Puisi Pendidikan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PAHLAWAN TANPA LENCANA (saifuddin usman@REVO-Srikand FM)



Pagi yang indah deruan angin menerpa wajah Dingin menyelimuti langkah penuh keikhlasan Renungan hanya untuk sebuah kejayaan Berfikir hanya untuk sebuah keberhasilan



Tiada lafaz seindah tutur katamu Tiada penawar seindah senyuman mu Tiada hari tanpa sebuah bakti Menabur benih kasih tanpa rasa lelah



Hari demi hari begitu cepat berlalu Tiada rasa jenuh terpancar di wajah mu Semangat mu terus berkobar Memberikan kasih sayang tiada rasa jemu



Jika engkau akan melangkah pergi Ku tau langkahmu penuh pengorbanan Jika dirimu telah tiada dirimu kan selalu di kenang Kau adalah pahlawan tanpa lencana.



GURUKU (saifuddin usman@REVO-Srikand FM)



Suci dan iklas pemberian mu Dari kami buta menjadi tau Suci dan ikhlas pengorbanan mu tiada ternilai jasa baik mu



Engkau laksana lampu dalam kegelapan Yang menerangi alam kalbuku Engkau bagaikan angin Yang selalu berbisik tentang kebaikan



Namamu selalu bergelora Dalam hatiku Jasa dan benih yang engkau tanam Kini telah tumbuh bersemi



Terpujilah engkau wahai guruku pahlawan hidupku



APA KABAR PENDIDIKAN NEGERIKU Karya: Dian Hartati



Sampai kini aku tak tahu Apakah titel sarjana yang dibangga-banggakan ayahku dulu Dapat menyambung lambungku, istriku dan anak-anakku Tujuh Belas tahun sudah segudang uang di lumbung keringat ayah-ibuku Kuhabiskan di meja pendidikan Namun aku tetap tak mampu memberi anak-anakku sesuap makan Tujuh belas tahun sudah kuhabiskan waktuku di ruang gerah sekolah dan kuliah Namun tak memberiku otak brilian dan keterampilan yang sepadan Aku hanya terampil menyontek garapan temanku Aku hanya terampil membajak dan menjiplak karya negeri orang Aku terampil mencuri ide-ide bukannya mencipta Apa kabar pendidikan negeriku Adakah kini kau sudah berbenah Sehingga anak cucuku akan dapat merasai sekolah yang indah Dan masa depan yang cerah?



TAMAN ILMU Karya Nur Wachid



Musim kemarau panas berkepanjangan Musim penghujan hujan berdatangan Itulah hebatnya dirimu Panas hujan tetap buat kau berdiri Kau hanya tumpukan bata merah Tulang mu hanya dari besi Seindah dirimu namamu sama Seburuk bentukmu tak kurangi gunamu Kaulah taman kehidupan Tempat tertanam berjuta ilmu Bunga merekah terlahir darimu Hiruk pikuk pendidikan tertelan olehmu Tanpamu semua tampak bodoh Alangkah indahnya.... Jika dirimu berdiri dimana-mana Tanpa ada beda di desa dan kota Sayangnya kau bukan manusia Kakimu tertanam di bumi Tak dapat jalan kemana-mana



PAHLAWAN PENDIDIKAN Karya Zaneta NAJ



Jika dunia kami yang dulu kosong Tak pernah kau isi Mungkin hanya ada warna hampa, gelap tak bisa apa-apa, tak bisa kemana-mana Tapi kini dunia kami penuh warna Dengan goresan garis-garis, juga kata Yang dulu hanya jadi mimpi Kini mulai terlihat bukan lagi mimpi Itu karena kau yang mengajarkan Tentang mana warna yang indah Tentang garis yang harus dilukis Juga tentang kata yang harus dibaca Terimakasih guru dari hatiku Untuk semua pejuang pendidikan Dengan pendidikanlah kita bisa memperbaiki bangsa Dengan pendidikanlah nasib kita bisa dirubah Apa yang tak mungkin kau jadikan mungkin Hanya ucapan terakhir dari mulutku Di hari pendidikan nasional ini Gempitalah selalu jiwamu Wahai pejuang pendidikan



TERIMA KASIH GURUKU Karya Anggita Nurul T



Guru.... Kaulah pembimbingku... Kaulah pengajarku... Kaulah pendidikku... Guru... Itulah julukanmu... Yang tak pernah bosan dalam... Mengajar dan membimbingku... Guru... Kau bagaikan cahaya.... Yang menerangi jiwa dari segala gelap dunia... Kau adalah setetes embun yang menyejukan hati... Guru... Kau adalah pahlawan yang tidak mengharap balasan... Dari segala yang kau lakukan... Kau lakukan dengan rasa ikhlas.... Guru... Tanpamu aku akan hancur... Tanpamu aku akan sengsara... Tanpamu aku akan sesat... Guru... Tanpamu aku tidak bisa menulis... Tanpamu aku tidak bisa membaca... Tanpamu aku tidak bisa berhitung... Guru... Terima kasih ku ucapkan kepadamu... Atas segala jasa-jasa yang kau berikan... Selama aku belajar di sekolah ini...



MAJULAH TERUS SISWA INDONESIA Karya Zaneta NAJ



Dengar, dengarlah isis tulisan ini Hanya kepadamu harapan ku sandangkan Hanya kepadamu cita-cita dipertaruhkan Tak ada sesuatu yang tak mungkin bagimu Bangkitlah melawan arus yang terus mendera Kuasailah dirimu dengan sikap optimis Paculah laju kudamu sekencang-kencangnya Lawanlah bebatuan terjal yang mengusik di jalanan Ingat. Engkau adalah harapan, engkau adalah masa depan Masa depan ada di tanganmu Harapan terpendam ada di pundakmu Nasib bangsa engkau yang menentukan



Pahlawan Tanpa Lencana Karya Saifuddin Usman Pagi yang indah deruan angin menerpa wajah Dingin menyelimuti langkah penuh keikhlasan Renungan hanya untuk sebuah kejayaan Berfikir hanya untuk sebuah keberhasilan Tiada lafaz seindah tutur katamu Tiada penawar seindah senyumanmu Tiada hari tanpa sebuah bakti Menabur benih kasih tanpa rasa lelah Hari demi hari begitu cepat berlalu Tiada rasa jenuh terpancar di wajahmu Semangat mu terus berkobar Memberikan kasih sayang tiada rasa jemu Jika engkau akan melangkah pergi Ku tau langkahmu penuh pengorbanan Jika dirimu telah tiada dirimu kan selalu di kenang Kau adalah pahlawan tanpa lencana



AYO MEMBACA Karya Abdul Jalil



Sesobek kertas telah diberikan Seuntai tulisan juga berada di dalamnya Duhai nak yang malang Kenapa engkau diam saja? Kenapa kertas itu hanya kau simpan? Sungguh banyak harapan terpendam Ilmu maha luas telah tertuliskan Namun sayang kau malas membaca Dunia begitu luas ilmu pun begitu terbentang Sungguh dunia telah berkata, Kau ingin tahu isiku? Kau ingin mengeri apa tentang dunia ini? Malang beribu malang kau malas membaca Duhai anak yang malang Bangkitlah sekarang Wawasan luas telah menantimu Lawanlah jiawa kotormu itu Tuk mencapai impianmu



SAJAK PERTEMUAN MAHASISWA Karya WS Rendra



Matahari terbit pagi ini Mencium bau kencing orok di kaki langit, Melihat kali coklat menjalar ke lautan, Dan mendengar dengung lebah di dalam hutan Lalu kini ia dua penggalah tingginya.



Dan ia menjadi saksi kita berkumpul di sini memeriksa keadaan Kita bertanya: Kenapa maksud baik tidak selalu berguna. Kenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlaga. Orang berkata “Kami ada maksud baik”



DAN KITA BERTANYA “MAKSUD BAIK UNTUK SIAPA?” WS Rendra Muda



Ya! Ada yang jaya, ada yang terhina Ada yang bersenjata, ada yang terluka. Ada yang duduk, ada yang diduduki. Ada yang berlimpah, ada yang terkuras. Dan kita disini bertanya: “Maksud baik untuk saudara untuk siapa? Saudara berdiri di pihak yang mana?” Kenapa maksud baik dilakukan Tetapi makin banyak petani yang kehilangan tananya Tanah-tanah di gunung telah dimiliki orang-orang kota. Perkebunan yang luas Hanya menguntungkan segolongan kecil saja. Alat-alat kemajuan yang diimpor Tidak cocok untuk petani yang sempit tanahnya. Tentu kita bertanya: “lantas maksud baik saudara untuk siapa?” Sekarang matahari, semakin tinggi. Lalu akan bertahta juga diatas puncak kepala. Dan di dalam udara yang panas kita juga bertanya: Kita ini dididik untuk memihak yang mana? Ilmu-ilmu yang diajarkan di sini Akan menjadi alat pembebasan, Ataukah alat penindasan? Sebentar lagi matahari akan tenggelam. Amalam akan tiba. Cicak-cicak berbunyi di tembok. Dan rembulan akan berlayar. Tetapi pertanyaan kita tidak akan mereda. Akan hidup di dalam bermimpi. Akan tumbuh di kebon belakang. Dan esok matahari akan terbit kembali. Sementara hari baru menjelma. Pertanyaan-pertanyaan kita menjadi hutan. Atau masuk ke sungai menjadi ombak di samodra. Dibawah matahari kita bertanya: Ada yang menangis, ada yang mendera. Ada yang habis, ada yang mengikis. Dan maksud baik kita berdiri di pihak yang mana!



TUGAS BAHASA INDONESIA



“PUISI PENDIDIKAN”



Oleh : ISMI NURBAETI Kelas XI Semester 2



MADRASAH ALIYAH



MA AL-AZHAR 2014