Referat Tinnitus [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 1 PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Tinitus merupakan keluhan yang paling banyak kita dapati dalam praktek sehari-hari. Menghadapi kasus tinitus merupakan tantangan bagi kemampuan pengetahuan dibidang THT terutama bagian audiologi, karena patofisiologinya yang beragam sehingga penanganannya cukup rumit.1 Tinitus adalah salah satu bentuk gangguan pendengaran berupa sensasi suara tanpa adanya rangsangan dari luar, dapat berupa ransangan mekanokaustik maupun listrik. Keluhan ini dapat berupa bunyi mendenging, menderu, mendesis atau berbagai macam bunyi yang lain. 1 Jenis suara yang dikemukakan umumnya sangat bervariasi. Penyebab tinitus sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti, sebagian besar kasus tdk diketahui penyebabnya. Penatalaksanaannya tinnitus bersifat empiris dan sampai saat ini masih dalam perdebatan.1 Tinitus dapat dibagi atas tinitus objektif, bila suara tersebut dapat didengar juga oleh pemeriksa atau dengan auskultasi di sekitar telinga. Tinitus objektif bersifat vibrotik, berasal dari transmisi vibrasi sistem muskuler atau kardiovaskuler disekitar telinga. Tinitus subjektif, bila suara tersebut hanya didengar oleh pasien sendiri, jenis ini sering terjadi. Tinitus subjektif bersifat nonvibratorik, disebabkan oleh proses iritatif atau perubahan degeneratif traktus auditorius mulai dari sel-sel rambut getar koklea sampai pusat saraf pendengar.1



1



Data dari Pusat Nasional untuk Statistik Kesehatan, Departemen Kesehatan, Pendidikan, dan Kesejahteraan AS (1968), menunjukkan bahwa 30% dari populasi umum dipengaruhi oleh tinnitus, dan bahwa 6% dari mereka (1,8% dari populasi umum) memiliki gejala. Penelitian lain telah menyajikan nilai prevalensi yang bervariasi antara 7,6 dan 20,1%, Fakta bahwa tinnitus tidak dapat diukur



secara



obyektif



eperti



bisa



kehilangan



pendengaran



berarti



membandingkan tinnitus dengan gangguan pendengaran audiometri dapat dianggap menjadi perbandingan yang tidak valid. Namun, seperti yang terlihat pada masalah subyektif dengan pendengaran juga meningkat, usia sementara prevalensi tinnitus tidak berubah di atas usia 65 tahun. Ini bisa jadi karena tinitus di atas usia itu jarang atau beberapa individu yang mengalami tinitus sebelum usia 65 tahun membaik.2



2



BAB 2 ISI 2.1



Anatomi Telinga Secara anatonri telinga dibagi menjadi tiga bagian-telinga luar, tengah dan dalarn. Telinga tengah dan luar berkembang dari alat brankial. Telinga dalam seluruhnya berasal dari plakoda otika. Dengan demikian suatu bagian dapat mengalarni kelainan kongenital sementara bagian lain berkembang normal.3



2.1.1.



Telinga Luar



Gambar 2.14 Liang telinga berasal dari celah brankial pertama ektoderm. timpani mewakili rnembran penutup celah tersebut. Selama satu stadium perkembangannya,liang telinga akhirnya tertutup sama sekali oleh suatu sumbatan jaringan telinga tapi kemudian terbuka kembali, namun



3



demikian kejadian ini mungkin urerupakan suatu faktor penyebab dari beberapa kasus atresia atau stenosis bangun ini. Pinna (aurikula) berasal dari pinggir-pinggir celah brankial pertama dan arkus brankialis pefiama dan kedua. Aurikula diperantarai oleh cabang aurikulotemporalis dari saraf mandibularis serta saraf aurikularis mayor dan oksipitalis minor yang merupakan cabang pleksus servikalis.3 2.1.2



Telinga Tengah



Gambar 2.24



4



Pada telinga tengah terdapat maleus, inkus dan stapes.Tangkai dari maleus terletak dalam membrana timpani.Inkus melliliki prosesus brevis yang menonjol ke belakang dan proscsus longus yang bcrjalan ke bawah untuk bersendi dengan kaput stapes. Sumbu rotasi maleus dan inkus yang alami adalah sepanjang garis yang ditarik dari prosesus brevis inkus hingga daerah maleus.3 2.1.3.



Telinga Dalam



Gambar 2.34 Telinga dalam terdiri dari organ keseimbangan dan organ pendengaran. Telinga dalam terletak di pars petrosus os temporalis dan disebut labirin, karena bentuknya kompleks. Telinga dalam pada waktu lahir bentuknya sudah sempurna dan hanya mengalami pembesaran seiring dengan pertumbuhan tulang temporal. Telinga dalam terdiri dari dua bagian yaitu labirin tulang dan labirin membran. Labirin tulang



5



merupakan susunan ruangan yang terdapat dalam pars petrosa os temporalis (ruang perilimfatik) dan merupakan salah satu tulang terkeras. Labirin tulang terdiri dari vestibulum, kanalis semisirkularis dan kohlea.Labirin membran diisi oleh endolimfe, satu-satunya cairan ekstraselular dalam tubuh yang tinggi kalium dan rendah natrium. Labirin membran dikelilingi oleh cairan perilimfe yang tinggi natrium dan rendah kalium yang terdapat di kapsula otika bertulang.3 Koklea membentuk tabung ulir yang dilindungi oleh tulang dengan panjang sekitar 35mm dan terbagi atas skala vestibuli, skala media dan skala timpani. Koklea melingkar seperti rumah siput dengan dua dan satu –setengah putaran.3 Skala timpani dan skala vestibuli berisi cairan perilimfe dengan konsentrasi K+ 4 mEq/l dan Na+ 139 mEq/l. Perilimfe pada kedua skala berhubungan pada apeks koklea spiralis tepat setelah ujung buntu yang dikenal dengan helikotrema. Skala media berada dibagian tengah, dibatasi oleh membran reissner, membran basilaris, lamina spiralis dan dinding lateral, berisi cairan endolimfe dengan konsentrasi K+ 144 mEq/l dan Na+ 13 mEq/l.4 Membran basilaris sempit pada basis (nada tinggi) dan melebar pada apeks (nada rendah).3 2.1.4



Vaskularisasi Telinga Dalam Vaskularisasi telinga dalam berasal dari A. Labirin, cabang A.



Cerebelaris anteroinferior atau cabang dari A. Basilaris atau A. Vertebralis. Arteri ini masuk ke meatus akustikus internus dan terpisah menjadi A. Vestibularis anterior dan A. Kohlearis communis yang



6



bercabang pula menjadi A. Kohlearis dan A. Vestibulokohlearis. A. Vestibularis anterior memperdarahi N. Vestibularis, urtikulus dan sebagian duktus semisirkularis. A.Vestibulokohlearis sampai di mediolus daerah putaran basal kohlea terpisah menjadi cabang terminal vestibularis dan cabang koklear. Cabang vestibular memperdarahi sakulus, sebagian besar kanalis semisirkularis dan ujung basal kohlea. Cabang koklear memperdarahi ganglion spiralis, lamina spiralis ossea, limbus dan ligamen spiralis. A. Koklearis berjalan mengitari N. Akustikus di kanalis akustikus internus dan didalam koklea mengitari modiolus. Vena dialirkan ke V. Labirin yang diteruskan ke sinus petrosus inferior atau sinus sigmoideus. Vena – vena kecil melewati akuaduktus vestibularis dan kohlearis ke sinus petrosus superior dan inferior.3 2.1.5



Persarafan Telinga Dalam N. Vestibulokoklearis (N. Akustikus) yang dibentuk oleh bagian



koklear dan vestibular, didalam meatus akustikus internus bersatu pada sisi lateral akar N. Fasialis dan masuk batang otak antara pons dan medula. Sel –sel sensoris vestibularis dipersarafi oleh N. Kohlearis dengan ganglion vestibularis (scarpa) terletak didasar dari meatus akustikus internus. Sel – sel sensoris pendengaran dipersarafi N. Kohlearis dengan ganglion spiralis corti terletak di modiolus.3



7



2.2



Fisiologi Telinga 2.2.1



Fisiologi Pendengaran Gelombang suara



Getaran membran timpani



Getaran tulang telinga tengah



Getaran jendela oval



Getaran cairan di dalam kokhlea



Getaran jendela bundar



Pembuyaran energi (tidak ada persepsi suara)



Getaran membran basilaris Dalam telinga Menekuknya rambut di reseptor sel rambut dalam organ Corti sewaktu getaran membran basilaris menggeser rambut-rambut ini secara relative terhadap membran tektorium di atasnya yang berkontak dengan rambut tersebut



Perubahan potensial berjenjang (potensial reseptor) di sel reseptor



Perubahan frekuensi potensial aksi yang dihasilkan di saraf auditorius



8



Perambatan potensial aksi ke korteks auditorius di lobus temporalis otak untuk persepsi suara



Fisiologi Pendengaran5 2.2.2 Jaras pendengaran



Gambar 2.510 Ada dua jalur transmisi yang dengannya gelombang suara fisik dapat diubah menjadi getaran mekanis yang menstimulasi telinga bagian dalam: konduksi udara dan konduksi tulang.12 



Konduksi udara adalah proses dimana sinyal akustik bergerak melalui struktur telinga luar dan tengah dan tiba di koklea.12



9







Konduksi tulang adalah proses dimana sinyal akustik menggetarkan tulang tengkorak untuk merangsang koklea. Getaran tulang tengkorak bisa diakibatkan oleh akustik atau mekanis rangsangan tengkorak.12 Model jalur untuk mendengar suara konduksi tulang. Getaran konduksi tulang ke kulit pipih tulang tengkorak menyebabkan getaran tengkorak dan juga menghasilkan tekanan suara di bagian dalam tengkorak. Getaran kulit dan tulang menghasilkan tekanan suara di saluran telinga sementara gaya inersia menyebabkan getaran relatif antara tulang pendengaran dan tulang di sekitarnya. Suara ditransmisikan ke telinga bagian dalam dari telinga luar dan tengah, tetapi juga langsung melalui gaya inersia yang bekerja di cairan koklea, melalui kompresi dan perluasan ruang koklea, dan, sampai taraf tertentu, melalui transmisi tekanan



suara



dari



interior



tengkorak.



Produksi



suara



sendiri



ditransmisikan ke telinga-dalam oleh suara udara dan konduksi tulang.11 jalur konduksi udara melibatkan stimulasi telinga bagian dalam dengan suara yang melewati telinga bagian luar dan tengah. Namun, itu reseptor getaran di telinga bagian dalam juga dapat merespon getaran langsung dari tengkorak yang dihasilkan oleh gelombang suara yang menabrak tengkorak atau melalui kekuatan mekanik yang diterapkan pada tubuh manusia. Ini jalur ini dikenal sebagai konduksi tulang. Penting untuk menyadari bahwa sensasi pendengaran adalah hasil dari stimulasi kompleks dari organ pendengaran konduksi udara dan jalur konduksi tulang.10



10



2.2.2



Fisiologi Sistem Vestibularis Pengaturan keseimbangan di dalam telinga dalam diatur oleh



aparatus vestibularis yang memberikan informasi penting untuk sensasi keseimbangan dan untuk koordinasi gerakan – gerakan mata dan posisi tubuh. Aparatus vestibularis terletak di dalam tulang temporalis di dekat koklea – kanalis semisirkularis dan organ otolith yaitu sakulus dan utrikulus.7 Kanalis semisirkularis terdiri dari tiga saluran semisirkuler yang tersusun dari tiga dimensi bidang yang tegak lurus satu sama lain di dekat koklea jauh di dalam tulang temporalis. Ini berfungsi sebagai mendeteksi akselerasi, deselerasi rotasional atau angular. Utrikulus mempunyai struktur seperti kantung di rongga bertulang antara koklea dan kanalis semi sirkularis. Ini mempunyai fungsi sebagai mendeteksi perubahan kepala menjauhi sumbu vertikal dan mengerahkan akselerasi dan deselerasi linear secara horizontal. Sakulus terletak di samping utrikulus. Ini mempunyai fungsi mendeteksi perubahan posisi kepala menjauhi sumbu horizontal dan mengarahkan akselerasi dan deselerasi linear secara vertikal.5 2.3



Histologi Telinga Telinga luar terdiri tulang rawan elastis, jaringan kulit tipis, folikel rambut, glandula sudorifer, lobus auricula yaitu jaringan adiposa (daun telinga) dan Meatus Acusticus Externeus terdiri dari cartilago elastis yang merupakan dinding luar, dinding dalam terdiri dari os temporal.8



11



Telinga dalam tersusun dari dua labirin. Labirin tulang terdiri dari serial ruangan dalam bagian petrosa dari tulang temporal yang melingkupi labirin membranosa. Labirin membranosa adalah kavitas dari ektoderm yang dilapisi epitel secara kontinu. Labirin membranosa berasal dari vesikel auditori yang berkembang di bagian lateral kepala embrio. Selama perkembangan embrionik, vesikel ini mengalami invaginasi ke jaringan ikat sekitar, kehilangan kontak dengan 12ctoderm sefalik dan masuk ke dalam rudimenter yang akan berkembang menjadi tulang temporal. Selama proses ini terjadi perkembangan kompleks hingga terbentuk utrikulus dan sakulus. Duktus semisurkularis berasal dari utrikulus dan duktus koklearis berasal dari sakulus. Pada setiap area ini, lapisan epitel menjadi terspesialisasi untuk membentuk struktur sensoris seperti makula utrikulus dan sakulus, krista dari duktus semisirkularis, dan organ korti dari duktus koklearis.8



12



Gambar 2.4 Nervus vestibulokoklear, nervus kranialis VIII. Labirin membranosa (berwarna biru) berisi endolimfe)6 Labirin tulang memiliki kavitas ireguler dan vestibulum meliputi sakulus dan utrikulus. Di belakang struktur tersebut terdapat tiga kanalis semisirkularis yang terdiri dari duktus – duktus semisirkularis. Koklea yang berada pada posisi anterolateral terdiri dari duktus koklearis. Koklea memiliki panjang total 35mm dan membentuk dua setengah putaran inti tulang yang disebut modiolus. Modiolus memiliki ruangan berisi pembuluh darah dan badan sel serta prosesus cabang akustik dari nervus kranial ke – 8 (ganglion spiralis). Lamina spiralis oseosa berada lateral dari modiolus. Struktur ini membentang melewati koklea lebih jauh pada region basal. Labirin tulang berisi perilimf dengan komposisi ion serupa dengan cairan ekstraselular namun dengan protein yang sangat



13



rendah. Labirin membranosa berisi endolimfe dengan karakteristik kadar sodium dan protein yang rendah serta potasium yang tinggi. Duktus koklearis, suatu divertikulum dari sakulus sangat terspesialisasi sebagai reseptor suara dan dikelilingi oleh ruang perilimfatik. Panjang dari duktus koklearis kurang lebih 35mm. Koklea (labirin tulang) dibagi menjadi 3 ruangan yaitu skala vestibuli di bagian atas, skala media (duktus koklearis) di bagian tengah, dan skala timpani. Duktus koklearis yang berisi endolimfe berakhir pada apeks koklea. Skala vestibuli dan timpani mengandung perilimfe dan merupakan suatu tuba yang panjang yang dimulai dari jendela oval dan berakhir pada tingkap bundar. Terdapat komunikasi antara kedua skala pada apeks koklea melalui helikotrema.6



Gambar 2.5 Histologi telinga dalam.7 Duktus koklearis terdiri dari membran vestibuli (Reissner’s) yang disusun dari dua lapis epitel skuamosa (salah satunya berasal dari



14



skala media dan lainnya dari skala vestibuli). Sel – sel dari kedua lapisan ini dihubungkan oleh tight junction yang membantu mempertahankan gradien ionik yang sangat tinggi melewati membran ini. Stria vaskularis adalah epitel bervaskularisasi terletak di dinding lateral duktus koklearis. Stria mengandung sel – sel yang memiliki banyak lipatan ke dalam pada membran



plasma



basal



yang



megandung



banyak



mitokondria.



Karakteristik ini menandakan bahwa sel – sel bertindak sebagai transport ion dan air. Sel – sel ini diyakini berperan dalam komposisi ionik dari endolimfe. Struktur dari telinga dalam memngandung reseptor auditori khusus yang dinamakan organ korti. Organ korti mengandung sel – sel rambut yang memberi respon terhadap frekuensi suara yang berbeda. Sel – sel rambut terletak pada lapisan tebal yang disebut membran basilar. Sel rambut dibagi menjadi dua tipe yaitu sel rambut luar dan sel rambut dalam dan terdapat juga sel penyokong. Karakteristik dari sel rambut ialah adanya stereosilia berbentuk W pada sel rambut luar dan berbentuk linear pada sel rambut dalam. Tidak adanya kinosilium memberikan kesimetrisan pada sel rambut yang penting untuk proses transduksi sensoris. Ujung dari stereosilia tertinggi pada sel rambut luar terkumpul dalam membran tektorial. Sel – sel pilar yang merupakan sel penyokong mengandung banyak mikrotubulus yang menyebabkan kekakuan dari sel penyokong. Sel – sel pilar mengisi ruang antara sel rambut luar dan dalam (terowongan dalam). Struktur ini penting untuk transduksi suara. Sel rambut luar maupun dalam memiliki ujung saraf aferen dan eferen.



15



Meskipun sel rambut dalam memiliki inervasi aferen yang lebih banyak, fungsi dari hal ini tidak diketahui. Badan sel dari neuron aferen bipolar terletak pada inti tulang dalam mediolus dan membentuk ganglion spiralis.6



Gambar 2.6 Histologi koklea6 2.4



Definisi Tinitus Tinitus barasal dari bahasa Latin tinnire yang berarti menimbulkan suara atau dering. Tinitus adalah suatu gangguan pendengaran berupa keluhan perasaan pada saat mendengarkan bunyi tanpa ada rangsangan bunyi atau suara dari luar. Adapun keluhan yang dialami ini seperti bunyi mendengung, mendesis, menderu, atau berbagai variasi bunyi yang lain.2 Tinitus ada 2 macam yang terbagi atas tinitus obyektif dan tinitus subjektif. Tinitus obyektif terjadi apabila bunyi tersebut dapat juga



16



didengar oleh pemeriksa atau dapat juga dengan auskultasi di sekitar telinga. Sifatnya adalah vibritorik yang berasal dari vibrasi atau getaran sistem muskuler atau kardiovaskuler di sekitar telinga. Sedangkan tinitus subjektif terjadi apabila suara hanya terdengar oleh pasien sendiri, dan jenis tinitus ini yang paling sering terjadi. Sifat dari tinitus subjektif adalah nonvibratorik karena adanya proses iritatif ataupun perubahan degenaratif pada traktus auditorius yang dimulai dari sel-sel rambut getar koklea sampai pada pusat saraf dari pendengar. 8 2.5



Klasifikasi Tinitus1 Berdasarkan objek yang mendengar, tinitus dapat dibagi menjadi: 2.5.1



Tinitus Objektif Tinitus yang suaranya juga dapat di dengar oleh pemeriksa



dengan auskultasi di sekitar telinga. Tinitus objektif biasanya bersifat vibratorik, berasal dari transmisi vibrasi sistem muskuler atau kardiovaskuler di sekitar telinga.1,7 Umumnya tinitus objektif disebabkan karena kelainan vaskular, sehingga tinitusnya berdenyut mengikuti denyut jantung. Tinitus berdenyut ini dapat dijumpai pada pasien dengan malformasi arteriovena, tumor glomus jugular dan aneurisma. Tinitus objektif juga dapat dijumpai sebagai suara klik yang berhubungan dengan penyakit sendi temporomandibular dan karena kontraksi spontan dari otot telinga tengah atau mioklonus palatal. Tuba Eustachius paten juga dapat menyebabkan



17



timbulnya tinitus akibat hantaran suara dari nasofaring ke rongga tengah.1 2.5.2



Tinitus Subjektif Tinitus yang suaranya hanya dapat didengar oleh penderita saja.



Jenis ini sering sekali terjadi. tinitus subjektif bersifat nonvibratorik, disebabkan oleh proses iritatif dan perubahan degeneratif traktus auditoris mulai sel – sel rambut getar sampai pusat pendengaran.1,7 Tinitus subjektif bervariasi dalam intensitas dan frekuensi kejadiannya. Beberapa pasien dapat mengeluh mengenai sensasi pendengaran dengan intensitas yang rendah, sementara pada orang yang lain intensitas suaranya mungkin lebih tinggi.1,7 2.6



Etiologi Tinitus.8,10 Banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya tinitus. Beberapa diantaranya adalah: 1. Kelainan vaskular baik pada arteri atau vena. 2. Kelainan muskular: klonus otot palatum atau tensor timpani. 3. Lesi pada saluran telinga dalam: Tumor saraf kedelapan. 4. Gangguan kokhlea: trauma akibat bising, trauma tulang temporal, penyakit Meniere’s, presbikusis, tuli saraf mendadak, emisi otoakustik. 5. Ototoksisitas: aspirin, kuinin, dan antibiotika tertentu (aminoglikosida), termasuk salisilat, quinine, loop diuretik, dan ß blocker. 6. Kelainan telinga tengah: infeksi, sklerosis, gangguan tuba eustachi.



18



7. Lain-lain: serumen, benda asing pada saluran telinga luar dan penyakit sistemik seperti anemia. Tinnitus penyakit



dikaitkan



kardiovaskular



keadaan



curah



kehamilan), neuropati, sering



dapat



jantung



penyakit alkoholisme),



dikaitkan



(hipertensi,



dengan



tinggi



demam,



gagal



jantung),



(anemia,



neurologis dan tekanan



dengan



(multiple imobilitas



mental



dan



tirotoksikosis, sclerosis, fisik.



ini



depresi,



jadi



dapatkan riwayat psikososial.10 2.7



Patofisiologi Tinitus9 Pada tinitus terjadi aktivitas elektrik pada area auditoris yang menimbulkan perasaan adanya bunyi, namun impuls yang ada bukan berasal dari bunyi eksternal yang ditransformasikan, melainkan berasal dari sumber impuls abnormal di dalam tubuh pasien sendiri. Impuls abnormal itu dapat ditimbulkan oleh berbagai kelainan telinga. Tinitus dapat terjadi dalam berbagai intensitas. Tinitus dengan nada rendah seperti bergemuruh atau nada tinggi seperti berdenging. Tinitus dapat terus menerus atau hilang timbul. Tinitus biasanya dihubungkan dengan tuli sensorineural dan dapat juga terjadi karena gangguan konduksi. Tinitus yang disebabkan oleh gangguan konduksi, biasanya berupa bunyi dengan nada rendah. Jika disertai dengan inflamasi, bunyi dengung ini terasa berdenyut (tinitus pulsatil).7



2.8



Tinitus Nada Rendah dan Nada Tinggi



19



Tinitus dengan nada rendah dan terdapat gangguan konduksi, biasanya terjadi pada sumbatan liang telinga karena serumen atau tumor, tuba katar, otitis media, otosklerosis dan lain-lainnya. Tinitus dengan nada rendah yang berpulsasi tanpa gangguan pendengaran merupakan gejala dini yang penting pada tumor glomus jugulare.7 Tinitus objektif sering ditimnbulkan oleh gangguan vaskuler. Bunyinya seirama dengan denyut nadi, misalnya pada aneurisma dan aterosklerosis. Gangguan mekanis dapat juga mengakibatkan tinitus objektif, seperti tuba eustachius terbuka, sehingga ketika bernapas membran timpani bergerak dan terjadi tinitus.7 Kejang klonus muskulus tensor timpani dan muskulus stapedius, serta otot – otot palatum dapat menimbulkan tinitus objektif. Bila ada gangguan vaskuler di telinga tengah, seperti tumor karotis (carotid body tumor), maka suara aliran darah akan mengakibatkan tinitus juga.7 Pada tuli sensorineural biasanya timbul tinitus subjektif nada tinggi (4000Hz).7 Pada intoksikasi obat seperti salisilat, kina, streptomisin, dehidro –streptomisin, garamisin, digitalis, kanamisin, dapat terjadi tinitus nada tinggi, terus menerus atupun hilang timbul.7 Gangguan vaskuler koklea terminal yang terjadi pada pasien yang stress akibat gangguan keseimbangan endokrin, seperti menjelang menstruasi, hipometabolisme atau saat hamil dapat juga timbul tinitus



20



dan gangguan tersebut akan hilang bila keadaannya sudah normal kembali.7 . Pada hipertensi endolimfatik, seperti penyakit meniere dapat terjadi tinitus pada nada rendah atau tinggi, sehingga terdengar bergemuruh atau berdengung. Gangguan ini disertai dengan vertigo dan tuli sensorineural.7 2.9



Diagnosis Tinitus Diagnosis Tinitus



anamnesis



Untuk mendiagnosis tinitus diperlukan



yang akurat meliputi riwayat pengobatan, riwayat penyakit



dan



dilakukan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan di bidang psikologi juga diperlukan karena ada kasus tinnitus yang juga berkaitan



dengan keadaan depresi dan



cemas.8 2.7.1. Anamnesis Tujuan utama adalah untuk menemukan penyebab tinitus. Beberapa hal yang perlu dipe rhatikan dalam anamnesis adalah lama serangan tinitus, bila berlangsung dalam waktu 1 menit biasanya akan hilang sendiri, hal ini bukan keadaan



patologik. Bila berlangsung dalam 5 menit



patologik. Tinitus subjektif



merupakan keadaan



unilateral disertai gangguan pendengaran perlu



dicurigai kemungkinan tumor neuroma akustik atau trauma kepala. Bila tinitus bilateral kemungkinan terjadi pada intoksikasi obat yang bersifat ototoksik seperti aspirin, kinine, streptomisin dan lain-lain, trauma bising, dan penyakit sistemik lain. Apabila pasien sulit mengidentifikasi kanan atau kiri kemungkinannya disaraf pusat. Kualitas tinitus, bila tinitus bernada tinggi biasanya kelainannya 21



pada daerah basal koklea, saraf pendengar perifer dan sentral. Tinitus bernada rendah seperti gemuruh ombak khas untuk kelainan koklea seperti hidrops endolimfa.8 2.7.2



Riwayat dan pemeriksaan fisis riwayat dan pemeriksaan fisik adalah diagnosis utama untuk tinnitus.



Tabel 3 berisi daftar yang membantu dalam evaluasi pasien dengan tinnitus. Elemen-elemen



kunci dari pemeriksaan fisis meliputi kepala, mata, telinga,



hidung, tenggorokan, leher, dan sistem neurologis. Tabel 4 menyediakan temuan pemeriksaan fisis yang bermanfaat dalam evaluasi seorang pasien dengan tinnitus.13 Tabel 3. Temuan Riwayat Pasien untuk Mengevaluasi Tinnitus.13 Kategori umum



Temuan



Keterangan



kejadian terkait



Perubahan pendengarabn, paparan



Hilangnya pendengaran dan paparan kebisingan



kebisingan kronis, trauma akustik,



adalah faktor risiko yang paling konsisten terkait



otitis media, kepala atau leher,



dengan



perawatan gigi



otosklerosis adalah faktor risiko



Penggunaan obat yang dapat



untuk insiden tinnitus. Perawatan gigi dapat



menyebabkan tinnitus



menghasilkan



tinnitus



cedera



tinnitus



kepala,pusing,



somatosensori



dan



melalui



gangguan sendi temporomandibular atau stres leher Gejala terkait



Nyeri kepala



Hipotensi intrakranial spontan dapat menyebabkan tinnitus ortostatik sakit kepala.



Hilang pendengaran



Faktor yang paling sering terjadi pada tinitus



Gangguan suara, intoleransi,



Hyperacusis terjadi 40% pasien dengan tinnitus



atau rasa nyeri. Sendi Temporomandibular atau



Bisa berkaitan dengan tinnitus, terapi untuk nyeri



sakit leher



bisa mengurangi tinitus



vertigo



Seperti penyakit Meniere terutama jika unilatral, episodik,



22



dan



terkait



dengan



gangguan



pendengaran, meskipun schwannoma vestibular juga bisa menyebabkan vertigo Deskripsi tinitus



Fluktuasi, nada, kualitas, beratnya



Suara berdenging, berdengung, atau suara jangkrik



tinitus



adalah yang paling umum, rendah frekuensi paling khas Meniere disease,orang dengan unilateral pulsatile tinnitus adalah 80 kali lebih mungkin untuk memiliki loop vaskular berdekatan dengan saraf kranial VIII dari pada yang tanpa gejala itu.



Riwayat keluarga



Penyakit Meniere dan otosklerosis merupakan



-



genetik, tetapi secara keseluruhan, tinnitus memiliki komponen genetik yang sangat kecil Dampak tinitus



misalnya,



gangguan



dengan



kegiatan sehari-hari, tidur, bekerja,



Membantu



menilai



keparahan



dan



dampak



subjektif tinnitus



atau bersantai, kesulitan persepsi pendengaran; berdampak



pada



kesehatan umum. Lokasi



Unilateral atau bilateral



Dua pertiga pasien mengalami tinnitus bilateral. Unilateral



lebih



mungkin



somatosensori,



schwannoma vestibular, atau penyakit Meniere Onset



Bertahap atau tiba-tiba



onset



tiba-tiba



somatosensory.



Waktu



Intermitten atau continuous



-



23



lebih



sering



penyebab



Tabel 4. Temuan Pemeriksaan Fisik untuk Mengevaluasi Tinnitus.13 Kategori umum



Temuan



Ketereangan



Telinga



serumen impaksi



Menghilangkan



serumen



membantu



pemeriksaan, dan mungkin memiliki manfaat terapeutik pada tinitus. Pembuangan cerumen jarang dikaitkan dengan perkembangan dari tinnitus. Effusion,



cholesteatoma,



atau



luka



retrotympanic.



Penyebab fisik untuk gangguan pendengaran adalah faktor risiko yang paling umum untuk tinnitus



Mata



Papilledema atau perubahan bidang visual



Tekanan intrakranial yang meningkat dapat menunjukkan massa atau idiopatik hipertensi intrakranial.



Muskuloskeletal



Perubahan persepsi tinnitus selama



Persepsi



tinnitus



yang



dikurangi



atau



gigi grinding, sisi ke sisi atau menahan



ditingkatkan dengan manuver ini menunjukkan



kepala saat memutar.



komponen somatosensori.



memberi tekanan pada leher atau rentang



adanya nyeri tekan pada



gerak terbatas pada kelenturan sendi



menunjukkan komponen somatosensori dan



temporomandibular, nyeri, atau krepitasi



kebutuhan rujukan gigi atau otolaryngologi.



area ini dapat



dengan gerakan



Neurologic



Vascular



Tes saraf kranial abnormal



Peningkatan kemungkinan untuk schwannoma,



Tes ekuilibrium abnormal, finger to nose



vestibular; dapat terkait dengan hipertensi



test, atau dysdiadochokinesia



intrakranial atau hipotensi.



Bruit atau murmur di atas saluran telinga,



bisa merupakan etiologi tinitus pulsatil.



daerah periaurikular, orbita, leher, dan dada.adanya perubahan tinnitus dalam



pada pasien dengan pulsatile tinnitus, resolusi



tekanan ringan ke vena jugularis internal



tinnitus dengan manuver ini menunjukkan



ipsilateral.



tinnitu pulsil vena



24



Pemeriksaan fisis THT dan otoskopi harus secara rutin dilakukan, pemeriksaan penala, audiometri nada murni, audiometri tutur, bila perlu dilakukan pemeriksaan OAE (Otoacustic Emmision) BERA (Brainstem Evoked Response Audiometri) dan atau ENG (Electro Nystagmography) serta pemeriksaan Laboratorium.1 Uji laboratorium jarang mengungkapkan penyebab yang bisa diobati tinnitus, dan sedikit bukti yang ada mendukung penggunaannya. Pengujian laboratorium harus dipandu oleh kecurigaan klinis daripada kehadiran tinnitus karena diagnostik hasil cenderung rendah. Untuk pasien dengan asimetris kehilangan pendengaran sensorineural dan tinnitus merupakan cara yang efektif untuk mengidentifikasi dan dapat diobati penyebabnya.13



2.10



Tatalaksana Tinitus Pengobatan tinitus merupakan masalah yang kompleks dan merupakan



fenomena psikoakustik murni, sehingga tidak dapat diukur. Perlu diketahinya penyebab tinitus agar dapat diobati sesuai dengan penyebabnya. Kadang-kadang penyebabnya itu sukar diketahui.8 Pada umumnya pengobatan gejala tinitus dapat dibagi dalam 4 cara yaitu : 1. Elektrofisiologik yaitu dengan membuat stimulus elektro akustik dengan intensitas suara yang lebih keras dari tinitusnya, dapat dengan alat bantu dengar atau tinitus masker.



25



2. Psikologik, dengan memberikan konsultasi psikologik untuk meyakinkan pasien bahwa penyakitnya tidak membahayakan dan dengan mengajarkan relaksasi setiap hari. 3. Terapi medikamentosa, sampai saat ini belum ada kesepakatan yang jelas. Berbagai penelitian untuk menemukan jenis obat masih terus dilakukan. Adapun jenis obat yang dapat secara konsisten efektif pada pengobatan jangka panjang belum juga ditemukan. Meski demikian pemakaian beberapa jenis obat sedikit banyak dapat memberikan perbaikan pada pasien tinitus, seperti: a) Vitamin B dan derivatnya: nicotinamide (vasodilator) yang secara empiris telah digunakan secara luas untuk kelainan kokhlea (contoh: penyakit Meniere’s) b) Trimetazidine: obat anti iskemia dengan antioksidan c) Vitamin A: pada dosis tinggi dilaporkan memperbaiki ambang persepsi dan mencegah tinnitus. Namun perhatian terhadap toksisitasnya dapat membatasi vitamin A dalam penggunaan praktis. d) Lidokain intravena: suatu golongan anestetik local amide dengan aktivitas system saraf pusat, dilaporkan berguna dalam mengontrol tinnitus. e) Tocainine: merupakan lidokain oral dengan waktu paruh yang panjang. f) Trisiklik trimipramine: suatu anti depresan



4. Pembedahan juga berperan dalam penanganan tinnitus jika diaplikasikan untuk mengoreksi



sumber



penyebab.



Misalnya:



stapedektomi



untuk



kelainan



otosklerotik, lainnya adalah koklear implant. Pertimbangan juga dapat diberikan untuk melakukan terhadap pengikatan saraf ke-8 divisi koklearis, walaupun



26



hasilnya tidak dapat diprediksikan.. dan tentu saja hanya bisa dilakukan terhadap pasien yang memang fungsi pendengarannya sudah rusak berat alias tuli berat yang tidak mungkin lagi dikoreksi.8 Selain itu, Pilihan manajemen tinnitus saat ini termasuk alat bantu dengar, generator suara, terapi perilaku kognitif (CBT), terapi musik, pelatihan ulang tinnitus terapi (TRT), terapi relaksasi, atau mungkin melibatkan farmakoterapi untuk masalah terkait seperti insomnia, kecemasan, atau depresi.9



27



DAFTAR PUSTAKA 1.



Soepardi E., Iskandar N. Tinnitus. Dalam: Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher Edisi ke Enam. Editor. prof. Dr. Efiaty Arsyad Soepardi, Sp.THT, dkk. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2004: 111



2.



Moller A, Epidemiology Of Tinnitus In Adults. The University Of Texas 2011. http://www.ResearchGate.net/publication/226803215



3.



Adams, Boies, Hingler, editor. Buku Ajar Penyakit THT. Ed ke – 6. Jakarta: EGC; 2009.



4.



Putz R, Pabst R. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Jilid I Edisi 22. Jakarta : EGC. 2007 : 379



5.



Sherwood L. Human Physiology: From Cells to System. 6th Edition. Cengage Learning. Amerika Serikat; 2009



6.



Junqueira LC, Carneird J. Basic Histology Text and Atlas. 11th Edition. McGraw-Hill’s. 2007. Chapter 23



7.



Iskandar N, Dkk. Tinnitus. Dalam: Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher Edisi Ketujuh FKUI Jakarta 2012.



8.



Purwita D. Mengenali Gejala Tinitus dan Penatalaksanaannya Fakultas Kedokteran Universitas Udayana : 2016



9.



Hoare DJ, Hall DA. Clinical Guidelines and Practice: A Commentary of the Complexity of Tinnitus Management. Evaluation & the Health Professions 2011;34(4):413-420.



10.



Hannan A, Sami F. 10-minnutes conculatation Tinnitus. GP Magazine. N. Eng J Med : 2006



11.



Stenfelt S. Acoustic and physiologic aspects of bone conduction hearing.



Department of Clinical and Experimental Medicine: 2011: 16-17 12.



Henry P and Tomasz R. Letowski. Bone Conduction: Anatomy, Physiology, and Communication. Armi research laboratoy. 2011: 20-21



13.



S Kenneth. Diagnostic Approach to Patients with Tinnitus. American academy of Family Physician. 2014: 108-110



28