Psikologi Kejiwaan Manusia [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Azzah
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

GEJALA KEJIWAAN MANUSIA MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar psikologi



Dosen pengampu : Drs.H.M.Musthofa, SH.Mag Tim penyusun : Azzah Sholihah



(D91219104)



Miftahul Jannah



(D91219124)



Mochammad Alfan Fauzi



(D01219034)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan kita nikmat serta hidayahnya sehingga kita dapat dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik, sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada nabi besar Muhammad SAW. Yang telah menunjukkan kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang yakni addinul islam. Kami ucapkan kepada Bapak Drs.H.M.Musthofa, SH.Mag yang telah memberikan materi dengan judul ini, karena dengan disusunya makalah ini kami dapat lebih mendalami tentang materi yang diberikan, tak lain kami sampaikan banyak terimakasih kepada berbagai pihak yang telah menjadi sumber wawasan pengetahuan kami. Kami selaku penyusun makalah ini menyadari akan kesalahan baik dalam penulisan maupun tatanan bahasa, kami dengan senang hati menerima saran dan kritik pembaca untuk menyempurnakan makalah kami. Semoga dengan tersusunya makalah ini bermanfaat untuk kita semua.



Surabaya, 14 Maret 2020



Tim penyusun



DAFTAR ISI HALAMAN COVER…………………………………………………………….i KATA PENGANTAR……………………………………………………………ii DAFTAR ISI……………………………………………………………………..iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………………………………………………….1 B. Rumusan Masalah………………………………………………………...2 C. Tujuan Masalah…………………………………………………………...2 BAB II PEMBAHASAN A. Gejala Jiwa Kognisi………………………………………………………3 B. Gejala Jiwa Emosi……………………………………………………….16 C. Gejala Jiwa Konasi………………………………………………………19 D. Gejala Jiwa Campuran…………………………………………………...29 BAB III KESIMPULAN……………………………………………………......39 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...40



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan di dunia ini manusia banyak melakukan kegiatan bermacam-macam. Aktifitas yang sangat banyak tersebut manusia juga dihadapkan dengan berbagai macam masalah. Karena dalam kehidupan di dunia manusia tidak lepas dari berbagai macam masalah, persoalan, dan cobaan. Masalah yang dihadapi begitu banyak, seperti tentang bencana alam, musibah, masalah ekonomi dan sebagainya. Di sini manusia membutuhkan solusi atau jalan keluar yang diperlukan dalam membantu menyelesaikan masalah yang hadapinya. Masalah yang dihadapi manusia dalam kehidupanya terdiri atas dua jenis, yaitu yang berkaitan dengan jasmani dan jiwa. Mungkin jika yang berhubungan dengan masalah jasmani, seperti mengalami sakit ditubuh, maka manusia dapat meminta bantuan kepada seorang dokter yang ahli dalam bidang jasmani. Tetapi dalam masalah kejiwaan, di dalamnya terdapat berbagai macam gejala, seperti gejala emosi, konasi, dan campuran. di sini manusia memerlukan bantuan untuk mengatasi gejala kejiwaan yang dialaminya. Dan ada sebuah ilmu yang khusus untuk mempelajari tentang jiwa manusia. Yaitu yang disebut dengan psikologi. Psikologi ialah ilmu pengetahuan tentang tingkah laku dan psikis (jiwa) manusia,1 Jadi segala sesuatu yang menyangkut tentang kejiwaan yang dialami manusia akan dibahas di dalam psikologi, baik segala aktifitas-aktifitas atau gejala yang dialami oleh jiwa manusia. Di dalam psikologi dipaparkan banyak tentang gejala jiwa yang dialami oleh manusia, diantaranya ada gejala jiwa kognisi, gejala jiwa emosi, gejala jiwa konasi, dan gejala jiwa campuran. Dari berbagai macam pembahasan mengenai gejala jiwa yang ada dalam psikologi ini, setidaknya membantu manusia dalam mengetahui gejala-gejala jiwa yang dialaminya. karena di dalam gejala jiwa yang di paparkan oleh psikologi,



1



Kartini Kartono, Psikologi Umum (Bandung:Mandar Maju, 1990), 1.



menjelaskan secara mendalam tentang pengertian, jenis, sebab, fungsi serta solusi terhadap gejala-gejala kejiwaan manusia. B. Rumusan Masalah Berdasarkan dari penjelasan latar belakang diatas penyusun dengan ini merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengertian gejala jiwa kognisi dan macamnya ? 2. Bagaimana pengertian gejala jiwa emosi dan tingkatannya ? 3. Bagaimana pengertian gejala jiwa konasi dan tingkatanya ? 4. Bagaimana pengertian gejala jiwa campuran dan macamnya ? C. Tujuan Masalah Dari rumusan masalah diatas, penyusun membuat tujuan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengertian gejala jiwa kognisi dan macamnya 2. Untuk mengetahui pengertian gejala jiwa emosi dan tingkatannya 3. Untuk mengetahui pengertian gejala jiwa konasi dan tingkatanya 4. Untuk mengetahui pengertian gejala jiwa campuran dan macamnya



BAB II PEMBAHASAN A. Gejala Jiwa Kognisi Gejala jiwa kognisi adalah segala hal yang berkaitan dengan otak manusia, Suryani dalam bukunya menjelaskan bahwa Psikologi Kognitif adalah studi tentang bagaimana orang mempersepsikan, belajar, mengingat dan berpikir tentang suatu informasi. Sedangkan kognisi adalah kegiatan mengetahui, memperoleh, mengorrganisasikan dan menggunakan pengetahuan. Dalam gejala jiwa kognisi terbagi menjadi beberapa bagian yang saling berkaitan satu sama lain, macam-macam kognisi yakni sebagai berikut : 1. Pengamatan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kognisi adalah kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan (termasuk kesadaran, perasaan, dsb) atau usaha mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri, atau proses, pengenalan, dan penafsiran lingkungan oleh seseorang. Pengamatan (Penyerapan, perception) ialah hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya perangsang.2 Sejak seseorang dilahirkan, sejak itu pula ia secara langsung berhubungan dunia luarnya. Mulai saat itu ia menerima secara langsung stimulus atau ransangan dari luar disamping menerima rangsangan dari dirinya sendiri. Ia mulai merasa kedinginan, mulai meraskan panas, mulai merasakan sakit, senang, tidak senang dan sebagainya. Seseorang mengenal dunia sekitarnya dengan menggunakan alat indranya. Bagaimana ia dapat menyadari keadaan sekitar, merupakan persoalan yang berhubungan dengan pengindraan dan pengamatan. Pengamatan atau persepsi aktifitas jiwa yang memungkinkan mengenali rangsangan-rangsangan yang sampai kepadanya melalui alat-alat indranya. Agar ia dapat menyadari sesuatu, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu :



2



Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta, Rineka Cipta, 2009), hlm. 66-67.



1. Adanya objek yang diamati. Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indra atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar langsung megenai alat indra (reseptor), dapat datang dari dalam, yang langsung mengenai syarat penerima (sensons). 2. Alat indra atau reseptor yang cukup baik, yaitu merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu, harus ada pula syarat sensoris yang cukup baik sebagai alat untuak meneruskan stimulus yang diterima reseptor kepusat susunan syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran. 3. Untuk menyadari atau untuk mengadakan pengamatan sesuatu diperlukan pula adanya perhatian, yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan pengamatan. Tanpa perhatian tidak akan terjadi pengamatan.3 Pengamatan Melalui Pancaindra: 1. Melalui Indra Penglihatan Alat yang berhubungan dengan penginderaan ini adalah mata. Indera ini menerima perangsangan cahaya, dan kerjanya dapat dibedakan menjadi 3 golongan: a. Menurut adanya cahaya: terang dan gelap b. Menurut Warna, ada warna-warna seperti: Merah, Jingga, Biru, Kuning, Ungu, hitam, putih, dan abu-abu c. Menurut ukuran: besar, bentuk, dan jarak4 Dalam Psikologi, dikenal empat warna pokok, yaitu: Merah, kuning, hijau dan biru. Jika masing-masing warna ini ditempatkan pada sudut segi empat, maka pada sisinya dapat kita temukan semua warna lainnya. Misalnya, warna ungu pada garis merah biru, oranye pada garis merah kuning, dan abu-abu pada garis hijau biru, dan lainnya.5



3



Merah



Kuning



Biru



Hijau



Ibid, hlm. 65-66. Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 23. 5 Kartini Kartono, Psikologi Umum, (Bandung: CV Mandar Maju, 1990), hlm. 52. 4



2. Melalui Indra Pendengaran Telinga merupakan salah satu alat untuk dapat mengetahui sesuatu yang ada di sekiternya. Telinga dapat dibagi atas beberapa bagian yang masing-masing mempunyai fungsi atau tugas sendiri-sendiri, yaitu: a. Telinga bagian luar, yaitu merupakan bagian yang menerima stimulus dari luar. b. Telinga bagian tengah, yaitu merupakan bagian yang meneruskan stimulus yang diterima oleh telinga bagian luar, jadi bagian ini merupakan “transformer”. c. Telinga bagian dalam, yaitu merupakan reseptor yang sensitif yang merupakan saraf-saraf penerima. 3. Melalui Indra Penciuman Orang dapat mencium bau melalui indra pencium yaitu hidung. Sel-sel penerima atau reseptor bau terletak dalam hidung sebelah dalam. Stimulusnya berwujud benda-benda yang bersifat khemis atau gas yang dapat menguap mengenai alat penerima yang ada dalam hidung kemudian diteruskan oleh saraf sensoris ke otak, dan sebagai respons dari stimulus tersebut orang dapat menyadari apa yang diciumnya. 4. Melalui Indra Pengecap Ini berlangsung karena adanya rangsangan-rangsangan cairan pada lidah dan tekak (langit-lamgit) lunak. Kepekaan orang untuk indera pengecap ini pun sangat berbeda. Kita membedakan empat cita rasa/pengecapan, yaitu manis, asam, asin, dan pahit. Sedangkan yang lainnya merupakan kombinasi dari keempat cita rasa itu. 5. Melalui Indra Peraba Indra peraba yaitu kulit, dapat merasakan rasa sakit, rabaaan, tekanan, dan temperatur. Tetapi tidak semua bagian dari kulit dapat menerima stimulus-



stimulus tertentu. Rasa-rasa tersebut merupakan rasa-rasa kulit yang primer, sedangkan disamping itu masih terdapat variasi yang bermacam-macam.6 Sensasi somatosensori merupakan sensasi-sensasi yang terjadi dari badan. Sensasi Somatosensori yang kita ketahui pada umumnya sistem somatosensori terdiri dari tiga sistem yang terpisah yang saling berinteraksi dengan media yang berbeda. Tiga sistem tersebut adalah: a. Sistem eksteroreseptif, dengan indra kulit sebagai medianya dalam menerima stimuli dari lingkungan eksternal. b. Sistem proprioseptif, memonitor informasi tentang posisi tubuh yang datang dari reseptor-reseptor di otot, sendi dan organ keseimbangan. c. Sistem interoseptif, stimulusnya berupa informasi umum tentang kondisi dalam tubuh seperti temperatur dan tekanan darah. 7 Kognisi dapat mempengaruhi afek sebagai rangsang dari dalam (internal stimulus), sama halnya dengan pengaruh rangsang dari luar (external stimulus).8 2. Tanggapan Tanggapan adalah bayangan kesan kenangan dari pada apa yang pernah kita amati/kenali.9 Tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa yang pokok, dapat diartika sebagai gambaran ingatan dari pengamatan, ketika objek yang telah diamati tidak lagi berada dalam ruang dan waktu pengamatan. Jadi, jika proses pengamatan sudah berhenti, dan hanya tinggal kesan-kesannya saja, peristiwa sedemikian ini disebut sebagai tanggapan. Mialnya, berupa kesan pemandangan alam yang baru kita lihat, melodi indah yang baru, menggema, dan lain-lain. Apabila tanggapan-tanggapan yang kita sadari itu langsung berpengaruh pada kehidupan kejiwaan (berfikir, perasaan, dan pengenalan). Maka fungsi tanggapan tadi disebut sebagai “fungsi primer”. Selanjutnya, apabila tanggapantanggapan yang sudah tidak disadari dan ada dalam bawah sadar itu masih terus 6



Sabab Jalal, dikutip dari http://sababjalal.wordpress.com/2011/11/03/contoh-makalhgejalapengenalan kognisi/ bab Jalal. (Diakses pada 25 Feb 2020). 7 Irani Indri Hapsari, Psikologi faal, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 156. 8 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi sosial individu dan teori-teori psikologi sosial, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm. 130. 9 Abdul Basyir, 2012, dikutip dari http://abdulbasyiir.blogspot.com/2012/10/kognisi-gejalapengenalan.html/ . (Diakses pada 25 Feb 2020)



berpengaruh terhadap kehidupan kejiwaan kita maka fungsi tanggapan itu disebut sebagai “fungsi sekunder”. Individu yang memiliki “fungsi sekunder lemah” atau memiliki ”fungsi primer dominan”, mempunyai ciri-ciri khas, banyak gerakannya, lincah, cermat, menarik, ramah, mudah mengerti, namun dangkal pengetahuannya, suka mengajuk (menduga), berani, gagah, banyak humor, mempunyai kecenderungan untuk berlebih-lebihan, bermulut besar, gembira akan tetapi juga mudah berkecil hati, suasana hatinya tidak tetap dan mudah berganti-ganti.Sedangkan orang yang mempunyai ”fungsi sekunder dominan“ memiliki sifat-sifat sebagai berikut: suasana hatinya tenang, tekun, hemat, teliti, wataknya tertutup, berbicara dan ketawanya sedikit, sering kelihatan kaku, tidak menarik dan membosankan.10 Segala sesuatu yang pernah kita amati/alami selalu tertinggal jejaknya atau kesannya didalam jiwa kita. Bekas jejak/kesan dari luar yang tertinggal pada kita itu dapat kita timbulkan kembali (Reproduksi) sebagai Tanggapan. Reproduksi suatu tanggapan itu dari keadaan bawah sadar kedalam ke adaan sadar. Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa tanggapan itu adalah bayangan/kesan kenangan dari apa yang pernah kita amati dan kenali. 11 Tanggapan disebut latent (tersembunyi, belum terungkap), apabila tanggapan tersebut berada dibawah sadar, atau tidak disadari. Sedangkan tanggapan yang disebut aktual, apabila tanggapan tersebut kita sadari. Perbedaan antara tangggapan dan pengamatan: a. Pengamatan terikat pada tempat dan waktu, sedang pada tanggapan tidak terikat pada waktu dan tempat. b. Objek pengamatan sempurna dan mendetail, sedangkan objek tanggapan tidak mendetail atau kabur. c. Pengamatan memerlukan perangsang, sedang pada tangapan tidak perlu perangsang.



10 11



Abu Ahmadi, Psikologi..., hlm. 68-69. F. patty, dkk, Pengantar Psikologi Umum, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), hlm. 61



d. Pengamatan bersifat sensoris, sedang pada tanggapan bersifat immaginer.12 Tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa dapat diartikan sebagai gambaran atau bayangan yang tertinggal dalam diri manusia sesudah melakukan persepsi terhadap suatu obyek atau peristiwa. Menurut Suryabrata tanggapan selain menghidupkan kembali apa yang telah dipersepsi juga dapat mengantisipasi sesuatu yang akan datang atau yang terjadi saat ini.13 Berdasasarkan indera yang digunakan untuk malakukan persepsi, maka tanggapan dapat dibedakan:14 tanggapan visual, merupakan hasil persepsi yang dilakukan indera mata; tanggapan auditif, hasil pengamatan indera telinga; tanggapan olfaktorik, hasil indera hidung; tanggapan gustative, hasil indera lidah; tanggapan taktil, hasil indera kulit. Tanggapan memiliki peranan penting dalam proses belajar anak didik, khususnya dalam proses memperoleh pengertian. Urutan proses itu adalah: persepsi-bayangan pengiring (bayangan yang timbul sesudah kita melihat suatu warna untuk beberapa saat, kemudian mengalihkan pandangan ke latar belakang putih. Jika bayangan yang tampak sesuai warna obyek aslinya, maka bayangan pengiring bersifat positif dan sebaliknya), bayangan eiditik (bayangan yang sangat jelas dan hidup sehingga orang memiliki tanggapan seolah-olah megamati kembali obyeknya, bayangan eiditik ini biasanya terdapat pada anak-anak, wanita, seniman, dan orang-orang genius), tanggapanpengertian/pemahaman terhadap suatu obyek. 3. Fantasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, fantasi adalah gambaran (bayangan), angan-angan, khayalan, bukan kejadian yang sebenarnya. Fantasi merupakan kemampuan jiwa untuk membentuk tanggapan baru atas tanggapan yang telah ada. Kemampuan jiwa individu untuk berkreasi dalam khayalan sebelum dituangkan dalam dunia nyata. Fantasi dapat diklasifikasikan atas: 15 12



Abdul Basyir, 2012, dikutip dari http://abdulbasyiir.blogspot.com/2012/10/kognisi-gejalapengenalan.html/ . (Diakses pada 25 Feb 2020). 13 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, hlm. 36. 14 Mahmud Dimyati, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Perguruan Tinggi, 1989), hlm. 3–4. 15 Rumini dkk, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: UPP UNY, 1995), hlm. 6



1) fantasi yang tidak disadari, terjadi jika individu tidak sadar telah dituntun oleh fantasinya, individu melampaui dunia riil. Misalnya melamun. 2) fantasi yang disadari, terjadi jika individu menyadari akan fantasinya. Fantasi jenis ini terbagi atas dua yaitu fantasi menciptakan sesuatu, contoh desainer pakaian menciptakan model pakaian, fantasi terpimpin, individu mengikuti fantasi yang diciptakan orang lain, contoh orang yang menonton film. Berdasarkan cara individu berfantasi, dibedakan atas:16



fantasi yang



mengabstraksi yaitu cara orang berfantasi dengan mengabstraksikan beberapa bagian, sehingga ada bagian yang dihilangkan; fantasi yang mendeterminasi, misalnya anak belum pernah melihat harimau tetapi telah melihat kucing, maka kucing digunakan sebagai bahan untuk memberikan pemahaman tentang harimau, fantasi yang mengkombinasi yaitu cara berfantasi dengan mengkombinasikan tanggapan-tanggapan yang ada pada individu yang bersangkutan, contohnya ingin membangun rumah dengan mengkombinasikan model Eropa dengan atap model rumah Minangkabau. Kegunaan fantasi adalah merupakan sarana memahami orang lain, individu berpeluang melepaskan diri dari keterikatannya dengan ruang dan waktu sehingga membantu manusia untuk bercita-cita.17 Faktor-faktor penyebab timbulnya fantasi yaitu adanya waktu senggang, tidak ada aktivitas tertentu, adanya harapan atau cita-cita, adanya berbagai kesulitan pemecahan masalah, sedang dirundung asmara, adanya kelemahan pribadi yang menyebabkan untuk membuat defense mechanism atau mekanisme pertahanan diri.18 Tes yang sering digunakan untuk mengetes fantasi yaitu:19 a) Tes TAT ialah tes yang berupa gambar-gambar dan testeer disuruh bercerita tentang gambar tersebut. b) Tes kemustahilan, tes yang berbentuk gambar atau cerita yang mustahil terjadi. c) Heilbronner Wirsma Test ialah tes berupa seri gambar yang makin lama makin sempurna. 16



Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, hlm. 115. Rumini dkk, Psikologi Pendidikan, hlm. 7. 18 Dakir, Dasar-Dasar Psikologi, (Yogyakarta: FIP IKIP, 1984), hlm. 74. 19 Bimo Walgito, Pengantar…, hlm. 116. 17



d) Rorschach Test, tes berwujud gambar-gambar dan testeer disuruh menginterpretasikan gambar itu. Fantasi lebih bersifat subyaktif, tanggapan yang terjadi karena fantasi disebut tanggapan fantasi. 4. Memory Memory adalah kemampuan jiwa individu untuk memasukkan/ learning, menyimpan/retention dan menimbulkan kembali/remembering hal-hal masa lalu. Istilah



lain



yang



sering



juga



dipakai



adalah



memasukkan/encoding,



menyimpan/strorage, dan menimbulkan kembali/retrieval terhadap persepsi atau peristiwa lampau.20 Jika individu melakukan persepsi, maka apa yang dipersepsi itu sama sekali tidak hilang melainkan disimpan dalam memory dan jika diperlukan pada suatu waktu dapat ditimbulkan kembali. Terkadang apa yang dipersepsi dapat pula tidak langsung ditimbulkan di alam kesadaran sebagai memory output, tetapi disimpan dalam ingatan dalam waktu yang lama dan jika diperlukan dapat dimunculkan kembali ke alam kesadaran. Hal ini disebut long term memory oleh Morgan dkk.21 yang jarak pemunculan kembali di atas 30 detik sedangkan short term memory jarak waktu antara pemasukan stimulus dan pemunculan kembali sebagai memory output berkisar 20-30 detik. Informasi dalam memori jangka pendek cenderung disandikan secara akustik dan sandi visual, fakta yang paling menonjol tentang memori jangka pendek adalah kapasitas penyimpanannya yang terbatas 2-7 butir kata. Berdasarkan kemampuan masing-masing individu dalam menerima kesan, maka ada orang yang mudah memasukkan kesan demikian pula sebaliknya. Beberapa metode yang digunakan untuk menimbulkan kesan-kesan dengan cepat di antaranya metode ganslem, yaitu metode belajar secara keseluruhan, untuk menghafal sesuatu yang hanya sedikit, metode teillem yaitu metode belajar bagian demi bagian untuk menghafal bahan yang banyak, caranya dipelajari sedikit demi sedikit lalu digabungkan, metode vermittelende ialah kombinasi antara metode ganslem dan teillem. Lebih lanjut Ahmadi mengemukakan tentang metode penyelidikan memori yaitu metode mempelajari, 20 21



Bimo Walgito, Pengantar…, hlm. 118. Ibid, hlm. 119.



metode mempelajari kembali, metode rekonstruksi, mengenal kembali, metode mengingat kambali dan metode asosiasi berpasangan.22



Kemampuan memori



manusia itu terbatas yaitu tidak semua yang disimpan dalam memori dapat ditimbulkan kembali di alam kesadaran. Hal inilah yang meyebabkan manusia mengalami kelupaan. Kelupaan terjadi karena fungsi fisiologis sangat berpengaruh pada pusat kesadaran yaitu otak. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Ebbinghaus dan Boreas menunjukkan bahwa kekuatan mengingat pada manusia makin lama semakin berkurang yang akhirnya manusia dapat mengalami kelupaan. Subyek yang ditugaskan menghafal kata-kata akan menghasilkan kemampuan memori, sebagai berikut: setelah 0 jam penyimpanan = 58%, 1 jam penyimpanan = 44%, 9 jam penyimpanan 36%, 24 jam penyimpanan = 34%, 48 jam penyimpanan = 28%, setelah 6 hari penyimpanan =25%, 31 hari penyimpanan = 21%.23 Kesimpulan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kelupaan dapat terjadi karena materi yang disimpan tidak sering dimunculkan kembali akhirnya manusia menjadi lupa. Walgito mengatakan ada dua macam teori tentang kelupaan, yaitu: 24 1) teori



Atropi,



ingatan/memory



kelupaan traces



terjadi



telah



lama



karena



jejak-jejak



mengendap,



tidak



dimunculkan kembali ke kesadaran 2) teori interferensi, terjadi karena memory traces saling mengganggu, saling bercampur aduk sehingga menimbulkan kelupaan, teori ini terbagi lagi menjadi : a) interferensi proaktif bahwa materi yang mendahului akan mengganggu materi yang datang kemudian b) interferensi retroaktif bahwa materi yang dipelajari



kemudian dapat



mengganggu materi yang dipelajari dahulu. Korelasi antara apa yang diingat dengan yang dilupa adalah berbanding terbalik, artinya bahwa



22



Abu Ahmadi, Psikologi…, hlm. 73–74 Dakir, Dasar…, hlm. 66–67. 24 Bimo Walgito, Pengantar…, hlm. 126. 23



semakin banyak yang diingat, maka semakin sedikit yang dilupakan demikian pula sebaliknya. 5. Berpikir Pencapaian tertinggi spesies manusia adalah berasal dari kemampuannya untuk melakukan pemikiran kompleks dan mengkomunikasikannya. Proses berpikir memiliki banyak aktivitas mental, pada semua kasus berpikir dapat dianggap sebagai “bahasa otak”. Suatu cara berpikir bersesuaian dengan aliran kalimat sehingga kita tampaknya mendengar dipikiran kita. Hal ini dinamakan pikiran propossional karena mengekspresikan usul atau tuntutan); cara lain bersesuain dengan citra visual sehingga kita dapat melihat alam pikiran kita, inilah yang disebut pikiran imajiner; cara yang bersesuaian dengan urutan pergerakan mental yang disebut pikiran motorik.25 Salah satu sifat berpikir adalah tujuan yang ingin diraih guna mendapatkan pemecahan masalah. Berpikir dapat disebut sebagai pemrosesan informasi dari stimulus yang ada sampai problem solving. Berpikir merupakan proses dinamis karena manusia aktif dalam menghadapi halhal abstrak. Pada proses berpikir manusia membuat korelasi antara obyek dengan pengetahuan yang sudah dimiliki dalam wujud pengertian atau pemahaman. Pada umumnya simbol yang digunakan dalam proses berpikir berupa kata-kata atau bahasa. Dengan begitu, sering dikatakan bahwa bahasa dan berpikir saling berkaitan.



Artinya,



manusia



yang



berpikir



menyumbangkan



pendapat,



pemahaman, keputusan atau kesimpulan dengan mengguanakan bahasa. Menurut Crow & Crow, ada dua jenis berpikir, yaitu: 26 1) Berpikir reflektif yaitu kemampuan jiwa manusia dalam menyeleksi pengetahuan yang pernah didapat yang relevan dengan tujuan masalah. Lebih lanjut dikatakan bahwa proses-proses mental yang menyertai berpikir reflektif ialah direction: perhatian dan minat yang diarahkan pada tujuan; interpretation: interpretasi pada hubungan-hubungan yang terdapat pada tujuan; selection: mengingat kembali dan memilih 25



Rita Atkinson, Atkinson Richard, Smith Edward, Bem Daryl., a.b. Kusuma Widjaja, Pengantar Psikologi, hlm. 548. 26 Crow, Lester D., and Crow, Alice. a.b. Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Nurcahaya, 1984



sejumlah pengetahuan yang pernah didapatkan; insight: adanya pemahaman manusia; creation: pembentukan pola-pola mental baru; criticism: penilaian terhadap kesanggupan penyelesaian masalah. Langkah-langkah berpikir reflektif yaitu manusia merasakan adanya masalah, melokalisasi dan memberi batasan kesukaran pemahaman terhadap masalah, menemukan korelasi memformulasikan hipotesishipotesis, mengevaluasi hipotesis, menerapkan cara problem solving yaitu menerima atau menolak kesimpulan; 2) Berpikir kreatif adalah kemampuan jiwa menerima, memberi alasan kritis dan mempergunakan hasilnya dalam problem solving. Tahapan berpikir



kreatif



yaitu



tahap



persiapan,



tingkat



seseorang



memformulasikan masalah dan mengumpulkan data; tahap inkubasi, tingkat berlangsungya masalah dalam jiwa manusia; tahap iluminasi, tingkat pemahaman yaitu masalah sudah terpecahkan; tahap evaluasi yaitu mengecek apakah pemecahan yang diperoleh cocok atau tidak; tahap revisi, melakukan perbaikan terhadap hasil. adalah



mencari



pemecahan



masalah



yang



Tujuan berpikir



sedang



dihadapi.



Berdasarkan data yang ada, maka diambillah suatu kesimpulan. Bermacam-macam cara penarikan kesimpulan, yaitu: 27 a)



kesimpulan analogi yaitu kesimpulan yang diambil berdasarkan adanya persamaan dari suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya,



b) kesimpulan induktif yaitu kesimpulan yang diambil dari hal yang bersifat khusus ke hal yang bersifat umum, c) kesimpulan deduktif adalah kesimpulan yang ditarik atas peristiwa yang bersifat umum menuju peristiwa yang bersifat khusus. Contoh penarikan kesimpulan deduktif adalah dengan silogisme, di dalamnya terdapat tiga pendapat yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Jadi, dalam silogisme kesimpulan yang ditarik berdasarkan premis mayor dan premis minor. Pada hakekatnya manusia senantiasa melakukan aktivitas berpikir



27



Bimo Walgito, Pengantar…, hlm. 142–144.



baik



untuk



bahan



perenungan,



menciptakan



kreativitas,



maupun



memecahkan masalah yang dihadapi. 6. Intellegensi Umumnya



manusia



mengenal



inteligensi



sebagai



istilah



yang



menggambarkan kecerdasan, kepintaran, maupun kemampuan untuk memecahkan masalah. Intellegensi berasal dari kata Latin intelligere yang



berarti



mengorganisasikan, menghubungkan atau menyatukan satu dengan yang lain. 28 Gardner mengemukakan bahwa intelegensi adalah suatu kapasistas untuk memecahkan masalah dan untuk menciptakan produk di lingkungan yang kondusif dan alamiah. Teorinya multiple intellegences yang terdiri atas 9 jenis inteligensi yaitu: 1. Kecerdasan verbal/word smart ialah suatu kemampuan menggunakan kata secara efektif baik secara lisan misalnya pendongeng, orator, politisi maupun secara tertulis seperti wartawan, sastrawan, dan editor. Menurut Buzan, kecerdasan verbal dapat dimanfaatkan untuk menemukan dan menjelajahi dunia baru; menggairahkan imajinasi; mempelajari



lebih



jauh



kehebatan



otak



dan



bagaimana



memfungsikannya; merasakan kembali nikmatnya bermain-main dengan kata dan makna kata; mempelajari rahasia cara membaca cepat dan cara memahami sesuatu secara lebih tajam; mempelajari cara-cara mempengaruhi orang lewat ucapan dan tulisan. 2. Kecerdasan



matematis



logis/number



smart



yaitu



kemampuan



menggunakan angka dengan baik seperti ahli matematika, akuntan pajak, ahli statistik dan melakukan penalaran yang benar misalnya ahli pemrogram komputer. 3. Kecerdasan



spasial/picture



smart



adalah



suatu



kemampuan



mempersepsi dunia spasial visual dan dapat mentransformasikannya seperti arsitek, dekorator, penemu, dan seniman. 4. Kecerdasan kinestesis-jasmani/body smart yaitu suatu kapasitas menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan 28



Ibid, hlm. 146.



seperti aktor/aktris, atlit, penari, pantomin serta keterampilan menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu misalnya pengrajin, pematung, ahli mekanik, dokter bedah. 5. Kecerdasan musikal/music smart yaitu kemampuan menangani bentukbentuk



dengan



cara



membedakan:



kritikus



mempersepsi:



musik,



menggubah:



penikmat komposer,



musik, dan



mengekspresikan seperti penyanyi. 6. Kecerdasan naturalis/nature smart yaitu keahlian mengenali dan mengkategorikan spesies flora dan fauna di lingkungan alam sekitar seperti pencinta alam, ahli lingkungan hidup, pencinta binatang dan tanaman. 7. Kecerdasan interpersonal/people smart suatu kompetensi mempersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi, serta perasaan orang lain. Kecerdasan ini diperlukan untuk meningkatkan sosialisasi. 8. Kecerdasan interpersonal/self smart adalah suatu kemampuan untuk mengenali diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman itu, kecerdasan



ini



dilakukan



untuk



perenungan



mendalam



atau



berkonsentrasi. Kecerdasan ini berhubungan dengan kecerdasan emosional. 9. Kecerdasan eksistensial yaitu kemampuan pengetahuan tentang keberadaan manusia, tetapi kecerdasaan ini masih dipertajam keberadaannya. Lebih lanjut Hernowo mengemukakan bahwa tidak ada kecerdasan yang berdiri sendiri saat digunakan oleh individu. Penggunaan satu kecerdasan akan melibatkan dua atau lebih kecerdasan



lainnya.



kecerdasannya,



maka



Semakin masalah



banyak yang



individu dihadapi



memanfaatkan akan



cepat



terselesaikan.29



29



Hernowo, Andaikan Buku itu Sepotong Pizza, Rangsangan Baru untuk Melejitkan Word Smart, Bandung: Kaifa, 2004, hlm. 126.



Alfred Binet sebagai perintis pengukuran inteligensi bersama Theodore Simon mendefinisikan inteligensi yang terdiri tiga komponen yaitu kemampuan untuk mengarahkan pikiran/tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan itu telah dilaksanakan, kemampuan untuk mengkritik diri sendiri. Thorndike mengklasifikasikan inteligensi menjadi tiga komponen, yaitu: 30 1) kemampuan abstraksi, suatu kemampuan untuk bekerja dengan menggunakan gagasan dan simbol, 2) kemampuan mekanis, suatu kemampuan menggunakan alat-alat mekanis yang memerlukan aktivitas indera gerak atau sensorymotoris, 3) kemampuan sosial, suatu kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain secara efektif. Maka inteligensi dapat diartikan sebagai suatu kompetensi jiwa yang dimiliki manusia untuk beradaptasi dengan cepat dan tepat dalam situasi yang baru. B. Gejala Jiwa Emosi (perasaan) Perasaan termasuk gejala jiwa yang dimiliki oleh semua orang, hanya corak dan tingkatannya tidak sama. Perasaan tidak termasuk gejala mengenal, walaupun demikian sering juga perasaan berhubungan dengan gejala mengenal atau biasa disebut dengan gejala jiwa kognisi. Adapun unsur – unsur perasaan itu sebagai berikut : 1. Bersifat subyektif daripada gejala mengenal 2. Bersangkut paut dengan gejala mengenal 3. Perasaan dialami sebagai rasa senang atau tidak senang yang tingkatannya tidak sama Jadi, perasaan itu lebih erat hubungannya dengan pribadi seseorang dan berhubungan pula dengan gejala-gejala jiwa yang lain. Oleh sebab itu tanggapan perasaan seseorang terhadap sesuatu tidak sama dengan tanggapan perasaan orang lain terhadap hal yang sama.31



30 31



Saifuddin Azwar, Pengantar Psikologi Inteligensi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), hlm. 5. Abu, Ahmadi, Psikologi Umum,(Jakarta:PT RINEKA CIPTA,2003),114



Sebagai contoh ada 2 orang bersama-sama menyaksikan suatu lukisan. Seseorang diantaranya menanggapi lukisan tersebut dengan rasa senang dan kagum, dan diapun menilai bahwasannya lukisan tersebut bagus dan adapun seseorang yang lain yang menanggapi lukisan tersebut dengan acuh tak acuh maka menurutnya lukisan tersebut tidak bagus dan tidak menarik perhatiannya. Karena adanya sifat subyektif pada perasaan inilah maka gejala perasaan tidak dapat disamakan dengan gejala mengenal, gejala pengamatan, fikiran dan sebagainya.32 Pengenalan hanya bersandar pada hal-hal yang ada berdasarkan kenyataan. Sedangkan perasaan sangat dipengaruhi oleh tafsiran sendiri dari orang yang mengalaminya. Perasaan pun merupakan suatu gejala kejiwaan yang berdiri sendiri, tetapi bersangkut paut atau berhubungan erat dengan gejala – gejala jiwa lainnya, antara lain dengan gejala mengenal. Kadang-kadang gejala perasaan diiringi oleh peristiwa mengenal dan menyertai peristiwa mengenal. Adapun jenis-jenis Emosi (perasaan) adalah sebagai berikut : a) Perasaan-perasaan jasmaniyah : jenis perasaan ini sering pula disebut dengan perasaan tingkat rendah yang terbagi sebagai berikut : 1) Perasaan sensoris yaitu perasaan yang berhubungan dengan stimulasi terhadap indra, misalnya : dingin, hangat, pahit, asam dan sebagainya. 2) Perasaan vital yaitu persaan yang berhubungan dengan kondisi jasmani pada umumnya , misalnya lelah, lesu, lemah, sehat dan sebagainya. b) Perasaan-perasaan Rohaniah : sering pula disebut dengan perasaan luhur (tingkat tinggi) yang terbagi sebagai berikut : 1) Perasaan intelektual : yaitu perasaan yang berhubungan dengan kesanggupan intelektual dalam mengatasi suatu masalah, misalnya senang, atau pas ketika berhasil (perasaan intelektual positif) , kecewa atau jengkel ketika gagal (perasaan intelektual negatif).



32



Ibid, 116



2) Perasaan kesusilaan (etis) : yaitu perasaan yang berhubungan dengan baik-buruk atau norma, misalnya : puas ketika mampu melakukan hal yang baik, atau menyesal ketika melakukan hal yang tidak baik. 3) Perasaan estetis (keindahan) : yaitu perasaan yang berhubungan dengan penghayatan dan apresiasi tentang sesuatu yang indah atau tidak indah. Perasaan ini timbul dikarenakan jika ada seseorang yang mengamati sesuatu yang indah atau yang jelek. Yang indah akan menimbulkan perasaan positif dan yang jelek akan menimbulkan perasaan negatif. 4) Perasaan sosial (kemasyarakatan) : yaitu perasaan yang cenderung untuk mengikatkan diri dengan orang-orang lain, misalnya : perasaan cinta sesama manusia, rasa ingin bergaul, ingin menolong, rasa simpati, atau setia kawan dan sebagainya. 5) Perasaan harga diri : yaitu perasaan yang berhubungan dengan penghargaan diri seseorang, misalnya rasa senang, puas, dan bangga akibat adanya pengakuan dan penghargaan dari orang lain atau sebaliknya. 6) Perasaan ketuhanan (relegius) : yaitu perasaan yang berkaitan dengan kekuasaan dan eksistensi dari Tuhan. Manusia merupakan satu-satunya yang dianugerahkan perasaan ini oleh tuhan. Perasaan ini digolongkan pada peristiwa psikis yang paling luhur dan mulia. Menurut pandangan filsafat ketuhanan (theologi) manusia yang disebut dengan “homo divinans) yaitu : manusia senantiasa memiliki kepercayaan terhadap Tuhan dan hal-hal yang bersifat ghaib.33 C. Gejala Jiwa Konasi (kemauan) Kemauan merupakan salah satu fungsi hidup kejiwaan manusia yang dapat diartikan sebagai aktifitas psikis yang mengandung usaha aktif dan berhubungan dengan pelaksanaan suatu tujuan. Tujuan adalah titik akhir dari gerakan yang menuju pada sesuatu arah. Adapun tujuan kemauan adalah melaksanakan suatu 33



A. Thahir, 2014, dikutip dari BAB II - Raden Intan Repositoryrepository.radenintan.ac.id Buku_Psikologi_Belajar_Andi_ThahirPDF, (Diakses 15 maret 2020).



tujuan-tujuan yang mana harus diartikan dalam suatu hubungan. Misalnya, seseorang yang memiliki suatu benda maka tujuannya bukan pada bendanya, akan tetapi bagi yang mempunyai benda tersebut. Seperti halnya berada dalam relasi (hubungan) yang memiliki atas benda tersebut. Seseorang yang mempunyai tujuan untuk menjadi sarjana dengan dasar kemauan iapun akan belajar dengan tekun, walaupun mungkin juga sambil bekerja.34 Dalam istilah sehari-hari kemauan dapat disamakan dengan kehendak atau hasrat. Kehendak adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu. Kehendak ini merupakan kekuatan dari dalam. Dan tampak dari luar sebagai gerak-gerik. Dan adapun jenis-jenis konasi (hasrat) adalah sebagai berikut : A. Hasrat yang berpusat pada kejasmanian ataupun biasa disebut dengan hasrat tingkat rendah ini berhubungan dengan gerak dan perbuatan yang berpusat pada kejasmanian atau kewiyasaan. Diantara gejala hasrat ini ada yang terdapat pada tumbuhan, binatang maupun manusia yakni sebagai berikut : 1) Tropisme Tropisme adalah peristiwa yang menyebabkan timbulnya gerak kesuatau arah tertentu. Gejala tropisme terdapat pada barang-barang tingkat vegetatif (tumbuh-tumbuhan) dan animal (binatang). Misalnya bunga menghdap mengarah sinar matahari, laron terbang menyongsong dari luar semata-mata dan tidak ada pendorong dari dalam untuk tujuan tertentu.35 Dengan adanya jenis perangsang yang berbeda, maka tropisme dapat dibedahkan menurut jenis perangsangnya sebagai berikut : a. Foto-tropisme (fotos = cahaya) Foto-topisme yaitu: topisme yang timbul karena adanya perangsang cahaya menurut arah geraknya, maka dapat dibedakan sebagai berikut :



34 35



Abu, Ahmadi,…..,hal 117 Abdurrahman, Saleh, Ilmu Jiwa Umum,(Jakarta:CV Darmabakti,1971),170



a) Foto-tropisme positif yaitu gerak mengarah cahaya. Misalnya tumbutumbuhan mengarah kepada matahari, laron menyongsong sinar, dan sebagainya. b) Foto-tropisme negatif yaitu: bergerak menghindari perangsang cahaya. Misalnya jenis ikan laut tertentu yang selalu menjauhi sinar. b. Helio-tropisme (helios = matahari) Helio-tropisme yaitu tropisme yang timbul karena adanya perangsang matahari. Menurut arah geraknya helio-tropisme dapat dibedakan menjadi sebagai berikut: a) Hello-tropisme positif yaitu bergerak mengarah matahari. Misalnya bunga matahari. b) Helio-tropisme negative yaitu bergerak menghindari matahari. Misalnya kelelawar. 2) Refleks Refleks adalah gerak reaksi yang tidak disadari terhadap perangsang. Refleks ini dihubungkan dengan gejala konasi yang rendah tingkatannya, maka refleks hanya boleh dikatakan gerak refleks dan hukum gerak refleks. Macam-macam refleks: a. Refleks bawaan: yakni refleks yang dibawa sejak lahir, disebut pula refleks asli atau refleks sewajarnya. Refleks ini merupakan suatu cara tertentu untuk bertindak yang dibawa sejak lahir, berfungsi menjamin hidupnya makhluk yang baru lahir yang harus menghindarkan hal-hal yang tidak menyenangkan, misalnya : menutup mata karena menentang sinar yang sangat terang,gemetar karena lapar, dan sebagainya. Refleks semacam ini tidak terbatas pada bayi yang baru lahir atau anak-anak pada orang dewasapun terdapat juga refleks seperti ini. b. Refleks latihan: yakni refleks yang diperoleh dari pengalaman. Refleks ini tidak dibawa sejak lahir, melainkan hasil daripada pengalaman atau perbuatan yang selalu diulang. Misalnya : kecakapan mengendarai sepeda, keterampilan mengemudi baik penggendara sepeda maupun penggemudi



yang tidak setiap saat harus merencanakan dan memikirkan gerak-gerik untuk membelokkan kemudi dan menginjak rem. Kalau kecakapan mengemudi telah dikuasai niscaya perbuatan demikian seolah-olah sudah dapat dilakakukan dengan mudah, seolah-olah dapat berjalan dengan sendirinya, tidak banyak dipikirkan dan dipertimbangkan gerak-geriknya. Gerak-geriknya menekan pedal, membelokkan kemudi, menginjak rem dan sebagainya sudah merupakan suatu refleks. Jadi terjadinya refleks ini tidak tergantung dari adanya perangsang, melainkan terbentuk karena pengalaman. c. Refleks bersyarat: refleks ini tidak tergantung pada perangsang alam yang asli tapi timbul karena rangsang lain yang berassosiasi dengan rangsangan alam tersebut. Supaya timbul assosiasi dengan perangsang alam perlu adanya suatu perantara yang disebut syarat. Hal-hal ini yang dapat menimbulkan assosiasi hingga terjadi suatu refleks dsebut syarat atau kondisi. Misalnya orang yang sedang merasa haus, melihat buah asam air liurnya akan terus keluar. Dan pada saat seorang yang sedang merasa haus, tidak melihat buah asam, tetapi hanya mendengar ceritera tentang buah asam akhirnya liurnya keluar. Buah asam yang disebut-sebut dalam cerita tersebut bukan perangsang alam, tetapi hanya merupakan syarat atau kondisi timbulnya refleks, yalni keluarnya air liur. Disini ada proses assosiasi antara kata-kata asam dan buah asam, refleks yang terjadi adalah refleks bersyarat.36 3) Insting Insting yaitu kemampuan berbuat tertentu yang dibawa sejak lahir yang tertuju pada pemuasan dorongan-dorongan nafsu dan dorongandorongan lain itulah yang disebut insting. Insting ini terdapat pada hewan dan juga manusia, namun fungsi peranannya tidak sama. Adapun ciricirinya insting adalah : a) Insting lebih majemuk dari refleks. Gerak-gerak instingtif lebih kompleks daripada gerak-gerik refleks yang serta terikat dengan jenis perangsang. 36



Hamzah,A. Nasution,Pengantar Ilmu Jiwa Umum,(Bandung:CV Ganaco,1953),179-181



b) Insting merupakan kemampuan untuk bergerak kepada suatu tujuan dengan tidak memerlukan latihan terlebih dahulu. c) Gerak insting merupakan pembawaan, kemampuan alami yang dibawa sejak lahir, jadi bukannya kecakapan yang diperoleh dari pengalaman dan latihan. d) Gerak insting bejalan secara mekanis (berjalan dengan sendirinya), berjalan tanpa menggunakan kesadaran dan pertimbangan. e) Insting sedikit banyak dapat dilatih atau diubah, disesuaikan dengan keadaan-keadaan baru. f) Gerak insting berakar pada dorongan nafsu dan dorongan-dorongan lain untuk mendapatkan pemuasan. g) Gerak insting pada hewan sejal ;ahir tetap, tidak berubah, sedang insting pada manusia berubah dengan sendirinya. Dan adapun macam-macam insting adalah sebagai berikut : Insting merupakan dorongan alami untuk berbuat tertentu demi tercapainya tujuan. Jadi disini ada rangkaian antara dorongan insting dan kebutuhan yang menjadi tujuannya. Pada garis besarnya dorongan insting dapat digolongkan menjadi : 1. Dorongan insting mempertahankan diri meliputi : a. Instink makan b. Instink bernafas c. Instink bermain d. Instink melindungi diri e. Instink takut f. Instink istirahat 2. Dorongan instink mempertahankan jenis, meliputi: a. Instink sesksual b. Instink membela diri c. Instink minta tolong d. Instink sosial e. Instink melindungi



f. Instink memelihara 3. Dorongan instink mengembangkan diri, meliputi: a. Instink belajar b. Instink menyelidiki c. Instink ingin tahu Adapun perbedaan instink pada hewan dan manusia adalah sebagai berikut 1. Instink pada hewan : Dengan instink, hewan dapat bergerak di mana ada perlu dan di mana ada kesempatan. Bagi binatang semata-mata hidupnya dikuasai oleh dorongan nafsu, maka fungsi dan peranan instink bagi binatang sangat penting Dengan instink, binatang . dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya dengan cara yang tetap. Perhatikan cara-cara binatang mendapatkan makanan. Maka cara-cara mencapai tujuan yang menjadi kebutuhannya tidak pernah meningkat. Dengan kata lain, dengan instinknya binatang tidak dapat meningkatkan dan mempertinggi keakapannya. Dengan instink, binatang hanya hidup dan bergerak dalam keadaan tertentu dan sukar menyesuaikan diri dengan keadaan yang serba berubah. 2. Insting pada manusia Adapun pada manusia itu memiliki bermacam-macam instink. Menurut pembagian nya, agaknya tidak dapat diingkari bahwa pada suatu ketika instink-instink tersebut berfungsi pada hidup manusia, misalnya manusia perlu makan, perlu melindungi diri, perlu betgaul dan lainlainnya. Namun



demikian



tidak



dapat



dikatakan



bahwa



manusia



mempunyai kesadaran, mempunyai daya piker, mempunyai perasaan, mempunyai barmacam-macam pertimbangan seperti : baik-buruk, hinamulia, benar-salah, luhur-rendah dan lain-lainnya. Lebih tinggi lagi manusia mempunyai kepribadian dan kebudayaan serta cita-cita. Oleh



karena itu instink tidak cukup mampu untuk memecahkan segala masalah yang dihadapi manusia.37 4) Automatisme Gejala-gejala yang menimbulkan gerak-gerik terselenggara dengan sendirinya, disebut automatisme. Adapun pembagian automatisme itu dibagi menjadi 2 yaitu sebagai berikut : a. Automatisme asli : ialah gerak automatis yang tidak digerakkan oleh gejala hasrat, misalnya : gerak jantung, dan paru-paru b. Automatisme latihan : ialah gerak-gerik yang berjalan secara automatis karena



seringnya



gerak-gerinya



diulang-ulang,



misalnya



berjalan,



bersepeda, main piano, memetik gitar, menggosok biola, menulis, mengetik, bercakap-cakap dan lain-lainnya. 5) Kebiasaan Gerak perbuatan yang berjalan dengan lancar dan seolah-ilah berjalan dengan sendirinya, disebut kebiasaan. Pada mulanya dipengaruhi oleh kerja pikir, didahului oleh pertimbangan dan perencanaan. Lancarnya perbuatan dikarenakan perbuatan itu banya sekali diulang-ulang.38 6) Nafsu Dorongan yang terdapat pada tiap-tiap manusia dan memberi kekuatan bertindak untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup tertentu, disebut nafsu. Nafsu ada kaitannya dengan instink, tetapi Nampak luasnya tidak sama. Nafsu Nampak keluar dalam berbagai bentuk dan cara. Adapun macam-macamnya nafsu adalah sebagai berikut : a) Nafsu individual (perorangan), misalnya nafsu makan, nafsu bermain, nafsu bertindak, nafsu merusak, nafsu berkelahi, nafsu berkuasa dan sebagainya. b) Nafsu sosial (kemasyarakatan), misalnya nafsu meniru, nafsu kawin, nafsu berkumpul dengan orang lain, nafsu berserikat, nafsu melindungi, nafsu 37 38



Abu,Ahmadi,…..,hal 120 Ibid,hal 122



mempertahankan diri, nafsu mencari ilmu, nafsu bersujud kepada tuhan. Dan tidak hanya dijelaskan mengenai macam-macamnya saja disini juga dijelaskan mengenai hubungan nafsu dengan perasaan dan hubungan nafsu dengan pendidikan adapun penjelasannya adalah sebagai berikut : a) Hubungan nafsu dengan perasaan Perasaan yang hebat dapat menimbulkan bergeraknya suatu nafsu dan sebaliknya nafsu kadang-kadang dapat menimbulkan perasan yamg hebat, dan ada kalanya kemampuan berpikir dikesampingkan. b) Hubungan nafsu dengan pendidikan Nafsu terdapat pada tiap-tiap orang walaupun berbeda macam dan tingkatannya. Kebiasaan-kebiasaan yang baik/positif dan pengaruhpengaruh positif pendidikan yang sudah tetanam dalam jiwa seseorang dapat mempengaruhi nafsu dan pertanyaan-pertanyaan nafsu. Dengan jalan demikian nafsu dapat diperhalus.39 7) Keinginan Nafsu yang telah mempunyai arah tertentu dan tujuan tertentu disebut keinginan. Kalau dorongan sudah menuju kea rah tujuan yang nyata/konkrit dan tertentu, misalnya disitu akan terjadi dorongan keras dan terarah pada sesuatu obyek tertentu maka nafsu itu disebut keinginan. Misalnya nafsu makan menimbulkan keinginan untuk makan sesuatu, nafsu kerja menimbukan keinginan untuk mengerjakan sesuatu dan sebagainya. Lawan dari keinginan adalah keseganan. 8) Kecenderungan Keinginan-keinginan yang sering muncul atau timbul disebut kecenderungan.



Kecenderungan



sama



dengan



kecondongan.



Kecenderungan dapat menimbulkan dasar kegemaran terhadap sesuatu. Kecenderungan dapat dibedakan menjadi beberapa golongan : a. Kecenderungan vital (hayat), misalnya lahap, gemar makan, gemar minuman keras dan sebagainya.



39



Ibid,hal 124-125



b. Kecenderungan perorangan, menimbulkan sifat-sifat tamak, kikir, dan egoistis. c. Kecenderungan sosial, misalnya persahabatan, persaudaraan berbuat amal dan sebagainya. d. Kecenderungan abstrak, yang positif misalnya taat pada Tuhan, jujur, patuh, bertanggung jawab, dan sebagainya. Dan adapun yang negative misalnya dusta, bohong, ingkar dan sebagainya.40 9) Hawa Nafsu Kecenderungan atau keinginan yang sangat kuat dan mendesak yang sedikit banyak mempengaruhi jiwa seseorang disebut hawa nafsu. Dengan timbulnya hawa nafsu seakan-akan keinginan yang lain dikesampingkan, sehingga tinggal satu keinginan saja yang berkuasa dan bergerak dalam kesadaran. Disamping itu hawa nafsu dicirikan dengan : a. Perasaan sangat terpengaruh dan daya berpikir dapat dilumpuhkan. b. Biasanya hawa nafsu disertai timbulnya kekuatan-kekuatan yang hebat. Akibatnya timbulnya hawa nafsu tersebut hidup jasmani dan rohaninya menjadi kacau dan terganggu. Hawa nafsu yang banyak muncul antara lain judi, nonton, minuman keras dan sebagainya.41 A. Hasrat yang berpusat pada psikologi atau perbuatan kemauan atau biasa disebut hasrat yang lebih tinggi daripada hasrat-hasrat sebelumnya dikarenakan kemauan itu ada kebijaksanaan akal dan wawasan, disamping ada kontrol dan persetujuan dari kepribadian. Dengan begitu kemauan lebih tinggi tingkatannya daripada instink, refleks, automatisme, kebiasaan, nafsu, keinginan, kecenderungan, dan hawa nafsu. Kemauan sendiri merupakan dorongan kehendak yang terarah



pada



tujuan-tujuan



tertentu



yang



dikendalikan



oleh



pertimbangan akal budi. Berikut dijelaskan ciri-ciri kemauan antara lain: 40 41



Zuhairini,H,Dra,dkk,Ilmu Jiwa Umum,(Surabaya:Usaha Nasi,1980),123 Abu,Ahmadi,….,hal 125



a. Gejala kemauan merupakan dorongan dari dalam yang khusus dimiliki manusia. Maka kemauan merupakan dorongan yang didasari dan dipertimbangkan. Gerk-gerak tersebut tidak akan menimbulkan gerakgerak yang tidak disadariseperti gerak instink dan refleks. b. Gejala kemauan berhubungan erat dengan satu tujuan. Kemauan mendorong timbulnya perhatian dan minat, serta mendorong gerak aktivitas kearah tercapainya suatu tujuan. Gejala kemauan menghendaki adanya aktivitas pelaksanaan. c. Gejala kemauan mendorong timbulnya perbuatan kemauan yang didasarkan atas berbagai pertimbangan, baik pertimbangan dari akal maupun dari perasaan. Gejala kemauan terdapat keselarasan antara dorongan, kemauan, pikiran, tujuan, dan tindakan. d. Gejala kemauan juga memberikan pertimbangan, memberi pengaruh, dan memberikan corak pada perbuatan kemauan. Mak pribadi mempunyai peranan menentukan dalam pernyataan kemauan. e. Perbuatan kemauan bukanlah tindakan yang bersifat kebetuulan atau disengaja dalam pencapaian suatu tujuan. f. Kemauan menjadi pemersatu dari segala tingkah laku manusia dan mengkoordionasikan segenap fungsi kejiwaan menjadi bentuk kerjasama yang harmonis. Kemampuan ini pada batas-bats tertentu bisa dilatih dan dididik misalnya: berpuasa, olahraga, konsntrasi, sifat, dan lain sebagainya. Dengan melihat ciri-ciri gejala diatas, terdapat seluk belukyang kompleks denagn melalui momen-momen sebagai berikut: 1) Moment "rangsang-rangsang", atau saat penerimaan Individu menerima kesan-kesan melalui pengindraan yang kuat, disertai denagn ketegangan-ketegangan, dan diiringi gerakan-gerakan tertentu, sehingga individu seolah-olah tidak dapat menahan terjadinya gerak-gerak tersebut sebagi respon. Misalnya: mengerutkan kening, meleletkan lidah, tangan dikepal-kepalkan, dan lain sebagainya. 2) Momen objektif Individu menyadari akan peristiwa psikisnya, kesadaran mana menimbulkan gambaran akan arah yang akan dituju.



3) Momen aktual Individu menyadari benar bahwa, dirinya sedang mengarahkan pikirannya terhadap perbuatan yang akan dilakukan 4) Momen subyektif Individu menyadari benar tantang arah tujaunya, sehingga terbentuk kemauan yang seseungguhnya inilah saat individu mengambil keputusan. Diantara keputusan-keputusan dan perbuatan-perbuatan terdapat cara waktu, (bisa pendek, dapat pula agak lama) yang disebut denag tandens determinatif. Tendens atau kecenderungan determinatif ini akan menjadi kuat, apabila keputusan-keputusan menjadi semakin tegas dan jelas dalam pusat kesadaran. Tendens determinatif merupakan tenaga yang dimunculkan oleh keputusan kemauan. Sehingga makin jelas dan tegas suatu amanat/perintah dan tugas, dalam kesadaran sebagai keputusan kemauan, sehingga memudahkan dalam pelaksanaanya. Suatu eksperimen menunjukkan bahwa bekerja secara cepat dan bergabung, yaitu kerjasama secara kooperatif, juga menambah besarnya usaha kemauan. Hal-hal yang mempengaruhi kemauan: 1) Keadaan fisik (kondisi jasmani) Yakni: sanggup tidaknya, kuat tidaknya, mampu tidaknya untuk melaksanakan keputusan. Orang dewasa yang sadar akan dirinya pada umumnya dapat mengukur kemampuannya. 2) Keadaan materi (bahan, syarat, alat) Yakni: sesuatu yang digunakan untuk melaksankan keputusan kemauan. Hal ini bukan merupakan syarat utama dalam melakukan kemauan, namun juga tidak dapat diabaikan perannya. 3) Keadaan milieu (lingkungan) Yakni: keputusan kemauan dapat dilaksanakan dalam lingkungan yang sesuai, apakah itu membantu atau sebaliknya. 4) Kata hati (consciensia) Yakni: peran penting dalam mealkukan keputusan kemauan. Karena keputusan hati dapat mengalah pertimbangan-pertimbangan yang



lain. Sebagai pertimbangna pelaksanaan, keputusan itu ditempuh dengan sepenuh hati dan dengan seluruh kemampuan pribadinya.42 D. Gejala Jiwa Campuran Gejala campuran adalah gejala gabungan dari gejala-gejala yang sebelumnya. Gejala campuran diabgi menjadi 3 bagian, yaitu perhatian, kelelahan, dan sugesti dan akan dijelaskan dibawah ini : 1. Perhatian Perhatian berhubungan dengan kesadaran jiwa terhadap suatu obyek yang direaksikan pada sesuatu waktu. Jadi, perhatian adalah keaktifan jiwa yang diarahkan kepada sesuatu obyek, baik di dalam maupun diluar dirinya.43 a. Macam-macam perhatian Adapun macam-macam perhatian adalah sebagai berikut : 1). Perhatian Spontan dan Disengaja Perhatian spontan, disebut juga perhatian asli atau perhatian langsung, ialah perhatian yang timbul dengan sendirinya, oleh karena tertarik kepada sesuatu dan tidak didorong oleh kemauan. Perhatian disengaja adalah perhatian yang timbulnya didorong oleh kemauan karena adanya tujuan tertentu. Misalkan seperti siswa sisiwi yang mendapatkan dorongan dari orang tuanya untuk belajar di sekolah. Karena didorong oleh orang tua dan atas cita-cita mereka sendiri, maka setiap saat perhatiannya terhadap pelajaran lebih besar, mereka lebih rajin, tekun, dan penuh tanggung jawab dalam belajar.44 2). Perhatian Statis dan Dinamis Perhatian statis adalah perhatian yang tetap terhadap sesuatu dan tidak akan mudah berpindah atau berubah kepada obyek yang lain. Perhatian dinamis adalah perhatian yang mudah berubah-rubah, mudah bergerak, mudah berpindah dari obyek satu kepada obyek yang lain. 42



Ibid, hal 137-140 Abu, Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992), 145. 44 Ibid,. 148. 43



3). Perhatian Konsentratif dan Distributif Perhatian



Konsentratif



(perhatian



pemusat)



adalah



perhayian yang hanya ditujukan atau berpusat kepada satu obyek atau masalah tertentu. Misal seperti seorang siswa yang dihadapkan kepada soal aljabar, maka perhatiannya terfokuskan terhadap soal tersebut. Perhatian



Distributif



(perhatian



terbagi-bagi)



adalah



perhatian yang dapat membagi-bagi perhatiannya kepada beberapa arang dengan sekali jalan atau dalam waktu yang bersamaan Misal seperti seorang sopir yang mengendarai mobilnya, seorang polisi yang mengatur lalu lintas dan lainnya. c. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perhatian 1) Pembawaan: Adanya pembawaan



tertentu



yang



berhubungan dengan obyek yang direaksi, maka sedikit atau banyak akan timbul perhatian terhadap obyek tertentu. 2) Latian dan Kebiasaan: Meskipun dirasa tidak ada bakat pembawaan dalam suatu bidang, tetapi karena hasil daripada latihan-latihan kebiasaan, dapat menyebabkan mudah timbulnya perhatian dalam bidang tersebut. 3) Kebutuhan:



Adanya



memungkinkan



kebutuhan



timbulnya



perhatian



terhadap terhadap



sesuatu obyek



tersebut. kebutuhan merupakan dorongan, sedangkan dorongan itu mempunyai tujuan yang harus dicurahkan kepadanya, demi tercapainya tujuan itu perhatian-perhatian terhadap hal-hal tersebut pasti ada. 4) Kewajiban: Di dalam kewajiban terkandung sebuah tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh orang yang bersangkutan. Demi terlaksananya suatu perbuatan, maka apa yang menjadikan kewajibannya akan dijalankan dengan penuh pehatian.



5) Keadaan Jasmani: Sehat tidaknya jasmani, segar tidaknya badan sangat mempengarui perhatian kita terhadap sesuatu obyek. 6) Suasana Jiwa: Keadaan batin, perasaan, fantasi, pikiran dan sebagainya sangat mempengaruhi perhatian kita, mungkin bisa membantu, dan sebaliknya mungkin juga bisa menhambat. 7) Suasana di sekitar: adanya bermacam-macam perangsang di sekitar kita, seperti kegaduhan, keributan, kericuan, ketenangan,



keindahan.



Semua



dapat



mempengaruhi



perhatian kita 8) Kuatnya perangsang dari obyek itu sendiri. Berapa kuatnya perangsang yang bersangkutan dengan obyek perhatian sangat mempengaruhi perhatian kita. kalau obyek itu memberikan perangsang yang kuat, maka perhatian kita juga semakin besar, juga sebaliknya. d. Beberapa Peristiwa Dalam Gejala Perhatian 1) Perseverasi: (menahan) Peristiwa ini terjadi kalau seseorang sangat terikat perhatiannya kepada sesuatu obyek tertentu, sehingga sukar melepaskan perhatiannya dari obyek tersebut. Karena sangat terikatnya pada obyek tertentu, maka sekalipun datang bermunculnya obyek baru, tetapi tidak akan mudah untuk berpindah perhatian. 2) Adaptasi: Peristiwa kejiwaan ini bertentangan dengan perseverasi. Perhatian tidak terikat pada suatu obyek saja, tetapi selalu berpindah-pindah, mudah menyesuaikan diri dengan keadaan-keadaan baru. Peristiwa ini disebut adaptasi. 3) Osilasi: yakni keadaan perhatian yang tidak tetap, kadang muncul, kadang hilang, terkadang cukup kuat, terkadang juga lemah.



4) Perhatian bergerak: Orang yang mengalami peristiwa ini perhatiannya berserakannya, seakan-akan tidak mempunyai perhatian sama sekali terhadap apa saja, baik tentang dirinya maupun kepada apa saja yang ada di sekitarnya. Perhatian ini sebagai akibat dari adanya perseverasi. e. Cara Untuk Mengatasi Gangguang Perhatian 1) Memperkuat motivasi: Untuk pekerjaan yang seksama dan teliti, dituntut penggunaan minat dan pehatian yang tinggi, dan dihindari semua gangguan yang bisa menyimpangkan perhatian. Selanjutnya, perhatian dan minat harus selalu dibangkitkan, dengan bantuan motivasi-motivasi dan emosi-emosi tertentu. sehingga bisa konsisten dalam menjalankan perhatian. 2) Memperkuat usaha dalam menjalankan suatu tugas. Untuk medapatkan kesuksesan dalam hidup, perlu kiranya kita memiliki kekuatan untuk berkonsentrasi diri terhadap suatu tugas pekerjaan. Sehubungan dengan ini, diperlukan perhatian dan minat yang penuh. Sebab tugas yang dijalani dengan penuh perhatian akan memberikan hasil yang baik dan memuaskan hati. 3) Membiasakan



diri



dalam



membentuk



“in-attantion”



terhadap gangguan-gangguan perhatian. Khususnya berlaku pula pada tugas-tugas sekolah maupun perguruan tinggi. Beberapa petunjuk penting yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah perhatian sebagai berikut: a) Singkirkan dan hindari sebanyak mungkin kejadia-kejadian yang mengakibatkan perpecahan perhatian dan minat, misalnya siaran radio, TV, gambar-gambar porno dan lain sebagainnya. b) Kerjakan satu tugas saja, konsentrasikan segenap perhatian dalam menjalankan tugas tersebut.



c) Sukses pada suatu usaha, menumbuhkan rasa semangat untuk mencapai kesuksesan pasa suatu usaha yang lain, begitu pula sebaliknya. d) Mempunyai



pengetahuan



yang



mumpuni,



dan



mempergunakan pengalaman-pengalaman yang lalu untuk memecahkan masalah-masalah yang akan datang. e) Bersikan tenang, hati-hati dan waspada selalu. f) Perbesarlah adapatasi, agar bisa lebih peka terhadap perubahan setuasi dan permasalahanya, sehingga dapat memecahkan permasalahan dengan cara-cara yang sehat. 2. Kelelahan a. Gejala kelelahan pada manusia Sejak lahir sampai menjelang meninggal dunia, manusia mempunyai dorongan untuk selalu bergerak dan menjalani berbagai macam kesibukan. Berbagai macam gerak yang dilakukan itu tidak sama bentuk dan juga tingkatannya, ada yang berupa gerak reaksi, ddisusul gerak kaki, gerak tangan, merangkak, berjala, berlari, ada pula berupa kesibukan seperti bekerja. Semua itu membutuhkan segenap tenaga dan kekuatan Tetapi pada suatu saat kekuatan untuk berbuat itu makin lama makin berkurang. Berkurangnya kekuatan bergerak (baik jasmani maupun rohani), akan memberi pengaruh yang berpotensi mengurangi prestasi-prestasi yang akan dicapai. Gejala berkurangnya manusia untukmelakukanse suatu disebut kelelahan, atau keletian, atau kelesuan dan kepenatan. Sebenarnya kelelahan itu adalah suatu keadaan atau kondisi, baik kondisi jasmani atau kondisi jiwa. Namun demikian kelelahan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan manusia, maka dari itu alasan mengapa kelelahan dimasukan di dalam gejala campuran.45



45



Ibid,158



b. Sebab-sebab kelelahan Kelelahan disebabkan karena berlangsungnya suatu aktifitas atau pekerjaan, baik aktifitas jasmani atau rohani. Maka ada kemungkinan: 1) Kelelahan disebabkan oleh pekerjaan jasmani, misalnya: mencakul, berolahraga, memikul berat, bersepeda jauh dan masih banyak lagi. 2) kelelahan disebabkan oleh pekerjaan jiwa, seperti: memikirkan masalah-masalah yang pelik, lama konsentrasi dan lain-lain. c. Macam-macam kelelahan 1) kelelahan jasmani: kalau kekuatan jasmani berkurang, sehingga tidak dapat melakukan tugas dengan mestinya, maka orang tersebut mengalami kelelahan jasmani. 2) Kelelahan rohani: kalau kekuatan rohani berkurang, sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan psikis atau jiwa, maka orang tersebut mengalami kelelahan rohani. d. Hubungan kelelahan jasmani dan rohani Manusia adalah suatu psiko-somatis, selamanya tidak dapat diadakan pemisah antara jiwa dan raganya. Oleh karena itu, kelelahan jasmani tidak dapat dipisahkan dengan kelelahan rohani, dan sebaliknya. Hal-hal yang mungkin terjadi:46 1) Baik kelelahan jasmani maupun rohani dirasakan oleh seluruh pribadi 2) Pekerjan jasmani dapat menimbulkan kelelahan jasmani pun dapat menimbulkan kelelahan rohani 3) Kelelahan jasmani dapat mengurangi kegiatan jasmani maupun rohani Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelelahan jasmani dan kelelahan rohani mempunyai hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi. e. Beberapa pendapat tentang kelelahan 1) Teori Inteksinasi Dalam teori tersebut dijelaskan bahwa tubuh kita bekerja, di dalam tubuh kita terjadi pertukaran zat, peredaran darah dan pembakaran. Dari pertikaran zat, peredaran darah dan pembakaran, menimbulkan berbagai benda sisa atau ampas. 46



Ibid,159



Sisa-sisa pembakaran tersebut masuk ke dalam peredaran darah dan akhirnya masuk ke dalam susunan urat syaraf. Di sinilah menyebabkan benda-benda tersebut membentuk semacam racun yang mana akan menimbulkan kelelahan baik jasmani maupun rohani. 2) Teori Biologis Thorndike menunjukan 2 peristiwa yang terjadi pada manusia. Apabila dia pekerja agak lama maka akan terjadi: a) mengurang tenaga pada kita, pengurangan tenaga tersebut menyebabkan timbulnya kelelahan b) perasaan kebosanan, pekerjaan yang terlalu lama akan menyebabkan rasa bosan. Kebosanan dapat menghambat kemajuan pekerjaan. Karena kebosanan, berkuranglah perasaan puas pada pekerjaan, hal ini juga disebut dengan kelelahan. f. Usaha- usaha untuk menghilangkan kelelahan Cara menghilangkan rasa lelah pada umumnya oorang beristirahat, atau menghentikan aktivitas, dan tentu harus disesuaikan dengan jenis aktivitasnya. Berikut usaha yang kiranya harus dilakukan:47 1) Menghentikan pekerjaan jasmani untuk menghilangkan kelelahan jasmani, cukuplah kiranya kalau orang menhentikan pekerjaan yang dilakukan seperti duduk, tidur dan sebagainya. 2) Menghentikan pekerjaan rohani untuk menghentikan rohani, untuk menghilangkan kelelahan rohani kadang-kadang orang tidak cukup menghentikan pekerjaan yang dilakukan, tetapi kadang-kadang orangorang tidak perlu menghentikan sepenuhnya pekerjaan jiwa/pikir yang dilakukan. Misalkan: berjalan-jalan menonton film, mendengarkan musik, bersenda gurau dan sebagainya, dengan cara demikian kelelahan jiwa dapat hilang, dan bisa kembali segar dan kuat.ha untuk menhilangkan kelelahan



47



Ibid,160



3. Sugesti a. Pengertian tentang sugesti Sugesti adalah pengaruh atas jiwa atau perbuatan seseorang, sehingga pikiran, kemauan perasaanya terpengaruhi, dan dengan itu orang mengakui dan meyakini apa yang dikehendaki darpi padanya. Sugesti juga dapat dipahami sebagai suatu desakan sesuatu keyakinan kepada seseorang, yang olehnya diterima mentah-mentah, tanpa pertimbangan yang dalam. seseorang sedang malas bekerja, orang itu mengatakan, “ agaknya saya ini sakit.” Sugesti adalah pengaruh yang dikenakan kepada pihak lain, yakni yang disugesti. Sebenarnya pengaruh sugesti tidak terbatas pada orangg lain, namun pengaruh sugesti tidak selalu untu



pihak lain, tetapi juga pada diri sendiri.



Misalnya: seseorang sedang malas bekerja, orang itu mengatakan, “ agaknya saya ini sakit.” Sebenarnya orang itu tidak sakit, tetapi pengaruh sugestinya sendiri, seolah-olah dia seperti orang yang sedang sakit. Sugesti ini disebut dengan otosugesti. Sugesti mempunyai makna yang besar dalam pemastian dan bukti fakta sosial, misalnya di sekolah, di perguruan tinggi, di pemerintahan dan lainnya. Orang yang bersangkutan dapat tersugesti oleh nasihat-nasihat, informasiinformasi lisan, tulisan surat-surat kabar dan lain-lain. Semua pekerjaan bisa diperingan oleh sugesti-sugesti yang positif. pekerjaan yang sangat berat dan sangat sukar, bisa ringan dan menyenangkan oleh karena “sugesti”.Maka kemampuan dalam memberikan sugesti positif ini, dimasukan dalam kategori seni mengajar dan memimpin. Yaitu merupakan seni untuk membangkitkan gairah kerja atau gairah belajar, menciptakan suasana yang menggairakan, penuh harapan, menimbulkan perhatian dan minat yang lain. Dengan demikian, sugesti itu bisa diterapkan sebagai alat pembangkit tenaga dan kegairaan psikis, yang sangat diperlukan pada proses pembelajaran di sekolahsekolah, atau untuk para pekerja pabrik, pegaawai kantoran, atau perusahaan dan lain-lain.48



48



Ibid, 162



b. Pengertian sugesti dan sugestibel 1) Sugesti: Sesuatu yang mempunyai pengaruh sugesti yang besar. Orang yang sugestif ialah orang yang mempunyai pengaruh sugesti yang besar. Hal-hal yang mempunyai pengaruh sugesti tidak dapat ditentukan, bisa karena kejujurannya, kedudukan, kekayaan dan sebagainya. 2) Sugestibel: Sifat-sifat yang mudah terkena sugesti atau saran. Orang yang mudah terkena pengaruh sugesti disebut orang yang sugestibel. Orang yang sugestibel tidak cukup mampu untuk memberikan pertimbangan-pertimbangan atau keputusan-keputusan tentang sesuatu. Biasanya hal ini dialami oleh anakanak kecil dan orang yang kurang terpelajar atau biasa disebut orang awam. c. Cara-cara untuk menyugesti 1) Dengan membujuk. Misalnya pada anak yang lambat dalam belajar, Tidak boleh dikatakan bahwa dia anak yang lambat, tetapi bujuklah dengan sabar. Katakanlah bahwa dia sebenarnya sanggup mengerjakan sesuatu seperti yang lain 2) Dengan memuji. Misalnya ada anak yang mempunyai gambar yang jelek, maka seharusnya tidak boleh mengatakan bahwa gambar itu jelek, melainkan sebaliknya harus dipuji, agar timbul rasa semangat dalam diri anak tersebit. 3) Dengan menakut-nakuti. Di dalam prinsip pendidikan menakut-nakuti tidak dapat dibenarkan, tetapi dalam rangka untuk mensugesti, menakut-nakuti ada kalanya dapat dijalankan, asalkan tidak berlebih-lebihan. 4) Dengan menunjukan kelebihan atau kekurangan. Misalnya terhadap anak yang kurang mampu, maka dia harus semangat dalam belajar dan berupaya agar bisa mendapatkan beasiswa, dan sebagainya. d. Alat-alat sugesti Untuk menanamkan pengaruh sugesti pada orang lain maka diperlukan alat-alat sebagai berikut: 1) Mata (pandangan tajam, lemah lembut, dan sebagainya). 2) Roman muka (manis, kasih sayang, dan sebagainya). 3) Teladan (tingkah laku baik,sopan santun, jujur dan sebaginya). 4) Gambar (gambar majalah-majalah, buku-buku dan sebagainya).



5) Suara (merdu, sinis, perintah dan sebagainya). 6) Warna ( dalam reklame dan sandiwara). 7) Slogan atau semboyan.49



49



Ibid, 163



BAB III KESIMPULAN Gejala jiwa kognisi adalah segala hal yang berkaitan dengan otak manusia, Suryani dalam bukunya menjelaskan bahwa Psikologi Kognitif adalah studi tentang bagaimana orang mempersepsikan, belajar, mengingat dan berpikir tentang suatu informasi. Sedangkan kognisi adalah kegiatan mengetahui, memperoleh, mengorrganisasikan dan menggunakan pengetahuan. Dalam gejala jiwa kognisi terbagi menjadi beberapa bagian yang saling berkaitan satu sama lain, macam-macam kognisi yaitu pengamatan, tanggapan, fantasi, memory , berpikir, intellegensi. Gejala Jiwa Emosi (perasaan) termasuk gejala jiwa yang dimiliki oleh semua orang, hanya corak dan tingkatannya tidak sama, Adapun jenis-jenis Emosi (perasaan) ada dua yaitu perasaan-perasaan jasmaniyah yaitu jenis perasaan ini sering pula disebut dengan perasaan tingkat rendah antara lain Perasaan sensoris dan perasaan vital. Gejala Jiwa Konasi (kemauan) merupakan salah satu fungsi hidup kejiwaan manusia yang dapat diartikan sebagai aktifitas psikis yang mengandung usaha aktif dan berhubungan dengan pelaksanaan suatu tujuan. Tujuan adalah titik akhir dari gerakan yang menuju pada sesuatu arah. Adapun jenis-jenis konasi(kemauan) ada dua yaitu Hasrat yang berpusat pada kejasmanian ataupun biasa disebut dengan hasrat tingkat rendah dan Hasrat yang berpusat pada psikologi atau perbuatan kemauan atau biasa disebut hasrat yang lebih tinggi daripada hasrat-hasrat sebelumnya. Gejala Jiwa Campuran. Gejala campuran adalah gejala gabungan dari gejala – gejala yang sebelumnya. Gejala campuran dibagi menjadi 3 bagian, yaitu perhatian, kelelahan dan sugesti.



DAFTAR PUSTAKA Abdul,Basyir,2012,dikutip



dari



http://abdulbasyiir.blogspot.com/2012/10/kognisigejala-pengenalan.html/,(Diakses pada 25 Feb 2020). Ahmadi, Abu, Psikologi Umum, (Jakarta, Rineka Cipta, 2009). A. Nasution, Hamzah,Pengantar Ilmu Jiwa Umum,(Bandung:CV Ganaco,1953). A.Thahir,2014,dikutipdariBABII-RadenIntan Repositoryrepository.radenintan.ac.id Buku_Psikologi_Belajar_Andi_ThahirPDF, (Diakses 15 maret 2020). Azwar, Saifuddin, Pengantar Psikologi Inteligensi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995). Dakir, Dasar-Dasar Psikologi, (Yogyakarta: FIP IKIP, 1984), Dimyati, Mahmud, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Perguruan Tinggi, 1989). Indri Hapsari, Irani, Psikologi faal, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2012). Kartono, Kartini, Psikologi Umum (Bandung:Mandar Maju, 1990). Lester D., and Crow, Alice. a.b. Abd. Rachman Abror, Crow, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Nurcahaya, 1984). Patty, F, dkk, Pengantar Psikologi Umum, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982). Rumini dkk, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: UPP UNY, 1995). Sabab, Jalal, dikutip dari http://sababjalal.wordpress.com/2011/11/03/contohMakalh-gejalapengenalan kognisi/ bab Jalal. (Diakses pada 25 Feb 2020). Saleh, Abdurrahman, Ilmu Jiwa Umum,(Jakarta:CV Darmabakti,1971). Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan Sujanto, Agus, Psikologi Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009). Wirawan Sarwono, Sarlito, Psikologi sosial individu dan teori-teori psikologi sosial, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002). Zuhairini,H,Dra,dkk,Ilmu Jiwa Umum,(Surabaya:Usaha Nasi,1980).