Referat Chalazion  [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

REFERAT CHALAZION



Diajukan Guna Melengkapi Tugas Kepaniteraan Senior Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro



Pembimbing



: dr. Liana Ekowati M.Si Med, Sp M(K)



Residen pembimbing



: dr. Raissa Hartanto



Dibacakan oleh



: Tiara Augustina Putri



NIM



: 22010118220039



Dibacakan tanggal



: 04 Mei 2020



DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO RSUP DR KARIADI SEMARANG 2020



i



HALAMAN PENGESAHAN



Melaporkan referat mengenai chalazion, Nama



: Tiara Augustina Putri



NIM



: 220118220039



Pembimbing



: dr. Raissa Hartanto



Residen pembimbing : dr. Liana Ekowati M.Si Med, Sp M(K) Diajukan guna memenuhi tugas Kepaniteraan Senior Ilmu Kesehatan Mata



Semarang, 04 Mei 2020 Penguji



Residen Pembimbing



dr. Liana Ekowati M.Si Med, Sp M(K)



dr. Raissa Hartanto



ii



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………...i HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………………………ii DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….iii DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………………….iv DAFTAR TABEL……………………………………………………………………………..v BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………..1 BAB II ANATOMI PALPEBRA……………………………………………………………...2 2.1 Anatomi Umum Palpebra………………………………………………………………….2 2.2 Kelenjar Meibom dan Kelenjar Zeis………………………………………………………5 BAB III Chalazion…………………………………………………………………………….7 3.1 Definisi………………………………………………………………………….................7 3.2 Epidemiologi………………………………………………………………………………7 3.3 Patofisiologi……………………………………………………………………………….7 3.4 Histopatologi………………………………………………………………………………8 3.5 Faktor Predisposisi………………………………………………………………………...8 3.6 Diagnosis………………………………………………………………………..................9 3.6.1 Anamnesis………………………………………………………….....................9 3.6.2 Pemeriksaan Fisik………………………………………………………………10 3.6.3



Diagnosis



Banding……………………………………………………………...11 3.7 Tatalaksana……………………………………………………………………………….12 3.8 Komplikasi……………………………………………………………………..................12 3.8



Prognosis……………………………………………………………………....................



12 BAB



IV



PENUTUP…………………………………………………………………………..13 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………...14



iii



DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Anatomi Palpebra ………………………………………………………………...2 Gambar 2. Anatomi Palpebra dari lateral…………………………………………………….4 Gambar 3. Satu unit kelenjar Meibom ……………………………………………………….6 Gambar 4. Potongan sagittal palpebral, menggambarkan otot dan kelenjar pada palpebra….6 Gambar 5. Histopatologi chalazion…………………………………………………………..8 Gambar 6. Chalazion pada palpebra superior ………………………………………...……..10 Gambar 7. Chalazion pada palpebra superior ………………………………………...……..10



iv



DAFTAR TABEL Tabel 1. Perbandingan Hordeolum dengan Chalazion ………………………………………11



v



BAB I PENDAHULUAN Palpebra atau kelopak mata merupakan pelindung bola mata dan terletak di bagian terdepan mata. Kelopak mata memiliki fungsi untuk melindungi mata, juga mengeluarkan sekresi kelenjar berbentuk tear film yang terdapat pada depan kornea. Terdapat berbagai kelainan pada palpebra mulai dari proses inflamasi, infeksi, keganasan maupun kelainan struktur.1 Salah satu kelainan pada palpebra adalah Chalazion. Chalazion adalah sebuah lipogranuloma kronik yang steril yang disebabkan oleh inflamasi dan obstruksi dari kelenjar sebasea di palpebra. Kelainan ini ditandai oleh pembengkakan setempat yang tidak terasa sakit dan berkembang perlahan dalam beberapa minggu. Dibedakan dari hordeolum karena tidak ada tanda-tanda radang akut.2 Insidensi pada Chalazion berjumlah 0,2-0,3% di Brazil, 0,24% di India dan 0,7% di Nigeria. Pada studi yang dilakukan di Amerika Serikat, prevalensi pastinya tidak diketahui tetapi paling banyak didapatkan pada anak sekolah dan orang dewasa dengan kisaran umur 30-50 tahun.3 Banyak



pasien



mencoba



mengobati



lesi



ini



secara



konservatif



menggunakan pengobatan rumah. Seringkali pengobatan tersebut bermanfaat, namun pada kondisi yang menetap, sehingga memerlukan penanganan lebih lanjut ke dokter mata.2 Referat ini akan membahas mengenai chalazion dari definisi, patofisiologi, cara mendiagnosis, sampai tatalaksananya.



1



BAB II ANATOMI PALPEBRA 2.1 Palpebra Palpebra atau kelopak mata merupakan pelindung bola mata dan terletak di bagian terdepan mata. Palpebra memiliki fungsi untuk distribusi lapisan tear film pada permukaan mata, drainase air mata, melindungi permukaan mata serta sebagai aspek kosmetik. Palpebra terdiri atas palpebra superior dan inferior. Batas pinggir palpebral disebut margo palpebralis. Celah antara margo palpebralis superior dan inferior disebut rima palpebrae. Bagian lateral rima palpebrae disebut kantus lateralis dan bagian medial disebut kantus medialis. Pada daerah kantus medialis terdapat karankula yang berwarna kekuning-kuningan. Disebelah lateral karankula tersebut, terdapat penebalan konjunctiva bulbi yang disebut plika semiilunaris. Di daerah kantus medialis ini air mata berkumpul sebelum masuk ke punktum lakrimalis. Pada margo palpebralis, tumbuh tiga deret silia yang berfungsi sebagai penahan kotoran dari luar. Pada margo palpebralis superior dan inferior dibagian medial terdapat lubang saluran mata yaitu punctum lacrimalis. Oleh sulkus orbitopalpebralis, palpebral dibagi menjadi dua bagian yaotu pars orbitalis dan pars tarsalis. 1



Gambar 1. Anatomi Palpebra4



2



Strukut palpebral terdiri atas 4 lapis, yaitu : a. Kulit Kulit pembungkus palpebral sangat tipis dan elastis. Mempunyai lapisan tanduk dan tersusun atas sel-sel berlapis. Kulit melekat secara longgar dengan jaringan dibawahnya yang mengandung silia, kelenjar keringan dan kelenjar lemak. Susunan sel kulit palpebral adalah : 



Stratum corneum







Stratum granulosum







Stratum spinosum







Stratum germinativum



b. Lapisan Otot 



M. Orbicalis oculi Otot seran lintang tipis berbentuk oval seperti ellips berjalan melingkari rima palpebral. Otot ini memiliki fungsi untuk menutup mata dan membantu dalam memasukkan air mata dari mata ke duktus nasolakrimalis. Pars orbita memiliki fungsi untuk menutup mata secara volunteer. Sementara, pars preseptal digunakan untuk menutup mata baik secara volunteer maupun involunter seperti saat berkedip dan menjaga kelopak mata tetap tertutup saat tidur. Pars pretarsal memiliki fungsi untuk menutup mata secara involunter.1,5







M. Levator Palpebra Serabut-serabut otot ini bersala dari dinding periosteum os sphenoid diatas annulus zinii di depan foramen opticum,berjalan kedepan terletak diatas m.rectus superior dan makin melebar membentuk kipas. Fungsi dari otot ini adalah untuk elevasi dan retraks dari kelopak mata bagian atas.1,6







M. Muller



3



Otot ini merupakan otot polos yang origonya berasal dari permukaan



dalam



m.levator



palpebral.



Berfungsi



untuk



mempertahankan palpebral dalam keadaan terbuka.1 c. Lapisan Tarsus Tarsus merupakan pemadatan jaringan ikat fibrosa yang secara structural memberi bentuk dan menyokong palpebral. Tarsus superior lebih besar dibandingkan inferior, berbentuk semilunar. Permukaan anterior bersatu dengan aponeurosis m.levator palpebral. Di bagian medial membentuk lig. tarsalis medialis, di bagian lateral membentuk lig. Tarsalis lateralis. Tarsus inferior lebih tipis dan berbentuk ellips. Permukaan posteriornya bersatu dengan conjunctiva dan bentuknya menyesuaikan dengan kurvatura bola mata. Pada lapisan ini, mengandung beberapa kelenjar yaitu Meibom, Moll dan Zeis. 1 d. Lapisan mukosa Disebut juga konjungtiva dimana merupakan mukosa yang tipis dan transparan dan menutupi permukaan belakang palpebral kemudian akan membalik dan menutupi bola mata. 1



4



Gambar 2. Anatomi Palpebra dari lateral 7 Palpebra mendapatkan perdarahan dari system fasial yaotu a. fasialis, a. temporalis superfisialis, a.infraorbitalis dan system orbital yaotu a.nasalis dorsalis, a.frontalis, a.supraorbialis dan a.lakrimalis. Kedua system ini bercabang-cabang dan beranastomose membentuk arkus marginalis dan arkus perifer. Sistim vena mengikuti jalannya arteri dan terdiri dari bagian superfisial / pretarsal yaitu v.fasialis anterior yang berjalan menuju ke v. jugularis interna dan v. temporalis superficialis yang menuju v. jugularis externa. Sedangkan pada bagian profunda / post tarsal, yaitu vena dari daerah orbita menuju ke sinus cavernosus dan v. fascialis yag sebelah dalam menuju plexus pterygoideus, sinus cavernosus dan vena bagian dalam di wajah. Aliran limfe dibedakan menjadi superficial yang menerima dari daerah kulit dan m.orbicularis, dan profunda yang menerima dari bagian tarsal dan konjungtiva. Kemudian limfe ini akan mengalir ke kelenjar limfe preaurikular, parotis dan submaxillaris.1 N. Opthalmicus memberi persarafan sensoris pada palpebral superior. Saraf tersebut bersama dengan n. maxillaris juga memberi sensoris ke palpebral inferior. N. fascialis memberikan serabut-serabut motoris pada m.orbikularis okuli. N.III mensarafi m. levator palpebral. M. muller mendapat persarafan dari serabut saraf simpatis. 1 2.2 Kelenjar Meibom dan Zeis Kelenjar Meibom adalah kelenjar sebasea yang berlokasi di palpebra. Duktus



ekskretoriusnya



bermuara



pada



margo



palpebra.



Kelenjar



ini



memproduksi lipid yang merupakan komponen utama dari lapisan superfisial dari tear film. Tear film memiliki fungsi untuk mencegah penguapan dari lapisan akuos. Kelenjar ini memiliki perbedaan dari segi regulasi sekret, komposisi dari sekret serta fungsi dibandingkan dengan kelenjar sebasea yang lain. 8 Sebuah kelenjar Meibom tunggal terdiri atas sekelompok asini sekretorius yang tersusun melingkari satu duktus sentral yang panjang melalui duktus-duktus yang pendek. Jumlah kelenjar Meibom pada palpebral superior diperkirakan 2540 kelenjar, sementara pada palpebral inferior 20-30 kelenjar. Epitel yang melapisi seluruh duktus dari Kelenjar Meibom adalah skuamosa berlapis.



5



Kornifikasi secara fisiologis hanya didapatkan pada bagian terminal dari duktus sentral. Asini sekretori pada kelenjar Meibom berisi sel-sel sekretori yang dinamakan Meibocytes. Kelenjar Meibom melakukan sekresi dengan cara Holokrin dimana sel akan ikut hancur saat sekresi berlangsung. 8



Gambar 3. Satu unit kelenjar Meibom8 Kelenjar Zeis merupakan modifikasi dari kelenjar Meibom yang berukuran lebih kecil dan berhubungan dengan folikel rambut. Sekresi kelenjar Zeis juga secara holokrin. Beberapa hipotesis mengenai fungsi dari kelenjar Zeis adalah sebum yang dihasilkan memiliki sifat self-sterilizing. Lipid yang disekresikan juga mengandung vitamin E yang dapat mencegah proses penuaan dan membantu menjaga kulit. Gliserol yang dihasilkan pada folikel pilosebaseal juga memiliki fungsi pada hidrasi kulit. 9,10



6



Gambar 4. Potongan sagittal palpebral, menggambarkan otot dan kelenjar pada palpebra11 BAB III CHALAZION 3.1 Definisi Chalazion adalah sebuah lipogranuloma kronik yang steril. Disebabkan oleh inflamasi dan obstruksi dari kelenjar sebasea di palpebra. Chalazion biasanya ditandai dengan benjolan yang tumbuh perlahan dan tidak nyeri. Chalazion dapat dibagi menjadi superfisial dan dalam. Pada inflamasi di kelenjar Meibom dinamakan Chalazion dalam dan inflamasi pada kelenjar Zeis dinamakan Chalazion superfisial. Chalazia biasanya jinak dan akan sembuh dengan sendirinya, walaupun dapat juga menyebabkan komplikasi yang kronik. Chalazia yang berulang patut dievaluasi untuk keganasan.2 3.2 Epidemiologi Insidensi pada Chalazion berjumlah 0,2-0,3% di Brazil, 0,24% di India dan 0,7% di Nigeria. Pada studi yang dilakukan di Amerika Serikat, prevalensi pastinya tidak diketahui tetapi paling banyak didapatkan pada anak sekolah dan orang dewasa dengan kisaran umur 30-50 tahun. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh tingginya hormon androgenic yang menstimulasi produksi sebum dan berpengaruh pada kekentalannya. Beberapa studi melaporkan bahwa insidensi pada wanita lebih tinggi. Hal ini diduga berhubungan dengan pengaruh hormon terhadap produksi sebum terutama saat masa pubertas dan kehamilan. Tetapi beberapa studi juga tidak menemukan perbedaan signifikan antara kedua jenis kelamin. Chalazia lebih banyak terjadi pada palpebral superior karena jumlah kelenjar Meibom yang lebih banyak dibandingkan apda palpebral inferior.3 3.3 Patofisiologi Chalazia disebabkan oleh kelenjar sebasea yang terhambat, dimana sebum akan menumpuk dan menyebabkan respon inflamasi granulomatosa. Inflamasi yang terjadi tidak melibatkan peran bakteri. Kelenjar meibom tertanam di lempeng tarsal kelopak mata, oleh karena itu edema karena penyumbatan kelenjar ini



7



biasanya terbatas hanya pada konjungtiva. Tetapi kadang-kadang chalazion dapat membesar dan menembus lempeng tarsal ke bagian luar konjungtiva. Pada Chalazion yang disebabkan oleh penyumbatan kelenjar Zeis, biasanya terletak pada tepi palpebra. 2 3.4 Histopatologi Pada pemeriksaan histopatologi, dapat ditemukan adanya reaksi granulomatosa yang kronik dengan banyak sel besar yang terisi oleh lemak. Terdapat ruangruang kosong dikelilingi histiosit membentuk granuloma. Sel-sel mononuclear seperti limfosit dan makrofag dapat ditemukan juga pada tepi lesi. 2



Gambar 5. Chalazion pada pemeriksaan Histopatologi 12 3.5 Faktor Predisposisi i.



Perubahan hormonal Androgen diketahui dapat meningkatkan baik sekresi maupun kekentalan sebum. Androgen meningkatkan perkembangan dari seluruh kelenjar sebasea di tubuh. Lipogenesis juga meningkat oleh karena Androgen menyebabkan peningkatan kekentalan sebum. Oleh karena itu chalazia banyak ditemukan pada remaja dan wanita hamil.3



ii.



Rosacea



8



Rosacea adalah kondisi inflamasi pada kulit wajah. Pasien mengalami episode berupa kemerahan, erupsi papulopastular dan telangiectasia. Chalazia dilaporkan memiliki hubungan yang signifikan dengan rosacea.3 iii.



Higienitas palpebra yang buruk Benda asing dapat megakibatkan obstruksi duktus kelenjar Meibom. Hal ini dapat mempengaruhi semua individu. Sering terjadi pada individu dengan higienitas yang buruk. Pembersihan palpebral secara rutin penting untuk menghilangkan benda asing, debris atau kosmetik. Hal ini mendukung dari hasil penelitian dimana terdapat prevalensi chalazion lebih tinggi pada wanita yang menggunakan kosmetik pada mata.3



iv.



Blepharitis kronik Blefaritis berhubungan dengan inflamasi yang dapat menyebabkan oklusi dan sekuesterasi dari sekresi sebasea.3



v.



Dermatitis seboroik Dermatitis seboroik adalah penyakit inflamasi kutan yang ronik yang dapat menyerang berbagai area tubuh. Biasanya lokasi yang terkena adalah kulit yang mengandung kelenjar sebasea. Kelenjar meibom merupakan kelenjar sebasea sehingga kadang ikut terpengaruh pada seboroik blepharitis.3



vi.



Hiperlipidemia Berkaitan dengan peningkatan sekresi sebum dari kelenjar Meibom. Sebum yang kental dapat mempermudah obstruksi.3



vii.



Trauma pada palpebra Trauma dapat menyebabkan gangguan struktur pada duktu kelenjar Meibom. Trauma tumpul pada lempeng tarsal dapat menebabkan obstruksi dari lumen duktus, sekuesterasi sebum dan formasi chalazion. Pada trauma tajam, dapat menyebabkan cedera langsung pada duktus dan menyebabkan malfungsi dari sekresi sebum yang sudah diproduksi di kelenjar Meibom.3



3.6 Diagnosis



9



3.6.1 Anamnesis Chalazion biasanya menyebabkan gejala berupa benjolan pada palpebra tanpa rasa nyeri selama beberapa minggu atau bulan. Chalazion juga dapat menyebabkan gangguan penglihatan karena tekanan dari pembengkakan tersebut. Biasanya pasien memiliki riwayat mengalami lesi dan keluhan serupa karena Chalazion sering kambuh pada pasien yang memiliki factor predisposisi. Diagnosis Chalazion sebagian besar ditegakkan secara klinis, sehigga anamnesis dan pemeriksaan fisik harus dilakukan secara mendalam. Pertanyaan yang dapat diajukan pada anamnesisi adalah tipe dari lesi, onset, progresi lesi, factor yang memperingan dan memperberat, gejala penyerta dan riwayat mengalami lesi seperti ini. Riwayat perjalanan juga dapat ditanyakan terutama ke daerh endemis tuberculosis dan leishmaniasis karena penyakit yang disebabkan oleh infeksi tadi sering salah didiagnosis sebagai Chalazion. Riwayat penyakit tuberculosis dan keganasan pada pasien maupun pada keluarga dapat ditanyakan. Apabila chalazion berulang, perlu dilakukan pemeriksaan penunjang untuk menyingkirkan diagnosis keganasan. Gejala yang tidak mendukung diagnosis chalazion adalah perubahan visus akut, nyeri pada lokasi lesi, demam, gerakan ekstraokuler yang terbatas dan pembengkakan pada wajah.2,13 3.6.2 Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan nodul yang teraba keras, tidak ada fluktuasi dan tidak ada kemerahan. Biasanya ukurannya kurang dari 1 cm. Jumlahnya biasanya tunggal tetapi dapat juga multiple. Dapat dilakukan eversi pada palpebra untuk melakukan pemeriksaan pada chalazion internal. Fungsi penglihatan juga harus dinilai.2



10



Gambar 6. Chalazion pada palpebra superior14



Gambar 7. Chalazion pada palpebra inferior14 3.6.3 Diagnosis Banding 1) Hordeolum Inflamasi pada palpebra yang disebabkan oleh bakteri, dimana onsetnya akut dan terasa nyeri. Biasanya berisi pus. Berbeda dengan chalazion yang tidak disebabkan oleh bakteri, hordeolum disebabkan oleh infeksi dari bakteri biasanya kelompok Staphylococcus. Hordeolum yang terjadi pada kelenjar Meibom dinamakan internal hordeolum sementara yang terjadi pada kelenjar Zeis dinamakan external hordeolum. Berbeda dengan Chalazion, hordeolum biasanya memiliki lesi yang lebih superfisial dan nyeri yang biasanya berpusat pada bulu mata. Hordeolum kronis dapat menyebabkan terjadinya Chalazion. Perbandingan antara hordoelum dan chalazion dilampirkan pada tabel 1. 2,15-17



Tabel 1. Perbandingan Hordeolum dan Chalazion Lokasi



Hordeolum Paling sering ditemukan



11



Chalazion Paling sering ditemukan



Etiologi



di dekat folikel bulu



diatas bulumata pada



mata Infeksi bakteri baik pada



palpebra superior Kelenjar sebasea yang



akar dari folikel bulu



terobstruksi



mata atau pada kelenjar Gejala Tatalaksana



sebasea di palpebra Nyeri, pembengkakan Drainase spontan,



Benjolan keras, tidak nyeri Kompres air hangat, injeksi



kompres air hangat



steroid, pembedahan



2) Blepharitis Blepharitis adalah inflamasi pada tepi palpebra. Dapat berupa blefaritis akut maupun kronik. Blepharitis ditandai dengan iritasi tepi palpebra atau terdapat krusta pada bulu mata. Blepharitis merupakan salah satu factor predisposisi dari Chalazion.15,19



3) Neoplasma Neoplasma harus dicurigai pada Chalazia yang berulang dan terutama pada usia tua. Neoplasma yang dapat menjadi diagnosis banding adalah neoplasma dari sel sebasea, sel basal dan sel skuamosa. Untuk dapat memastikan dapat dilakukan biopsy dan pemeriksaan histopatologi.2 3.7 Tatalaksana Tatalaksana awal adalah dengan manajemen konservatif. Dapat dilakukan kompres hangat pada palpebra selama 15 menit 2-4x/hari. Kebanyakan chalazion akan sembuh dalam waktu 1 bulan dengan manajemen konservatif. Antibiotik tidak rutin diperlukan. Namun, jika kemungkinan terdapat infeksi, tetrasiklin menjadi antibiotik terpilih. Doksisiklin 100 mg 2x1 PO atau minosiklin 50 mg 2x1 PO selama 10 hari dapat diberikan. Apabila setelah satu bulan manajemen konservatif masih belum sembuh dapat dirujuk ke dokter spesialis mata untuk pembedahan. Pada lesi yang kecil dapat dilakukan kuretase dan diseksi. Sementara pada lesi yang



12



besar, dilakukan eksisi. Steroid intralesi dapat menjadi pilihan juga sebagai tatalaksana dimana dapat diberikan injeksi triamcinolone 40mg/mL (0,2-2 mL). Pada lesi yang besar mungkin diperlukan injeksi ulang dalam 2-7 hari. Pada sebuah studi yang dilakukan dilaporkan pemberian vitamin A secara parenteral dapat menurunkan kekambuhan dari Chalazion. 2,20 3.8 Komplikasi Chalazia yang tidak dilakukan terapi dapat menyebabkan komplikasi seperti preseptal selulitis yang dapat menyebabkan disfigurasi pada palpebra. Chalazia yang besar dan terletak ditengah dapat menyebabkan gangguan penglihatan karena efek kontak langsung dengan kornea. Chalazia di palpebral superior meningkatkan astigmatisme dan aberasi kornea. Risiko ini terutama meningkat apabila ukuran Chalazion lebih dari 5mm. Sehingga eksisi pada lesi ini perlu dipertimbangkan.2 3.9 Prognosis Prognosis pada pasien dengan Chalazion baik. Sering terjadi resolusi hanya dengan manajemen konservatif.2



BAB IV PENUTUP



13



Chalazion adalah sebuah lipogranuloma kronik yang steril disebabkan oleh inflamasi dan obstruksi dari kelenjar sebasea di palpebra. Chalazion biasanya ditandai dengan benjolan yang tumbuh perlahan dan tidak nyeri. Insidensi pada Chalazion berjumlah 0,2-0,3% di Brazil, 0,24% di India dan 0,7% di Nigeria. Pada studi yang dilakukan di Amerika Serikat, prevalensi pastinya tidak diketahui tetapi paling banyak didapatkan pada anak sekolah dan orang dewasa dengan kisaran umur 30-50 tahun. Chalazia disebabkan oleh kelenjar sebasea yang terhambat, dimana sebum akan menumpuk dan menyebabkan respon inflamasi granulomatosa. Faktor predisposisi dari Chalazion adalah perubahan hormonal, rosacea, higienitas palpebra yang buruk, blepharitis kronik, dermatitis seboroik, hiperlipidemia, trauma pada palpebra. Chalazion biasanya menyebabkan gejala berupa benjolan pada palpebra tanpa rasa nyeri selama beberapa minggu atau bulan. Chalazion juga dapat menyebabkan gangguan penglihatan



karena



tekanan



dari



pembengkakan



tersebut.



Pada



pemeriksaan fisik, dapat ditemukan nodul yang teraba keras, tidak ada fluktuasi dan tidak ada kemerahan. Biasanya ukurannya kurang dari 1 cm. Jumlahnya biasanya tunggal tetapi dapat juga multiple. Tatalaksana awal adalah dengan manajemen konservatif. Kebanyakan chalazion akan sembuh dalam waktu 1 bulan dengan manajemen konservatif. Apabila setelah satu bulan manajemen konservatif masih belum sembuh dapat dirujuk ke dokter spesialis mata untuk pembedahan. Neoplasma harus dicurigai pada Chalazia yang berulang dan terutama pada usia tua. Untuk dapat memastikan dapat dilakukan biopsy dan pemeriksaan histopatologi.



DAFTAR PUSTAKA



14



1. Cochran ML, Lopez MJ, Czyz CN. Anatomy, Head and Neck, Eyelid.



[Updated 2020 Mar 20]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls



Publishing;



2020



Jan-. Available



from:



https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482304/ 2. Jordan GA, Beier K. Chalazion. [Updated 2020 Feb 11]. In: StatPearls



[Internet].



Treasure



Island



(FL):



StatPearls



Publishing;



2020



Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499889/ 3. Alsammahi A, Aljohani Z, Jaad N, et al. Incidence and predisposing factors of chalazion. International Journal Of Community Medicine And Public



Health.



2018;5(11):4979.



doi:10.18203/2394-



6040.ijcmph20184253. 4. Eyelid. American Academy of Ophthalmology. https://www.aao.org/eyehealth/anatomy/eyelid-4. Published 2017. Accessed April 28, 2020. 5. Tong J, Patel BC. Anatomy, Head and Neck, Eye Orbicularis Oculi Muscle. [Updated 2020 Mar 9]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL):



StatPearls



Publishing;



2020



Jan-. Available



from:



https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441907/ 6. Knight B, Lopez MJ, Patel BC. Anatomy, Head and Neck, Eye Levator



Palpebrae Superioris Muscles. [Updated 2020 Mar 29]. In: StatPearls [Internet].



Treasure



Island



(FL):



StatPearls



Publishing;



2020



Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK536921/ 7. Stewart WB. Surgery of the Eyelid, Orbit, and Lacrimal System. Ophthalmology Monograph 8, vol 2. San Francisco: American Academy of Ophthlamology; 1994:23,85.  8. Knop E, Knop N, Millar T, Obata H, Sullivan DA. The international workshop on meibomian gland dysfunction: report of the subcommittee on anatomy, physiology, and pathophysiology of the meibomian gland. Invest Ophthalmol Vis Sci. 2011;52(4):1938–1978. Published 2011 Mar 30. doi:10.1167/iovs.10-6997c 9. Patel BC, Lopez MJ, Joos ZP. Anatomy, Head and Neck, Eyelash.



[Updated 2020 Mar 20]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL):



15



StatPearls



Publishing;



2020



Jan-. Available



from:



https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537278/ 10. Takahashi Y, Watanabe A, Matsuda H, et al. Anatomy of Secretory Glands in the Eyelid Reconstructive



and Conjunctiva. Ophthalmic Surgery.



Plastic



and



2013;29(3):215-219.



doi:10.1097/iop.0b013e3182833dee. 11. Lee Ann Remington. 2012. Clinical Anatomy and Physiology of The Visual System, 3rd Ed. 12. Cardesa, A. 2006. Pathology of the Head and Neck. Springer Science & Business Media 13. American Academy of Opthalmology. Cornea / External disease. San Fransisco: American Academy of Opthalmology; 2017-2019. P.72-74 14. Kiersten B. What Are Chalazia and Styes?. American Academy of Ophthalmology.



https://www.aao.org/eye-health/diseases/what-are-



chalazia-styes. Published 2019. Accessed April 28, 2020. 15. Carlisle, Robert. Differential Diagnosis of the Swollen Red Eyelid. Am Fam Physician. 2015 Jul 15;92(2):106-112.



16. InformedHealth.org [Internet]. Cologne, Germany: Institute for Quality and Efficiency in Health Care (IQWiG); 2006-. Styes and chalazia (inflammation of the eyelid): Overview. 2019 Dec 5 17. Bragg KJ, Le PH, Le JK. Hordeolum. [Updated 2020 Jan 7]. In: StatPearls



[Internet].



Treasure



Island



(FL):



StatPearls



Publishing;



2020



Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441985/ 18. Hordeolum



vs



Chalazion



.



grepmed.



https://www.grepmed.com/images/1797/ophthalmology-comparisonmanagement-hordeolum-diagnosis-chalazion-clinical. Accessed April 29, 2020. 19. Eberhardt M, Rammohan G. Blepharitis. [Updated 2019 Sep 8]. In:



StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459305/



16



20. Chalazion Management: Evidence and Questions. American Academy of



Ophthalmology.



https://www.aao.org/eyenet/article/chalazion-



management-evidence-questions. Published April 12, 2016. Accessed April 28, 2020.



17