Rangkuman Materi Semester I Fiqih Kelas 9 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

2021



RMS I Kelas IX Fiqih



MTs N 2 ASAHAN



Rangkuman Materi Semester I



RMS I Kelas IX Fiqih T.P. 2021 - 2022 © 2021 Copy Right All Right Reserved



BAB 1 - PENYEMBELIHAN, KURBAN DAN AKIKAH



A. Penyembelihan 1. Pengertian Sembelihan dalam bahasa Arab disebut Az-Zakah yang berarti baik dan suci. Maksudnya binatang yang disembelih sesuai dengan ketentuan syara’/ Sedangkan menurut istilah adalah memutus jalan makan dan minum, pernafasan dan urat nadi pada leher binatang yang disembelih dengan pisau, pedang atau alat tajam lainnya sesuai ketentuan syara’. 2. Cara Menyembelih a. Tradisional, menggunakan benda tajam kecuali kuku dan taring binatang b. Modern, dengan cara menyetrum pada urat hewan c. Mekanik, menggunakan alat - alat elektronik 3. Dalil Tentang Penyembelihan Q.S. Al - Maidah : 3



ُ ‫َّللا ِّ ب ِّ هِّ َو ال ْ ُم نْ َخ ن ِّ ق َ ة‬ ْ ‫ُح ِّر َم‬ َّ ‫ير َو َم ا أ ُهِّ َّل لِّ غ َ ي ِّْر‬ ِّ ‫ت عَ ل َ يْ ك ُ مُ ال ْ َم يْ ت َة ُ َو ال دَّ مُ َو ل َ ْح مُ ال ْ ِّخ نْ ِّز‬ ‫ط ي َح ة ُ َو َم ا أ َكَ َل ال س َّ ب ُ ُع إ ِّ ََّّل َم ا ذ َ ك َّ يْ ت ُ ْم َو َم ا ذ ُ ب ِّ َح عَ ل َ ى‬ ِّ َّ ‫َو ال ْ َم ْو ق ُ و ذ َ ة ُ َو ال ْ ُم ت َ َر دِّ ي َ ة ُ َو ال ن‬ ْ ِّ ‫ال ن ُّ صُ ب ِّ َو أ َ ْن ت َسْ ت َق ْ ِّس ُم وا ب‬ ٌ ْ‫اْل َ ْز ََّل ِّم ۚ َٰذ َ لِّ ك ُ ْم ف ِّ س‬ ‫س ال َّ ِّذ ي َن ك َ ف َ ُر وا ِّم ْن‬ َ ِّ ‫ق ۗ ال ْ ي َ ْو مَ ي َ ئ‬ ُ ‫ت ل َ ك ُ ْم ِّد ي ن َ ك ُ ْم َو أ َت ْ َم ْم‬ ُ ْ ‫ِّد ي ن ِّ ك ُ ْم ف َ ََل ت َ ْخ ش َْو ه ُ ْم َو ا ْخ ش َْو ِّن ۚ ال ْ ي َ ْو مَ أ َكْ َم ل‬ ‫ت عَ ل َ يْ ك ُ ْم‬ ُ ‫ضي‬ ‫ف‬ ٍ ِّ ‫ص ٍة غَ ي ْ َر ُم ت َ َج ا ن‬ ْ ‫اْل س ََْل مَ ِّد ي ن ً ا ۚ ف َ َم ِّن ا‬ ِّ ‫ن ِّ ع ْ َم ت ِّ ي َو َر‬ َ ‫ض ط ُ َّر ف ِّ ي َم ْخ َم‬ ِّ ْ ُ‫ت ل َ ك ُ م‬ َّ ‫ْل ث ْ ٍم ۙ ف َ إ ِّ َّن‬ ٌ‫َّللا َ غَ ف ُ و ٌر َر ِّح ي م‬ ِّ ِّ



Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Rangkuman Materi Semester I - Fiqih



2



B. Kurban 1. Pengertian Menurut bahasa Arab disebut Qoroba, Yaqribu, Qurban berarti dekat, mendekat, dekatlah. Menurut istilah penyemblihan hewan jinak yang dilaksanakan pada tanggal 10, 11, 12, 13 Dzulhijjah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Hukum berkurban adalah sunnah muakkad. 2. Dalil Tentang Berkurban Q.S. Al - Kautsar : 2



‫ك َو ا نْ َح ْر‬ َ ِّ ‫ص لِّ لِّ َر ب‬ َ َ‫ف‬ Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah) 3. Hal - Hal yang Disunnahkan a. Melafazkan bismillah b. Menggunakan benda tajam c. Hewan dihadapkan ke arah kiblat d. Hewan digulingkan dan tulang rusuk bagian kiri berada di bagian bawah e. Dipotong pada pangkal leher f. Melafazkan shalawat nabi g. Melafazkan takbir 4. Syarat Hewan Kurban a. Berupa hewan ternak, yaitu unta, sapi dan kambing b. Telah sampai usia syariat berupa jaza’ah (setengah tahun), tsaniyyah (berusia setahun penuh) c. Unta 5 - 6 tahun d. Sapi 2 tahun e. Kambing 1 - 2 tahun f. Domba 6 bulan 5. Sejarah Singkat Perintah Kurban Perintah kurban berawal dari perintah Allah SWT kepada Nabi Ibrahim a.s. melalui mimpi untuk menyembelih Nabi Ismail a.s. putra yang sangat dicintainya. Setelah mimpi tersebut disampaikan kepada Nabi Ismail a.s., sungguh luar biasa jawaban Nabi Ismail a.s. sebab setelah mendengar cerita itu ia langsung meminta agar sang ayah melaksanakan sesuai mimpi itu karena diyakini benar - benar datang dari Allah SWT. Pada hari ke sepuluh di bulan Dzulhijjah Nabi Ibrahim a.s. melaksanakan perintah tersebut. Ketika Nabi Ibrahim a.s. melaksanakan perintah Allah SWT menyembelih Nabi Ismail a.s., Allah SWT mengganti Nabi Ismail a.s. dengan seekor kambing.



Rangkuman Materi Semester I - Fiqih



3



C. Akikah 1. Pengertian Akikah menurut bahasa berarti rambut kepala bayi yang tumbuh sejak lahir. Sedangkan menurut istilah berarti menyembelih hewan ternak berkenaan dengan kelahiran anak sebagai rasa syukur kepada Allah. Untuk laki - laki 2 kambing, perempuan 1 kambing. Dan dilaksanakan pada hari ketujuh setelah lahir. 2. Hukum dan Dalil Akikah Hukum akikah adalah sunnah muakad, maksudnya adalah sangat dianjutkan bagi setiap orang tua muslim dan berkemampuan mengakikahkan anak adalah perbuatan yang sangat disukai Allah “Dari Samurah ra, Rasulullah SAW bersabda, setiap anak yang baru lahir masih tergadai sampai disembelihin baginya akikah pada hari yang ketujuh dari hari lahirnya, dan hari itu juga hendaklah dicukur rambutnya dan diberi nama” (H.R. Tirmidzi). D. Ketentuan Hewan Kurban dan Akikah 1. Binatang yang Bisa Digunakan untuk Kurban/Akikah a. Domba b. Kambing c. Sapi d. Unta Adapun hewan yang biasa digunakan untuk akikah adalah domba atau kambing, tetapi hewan untuk akikah diperbolehkan menggunakan selain domba atau kambing seperti sapi dan unta. 2. Ketentuan Umur Hewan untuk Kurban dan Akikah a. Domba 1 tahun b. Kambing 2 tahun c. Sapi atau kerbau 2 tahun d. Unta 5 tahun 3. Hewan yang Tidak Boleh untuk Kurban dan Akikah Empat macam binatang yang tidak sah dijadikan kurban yaitu a. Binatang yang rusak matanya dan jelas kerusakannya b. Binatang yang sakit dan jelas sakitnya c. Binatang yang pincang kakinya dan jelas pincangnya d. Binatang yang kurus hingga tak berdaging 4. Ketentuan Jumlah Hewan untuk Kurban dan Akikah a. Jumlah hewan untuk kurban adalah domba dan kambing untuk 1 orang, sapi/kerbau dan unta unta 7 orang b. Jumlah hewan untuk akikah adalah anak laki - laki 2 ekor kambing, anak perempuan 1 ekor kambing



Rangkuman Materi Semester I - Fiqih



4



5. Waktu Penyembelihan Kurban dan Akikah a. Waktu pelaksanaan kurban, dilaksanakan pada hari raya Idul Adha, yakni 10 Dzulhijjah dan pada hari - hari Tasyrik tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah b. Waktu pelaksanaan akikah, waktu ada’ dilaksanakan tepat pada waktunya yakni pada hari ke 7, 14 atau 21 dari kelahiran anak. Yang paling utama adalah hari ke 7. Sedangkan waktu qadha’ adalah pelaksanaan setelah hari ada’ karena adanya alasan syar’i. 6. Persamaan Kurban dan Akikah a. Jenis hewan b. Umur hewan c. Kebugaran hewan d. Syarat penyembelihan e. Alat penyembelihan f. Kesunnahan g. Adab menyembelih 7. Perbedaan Kurban dan Akikah No Kurban Akikah Kurban disyariatkan antara 10 - 14 Akikah disyariatkan saat kelahiran 1 dzulhijjah anak Disyariatkan dilaksanakan setiap 2 Disyariatkan satu kali seumur hidup tahun Kambing atau domba untuk anak laki 3 Binatang cukup satu ekor laki 2 ekor, sedangkan perempuan 1 ekor Daging lebih utama dibagikan 4 Daging diberikan setelah dimasak sebelum dimasak 8. Doa Menyembelih Kurban dan Akikah



Rangkuman Materi Semester I - Fiqih



5



BAB 2 - MUAMALAH (JUAL BELI, KHIYAR, QIRAD DAN RIBA)



A. Jual Beli (Ba’i) 1. Pengertian Jual Beli Jual beli secara bahasa adalah menukar sesuatu dengan sesuatu. Jual beli menurut syara’ adalah tukar menukar harta dengan harta lain melalui tata cara yang telah ditentukan oleh hukum Islam. 2. Hukum Jual Beli Q.S. An - Nisa : 29



‫ط ِّل إ ِّ ََّّل أ َ ْن ت َك ُ و َن ت ِّ َج ا َر ة ً ع َ ْن‬ ِّ ‫ي َ ا أ َي ُّ َه ا ال َّ ِّذ ي َن آ َم ن ُ وا ََّل ت َأ ْك ُ ل ُ وا أ َ ْم َو ا ل َ ك ُ ْم ب َ ي ْ ن َ ك ُ ْم ب ِّ ال ْ ب َ ا‬ ‫َّللا َ كَ ا َن ب ِّ ك ُ ْم َر ِّح ي ًم ا‬ َّ ‫اض ِّم نْ ك ُ ْم ۚ َو ََّل ت َق ْ ت ُل ُ وا أ َنْ ف ُ سَ ك ُ ْم ۚ إ ِّ َّن‬ ٍ ‫ت َ َر‬ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. 3. Syarat dan Rukun Jual Beli a. Syarat Jual Beli 1) Syarat Penjual dan Pembeli a) Baligh b) Berakal c) Rasdu (memiliki kemampuan untuk bisa melaksanakan urusan agama dan mengelola keuangan dengan baik) d) Suka sama suka 2) Syarat Barang yang Diperjualbelikan a) Suci b) Bermanfaat c) Dalam kekuasaan penjual dan pembeli d) Dapat diserah terimakan e) Barang, kadar dan sifatnya harus diketahui oleh penjual dan pembeli



Rangkuman Materi Semester I - Fiqih



6



3) Syarat Ucapan Serah Terima Ijab adalah ucapan penjual kepada pembeli, sedangkan kabul adalah ucapan penerimaan dari pembeli. Ijab kabul dapat dilakukan dengan bentuk tulisan seperti menggunakan kuitansi, faktur dan lainnya. 4) Syarat Alat Transaksi Alat transaksi jual beli haruslah alat yang bernilai dan diakui secara umum penggunaannya. b. Rukun Jual Beli 1) Aqid, pihak yang bertransaksi 2) Ma’qud, mencakup barang yang dijual dan harganya 3) Sigat Ijab Kabul, ucapan serah terima dari penjual dan pembeli 4) Ijab dari pihak penjual, kabul dari pihak pembeli 4. Macam - Macam Jual Beli a. Ba’i Sahihah Yaitu, akad jual beli yang telah memnuhi syariat dan rukunnya. b. Ba’i Fasidah Yaitu akad jual beli yang tidak memenuhi salah satu dari seluruh rukunnya. 1) Macam - Macam Ba’i Sahihah (Sah) a) Jual beli barang secara kerja sama atau serikat b) Jual beli mas atau perak c) Jual beli hewan dengan hewan 2) Macam - Macam Ba’i Fasidah (Terlarang) a) Jual beli sistem ijon b) Jual beli barang hewan c) Jual beli sperma hewan d) Jual beli anak binatang yang masih dalam kandungan induknya e) Jual beli barang yang belum dimiliki f) Jual beli barang yang belum jelas 5. Jual Beli yang Sah Hukumnya, tetapi Dilarang Agama a. Jual beli pada saat khutbah dan shalat jumat b. Jual beli dengan cara menghadang di jalan sebelum sampai pasar c. Jual beli dengan niat menimbun barang d. Jual beli dengan cara mengurangi ukuran dan timbangan e. Jual beli dengan cara mengecoh f. Jual beli barang yang masih dalam tawaran orang lain B. Khiyar 1. Pengertian Kata khiyar menurut bahasa artinya memilih antara dua pilihan. Sedangkan menurut istilah khiyar ialah hak memilih bagi penjual atau pembeli untuk meneruskan akad/transaksi jual beli atau membatalkannya. Rangkuman Materi Semester I - Fiqih



7



2. Hukum Khiyar Hukum khiyar dalam jual beli menurut Islam adalah mubah. Tetapi jika khiyar dipergunakan untuk tujuan menipu atau berdusta maka hukumnya haram. “Engkau berhak khiyar dalam tiap-tiap barang yang engkau beli selama tiga malam, jika engkau suka maka ambillah dan jika tidak suka maka kembalikanlah kepada pemiliknya.” (HR. Ibnu Majah) 3. Macam - Macam Khiyar a. Khiyar Majlis Khiyar majlis adalah khiyar yang berlangsung selama penjual dan pembeli masih berada di tempat penjual beli. Jika penjual dan pembeli sudah berpisah, maka hak khiyar sudah tidak berlaku lagi. b. Khiyar Syarat Khiyar syarat adalah hak penjual atau pembeli atau keduanya untuk melanjutkan atau membatalkan transaksi jual beli selama masih dalam masa tenggang yang disepakati oleh kedua belah pihak. c. Khiyar Aibi Maksud dari khiyar ini adalah pembeli mempunyai hak pilih untuk membatalkan akad jual beli atau meneruskannya karena terdapat cacat pada barang yang dibelinya. d. Khiyar Ru’yah Yaitu hak bagi pembeli untuk meneruskan jual beli atau membatalkannya, karena obyek yang dibeli belum dilihat ketika akad berlangsung. Khiyar ru’yah ini berlaku untuk pembeli, bukan untuk penjual. C. Qirad (Mudarabah) 1. Pengertian Qirad adalah bentuk pinjaman modal tanpa bunga dengan perjanjian bagi hasil antara pemilik modal (perseorangan atau LKS (Lembaga Keuangan Syariah)) dengan orang yang menjalankan usaha dengan sistem bagi hasil dengan syarat tertentu. 2. Hukum Qirad Hukum qirad adalah boleh atau dibolehkan. Qirad menegandung unsur saling tolong menolong antara pemilik modal dengan pelaku usaha yang membutuhkan dana atau modal. Al - Baqarah : 245



ُ ‫ض َو َي ۡبص‬ ۡ َ ‫ُض ِّعفَهٗ لَهٗۤٗ ا‬ َٰ ‫س ًنا فَي‬ ‫ط َو اِّلَ ۡي ِّه‬ ً ‫َّللا قَ ۡر‬ ۡ ‫َم ۡن ذَا الَّذ‬ ُ ‫َّللا َي ۡق ِّب‬ ُ ‫ِّى ي ُۡق ِّر‬ َ ‫ضا َح‬ ُ ‫ضعَافًا َک ِّث ۡي َرة َو ه‬ َ‫ض ه‬ َ‫ت ُ ۡر َجعُ ۡون‬ Barangsiapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezeki) dan kepadaNyalah kamu dikembalikan.



Rangkuman Materi Semester I - Fiqih



8



3. Rukun dan Syarat Qirad a. Rukun 1) Malik/pemilik modal 2) Amil/pengelola 3) Mal/modal atau dana 4) Amal/usaha 5) Ribh/laba.keuntungan 6) Sigat ijab kabul/ucapan serah terima (akad) b. Syarat 1) Pemilik dana pengelola modal sudah dewasa dan sehat akal dan ada kerelaan pengelola tersebut tidak boleh menyalahi hukum 2) Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya 3) Kegiatan usaha pengelola dana (nasabah) tidak ada campur tangan pemilik dana tapi berhak melakukan pengawasan 4) Pembayaran keuntungan harus dinyatakan di awal dan dicatat dalam perjanjian 5) Ijab kabul harus dinyatakan oleh kedua pihak 4. Jenis Qirad a. Mudarabah Mutlaqah Adalah bentuk kerja sama antara pemilik dana dan pengelola dana yang cakupannya sangat luas, dan tidak dibatasi oleh jenis usaha, lokasi, waktu, bentuk pengelolaan dan mitra kerjanya. b. Mudarabah Muqayyadah Adalah bentuk kerja sama antara kedua belah pihak dan pengelolaannya dibatasi oleh beberapa persyaratan. D. Riba 1. Pengertian Riba secara bahasa artinya lebih, bertambah. Menurut syara’, tambahan pembayaran tanpa ada ganti atau imbalan yang disyaratkan bagi salah seorang pentransaksi. 2. Hukum Riba Hukum riba dalam Islam secara tegas dinyatakan haram Q.S. Al - Baqarah : 275



‫الر ب َ ا ََّل ي َ ق ُ و ُم و َن إ ِّ ََّّل كَ َم ا ي َ ق ُ و مُ ال َّ ِّذ ي ي َ ت َ َخ ب َّ ط ُ ه ُ ال ش َّ يْ طَ ا ُن ِّم َن‬ ِّ ‫ال َّ ِّذ ي َن ي َ أ ْك ُ ل ُ و َن‬ ۚ ‫الر ب َ ا‬ َ ِّ‫س ۚ َٰذ َ ل‬ َّ ‫الر ب َ ا ۗ َو أ َ َح َّل‬ ِّ ‫ال ْ َم‬ ِّ َ‫َّللا ُ ال ْ ب َ يْ َع َو َح َّر م‬ ِّ ‫ك ب ِّ أ َن َّ هُ ْم ق َ ا ل ُ وا إ ِّ ن َّ َم ا ال ْ ب َ يْ ُع ِّم ث ْ ُل‬ َّ ‫ف َو أ َ ْم ُر ه ُ إ ِّ ل َ ى‬ َ‫َّللا ِّ ۖ َو َم ْن عَ ا د‬ َ َ ‫ف َ َم ْن َج ا َء ه ُ َم ْو ِّع ظَ ة ٌ ِّم ْن َر ب ِّ ِّه ف َ ا نْ ت َهَ َٰى ف َ ل َ ه ُ َم ا سَ ل‬ ‫ار ۖ ه ُ ْم ف ِّ ي هَ ا َخ ا لِّ د ُو َن‬ َ ِّ ‫ف َ أ ُو َٰل َ ئ‬ ُ ‫ص َح ا‬ ْ َ‫ك أ‬ ِّ َّ ‫ب ال ن‬ Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),



Rangkuman Materi Semester I - Fiqih



9



sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. 3. Macam - Macam Riba a. Riba Fadhli Yaitu tukar menukar dua buah barang yang sama jenisnya dengan mensyaratkan suatu tambahan sehingga terdapat pihak yang dirugikan. Contohnya 1 kg beras ditukar dengan 2 kg beras. b. Riba Qardi Yaitu dalam utang piutang dengan syarat ada keuntungan atas bunga bagi yang mengutangi. Contohnya utang Rp 90.000 harus dikembalikan Rp 100.000. c. Riba Yad Yaitu bila meninggalkan tempat akad jual beli sebelum serah terima. Contohnya seorang membeli 1 kg beras, setelah uang dibayar maka penjual pergi, sedangkan beras jualan dalam karung belum ditimbang cukup tidaknya. d. Riba Nasiah Yaitu riba yang terjadi karena adanya tambahan pembayaran hutang. Contohnya seorang menghutangi uang dalam jumlah tertentu kepada orang lain dengan batas waktu tertentu. Misalnya 1 bulan atau 1 tahun, apabila sampai batas waktu tersebut penghutang belum mampu mengembalikan, kemudian pemberi hutang memiliki syarat bunga sebagai imbalan dari tambahan batas waktu yang diberikan.



Rangkuman Materi Semester I - Fiqih



10



BAB 3 - TA’AWUN (PINJAM MEMINJAM, UTANG PIUTANG, GADAI, UPAH)



A. Pinjam Meminjam (‘Ariyah) 1. Pengertian Al - Wadi'ah secara etimologi berarti sesuatu yang ditipkan. Secara terminologi, berarti harta yang ditipkan pada yang lain untuk dijaga tanpa adanya imbalan. Al - 'Ariyah secara etimologi adalah meminjamkan dan nantinya akan dikembalikan. Pinjam meminjam mengandung pengertian memanfaatkan barang atau uang untuk sementara waktu. Hubungan antara Wadi’ah dan ‘Ariyah adalah keduanya sama - sama pemanfaatan barang dengan amanah. Wadiah disyariatkan dalam Q.S. An - Nisa : 58



ْ ‫َّللا َ ي َ أ ْ ُم ُر ك ُ ْم أ َ ْن ت ُ َؤ دُّوا‬ ‫ت إ ِّ ل َ َٰى أ َهْ ل ِّ َه ا‬ ِّ ‫اْل َ َم ا ن َا‬ َّ ‫إ ِّ َّن‬ Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, 2. Hukum Pinjam Meminjam Hukumnya sunnah yang bertujuan untuk menolong dalam kebaikan. Hukum berubah menjadi wajib apabila orang yang meminjam itu sangat memerlukan. Hukum pinjam meminjam menjadi haram apabila mengerjakan perbuatan yang dilarang Allah SWT seperti meminjamkan pisau untuk membunuh orang. Dalam Q.S. Al - Maidah : 2 menjelaskan tentang perintah tolong menolong dalam urusan kebaikan. Salah satu bentuk tolong menolong dalam kehidupan bermasyarakat adalah pinjam meminjam Q.S. Al - Maidah : 2



‫ْي َو ََّل‬ َّ ‫ي َ ا أ َي ُّ َه ا ال َّ ِّذ ي َن آ َم ن ُ وا ََّل ت ُ ِّح ل ُّ وا شَ ع َ ا ئ ِّ َر‬ َ ‫َّللا ِّ َو ََّل ال ش َّ ْه َر ال ْ َح َر امَ َو ََّل ال ْ َه د‬ ‫ض َو ا ن ً ا ۚ َو إ ِّ ذ َ ا‬ ْ ‫ض ًَل ِّم ْن َر ب ِّ ِّه ْم َو ِّر‬ ْ َ ‫ت ال ْ َح َر امَ ي َ بْ ت َغ ُ و َن ف‬ َ ْ‫آم ي َن ال ْ ب َ ي‬ ِّ ‫ال ْ ق َ ََل ئ ِّ دَ َو ََّل‬ ‫ص دُّ و ك ُ ْم ع َ ِّن ال ْ َم س ِّْج ِّد ال ْ َح َر ا ِّم‬ ْ ‫َح ل َ ل ْ ت ُ ْم ف َ ا‬ َ ‫ص طَ ا د ُوا ۚ َو ََّل ي َ ْج ِّر َم ن َّ ك ُ ْم شَ ن َآ ُن ق َ ْو ٍم أ َ ْن‬ ۚ ‫اْل ث ْ ِّم َو ال ْ ع ُ ْد َو ا ِّن‬ ِّ ْ ‫او ن ُ وا عَ ل َ ى‬ َ َ ‫او ن ُ وا عَ ل َ ى ال ْ ب ِّ ِّر َو ال ت َّق ْ َو َٰى ۖ َو ََّل ت َع‬ َ َ ‫أ َ ْن ت َع ْ ت َد ُوا ۘ َو ت َع‬ َّ ‫َّللا َ ۖ إ ِّ َّن‬ َّ ‫َو ا ت َّق ُ وا‬ ِّ‫َّللا َ شَ ِّد ي د ُ ال ْ ِّع ق َ ا ب‬



Rangkuman Materi Semester I - Fiqih



11



Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolongmenolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolongmenolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. 3. Rukun Pinjam Meminjam a. Mu’ir, orang yang meminjami b. Musta’ir, orang yang meminjam c. Musta’ar, barang yang dipinjam d. Batas waktu e. Ijab kabul, ucapan dari kedua pihak 4. Syarat Pinjam Meminjam a. Syarat Orang yang Meminjami 1) Berhak berbuat kebaikan tanpa ada yang menghalangi 2) Barang yang dipinjamkan milik sendiri ataupun barang tersebut menjadi tanggung jawabnya b. Syarat Orang yang Mminjam 1) Mampu berbuat kebaikan atau mengambil manfaat barang yan dipinjam 2) Mampu menjaga barang yang dipinjam dengan baik c. Syarat Barang yang Dipinjam 1) Ada manfaatnya 2) Bersifat tetap, tidak berkurang atau habis ketika diambil manfaatnya 5. Catatan Penting ketika Pinjam Meminjam a. Barang yang dipinjam selayaknya untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya dan tidak melanggar aturan agama b. Peminjam hendaknya tidak melampaui batas dari sesuatu yang dipersyaratkan orang yang meminjamkan c. Peminjam merawat barang pinjamannya dengan baik, sehingga tidak rusak d. Peminjam harus mengembalikan pinjamannya sesuai waktu yang telah disepakati e. Apabila peminjam dalam waktu yang sudah disepakati belum dapat mengembalikan, maka harus memberitahukan dan meminta izin kepada yang meminjamkan f. Hendaknya orang yang meminjami memberi kelonggaran waktu kepada peminjam, apabila peminjam melebihi batas waktu yang telah ditentukan



Rangkuman Materi Semester I - Fiqih



12



B. Utang Piutang 1. Pengertian Utang piutang adalah salah satu bentuk kerja sama atau tolong menolong dalam kehidupan manusia seperti halnya Pinjam Meminjam. 2. Hukum Utang Piutang Hukumnya sunnah apabila orang yang berhutang dalam keadaan terpaksa. Waib apabila pemberi hutang mendapati orang yang sangat membutuhkan bantuan. Haram apabila orang yang memberi hutang mengetahui penggunaan utang untuk hal - hal yang dilarang agama. Dasar hukum yang digunakan berasal dari Q.S. Al - Maidah : 2 sama halnya dengan Pinjam Meminjam. 3. Ketentuan Utang Piutang a. Hutang piutang lebih baik ditulis dan dipersaksikan b. Pemberi hutang tidak boleh mengambil keuntungan atau manfaat dari orang yang berhutang c. Berhutang dengan niat baik dan akan melunasinya d. Tidak berhutang kecuali dalam keadaan darurat atau mendesak e. Jika terjadi keterlambatan karena kesulitan keuangan, hendaklah orang yang berhutang memberitahukan kepada pemberi pinjaman f. Bersegera melunasi hutang g. Memberikan penangguhan waktu kepada orang yang sedang kesulitan dalam melunasi hutangnya setelah jatuh tempo C. Gadai 1. Pengertian Gadai dalam bahasa Arab disebut Al - Rahn artinya penyerahan barang yang dilakukan oleh orang yang berhutang sebagai jaminan atas hutang yang telah diterimanya. Hal ini dimaksudkan agar pemberi hutang memperoleh jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian utangnya, apabila peminjam tidak mampu membayar hutangnya. Contohnya, A memiliki hutang kepada B sebesar Rp 1.000.000, dengan jaminan perhiasan dengan nilai taksir jual Rp 2.000.000. Sampai batas waktu yang telah ditentukan, si A tidak dapat melunasi hutangnya, kemudian dilakukan lelang secara syariah, dan perhiasan tersebut terjual Rp 1.750.000 maka, si B hanya mengambil sejumlah hutang dan kewajiban lainnya, sisanya dikembalikan kepada si A. 2. Hukum Gadai Hukum asal gadai adalah mubah atau diperbolehkan, hal ini didasarkan dalil Al Qur'an yaitu Q.S. Al - Baqarah : 283



.... ٌ ‫َو إ ِّ ْن ك ُ نْ ت ُ ْم عَ ل َ َٰى سَ ف َ ٍر َو ل َ ْم ت َِّج د ُوا كَ ا ت ِّ ب ًا ف َ ِّر ه َا ٌن َم ق ْ ب ُو ضَ ة‬



Rangkuman Materi Semester I - Fiqih



13



Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang) .... 3. Rukun dan Syarat Gadai a. Rukun 1) Barang yang digadaikan (marhun) 2) Hutangnya (marhun bih) 3) Ucapan serah terima (Sigat ijab dan kabul) 4) Dua orang yang melakukan akad Ar - Rahn (‘aqidaan) b. Syarat 1) Orang yang Bertransaksi a) Baligh b) Berakal dan Rusyd (kemampuan mengatur) 2) Barang Gadai a) Barang gadai itu berupa barang berharga yang menutupi hutangnya, baik barang atau nilainya ketika tidak mampu melunasinya b) Barang gadai tersebut adalah milik orang yang menggadaikannya atau yang diizinkan baginya untuk menjadikannya sebagai jaminan gadai c) Barang gadai tersebut harus diketahui ukuran, jenis dan sifatnya, karena rahn adalah transaksi atau harta sehingga disyaratkan hal ini 4. Ketentuan dalam Gadai a. Barang yang digadaikan adalah barang yang memiliki nilai ekonomi b. Barang gadai adalah amanah c. Barang gadai dipegang pemberi utang D. Upah 1. Pengertian Upah dalam bahasa Arab disebut dengan Ujrah. Upah dalam hukum agama adalah pemberian sesuatu sebagai imbalan dari jerih payah seseorang dalam bentuk imbalan di dunia dan dalam bentuk imbalan di akhirat. 2. Hukum Upah Pemberian upah hukumnya mubah, tetapi bila hal itu sudah menyangkut hak seseorang sebagai mata pencaharian berarti wajib. Allah berfirman Q.S. Al - Baqarah : 233



‫ح عَ ل َ يْ ك ُ ْم إ ِّ ذ َ ا سَ ل َّ ْم ت ُ ْم َم ا آ ت َيْ ت ُ ْم‬ ِّ ‫ َو إ ِّ ْن أ َ َر دْ ت ُ ْم أ َ ْن ت َسْ ت َْر‬.... َ ‫ض ع ُ وا أ َ ْو ََّل دَ ك ُ ْم ف َ ََل ُج ن َا‬ .... ‫ف‬ ِّ ‫ب ِّ ال ْ َم ع ْ ُر و‬ “Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu



apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut”



Rangkuman Materi Semester I - Fiqih



14



3. Rukun dan Syarat Upah Mengupah a. Pengupah dan Pihak Pekerja (Mu’jir dan Musta’jir) 1) Berakal dan Mummayyiz 2) Ada kerelaan dari keduanya 3) Cakap atau kompeten (memiliki kemampuan) b. Sigat (Ijab Kabul) c. Upah atau Imbalan d. Adanya kemanfaatan



Rangkuman Materi Semester I - Fiqih



15