Pteridophyta [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Pteridophyta No



Gambar



Keterangan 1. Daun Tropofil 2. Akar



1



2



Klasifikasi Kingdom : Plantae Divisi : Pteridophyta Class : Pteridopsida Ordo : Polypodiales Family : Polypodiaceae Genus : Asplenium Spesies : Asplenium sp. (Nasution. 1986).



1



1.Daun tropofil Kingdom : Plantae Divisi : Pteridophyta Kelas : Pteridopsida Ordo : Polypodiaceae Famili : Genus : Athyrium Spesies : Athyrium sp. (Tjitrosoepomo,1989).



2



1



1.Daun sporofil



3



Kingdom : Plantae Divisi : Pteridophyta Class : Filicopsida Ordo : Ophioglossales Family : Ophioglossaceae Genus : Botrychium Spesies : Botrychium sp. (Hartini,2006).



1



1.Daun Trofofil 2 Stem



4



1



Kingdom:Plantae Divisi:Pteridophyta Kelas:Gleicheniopsida Ordo:Gleicheniales Famili:Gleicheniaceae Genus:Dicranopteris Spesies:Dicranopteris linearis (Nasution,1986).



2



1. Daun trofofil Kingdom: Plantae 2. Akar Divisi : Pteridophyta Kelas : Pteridopsida Ordo : Polypodiales Family : polypodiaceae Genus : Drynaria Spesies:Drynaria quercifolia (Hartini, 2006).



5



1



2



1 Akar 2 Daun trofofil



6



2



1



1. Daun trofofil



7



Kingdom : Plantae Divisi : Pteridophyta Kelas : Pteridopsida Ordo : Polypodiales Family : Polypodiaceae Genus: Drymoglossum Spesies:Drymoglossum sp. (Tjitrosoepomo, 1989).



Kingdom: Plantae Divisi : Pteridophyta Kelas: Pteridopsida Ordo: Gleicheniales Famili : Gleicheniaceae Genus : Gleichenia Spesies : Gleichenia linearis (Nasution, 1986).



1



1.Daun Trofofil



8



1



Kingdom : Plantae Divisi : Pteridophyta Kelas : Pteridopsida Ordo : Schizeales Family : Schizaeaceae Genus: Lygodium Spesies : Lygodium sp. (Hartini,2006).



1.Daun Trofofil 2.Stem



9



Kindom: Plantae Divisi : Pteridophyta Kelas : Pteridopsida Ordo : Polypodiales Family : Lomariopside Genus : Nephrolepis Spesies : Nephrolepis sp. (Hartini,2006).



2



1



1. daun sporofil Kingdom : Plantae 2 Sorus Divisi : Pteridophyta 3. Stem Kelas : Pteridopsida Ordo : Polypodiales Family : Polypodiaceae Genus : Phymatodes Spesies : Phymatodes sp. (Arini,2012).



10



2



1 3



11



1.Daun Trofofil 2. Stem



1



2



Kingdom: Plantae Divisi : Pteridophyta Ordo : Pteridopsida Famili : Polypodiaceae Genus : Pyrrosia Spesies : Pyrrosia sp. (Hartini,2006).



1.Daun sporofil 2, Stem



12



Kindom: Plantae Divisi: Pteridophyta Kelas: Filicopsida Ordo: Polypodiales Famili: Thelypteridaceae Genus: Thelypteris Spesies:Thelypteris sp. (Tjitrosoepomo,1989).



2 1



4.2 Pembahasan 4.2.1 Asplenium tenerum Spesies ini tumbuh ditanah yang agak lembab, terdapat dilereng-lereng bukit. Banyak terdapat dihutan subtropis maupun tropis. Paku ini termasuk semak, karena memiliki kayu tetaoi tingginya dibawah 2 meter. Paku ini memiliki daun-daun yang yang lebih besar dibandingkan dengan paku jenis lain. Berdasarkan tulang daunnya termasuk daun makrofil, daunnya memiliki tulang daun dengan sistem percabangan baik berupa terbuka dan tertutup. Berdasarkan fungsinya, merupakan daun sporofil (daun fertil) yang fungsi utamanya adalah menghasilkan sporangium. Daun ini juga dapat melakukan fotosintesis sehingga disebut pula dengan daun troposporofil. Daun pada spesies ini termasuk daun majemuk menyirip dengan anak daun yang menyirip disebut sirip (pinna) dan poros tempat sirip disebut rakis (rachis). Bentuk atau bangun daunnya delta, bentuk ujung daunnya meruncing dan tepi daunnya bergerigi. Warna daun hijau tua, tekstur daunnya seperti selaput atau helaian dan memiliki permukaan yang halus. Spesies ini bentuk batangnya berupa rimpang, batang yang panjang dan ramping. Permukaan batangnya tidak halus, melainkan memiliki ramenta atau bentukan seperti rambut yang bewarna cokelat kehitaman. Ukuran diameter batangnya 1-2 cm dan tingginya kurang lebih 60-100 cm. Warna batang cokelat



kehitaman dan tidak memiliki percabangan. Akar pada spesies ini termasuk akar serabut dikotom. Letak akarnya ada disepanjang bagian bawah rimpang, berbentuk tipis keras dan agak kasar berwarna cokelat tua. 4.2.2 Asplenium nidus A. nidus termasuk suku Aspleniaceae. Biasanya dikenal dengan nama bird’s nest fern, pakis sarang burung, atau lokot. Mempunyai sinonim Neottopteris nidus (L.) J. Smith, Thamnopteris nidus (L.) Presl., dan Asplenium musifolium J. Smith ex Mett. Paku epifit dengan akar rimpang kokoh, tegak, bagian ujung mendukung daun-daun yang tersusun roset, di bagian bawahnya terdapat kumpulan akar yang besar dan rambut berwarna coklat, bagian ujung ditutupi sisik-sisik sepanjang sampai 2 cm, berwarna coklat hitam. Tangkai daun kokoh, hitam, panjang sekitar 5 cm. Daun tunggal, panjang sampai 150 cm, lebar sampai 20 cm, perlahan-lahan menyempit sampai bagian ujung, ujung dan dasar meruncing atau runcing. Tulang daun menonjol di permukaan atas daun, biasanya hampir rata ke bawah, berwarna coklat tua pada daun tua. Urat daun bercabang tunggal, kadang bercabang dua, cabang pertama dekat bagian tengah sampai ±0,5 mm dari tepi daun. Tekstur daun seperti kertas. Sori sempit, terdapat di atas tiap urat daun dan cabangcabangnya mulai dari dekat bagian tengah daun sampai bagian tepi, hanya sampai bagian tengah lebar daun (Hartini, 2006). Di CA Sago Malintang jenis ini merupakan tumbuhan paku yang paling banyak ditemukan. Tumbuh tersebar di seluruh kawasan yang diamati mulai 1.060-1.240 m dpl. Tumbuh epifit di batang pohon yang telah ditebang sampai di ranting pohon besar. Secara umum tumbuhan ini banyak ditemukan baik di dataran rendah maupun daerah pegunungan sampai ketinggian 2.500 m dpl., sering menumpang di batang pohon tinggi, dan menyukai daerah yang agak lembab dan tahan terhadap sinar matahari langsung. Tanaman ini tersebar di seluruh daerah tropis. Jenis ini sudah umum untuk tanaman hias, selain itu juga dapat digunakan sebagai obat tradisional seperti sebagai penyubur rambut, obat demam, obat kontrasepsi, depuratif, dan sedatif (de Winter dan Amorosa, 1992).



4.2.3 Athyrium sp. Spesies ini dapat ditemukan ditanah, tempat yang lembab, tanah yang berbatu. Paku ini mempunyai daun yang berupa daun majemuk. Tersusun atas sekitar 10 pasang daun. Panjang tangkai daun sekitar 20 cm lebar 6 cm, bentuk daunnya berupa lencet memanjang, meruncing atau perisai dengan pertulangan daun yang bercabang-cabang. Daun tersebut ujungnya meruncing, banyaknya daun tergantung daripada besarnya batang, daunnya bewarna hijau tua, peruratan yang menyirip dan terdapat percabangan pada daunnya, sedangkan permukaan dari daunnya adalah kasar dan terdapat ental pada daunnya, sedangkan tepi daunnya bergerigi besar dan tidak beraturan. Menurut Sastrapraja dalam Darma, dkk, 2007 bahwa A. ascendens memiliki tekstur dari daun agak kaku, tepi daun bergerigi, ujung daun meruncing, pangkal daun berlekuk, permukaan daun halus, pertulangan daun menyirip yang ujungnya sampai pada tepi anak daun dan berwarna hijau gelap. A. ascendens memiliki ental yang cukup banyak yang panjangnya mencapai 1,2 m lebih. Ental yang muda ditutupi oleh sisik berwarna coklat muda. Batang paku ini tegak dan berkayu, berbentuk bulat, panjang, permukaan kasar, terdapat rambut-rambut yang bewarna cokelat muda agak kehitaman dan mudah lepas jika disentuh yang melekat pada batangnya. Memiliki akar serabut (Tjitrosoepomo, 1989). 4.2.4 Botrychium sp. Anggota dari suku Ophioglossaceae ini dikenal dengan nama daerah paku rancung. Jenis tumbuhan paku terestrial dengan akar rimpang berdaging, memiliki 1-3 daun pada setiap batangnya. Mempunyai 2 macam daun yaitu daun steril dan daun fertil. Panjang tangkai daun sampai 25 cm, berdaging. Daun steril tersusun menyirip ganda, secara keseluruhan membentuk segitiga lebar, tekstur lembut dan berdaging. Daun fertil merupakan cabang dari daun steril, percabangan terdapat pada sekitar 2/3 bagian ujung tangkai daun. Kantong spora tersusun dalam 2 baris, berwarna kuning kecoklatan.



Di CA Sago Malintang jenis ini tumbuh di dekat aliran air, di tempat ternaung dan sangat lembab pada ketinggian 1.120 m dpl., dan tumbuh secara berkelompok dalam cakupan kawasan terbatas. Di alam biasanya tumbuh dihutan-hutan pegunungan yang sejuk dan menyukai tempat yang ternaung. DiIndonesia tersebar di Sumatera, Kalimantan, Kepulauan Nusa Tenggara dan Jawa. Jenis ini berpotensi sebagai tanaman hias(Hartini,2006) 4.2.5 Dicranopteris linearis Habitusnya sebagai semak, menahun tinggi 40-100 cm, terdapat diatas permukaan tanah, namun ada juga yang tumbuh menempel dipermukaan bebatuan. Batangnya bulat, melata dibawah permukaan tanah, berbulu kasar, werna hijau dengan bulu bewarna cokelat kehitaman. Daunnya majemuk, menjari, anak daun menyirip gasal, bentuk garis ujung tumpul., tepi rata, panjang 3-8 cm, lebar 2-4 cm, permukaan licin bewarna hijau. Termasuk kedalam paku homospora, sporangium tersusun dalam garis, disepanjang sisi bawah daun yang fertile, bentuknya bulat bewarna cokelat. Akarnya serabut, bewarna putih kekuningan. 4.2.6 Drynaria quercifolia Tumbuhan ini memiliki nama lokal oak-leaf fern atau daun kepala tupai dan



termasuk



dalam



suku Polypodiaceae. Jenis ini mempunyai sinonim



Polypodium quercifolium L. dan Phymatodes quercifolia C. Presl. Jenis ini dicirikan dengan akar rimpang setebal 2-3 cm atau lebih, menjalar pendek, panjang ruas sampai 10 cm, sisik coklat kehitaman, panjang 6-20 mm, lebat tersebar, seperti bulu tupai. Daun dimorfik. Daun basal (daun steril) duduk, bercuping dangkal, panjang 10-50 cm, lebar 10-40 cm. Daun fertil bertangkai 15-35 cm, helaian daun menjari, panjang 40-150 cm, lebar 15-50 cm. Anak daun tanpa penyempitan di bagian basal. Sori dalam 2 barisan paralel yang teratur atau kadang tidak teratur, dekat dengan tulang daun, bundar, diameter 1-2 mm (Hartini, 2006). Paku ini digolongkan kedalam paku terestrial dan epipit. Daun tunggal yang dapat tumbuh tinggi hingga mencapai 150 cm atau lebih. Permukaan daun bewarna hijau kusam dan kaku. Jenis tumbuhan ini tidak memiliki batang, daun memenuhi seluruh tulang daun utama. Kedudukan anak daun berselang seling. Kedudukan



spora menyebar diseluruh bawah permukaan daun, dengan bentuk bulat. Pada saat masih muda spora memiliki warna hijau sedangkan jika sudah matang bewarna cokelat. Berdasarkan penelitian Kandhasamy et al (2008) paku ini berpotensi sebagai obat anti bakteri dan obat penyakit kulit (Anti Dermatophytic) (Nejad & Deokule, 2009). 4.2.7 Drymoglossum sp. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang dapat dijumpai didaerah yang beriklim tropis. Biasanya tumbuh di area bebas seperti hutan, ladang dan temoattempat yang lembab dan mudah dijumpai diatas pohon-pohon yang besar dan tua. Batangnya mempunyai rhizom yang halus menjalar dan ditutupi oleh sisik-sisik kecil. Sporangiumnya terkumpul dalam sorus yang mengelilingi hampir keseluruhan daun fertil. Tumbuhan ini juga merupakan tumbuhan yang memiliki sifat epifit. Memiliki daun yang tumbuh dengan jarak yang pendek satu sama lain. Selain itu daun bertangkai pendek, tebal berdaging, berbentuk jorong memanjang, ujung tumpul, pangkal runcing, tepi rata, berambut jarang pada permukaan bawah, bewarna hijau sampai hijau kecokelatan. Memiliki akar rimpang kecil, merayap, bersisik, dan akar melekat kuat pada inangnya. Bersifat homospora/isospora (hanya menghasilkan satu macam spora), terletak pada sorus dibawah daun. 4.2.8 Gleichenia linearis Daun berjauhan satu dengan yang lain, tidak beruas, bercabang menggarpu dua kal sampai banyak kali. Tajuk daun berbentuk pita memanjang, licin, tepinya rata, ujungnya tumpul dan sedikit menggulung, tiap taju daun umumnya terdapat sori lebih dari satu (Nasution,1986). Percabangannya sangat khusus sehingga jenis ini mudah dikenal. Bial diperhatikan dengan seksama tiap-tiap cabang bercabang dua lagi. Begitu seterusnya sehingga seluruh tumbuhan menutupi tanah tempat tumbuhnya. Akar pada jenis paku ini membantu dalam kegiatan mengembangkan diri. Akar merupakan rimpang yang disebut dengan nama rhizoma. Tunas tumbuh dari akar



rimpang ini bewarna hijau pucat yang ditutup oleh bulu-bulu bewarna hitam (Tim LIPI,1980;100). 4.2.9 Lygodium circinatum Paku ini sering ditemukan didaerah tropis yang banyak terdapat cahaya dihutan yang hijau sepanjang tahun pada ketinggian rendah atau sedang. Didaerah pasudan paku ini dikenal dengan nama paku hatta. Habitat daerah terbuka, rhizom menjalar dibawah permukaan tanah, rachis memanjat, rachis steril, percabangan dikotom, warna rachis hijau kecokelatan. Panjang ruas rachis primer 24 cm, panjang ruas rachis sekunder 6,5 cm. Rachis fertil, percabangan dikotom, warna rachis hijau kecoklatan, cara tumbuh melilit, arah putaran kanan, panjang ruas rachis primer 13,4 cm, panjang ruas rachis sekunder 3 cm. Pinna steril, susunan pinna pada rachis oppositus jumlah pinna 1 dengan 4-5 lobus, bentuk pinna palmatus, basis attenuatus, vena bebas,apex pinna acutus, margo integer, panjang pinna 18 cm, panjang bagian basis pinna 1 cm,panjang bagian tengah pinna 15,2 cm, rasio panjang dan lebar pinna 1,18 cm.Pinna fertil; susunan pinna pada rachis oppositus, jumlah pinna 2 dengan 2 lobus, bentuk pinna palmatus, basis attenuatus, vena bebas,apex pinna acutus, panjang pinna 17 cm, panjang tangkai pinna 1 cm, panjang bagian basis 1 cm,panjang bagian tengah pinna 6 cm, rasio panjang dan lebar pinna 2,83. Spora, marginal berada di ujung pertulangan pinna (Kramer, 1990). Kegunaan paku ini yaitu batangnya untuk pembuatan tas tangan,topi, sebagai obat luka dari sengatan binatang melata seperti ular, lipan dan laba-laba yaitu dengan menggunakan getah yang terdapat pada paku ini. Juga sebagai obat luka dari sengatan binatang air yaitu dengan cara menumbuk halus daunnya ( Holtum, 1963). 4.2.10 Nephrolepis sp. Nephrolepis pada umumnya hidup ditanah tapi ada juga yang hidup secara epifit. Nephrolepis dapat ditemukan pada dataran tinggi, daerah kering seperti padang pasir, daerah berair atau area-area terbuka. Selain itu dapat ditemukan 4 tipe habitat Nephrolepis yaitu, hutan rindang yang memiliki celah permukaan



berkarang, khususnya yang terlindung dari sinar matahari, terdapat di daerah rawa dan tergenang air, dan tumbuh sebagai epipit pada pohon-pohon tropik. Batang Nephrolepis berbentuk bulat, tetapi pada spesies ini terdapat seperti lekukan dipermukaannya sepanjang batang tersesut. umumnya merupakan tanaman kecil dengan sedikit daun, tingginya kurang dari 0.5m tinggi. Warna batang kecoklatan.permukaan halus akan tetapi seperti tedapat rambut-rambut yang sangat halus pada batangnya. Nephrolepis memiliki akar serabut yang tumbuh dibawah permukaan tanah bersifat nonfotosintesis, yang berfungsi menyerap air dan nutrsi dari tanah. Akar ini berukuran kecil. Daun pada spesies ini terdapat percabangan pada tulang daun. Ujung dari urat daunnya yang menjari tidak sampai menyentuh tepi daun dan bebas, pada ujung urat daun perdapat sporangium yang tertata dengan rapi disepanjang tepi daun. Daun tumbuhan paku ada beberapa macam, yaitu tropofil (daun khusus untuk fotosintesis, tidak mengandung spora), sporofil (daun penghasil spora), dan yang kecil-kecil disebut mikrofil, dan yang besar disebut makrofil. Pada spesiens ini daunnya ternasuk mikrofol. Ujungnya seringkali bebas, ada yang tidak mencapai tepi, sampai atau sangat dekat dengan tepi atau bahkan sampai diluar tepi daun. Tumbuhan ini memiliki permukaan daun yang halus dan besisik. Ukuran pada umumnya panjang mencapai 2cm dengan lebar 1cm. Bentuk daun menjorong dan ujungnya terbelah, sedangkan pada tepi daunnya bergerigi.selain itu spesies ini juga mempunyai ental yang bertumpuk di atas permukaan, yaitu adanya daun muda yang mengulung. Pada umumnya neprhrolepis memiliki daun berwarna hijau sebagai organ fotosintesis. 4.2.11 Phymatodes sp. Phymatodes, termasuk paku teristerial dan epipit. Terkadang dijumpai menempel pada batu-batu, pohon mati atau pada pohon yang masih hidup. Hidup pada kondisi habitat terbuka dan banyak mendapat sinar matahari. Tinggi tumbuhan dapat mencapai 64 cm atau lebih. Batang bewarna hijau kecokelatan, daun bewarna hijau sampai hijau terang dengan tangkai daun keunguan, lebar daun dapat mencapai 20cm. Helaian daun berbagi menyirip, permukaan atas daun berbenjol-



benjol dengan letak sorusnya. Spora terdapat dibawah permukaan daun dan tersebar tidak tidak beraturan . panjang sorus bisa mencapai ukuran 1-2 mm. Berbentuk bulatan. Spesies ini banyak dimanfaatkan dalam pengobatan (Arini, 2012). 4.2.12 Pyrrosia adnacens Jenis ini termasuk suku Polypodiaceae. Mempunyai sinonim Pyrrosia varia (Kaulfuss) Farwell, Acrostichum lanceolatum L., Candollea lanceolata Mirb. ex Desv. dan Cyclophorus lanceolatus Alston. Tumbuhan ini mempunyai akar rimpang setebal 1,2-2,1 mm, menjalar panjang, ditutupi oleh sisik-sisik yang tersebar. Daun dimorfik, tidak jelas sampai jelas bertangkai.Daun fertil tangkainya sampai 9 cm, helaian 3,5-31 cm x0,3-3,5 cm, bagian pangkal perlahan menyempit, paling lebar di bagian tengah atau di bawahnya, ujung tumpul. Daun steril bertangkai sampai 5 cm, helaian 2-24 cm x 0,3-4,3 cm, paling lebar di bagian tengah atau di atasnya, ujung membundar atau tumpul. Sori berderet di sepanjang tepi daun



atau



menyebar



di seluruh permukaan



daun(Hovenkamp et al., 1998). Paku jenis ini pada umumnya tumbuh secara epifit, kadang epilitik, dan jarang yang terestrial, umumnya ditemukan di berbagai situasi, kebanyakan di dataran rendah, kadang sampai 1.000-1.500 m dpl. Jenis ini tersebar di Afrika, Asia Tenggara sampai Pasifik dan di seluruh kawasan Malesia. Di Malaya tumbuhan ini digunakan untuk obat sakit kepala dengan menempelkan tumbukan daunnya dengan jintan hitam dan bawang merah ke kening, dan juga untuk obat desentri. Di CA Sago Malintang, jenis ini tidak banyak ditemukan, hanya tumbuh di batang pohon yang telah lapuk pada sekitar 6 m dari atas tanah, di tempat yang sangat terbuka pada ketinggian 1.080 m dpl, tumbuh bersama Bulbophyllum odoratum, Asplenium nidus, dan Agrostophyllum majus (Hartini, 2006). 4.2.13 Thelypteris sp. Thelypteris merupakan tumbuhan paku yang habitatnya hidup pada tumbuhan lain (paku epifit). Tumbuhan ini terdapat pada tempat yang terkena sinar matahari langsung atau agak teduh dan tahan terhadap angin. Habitusnya atau perawakannya



berupa herba. Disebut herba karena pada tumbuhan ini tangkai daun maupun batangnya berair. Akar tebal, tegak, bersisik, setiap 3 mm memiliki sisik kurang lebih 50, berwarna coklat, herba, bergerigi pada batas di bagian atas. Stipe sampai 50 cm, bersisik padat di dasar, ke atas dibawah umur, stramineous, sisik menyempit. Lamina panjangnya sekitar 1m, tripinnatifid, lanset pinnae, sekitar 70 sampai 20 cm, bertangkai, malai dan malai pinna, beralur pada sorface atas, padat pada saat muda, lanset pinnules, berekor di pucuk, bertangkai atau sesil, pangkal sedikit atau tidak penyempitan , 10 kali 2 cm lebih besar, costa berlekuk atau kadang-kadang menyirip, setiap segmen lonjong, bulat atau sedang tajam pada sebagian pucuk atau bergigi pada tepi, 7-13 hingga 4 mm, yg mirip kertas, bagian dalam hijau kecokelatan (Tagawa, 1979 : 386).



BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut: a) paku yang terdapat di kawasan bukit pantai batu burung, Sedau diantaranya adalah Asplenium sp. Athyrium sp. Nephrolepis sp., Drymoglossum sp. Thelypteris sp., Gleichenia linearis. Botrychium sp, Drynaria quercifolia,. Dicranoteris linearis,



Phymatodes sp., Pyrosia adnacens, Lygodium



circinatum. b) Paku yang ditemukan dikawasan bukit pantai batu burung, Sedau ini memiliki karakteristik yang hampir sama setiap spesiesnya, walaupum ada beberapa karakter yang menjadi pembedanya, karena paku yang dijumpai dikawasan ini kebanyakan dari kelas Pteridopsida dan ordo Polypodiales 5.2 Saran Saran untuk Praktikum Lapangan Sistematika Tumbuhan 1 berikutnya. Diharapkan praktikan mampu menguasai materi guna untuk memudahkan pengidentifikasian dilapangan, dan lebih aktif supaya dilapangan guna mendapatkan preparat yang lebih banyak dan tentunya berkualitas baik.



DAFTAR PUSTAKA Adi Yudianto, Suroso. 1992. Pengantar Botany Cryptogamae. Bandung: Tarsito Arini, Dwi I.D. Julianus, Kinho .2012.Keragaman Jenis Paku (Pteridophyta) di Cagar Alam Gunung Ambang Sulawesi Utara. Balai Penelitian Kehutanan Manado.Info BPK Manado. 2:1 Asbar. 2004. Jenis Paku-pakuan (Pteridophyta) di Sekitar Air Terjun Tirta Rimba Hutan Wana Osena Desa Sumber Sari Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Haluoleo.Kendari Darma, Putu. 2007. Inventarisasi Tumbuhan Paku diKawasan Taman Nasional Laiwangi-Wanggameti Sumba Timur. Waingapu De Winter, W.P. and V.B. Amorosa (eds.). 1992. Plant Resources of South East Asia No.15 (2). Ferns and Fern Allies. Bogor: Prosea Hartini, S. 2006. Tumbuhan Paku di Cagar Alam Sago Malintang, Sumatra Barat dan Aklimatisasinys di Kebun Raya Bogor. Jurnal Biodiversitas . Pusat Konservasi Tumbuhan-Kebun Raya Bogor, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bogor. Volume 7:3. 230:236. Holttum, R. E. 1963. Fern and Fern Allies in Flora Malesiana. Vol .1 Serie II.: N.V. Erven Noordhoff. Groningen. Hovenkamp, P.H., M.T.M. Bosman, E. Hennipman, H.P. Nootebom, G. RodlLinder, and M.C. Roos. 1998. Polypodiaceae in Flora Malesiana Vol. 3 Series II - Ferns and Fern Allies. Leiden: Rijksherbarium. Kramer K. U. 1990. Schizaeaceae, in Kubitzki K. (2nd ed.), The Families and Genera of Vascular Plants, Vol. 1: Pteridophytes and Gymnosperms. Springer, Berlin: 258-261. Nasution, Ahmad. 1986, Morfologi Tumbuhan Paku Secara Umum, Yogyakarta,. Nejad, B.S and Deokule, S.S. 2009. Anti-dermatophytic activity of Drynaria quercifolia (L.) J. Smith. Jundishapur Journal of Microbiology. 2(1) : 25-30. Polunin, Nicholas.1960. Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.



Tagawa M dan Iwatsuki K.1985.Flora Of Thailand vol.3 part 2.Tem Semitinad : Bangkok Tim LIPI, 198., Jenis Paku Indonesia. Jakarta . Balai Pustaka. Tjitrosoepomo, G., 1989. Taksonomi Tumbuhan (Schizophytha, Thallophytha, Bryophytha, Pteridophyta). Gadja Mada University Press. Yogyakarta.