, jenis kelamin, Berat badan lahir & waktu masa kehamilan, jenis kecacatan), keterampilan tangan anak dan faktor budaya. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja keterampilan tangan nyata merupakan faktor penting untuk fungsi perawatan diri anak. Anak-anak yang memiliki karakteristik demografi yang berbeda seperti wenangan dan adanya beberapa jenis kecacatan menunjukkan perbedaan dalam fungsi perawatan diri mereka. Selain kinerja keterampilan tangan nyata, konteks budaya secara



404



konsisten ditemukan dalam penelitian ini sebagai faktor penting untuk fungsi perawatan diri anak dalam kombinasi dan setiap kelompok anak-anak dengan atau tanpa cacat. Perbedaan fungsi perawatan diri antara anak-anak Barat dan Timur; Ini termasuk nilai atau sikap orang tua yang berbeda, peralatan yang digunakan untuk makan, gaya berpakaian dan harapan masyarakat untuk anak-anak yang hidup dalam konteks budaya yang berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Tork et al (2007), mendapatkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan perawatan diri pada anak usia sekolah. Subjek dalam penelitian ini adalah semua anak usia sekolah berusia 6 sampai 12 tahun dengan penyakit kronis, dengan atau tanpa kebutuhan khusus. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketergantungan perawatan diri pada anak usia sekolah adalah : faktor demografi (usia, jenis kelamin, status sosial); faktor psikososial (konsep diri, rasa percaya diri, dan tipe kepribadian) ; faktor fisik ( kondisi kesehatan, kemampuan beraktifitas, disabilitas yang dialami). Penelitian yang dilakukan oleh Apriliyanti (2016) tentang hubungan pola asuh dengan tingkat kemandirian personal hygiene pada anak tunagrahita (retardasi mental) di Palangkaraya. Metode penelitian ini korelasi dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah Spearman‘s Rank. Subjek penelitian adalah orangtua siswa sebanyak 52 orang dengan menggunakan simple random sampling. Berdasarkan hasil uji analisa statistik dnegan uji spearman‘s rho diperoleh nilai P value = 0,001 dengan derajat kemaknaan α = 0,05. 0,001 < 0,05, maka H1 diterima yang artinya menunjukkan adanya hubungan pola asuh orangtua dengan tingkat kemandirian personal hygiene pada anak tuna grahita. Sehingga dapat kesimpulan salah satu faktor pola asuh mempunyai hubungan dengan tingkat kemandirian personal hygiene pada anak tuna grahita. Setiap anak memerlukan pola asuh yang baik agar mereka mampu melakukan personal hygiene secara mandiri Penelitian Situmeang (2016) tentang hubungan status sosio demografi dan status akademik anak dengan kemandirian anak retardasi mental di SLB Yayasan Pembinaan Anak Cacat Manado. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan rancangan Cross Sectional Study. Sampel diambil menggunakan metode total sampling pada anak cacat berjumlah 50 orang. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar observasi yang berisi tentang data demografi orangtua dan lembar penilaian akademik. Faktor yang memperngaruhi kemandirian anak dengan retardasi mental adalah faktor demografi (umur, pekerjaan dan pendidikan orangtua). Hasil penelitian menunjukkan status sosio demografi



: usia (p=0,000), pendidikan (p=0,120), pekerjaan (p=0,254) dan status akademik



(p=0,000). Sehingga dapat diambil kesimpulan tidak terdapat hubungan antara status sosio demografi dengan kemndirian anak retardasi mental, dan terdapat hubungan antara status akademik dengan dengan kemandirian anak retardasi mental. Penelitian Kim (2017) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan aktivitas perawatan diri, dan hubungan antara mobilitas dan aktivitas perawatan diri pada anak-anak dengan cerebral palsy (CP). Subjek dalam penelitian ini sebanyak 63 anak Cerebral Palsy berusia ≥4 tahun, yang dipelajari secara retrospektif. Sebanyak 38 dikeluarkan karena data tidak lengkap atau memenuhi kriteria inklusi. Akhirnya dilakukan untuk 25 anak (11 anak laki-laki, 14 perempuan), berkisar antara 4 sampai 11 tahun. Menurut tingkat GMFCS, perbedaan skor perawatan mandiri PEDI, menunjukkan signifikansi batas statistik (p = 0,051). Sebaliknya, perbedaan skor perawatan mandiri PEDI menurut jenis CP dan tingkat MACS tidak signifikan secara statistik. Analisis regresi linier sederhana menunjukkan bahwa



405



mobilitas PEDI dan fungsi sosial PEDI berpengaruh secara signifikan terhadap perawatan diri PEDI. Analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa mobilitas PEDI merupakan satu - satunya faktor yang secara signifikan mempengaruhi perawatan diri PEDI pada anak usia ≥ 7 tahun (R 2 = 0,875, p = 0,03). Dalam penelitian ini faktor kemampuan motorik kasar terhadap aktivitas perawatan diri tidak begitu signifikan dan pengaruh fungsi tangan terhadap aktivitas perawatan diri juga tidak signifikan. Selanjutnya faktor mobilitas dan fungsi sosial merupakan faktor signifikan yang mempengaruhi aktivitas perawatan mandiri dengan analisis regresi linier sederhana, analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa mobilitas adalah satu-satunya faktor yang mempengaruhi aktivitas perawatan mandiri pada anak berusia ≥ 7 tahun. Penelitan Rosenberg (2017) tentang hubungan kemampuan motor, keterampilan komunikasi sosial, dan partisipasi dalam aktivitas kehidupan sehari-hari pada anak-anak dengan kelainan spektrum autisme yang berfungsi rendah. Subjek dalam penelitian ini adalah 25 anak usia 6,5-12 tahun. Instrumen pengumpulan data menggunakan Tes Bruininks-Oseretsky untuk Kecakapan Motor, Kuesioner Keterampilan Komunikasi Sosial, dan Kuesioner Participate Child digunakan. Hasil menemukan korelasi yang signifikan antara kemampuan motorik dan keterampilan sosio-komunikatif anak-anak dengan ASD. Anak-anak ini mengalami disfungsi motorik yang menghambat kemampuan belajar motorik dan motorik mereka di ranah seperti ADL, IADL, bermain, santai, dan partisipasi sosial. Kinerja kegiatan rutin seharihari, seperti berpakaian, makan, menggambar, atau bermain dengan bola, mungkin akan terpengaruh karena defisit yang disebutkan di atas dalam pembelajaran motorik dan otomatisasi yang umum terjadi pada anak-anak dengan ASD. Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah efek tidak langsung kemampuan motorik terhadap partisipasi anak-anak dengan LFASD melalui efek mediasi gejala komunikasi asosial. Pembahasan Berdasarkan hasil-hasil penelitian di atas, metode yang paling banyak digunakan adalah desain cross sectional. Instrumen yang digunakan dalam mengukur kemampuan perawatan diri anak adalah menggunakan PEDI, VABS-CE. Evaluasi Pediatrik Persediaan Cacat (PEDI) Ohrvall et al., 2010; Østensjø et al., 2003; Østensjø et al., 2004) menilai kompetensi anak dalam perawatan diri, gerak, dan fungsi sosial. Skala PEDI adalah alat yang berguna untuk memprediksi tingkat fungsional anak di masa depan (Østensjø et al., 2006). Sedangkan Vineland Adaptive Behavior Scales (VABS) adalah alat ini sangat berguna dan dapat diandalkan dan dapat digunakan untuk evaluasi keterampilan motorik pada orang dengan atau tanpa cacat berusia 0 sampai 17 tahun. VABS menilai keterampilan motorik (keterampilan motorik kasar dan halus) selama aktivitas kehidupan sehari-hari, komunikasi, dan sosialisasi (Van Eck et al., 2009, Voorman et al., 2010). Beberapa peneliti telah menyarankan bahwa kemandirian dalam aktivitas kehidupan sehari-hari meningkat secara bertahap selama masa kanak-kanak dan diharapkan dapat dicapai sepenuhnya pada tahun ketujuh kehidupan (Ohrvall et al., 2010). Telah disarankan bahwa usia 6-7 tahun adalah batas atas untuk pengembangan keterampilan motorik dasar baru (Harries et al., 2004; Manikowska et al., 2009) dan bahwa pada usia 5 tahun anak-anak telah mencapai 90% keterampilan fungsional terakhir mereka (Manikowska et al., 2009; Natroshvili et al., 2005). Jelas, ini menyangkut aktivitas dasar sehari-hari yaitu memberi makan, berpakaian, perawatan, dan buang air kecil. Mempelajari keterampilan ini nampaknya



406



penting untuk mempelajari aktivitas instrumental atau komunikasi dan keterampilan sosial yang lebih maju. Faktor-faktor yang berhubungan kemampuan perawatan diri adalah : usia, jenis kelamin, pengetahuan orangtua, kemampuan motorik anak (kondisi fisik), ketersediaan dukungan (dukungan suami, dukungan guru), dan pola asuh orang tua Usia anak. Zhimin (2003) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan perawatan diri pada anak usia sekolah. Faktor usia sangat mempengaruhi seorang anak untuk melakukan perawatan diri. Dari 66 pasien yang diteliti, 60 anak memiliki tingkat praktik perawatan diri yang tinggi. Tingkat perawatan diri yang tinggi ditemukan pada anak usia 6 sampai 8 tahun (83%), anak usia 9 sampai 10 tahun (95%) dan pada semua anak usia 11-12 tahun (n = 66). Anak yang lebih tua memiliki kemampuan perawatan diri lebih tinggi daripada anak yang lebih muda. Diasumsikan bahwa seiring bertambahnya usia anak, kemampuan mereka untuk mengatasi tanggung jawab terhadap perawatan diri mereka dan begitu pula jumlah waktu yang dihabiskan anak untuk perawatan diri. Temuan ini sesuai dengan pendapat Wong dkk (2002), yang menunjukkan bahwa anak-anak China dari segala usia di Hong Kong memiliki hasil yang lebih baik dalam perawatan diri mereka daripada rekan-rekan mereka di Amerika. Mereka juga menyatakan bahwa perbedaan tersebut mungkin disebabkan oleh fakta bahwa anak-anak China mematuhi peraturan di sekolah, dimana mereka diajarkan untuk cenderung memenuhi kebutuhan mereka pada tahap awal daripada anak di Amerika. Jenis kelamin anak. Beberapa penelitian menyatakan bahwa perawatan diri anak retardasi mental menunjukkan bahwa anak perempuan menguasai kompetensi perawatan mandiri dan komunikasi lebih awal dari pada anak laki-laki. Temuan ini didukung oleh studi Schmidt (2003), yang menghubungkannya dengan fakta bahwa ibu anak laki-laki lebih terlibat didalam perawatan anak-anak dari pada ibu dari anak perempuan, membiarkan anak perempuan lebih mendapatkan tekanan daripada anak laki-laki untuk mengambil alih perawatan diri mereka Kemampuan motorik anak (kondisi fisik). Dalam beberapa penelitian, pengaruh kemampuan motorik terhadap aktivitas perawatan diri tidak begitu signifikan namun hanya menunjukkan batas. Pengaruh fungsi tangan terhadap aktivitas perawatan diri juga tidak significan. Sampai saat ini, beberapa penelitian yang sebelumnya berusaha untuk menilai hubungan antara kemampuan motorik dan aktifitas perawtan diri sehari-hari anak. penelitian sebelumnya juga menyatakan bahwa hubungan antara fungsi tangan dan aktifitas perawatan diri sangat significan. Hasil penelitian yang berbeda, dengan penelitian sebelumnya disebabkan oleh perbedaan inklusi. Pengetahuan orangtua. Beberapa penelitian mengatakan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mendukung perawatan diri sehari-hari. Hal tersebut dapat berarti bahwa dengan pengetahuan yang baik maka mampu menunjukkan perilaku diri yang baik dalam menjalani program terapi (Yang, dkk. 2001). Tidak ada hubungan langsung antara pengetahuan orangtua dengan kemampuan diri anak dapat dikearenakan penerimaan orangtua terhadap kondisi anak belum tentu sejalan dengan meningkatnya pengetahuan tentang tuna grahita. Warren dan Trachtenberg (1987 dalam Zelalem, 2002) menegaskan bahwa persepsi orangtua dari ketunaan anaknya mempengaruhi cara merawat dan mengasuh anak. hal ini berati perkembangan dan kemandirian anak dalam melakukan perawatan diri dapat dipengaruhi oleh tahap penerimaan orangtua terhadap anak tuna grahita.



407



Pola asuh orang tua. Pola asuh adalah pola interaksi antara anak dengan orangtua yang meliputi bukan hanya pemenuhan kebutuhan fisik dan kebutuhan psikologis, tetapi juga norma-norma yang berlaku di masyarakat (Gunarsa, 2002). Pola asuh demokratis mempunyai ciri-ciri yaitu memberi kesempatan kepada anak-anaknya untuk mandiri dan mengembangkan kontrol internalnya, diakui keberadaannya dan dilibatkan dalam pengambilan keputusan didalam keluarga (Hurlock, 2000). Hubungan yang tidak bermakna antara pola asuh orangtua dengan kemampuan perawatan diri anak tuna grahita dapat disebabkan karena adanya perbedaan keterlibatan orangtua dalam perkembangan kemampuan anak dan pengalaman orangtua dalam mengasuh anak tuna grahita. Ketersediaan dukungan. Menurut Linblad et al (2005) yang menyatakan bahwa adanya pengaruh yang signifikan ketika orangtua mendapatkan dukungan dari tenaga profesional dalam mengasuh anak dengan kebutuhan khusus. Interaksi antara orangtuadengan tenaga profesional merupakan hubungan yang saling menguntungkan terutama bagi perkembangan anak dengan kebutuhan khusus. Orangtua dapat menceritakan masalah dan pengalaman unik yang dialami orangtua dalam mengsuh dan tenaga profesional dapat membagipengetahuan dan metode orangtua.



DAFTAR PUSTAKA Apriliyanti, Dewi., Agustina, N., & Efri Dulie. (2016). Hubungan pola asuh orangtua dengan tingkat kemandirian personal hygiene pada anak Tuna Grahita di SLBN 1 Palangkaraya. Jurnal Dinamika Kesehatan Vol & No 2 Desember 2016. ISSN : 2086-3454. Chien, C. W., T. Brown., R. McDonald., & M. L. Yu. (2013). The contributing role of real-life hand skill performance in self-care function of children with and whithout disabilities. Journal Child : Care, health and development. doi: 10.1111/j.1365-2214.2012.014929.x. Gunarsa, D. S. (2004). Dari anak sampai usia lanjut: Bunga rampai psikologi anak. jakarta: BPK. Gunung Mulia Harries, N., Kassirer, M., Amichai, T., & Lahat, E. (2004). Change over years in gross motorfunction 0f 3-8 year old children with cerebral palsy: using the Gross Motor Function Measure (GMFM-88), Israel Med. Assoc. J., 6, 408-411. Hurlock, B. E. (2000). Perkembangan anak, Jilid 1. Jakarta. Kim, Kyeongwon., Jin Young Kang., & DaeHyun Jang. (2017). Relationship between mobility and selfcare activity in children with cerebral palsy. Annals of Rehabilitation Medicine 2017; 41(2):266272. Lewis S., Iselin S. (2002). A comparation of the independent living skill of primary student with visual impairments and their sighted peer: a pilot study. J. Visual Impair. Blin; 96: 335-344. Lindblad, B. M., Rasmussen, B. H., & Sandman, P. O. (2007). Being invigorated in parenthood: Parents experiences of being supported by professional when having a disabled child, Journal of Pediatrics, 20,4(8). Manikowska, F., Jozwiak, M., & Idzior, M. (2009). Muscle spasticity and functional status of children with cerebral palsy, Child Neurol., 36, 31-35.



408



Ohrvall, A. M., Eliasson, A. C., Lowing, K., Odman, P., & Krumlinde Sundholm, L. (2010). Self-care and mobility skill in children with cerebral palcy, related to their manual ability and gross motor function classifications, Dev. Med. Chil Neurol., 52, 1048-1055. Orem, D., E. (2001). Nursing: concept of practice. 6th Ed. St. Louis: Mosby Inc. Ostenjo, S.,Bjorbakmo, W., Carlberg, E. B.,&Vollestad, N. K. (2006). Assessment of everyday functioning in young children with disabilities: AN ICF-based analysis of concept and content of the pediatric Evaluation of Disability Inventory (PEDI). Disability and Rehabilitation, 28 (8): 489504. Raisasari, Irma Ivonita., Kusyogo Cahyo., & Emmy Riyanti. (2017). Faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik ibu dalam personal hygiene anak retardasi mental di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri Semarang. Jurnal Kesehatan Masayarakat JKM E-Journal. Volume 5 Nomor 3, Juli 2017. ISSN: 2356-3346. Rosenberg, Limor., Adva Moran., & Orit Bart. (2017). The associations among motor ability, socialcommunication skill, and participation in daily life activities in children with low-function autism spectrum disorder. Journal of Occupational Therapy, School, & Early Intervention. ISSN: 19411243 Schmidt C. (2003). Mother perception of self-care in school age children with diabetes. Am. J. Matern. Child Nurs. 2003; 28: 362-370. Situmeang, Jenny Puspita Sari., Hendro Bidjuni., & Jill Lolong. (2016). Hubungan status sosio demografi dan status akademik anak dengan kemandirian anak retardasi mental di SLB Yayasan Pembinaan Anak Cacat Manado. E-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 nomor 2, Juli 2016. Tork, et al. (2007). Care dependency among school-aged children. Journal Nursing and Health Sciences, 9,142-149. doi: 10.1111/j.1442-2018.2007.00313.x. Van eck, M., Dallemijer, A. J., Voorman, J. M. And Becher. J. (2010). Longitudinal study of motor performance and its relation to motor capacity in children with cerebral palsy, Dev. Med. Child Neurol., 51, 303-310. Voorman,J. M., Dallemijer, A. J., Van Eck., M., Schuengel, C., and Becher, J. G. (2010). Sosial functioning and communication in children with cerebral palsy: association with discase characteristics and personal and enviromental factors, Dev. Med. Child Neurol., 52, 441-447. Zelalem, F. (2002). The attitudes of parents towards their blind children: A case study on Bahir Dar Town. Addis Ababa University, School of Graduation Study. Zhimin L. ( 2003). Self-care in chinese school-age children with nephritic syndrome. Am. J. Matern. Child Nurs. 2003; 28: 81-85



409



DAMPAK INTENSITAS NYERI IBU TERHADAP EFIKASI DIRI IBU MENYUSUI PASCA BEDAH SESAR DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA Venny Vidayanti, Lala Budi Fitriana Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Universitas Respati Yogyakarta Email : [email protected]



ABSTRAK Ibu pasca bedah sesar mengalami nyeri akibat insisi dinding abdomen. Dampak dari nyeri menyebabkan mobilisasi menjadi terbatas dan menurunkan kemampuan ibu dalam pemberian ASI pada hari pertama pasca persalinan. Nyeri yang dialami ibu pasca bedah sesar mempengaruhi rendahnya efikasi diri ibu untuk dapat memberikan ASI pada bayinya. Nyeri dapat menghambat proses pemberian ASI pada satu jam pertama setelah bayi lahir.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan intensitas nyeri ibu dengan efikasi diri ibu menyusui pasca bedah sesar di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Responden dalam penelitian ini yakni ibu pasca bedah sesar sebanyak 56 orang dengan teknik sampling consecutive sampling. Pengukuran skala nyeri menggunakan lembar observasi Numerical Rating Scale. Pengukuran efikasi diri ibu menyusui menggunakan kuesioner Breastfeeding Self Eficacy Scale-Short Form (BSES-SF). Analisis bivariat menggunakan uji chi square. Hasil penelitian didapatkan data proporsi ibu dengan nyeri sedang sebanyak 47,9%. Proporsi terbanyak ibu dengan nyeri sedang dan memiliki efikasi diri yang rendah sebanyak 35,4%. Analisi s Uji hubungan kedua variabel menggunakan uji chi square didapatkan nilai P value 0.010 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara nyeri dengan efikasi diri ibu menyusui pasca bedah sesar. Nyeri pasca bedah sesar mempunyai dampak yang negatif terhadap efikasi diri ibu pasca bedah sesar. Kata Kunci : Efikasi diri, Menyusui, Nyeri , Pasca Bedah Sesar



THE IMPACT OF MOTHER'S PAIN INTENSITY ON SELF EFFICACY OF BREASTFEEDING MOTHERS AFTER CESAREAN SURGERY AT PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL HOSPITAL YOGYAKARTA



ABSTRACT Post-caesarean Mothers will experience pain due to abdominal wall incisions. The impact of pain causes limitation of mobilization and decreases the mother's ability in breastfeeding on the first day after delivery. Pain experienced by post cesarean mothers cause difficulties in giving milk to the baby immediately after delivery. Pain also reduce the self-efficacy of mother to be able to give milk to her baby. Pain can be a barrier to breastfeeding Mothers in the first hour after birth. The aim of the study was determining the association between Mother‘s pain intensity on self efficacy of breastfeeding Mothers after caesarean surgery at Panembahan Senopati Bantul Hospital.This research was quantitative study with cross sectional design. This research employs 56 post caesarean mothers selected using consecutive sampling technique. The tools using to measure post caesarean mother‘s pain scale using Numerical Rating Scale observation sheet. The Measurements of self-efficacy of breastfeeding mothers using the Breastfeeding Self Eficacy Scale-Short Form (BSES-SF) questionnaire. Bivariate analysis using chi square test. The results showed The proportion of post caesarean mothers with moderate pain was 47.9%. The highest proportion of post caesarean mothers with moderate pain and low self-efficacy was 35.4%. the result of bivariate analysis using chi square was p-value 0,010. This Research concludes that there was a significant association between pain intensity of post caesarean mother's and self-efficacy of breastfeeding mothers after cesarean section. Post-cesarean section pain has a negative impact on selfefficacy of post-caesarean mothers. Kata Kunci : Breastfeeding , Pain intensity, Post-cesarean section , Self-efficacy



410



Pendahuluan Persalinan melalui pembedahan seksio sesar merupakan tindakan penyelamatan dalam persalinan pada situasi kehamilan yang mengancam kondisi kesehatan ibu dan bayi maupun indikasi karena penyulit dalam



persalinan untuk menurunkan resiko kematian ibu dan bayi



(Alexander et al., 2010). Insidensi jumlah persalinan secara seksio sesar memiliki kecenderungan peningkatan dari tahun ke tahun baik secara global maupun pada lingkup nasional. Persalinan bedah sesar dari tahun 2001 sampai 2006 di Indonesia menurut peningkatan



yaitu



dari



17%



WHO (2013) mengalami



menjadi 27,3%. Menurut Riskesdas (2013) angka kejadian



persalinan bedah sesar mencapai 39,7% di propinsi Yogyakarta. Insidensi persalinan bedah sesar dipengaruhi oleh beberapa hal seperti, usia ibu, perkembangan persalinan terlalu lambat atau ketika janin tampak berada dalam masalah, seperti ibu mengalami perdarahan vaginal, posisi janin melintang, janin makrosomia atau ibu yang menjalani persalinan di usia reproduksi beresiko (Riordan dan Wambach, 2010). Persalinan dengan tindakan seksio sesar



dapat menimbulkan masalah yang



lebih



kompleks bagi ibu dan bayi apabila dibandingkan dengan ibu yang melahirkan secara normal (pervaginam). (Towle, 2009). Persalinan secara seksio sesar beresiko menurunkan keberhasilan inisiasi menyusui pada bayi baru lahir dan menurunkan keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada bayi baru lahir (Prior et al., 2012). Berdasarkan hasil penelitian Nguyen et al., 2013 didapatkan data bahwa ibu yang menjalani persalinan dengan seksio sesar mempunyai resiko kegagalan memberikan ASI eksklusif sebesar 5,6 kali dan cenderung memberikan susu formula bagi bayinya pada tiga hari awal masa nifas apabila dibandingkan dengan ibu yang melahirkan secara spontan pervaginam. Ibu yang mengalami persalinan seksio sesar akan mengeluhkan nyeri akibat insisi dinding abdomen. Nyeri pasca bedah sesar merupakan permasalahan yang sangat penting dan sering dihadapi oleh pasien pasca bedah sesar. Setiap pembedahan akan menimbulkan rasa nyeri oleh karena kerusakan jaringan akibat pembedahan (Gill, 2005). Nyeri pasca bedah sesar dapat berdampak negatif terhadap proses penyembuhan dan waktu pemulihan ibu nifas. Nyeri yang dirasakan oleh ibu pasca bedah sesar dapat menimbulkan berbagai permasalahan diantaranya hambatan mobilitas fisik, menimbulkan kecemasan, dan penundaan dalam pemberian ASI bagi bayinya karena produksi ASI yang terhambat (Francis, 2007). Nyeri pada bagian abdomen pasca pembedahan dapat menghambat proses pemberian ASI pada satu jam pertama setelah bayi lahir. Persalinan dengan seksio sesar beresiko tiga kali lebih besar mengalami hambatan dalam proses menyusui (Dewey, 2003). Sebagian besar ibu pasca seksio sesar akan berhenti menyusui pada bulan pertama karena tidak dilakukan inisiasi menyusui dini (IMD) serta keterlambatan dalam memberikan ASI dibandingkan dengan ibu yang melahirkan secara normal. Perasaan nyeri yang di rasakan di area sekitar operasi, kelemahan, dan hambatan mobilitas juga mempengaruhi keterlambatan produksi ASI pada wanita pasca bedah sesar (Smith, 2010). Nyeri dan kecemasan yang dialami oleh ibu pasca bedah sesar merupakan respon fisiologis (physiological respon) yang dapat mempengaruhi efikasi diri ibu dalam pemberian ASI bagi bayinya pasca pembedahan. Keberhasilan menyusui ditentukan oleh perasaan aman dan nyaman dimana ibu



411



harus terbebas dari tekanan fisik maupun psikologis (Spaulding, 2007). Rasa nyeri dan hambatan mobilisasi yang dialami oleh ibu pasca bedah sesar menjadi salah satu kendala bagi ibu dalam proses menyusui bayinya. Ibu akan merasa sulit untuk memulai posisi yang nyaman untuk menyusui (Smith, 2010). Pentingnya efikasi diri ibu untuk menyusui telah dibuktikan oleh beberapa penelitian. Hasil penelitian Buxton dalam Dennis (2003) menjelaskan bahwa 27% wanita dengan tingkat efikasi diri yang rendah dalam pemberian ASI pada masa prenatal akan menghentikan pemberian ASI dalam 1 minggu postpartum. Kegagalan pemberian ASI terjadi 4-5 kali pada wanita yang kurang percaya diri dalam pemberian ASI pada bayi baru lahir. Self-efficacy merupakan suatu keyakinan sesorang akan kemampuannya untuk menyelesaikan suatu tugas (Spaulding 2007).Penelitian menyebutkan bahwa self-efficacy merupakan variabel yang penting dalam durasi menyusui, karena memprediksi apakah ibu memilih menyusui atau tidak, berapa banyak usaha yang dilakukan ibu untuk menyusui, bagaimana pola pikir ibu untuk menyusui bayinya, meningkat atau menyerah, dan bagaimana ibu menanggapi secara emosional kesulitan untuk menyusui bayinya (Dennis, 2003). Ibu yang memiliki self-efficacy yang rendah cenderung tidak memberikan ASI pada bayinya dan menggantinya dengan cairan lain. Self-efficacy ibu mengenai kemampuan mereka untuk menyusui merupakan salah satu faktor internal yang berpengaruh dalam proses menyusui (Ertem,et al., 2001) Dampak nyeri yang ditimbulkan pasca pembedahan dapat menurunkan efikasi diri ibu dan menurunkan keyakinan ibu dalam pemberian ASI bagi bayinya. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Juli 2016 di Ruang Alamanda RSUD Panembahan Senopati Bantul jumlah



ibu yang melahirkan seksio sesar pada tahun 2015



selama satu tahun sebanyak 727 orang. Persalinan



seksio sesar di RSUD Penambahan Senopati



Bantul dilakukan dengan berbagai indikasi baik dari faktor ibu maupun faktor janin. Faktor ibu diantaranya karena penyakit preeklamsi berat, disporsi kepala panggul (DKP), dengan riwayat post seksio sesar, Hipertensi, faktor janin sebagian besar disebabkan karena kelainan letak janin, kelainan plasenta baik plasenta previa maupun karena gawat janin (fetal distress). Hasil wawancara dengan 20 responden didapatkan data bahwa 7 orang ibu mengalami nyeri berat, 9 orang ibu mengalami nyeri sedang dan 4 orang ibu mengalami nyeri ringan. 70% ibu mengatakan bahwa ASI masih belum lancar karena ibu sulit menyusui bayinya akibat nyeri yang dirasakan. Berdasarkan uraian diatas perlu dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi lebih lanjut dampak nyeri pasca bedah sesar dengan efikasi diri ibu menyusui sebagai prediktor keberhasilan pemberian ASI pada bayi baru lahir.



Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan desain cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu pasca bedah sesar yang dirawat gabung dengan bayinya dan memenuhi kriteria penelitian yakni bayi dengan APGAR score 7-10, bayi aterm dan kondisi ibu stabil saat dilakukan penelitian. Teknik sampling yang digunakan adalah consecutive sampling dengan tetap mengacu pada kriteria sampel penelitian. Lokasi penelitian yakni di RSUD Panembahan Senopati Bantul yang merupakan Rumah Sakit sayang ibu dan bayi sehingga menggalakkan program ASI eksklusif pada bayi baru lahir. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai September 2017.



412



Metode pengumpulan data nyeri pasca bedah sesar melalui lembar observasi menggunakan instrumen Numerical rating scale (NRS) dengan skala 0 sampai 10. Pengukuran nyeri dilakukan pada saat bayi pertama kali dirawat gabung dengan ibu. Metode pengumpulan data efikasi diri ibu menyusui pasca bedah sesar menggunakan kuesioner berstruktur. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner breastfeeding self efficacy scale-short form yang terdiri dari 14 pernyataan. Instrumen diadopsi dari penelitian Wardani (2012) yang telah mengalihbahasakan kuesioner baku BSES-SF dalam Bahasa Indonesia dengan nilai reliabilitas 0,872. Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan oleh Wardani (2012) menunjukkan bahwa kuesioner valid dan reliabel sehingga peneliti tidak melakukan uji validitas dan reliabilitas ulang. Pembagian kuesioner efikasi diri dilaksanakan pada saat ibu pertama kali mengakses bayi di ruang nifas saat awal dilakukannya rawat gabung di ruang nifas. Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui



hubungan yang signifikan antara dua



variabel menggunakan software SPSS 21. Uji statistik tingkat kemaknaan 95% (alpha 0,05). dalam penelitian ini menggunakan chi square menganalisis hubungan antara intensitas nyeri ibu pasca pembedahan dengan efikasi diri ibu menyusui pasca bedah sesar. Etika penelitian dilakukan oleh peneliti untuk menjamin kerahasiaan data-data responden dan ethical clearance didapatkan dari Komisi Etik Universitas Respati Yogyakarta.



Hasil Penelitian Karakteristik responden dalam penelitian ini dideskripsikan dengan melakukan perhitungan distribusi frekuensi ibu pasca bedah sesar yang dirawat di ruang Alamanda berdasarkan usia, pendidikan, dan paritas. Karakteristik ibu pasca bedah sesar pada di Ruang Alamanda RSUD Panembahan Senopati Bantul berdasarkan variabel dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Menyusui Pasca Bedah Sesar di RSUD Panembahan Senopati Bantul Tahun 2017 (n = 48)



Karakteristik



Frekuensi (n)



Persentase (%)



Usia Ibu 20 – 35 tahun (usia reproduksi sehat)



38



< 20 tahun ; dan >35 tahun (usia reproduksi 10



79,2 20,8



beresiko) Total



48



100.0



Dasar



8



16,7



Menengah



35



72,9



Tinggi



5



10,4



48



100,0



16



33,3



Pendidikan Ibu



Total Paritas Primipara



413



Multipara Total



32



66,7



48



100,0



Pada tabel 1, dapat diperoleh data bahwa mayoritas usia ibu berada pada rentang usia 20 sampai dengan 35 tahun yang merupakan kategori usia reproduksi sehat sebesar 79,2%. Mayoritas tingkat pendidikan ibu masuk ke dalam kategori pendidikan menengah



sebesar



72,9%. Responden dengan paritas multipara sebanyak 66,7% yang artinya mayoritas ibu adalah multipara. Artinya ibu yang dirawat di ruang nifas dengan seksio sesar didominasi oleh ibu dengan usia reproduksi sehat, tingkat pendidikan menengah dan sudah pernah melahirkan lebih dari satu kali (multipara).



Tabel 2.



Distribusi Frekuensi Intensitas Nyeri Ibu Menyusui Pasca Bedah Sesar di RSUD



Panembahan Senopati Bantul, Tahun 2017 (n = 48)



Intensitas Nyeri



Frekuensi (n)



Persentase (%)



Ringan



13



27,1



Sedang



23



47,9



Berat



12



25,0



Total



48



100.0



Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar intensitas nyeri ibu pasca bedah sesar adalah nyeri sedang sebanyak 47,9% (23 responden). Nyeri sedang merupakan nyeri yang timbul dengan intensitas yang sedang dengan gejalanya yakni ibu tampak menyeringai, mendesis, dan dapat menunjukkan lokasi nyeri yang dirasakan. Mayoritas ibu pasca bedah sesar akan mempunyai pengalaman nyeri yang mempengaruhi aktivitas fisik pasca persalinan. Hasil penelitian menunjukkan intensitas nyeri didominasi oleh ibu dengan nyeri sedang.



Tabel 3. Distribusi Frekuensi Efikasi Diri Ibu Menyusui Pasca Bedah Sesar di RSUD Panembahan Senopati Bantul, Tahun 2017 (n = 48)



Efikasi Diri



Frekuensi (n)



Tinggi



21



43,8



Rendah



27



56,2



Total



48



100.0



Berdasarkan



Persentase (%)



tabel 3 diketahui bahwa efikasi diri ibu menyusui pasca bedah sesar



sebagian besar dalam kategori rendah yaitu sebesar 56,2% (27 responden). Efikasi diri ibu menyusui merupakan faktor penting dalam durasi menyusui karena mampu memprediksi apakah ibu akan memilih untuk menyusui bayinya atau tidak, berapa banyak usaha yang dilakukan ibu



414



untuk menyusui bayinya. Ibu dengan efikasi diri yang rendah mungkin dipengaruhi oleh faktor fisik akibat ketidaknyamanan yang dirasakan pasca pembedahan.



Tabel 4. Hubungan Intensitas Nyeri Ibu Menyusui Pasca Bedah Sesar dengan Efikasi Diri Ibu Menyusui Pasca Bedah Sesar di RSUD Panembahan Senopati Bantul, Tahun 2017 (n = 48)



Intensitas Nyeri



Efikasi Diri Tinggi



%



Rendah



%



Total



%



Ringan



11



84,6



2



15,4



13



100



Sedang



7



30,4



16



69,6



23



100



Berat



3



25,0



9



75,0



12



100



Total



21



43,8



27



56,2



48



100



PValue



0,010



Berdasarkan tabel 4 diketahui intensitas nyeri ibu pasca bedah sesar berkontribusi terhadap rendahnya efikasi diri ibu menyusui pasca bedah sesar yang dibuktikan dari hasil uji bivariat dengan nilai p-value 0,010 yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara nyeri ibu dengan efikasi diri ibu menyusui pasca bedah sesar. Ibu dengan intensitas nyeri sedang yang memiliki efikasi diri yang rendah sebesar 75% dibandingkan dengan ibu yang memiliki efikasi diri yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin berat nyeri yang dialami ibu pasca pembedahan maka semakin rendah efikasi diri ibu untuk menyusui bayinya. Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang menunjukkan proporsi ibu dengan nyeri berat yang memiliki efikasi diri rendah sebesar 56,2% apabila dibandingkan dengan ibu yang mengalami nyeri berat dan memiliki skor efikasi yang tinggi.



Pembahasan Pada penelitian ini mayoritas ibu adalah multipara. Menurut Lowe (2010) dijelaskan bahwa ibu yang pernah melahirkan sebelumnya (multipara) memiliki efikasi diri yang lebih tinggi dan memiliki kesiapan yang lebih baik dalam menjalani persalinan dan masa nifas dibandingkan dengan ibu primipara. Ibu multipara sudah pernah melahirkan dan sudah memiliki pengalaman dalam merawat bayinya. Hal ini juga mempengaruhi sikap dan perilaku



ibu dalam penanganan nyeri yang dirasakan(Riordan dan



Wambach, 2010). Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi nyeri seseorang. Faktor usia menunjukkan bahwa semakin tinggi usia maka akan menentukan kematangan dalam bertindak sehingga mempengaruhi cara seseorang dalam menyikapi nyeri yang dirasakan. Sesuai dengan hasil penelitian dimana mayoritas ibu merupakan ibu dengan usia reproduksi sehat di rentang usia 20-35 tahun maka kesiapan ibu secara fisik cenderung lebih matang apabila dibandingkan dengan ibu dalam kategori usia reproduksi beresiko. Nyeri juga dipengaruhi oleh pengalaman persalinan yang dialami oleh seseorang.



415



Mayoritas responden dalam penelitian ini yakni dengan tingkat pendidikan menengah. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku seseorang. Pendidikan juga mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menghadapi nyeri yang dirasakan karena semakin tinggi pendidikan semakin tinggi kemampuan seseorang untuk menyerap informasi (Notoadmojo, 2010). Mayoritas intensitas nyeri yang dirasakan oleh ibu yakni nyeri sedang. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2014) dimana sebagian besar ibu pasca bedah sesar diketahui mengalami nyeri sedang sebagai respon subyektif yang dirasakan pasca pembedahan.. Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri,khususnya pada ibu yang mengalami seksio sesar dan ibu yang mengalami persalinan normal. Perbedaan yang ditemukan antara ibu yang mengalami seksio sesar dengan usia yang lebih tua maka ibu bisa melakukan cara untuk mengurangi nyerinya sedangkan ibu yang mengalami seksio sesar dengan usia yang lebih muda akan berbeda cara mengatasi nyeri (Smith, 2010). Salah satu faktor yang mempengaruhi nyeri yakni pemberian analgetik pasca pembedahan. Pemberian analgesik akan menurunkan tingkat nyeri dari tingkat nyeri berat menjadi nyeri sedang maupun ringan (Jeffrey et al., 2003). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewey (2010) bahwa ibu pasca seksio sesar akan mengalami hambatan dalam memberikan ASI dikarenakan pasien mengalami nyeri dan ketidaknyamanan secara fisik. Hal ini akan mempengaruhi kepercayaan diri ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya. Nyeri merupakan masalah yang mendominasi bagi ibu pasca pembedahan sesar karena terdapatnya diskontinuitas jaringan abdomen. Kerusakan kontnuitas jaringan dapat menyebabkan pelepasan mediator kimia yang kemudian mengaktifkan nosiseptor. Nyeri akan menyebabkan pasien mengalami kesulitan dalam miring kanan dan kiri maupun untuk duduk dan menyusui bayinya (Elvianus, 2013). Status emosional pasien juga mempengaruhi persepsi nyeri yang dirasakan. Status emosional seperti kecemasan, ketakutan, dan kekhawatiran mampu meningkatkan persepsi dan membuat impuls rasa nyeri lebih cepat disampaikan (Benson dan Proctor, 2000) Efikasi diri ibu menyusui merupakan faktor penting dalam durasi menyusui karena mampu memprediksi apakah ibu akan memilih untuk menyusui bayinya atau tidak, berapa banyak usaha yang dilakukan ibu untuk menyusui bayinya, bagaimana pola pikir untuk menyusui bayinya, dan bagaimana tanggapan emosional seorang ibu dalam menanggapi kesulitan untuk menyusui bayinya (Dennis, 2003). Ibu yang memiliki keyakinan yang tinggi untuk melaksanakan tugas menyusui akan berpengaruh terhadap optimalnya usaha dan daya tahan ibu dalam menghadapi kesulitan saat menyusui. Tingginya efikasi diri ibu berdampak pada tingginya komitmen dalam menyusui dan mempengaruhi tingginya daya tahan ibu dalam mengatasi hambatan yang muncul saat menyusu dan berfokus pada aspek positif dalam menyusui (Spaulding, 2007). Hasil penelitian Ramie pada tahun 2014 di Indonesia didapatkan hasil bahwa ibu yang memiliki kontrol diri yang baik memiliki peluang 3,33 kali merasa puas dalam menjalani proses persalinan, dan memiliki efikasi diri yang lebih tinggi. Faktor kenyamanan fisik dapat mempengaruhi kontrol diri ibu selama masa persalinan dan masa nifas. Bandura dalam Dennis (2006) mendefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan seseorang terhadap kemampuan seseorang untuk melakukan suatu hal dalam situasi tertentu misalnya dalam keberhasilan proses menyusui bayinya. Perceived self efficacy (persepsi efikasi diri) seseorang akan mempengahuri kapabilitas seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam performa menyusui bayinya (Ertem, 2001).



416



Nyeri pasca bedah sesar merupakan respon fisiologis yang dialami ibu yang dapat mempengaruhi persepsi efikasi diri dalam pencapaian peran untuk menyusui bayinya (Dennis, 2006). Nyeri pasca bedah sesar memiliki dampak yang signifikan terhadap pemulihan pasien. Manajemen nyeri yang tidak tepat pasca operasi akan memperberat persepsi nyeri yang dirasakan oleh seseorang (Jeffrey et al., 2003). Hasil penelitian ini menunjukkan data bahwa ibu yang mengalami nyeri dengan intensitas sedang berdampak pada rendahnya efikasi diri ibu pasca bedah sesar dengan prosentase 69,6%. Hal ini didukung oleh penelitian Apriansyah et al., tahun (2015) yang dilakukan di Indonesia dimana sebagian responden dengan tingkat kecemasan sedang dan berat, berdampak pada intensitas nyeri sedang yang dirasakan ibu pasca bedah sesar sebesar 51,9%. Semakin tinggi tingkat nyeri yang dialami oleh ibu pasca pembedahan maka semakin tinggi tingkat kecemasan dan perasaan tidak nyaman yang dialami ibu. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Montgomery et al (2015) dimana faktor psikologis pra operasi akan berdampak hingga pasca operasi dan akan mempengaruhi keparahan tingkat nyeri yang dialami oleh pasien. Masalah fisiologis pada periode awal post partum didominasi oleh nyeri pada area insisi operasi dan nyeri karena adanya kontraksi otot polos rahim (afterpain). Afterpain terjadi sebagai respon terhadap involusi uteri yang terjadi pada ibu nifas yang dipengaruhi oleh penurunan hormon estrogen dan progesteron serta pelepasan hormon oksitosin. Afterpain akan memperberat nyeri yang dialami ibu pasca pembedahan (Solehati, 2008). Respon fisiologis (physyological responses) merupakan faktor yang mempengaruhi efikasi diri ibu menyusui, selain faktor kecemasan, nyeri, stres, dan kelelahan ibu pasca melahirkan (Spaulding, 2007). Ibu menyusui pasca bedah sesar tidak akan lepas dari respon fisiologis maupun psikologis terhadap hambatan yang dialami pasca bedah sesar. Ibu akan merasa nyaman, aman, dan yakin dapat menyusui jika selama menyusui ibu bebas dari tekanan fisik maupun emosional (Dennis, 2003). Self efficacy memberikan peran yang sangat besar bagi ibu untuk memberikan ASI pada bayinya. Peran pertama yaitu untuk menentukan pemilihan tingkah laku. Ibu akan memberikan ASI jika ibu merasa mempunyai kemampuan menyusui yang baik (Spaulding, 2007). Peran kedua yaitu sebagai penentu besarnya usaha dan daya tahan dalam mengatasi hambatan dan situasi dalam pemberian ASI yang menyenangkan bagi bayinya. Ibu yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan cenderung menunjukkan usaha yang keras dibandingkan ibu yang memiliki efikasi diri yang rendah (Spaulding, 2007). Peran ketiga yaitu mempengaruhi pola pikir dan reaksi emosional ibu. Peran keempat yaitu sebagai prediksi tingkah laku selanjutnya. Ibu yang mempunyai efikasi diri yang tinggi akan tetap menyusui lebih lama daripada ibu dengan efikasi diri yang rendah (Dennis, 2006).



Simpulan Intensitas nyeri yang dialami oleh ibu pasca bedah sesar berdampak pada rendahnya efikasi diri ibu menyusui di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Hasil penelitian ini perlu ditindaklanjuti dengan optimalisasi dukungan tenaga kesehatan dalam melakukan manajemen nyeri secara komprehensif pada ibu pasca bedah sesar sehingga mampu meningkatkan efikasi diri ibu menyusui pasca bedah sesar dan mendukundi RSUD Panembahan Senopati Bantul. Efikasi diri merupakan prediktor keberhasilan pemberian ASI bagi bayi baru lahir. Peningkatan efikasi diri ibu menyusui pasca bedah sesar akan mendukung program pemerintah dalam meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif.



417



Daftar Pustaka Alexander, L.L., LaRosa, J.H., Bader, H., Garfield, S., Alexander. W.J. (2010). New Dimensions in Women‘s Health, (Fifth edition), Jones and Barlett Publishers, Sudbury : USA. Apriansyah, A., Romadoni, S., & Andrianovita, D. (2015). Hubungan Antara Tingkat Kecemasan PreOperasi dengan Derajat Nyeri pada Pasien Post Sectio Caesarea di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tahun 2014. Jurnal Keperawatan Sriwijaya. Vol 2. No.1. Januari Hal 1-9. Benson, H. & Proctor, W. (2000). Dasar-dasar relaksasi. Edisi 1. Alihurhasan. Bandung : Penerbit Kaifa. Dennis, C.L. (2003). The Breastfeeding Self Efficacy Scale: Psychometric Assessment of The Short Form. JOGNN, 6, p.734-744 Dennis, C. L. (2006). Identifying predictors of breastfeeding self-efficacy in the immediate postpartum period. Research in Nursing & Health, 29, 256-268. doi:10.1002/nur.20140. Dewey, K.,. Nommsen-Rivers, L., Heinig, M, Cohen, R. (2003). Risk Factors For Suboptimal Infant Breastfeeding Behavior, Delayed Onset Lactation, And Excess Neonatal Weight Loss. J Pediatr, 112, 607-619 Elvianus, S. (2011). Perbedaan Intesitas Nyeri Selama Perawatan Pasca Seksio Sesar Ntara Pasien Yang Mengalami Teknik Distraksi Dan Relaksasi di RSUD Dr. Pirngadi Medan, Universitas Sumatra Utara. Ertem, I. O., Votto, N., & Levanthal, J. M. (2001). The timing and predictors of early termination of breastfeeding. Pediatrics, 107(3), 543-548. Fitri. (2014) ― Hubungan Skala Nyeri Pada Pasien Post Sectio Caesarea Dengan Kualitas Tidur Pasien Di Bangsal Nifas RSUD



Sumedang.



Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada



Surakarta. Francis, M. (2007). The Everything Health Guide to Postpartum Care, Adams Media, an F+W Publications Company, ISBN 13: 978-1-59869- 275-4, Avon, USA Gill, (2005). Penatalaksanaan Nyeri Neuropatik. Yogyakarta : Medikagama Jeffrey, L.A., Chen, C., Mehta, S.S., & Gan, T.J. (2003). Postoperative Pain Experience : Results from a National Survey Suggest Postoperative Pain Continues to be Undermanaged. J. Anesth Analg; 97:534-40. Lowe, N., Perrin., A.N., Tanglakmankhong.K. (2010). Childbirth self-efficacy inventory and childbirth attitudes questionnaire : psychometric properties of Thai language versions. Journal of Obstetric, Gynecologic and Neonatal Nursing 32 (4).465-477 Montgomery, G.H., Schnut.J.B., Erblich, J., Diefenbach, M.A., & Bovbjerg, D.H. (2011). Pre-Surgery Psychological Factors Predict Pain, Nausea and Fatigue One Week Following Surgery. Department of Oncological Sciences, Mount Sinai School of Medicine, Madison Avenue, Ney York, USA. Nguyen, P.H., Keithy, S.C., Nguyen N.T., Nguyen T.T., Tran.L.M., Hajeebhoy. N. 2013. Prelacteal feeding practices in Vietnam : challenges and associated factors. BMC Public Health. 13(1):932



418



Notoatmodjo, S (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Prior, E. Santhakumaran, S. Gale, C. Philipps, L.H. Mody. N, Hyde. M.J. 2012. Breastfeeding after caesarean delivery : a systematic review and meta analysis of world literature.American Journal of Clinical Nutrition. 2012; 13 (1): 932. Ramie, A., Afiyanti, Y., Pujasari, H.(2014). Kontrol Diri Dan Efikasi Diri Meningkatkan Kepuasan Ibu Menjalani Proses Persalinan Jurnal Ners Vol. 9 No. April: 97–103 Riskesdas. 2013. Rencana Kerja Pembinaan Gizi Masyarakat Tahun 2013.



Jakarta: Direktorat Bina



Gizi Kemenkes RI. Riordan, J., Wambach, K. (2010) Breastfeeding and Human Lactation. (4th edition). Massachusetts: Jones and Bartlett Publishers. Smith, L.J. (2010). Impact of Birth Practices on Breastfeeding, (Second edition), Jones and Barlett Publishers, ISBN 978-0-7637-6374-9, Sudbury, USA. Solehati, Teti. (2008). Pengaruh Teknik Benson Relaksasi Terhadap Intensitas Nyeri dan Kecemasan Klien Post Seksio Sesarea di RS Cibabat Cimahi dan RS Sartika Asih Bandung. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia. Spaulding, D.M.(2007). Breastfeeding Self Efficacy in Women of African Descent. Proquest Dissertations and Theses. Towle, M.A. (2009). Maternal Newborn Nursing Care. (First edition), Pearson Prentice Hall, ISBN-13: 978-0-13-113730-1, New Jarsey, USA. Wardani, M.A. (2012). Gambaran Tingkat Self Efficacy Untuk Menyusui pada Ibu Primigravida. Skripsi. Depok : FIK.UI. Tidak Dipublikasikan. WHO. (2013). World Health Statistics .2013. Switzerland : Department of Reproductive Health and Research.



419



LITERATURE REVIEW: PENGARUH SUPPORT GROUP TERHADAP KUALITAS HIDUP PASIEN KANKER PAYUDARA Haris1, Laili Rahayuwati2, Ahmad Yamin3 Mahasiswa Magister Keperawatan Universitas Padjadjaran Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Padjajaran Email : [email protected]



ABSTRAK Kanker payudara menjadi permasalahan kesehatan wanita saat ini. Permasalahan yang umumnya dialami pasien kanker payudara adalah penurunan kualitas hidup pasien yang ditandai adanya perubahan kondisi pasien pada aspek fisik, psikologis, sosial dan spritual. Intervensi yang dapat memberikan solusi terhadap peningkatan kualitas hidup dengan pendekatan secara komprehensif pada permasalahan fisik, psikologis, sosial dan spritual pasien adalah support group atau dukungan yang berasal dari sesama pasien kanker payudara. Metode pencarian literatur menggunakan beberapa data base seperti Pubmed, ebscohost, proquest dan google scholar. Key word yang digunakan adalah breast cancer, support group, peer support, quality of life. Artikel harus memenuhi beberapa kriteria seperti dipublikan dalam rentang waktu 2010-2017, berbahasa Inggris, fokus sampel penelitian adalah pasien kanker payudara dan artikel yang ditolak adalah artikel dengan metode cross sectional. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka terdapat 6 artikel yang memenuhi kriteria untuk dilakukan review. Hasil Review adalah terdapat bentuk kegiatan support group dan aspek kualitas hidup. Bentuk support group meliputi : coaching wellness, traditional support group, psychosocial support, psychoeducation support, spritual support, education support, melibatkan peer, self guide support sementara peningkatan kualitas hidup yang dicapai seperti peningkatan kualitas hidup secara umum dan peningkatan kondisi spesifik kualitas hidup seperti meningkatkan koping dan kondisi kesehatan serta menurunkan depresi, stress, distress, keluhan fatigue dan imsomnia. Dari hasil literatur review ini bisa disimpulkan bahwa support group sangat beragam dan aspek kualitas hidup yang mengalami peningkatan sangat bervariasi. Penulis merekomendasikan untuk pembentukan support group pasien kanker payudara di rumah sakit dan di komunitas untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup pasien kanker payudara. Kata kunci : kanker payudara , kualitas hidup, support group



LATAR BELAKANG Kanker menjadi beban kesehatan saat ini, jumlah penderitanya terus bertambah secara global. Globocan, sebuah lembaga yang fokus pada angka insidensi kanker di dunia dan International Agency for Research on Cancer (IARC) lembaga yang fokus mengenai mortalitas kanker menunjukkan data bahwa tahun 2012 kasus baru kanker di seluruh dunia sebesar 14.1 juta dan jumlah ini akan terus bertambah, pada tahun 2030 diperkirakan jumlah penderita kanker menjadi 21.6 juta orang. Kanker menyebabkan sekitar 8.2 juta kematian dalam setiap tahun sekaligus menjadi penyebab kematian kedua di dunia. Pada laki-laki penyebab kematian terbesar adalah kanker paru-paru sementara pada wanita adalah kanker payudara. 75% penderita kanker di dunia ditemukan di negara dengan penghasilan rendah dan menengah (Torre et al, 2015; WHO, 2017). Kanker payudara menjadi permasalahan kesehatan wanita saat ini. Perkembangan kanker payudara begitu cepat. Pada tahun 2012 terdapat 1.7 juta pasien baru kanker payudara di seluruh dunia. Angka insidensi kanker payudara secara global adalah 39.0 sampai dengan 43.3 sementara angka kematian kanker payudara adalah 12.5 sampai dengan 12.9 (Advanced Breast Cancer Conference, 2015).



420



Di Indonesia kanker juga merupakan masalah yang terus mendapatkan perhatian. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan angka kanker secara nasional adalah 1.4 atau 347.792 orang. Prevalensi kanker tertinggi adalah kanker serviks yaitu sebesar 0.8 kemudian kanker payudara yaitu sebesar 0.5 sementara kanker prostat sebesar 0.2. Penderita kanker payudara diperkirakan terdapat 61.682 penderita dan merupakan jumlah penderita kanker kedua tertinggi setelah kanker serviks di Indonesia. Daerah Istimewa Yogjakarta merupakan propinsi dengan prevalensi tertinggi kanker payudara yaitu 2.4 sementara prevalensi kanker payudara di Jawa barat adalah 0.3 atau berada di bawah prevalensi kanker payudara secara nasional (Kemenkes, 2016). Permasalahan yang umumnya dialami pasien kanker payudara adalah penurunan kualitas hidup pasien. Penurunan kualitas hidup yang dialami pasien kanker payudara ini bisa diidentifikasi pada bulan 6 bulan, 18 bulan, 36 bulan dan 60 bulan setelah didiagnosis oleh dokter.



Kondisi ini akan mudah



ditemukan pada pasien yang mengalami kanker payudara stadium lanjut serta sedang dalam menjalankan program pengobatan kemoterapi. Pasien yang menjalani kemoterapi menunjukkan kualitas hidup lebih rendah bila dibandingkan pasien yang tidak mendapatkan kemoterapi. Beberapa kondisi yang menyebabkan penurunan kualitas hidup pasien kanker payudara adalah kurangnya dukungan sosial yang didapatkan, meningkatnya perasaan negatif, kekhawatiran akan masa depan, merasa sedih, situasi finansial yang buruk dan pengaruh lingkungan (Purkayastha, 2017; Edib et al, 2016; Tiezzi et al, 2016; Maly et al, 2015; Gao & Dizon, 2013; Lu et al, 2009). Kualitas hidup pasien kanker payudara dapat dipertahankan melalui pengobatan yang dijalankan. Pengobatan kanker payudara meliputi pembedahan, radiasi dan kemoterapi. Pemberian pengobatan tersebut bergantung pada stadium yang dialami penderita. Semakin dini penanganan pasien kanker payudara maka semakin cepat proses penyembuhan. Semakin bertambahnya siklus pengobatan dengan kemoterapi, maka akan menunjukkan kualitas hidup pasien yang lebih baik (Nurhasanah, 2014; Ardebil et al., 2013). Dalam beberapa studi ditemukan bahwa pasien kanker payudara tidak langsung mencari pertolongan medis ketika merasakan gejala kanker payudara. Pilihan awal bagi pasien kanker payudara adalah menjalankan pengobatan tradisional atau alternatif dan pasien akan melakukan pengobatan konvensional apabila pengobatan tradisional tidak memberikan perubahan.



Hal tersebut berbeda bagi pemberi



pelayanan kesehatan, bagi mereka pengobatan konvensional merupakan pilihan yang terbaik. Ketika pasien menjalankan pengobatan konvensional (modern), masih ada pasien yang memadukan dengan pengobatan tradisional seperti menggunakan herbal atau pijat dan pilihan tersebut menunjukkan kualitas hidup pasien kanker payudara yang lebih baik (Irawan, 2017; Rahayuwati, Ibrahim & Mardiah, 2016; Goldhirsch, 2013). Beberapa perubahan yang dialami pasien kanker payudara mencakup perubahan aspek fisik, psikologis, sosial dan aspek spritual. Adapun domain perubahan dari aspek fisik antara lain: perubahan menstruasi dan fertilitas, fatigue dan nyeri. Domain perubahan aspek psikologis antara lain: rasa takut karena penyakit yang dialami, rasa tertekan saat menjalani operasi, ketakukan akan mengalami kanker yang lain, gangguan konsep diri dan ketakutan akan masa depan. Domain perubahan aspek sosial antara lain: perubahan dalam keluarga akibat gangguan peran dan adanya tekanan yang dirasakan sementara untuk domain perubahan aspek spritual antara lain: merasakan ketidakpastian dan ketidakmampuan dalam



421



melaksanakan kegiatan keagamaan. Secara umum, beberapa kondisi yang dialami pasien kanker payudara seperti fatigue, ansietas, stres, depresi, nyeri dan sulit tidur (Kim et al., 2017; Maly et al., 2015; Ng et al., 2015; Copra & Kamal, 2012; Dodd et al., 2010). Penanganan pasien kanker payudara harus komprehensif yang mencakup aspek fisik, psikologis, sosial, dan spritual pasien kanker payudara sehingga pasien kanker payudara selain membutuhkan pengobatan secara konvensional namun juga membutuhkan intervensi lain misalnya pemberian social support. Bagi pasien kanker payudara, social support merupakan hal yang dibutuhkan pasien namun tidak terpenuhi. Social support merupakan bagian dari faktor sosial dan faktor budaya yang bersumber dari keluarga, teman, kerabat, atasan tempat bekerja bahkan sampai dukungan dari pemerintah. Dalam beberapa kajian, pemberian social support memberikan dampak positif terhadap kualitas hidup pasien kanker payudara dan membantu pasien untuk



beradaptasi



dengan kondisi penyakit agar dapat



menjalankan kehidupan sehari-hari (Witdiawati, 2017; Yan et al., 2016; Alagra et al., 2015). Pasien kanker payudara membutuhkan social support seperti halnya pada pasien mengalami depresi atau pasien hipertensi arterial. Pada pasien kanker payudara dan pasien hipertensi arterial sumber social support yang paling penting berasal dari pasangan, sesama pasien atau dari kerabat. Kurangnya social support yang didapatkan pasien kanker payudara dan pasien hipertensi arterial



mengakibatkan



kecenderungan pasien mengalami depresi (Salakari et al., 2017; Ng et al., 2015). Salah satu sumber social support berasal dari kumpulan pasien yang mengalami hal yang sama dan saling memberi dukungan



atau dikenal dengan support group. Support group selain berasal dari



kumpulan pasien yang mengalami penyakit yang sama namun juga ada kesamaan dalam mengalami keterbatasan yang dirasakan, kesamaan dalam pengalaman yang unik dan adanya relasi (Miller dalam Mattson‘s, 2011). Support group banyak digunakan untuk penyelesaian masalah kesehatan yang komprehensif baik masalah kesehatan penyakit kronik menular dan penyakit kronik tidak menular maupun permasalahan psikologis dan sosial misalnya depresi, kekerasan pada remaja atau isu gender. Keberadaan support group sangat membantu seseorang yang mengalami penyakit atau kondisi



yang sama agar mendapatkan



penyelesaian masalah yang dihadapi dan menunjukkan perubahan perilaku dari anggota support group (Kendler et al., 2007; Hisler, 2006). Bagi pasien kanker payudara, kelebihan support group bila dibandingkan dengan family support atau social support yang lain adalah adanya kepuasan yang didapatkan oleh penderita kanker payudara karena support group sangat membantu pasien kanker payudara dalam mendapatkan dukungan emosional dan mendapatkan informasi yang dibutuhkan sehingga memacu semangat pasien untuk patuh dalam menjalankan pengobatan sementara pada family support pasien kanker payudara hanya mendapatkan dukungan emosional namun tidak mendapatkan dukungan informasi dan terkadang bentuk dukungan yang bersumber dari keluarga bukan yang dibutuhkan oleh pasien (Felder et al., 2017; Cheng et al., 2013). Keberadaan support group sangat membantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan psikososial pasien. Seperti diketahui selama menjalankan pengobatan kemoterapi kanker payudara, pasien



mengalami



masalah psikososial seperti ansietas dan depresi. Sumber pemberi support dalam support group disebut sebagai peer. Salah satu bentuk pemberian support group atau peer group dengan pendekatan peer



422



connect yaitu pemberi support yang berasal dari orang yang sama seperti yang dialami pasien baik kesamaan dalam culture maupun sama-sama sebagai pasien kanker payudara. Pendekatan ini memberikan efek pada pemenuhan kebutuhan psikososial pasien bila dibandingkan dengan pemberi support yang berasal dari culture yang berbeda dengan pasien. Dalam penelitian ini pasien kanker payudara merupakan warga Amerika keturunan Afrika dan pemberi support juga berasal dari culture yang sama. Selain sebagai pemberi support, peer conect ini juga menjadi role model bagi anggota support group (Allicoc et al., 2017). Dalam sebuah integratif review, memaparkan efek keberadaan support group diantaranya support group dapat membantu pasien kanker payudara dapat beradaptasi dengan baik dengan kondisi penyakit pasien kanker payudara saat ini, mengurangi tekanan psikologis, mendapatkan solusi terhadap stres yang dihadapi pasien kanker payudara, meningkatkan rasa percaya diri pasien, memberikan koping yang baik pada pasien dan meningkatkan komunikasi pasien dengan anggota keluarga yang lain. Pemberian support group juga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien kanker payudara (Chou, Lee-Lin & Kuang, 2015). Merujuk pada permasalahan di atas, maka pentingnya untuk dilakukan penelaan literatur (literature review) tentang pengaruh support group terhadap peningkatan kualitas hidup pasien kanker payudara.



A. SEARCHING LITERATUR / METODE Untuk memudahkan pencarian literatur, penulis menyusun PICO. Populasi yang digunakan adalah pasien kanker payudara, rencana intervensi yang diberikan adalah support group, tidak membandingkan dengan intervensi lain dan hasil yang diharapkan adalah peningkatan kualitas hidup. Pencarian literatur dilakukan pada beberapa data base seperti Pubmed, ebscohost, proquest, dan google scholar. Key word yang digunakan dalam pencarian literatur ini adalah breast cancer, support group, peer support, quality of life. Kriteria Inklusif.



Artikel yang terpilih memenuhi kriteria inklusi



seperti artikel dipublikasikan dalam rentang tahun 2010-2017, berbahasa Inggris dan fokus responden penelitian pada pasien kanker payudara kriteria ekslusi dalam pencarian literatur ini adalah metode penelitian yang menggunakan cross sectional.



B. SELEKSI LITERATUR DAN PENGUMPULAN DATA Berdasarkan artikel terpilih dapat dijelaskan pada tabel berikut ini : Data Base



Jumlah Artikel



Artikel yang memenuhi kriteria inklusi



Proquest



1010



1



Pubmed



15



1



Ebschohost



20



1



Reasearchgate



2



1



3700



2



3747



6



Google Scholar Total



423



Records identified through database searching (n = 3743 )



Additional records identified through other sources (n = 10 )



Records screened (n = 230 )



Records excluded (n = 3403 )



Full-text articles assessed for eligibility (n = 20 )



Full-text articles excluded, with reasons (n =210 )



1.2



1.3



Records after duplicates removed (n = 3733 )



Eligibility



Screening



1.4



Identification



Adapun PRISMA Flow Diagram untuk penentuan literatur sebegai berikut :



1.1



Included



Studies included in qualitative synthesis (n = 7 )



Studies included in quantitative synthesis (meta-analysis) (n = 6 )



424



C. PEMBAHASAN Penelitian Galantino et al (2010) yang merupakan pilot study untuk membandingkan efektifitas wellnes coaching dan traditional support group untuk meningkatkan kualitas hidup pasien kanker payudara. Metode yang digunakan adalah quasi eksperimental. Wellness coaching merupakan program yang menghadirkan instruktur profesional di bidang kesehatan dan kebugaran. Pasien yang berpartisipasi diberikan pilihan kegiatan seperti menghilankan berat badan, meningkatkan kebahagiaan, manajemen energi, manajemen stres. Setiap pertemuan diberi waktu 90 menit. Sementara kelompok traditional support group pada penelitian ini merupakan kumpulan pasien kanker payudara yang ada di klinik. Kegiatan yang dilakukan adalah pertemuan selama 75-90 menit dengan topik bahasan adalah pengobatan kanker, majemen lympedema dan adanya kelas yoga. Tiga bulan kemudian diukur kualitas hidup masing-masing group dan didapatkan hasil kedua kelompok menunjukkan tidak ada perbedaan kualitas hidup secara umum, namun perubahan pada aspek depresi dan ansietas serta kondisi kesehatan fisik lebih dominan ditemukan pada kelompok coaching wellness. Penelitian Björnrklett et al (2012) dengan metode randomized controlled trial untuk mengevaluasi pemberian dukungan psikososial terhadap kesehatan yang relevan dengan kualitas hidup pasien kanker payudara primer pada tahun pertama setelah didiagnosa oleh dokter.



Pasien kanker



payudara yang masuk dalam support group dalam pemberian dukungan psikososial ini akan diidentifikasi kebutuhan yang mereka inginkan. Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah pemberian informasi kesehatan, pemberian teknik relaksasi, qigong dan kelas dansa liberating. Kegiatan ini dilakukan selama 11 hari dan dilakukan follow up pada bulan berikutnya. Tim yang terlibat adalah ahli onkologi, social worker, psikolog, terapis seni, terapis massage, dan ahli gizi. Sementara untuk kelompok kontrol tidak dilakukan perlakuan. Pengukuran kualitas hidup pasien dilakukan pada bulan kedua, keenam dan keduabelas. Hasil yang didapatkan adalah adanya perubahan signifikan pada komponen kualitas hidup seperti pada kesehatan global, fungsi peran, fungsi emosional baik pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol. Hasil lain yang menunjukkan pada kelompok intervensi yaitu adanya perubahan pada komponen fatigue, nausea, vomiting, fungsi seksual, body image dan pandangan masa depan. Penelitian Taleghani et al (2012) untuk mengevaluasi efek implementasi peer support terhadap kualitas hidup pasien kanker payudara stadium I-III yang telah menjalani pengobatan lengkap dalam satu tahun di dua kota di Iran yaitu Teheran dan Isfahan. Bentuk kegiatan yang dilakukan terdiri dari dua tahap yaitu tahap seleksi partisipan dan kegiatan. Tahap seleksi selain mengajak partisipan untuk bergabung dalam group termasuk juga menentukan peer dari support group ini. Peer merupakan sumber pemberi support dan berperan sebagai leader. Tahap kedua adalah kunjungan dan mengidentifikasi yang dibutuhkan partisipan. Peer akan mengikuti workshop, training dan adanya share pengalaman. Materi yang dibekali untuk peer adalah pengobatan kanker payudara, cara memberikan support pada pasien, melakukan kunjungan, pemberian informasi pada pasien dan melakukan pelaporan kepada perawat dan social worker. Jadwal peer mengunjungi pasien adalah sebelum dan sesudah pembedahan serta saat pasien menjalani kemoterapi atau radioterapi. Sementara kelompok kontrol tidak ada kegiatan yang dilakukan. Setelah dilakukan intervensi menunjukkan perubahan pada aspek sosial saat pengukuran tahap kedua di Isfahan sementara di Teheran perubahan itu ditemukan pada tahap pertama dan kedua.



425



Perubahan pada aspek spritual ditemukan pada tahap pertama di Teheran dan Isfahan. Secara keseluruhan perubahan kualitas hidup ditemukan di Isfahan pada tahap pertama sementara di Teheran perubahan kualitas hidup ditemukan pada tahap pertama dan kedua pengukuran. Penelitian Tehrani et al (2011) dengan metode non randomized control clinical trial yang bertujuan untuk menilai dampak intervensi peer support dan education support pada pasien kanker payudara stadium II dan III serta pasien kanker payudara yang belum mengalami metastasis. Kegiatan yang dilakukan dalam 8 sesi pada kelompok intervensi. Khususnya untuk peer atau leader group topik yang dibekali seperti membahas tentang koping dan stres, menurunkan rasa bingung, meningkatkan kesadaran diri dan konsentrasi penuh. Pembekalan ini tangani oleh psikiater. Untuk anggota group dilakukan kegiatan dua kali dalam sebulan dengan 6 sesi. Adapun bentuk kegiatan anggota group adalah saling menceritakan pengalaman dan mengungkapkan rasa khawatir dan kebingungan pasien tentang kondisi penyakit, bagaimana harapan pasien dengan anggota yang lain. Anggota group ini akan diarahkan oleh peer. Hasil penelitian ini menunjukkan perubahan yang signifikan pada aspek nyeri tubuh, keterbatasan peran fungsi emosional dan keterbatasan peran fungsi sosial, vitalitas dan kesehatan mental. Jadi secara keseluruhan intervensi support group dan edukasi group pada penelitian inimemberikan dampak positif terhadap kualitas hidup pasien kanker payudara. Penelitian Høybye et al (2010) dengan metode randomized trial untuk melihat self-guide support dengan menggunakan internet group untuk menurunkan distress psikologis dan meningkatkan kesehatan diri. Pasien kanker payudara yang telah menjalani pengobatan diarahkan untuk mengkakses internet support group. Support group berbasis internet ini menyediakan ruang komunikasi, forum diskusi, obrolan langsung dan sistem pesan pribadi. Peneliti mengukur jumlah postingan dalam setiap bulannya. Pasien dapat menyampaikan keluhan dan pengobatan yang dijalankan melalui media internet ini dan postingan tersebut akan mendapatkan tanggapan. Setelah enam bulan dilakukan follow up dan dianalisa hasil postingan. Awal analisa postingan partisipan, umumnya partisipan menunjukkan kecemasan yang menakutkan dan tidak mendapatkan pertolongan serta adanya gejala depresi. Pada bulan keduabelas dilakukan follow up kedua dan ditemukan hasil adanya peningkatan kesehatan dan semangat yang besar pada partisipan. Penelitian Park et al (2012) yang merupakan pilot study bertujuan untuk menilai kualitas hidup pasien kanker payudara dengan pendekatan psycoeducation setelah pasien mendapatkan pengobatan kanker payudara. Bentuk kegiatan dalam penelitian ini adalah pemberian psycoeducation support selama 12 minggu dengan beberapa sesi. Media yang digunakan adalah menghubungi langsung melalui telepon, diberikan health coaching dan diadakan pertemuan kelompok kecil. Bentuk health coaching yang diberikan adalah untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan ketidaknyamanan yang dirasakan setelah pengobatan, meningkatkan koping yang bermanfaat dan adanya manajemen strategis. Untuk kelompok kecil didiskusikan tentang isu pada penderita kanker payudara seperti stres emosional, beban dan peran yang dijalankan, diet dan latihan fisik. Waktu yang digunakan dalam sekali pertemuan adalah 30 menit. Saat dilakukan follow up pada bulan ketiga setelah intervensi, hasilnya menunjukkan perubahan kualitas hidup pada kelompok intervensi. Indikator perubahan kualitas tersebut terdapat pada peningkatan skor pada aspek kesejahteraan emosional, menurunkan gejala psikologis dan menurunnya gejala distress.



426



Penelitian Sharif et al (2010) untuk menilai dampak peer-ied education pada peningkatan kualitas hidup pasien kanker payudara yang menjalani mastektomy. Pasien yang dilibatkan adalah mengalami kanker payudara stadium I dan II dan menjalani kemoterapi. Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah pelatihan untuk menjadi peer educator. Materi yang diberikan adalah konsep kanker secara umum, kanker payudara, diagnosis dan pengobatan, komplikasi, dampak terhadap selfcare dan bagaimana meningkatkan selfcare, teknik relaksasi dan bagaimana adaptasi saat sakit. Training terdiri dari 4 sesi selama sebulan dan setiap sesinya berlangsung 1 jam. Tahap selanjutnya peer educator akan mengkaji kebutuhan anggota group dan mendiskusikan sesuai kebutuhan group. Pada kelompok kontrol edukasi yang diberikan hanya melalui pamflet.



Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan



signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada kualitas hidup setelah intervensi. Kelompok intervensi menunjukkan perubahan pada kondisi kesehatan secara umum, perbaikan fungsi psikologis, fungsi mental dan body image. Pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol menunjukan hasil yang sama pada perubahan pada fatigue dan insomnia yang dirasakan. Penelitian Mc Laughlin et al (2015) untuk menilai ekspresi dukungan spritual memberikan perubahan pada kesehatan pasien kanker payudara. Data yang digunakan melalui online support group yang diposting oleh pasien kanker payudara yang menjadi anggota group. Postingan pasien dianalisis melalui konten analisis, penggunaan aksi sistem log dan survey longitudinal. Tiga topik yang menjadi menjadi fokus bahasan yaitu perempuan saling membantu perempuan, diskusi group serta doa dan meditasi. Test pertama pengukuran secara langsung ekspresi dukungan religius pada kedekatan yang dirasakan yaitu pasien lebih cenderung mengungkapkan ekspresi dukungan religius melalui orang lain. Saat menilai efek mediasi ekspresi dukungan spritual terhadap kedekatan yang dirasakan didapatkan hasil signifikan terhadap koping aktif, reframing positif dan perencanaan yang lebih baik. Demikian pula ketika melihat efek tidak langsung menunjukkan hasil signifikan terhadap tiga komponen variabel koping yaitu koping aktif, reframing positif dan perencanaan.



D. KESIMPULAN Bentuk kegiatan support group sangat beragam untuk peningkatkan kualitas hidup. Aspek kualitas hidup yang mengalami peningkatan sangat bervariasi. Secara keseluruhan support group memberikan pengaruh pada peningkatan kualitas hidup pasien kanker payudara. E. REKOMENDASI Perlu pembentukan support group pasien kanker payudara di rumah sakit dan komunitas agar dapat meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup pasien kanker payudara sehingga pasien kanker payudara dapat memenuhi kebutuhan fisik, psikolologis, sosial dan spritual pasien. DAFTAR PUSTAKA Advence Breast Cancer Converence. (2016). Global Status of Advanced/ Metastatic Breast Cancer, 20052015 Decade Report, Final Report. Pfizer oncology, ABC3, European School of Oncology.



427



Alagraa, R., Abujaber, A., Chandra, P., Doughty, J. (2015). Evaluating Psychosocial Support Needs of Famale



Cancer



Patients



in



the



State



of



Qatar.



Qatar



Medical



Journal.



DOI:http://dx.doi.org/10.5339/qmj.2015.4 Allicoc, M., et al., (2017). Peer Connect fo African American Breast Cancer Survivors and Caregivers: A Train-the-trainer Approach for Peer Support. Society of Behavioral Medicine (TBM) DOI:10.1007/s13142-017-0490-4 America Cancer Society. (2016).



What is Breast Cancer? https://www.cancer.org/cancer/breast-



cancer/about/what-is-breast-cancer.html Amin, M.B. et al., (2017). The Eighth Edition AJCC Cancer Staging Manual; Continuing to Build a Bridge From a Population-Based to a More ―Personalized‖ Approach to Cancer Satging. Ca Cancer J Clin: 67:93-99. DOI:10.3322/caac.21388. Anothaisintawee, et al., (2013). Risk Factors of Breast Cancer: A Systematic Review and Meta-Analysis. Asia



Pasific



Journal



of



Publich



Health



25(5)



368-387.



Sagepub.com



DOI:10.1177/1010539513488795 Ardebil, M.D., Bouzari, Z., Yazdani, S., Gorgi, A.M., Farhanghi, M., & Zadeh, M.Z., (2013). A Study of Life Quality Factors and Fatigue in Breast Cancer Patient. Indian Journal of Public Health Research & Development. July-September 2013, Vol.4, No.3 Ardiana., Negara, H.W., & Sutisna, M (2013). Analisis Faktor Risiko Reproduksi yang Berhubungan dengan Kejadian Kanker Payudara pada Wanita. Jurnal Keperawatan Padjajaran Vol 1 Nomor 2 Periode Agustus Argyle, C. (2016). Caring for Carers: How Community Nurses can Support Carers of People with Cancer. British Journal of Community Nursing, April Vol. 21. No. 4 Ashing-Giwa., et al., (2012). Peer-Based Model of Support Care: Yhe Impact of Peer Suppor Groups in African American Breast Cancer Survivors. Oncology Nursing Forum Vol. 39. No.6 Period November. P.585-591 Björnrklett et al., (2012). A Randomized Controlled Trial of Support Group Intervention on The Quality of Life and Fatigue in Women after Primary Treatment for Early Breast Cancer. Support Care Cancer 20:3325-3334 DOI:10.1007/s00520-012-1480-1 Block, Susan D. (2014). Palliative Care and Ethick, Cap : Palliative Care. Editor Timoty E.Q & Franklin, G.M. New York: Oxford University Press. Cheng, H., et al., (2013). Social Support and Quality of Life among Chinese Breast Cancer Survivor: Finding from a Mixed Methods Study. European Journal of Oncology Nursing 17(2013) 788796 Elsivier ltd. http://dx.doi.org/10.1016/j.ejon.2013.03.007 Chou, F.H., Lee-lin, F., & Kuang, L.Y. (2015). The Effectiveness of Support Group in Asian Breast Cancer



Patients:



An



Intgrative



Review.



Website.www.apjon.org



DOI:10.4103/2347-



5625.162826. Chopra, I & Kamal, K.M., (2012). A Systematic Review of Quality of Life Instruments In Long-Term Breast Cancer Survivor. Health and quality of life outcomes. 10:14 BioMed Central. http://www.hqlo.com/content/10/1/14



428



Clark, M.J. (2008). Community Health Nursing, Advocacy for Population Health, Fifth Edition. New Jersey: Pearson Education. Inc Collie, K et al., (2016). Online Art Therapy Group for Young Adult with Cancer. Arts & Health. An International Journal for Research, Policy and Practice DOI:10.1080/17533015.1121882 Creswell, J.W. (2010). Research Design, Pendekatan Kualitatif. Kuantitatif dan Mixed. Penerjemah Achmad Fawaid. Yogyakarta; Pustaka Pelajar. Crook, B & Love, B. (2016). Examining the Light and Dark of an Online Young Adult Cancer Support Community. Qualitative Health ResearchI-II Sage Pub. DOI:10.1177/104973231667238 Dallred, Dains & Corrigan. (2012). Nursing Workforce Issues: Strategically Positioning Nurses to Facilitate Cancer Prevention and Control. J Canc Educ (2012) 27 (Suppl 2): S144-S148 Dodd, M.J, Cho, M.H, Cooper, B.A, Miaskowski, M. (2010). The Effect of Symptom Clusters on Function Status and Quality of Life in Women with Breast Cancer. European Journal of Oncology Nursing 14: 101-110 Elsevier DOI:10.1016/j.ejon.2009.09.005 Edib, Z., Kumarasamy, V., Abdullah, R.B., Rizal, A.M., & Al-dubay, S.A.(2016). Most Prevalent Unmet Supportive Care Needs and Quality of Life of Breast Cancer Patients in a Tertiary Hospital in Malaysia. Health and Quality of Life Outcome, 14:26 DOI:10.1186./s12955-016-0428-4. BioMed Central. Felder, T.M., Estrada, R.D., Quinn, J.C., Phelps, K.W., Parker, P.D. & Heiney, S.P (2017). Expectations and Reality: Perceptions of Support among African American Breast Cancer Survivor. Ethn Health. Sep 4:1-17 http://dx.doi.org/10.1080/13557858.2017.1373072 Galantino, M.L., Schmid P., Botis S., Dagan C., Leonard S.M. & Milos A. (2010). Exploring Wellnes Coaching and Traditional Group Support for Breast Cancer Survivor: A Pilot Study. Rehabilitation Oncology Vol.28 No.1 Biological Science Database. Gao, J & Dizon, D. (2013). Preparing for Survivorship: Quality of Life in Breast Cancer Survivor. International for Sexual Medicine.10(suppl 1):16-20 Goldshircsh (2013). Personalizing The Treatment of Women with Early Breast Cancer: Highlight of The St. Gallen Internetional Expert Consensus On The Primary Therapy Of Early Breast Cancer 2013. Annals of Oncology 24: 2206-2223, 2013 Heisler, Michele (2006). Building Peer Support Program to Manage Chronic diseases: Seven Model for Succes. California Health Care Foundation Henry, BJ (2017). Quality of Life and Resilence. Clinical Journal of Oncology Nursing. Februari; 21(1):E9-E14(6p) http://dx.doi.org/10.1188/17.cjon.E9. Hofsø, et al., (2012) Previous Chemotherapy Influensces The Symptom Experience And Quality Of Life Of Women Wtih Breast Cancer to Radiotion. Cancer Nursing, May-Jun; 35(3): 167-177.(11p) Høybye, M.T., Dalton, S.O, Deltour, I., Bidstrup (2010). Effect of Internet Peer-Support Groups on Psychosocial Adjustment to Cancer; A Randomised Study. British Journal of cancer 102, 13481354. www.bjcancer.com Irawan, E (2017). Hubungan Penggunaan Terapi Modern Dan Komplementer Terhadap Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara Yang Menjalani Kemoterapi. Universitas



429



Kementrian Kesehatan (2016). Oktober, Bulan Peduli Kanker Payudara. Pusat Informasi dan Data kementerian Kesehatan. Lu, W, et al., (2009). Change in Quality of Life among Breast Cancer Patients Three Years PostDiagnosis. Breast Cancer Rest Treat: 114:357-369 DOI:10.1007/s10549-008-0008-3 Mahendran, R et al., (2017). Evaluation of Brief pilot Psychoeducational Support Group Intervention for Family Caregivers of Cancer Patients: a quasi-experimental Mixed-Methods Study. Health and Quality of Life Outcome 15:17 BioMed Central. Maly, R.C., Liu, Y., Liang, L.J., & Ganz, P.A (2014). Quality of Life Over 5 Year After a Breast Cancer Diagnosis Among Low-Income Women: Effects of Race/ Ethnicity Patient-Physician Communication. Cancer March 15. DOI: 10.1002/cnc.29150. Matton‘s Health (2011). Linking Health Communication wtih Social Support. Chapter 6. Property of Kendall Hunt Publishing Co. Maughan, K.L., Lutterbie, M.A., & Ham, P. (2010). Treatment of Breast Cancer. American Family Physician Volume 81, Number 11. Juni 1. www.aafp.org/afp McCaughan, E., Parahoo, K., Huater, I., Northouse, L., & Bradbury, I. (2017). Online Support Groups for Women with Breast Cancer. Cochrane Dasebase of Sysrematic Review 2017, Issues 3, Art. No.: CD011652. DOI:10.1002/14651858.CD01165.pub2. McLaughlin, B et al., (2016). The Effects of Expressing Religious Support Online for Breast Cancer Patients. Health Communication. 31:6, 762-771, DOI: 10.1080/10410236.2015.1007550 Muliira, R.S., Salas, A.S., O‘Brien, B. (2017) Quality of Life among Female Cancer Survivor in Africa: An Integrative Literatur Review. Asia-Pacific Journal of Oncology Nursing Januari-March Vol 4 Issue i. http://apjon.org 22 August IP:180.214.323.74 Ng, Chong et al (2015). Anxiety, Depression, perceived social support and quality of life in malaysian breast cancer patients: a 1-year prospective study. Health and Quality of life outcomes 13:205 DOI 10.1186/s12955-015-0101-7. BioMed Central Nurhasanah, S (2014). Analisis Pasien Kanker Payudara pada Setiap Siklus Kemoterapi di Ruang Kemoterapi Rumah Sakit Pendidikan Unpad Bandung. Universitas Padjadjaran. Park, H-J., Bae, S.H., Jung, Y.S & Kim, K.S (2012). Quality of Life and Symptom Experience in Breast Cancer Survivor After Participating in A Psychoeducational Support Program. Cancer Nursing, Vol. 35, No.1 DOI:10.1097/NCC.0b013e318218266a Pemerintahan



Provinsi



Jawa



barat.



Profil



Jawa



Barat,



selayang



Pandang



Jawa



Barat.



http://jabarprov.go.id/index.php/pages/id/1261 Rahayuwati, L., Ibrahim, K., & Mardiah, W (2016). Health Seeking Behavior on Breast Therapies: Patients‘ Versus Providers‘ Views. Journal of Community and Public Health Nursing 2016 2:129 DOI:10.41272/2471-9846.1000129 Sharif et al., (2010). The Effect of Peer-Ied Education on The Life Quality of Mastectomy Patients Referred to Breast Cancer-Clinics in Shiraz, Iran 2009. Health And Quality of Life Outcomes,8:74 BioMed Central. http://www.hqlo.com/content/8/1/74 Sreedevi, A., Gopalakrisnan, U.A., Ramaiyer, S.K & Kamalamma, L (2017). A Randomized Controlled Trial of the Effect of Yoga and Peer Support on Glycaemic Outcomes in Woment with Type 2



430



Diabetes Mellitus: Feasibility Study. BMC Complementary and Alternative Medicine. 17:100 BioMed Central. DOI: 10.1186/s12906-017-1574-x Tehrani, A.M., Farajzadegan, Z., Rajabi, F.M., & Zamani, A.R. (2011). Belonging to A Peer Supprt Group Enhace The Quality of Life and Aderence Rate in Patients Affected by Breast Cancer: A Non-Randomized Controlled Clinical Trial. JRMS/May:Vol.16.No.5: 658-665 Tiezzi, M.F et al (2016). Quality of Life in Woment With Breast Cancer Treated With or Without Chemotherapy.



Cancer



Nursing



Vol.00



No.00



Wolters



Kluwers



Health.Inc



DOI:10.1097/NCC.00000000000000370 Torre, L.A., Bray F., Siegel R.L, Ferlay J., Lortet-Tieulent J., & Jermal A., (2015). Global Cancer Statistics,



Cancer



Journal.



America



Cancer



Society.



doi:



10.3322/caac.21262.



cacancerjournal.com 7.



Witdiawati (2017). Kehidupan Klien Kanker Payudara dalam Menjaga Kualitas Hidupnya: Studi Ethnonursing di Kabupaten Garut. Universitas Padjadjaran Bandung.



8.



World Health Organization (2017). World's health ministers renew commitment to cancer prevention and control. http://www.who.int/entity/cancer/media/news/cancer-preventionresolution/en/index.html



Yan, B et al (2016). Determinants of Quality of Life for Breast Cancer Patients in Shanghai, China. Plos One DOI: 10.137/journal.pone.0153714



431



KEYAKINAN KESEHATAN DAN PERMASALAHAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI KOTA BANDUNG Citra Windani Mambang Sari1, Ahmad Yamin1 1 Staf Pengajar Departemen



Keperawatan Komunitas Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran. Email : [email protected], [email protected]



Diabetes mellitus adalah salah satu peningkatan jumlah penyakit kronis di dunia. Provinsi Jawa Barat juga memiliki prevalensi peningkatan 1,4% di tahun 2007 menjadi 2% pada tahun 2013 dan memiliki jumlah penderita paling banyak yang merasakan gejala diabetes melitus, namun belum pernah diteliti yaitu sekitar 225 ribu orang (Riskesdas, 2013). Pasien Diabetes Mellitus berisiko mengalami komplikasi makrovaskular dan mikrovaskuler yang dapat menurunkan kualitas hidup. Upaya pencegahan dari komplikasi dapat dilihat dari kebutuhan perawatan yang diharapkan pasien Diabetes Mellitus dengan mengidentifikasi keyakinan kesehatan dan permasalahan dari sisi pasien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi keyakinan kesehatan dan permasalahan pasien Diabetes Mellitus di kota Bandung. Responden penelitian adalah 121 pasien Diabetes Melitus di kota Bandung yang diambil dengan cara purposive dari 10 Prolanis tertinggi di kota Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan menggunakan 4 kuesioner yaitu karakteristik kesehatan, pengetahuan tentang Diabetes Mellitus, keyakinan kesehatan, permasalahan kesehatan pada pasien Diabetes Melitus. Kuesioner yang digunakan berdasarkan penelitian dan dianalisis dengan statistic deskriptif. Hasil penelitian adalah pengetahuan (M = 14,65, SD = 13,35), keyakinan kesehatan tentang Diabetes Mellitus (M = 71,79, SD = 10, 14), permasalahan pada Diabetes (M = 43,54, SD = 13, 35). Temuan dari penilaian kebutuhan ini mengarah pada perencanaan dan penyampaian program komprehensif dan terintegrasi bagi pasien dengan Diabetes.



Kata Kunci : Diabetes mellitus, keyakinan kesehatan, pengetahuan, permasalahan



PENDAHULUAN Meningkatnya mortalitas dan morbiditas penyakit tidak menular termasuk penyakit kronis dan kanker menjadi perhatian global dewasa ini. Menurut World Health Organization (WHO, 2014), sebanyak 66 % orang di dunia meninggal karena noncommunicable diseases. Orang dewasa yang meninggal dan membutuhkan perawatan paliatif berasal dari penyakit kardiovaskuler (38,5 %), Kanker (34 %), penyakit pernafasan kronis (10,3 %) dan Diabetes Melitus (4,5%) (WHO, 2014). Menurut hasil Riskesdas (2013) prevalensi Diabetes Melitus di Indonesia adalah 2,1, dan di Jawa Barat sebesar 2,0. Prevalensi Diabetes Melitus di perkotaan cenderung lebih tinggi dibanding di perdesaan. Angka tersebut merupakan angka yang cukup serius dan memerlukan perhatian khusus.



432



Berdasarkan WHO (2002), perawatan pasien Diabetes Melitus seharusnya integrasi secara holistik dan diberikan oleh dengan pendekatan multidisplin ke pasien dan keluarganya. Menurut Strong et al (2012), anggota multidisplin meliputi perawat, fisioterapis, terapis okupasi, dokter dan pekerja sosial. Perawatan yang dapat diberikan adalah perawatan paliatif yaitu dengan pendekatan yang meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga, melalui pencegahan dengan identifikasi dini dan pengkajian serta penanganan nyeri dan masalah lainnya, fisik, psikososial dan spiritual (WHO, 2014). Menurut Bartley et al (2015), pasien dan keluarga dengan kebutuhan perawatan paliatif seharusnya diberikan perawatan yang sesuai dengan kebutuhan menggunakan pendekatan holistik, fleksibel dan berfokus pada pasien. Beberapa penelitian perawatan paliatif di komunitas telah dilakukan. Dongre et al (2012) mengevaluasi pengaruh dari perawatan paliatif community-managed di Tamil Nadu terhadap kualitas hidup dari 450 lansia. Hasil penelitian dari Dongre et al (2102) menyimpulkan bahwa kualitas hidup secara fisik dan psikososial meningkat signifikan dibanding kelompok kontrol. Model penanganan komprehensif telah dilakukan oleh Keogh et al (1999) dengan melaksanakan 141 pertemuan yang terdiri dari multidisiplin yaitu perawat, fisioterapis, dokter, psikolog, pekerja sosial, dan terapis okupasi. Setiap sesi dihadiri setidaknya dua edukator dari disiplin tenaga kesehatan yang berbeda. Metode yang dilakukan menggunakan kelompok kerja kecil, studi kasus, pemutaran video, mini-lectures, pemutaran musik dan bermain peran. Hasil dari penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan komunikasi, mengontrol symptom pada penyakit. Hal ini sesuai dengan Korf et al (1997) menyatakan bahwa hubungan kolaborasi yang efektif antar tenaga kesehatan menjadikan pasien dan keluarga dapat menyelesaikan tugas perawatan. Penelitian Seow et al (2014) juga menyimpulkan bahwa tim perawatan paliatif berbasis masyarakat efektif menurunkan perawatan akut dan kematian di rumah sakit. Saat ini, perawatan Diabetes Melitus di Indonesia masih terpusat di Rumah Sakit dan belum ada pengembangan ke tingkat pelayanan kesehatan primer. Penelitian tentang kebutuhan perawatan pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit sudah ada secara terintegrasi dengan berbagai tenaga kesehatan, padahal saat tindak lanjut perawatan di rumah dan masyarakat sangat diperlukan. Saat ini, kajian kebutuhan perawatan integratif pasien Diabetes Melitus di masyarakat belum pernah diteliti. Dengan mempertimbangkan belum adanya model perawatan yang komprehensif pada penyakit Diabetes Melitus di masyarakat, maka perlu di kaji kebutuhan perawatan integrative dan dibuat suatu model perawatan integratif untuk pasien dengan penyakit Diabetes Melitus. Perawatan integratif pada pasien Diabetes Melitus di masyarakat yang melibatkan multi disiplin berbasis masyarakat dan berfokus pada pasien dan keluarga. Hasil penelitian ini diekspektasi dapat memberikan kebutuhan berbasis bukti yang berasal dari berbagai pihak tentang kajian kebutuhan perawatan intergratif Diabetes Melitus di



433



masyarakat di Indonesia. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi kebutuhan perawatan



integratif



penyakit



Diabetes



Melitus



di



masyarakat



dengan



tujuan



khusu



mengidentifikasi kajian kebutuhan perawatan penyakit Diabetes Melitus di masyarakat dan mengidentifikasi kajian kebutuhan perawatan integrative pada pasien diabetes di masyarakat.



METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap pertama (tahun kesatu) adalah tahap



mengkaji kebutuhan perawatan integratif di masyarakat dari pasien dan keluarga, multidisiplin dan stake holder. Tahap ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Metode deskriptif kuantitatif dengan menggunakan kuesioner tertutup dengan data yang ditargetkan adalah demografi, penyakit kronis yang paling banyak, data keluhan keluhan yang muncul, kebutuhan keluarga. Tahap ini pasien dikaji dengan menggunakan dengan 4 kuesioner adalah demografi, pengetahuan, keyakinan dan permasalahan tentang DM yang sudah diadopsi dari penelitian Hall (2013) dan sudah diuji validitas dan reliabilitasnya melalui back translation. Analisis data kuantitatif dianalisis dan



digambarkan melalui frekuensi, persentase, mean, dan standar deviasi (atau median dan quartile deviasi).



HASIL Tabel 1 Karakteristik umum dan karakteristik kesehatan responden DM (N=121) Variabel Usia



Jenis Kelamin Status perkawinan



37-42 tahun 43-48 tahun 49-54 tahun 55-60 tahun 61-60 tahun 67–72 tahun 73-78 tahun 79-84 tahun Laki-laki perempuan Belum menikah Menikah Bercerai Janda/duda



434



N 1 6 15 35 29 20 12 3 21 100 10



% 0.8 5 12.4 28.9 24 16.5 9.9 2.5 17.4 82.6 8.3



81 3 27



66.9 2.5 22.3



Variabel Agama



Suku



Pekerjaan



Pendidikan



Lama menderita DM Riwayat merokok



Riwayat minum alcohol



Aktivitas rutin



Jenis Olahraga



Diet teratur Keluhan sakit kepala Keluhan kaki



Islam Kristen Katolik Budha Sunda Jawa Minang Batak Chinese Lainnya Tidak bekerja Buruh PNS Pegawai swasta wiraswasta Tidak sekolah SD SLTP SLTA Universitas < 3 tahun >3 tahun Tidak pernah Pernah tapi sudah berhenti Masih merokok Tidak pernah Pernah tapi sudah berhenti Masih minum Bekerja IRT Lain-lain Tidak pernah Berjalan Lari Senam bersepeda Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak



N 109 6 3 3 95 13 1 4 3 5 99



% 90.1 5 2.5 2.5 78.5 10.7 0.8 3.2 2.5 4.1 81.8



4 3 3



3.3 3.5 2.5



10 5



8.3 4.1



36 22 42 16 40 81 92 26



29.8 18.2 34.7 13.2 33.1 66.9 76 21.5



3



2.5



116 4



95.9 3.3



1



0.8



23 91 7 12 59 5 40 5 68 51 12 109 75 46



19 75.2 5.8 9.9 48.8 4.1 33.1 4.1 56.2 43.7 9.9 90.1 62 38



435



Variabel Penyakit comorbid IMT



Ya Tidak Kurus tingkat berat Kurus tingkat ringan Normal Obesitas tingkat ringan Obesitas tingkat berat



N 76 45 1



62.8 37.2 0.8



%



2



1.7



57 24



47.1 19.8



37



20.6



Dari hasil tabel 1 menggambarkan karakteristik umum dan karakteristik kesehatan dari responden. Hampir sebagian (28,9%) dari responden berusia pra lansia yakni dari 55-60 tahun. Hampir seluruh reponden (82.6%) adalah wanita dan status menikah (66,9%). Hampir seluruhnya adalah beragama islam (90,1%) dan sebagian besar responden berasal dari suku Sunda (78,5%). Hampir sebagian dari responden mempunyai latar belakang pendidikan dari SLTA (34,7%). Sebagian besar (66,9%) dari responden telah lama didiagnosa DM lebih dari 3 tahun. Sebagian besar responden tidak pernah merokok (92% dan tidak pernah meminum alcohol (95,9%). Sebagian besar dari responden adalah ibu rumah tangga (75,2%). Olahraga yang biasa dilakukan oleh reponden adalah berjalan (48,8%). Sebagian besar dari responden (56,2%) menjalankan diet teratur. Hampir seluruhnya dari responden tidak mengalami keluhan sakit kepala (90,1%). Sebagian dari responden (62%) mengalami keluhan kaki seperti baaal dan neuropati dan juga memiliki penyakit selain dari DM (62,8%). Hampir sebagian besar dari responden mempunyai IMT normal (47,1%).



Tabel 5 Hasil uji deskriptif pada variabel pengetahuan, permasalahan dan keyakinan pada pasien DM (n=121) Variabel Pengetahuan Permasalahan Keyakinan



Dibawah rata-rata N Persentase 54 44.6 62 51.2 51 42.1



436



Di atas rata-rata N Persentase 66 54.5 58 47.9 70 57.9



Dari hasil tabel 5, menggambarkan bahwa sebagian besar pengetahuan responden adalah diatas rata-rata kelompok (M=14,65, SD 2,5). Permasalahan DM dirasakan oleh sebagian besar responden(M =43.54, SD = 13.35). Sebagian besar keyakinan tentang DM diatas rata-rata (M=71.79, SD = 10.14).



Tabel 6 hasil uji silang variabel karateristik umum dan kesehatan dengan pengetahuan pasien DM (n=121) VARIABEL Pendidikan



Jenis Kelamin lama menderita DM



Tidak Sekolah SD SLTP SLTA Universitas Laki-laki Perempuan < 3TAHUN > 3 TAHUN



Dibawah rata-rata N % 4 7.4 24 6 14 6 9 45 20 34



Diatas rata-rata N % 1 1.5



44.4 11,1 25.9 11.1 16.7 83.3 37 63



12 15 28 10 12 54 20 46



18.2 22,7 42.4 15.2 18.2 81.8 30.3 69.7



Tabel 7 hasil uji silang karakteristik umum dan karakteristik kesehatan dengan permasalahan yang dirasakan pada pasien DM (n=121) Variabel Pendidikan



Jenis Kelamin Lama diabetes



Tidak sekolah SD SLTP SLTA Universitas Laki-laki Perempuan 3tahun



Di bawah rata-rata N Persentase 2 3.2 18 9 21 12 17 45 19 43



29 14.5 33.9 19.4 27.4 72.6 30.6 69.4



Di atas rata-rata N Persentase 3 5.2 17 13 21 4 4 54 21 37



29.3 22.4 36.2 6.9 6.9 93.1 36.2 63.8



Tabel 8 hasil uji silang karakteristik umum dan karakteristik kesehatan dengan keyakinan yang dirasakan pada pasien DM (n=121) Variabel



Di bawah rata-rata



Di atas rata-rata



437



Pendidikan



Jenis Kelamin Lama diabetes



Tidak sekolah SD SLTP SLTA Universitas Laki-laki Perempuan 3tahun



N 3



Persentase 5.9



N 2



Persentase 2.9



18 13 12 2 8 43 16 35



35.3 25.5 23.5 9.8 15.7 84.3 31.4 68.6



18 9 30 11 13 57 24 46



25.7 12.9 42.9 15.7 18.6 81.4 34.3 65.7



Dari hasil tabel 6-8 menggambarkan hasil uji silang karakteristik umum yaitu pendidikan dan jenis kelamin dengan variabel pengetahuan, permasalahan dan keyakinan responden tentang DM. Dari tabel 6, hampir sebagian besar pengetahuan diatas rata-rata pada latar belakang pendidikan SLTA, jenis kelamin perempuan dan lama DM diatas 3 tahun. Dari tabel 7, hampir sebagian besar permasalahan di atas rata-rata pada latar belakang pendidikan dan permpuan. Hanya saja lama sebagian besar dari responden menderita DM lebih dari 3 tahun, mempunyai permasalahan yang di bawah rata-rata. Dari tabel 8, hampir sebagian besar keyakinan diatas rata-rata pada latar belakang pendidikan SLTA, jenis kelamin perempuan dan lama DM diatas 3 tahun.



PEMBAHASAN Pengetahuan dari seluruh responden DM berada diatas rata-rata dengan M=14,65, sebanyak 54,5 %. Hal ini masih dibawah dari penelitian Hall et al (2016). Dari tabel 2 menggambarkan ada pernyataan yang masih banyak salah pada responden. Tiga pernyataan tertinggi yang masih banyak salah adalah pernyataan 1 tentang mengonsumsi terlalu banyak gula dan makanan manis lainnya merupakan penyebab diabetes, pernyataan 17 tentang seseorang dengan diabetes harus membersihkan luka dengan betadine dan alcohol, pernyataan 10 tentang Olahraga teratur akan meningkatkan kebutuhan akan insulin atau obat diabetes lainnya. Dari hasil tersebut, masih banyak rentang antara pengetahuan yang harusnya dimiliki oleh pasien tentang DM dan perawatan dirinya seperti diet dan olahraga. Menurut penelitian (Barthemelow dalam Hall, 2016), pengetahuan tidak berarti merubah dari perilaku kesehatan. Hal ini juga hampir sama



438



ditemukan dalam penelitian kualitatif, bahwa pengetahuan pada pasien masih kurang. Pengetahuan yang kurang dapat dikarenakan beberapa hal yaitu latar belakang pendidikan, jenis kelamin dan lama diabetes. Dari tabel 5 digambarkan hasil silang dari variabel tersebut dengan pengetahuan. Masih ada beberapa latar belakang pendidikan yang memiliki pengetahuan di bawah rata-rata. Dari jenis kelamin, lebih banyak perempuan yang memiliki pengetahuan di bawah rata-rata. Dari lama diabetes, setengah dari responden yang memiliki lama diabetes kurang 3 tahun masih memiliki pengetahuan yang rendah tentang DM. Hal ini bisa ditujukan menjadi bagian dari intervensi program perawatan integratif pada pasien DM. Dari tabel 3, permasalahan yang dirasakan banyak di bawah ratarata dari keseluruhan responden dengan M = 62, SD 5,2. Berbeda dengan penelitian Hal et al (2016), hasil permasalahan yang dirasakan pada pasien adalah merujuk pada level distress emosi yang tinggi. Dari tabel 3 menggambarkan bahwa permasalahan tentang DM yang masih dirasakan adalah tentang saya merasa bahwa diabetes saya mengaturkan hidup saya, saya khawatir tentang kadar gula darah rendah dan saya khawatir tentang masa depan dan risiko menderita masalah serius karena memiliki diabetes. Beberapa dari responden yang memiliki permasalahan yang di bawah ratarata banyak adalah latar belakang pendidikan yang agak tinggi, dan pada jenis kelamin perempuan. Sedangkan lama diabetes, lebih dari 3 tahun pasien



menderita



diabetes



membuat



pasien



merasa



mempunyai



permasalahan tentang DM karena banyak yang menambah kekhawatiran. Salah satu pernyataan yang tertinggi adalah khawatir diabetes menjadi pengatur dan menentukan hidup pasien. Sama dengan penelitian Hall et al (2016), responden khawatir hidup dengan diabetes. Dari tabel 4, menggambarkan keyakinan yang dirasakan oleh pasien M=71.79, SD = 10.14. Dari tabel tersebut ada pernyataan yang menjadikan tertinggi keyakinan pada pasien adalah mengikuti diet yang disarankan (makanan diabetes) adalah sesuatu dimana seseorang harus lakukan dan tidak peduli `seberapa sulit‘ ini, suami / istri saya membantu saya mengikuti diet saya (makanan diabetes, serta pernyataan jika saya mengubah "pekerjaan", akan lebih mudah untuk mengikuti diet saya



439



(makanan diabetes). Dari hasil uji silang dengan variabel, hampir sebagian besar keyakinan diatas rata-rata pada latar belakang pendidikan SLTA, jenis kelamin perempuan dan lama DM diatas 3 tahun. Sama dengan Hall et al (2016), pernyaatan tentang bila mengubah pekerjaan, akan lebih mudah mengikuti diet merupakan hambatan untuk mencapai perilaku kesehatan dalam perawatan DM.



SIMPULAN DAN SARAN



Kajian kebutuhan pada pasien DM mengidentifikasi pengetahuan, permasalahan dan keyakinan yang dirasakan oleh responden. Sebagian responden memiliki pengetahuan diatas rata-rata, sedangkan sebagian responden memiliki permasalahan di bawah rata-rata, dan sebagian besar memiliki keyakinan di atas rata-rata.



440



DAFTAR PUSTAKA



Bartley C, Webb J, Bayly J. 2015. Multidisciplinary Approaches to Moving and Handling for formal And Informal Carers in Community Palliative Care. International Journal of Palliative Nursing 2015, Vol 21, No.1 Busse, R., & Stahl, J. (2014). Integrated care experiences and outcomes in Germany, the Netherlands, and England. Health Affairs, 33(9), 1549-1558. Clark MJ. 2008. Community Health Nursing Advocacy for People Health. Prentice Hall. Cramm, J. M., & Nieboer, A. P. (2012). In the Netherlands, rich interaction among professionals conducting disease management led to better chronic care. Health Affairs, 31(11), 2493-2500. Dongre AR, Rajendran KP, Kumar S, Desmukh PR. The Effect of CommunityManaged Palliative Care Program on Quality of Life in the Elderly in Rural Tamil Nadu, India. Indian Journal of Palliative Care/Sep-Dec 2012/Volume 18/Issue 3 Hall, C, Hall AB, Kok G, Mallya J, Courtright P. (2016). A needs assessment of people living with Diabetes and Diabetic Retionopathy. BMC Research Notes. Harkness GA, DeMarco RF. 2012. Community and Public Health Nursing Evidence for Practice. Lippincott Williams & Wilkins. Keogh K, Jeffrey D, Flanagan S. 1999. The Palliative Care Education Group for Gloucestershire (PEGG) : an Integrated Model of Multidisciplinary Education in Palliative Care. European Journal of Cancer Care, 1999,8,44-47 Korf, M.V; Gruman, J; Schaefer, J; Curry, SJ; Michael Von Korff, ScD; Jessie,G; Wagner, EH. 1997. Collaborative Management Chronic Illness. Ann Intern Med. 1997;127(12):1097-1102. doi:10.7326/0003-4819-127-12-199712150-00008 Kruis, A. L., Boland, M. R., Assendelft, W. J., Gussekloo, J., Tsiachristas, A., Stijnen, T., ... & Chavannes, N. H. (2014). Effectiveness of integrated disease management for primary care chronic obstructive pulmonary disease patients: results of cluster randomised trial. bmj, 349, g5392. McVey P, McKenzie H, White K. 2013. A Community-of-Care : The Integration of Palliative Approach Within Aged Care Facilities in Australia. Health an Social Care in The Community 22 (2), 197 -209 Nuño, R., Coleman, K., Bengoa, R., & Sauto, R. (2012). Integrated care for chronic conditions: the contribution of the ICCC Framework. Health Policy, 105(1), 55-64.



441



Patridge AH, Seah DSE, King T, Leighl NB, Hauke R, Wollins et al. 2014. Developing Service Model That Integrates Palliative Care Trouhout Cancer Care : The Time is Now. Journal of Clinical Oncology Volume 32 Number 29 October 10 Riset Kesehatan dasar. 2011. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Diambil tanggal 20 Februari 2014. http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/2010 Seow H, Brazil K, Sussman J, Pereira J, Marshal D, Austin PC, Husain A, Rangrej J, Barbera L. 2004. Impact of Community Based, Specialist Palliative Care Teams on Hospitalisations and Emergency Department Visits Late in Life and Hospital Deaths : a pooled Analysis. BMJ 2014; 348;g3496 Soegondo et al. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM Tipe 2 Di Indonesia. Jakarta : PB Perkeni Soegondo, S dkk. 2013. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Storey L, O‘Donnell L, Howard A. Developing Palliative Care Practice In The Community. Nursing Standard. 17,8,40-42 Strong S, Blencowe ns, Fox T et al (2012). The Role of Multidisclinary Teams in Decision Making for Patients with Recurrent Malignant Disease, Palliat Med 26(7) : 95-8 WHO. 2014. Global Atlas of Palliative Care at the End of Life. Diunduh dari who



442



HUBUNGAN DISABILITAS DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA Alfrina Hany1, Kuswantoro Rusca Putra1 Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang Email: [email protected] dan [email protected]



ABSTRAK Laporan Badan Pusat Statistik tahun 2014 menyebutkan bahwa jumlah penduduk lansia di provinsi Jawa Timur sebesar 4,23 juta(10,96%) dengan angka kesakitan sebesar 19,34% dan tingkat ketergantungan sebesar 17,02%. Prevalensi disabilitas aktifitas sehari-hari, gangguan interaksi keluarga, gangguan hubungan social, penurunan kemampuan kognitif, gangguan kesehatan pada lansia meningkat secara signifikan sejalan dengan peningkatan usia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi disabilitas, kualitas hidup lansia dan hubungan antara disabilitas dengan kualitas hidup lansia. Desain penelitian menggunakan deksripsi korelasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di 4 wilayah kerja puskesmas kabupaten Ponorogo pada bulan Maret - Mei Tahun 2015. Jumlah sampel penelitian sebanyak 200 responden menggunakan sampling kuota sebesar 50 untuk masing-masing puskesmas yang mewakili wilayah perkotaan dan pedesaan. Metode pengumpulan data pada penelitian ini dengan wawancara menggunakan 2 instrumen yaitu instrument disabilitas yang dikembangkan WHO dalam ICF dan instrumen kualitas hidup (WHOQOLBREF). Uji statistic menggunakan uji korelasi product moment. Hasil penelitian ini meliputi hubungan disabiliatas dengan kualitas hidup (r=-0.423; p- Value=0.000), hubungan disabilitas dengan kesehatan fisik (r=-0.48; p- Value =0.000), hubungan disabilitas dengan psikologis (r=-0.36; p- Value =0.000), hubungan disabilitas dengan hubungan social (r=-0.24; p- Value =0.000), hubungan disabilitas dengan lingkungan (r=-0.25; p-value=0.000). Pada penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara disabilitas dengan kualitas hidup lansia. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup lansia meliputi kemudahan lansia untuk mendapatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, peningkatan hubungan sosial dan lingkungan keluarga dalam menghadapi disabilitas sehingga kualitas hidup lansia akan meningkat. Kata Kunci: Disabilitas, kualitas hidup, lanjut usia. ABSTRACT According to Badan Pusat Statistik report in 2014, the number of elderly in East Java Province, Indonesia was 4.23 million people (10.96%) with the morbidity rate 19.34% and the dependency level 17.02%. Prevelence of disability to do daily activity, family interaction problem, social relation problem, cognitive ability problem, health problem of the elder people were increased significantly along with the increasing age. The purpose of this research was to identify the prevalence of disability, quality of life, and also the association of disability and quality of life of elderly. The design of this research was correlational descriptive with cross sectional approach. This research was held at 4 working areas of health facilities in Ponorogo district in East Java from March to May in 2015.This study used 200 elder people as participants and 50 sampling quota for each health facilities to represent urban and village area. The data collection in this study was based on 2 instruments. First, disability instrument was used in this study developed by WHO in International Classification of Functioning, Disability and Health (ICF), and Quality of life (WHO QOL-BREF). This study was analysed with product moment correlation test. From the result of this analysis, the researchers found out the relation between disability and quality of life (r=-0.42; p- Value=0.000), the relation between disability and physical health (r=-0.48; p-value=0.002), the relation between disability and psychology (r=-0.36; p-value=0.000), the relation between disability and social (r=-0.24; pvalue=0.000), the relation between disabilityand environment (r=-0.25; p-value=0.000). This result revealed that there was relationship between disability with quality of life in elderly.The improvement actions that can be proposed to increase the rate of the elder life qualities are they are able to have an easy and quick access to health and general service facilities, also strong support from family and social. Keywords: Disability, elder people, quality of life



443



Pendahuluan Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak terhadap peningkatan harapan hidup manusia. Jumlah lansia di Indonesia mencapai 20,24 juta jiwa, setara dengan 8,03 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Populasi lansia di Jawa Timur sebesar 10,69 % dari keseluruhan penduduk, Sebanyak 2,37 juta orang (11,76 %) penduduk perdesaan adalah lansia, sedangkan lansia yang tinggal di perkotaan sebanyak 1,86 juta orang (10,08 %) dari keseluruhan penduduk yang tinggal di perkotaan (BPS, 2014). Populasi lansia di atas tujuh persen termasuk dalam kategori struktur penduduk tua yang merupakan salah satu indicator keberhasilan pencapaian pembangunan manusia terutama peningkatan pada usia harapan hidup. Peningkatan usia pada lansia berdampak terhadap peningkatan tingkat ketergantungan dan masalah kesehatan. semakin bertambah usianya, maka lansia yang mengalami keluhan kesehatan akan semakin banyak (BPS, 2014). Masalah kesehatan yang sering dialami oleh lansia adalah penyakit kronis akibat dari penurunan fungsi dan pertahanan tubuh. Dampak dari berbagai masalah kesehatan akan mengakibatkan lansia mengalami gangguan mobilisasi, sehingga lansia yang mengalami gangguan mobilisasi tersebut akan membutuhkan bantuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari/activity daily living (ADL). Data Riset Kesehatan Dasar (2013) menunjukkan Indonesia mempunyai prevalensi disabilitas yang meningkat yaitu dari 12,7% pada tahun 2004 menjadi 21,3% pada tahun 2007 dengan persentase 13,6% pada penduduk lansia dan pada tahun 2013, mengalami penurunan prevalensi disabilitas yang sangat signifikan yaitu sebesar 11%. Penurunan prevalensi ini dapat disebabkan dari keganasan suatu penyakit (banyak orang yang mati karena menderita sebuah penyakit) atau meningkatnya tingkat kesembuhan. Jawa Timur mempunyai angka prevalensi disabilitas diatas angka nasional. Sedangkan di Jawa Timur, prevalensi disabilitas pada tahun 2007 adalah 23,5% dan pada tahun 2013, prevalensinya adalah 11,6%. Prevalensi disabilitas di Indonesia meningkat sesuai dengan peningkatan usia yaitu usia 56-64 tahun sebesar 18,6 %, usia 66-74 tahun sebesar 34,6%, dan usia >75 tahun sebesar 55,9%. Kondisi ini akan berdampak terhadap tingkat ketergantungan lansia. Lansia akan banyak mengalami berbagai kehilangan seperti kehilangan financial dan pekerjaan, kehilangan status, kehilangan teman, kenalan atau relasi, serta kehilangan pasangan (Hurlock, 2002). Kondisi ini berdampak terhadap terjadinya penurunan kualitas hidup dan menghambat pemenuhan tugas-tugas perkembangan lansia (Stanley & Beare, 2007). World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu terhadap kehidupannya di masyarakat dalam konteks budaya dan system nilai yang ada terkait dengan tujuan, harapan, standar, dan perhatian. Kualitas hidup dipengarui kondisi fisik individu, psikologis, tingkat kemandirian, serta hubungan individu dengan lingkungan.



444



Kabupaten Ponorogo pada tahun 2014 termasuk dalam proporsi paling tinggi ketiga dalam jumlah lansia yaitu sebesar 15,92% dengan rasio ketergantungan lansia sebesar 25,60%, mengalami keluhan kesehatan sebesar 51,53%, angka kesakitan sebesar 19,60% (BPS Jawa Timur, 2014). Berdasarkan kondisi di atas, maka diperlukan untuk melakukan penelitian tentang hubungan disabilitas dengan kualitas hidup lansia di Kabupaten Ponorogo. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi prevalensi disabilitas dan kualitas hidup lansia serta hubungan antara disabilitas dan kualitas hidup lansia (kesehatan fisik, psikologis, hubungan social, lingkungan). Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah desktiptif korelasional dengan desain cross sectional, data variable independen dan dependen diambil pada saat bersamaan. Penelitian ini di lakukan di Kabupaten Ponorogo, khususnya wilayah kerja Puskesmas mewakili daerah perkotaan dan pedesaan masing-masing sebanyak 2 Puskesmas pada bulan Maret- April 2015. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan kuota sampling sebanyak 200 responden dengan rincian masing-masing wilayah kerja puskesmas sebanyak 50 responden. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang ditanyakan oleh peneliti dan di jawab oleh responden sesuai dengan persepsinya yaitu kuesioner disabilitas yang dikembangkan WHO dalam ICF sebanyak 23 pertanyaan dengan masing-masing pertanyaan diberi skor 1 sampai 5(tidak ada sampai sangat sulit) untuk item pertanyaan 1-20 dan diberi skor 1 dan 2 (tidak dan ya) untuk item pertanyaan 21-23, dan kualitas hidup (WHOQOL-BREF) sebanyak 23 pertanyaan ( kesehatan fisik sebanyak 7 item pertanyaan, psikologis sebanyak 6 item pertanyaan, hubungan social sebanyak 3 item pertanyaan, dan lingkungan sebanyak 7 item pertanyaan) dengan masing-masing item pertanyaan diberi skor 0 sampai 3 (tidak pernah/tidak puas sampai selalu). Skor total instrument disabilitas (minimal=23, maksimal=106), dan skor total instrument kualitas hidup lansia (minimal=0, maksimal=69), skor total kesehatan fisik (minimal=0, maksimal 21), skor total psikologis (minimal=0, maksimal=18), hubungan social (minimal=0, maksimal=9), lingkungan (minimal=0, maksimal=21). Total skor variabel disabilitas dan kualitas hidup lansia (kesehatan fisik, psikologis, hubungan social dan lingkungan) ditampilkan dalam bentuk mean, median, standar deviasi dan CI 95%. Analisis data yang digunakan untuk mengetahui hubungan disabilitas dengan kualitas hidup lansia (kesehatan fisik, psikologis, hubungan social dan lingkungan) adalah uji korelasi product moment. Hasil Penelitian Data yang dikaji dalam penelitian ini adalah disabilitas dan kualitas hidup lansia (kesehatan fisik, psikologis, hubungan social dan lingkungan) yang dijelaskan dalam table 1.



445



Tabel 1. Distribusi Statistik Disabilitas dan Kualitas Hidup lansia di 4 Wilayah Mean Median SD Kerja Puskesmas Kabupaten Ponorogo Tahun 2015 (n=200) Variabel Disabilitas 46.14 44 17.36 Kualitas Hidup 36.41 37 4.98 Lansia Kesehatan Fisik 10.43 10 1.85 Psikologi 9.60 9 1.97 Hubungan 5.40 6 0.92 Sosial Lingkungan 10.98 10 1.92



Min-Mak



95% CI



23-102 24-46



43.72-48.57 35.71-37.11



7-14 6-12 3-6



10.17-10.69 9.33-9.87 5.28-5.53



7-14



10.71-11.24



Berdasarkan data pada table 1 dapat diprediksi dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95% Disabilitas yang dipersepsikan oleh lansia skornya berkisar antara 43.72-48.57 yang artinya lansia mengalami permasalahan terkait dengan disabilitas, sedangkan skor kualitas hidup lansia meliputi Kesehatan fisik skornya berkisar antara 10.17-10.69; Psikologi skornya antara 9.33-9.87; Hubungan social skornya berkisar antara 5.28-5.53; dan Lingkungan skornya berkisar antara 10.7111.24, hasil ini menunjukkan ada permasalahan kualitas hidup lansia di Kabupaten Ponorogo. Hasil korelasi antara variabel disabilitas dengan kualitas hidup lansis (kesehatan fisik, psikologis, hubungan social, dan lingkungan) dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Analisis Hubungan Disabilitas dengan Kualitas Hidup Lansia di 4 Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Ponorogo Tahun 2015 (n=200) Variabel Dependen Variabel Independen (Disabilitas Lansia) Korelasi (r) P Value Kualitas Hidup (Total) -0.42 0.000 Kesehatan Fisik -0.48 0.000 Psikologis -0.36 0.000 Hubungan Sosial -0.24 0.000 Lingkungan -0.25 0.000



Berdasarkan table 2 di atas diketahui bahwa disabilitas memiliki hubungan dengan kualitas hidup lansia dan semua subvariabelnya (p value < 0.05). Tingkat keeratan hubungan antar disabilitas dengan kualitas hidup lansia beserta semua komponennya adalah sedang dengan pola hubungan dalam penelitian ini bersifat negatif artinya semakin tinggi tingkat disabilitas maka semakin rendah kualitas hidup lansia. Pembahasan Masa lanjut usia akan mengalami perubahan dalam segi fisik, kognitif, maupun dalam kehidupan psikososialnya. Upaya untuk mencapai penuaan yang berkualitas meliputi kemungkinan yang rendah mengalami penderitaan suatu



446



penyakit atau ketidakmampuan dikarenakan penyakit tertentu, kognitif dan fisik yang tetap berfungsi baik, dan keterlibatan yang aktif dalam kehidupan (Hoyer & Roodin, 2003). Disabilitas adalah penurunan fungsi individu dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dimana aktivitas tersebut sebelumnya dapat dilakukan sendiri atau tanpa bantuan orang lain (Nurhayati & Cahyati, 2016). Disabilitas fungsional merupakan suatu permasalahan kesehatan utama yang dialami oleh lansia dan berdampak terhadap ketidakmampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari dan secara signifikan mempengaruhi kualitas hidupnya (Lasisi & Gureje, 2013). Disabilitas menyebabkan lansia tidak dapat mencapai tujuan menjadi tua tetap sehat (healthy aging) dan menjadi tua yang aktif (active aging). Salah satu permasalahan yang ditimbulkan disabilitas adalah peningkatan rasio ketergantungan lanjut usia (old age dependency ratio) (Rinajumita, 2011). Penurunan kualitas hidup pada lansia yaitu perubahan fisik, psikologis, emosional dan social berhubungan dengan penurunan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari dan mobilitasnya (Ahmed, Mohamed & Aly, 2014). Ketidakmampuan dan keterbatasan fisik lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari akan berdampak terhadap kualitas hidupnya (Moti & McAuley, 2010; Hudakova & Hornakova, 2011). Penurunan kualitas hidup lansia terjadi karena adanya perasaan negative terhadap dirinya, ketergantungan pada orang lain yang terus berlanjut, dan kehilangan otonomi terhadap dirinya (Lasisi & Gureje, 2013). Hasil ini sesuai dengan temuan pada penelitian ini yang menunjukkan ada hubungan antara disabilitas dengan kualitas hidup pada lansia (kesehatan fisik, psikologis, hubungan social, lingkungan), semakin meningkat tingkat disabilitas pada lansia maka akan semakin menurun kualitas hidupnya. Pada aspek ekonomi disabilitas pada lansia berdampak terhadap besarnya biaya pemeliharaan kesehatan, tingginya masalah sosial, dan kesejahteraan yang harus ditanggung, serta perlunya penyediaan lingkungan, dan dukungan bagi lansia untuk beraktifitas normal (Trihandini, 2007). Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat disabilitas pada lansia sehingga kualitas hidupnya semakin meningkat adalah perlu dilakukan pencegahan dengan pola hidup sehat, kemudahan akses terhadap pelayanan kesehatan sehingga permasalahan kesehatan yang dialami lansia dapat dilakukan pertolongan segera untuk mengurangi komplikasi yang berdampak terhadap tingkat disabilitas lansia, peningkatan dukungan keluarga dan lingkungan sekitar sehingga keterbatasan yang miliki oleh lansia dapat dikelola dengan baik yang akan berdampak terhadap peningkatan optimisme lansia untuk menjalani kehidupanya dengan baik. Simpulan Berdasarakan uraian hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara disabilitas dengan kualitas hidup lansia (kesehatan fisik, psikologis, hubungan social, lingkungan) di 4 Wilayah Puskesmas Kabupaten Ponorogo Tahun 2015.



447



Daftar Pustaka Ahmed, H.I.,Mohamed, E.E., & Aly, A.M (2014). Effect of Mobility on the Quality of Life among Older Adults in Geriatric Home at Makkah AlMukarramah. Advances in Life Science and Technology Vol 17 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Badan Pusat Statistik (2015). Statistik Penduduk Lansia 2014: Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional.Badan Pusat Statistik, Jakarta-Indonesia Badan Pusat Statistik (2014). Profil Penduduk Lanjut Usia Jawa Timur 2013: Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional.Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur Hoyer, W. J., Paul A. R (2003). Adult Development and Aging, 5th edition. New York: Mc Graw and Hill Hudakova, A & Hornakova, A (2011). Mobility and quality of life in elderly and geriatric Patients. International Journal of Nursing and Midwifery Vol. 3(7), pp. 81-85, July 2011 Available online http://www.academicjournals.org/ijnm Hurlock, Elizabeth B., 2004. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Lasisi, A.O & Gureje, O (2013). Disability and Quality of Life among Elderly Persons with Self-Reported Hearing Impairment: Report from the Ibadan Study of Aging. International Journal of Otolaryngology and Head & Neck Surgery, 2013, 2, 63-67 Moti, R.W & McAuley, E (2010). Physical Activity, Disability, and Quality of Life in Older Adults. Phys Med Rehabil Clin N Am 21 (2010) 299–308 Nurhayati, S., & Cahyati, W.A (2016). Hubungan Antara Status Medical Check Up Terhadap Kejadian Disabilitas Fisik Pada Lansia Di Kecamatan Punung Kabupaten Pacitan. Unnes Journal of Public health Vol.5 (1) hal.84-89 WHO. (1996). The World Health Organization Quality of Life (WHOQOL)-Bref. (online)http://www.who.int/entity/substance_abuse/research_tools/en/indones ian_whoqol.pdf. Diakses pada tanggal 5 Maret 2015 Rinajumita, (2011). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kemandirian Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Lampasi Kecamatan Payakumbuh Utara. Jurnal FK Universitas Andalas Padang. Trihandini, I (2007). Peran Medical Check-Up terhadap Aktifitas Fisik Dasar Lansia: Studi Panel Kelompok Lanjut Usia 1993-2000. Jurnal Makara Kesehatan, Volume II, No 2, Desember 2007: 90-96



448



GAMBARAN RESILIENSI MAHASISWA TAHUN PERTAMA PROGRAM A2016 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN Maulidya Ninda Prihartono 1), Titin Sutini 2), Efri Widianti 3) 1) Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran, Jatinangor 2) Keperawatan Jiwa, Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran, Jatinangor 3) Keperawatan Jiwa, Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran, Jatinangor e-mail: [email protected]



ABSTRAK Mahasiswa tahun pertama mengalami transisi dari masa SMA/sederajat menjadi mahasiswa di perguruan tinggi. Banyaknya kegiatan dan tugas-tugas menjadi salah satu penyebab tekanan yang dialami oleh mahasiswa. Resiliensi merupakan mekanisme adaptasi untuk bertahan atau bangkit kembali dari kesulitan. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengidentifikasi gambaran resiliensi mahasiswa tahun pertama program A2016 di Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran. Penelitian menggunakan desain deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian adalah mahasiswa program A2016 di Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran. Teknik sampling menggunakan desain total sampling. Sampel dalam penelitian berjumlah 143 mahasiswa. Pengambilan data menggunakan kuesioner Connor Davidson Resilience Scale dengan jumlah item 25 (α cronbach = 0,89). Analisa data menggunakan distribusi frekuensi dan nilai mean. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar mahasiswa memiliki resiliensi rendah (53,85%) dan mahasiswa yang memiliki resiliensi tinggi (46,15%). Pada sub variabel resiliensi didapatkan hasil sub variabel rendah menerima perubahan, yaitu (53,85%) dan sub variabel tinggi pengaruh spiritual (72,03%). Adapun sub variabel percaya naluri sendiri (50,35%), kendali pribadi (51,75%), dan kompetensi personal (55,24%). Mahasiswa pada penelitian ini memiliki resiliensi rendah dengan menerima perubahan yang rendah. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi institusi pendidikan untuk meningkatkan kualitas program adaptasi mahasiswa baru dengan suatu tahapan agar tidak melebihi kapasitas mahasiswa. Kata Kunci: Mahasiswa Tahun Pertama, Program A2016, Resiliensi.



449



ABSTRACT First year students experienced transition from high school to college students. The number of activities and tasks become one of the causes of pressure experienced by students. Resilience is an adaptation mechanism to survive or revive from adversity. The purpose of this research was to identify resilience in first year student of A2016 program at Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran. This research used description quantitative method. The population are students in the Faculty of Nursing Padjadjaran University batch A2016. The sampling technique used total sampling. Samples of this research were 143 students. The measuring instrument that was used in this research is Connor-Davidson Resilience Scale questioner with 25 items (cronbach α = 0,89). Data was analyzed using frequency distribution and the mean score.



The research showed that more student had low resilience score were (53,85%) and student had high resilience score were 46,15%. Results from resilience subvariable showed low score were acceptance of change (53,85%), and subvariable showed high score were spiritual influences (72,03%). There are another sub variable such as trust in own intuition (50,35%), personal control (51,75%), dan personal competence (55,24%). Students in this research had low resilience with low acceptance of change. This research becomes an input for the educational institutions to increase quality of freshman adaptation programme with step by step, in order not to exceed the capacity of students.



Keryword: Batch A2016, First Year College Student, Resilience.



450



PENDAHULUAN Mahasiswa



baru



merupakan



Peneliti



memfokuskan



mahasiswa



tahun



pada



pertama



karena



status yang disandang oleh mahasiswa di



peneliti melihat banyak mahasiswa



tahun pertama kuliahnya. Memasuki dunia



tahun pertama menghadapi berbagai



kuliah merupakan suatu perubahan besar pada hidup seseorang (Santrock, 2006; Greenberg, 2004). Perubahan yang dialami terkait



dengan



penyesuaian



yang



merupakan masalah berat yang harus



tantangan



yang



membutuhkan



resiliensi. Dari hasil studi pendahuluan terhadap mahasiswa program A2016, dalam rangka mengetahui gambaran



dihadapi individu ketika memasuki dunia



kondisi



kuliah (Dyson & Renk, 2006).



didapatkan hasil bahwa 132 orang dari



Ketika seorang siswa SMA menjadi



143



mahasiswa



orang



seorang mahasiswa di suatu universitas,



mengalami



terjadilah suatu fase peralihan. Mereka



Fakultas



dituntut untuk menyesuaikan diri dengan



disebabkan



lingkungan



universitas



yang



memiliki



banyak perbedaan kultur dan dinamika dengan lingkungan SMA. Kesulitan dapat terjadi jika ada kendala yang dialami oleh mahasiswa tersebut



dalam



(Kertamuda



proses



penyesuaian



dan



Herdiansyah,



tahun



mahasiswa kesulitan



pertama,



mengatakan berkuliah



di



Hal



ini



Keperawatan. karena



situasi



tersebut



sangatlah berbeda dengan situasi yang sebelumnya mereka alami di SMA. Mulai dari program HITS yang rumit, materi kuliah, waktu belajar, padatnya kegiatan, serta peraturan yang mereka jalani di kampus membuat mahasiswa



2009). Arkoff (1968) menjelaskan bahwa



mengalami



hambatan



untuk



penyesuaian diri di universitas dalam hal



menyesuaikan diri.



pencapaian



Adapun 30 orang mahasiswa yang



kuliah



akademik mahasiswa



meliputi dan



prestasi



pertumbuhan



pribadi. Dalam pendekatannya, mahasiswa yang dapat menyesuaikan diri dengan baik adalah mahasiswa yang memperoleh nilai yang memuaskan, lulus dalam setiap mata kuliah serta mencapai kelulusan akhir.



mengikuti



Seleksi



Bersama



Masuk



Perguruan Tinggi Negri (SBMPTN) ulang.



Perspektif



keperawatan



mereka



memang



mengenai



belum



jelas.



Mereka memilih keperawatan karena



Sebaliknya, mahasiswa yang tidak dapat



keinginan orang tua atau agar kuliah di



menyesuaikan diri adalah mahasiswa yang



Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Mereka



memperoleh nilai yang tidak memuaskan,



tetap bertahan berkuliah di Fakultas



kurang menunjukkan kemampuan dalam



Keperawatan



setiap



dan



memenuhi harapan orang tua, biaya



menunjukkan kecenderungan drop out dari



yang sudah dikeluarkan serta tanggung



mata



kuliah,



atau



gagal,



universitas atau perguruan tinggi sebelum



jawab



dalam



dengan



alasan



organisasi



demi



kampus.



kelulusan akhir.



451



Adapun alasan mereka mengikuti lagi



7 orang. Namun, dari data tersebut tidak



SBMPTN untuk mengejar cita-cita,



diketahui apakah mahasiswa drop out



merasa tidak cocok dengan keperawatan



saat semester 2 atau bukan. Mahasiswa



atau sekedar coba-coba.



A2015 saat semester 2 tidak ada



Adapun data penunjang lain, yaitu nilai



mahasiswa



IP.



Bagian



semester genap ini mahasiswa Fakultas



Akademik (SBA) Fakultas Keperawatan



Keperawatan A2016 berjumlah 143



Unpad Tahun 2016/2017, mahasiswa



orang dari semula berjumlah 147 orang.



A2016 yang memiliki IP kurang dari



Jadi, dapat dikatakan angka drop out



2.75 berjumlah 5 orang, IPK 2.75 – 2.99



atau



berjumlah 16 orang dan IP di atas 3.00



mengundurkan diri sangat rendah.



Berdasarkan



data



Sub



yang



drop



mahasiswa



out.



yang



Pada



memilih



berjumlah 126 orang. Dari fenomena-fenomena tersebut dan



METODE PENELITIAN



penelitian



Penelitian



sebelumnya



di



Fakultas



menggunakan



desain



Keperawatan Universitas Padjadjaran,



deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian



terlihat bahwa ada masalah psikologis



adalah mahasiswa program A2016 di



yang dialami mahasiswa tahun pertama.



Fakultas



Namun,



Padjadjaran.



berdasarkan



data



SBA,



Keperawatan



Universitas



Teknik



sampling



mahasiswa dengan IP lebih dari 2.75



menggunakan desain total sampling.



mencapai 96,6%.



Sampel dalam penelitian berjumlah 143



Adapun data penunjang lain, yaitu angka



mahasiswa.



drop out mahasiswa A2013 dan A2014.



menggunakan



Berdasarkan data Sub Bagian Akademik



Davidson



(SBA) Fakultas Keperawatan Unpad,



jumlah item 25 (α cronbach = 0,89).



mahasiswa A2013 yang drop out atau



Analisa data menggunakan distribusi



berstatus tanpa keterangan berjumlah 3



frekuensi



Pengambilan kuesioner



Resilience



dan



Scale



nilai



data Connor dengan



mean.



orang dan mahasiswa A2014 berjumlah A2016



HASIL PENELITIAN



Fakultas



Keperawatan



Tahun



Universitas Padjadjaran yang memiliki



Pertama Program A2016 Fakultas



resiliensi rendah terjadi pada perempuan



Keperawatan



berjumlah 72 orang (50,35%); pada usia



Resiliensi



Mahasiswa



Universitas



Padjadjaran



18 – 19 tahun berjumlah 72 orang



Menurut



(50,35%); dan berstatus belum menikah



Karakteristik



sebanyak 77 orang (53,85%).



Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa mahasiswa



tahun



pertama



program



452



Tabel 1 Distribusi Frekuensi Resiliensi Mahasiswa Tahun Pertama Program A2016 Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran (n=143) Frekuensi Resiliensi Tinggi F %



Frekuensi Resiliensi Rendah f %



Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total



12 54 66



8,39 37,76 46,15



5 72 77



3,5 50,35 53,85



Usia