Refleksi Kasus Kejang [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

REFLEKSI KASUS



Agustus 2016



KEJANG DEMAM SEDERHANA



Nama



: Risqa Rasman S.Ked



No. Stambuk : N 111 15 046 Pembimbing : dr. CH Krisrtin, Sp.A



DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO RUMAH SAKIT UMUM ANUTAPURA PALU 2016



1



BAB I PENDAHULUAN



Kejang merupakan suatu manifestasi klinis yang sering dijumpai di ruang gawat darurat. Hampir 5% anak berumur di bawah 16 tahun setidaknya pernah mengalami sekali kejang selama hidupnya. Kejang penting sebagai suatu tanda adanya gangguan neurologis.Keadaan tersebut merupakan keadaan darurat.Kejang mungkin sederhana, dapat berhenti sendiri dan sedikit memerlukan pengobatan lanjutan, atau merupakan gejala awal dari penyakit berat, atau cenderung menjadi status epileptikus.1 Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 380C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan – 5 tahun.Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam.Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam.Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi SSP, atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam. 2 Kejang demam diklasifikasikan sebagai kejang demam kompleks bila bersifat fokal, berlangsung lama (>10 - 15 menit), atau multiple (> 1 kali serangan selama 24 jam demam).Sebaliknya, kejang demam sederhana adalah kejang yang berlangsung satu kali, singkat, dan bersifat umum.Anak dapat saja normal atau mempunyai kelainan neuorologis. Anak bisanya berusia antara 6 bulan sampai 3 tahun, dan tersering pada usia 18 bulan. Bila kejang demam berlangsung terus sampai usia di atas 6 tahun atau pernah mengalami kejang tanpa demam baik tonik-klonik, mioklonik, absens atau atonik maka diklasifikasikan sebagai Generalized epilepsy with seizure plus (GEFS+).1



2



Sebagian besar kejang demam merupakan kejang demam sederhana, tidak menyebabkan menurunkannya IQ, epilepsi, dan kematian. Kejang demam dapat berulang. Saat pasien datan dengan kejang disertai demam, dipirkan 3 kemungkinan yaitu 1) kejang demam, 2) pasien epilepsi terkontrol dengan demam sebagai pemicu kejang epilepsi, 3) kejang disebabkan infeksi sistemsaraf pusat atau gangguan elektrolit akibat dehidrasi.3 Penggolongan kejang demam menurut kriteria nasionall collaborative perinatal project adalah kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang demam sederhana adalah kejang demam yang lama kejangnya kurang dari 15 menit, umum dan tidak berulang pada satu episode demam. Kejang demam kompleks adalah kejang demam yang lebih lama dari 15 menit baik bersifat fokal atau multipel.4 faktor resiko timbul kejang berulang apabila kejang terjadi sebelum usia 12 bulan, kejang yang terjadi pada suhu rendah berkisar 38 0C, timbulnya kejang kurang dari 1 jam setelah timbulnya panas dan adanya riwayat kejang demam pada keluarga. Jika empat faktor resiko ini ditemukan pada anak, kemungkinan untuk berulangnya kejang demam sebanyak 70-80%. Jika hanya terdapat satu faktor resiko, maka kemungkinan berulang sebanyak 10-20%.5



KASUS



3



I.



II.



IDENTITAS PASIEN Nama



: An. A



Umur



: 1 tahun 5 bulan



Jenis kelamin



: laki-laki



Agama



: Islam



Tanggal masuk



: 24 agustus 2016



ANAMNESIS



Keluhan utama



: Kejang



Riwayat penyakit sekarang : Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan kejang. Kejang terjadi 1 kali pada saat dipuskesmas yang belangsung 2 menit dan 1 kali pada saat pasien dirawat di UGD, kejang berlangsung 1 menit. Tidak ada penurunan kesadaraan setelah pasien kejang. Kemudian pasien di rawat di nuri bawah dan ketika dirawat pasien mengalami kejang lagi 1 kali yang berlangsung 2 menit dan tidak ada penurunan kesadaran. Pada saat kejang mata pasien melihat keatas, disertai kaku pada kedua tangan dan posisi lurus. Pada saat kejang mulut pasien tidak mengeluarkan busa, Sebelum kejang pasien mengalami demam 5 jam dan pasien diberikan obat penurun panas di puskesmas. Pasien tidak mengeluhkan batuk, beringus, dan sesak napas. Pasien juga tidak mengalami mual dan muntah, tidak ada nyeri perut. Buang air besar lancar dan biasa, serta buang air kecil lancar. Riwayat penyakit dahulu



:



Pasien belum pernah mengalami kejang demam



4



Riwayat penyakit keluarga : Dikeluarga pasien tidak ada yang pernah mengalami gejala gejang yang sama seperti pasien. Riwayat sosial-ekonomi



:



Menengah bawah Riwayat Kehamilan dan persalinan : Pasien lahir Caesar section,.Dibantu oleh dokter di rumah sakit.Selama persalinan tidak pernah sakit berat. Berat badan lahir 2700 gram. Anamnesis Makanan



:



ASI diberikan sejak usia 0-1 tahun, bubur sun usia 6 bulan sampai 9bulan ,bubur saring diberikan saat usia 9 bulan – 1 tahun. Nasi dari usia 1 tahun hingga sekarang. Riwayat Imunisasi



:



Imunisasi dasar lengkap. III.



PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan umum Kesadaran



: Tampak sakit sedang : Compos mentis



2. Pengukuran Tanda vital : Nadi



: 120 kali/menit, reguler, kuat angkat



Suhu



: 38°C



Respirasi : 38 kali/menit Berat badan : 9 kg Tinggi badan : 74 cm Status gizi



: Gizi Baik Z score : 0,-1 gizi baik



5



3. Kulit :



Warna



: Sawo matang



Pigmentasi



: tidak ada



Sianosis



: tidak ada



Turgor



: cepat kembali (< 2 detik)



4. Kepala: Bentuk Rambut



: Normocephal : Warna hitam, tidak mudah dicabut, tebal, alopesia (-)



5. Mata : Palpebra



: edema (-/-)



Konjungtiva



: pucat (-/-)



Sklera



: ikterik (-/-)



Reflek cahaya : (+/+) Refleks kornea : (+/+) Exophthalmus : (-/-) Cekung



: (-/-)



6. Hidung : Pernapasan cuping hidung : tidak ada Epistaksis



: tidak ada



Sekret



: tidak ada



7. Mulut : Bibir



: mukosa bibir basah, sianosis (-)



Gigi



: tidak ada karies



Gusi



: tidak berdarah



Tonsil



: T1/T1



Lidah



: Tidak kotor



8. Leher  Pembesaran kelenjar leher



: Tidak ada pembesaran KGB



-



: Tidak ada pembesaran



Kelenjar Thyroid



6



9. Thoraks a. Dinding dada/paru : Inspeksi : Bentuk simetris bilateral Palpasi : Vokal fremitus simetris kiri dan kanan sama Perkusi : Sonor +/+ Auskultasi : Suara Napas Dasar : Bronchovesikuler Suara Napas Tambahan :Rhonki basah halus (-/-). Wheezing (-/-) b. Jantung Inspeksi



: Ictus cordis tidak terlihat



Palpasi



: Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistra



Perkusi



: batas jantung normal, cardiomegali (-)



Auskultasi : Suara dasar



: S1 dan S2 murni, regular



Bising



:-



10. Abdomen Inspeksi



: Bentuk



: datar



Auskultasi : bising usus (+) kesan normal Perkusi



: Bunyi



: timpani



Palpasi



: Nyeri tekan



: (-)



Hati



: tidak teraba



Lien



: tidak teraba



Ginjal



: tidak teraba



11. Ekstremitas : akral hangat, edema (-), CRT < 2 detik 12. Genitalia



: dalam batas normal



13. Otot-otot



: Eutrofi



14. Refleks



: fisiologis +/+, patologis -/-, kaku kuduk (-). Kernig Brudzinski (-) 7



IV.



PEMERIKSAAN PENUNJANG 



Darah lengkap WBC : 10,39x103/uL RBC



: 4,73 x 106uL



HGB : 12,1 g/dl



V.



HCT



:34,5 %



PLT



:519 x103/uL



RESUME Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan kejang. Kejang terjadi 1 kali



pada saat dipuskesmas yang belangsung 2 menit dan 1 kali pada saat pasien dirawat di UGD, kejang berlangsung 1 menit. Tidak ada penurunan kesadaraan setelah pasien kejang. Kemudian pasien di rawat di nuri bawah dan ketika dirawat pasien mengalami kejang lagi 1 kali yang berlangsung 2 menit dan tidak ada penurunan kesadaran. Pada saat kejang mata pasien melihat keatas, disertai kaku pada kedua tangan dan posisi lurus. Pada saat kejang mulut pasien tidak mengeluarkan busa, Sebelum kejang pasien mengalami demam 5 jam dan pasien diberikan obat penurun panas di puskesmas. Pasien tidak mengeluhkan batuk, beringus, dan sesak napas. Pasien juga tidak mengalami mual dan muntah, tidak ada nyeri perut. Buang air besar lancar dan biasa, serta buang air kecil lancar. Pada pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran composmentis.Tanda-tanda vital, nadi: 120 kali/menit, reguler, kuat angkat, suhu 38°C, respirasi 38 kali/menit.Tonsil T1/T1, anemis (-), Pada leher tidak ada pembesaran KGB dan Thyroid, pada pemeriksaan thorax tidak ada suara tambahan, Pada pemeriksaan jantung ictus cordis teraba pada SIC V line midclavicularis sinistra. Peristaltik (+) kesan normal.Nyeri tekan (-), kaku kuduk (-). Kernig (-), Brudzinski (-)



8



VI.



DIAGNOSIS : Diagnosis kerja



VII.



: Kejang Demam Kompleks



TERAPI



-



02 1-2 lpm (jika perlu)



-



IVFD asering guyur 100cc, selanjutnya 13 tpm



-



Injeksi ceftriaxone 300 mg/12 jam/iv



-



Injeksi dexametason 1,5 mg/8 jam/iv



-



Paracetamol syp 3x1 cth



-



Stesolid syrup 3x1 cth



VIII. ANJURAN



IX.



-



Lumbal Pungsi



-



EEG



FOLLOW UP



Tanggal



: 25 AGUSTUS 2016



Subjek (S)



: Kejang (-), Demam (+), Batuk (-),lemah(+),muntah(-), mual (-), BAB (1x),BAK lancar



Objek (O)



:



Tanda Vital -



Denyut Nadi



: 124 kali/menit



-



Respirasi



: 38 kali/menit



-



Suhu



: 380C



-



Bunyi napas : Bronkovesikuler +/+, RH -/-, WH -/-



9



Assesment (A)



: Kejang Demam Kompleks



Plan (P)



:



X.



TERAPI -



02 1-2 lpm (jika perlu)



-



IVFD asering 13 tpm



-



Injeksi ceftriaxone 300 mg/12 jam/iv



-



Injeksi dexametason 1,5 mg/8 jam/iv



-



Paracetamol syp 3x1 cth



-



Stesolid syrup 3x1 cth



10



BAB III DISKUSI Kejang demam merupakan bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu (rektal lebih dari 380C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstranium. Menurut Consensus Statement On Febrile Seizures, kejam demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi tidak terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu.5,6 Faktor resiko kejang demam pertama yang penting adalah demam. Selain itu terdapat faktor riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara kandung, perkembangan terlambat, problem masa neonatus, anak dalam perawatan khusus, dan kadar natrium rendah. Setelah kejang demam pertama, kira-kira 33% anak akan mengalami satu kali rekurensi atau lebih dan kira-kira 9% anak mengalami 3 kali rekurensi atau lebih, resiko rekurensi meningkat dengan usia dini, usia dibawah



18



bulan,



cepatnya



anak



mendapat



kejang



setelah



demam



timbul,temperatur yang rendah saat kejang, riwayat keluarga kejang epilepsi. Kejang demam dapat diturunkan secara autosom dominan melalui kromosom 19p dan 8q, sehingga penting untuk dilakukan anamnesis riwayat kejang demam pada keluarga.5 Kejang



demam



tidak



menunjukkan



adanya



abnormalitas



pada



elektroensefalografi (EEG) serta biasanya dapat sembuh secara sempurna. Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadiaan epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh karena itu tidak direkomendasikan. Pasien EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khass. Misalanya kejang demam kompleks pada anak usi dari 6 tahun, atau kejang demam lokal.6 Penggolangan kejang demam menurut kriteria nasional collaborative perinatal project adalah sebagai berikut : 1. Kejang demam sederhana -



Berlangsung singkat



-



Umumnya serangan berhenti sendiri dalam waktu 15 menit -



Kejang fokal atau persial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial



-



Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor



resiko berulangnya kejang demam adalah : -



Riwayat kejang demam dalam keluarga



-



Usia kurang dari 12 bulan



-



Temperatur yang rendah saat kejang



-



Cepatnya kejang setelah demam1,5



Bila seluruh faktor diatas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80% sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya kejang demam hanya 10%-15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar pada tahun pertama.6 Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, didapatkan bahwa kejang demam yang dialami pasien pada kasus ini adalah kejang demam kompleks karena kejang berulang pada satu periode (24jam). Pada pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan leukosit yang sedikit meningkat yang menandakan adanya infeksi. Menurut soetomenggolo (1999) ada tiga hal yang perlu dikerjakan pada proses tatalaksana kejang demam, yaitu: 1. Pengobatan Fase Akut Pada waktu pasien sedang mengalami kejang, semua pakaian yang ketat harus dibuka dan pasien dimiringkan apabila muntah untuk mencengah terjadinya aspirasi. Jalan napas harus bebas agar oksigen terjamin. Pengisapan lendir dilakukan secara teratur, diberikan oksigen, kalau perlu dilakukan intubasi. Awasi keadaan vital seperti kesadaraan, suhu, tekanan darah, pernapasan dan



12



fungsi jantung. Suhu tubuh yang tinggi diturunkan dengan pemberian kompres dan antipiretik (asetaminofen oral 10mg/kgBB IV.BB10kg dosis 10kg rektal) adalah pilihan utama dengan pemberian secara intravena atau intrarektal karena memiliki masa kerja yang singkat. 2. Profilaksis Intermitan Pengobatan profilaksis intermitan dengan antikonvulsan diberikan pada waktu pasien demam dengan suhu rektal lebih dari 38 0C. Terapi intermitan harus dapat masuk dan bekerja pada otak. Diazepam oral efektif mencengah timbulnya kejang demam berulang dan bila intermitan hasilnya lebih baik karena penyerapannya yang cepat. Dosis rektal tiap 8 jam adalah 5mg untuk pasien dengan berat badan kurang dari 10 kg. Diazepam oral dapat diberikan dengan dosis 0,5mg/kgBB perhari dibagi dalam 3 dosis, diberikan bila pasien menunjukkan suhu 38,5 0C atau lebih. 3. Profilaksis Terus Menerus Pemberian fenobarital 4-5 mg/kgBB/hari menunjukkan hasil yang bermakna untuk mencengah berulangnya kejang demam. Obat lain yang dapat digunakan untuk profilaksis kejang demam ialah asam valproat adalah meskipun memiliki efek sampinghepatotoksik. Dosis asam valproat adalah 15-40mg/kgBB. Profilaksis terus menerus dapat berguna untuk mencengah berulangnya kejang demam berat yang dapat berpotensi menyebabkan kerusakan otak di kemudian hari namun tidak dapat mencengah terjadinya epilepsi. Indikasi profilaksis terus menerus adalah : 1) Sebelum kejang demam pertama sudah ada kelainan neurologis atau perkembangan 2) Ada riwayat kejang tanpa demam pada orang tua atau saudara kandung 3) Kejang demam lebih lama dari 15 menit, fokal atau diikuti kelainan neurologis sementara atau menetap 4) Dapat dipertimbangan pemberian profilaksis bila kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan atau terjadi kejang multipel dalam satu episode demam.



13



Antikonvulen profilaksis terus menurus diberikan selama 1-2 tahun setelah kejang berakhir, kemudian dihentikan secara terhadap selama 1-2 bulan.2,5 5. Edukasi pada orang tua Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saat kejang sebagian besar orang tua beranggapan bahwa anak telah meninggal. Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara: a. Menyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik b. Memberitahukan cara penanganan kejang c. Memberiakan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali d. Pemberian obat utnuk mencengah rekurensi memang efektif tetapi harus diingatkan adanya efek samping. Pada pasien ini, terapi yang diberikan berupa pacatemol sebagai antipiretik untuk menurunkan



demam.



Dosis



paracetamol



yang



diberikan



adalah



10-



15mg/kgBB/kali sebanyak 3-4 kali. Pasien memiliki berat badan 15kg sehingga dosis yang diberikan adalah 150mg/kgBB/kali, dimana pada setiap sediaan sirup dalam 5ml setara dengan 120mg/kgBB/kali, dimana pada setiap sediaan sirup dalam 5 mlyaitu 1 sendok teh untuk menghasilkan efek terapeutik.



14



Algoritma Penghentian Kejang Demam1 Kejang



Diazepam rektal 0,5 mg/kgBB Boleh diulang setelah 5 menit Kejang (Ke RS) Diazepam IV 0,3-0,5 mg/kgBB



Kejang Fenitoin IV 10-20 mg/kgBB dengan kecepatan 1mg/kg/menit



Kejang berhenti Kejang tidak berhenti Lanjutkan dengan dosis 4-8 mg/kg/hari dimulai 12 jam setelah dosis awal Rawat ICU



Jika pasien datang dalam keadaan kejang, berikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit dengan dosis maksimal 20 mg. Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua dirumah adalah diazepam rektal dengan dosis 0,50,75 mg/kg atau diazepam rektal untuk anak dengan berat badan kurang dari 10kg dan 10 mg untuk anak dengan berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazpam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak diatas usia 3 tahun. Bila pada pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, diazepam dapat diberikan lagi dengan interval 5 menit. Bila masih gagal dianjurkan ke RS dan diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg. Bila masih belum berhenti berikan fenitoin secara IV dengan dosis awal 10-20 mg/kg/ kali dengan kecepatan 1mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/ hari dimulai 12 jam setelah dosis awal. Bila belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif.1, 10



15



Bila kejang berhenti, tentukan apakah anak termasuk dalam kejang demam yang memerlukan pengobatan rumatan atau hanya memerlukan pengobatan intermiten bila demam. Pengobatan rumatan adalah pengobatan yang diberikan terus menerus



untuk waktu yang cukup lama, yaitu 1 tahun bebas kejang,



kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan. Pengobtan rumatan diberikan bila kejang demam menunjukkan salah satu atau lebih gejala berikut : 



kejang lama >15 menit







anak mengalami kelainan neurologis yang nyata sebelum dan sesudah kejang misalnya hemiparesis, Cerebral Palsy, retardasi mental.







Kejang fokal







Bila ada keluarga sekandung atau orang tua yang mengalami epilepsi







Pengobatan rumatan dipertimbangkan bila: -



Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam



-



Kejang demam yang terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan



-



Kejang demam ≥4 kali pertahun.



Pengobatan rumatan yang diberikan adalah: -



Asam valproate 15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis atau fenobarbital 3-4 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis. Pengobatan intermiten adalah pengobatan yang diberikan pada saat anak mengalami demam, untuk mencegah terjadinya kejang demam. Terdiri dari pemberian antipiretik ( parasetamol 10-15 mg/kgBB/ kali diberikan 4 kali sehariatau



ibuprofen



5-10



mg/kgBB/kali



diberikan



3-4



kali)



dan



antikonvulsan (diazepam oral 0,3mg/kgBB setiap 8 jam pada saat demam atau diazepam rektal 0,5 mg/kgBB setiap 8 jam pada suhu >38,5 °C).1 Tatalaksana di Emergensi : Sebagai seorang dokter sebaiknya kita mengurangi kecemasan orang tua dengan cara : - Menyakinkan bahwa kejang demam umumnya memiliki prognosis yang baik 16



- Memberitahukan cara penangan kejang - Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali - Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat adanya efek samping obat.7 Prognosis pada kasus kejang demam kompleks adalah adanya kemungkinan gangguan memori bila kejang demamkompleks terjadi pada anak berumur kurang dari 1 tahun. Pada penelitian juga didapatkan adanya gangguan pada hipokampus pada kejang demam yang berlangsung lama. Mortalitas jangka panjang tidak meningkat pada kejang demam, namun terdapat sedikit peningkatan mortalitas 2 tahun setelah kejang demam kompleks. Risiko menjadi epilepsy meningkat sampai 7% atau 2-10 kali lipat lebih sering dibandingkan populasi umum. Faktor risiko terjadinya epilepsy di kemudian hari adalah kejang demam kompleks, ditambah riwayat keluarga dengan epilepsy, dan adanya kelainan neurologis.3 Prognosis pada pasien ini adalah dubit et bonam dikarenakan kejang dia alami baru pertama kali akan tetapi kejang demam bisa terulang lagi.



17



DAFTAR PUSTAKA



1. Roth HI, Drislane FW. Seizures. Neurol Clin 1998; 16:257-84.Bravo FG, Gotuzzo E. Cutaneous tuberculosis. Clinics in Dermatology 2007; 25:17380. 2. Konsensus Penatalaksanaan



Kejang Demam. Unit Kerja Koordinasi



Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia 2006 3. Roberto DM, south M. Practical Pediatrics Sixth Edition. UK: churchill livingstone, 2007. 4. Deliana M.Tata Laksana Kejang Demam Pada Anak, Sari Pediatri, Vol.4 no.2.Semptember, Jakarta.2002. 5. IDAI. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, Edisi Pertama.Jakarta: Badan Penerbit IDAI,2004 6. UKK Neurologi IDAI. Konsensus penatalaksanaan kejang demam.2006 7. Tjahjadi,P.,Dikot,Y,Gunawan,D. Gambaran Umum Mengenai Epilepsi. In : Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 2005. p119-127. .



18