Referat Sukma Demam Fix [PDF]

  • Author / Uploaded
  • sukma
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

REFERAT ILMU PENYAKIT DALAM PENDEKATAN KLINIS DEMAM



Pembimbing: dr. Hendrata Erry Andisari, M.Biomed, Sp.PD



Disusun oleh: Sukma Audiena Yasmin



201704200342



FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA 2019



LEMBAR PENGESAHAN REFERAT PENDEKATAN KLINIS DEMAM



Referat “Pendekatan Klinis Demam” ini telah diperiksa, disetujui, dan diterima sebagai salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Penyakit Dalam RSAL Dr. Ramelan Surabaya, Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya.



Surabaya, Maret 2019 Mengesahkan, Dokter Pembimbing



dr. Hendrata Erry Andisari, M.Biomed, Sp.PD



i



KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat penyertaanNya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan referat yang berjudul: “Pendekatan Klinis Demam”. Penyusunan referat ini merupakan salah satu pemenuhan tugas kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam di RSAL Dr.Ramelan Surabaya. Penulis menyadari bahwa banyak bantuan, bimbingan, dukungan, dan kerja sama yang positif dari berbagai pihak dalam menyelesaikan penyusunan referat ini. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, terutama kepada yang terhormat dr. Hendrata Erry Andisari, M. Biomed, Sp. PD yang telah membimbing penyusunan referat ini. Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga saran dan kritik sangat diharapkan. Demikian referat ini dibuat dengan harapan bermanfaat bagi para pembaca.



ii



DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................ i KATA PENGANTAR....................................................................................................ii DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................... 1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................2 2.1 Demam ................................................................................................. 2 2.1.1 Definisi



2



2.1.2 Etiologi



3



2.1.3 Patofisiologi



4



2.1.4 Pola Demam



6



2.1.5 Pendekatan Klinis Demam



7



2.1.6 Penatalaksanaan Demam



15



BAB 3 PENUTUP....................................................................................................19 3.1 Kesimpulan.............................................................................................19 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................20



iii



BAB 1 PENDAHULUAN



Demam merupakan gejala penyakit yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Demam merupakan suatu gejala gangguan kesehatan yang berupa keluhan dan bukan diagnosa. Menurut Guyton & Hall (2007), demam adalah peningkatan suhu tubuh diatas normal dapat disebabkan oleh kelainan di dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu tubuh. Mekanisme



terjadinya



demam



berawal



dari



ketidakmampuan



tubuh



untuk



mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan panas, yang mengakibatkan peningkatan suhu tubuh abnormal (Potter & Perry, 2005). Peningkatan suhu tubuh diatas 40°C yang diukur per rectal bisa membahayakan apabila terjadi pada waktu yang lama, yaitu dapat menimbulkan sejumlah kerusakan otak permanen dan bisa berakibat fatal (Ganong, 2002). Maka dari itu perlu penanganan yang cepat untuk menghindari akibat yang lebih parah. Secara garis besar ada dua kategori demam yaitu demam infeksi dan non infeksi. Demam infeksi merupakan demam yang terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point seperti flu, radang tenggorokan, campak, demam berdarah, demam typoid dan gastroenteritis. Sedangkan demam non infeksi yaitu peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidak disertai peningkatan set point seperti pada penderita keracunan aspirin (Widjaja, 2001).



1



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA



2.1



Demam



2.1.1 Definisi Demam (febris) adalah suatu reaksi fisiologis tubuh yang kompleks terhadap penyakit yang ditandai dengan meningkatnya suhu tubuh di atas normal akibat rangsangan zat pirogen terhadap pengaturan suhu tubuh di hipothalamus (Sarwari, et al., 1999). Pada orang dewasa suhu tubuh yang normal berkisar antara 36,137,7°C. Suhu tubuh memiliki siklus diurnal dengan suhu terendah terjadi pada pukul 06.00 pagi dan suhu tertinggi pada pukul 16.00-18.00 sore. Seseorang dikatakan demam bila suhu tubuh di antara pukul 00.00-12.00 lebih dari 37,1°C dan di antara pukul 12.00-24.00 lebih dari 37,7°C. Seseorang disebut hiperpireksia bila suhu tubuh >41,2°C, hipotermia bila suhu tubuh 1°C. Contohnya adalah demam tifoid. e. Demam siklik, yaitu terjadi kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula. Secara umum, demam dapat disebabkan oleh produksi zat pirogen (eksogen atau endogen) yang secara langsung akan mengubah titik ambang suhu hipothalamus sehingga menghasilkan pembentukan panas dan konservasi panas (Behrman et al, 2000).



2.1.5 Pendekatan Klinis Demam Dalam melakukan pendekatan klinis demam secara baik perlu diperhatikan langkah-langkah pemeriksaan berupa anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat dengan orientasi sebagai berikut : A. Anamnesa Tujuan dilakukan anamnesis pada pasien dengan demam yaitu untuk : 1.



Mengetahui apakah infeksi mempunyai lokalisasi organ atau tidak. Gejala penyakit demam dapat dibagi menjadi :  Konstitusi gejala yang terdiri dari kelelahan, mialgia, kehilangan nafsu makan, mual, sakit kepala, dll. 7



 Gejala sesuai keterlibatan organ tertentu : 



Tonsillo-faring : sakit tenggorokan, batuk dan sakit saat menelan







Maksilaris



/



frontal



sinus



:



rhinitis,



hidung



tersumbat, sakit kepala 



Otak dan meninges : sakit kepala, muntah







Paru-paru dan pleura : batuk, produksi sputum, hemoptosis, sesak nafas dan nyeri dada







Myopericardium : nyeri dada, sesak nafas dan palpitasi







Hepar : muntah, nyeri epigastrium, ikterus







Kandung empedu dan saluran empedu : sakit perut dan muntah







Appendix : nyeri perut kanan bawah, muntah dan / atau konstipasi atau diare







Saluran kemih : nyeri saat berkemih dan nyeri pinggang







Sendi : sendi nyeri dan pembengkakan







Jaringan



lunak



:



pembengkakan,



perubahan



warna, kemerahan dan sakit pada jaringan lunak Bila pada anamnesa tidak didapatkan focus organ infeksi, maka berikut ini adalah beberapa gejala khusus yang mungkin mengindikasikan diagnosis demam singkat tanpa gejala lokalisasi yang disebabkan oleh beberapa penyakit yaitu : 1) Demam berdarah : kulit petechiae dan perdarahan gingiva, nyeri sendi 2) Malaria : demam dengan menggigil dan penurunan suhu tubuh normal spontan setelah demam tinggi, jaundice, penurunan jumlah urin dan kejang 3) Demam tifoid : adanya perubahan pada defekasi (awalnya diare selanjutnya bisa terjadi konstipasi), nyeri perut 4) Leptospirosis : myalgia, penurunan produksi urin, jaundice 5) Awal presentasi TB dan penyebab lain demam berkepanjangan



8



2.



Jika pasien memiliki gejala yang mengkhawatirkan yang perlu masuk atau dirawat segera



3.



Untuk mengidentifikasi kondisi komorbiditas terkait, seperti :  Usia lanjut  Diabetes  Penyakit hepar kronis atau penyakit ginjal  Gagal jantung  Terapi imunosupresif  Penyakit paru-paru kronis  Baru dirawat di rumah sakit



Hal yang perlu diingat dalam anamnesis yaitu pada pasien yang demam kita harus mengidentifikasi apakah demam disebabkan oleh infeksi local atau tidak. Jika demam non lokalisasi kita harus mencari gejala yang mungkin mengindikasikan infeksi



sistemik



tertentu.



Kita



juga



harus



mengidentifikasi



gejala



yang



mengkhawatirkan karena pasien membutuhkan evaluasi dan pemantauan yang lebih rinci. Identifikasi korban komorbiditas yang signifikan adalah sama pentingnya karena pasien ini mungkin memiliki toleransi yang buruk dan sering perlu pendekatan agresif dalam manajemen klinis. B. Pemeriksaan Fisik Gejala harus memandu kita dalam melakukan pemeriksaan fisik. Sebagai contoh : volume nadi dan tekanan darah harus dinilai pertama pada pasien yang mengalami riwayat perdarahan atau episode muntah berulang. Pemeriksaan fisik dilakukan mulai dari pemeriksaan tanda-tanda vital yang mencakup tekanan darah, nadi, laju pernapasan, serta suhu, keadaan umum dan pemeriksaan generalis yang dimulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berikut ini pemeriksaan yang terkait dengan pasien dengan demam :  Orientasi, kewaspadaan  Mata : konjungtiva anemis, sklera icterus, perdarahan subconjunctival bleeding  Hidung : sinus  Mulut : pembesaran tonsil, faring hiperemis  Leher : pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran kelenjar tiroid, kaku kuduk  Jantung : bunyi jatung, regurgitasi murmur 9



 Paru-paru : suara nafas, wheezing dan ronchi, efusi pleura  Abdomen



:



nyeri



perut,



organomegaly



(hepatomegaly,



spleenomegali), nyeri tekan McBurney, bising usus, nyeri tekan suprapubic, asites, pembesaran ginjal (ballotement)  Pemeriksaan genital bila dicurigai infeksi genitalia  Ekstremitas : edema tungkai, petechiae, ruam Penemuan hepato-spleenomegaly pada pemeriksaan fisik dengan demam sering disalah tafsirkan. Hepatomegali dan / atau spleenomegai pada pasien demam menunjukkan bahwa dia menderita infeksi signifikan dan tidak lebih dari itu. C. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis pada pasien demam antara lain : 1. Hematologi rutin : Dapat mendeteksi adanya infeksi dan penyakit darah termasuk leukimia. Pemeriksaan hematologi rutin mencakup: 1) Hemoglobin (Hb) Interpretasi hasil : 



Hb rendah (55%) dapat ditemukan pada berbagai kasus yang menyebabkan kenaikan Hb, antara lain penyakit DBD, luka bakar, dehidrasi / diare, diabetes melitus, dan polisitemia. Ambang bahaya adalah Hct>60%.







Hct rendah (