Psikofarmaka Drama [PDF]

Citation preview

DRAMA TENTANG PSIKOFARMAkA Pemeran : Sellie Chaniago sebagai dukun dan paman pasien Erfrika wahdaniyah sebagai Wardah (pasien) Siti Sawa sebagai Ibu pasien Rio Alfitra sebagai ayah pasien Bunga tiara sebagai Perawat 1 Rio Reynaldi sebagai Apoteker Isna Zulmaini sebagai dokter Sri putri Andini sebagai Perawat 2 Seorang gadis desa bernama erfrika menderita skizoprenia, hali ini delatar belakangi oleh pernikahan yang gagal, karena calon suaminya meninggalkan dia pada hari pernikahan tanpa kejelasan yang pasti, ditambah lagi sang ayah yang marah kerena telah mencoreng mukanya karena pernikahan yang gagal. Namun sang ibu tetap memberikan dukungan pada anaknya. Seperti yang kita ketahui kebanyakan masyarakat pedesaan umumnya lebih mempercayai duku ketimbang medis. Namun usaha membawa anaknya ke dukun sia-sia, malahan semakin parah. Karena bnyak sekali mendengar masukan dari pihak luar untuk membawa anaknya ke rumah sakit jiwa, sang ibu akhirnya membawa anaknya kerumah sakit, dan hal itu membuat membuat anaknya sembuh.



(Di sebuah desa, raut kebahagiaan terlihat dari wajah Wardah, karena pernikahan akan dilangsungkan) Ayah : War, Calon suamimu kok belum datang. Acaranya kan sebentar lagi mau dimulai. Ibu : mungkin lagi dijalan pi. Warda: iya pi, papi sabar aja (setelah 30 menti kemudian, sang calon tak kunjung muncul) Paman : om, tadi saya sudah dapat informasi dari keluarganya, bahkan keluarganya tidak tahu, dia hanya meninggalkan sepucuk surat. ( sambil memberi ke ayah dan dirampas oleh Wardah) Wardah : Apaa..?? nggak mungkin.. aku hari ini pasti nikah, calon ku nggak mungkin meninggalkan ku, kami sudah 10 tahun melalui hari-hari indah bersama. Ayah : cepat carii lagi.. ku dak mau tahu.. papi ken lah bilang, dari awal ge papi lahg dak setuju. K au agik nek lah same die. Puas kau malu ken keluarga.



Warda : ( menagis sambil menjerit) Ibu : sabar nakk,, mugkin lom jodoh e. (Wardah langsung pingsan, dan para tamu undangan hiruk pikuk) Setelah Warda sadar, dia hanya melamun, tertawa dan menangis seorang diri. Ibu : Nak, makan luk lah, dari kemaren k tu lom makan, lom tiduk, nanti k saket.(sambil membawa nasi) Warda : (sambil membuang makanan) ape tuhh.. hahahahah.. repot.. q nek nek nikah.. (sambil tertawa) Ibu : Astagfirullahalazim. Istifar nak.. Wardah: diemmm kauu.. diemm, gara-gara kau lah die ninggalin ku. Menydari ada hal yang mengganjal pada anaknya sang ibu pun membawanya ke dukun di desa. Dukun : kau nek ngape kesini. ? Ayah : cem ni mang, anak q kemaren tuh lah nek nikah, pas hari H e, calon laki e tuh pegi dak bekabar, keluarga e ge dak tau kemane die pergi e, tu lah anak ku macem nih sekarang. Lahg pening palak q nih. Dukun : bentar lukk,, ku ngeliet e. Ibu : tolong lah mang, ni anak kami sikok sikok e, q kesian liet die macem nih terus. Dukun : (sambil membaca mantra) Wardah ; (sambil menepis tangan ) ape2 nihh.. q nggak,, gile k nihh.. k ap ken q nihh.. q nihh cume nek nikah. Dukun : anak ikak nih tekenak barang tu lah calon e tu lari,, Ibu : jadi macem mane mang. Dukun : ni ikak minum be aek jampik2 nihh.. minum sudah magrib. Misal ngamuk2 usap kan be ke muke e. setelah beberapa bulan ke dukun itu, wardah tak kunjung sembuh, malahan semakin parah. Banyak sekali tetangga yang menyarankan untuk melakukan pengobatan secara medis, dan mendapat tanggapan positif dari pihak keluarga. Perawat 1 : selamat siang, dengan RSJ Sungai liat, ada yang bisa kami bantu. Ayah : selamat siang bu, anak saya ini mengalami gangguan kejiwaan, saya ingin melakukan konsultasi dengan dokter, kira-kira kapan ya dokter ada waktu. Perawat 1 : ohh kalua begitu bapak langsung aja datang ke RJS kami. Kami siap membantu 24 jam.



Setelah membuat janji pihak keluarga pasien pergi ke RSJ. Perawat 2 : selamat siang pak, bu, dengan bapak Rio dan Ibu sawa kan. Ayah ; Iya Perawat 2 : mari saya tunjukkan ruang dokternya. Dokter : selamat siang pak , ibu, silakan duduk, siapa yang sakit. Ibu : anak saya bu, Dokter : kenapa, bisa seperti ini bu. Ibu : biasalah bu, putus cinta, Dokter : Sudah berapa lama seperti ini nya. Ibu : Sudah hampir sebulan sih bu. Dokter : anaknya di rawat inap disini dulu ya bu, untuk di periksa lebih lanjut. (setelah di periksa, dokter telah mendiagnosa bawa wardah menderita penyakit skrizoprenia) Saat di rawat inap Wardah, tiba2 mengamuk. Wardah : Q nggakk, q bunuh k, q nek nikah. Perawat 1 : tolong cepat ambil obat injeksi diazepam, pasien sudah mengamuk. Perawat 2 : oke.. (setelah pasien menjadi tenang, keluarga pasien menemui dokter) Ayah : gimana dok, keadaan anak saya.? Ibu : Gimana dok.. cepat dok ? Dokter : anak ibu,bapak menderita skrizoprenia, kelihatannya harus di rawat inap. Ayah : kami sekeluarga tidak setuju kalau anak kami harus di rawat disini. Dokter : kalu gak mau, saya resepkan obat dan ibu bisa menebus obatnya di apotek Rumah sakit ini, langsung ke apoteker nya. Tetapi kalau sewaktu-waktu anak ibu kambuh harus langsung di bawa ke rumah sakit. Ayah :ohh, iya dok, Dokter : kalau obat anak bapak habis, bapak datang lagi ke sini untuk mengambil obat, tapi jangan sampai menghentikan pengobatan. Ayah : ohh iya pak.



(setelah selesai menemui dokter, orang tua pasien ke apotek untuk menebus obatnya) Ayah : bu, ini resep dari dokternya. Apoteker : anak bapak menderita skrizoprenia yah..? Ayah : ohh iya.. dokter juga tadi sudah menjelaskan. Apoteker : ohh.. tunggu sebentar ya pak, obatnya sedang diambil (setelah menunggu, obat pun datang ) Apoteker : ini pak obatnya, namanya persidal, obat ini mengandung resperidon 2 mg, penggunaannya untuk hari pertama 2 mg per hari. Artinya satu tablet ya pak. Hari ke dua 4 mg/hari, 2 mg pagi, 2 mg malam, untuk hari ketiga 6 mg/hari 2 mg pagi, 2 mg siang, 2 mg malam. Untuk hari seterusnya sama dengan hari kedua, efek samping obat ini mengantuk, tremor,pergerakan wajah tanpa di sengaja, gangguan sistem pencernaan, ruam kulit. Obat ini disimpan suhu ruang. Ayah : bu, mau tanya, kan dokter tadi bilang, kalau obat ini habis tidak boleh berhenti minum obatnya, kenapa ya bu ? Apoteker : karena, pasien yang menderita skrizoprenia memerlukan pengobatan jangka panjang, karena takutnya jika terjadi kekambuhan akan bertambah parah. Anak bapak apakah pernah menderita penyakit ginjal atau hati. Ayah : ohh tidak.. tadi juga sudah konsul sama dokternya. emangnya kenapa ya bu.? Apoteker : karena obat ini dapat memperparah penyakitnya bu, Ayah dan ibu : makasih ya bu. setelah beberapa waktu, pihak keluarga merasa ada yang janggal dalam pemberian obatnya, karena obat yang diberikan dosisnya selalu berkurang, dan suatu waktu pihak keluarga mendapat resep dari dokter dan menyanyakan hal yang janggal tersebut kepada apotekernya. Apoteker :ini ibu obatnya ? Ibu : begini bu saya heran dengan obat yang diberikan, kenapa dosisnya selalu berkurang. Apa karena anak saya sudah mau sembuh ya ? Apoteker : begini bu, anak ibu kan menderita skrizoprenia, dan membutuhkan obat2 anti psikotik. Setelah terapi jangka panjang penghentian obat antipsikotik ini, sebaiknya di lakukan secara bertahap. Dan harus di awasi secara ketat untuk menghindari gejala putus obat yang parah atau kekambuhan yang parah bisa terjadi. Ibu : ohh begitu ya bu,, makasih ya. (setelah beberapa waktu, dengan dukungan keluarga dan pengobatan secara farmakologi sedikit demi sedikit Wardah sudah bisa berkomunikasi dengan baik, layaknya orang normal.)