Refrat Luka Tusuk Thoraks Final [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.



Latar Belakang Masalah Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis kulit normal akibat proses



patologis yang berasal dari internal dan eksternal dan mengenai organ tertentu, dimana terdapat kerusakan kontinyuitas kulit, membran mukosa dan tulang atau organ tubuh yang lain.1 Prevalensi cedera secara nasional adalah 8,2 persen, dengan prevalensi tertinggi ditemukan di Sulawesi Selatan (12,8%) dan terendah di Jambi (4,5%). Perbandingan hasil Riskesdas 2007 dengan Riskesdas 2013 menunjukkan kecenderungan peningkatan prevalensi cedera dari 7,5 persen menjadi 8,2 persen. Penyebab cedera terbanyak, yaitu jatuh (40,9%) dan kecelakaan sepeda motor (40,6%). Tiga urutan terbanyak jenis cedera yang dialami penduduk adalah luka lecet/memar (70,9%), terkilir (27,5%) dan luka robek (23,2%). Adapun urutan proporsi terbanyak untuk tempat terjadinya cedera, yaitu di jalan raya (42,8%), rumah (36,5%), area pertanian (6,9%) dan sekolah (5,4%).2,3 Salah satu jenis luka yang dapat ditemui adalah luka tusuk. Luka tusuk merupakan luka yang diakibatkan oleh benda atau alat berujung runcing dan bermata tajam atau tumpul. Luka tusuk terjadi oleh alat yang memiliki ujung. Kedalaman luka tusuk di dalam tubuh dapat lebih besar daripada ukuran luka di kulit. Akhir dari tusukan pada kulit biasanya lancip, tanpa memar dan abrasi. Alat yang digunakan pada luka tusuk kebanyakan adalah pisau, yang juga dapat membuat luka irisan. Alat atau senjata lain yang membuat luka yaitu pedang, pisau dapur, pisau lipat. Penggaris, obeng, pecahan gelas, garpu, bolpoin dan pensil pun dapat membuat luka tusukan.3 Sebagai dokter umum, maka diharapkan mampu untuk menangani kasus luka tusukan. Termasuk memastikan apakah luka tersebut benar luka tusuk, jenis alat yang digunakan untuk menusuk, arah dan kedalaman penusukan, dan organorgan apa saja yang mungkin terkena saat terjadi penusukan.



1



2.



Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka dirumuskan



pemasalahan sebagai berikut : 1. Apa definisi dari luka tusuk? 2. Apa saja jenis senjata yang dapat menyebabkan luka tusuk? 3. Bagaimana mekanisme terjadinya luka tusuk? 4. Bagaimana klasifikasi luka tusuk? 5. Bagaimana pemeriksaan forensik untuk mendeteksi dan menilai luka tusuk? 3. 1.



Tujuan Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran luka tusuk secara umum.



2. -



Tujuan Khusus Untuk mengetahui definisi luka tusuk Untuk mengetahui jenis senjata yang dapat menyebabkan luka tusuk Untuk mengetahui mekanisme terjadinya luka tusuk Untuk mengetahui klasifikasi luka tusuk Untuk mengetahui pemeriksaan forensik untuk mendeteksi dan menilai luka tusuk



4. -



Manfaat Meningkatkan



-



penyusunan dan penulisan suatu referat dari berbagai sumber Melatih kerjasama tim dalam menyusun suatu referat Menambah pengetahuan mengenai luka tembak berdasarkan ilmu



kemampuan



dan



penalaran



mahasiswa



dalam



kedokteran forensik



BAB II PEMBAHASAN 2.1. Definisi Luka Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis kulit normal akibat proses patologis yang berasal dari internal dan eksternal dan mengenai organ



2



tertentu, dimana terdapat kerusakan kontinyuitas kulit, membran mukosa dan tulang atau organ tubuh yang lain.1 2.2. Etiologi Luka 1. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi). 2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak. 3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam. 4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil. 5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat. 6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar. 7. Luka Bakar (Combustio) 8. Luka gigitan hewan, disebabkan karena adanya gigitan dari hewan liar atau hewan piaraan. Hewan liar yang biasanya mengigit adalah hewan yang ganas dan pemakan daging, yaitu dalam usaha untuk membela diri. Luka gigitan dapat hanya berupa luka tusuk kecil atau luka compang camping luas yang berat.1,2 2.3. Epidemiologi Luka Prevalensi cedera secara nasional adalah 8,2 persen, dengan prevalensi tertinggi ditemukan di Sulawesi Selatan (12,8%) dan terendah di Jambi (4,5%). Perbandingan hasil Riskesdas 2007 dengan Riskesdas 2013 menunjukkan kecenderungan peningkatan prevalensi cedera dari 7,5 persen menjadi 8,2 persen. Penyebab cedera terbanyak, yaitu jatuh (40,9%) dan kecelakaan sepeda motor (40,6%). Proporsi jatuh tertinggi di Nusa Tenggara Timur (55,5%) dan terendah di



3



Bengkulu (26,6%). Dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2007, Riskesdas 2013 menunjukkan kecenderungan penurunan proporsi jatuh dari 58 persen menjadi 40,9 persen. 2,3 Tiga urutan terbanyak jenis cedera yang dialami penduduk adalah luka lecet/memar (70,9%), terkilir (27,5%) dan luka robek (23,2%). Adapun urutan proporsi terbanyak untuk tempat terjadinya cedera, yaitu di jalan raya (42,8%), rumah (36,5%), area pertanian (6,9%) dan sekolah (5,4%).3 2.4. Klasifikasi Luka Secara umum luka terbagi menjadi 2 yaitu : 1. Luka terbuka Yaitu luka dimana kulit atau jaringan selaput lendir dan jaringan di bawah kulit mengalami kerusakan. Kerusakan ini dapat terjadi karena suatu kesengajaan seperti pada tindakan operasi maupun ketidaksengajaan seperti luka akibat kecelakaan (traumatis). Penyebab luka terbuka bisa ataupun tidak disengaja oleh benda tajam dan benda tumpul. 2. Luka tertutup Yaitu suatu kerusakan jaringan, yang tidak merusak kulit pelindung, tidak terbuka dan jaringan kulit tetap utuh. Dengan kata lain, luka tertutup adalah sejenis memar yang merusak jaringan di bawahnya tanpa merobek kulit. 2,3 Penyebab luka tertutup adalah trauma benda tumpul yang tidak menyebabkan keluarnya darah misalnya terkilir , benturan benda keras sehingga menyebabkan memar. Contoh Luka 1. Luka Terbuka a. Luka lecet Biasanya terjadi akibat gesekan dengan permukaan yang tidak rata.



4



Gambar 2.1. Luka Lecet



b. Luka robek Luka yang memiliki ciri tepi yang tidak beraturan. Biasanya terjadi akibat tumbukan dengan benda yang relatif tumpul



Gambar 2.2. Luka Robek



c. Luka sayat Luka yang diakibatkan oleh benda tajam yang mengenai tubuh.



Gambar 2.3. Luka Sayat



d. Luka tusuk terjadi akibat adanya benda, seperti pisau yang masuk jauh ke dalam tubuh dengan diameter yang kecil.



5



Gambar 2.4. Luka Tusuk



e. Luka Avulse Luka yang ditandai dengan bagian tubuh yang terlepas namun masih ada bagian yang menempel.



Gambar 2.5. Luka Avulse



2. Luka Tertutup a. Luka Memar Terjadi akibat benturan dengan benda tumpul , biasanya terjadi di daerah permukaan tubuh , darah keluar dari pembuluh darah dan terkumpul dibawah kulit sehingga bisa terlihat dari luar berupa warna merah kebiruan.



Gambar 2.6. Luka Memar



6



b. Hematoma ( Darah yang terkumpul di jaringan ) Prinsipnya sama dengan luka memar tetapi pembuluh darah yang rusak berada jauh di bawah permukaan kulit dan biasanya besar, sehingga yang terlihat adalah bengkak dan berwarna kemerahan.



Gambar 2.7. Hematoma



2.4. Definisi Luka Tusuk Luka tusuk merupakan luka yang diakibatkan oleh benda atau alat berujung runcing dan bermata tajam atau tumpul. Luka tusuk terjadi oleh alat yang memiliki ujung. Kedalaman luka tusuk di dalam tubuh dapat lebih besar daripada ukuran luka di kulit. Akhir dari tusukan pada kulit biasanya lancip, tanpa memar dan abrasi. Alat yang digunakan pada luka tusuk kebanyakan adalah pisau, yang juga dapat membuat luka irisan. Alat atau senjata lain yang membuat luka yaitu pedang, pisau dapur, pisau lipat. Penggaris, obeng, pecahan gelas, garpu, bolpoin dan pensil pun dapat membuat luka tusukan.3



Gambar 2.8. Obeng dapat menyebabkan luka tusuk



Dibutuhkan sebuah kekuatan dalam menusuk untuk menembus kulit, semakin lancip maka semakin mudah akan menembus. Saat ujung pisau sudah menembus kulit, maka bagian lainnya akan mengiris bagian tubuh dengan mudah.



7



Selama tidak bersentuhan dengan tulang, pisau mudah masuk kedalam tanpa kekuatan yang berlebih. 3,4 Faktor-faktor yang mempengaruhi berapa besar kekuatan yang dibutuhkan senjata untuk penetrasi ke dalam tubuh, yaitu : 1. Ketajaman ujung senjata: ujung senjata yang tajam akan semakin mudah menembus kulit. 2. Kecepatan tusukan: semakin cepat tusukan, besar gaya yang didorong akan semakin lebih mudah untuk menembus kulit. 3. Apakah pakaian masih dipakai: pakaian dapat meningkatkan tahanan terhadap penetrasi. 4. Apakah tulang telah terluka: kulit melakukan sedikit perlawanan terhadap penusukan oleh pisau yang tajam, tapi penetrasi pada jaringan-jaringan yang lebih padat akan membutuhkan kekuatan yang lebih besar.3 Alat yang memiliki titik atau ujung dapat menyebabkan luka tusuk. Tidak



Gambar 2.9. Panah merah merupakan sisi tumpul pisau dan panah biru merupakan sisi lancipTetapi pisau dibutuhkan kekuatan yang cukup harus memiliki tepi pisau yang tajam.



untuk menembus elastisitas kulit.3 2.5. Klasifikasi Luka Tusuk Suatu peristiwa tenggelam dapat diklasifikasikan/ dibedakan menjadi beberapa tipe, Pada luka tusuk, panjang luka pada kulit dapat sama, lebih kecil ataupun lebih besar dibandingkan dengan lebar pisau. Kebanyakan luka tusuk akan menganga bukan karena sifat benda yang masuk tetapi sebagai akibat elastisitas dari kulit. Pada bagian tertentu pada tubuh, dimana terdapat dasar berupa tulang atau serat otot, luka itu mungkin nampak berbentuk seperti kurva. Panjang luka penting diukur dengan cara merapatkan kedua tepi luka sebab itu akan mewakili lebar alat. Panjang luka di permukaan kulit tampak lebih kecil dari 8



lebar alat, apalagi bila luka melintang terhadap otot. Bila luka masuk dan keluar melalui alur yang sama maka lebar luka sama dengan lebar alat. Tetapi sering yang terjadi lebar luka melebihi lebar alat kerena tarikan ke samping waktu menusuk dan waktu menarik. Demikian juga bila alat/pisau yang masuk kejaringan dengan posisi yang miring. Bentuk dan ukuran dari luka tusuk di kulit tergantung pada jenis pisau, arah dorong, gerakan pisau saat menusuk, pergerakan korban saat ditusuk, dan keadaan elastisitas kulit. Ketajaman alat dapat menentukan batas luka, tepinya dapat tajam dan teratur, kulit terkelupas, memar ataupun bergerigi.2 Bagian-bagian pisau : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Grip Guard Ricasso Back Spine Edge Point



Gambar 2.10. Bagian-bagian pisau Terbentuknya luka tusukan dapat dipengaruhi oleh seberapa dalam pisau yang ditusukkan dan apa ada bagian dari poros atau kontak kulit yang tertembus. Jika pisau ditusukan dengan kuat ke dalam tubuh sampai bagian guard pada pisau, maka bentuk guard pada pisau dapat terlihat di kulit. Jika pisau ditusukan sampai Ricasso , luka dapat membentuk persegi pada kedua ujungnya. 2,3 Bentuk tusukan luka di kulit tidak hanya dapat ditentukan oleh bentuk pisau, tetapi juga ditentukan oleh sifat-sifat kulit. Luka tusuk berbentuk panjang dan tipis saat kulit dalam keadaan tegang, dan dapat lebih luas lagi saat kulit berelaksasi.



9



Garis Langer juga dapat mempengaruhi bentuk luka. Garis Langer adalah pola dari serat elastis dalam lapisan dermis kulit, yang kira-kira sama antara individu satu dan yang lainya individu . Ahli bedah plastik memanfaatkan dari pola serat ini untuk menghilangkan bekas luka . Jika seseorang ditusuk di garis ini, yaitu tegak lurus dengan serat, serat akan memisahkan tepi luka, menciptakan luka yang terbuka. Luka tusukan yang sejajar dengan garis Langer akan menghasilkan luka seperti celah sempit. Antara dua ekstrem luka miring. 3,4 Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi bentuk luka yaitu bentuk dan ukuran senjata yang digunakan, arah dorongan, gerakan senjata pada luka, gerakan korban yang ditusuk, dan keadaan elastisitas kulit. Bentuk luka merupakan gambaran yang penting dari luka tusuk karena karena hal itu akan sangat membantu dalam membedakan berbagai jenis senjata yang mungkin telah dikumpulkan oleh polisi dan dibawa untuk diperiksa. Daerah tepi luka dapat memberikan informasi ketajaman senjata yang digunakan. Senjata yang tumpul misalnya akan membuat tepi luka mengalami abrasi. Pinggir luka dapat menunjukan bagian yang tajam (sudut lancip) dan tumpul (sudut tumpul) dari pisau berpinggir tajam satu sisi. Pisau dengan kedua sisi tajam akan menghasilkan luka dengan dua pinggir tajam. 3,4 Bentuk luka juga tergantung seberapa banyak bagian pisau (senjata) yang masuk ke dalam tubuh, oleh karena itu penting mengetahui berbagai kemungkinan bentuk senjata yang digunakan. 3 Perlu diingat bahwa benda lain yang dapat menembus tubuh, seperti pahat, obeng atau gunting, akan menyebabkan perbedaan bentuk luka yang kadangkadang berbentuk segi empat atau, yang lebih jarang, berbentuk satelit. 3



10



Selain kekhususan senjata yang digunakan, sifat ke-elastisan kulit dan arah tusukan terhadap serabut elastis juga mempengaruhi bentuk luka. Apabila arah tusukan membentuk sudut yang tegak lurus dengan distribusi serabut elastis tubuh yang sesuai dengan Langer‟s line. Hal ini akan menyebabkan tepi luka akan melebar dan cetakan luka tidak sesuai dengan senjata yang digunakan.



Gambar 2.11. Menunjukan luka tusuk pada beberapa tempat, menggunakan pisau yang sama tetapi memiliki variasi ukuran luka yang berbeda.



Gambar 2.12. Pada gambar B menunjukkan luka yang tegak lurus dengan garis Langer, dan gambar C menunjukkan luka yang searah dengan garis Langer.



11



Bentuk Luka tusuk tergantung dari lokasi luka dan bentuk penampang alat penyebab luka. Pada alat-alat tubuh parenkim dan tulang, bentuk luka tusuk sesuai penampang alat penyebabnya. Pada kulit atau otot a. Alat pisau: a. Arah sejajar serat elastis otot: bentuk luka seperti celah b. Arah tegak lurus serat elastisotot: bentuk luka menganga. c. Arah miring terhadap serat elasisotot: bentuk luka asimetris b. Alat ganco/lembing bentuk luka seperti celah bila luka didaerah pertemuan serat elastis/otot, maka bentuk luka bulat (sesuai dengan penampang alat) c. Alat penampang segitiga atau segiempat bentuk luka bintang berkaki tiga atau empat. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk luka tusuk, salah satunya adalah reaksi korban saat ditusuk atau saat pisau ditarik keluar, hal tersebut dapat menyebabkan lukanya menjadi tidak begitu khas. Atau manipulasi yang dilakukan pada saat penusukan juga akan mempengaruhi. Beberapa pola luka yang dapat ditemukan : a. Tusukan masuk, yang kemudian dikeluarkan sebagian, dan kemudian ditusukkan kembali melalui saluran yang berbeda. Pada keadaan tersebut luka tidak sesuai dengan gambaran biasanya dan lebih dari satu saluran dapat ditemui pada jaringan yang lebih dalam maupun pada organ. b. Tusukan masuk kemudian dikeluarkan dengan mengarahkan ke salah satu sudut, sehingga luka yang terbentuk lebih lebar dan memberikan luka pada permukaan kulit seperti ekor. c. Tusukan masuk kemuadian saat masih di dalam ditusukkan ke arah lain, sehingga saluran luka menjadi lebih luas. Luka luar yang terlihat juga lebih luas dibandingkan dengan lebar senjata yang digunakan. d. Tusukan masuk yang kemudian dikeluarkan dengan mengggunakan titik terdalam sebagai landasan, sehingga saluran luka sempit pada titik terdalam dan terlebar pada bagian superfisial. Sehingga luka luar lebih besar dibandingkan lebar senjata yang digunakan. e. Tusukan diputar saat masuk, keluar, maupun keduanya. Sudut luka berbentuk ireguler dan besar.



12



Harus diingat bahwa posisi tubuh korban saat ditusuk berbeda dengan pada saat autopsy. Posisi membungkuk, berputar, dan mengangkat tangan dapat disebabkan oleh senjata yang lebih pendek dibandingkan apa yang didapatkan pada saat autopsy. Manipulasi tubuh untuk memperlihatkan posisi saat ditusuk sulit atau bahkan tidak mungkin mengingat berat dan adanya kaku mayat. Poin lain yang perlu dipertimbangkan adalah adanya kompresi dari beberapa anggota tubuh pada saat penusukan. Pemeriksa yang sudah berpengalaman biasanya ragu-ragu untuk menentukan jenis senjata yang digunakan. Kasus pembunuhan yang ditemukan seringkali bukan hanya terdapat satu luka tusuk saja, melainkan beberapa jumlah luka sekaligus. Luka tusuk yang hanya sekali saja dilakukan biasanya terdapat pada korban yang lemah atau tertidur saat terjadi serangan atau secara tiba-tiba bila korban terkena serangan di sekitar organ-organ vital. Luka tusuk pada kasus pembunuhan yang dilakukan dengan menggunakan pisau lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan perempuan. Luka yang mematikan biasanya pada daerah leher, dada, dan pada daerah perut yang merupakan letak organ-organ vital. 4 Luka tusukan pada kepala dan leher jarang terjadi. Luka tusuk pada leher dapat menyebabkan kematian yang cepat oleh karena perdarahan, emboli udara atau asfiksia yang disebabkan karena perdarahan jaringan lunak yang hebat dengan tekanan kompresi di trakea dan pembuluh darah di leher.4 Luka tusukan yang paling bahaya terletak di daerah dada kiri. Seseorang akan cenderung menusuk dada sebelah kiri. Selain itu, jika seseorang berniat untuk membunuh maka orang tersebut akan menusuk pada dada sebelah kiri, hal ini karena sebagaian besar jantung terletak di dada sebelah kiri sehingga orang tersebut berfikir korban akan lebih cepat mati. Luka tusuk pada dada bisa melibatkan jantung yang menyebabkan trauma pada miokardium, arteri koroner, struktur katup atau pembuluh darah besar, yang bisa mendatangkan ancaman nyawa bagi korbannya. Luka tusukan pada tulang belakang juga jarang ditemui. Seperti pada luka tusukan kepala, pisau yang digunakan dapat pecah dan ditemukan pecahannya di tulang belakang. Cedera pada medula spinalis dapat menyebabkan kelumpuhan.4



13



Luka tusuk pada bagian abdomen dapat menimbulkan kerusakan pada hepar, lien, gaster, pankreas, renal, vesika urinaria, usus sehingga dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak. Luka tusuk lebih sering terjadi pada kuadran atas dari abdomen dibandingkan dengan kuadran bawah. Kematian tidak terjadi secara langsung pada luka tusuk di abdomen. Faktanya baru beberapa hari bahkan sampai beberapa minggu luka tusuk dapat menyebabkan kematian.4



Gambar 2.13. luka tusuk pada dada kiri menembus tulang iga depan 3&4 kiri hingga paru kiri bagian atas sedalam 1 cm



Gambar 2.14. luka tusuk pada dada kanan menembus bilik kanan jantung sedalam 1 cm



14



Gambar 2.15. luka tusuk pada dada kanan menembus hati sedalam 1 cm5



2.6. Pemeriksaan Luka Pada pemeriksaan luka ada dua tipe luka oleh karena instrumen yang tajam yang perlu diperhatikan dengan baik dan memiliki ciri yang dapat dikenali dari aksi korban yaitu tanda percobaan dan luka perlawanan. Keduanya mempunyai bentuk, letak dan medikolegal. Tanda percobaan adalah insisi dangkal, luka tusuk dibuat sebelum luka yang fatal oleh individu yang berencana bunuh diri. Luka percobaan tersebut seringkali terletak paralel dan terletak dekat dengan luka dalam di daerah pergelangan tangan atau leher. Bentuk lainnya antara lain luka tusuk dangkal di dekat luka tusuk dalam dan mematikan. Bentuk lain dari luka oleh karena instrument yang tajam adalah luka perlawanan. Luka jenis ini dapat ditemukan di jari-jari, tangan, dan lengan bawah dari korban sebagaimana ia berusaha melindungi dirinya dari ayunan senjata, contohnya dengan menggenggam bilah dari instrument tajam. Pemeriksaan luka ditujukan untuk menentukan jumlah luka, lokasi luka, arah luka, ukuran luka, memperkirakan luka sebagai penyebab kematian korban atau bukan dan memperkirakan cara terjadinya luka apakah kasus pembunuhan, bunuh diri, atau kecelakaan.



15



Gambar 2.16. Luka Perlawanan



Lokasi luka dijelaskan dengan menghubungkan daerah-daerah yang berdekatan dengan garis anatomi tubuh dan posisi jaringan tertentu, misalnya garis tengah tubuh, ketiak, putting susu, persendian, dan lain-lain. Bentuk luka sebaiknya dibuat dalam bentuk sketsa atau difoto untuk menggambarkan kerusakan permukaan kulit, jaringan dibawahnya, dan bila perlu organ dalam (visceral). Diukur secara tepat (dalam ukuran millimeter atau sentimeter), tidak boleh dalam ukuran kira-kira saja.5 2.7. Penyebab Kematian Luka tusukan pada kepala dan leher jarang terjadi. Luka tusuk pada leher dapat menyebabkan kematian yang cepat oleh karena perdarahan, emboli udara atau asfiksia yang disebabkan karena perdarahan jaringan lunak yang hebat dengan tekanan kompresi di trakea dan pembuluh darah di leher.1 Luka tusukan yang paling bahaya terletak di daerah dada kiri. Seseorang akan cenderung menusuk dada sebelah kiri. Selain itu, jika seseorang berniat untuk membunuh maka orang tersebut akan menusuk pada dada sebelah kiri, hal ini karena sebagaian besar jantung terletak di dada sebelah kiri sehingga orang tersebut berfikir korban akan lebih cepat mati.1 Luka tusukan pada tulang belakang juga jarang ditemui. Seperti pada luka tusukan kepala, pisau yang digunakan dapat pecah dan ditemukan pecahannya di tulang belakang. Cedera pada medula spinalis dapat menyebabkan kelumpuhan.1



16



Luka tusuk pada bagian abdomen dapat menimbulkan kerusakan pada hepar, lien, gaster, pankreas, renal, vesika urinaria, usus sehingga dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak. Luka tusuk lebih sering terjadi pada kuadran atas dari abdomen dibandingkan dengan kuadran bawah. Kematian tidak terjadi secara langsung pada luka tusuk di abdomen. Faktanya baru beberapa hari bahkan sampai beberapa minggu luka tusuk dapat menyebabkan kematian.1 Penyebab kematian pada peristiwa luka / trauma tikam dan luka/trauma tembak adalah :2 a. Kerusakan pada organ vital tubuh. b. Perdarahan dari pembuluh darah yang mengalami cedera. c. Infeksi. Perlu diperhatikan dengan seksama organ-organ mana saja yang dilintasi oleh benda yang menembus permukaan tubuh (baik pada luka tusuk, maupun pada luka tembak) agar dapat dipastikan, faktor utama dari penyebab kematian dan luka tusuk atau luka tembak (bila dijumpai beberapa luka tusuk atau/ dan luka tembak di permukaan tubuh) yang mana yang paling beresiko dalam mengakibatkan kematian. Sehingga dapat membantu penyidik dalam menentukan pelaku utama yang menyebabkan kematian dan pelaku tambahan yang hanya mencederai korban meski di tubuh korban dijumpai banyak luka tusuk atau luka tembak. Penyebab kematian yang paling sering adalah cedera pada organ vital tubuh.2 2.8. Anatomi Thorax Thorax dapat didefinisikan sebagai area yang dibatasi di superior oleh thoracic inlet dan inferior oleh thoracic outlet; dengan batas luar adalah dinding thorax yang disusun oleh vertebra torakal, costae, sternum, muskulus, dan jaringan ikat. Rongga thorax dibatasi dengan rongga abdomen oleh diafragma. Rongga thorax dapat dibagi ke dalam dua bagian utama, yaitu: paru-paru (kiri dan kanan) dan mediastinum. Mediastinum dibagi ke dalam 3 bagian: superior, anterior, dan posterior. Mediastinum terletak diantara paru kiri dan kanan dan merupakan daerah tempat organ-organ penting thorax selain paru-paru (yaitu: jantung, aorta, arteri pulmonalis, vena cava, esofagus, trakhea, dll). 17



Thoracic inlet merupakan “pintu masuk” rongga thoraks yang disusun oleh: permukaan ventral vertebra torakal I (posterior), bagian medial dari iga I kiri dan kanan (lateral), serta manubrium sterni (anterior). Thoracic inlet memiliki sudut deklinasi sehingga bagian anterior terletak lebih inferior dibanding bagian posterior. Manubrium sterni terletak kira-kira setinggi vertebra torakal II. Batas bawah rongga thoraks atau thoracic outlet (pintu keluar thoraks) adalah area yang dibatasi oleh sisi ventral vertebra torakal XII, lateral oleh batas bawah costae dan anterior oleh processus xiphoideus.



Gambar 2.17. Dinding Thorax



a. Dinding toraks Tersusun dari tulang dan jaringan lunak. Tulang yang membentuk dinding toraks adalah costae, columna vertebralis torakalis, sternum, tulang clavicula dan scapula. Jaringan lunak yang membentuk dinding toraks adalah otot serta pembuluh darah terutama pembuluh darah intrerkostalis dan torakalis interna b. Kerangka dinding toraks Kerangka dinding toraks membentuk sangkar toraks osteokartilogenous yang melindungi jantung, paru-paru dan beberapa organ abdomen (misalnya hepar). Kerangka torak terdiri dari: a. Vertebra toraksika (12) dan diskus intervertebralis. b. Costae (12 pasang) dan cartilago kostalis. c. Sternum.



18



Costae adalah tulang pipih yang sempit dan lengkung, dan membatasi bagian terbesar sangkar toraks terdiri dari: 1. Ketujuh (kadang-kadang delapan) kostae I disebut kosta sejati (vertebrosternal) karena menghubungkan vertebra dengan sternum melalui kartilago kostalis. 2. Kosta VIII sampai kosta X adalah kosta tak sejati (vertebrokondral) karena kartilago kostalis masing-masing kosta melekat pada kartilago kostalis tepat diatasnya. 3. Kosta XI dan kosta XII adalah kosta bebas atau kosta melayang karena ujung kartilago kostalis masing-masing kosta berakhir dalam susunan otot abdomen dorsal. Sternum adalah tulang pipih yang memanjang dan membatasi bagian ventral sangkar toraks. Sternum terdiri atas tiga bagian: manubrium sterni, corpus sterni, dan processus xiphoideus.



Gambar 2.18. Costae



19



c. Dasar toraks Dibentuk oleh otot diafragma yang dipersyarafi nervus frenikus dan merupakan struktur yang menyerupai kubah (dome-like structure). Diafragma membatasi abdomen dari rongga torak serta terfiksasi pada batas inferior dari sangkar toraks. Diafragma termasuk salah satu otot utama pernapasan dan mempunyai lubang untuk jalan Aorta, Vana Cava Inferior serta esophagus. d. Rongga toraks (Cavitas thoracis) Rongga thorax adalah suatu ruangan yang ditutupi oleh dinding thorax, yang terdiri dari 3 kompartemen:



Gambar 2.19. Rongga Thorax



Dua kompartemen lateral “cavum pulmonal” yang terdiri dari paru-paru dan pleura Satu kompartemen sentral “mediastinum” yang terdiri dari : jantung, pembuluh darah besar pars thorakalis, trakea pars thorakalis, oesofagus, timus, dn struktur lainnya Rongga mediastinum terdiri dari bagian superior dan inferior, dimana bagian yang inferior dibagi menjadi : mediastinum anterior, medius, dan superior.



20



Gambar 2.20. Pembagian Mediastinum



e. Mediastinum Superior Mediastinum superior dibatasi oleh : 1. Superior: Bidang yang dibentuk oleh vertebrae Th I, costae I dan incisura jugularis. 2. Inferior : Bidang yang dibentuk dari angulus sternal ke vertebrae Th IV 3. Lateral : Pleura mediastinalis 4. Anterior : Manubrium sterni f. Mediastinum Inferior Mediastinum inferior dibagi menjadi : mediastinum anterior, medius, dan superior. 



Mediastinum anterior dibatasi oleh : 1. Anterior : Sternum 2. Posterior : Pericardium 3. Lateral : Pleura mediastinalis 4. Superior : Plane of sternal angle 5. Inferior : Diafragma Mediastinum anterior terdiri dari : Timus, lemak, dan kelenjar limfe







Mediastinum medius dibatasi oleh : 1. Anterior : Pericardium 2. Posterior ; Pericardium



21



3. Lateral : Pleura mediastinalis 4. Superior : Plane of sternal angle 5. Inferior : Diafragma 6. Mediastinum medius terdiri dari: Jantung, pericardium, aorta, trakea, bronkus primer, kelenjar limfe. 



Mediastinum posterior dibatasi oleh : 1. Anterior : Pericardium 5. Posterior : Corpus V Th 5 – 12 6. Lateral : Pleura mediastinalis 7. Superior : Plane of sternal angle 8. Inferior : Diafragma 9. Mediastinum posterior terdiri dari: aorta desenden, oesofagus, vena azigos, duktus thoracicus.



Gambar 2.21. Mediastinum



Pleura (selaput paru) adalah selaput tipis yang membungkus paru – paru, pleura terdiri dari 2 lapis yaitu: 1. Pleura visceralis, selaput paru yang melekat langsung pada paru – paru 2. Pleura parietalis, selaput paru yang melekat pada dinding toraks Pleura visceralis dan parietalis tersebut kemudian bersatu membentuk kantong tertutup yang disebut rongga pleura (cavum pleura). Di dalam kantong terisi sedikit cairan pleura yang diproduksi oleh selaput tersebut. 2.9. Patofisiologi Luka Tusuk Thorax 22



Trauma dada sering menyebabkan gangguan ancaman kehidupan. Luka pada rongga thorak dan isinya dapat membatasi kemampuan jantung untuk memompa darah atau kemampuan paru untuk pertukaran udara dan oksigen darah.Bahaya utama berhubungan dengan luka dada biasanya berupa perdarahan dalam dan tusukan terhadap organ. Hipoksia, hiperkarbia, dan asidosis sering disebabkan oleh trauma thorax. Hipoksia jaringan merupakan akibat dari tidak adekuatnya pengangkutan oksigen kejaringan oleh karena hipivolemia ( kehilangan darah ), pulmonary ventilation( contoh kontusio, hematoma, kolaps alveolus ) dan perubahan dalam tekanan intra tthorax ( contoh : tension pneumothorax, pneumothorax terbuka ). Hiperkarbia lebih sering disebabkan oleh tidak adekuatnya ventilasi akibat perubahan tekanan intra thorax atau penurunan tingkat kesadaran. Asidosis metabolik disebabkan oleh hipoperfusi dari jaringan ( syok ). Fraktur iga, merupakan komponen dari dinding thorax yang paling sering mengalami trauma, perlukaan pada iga sering bermakna, nyeri pada pergerakan akibat terbidainya iga terhadap dinding thorax secara keseluruhan menyebabkan gangguan ventilasi.Batuk yang tidak efektif intuk mengeluarkan sekret dapat mengakibatkan insiden atelaktasis dan pneumonia meningkat secara bermakna dan disertai timbulnya penyakit paru – paru.Pneumotoraks diakibatkan masuknya udara pada ruang potensial antara pleura viseral dan parietal.Dislokasi fraktur vertebra torakal juga dapat ditemukan bersama dengan pneumotoraks.Laserasi paru



merupakan



penyebab



tersering



dari



pneumotoraks



akibat



trauma



tumpul.Dalam keadaan normal rongga toraks dipenuhi oleh paru-paru yang pengembangannya sampai dinding dada oleh karena adanya tegangan permukaan antara kedua permukaan pleura. Adanya udara di dalam rongga pleura akan menyebabkan kolapsnya jaringan paru. Gangguan ventilasi perfusi terjadi karena darah menuju paru yang kolaps tidak mengalami ventilasi sehingga tidak ada oksigenasi.Ketika pneumotoraks terjadi, suara nafas menurun pada sisi yang terkena dan pada perkusi hipesonor.Foto toraks pada saat ekspirasi membantu menegakkan diagnosis.Terapi terbaik pada pneumotoraks adalah dengan pemasangan chest tube pada sela iga ke 4 atau ke 5,



23



anterior dari garis mid-aksilaris. Bila pneumotoraks hanya dilakukan observasi atau aspirasi saja, maka akan mengandung resiko. Sebuah selang dada dipasang dan dihubungkan dengan WSD dengan atau tanpa penghisap, dan foto toraks dilakukan untuk mengkonfirmasi pengembangan kembali paru-paru. Anestesi umum atau ventilasi dengan tekanan positif tidak boleh diberikan pada penderita dengan pneumotoraks traumatik atau pada penderita yang mempunyai resiko terjadinya pneumotoraks intraoperatif yang tidak terduga sebelumnya, sampai dipasang chest tube Hemothorax. Penyebab utama dari hemotoraks adalah laserasi paru atau laserasi dari pembuluh darah interkostal atau arteri mamaria internal yang disebabkan oleh trauma tajam atau trauma tumpul.Dislokasi fraktur dari vertebra torakal juga dapat menyebabkan terjadinya hemotoraks.



2.10. Manifestasi Klinis di Thorax Adapun tanda dan gejala pada pasien trauma thorax, yaitu : 1) Temponade jantung 1. Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.



jantung Gelisah Pucat, keringan dingin Peninggian TVJ (Tekanan Vena Jugularis) Pekak jantung melebar Bunyi jantung melemah Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure ECG terdapat low Voltage seluruh lead Perikardiosentesis kuluar darah (FKUI:2005)



2) Hematothorax 1. Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD 2. Gangguan pernapasan (FKUI:2005) 3) Pneumothoraks 1. 2. 3. 4.



Nyeri dada mendadak dan sesak napas Gagal pernapasan dengan sianosis Kolaps sirkulasi Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas



yang terdapat jauh atau tidak terdengar sama sekali 5. Pada auskultasi terdengar bunyi klik (Ovedoff:2006)



24



2.11. Penilaian Luka Tusuk Thorax 1.



Karakteristik Luka Tusuk Luka tusuk adalah luka iris di mana panjang cedera di permukaan kurang dari kedalaman penetrasi ke dalam tubuh, dan merupakan hasil dari tindakan menusukkan, di mana gaya disampaikan sepanjang sumbu panjang benda yang sempit dan runcing. Kekuatan benturan terkonsentrasi di ujung alat, dan semakin tajam ujung maka akan semakin mudah menembus kulit. Karakteristik luka tusukan : 1. Tepi luka bersih dan terpotong rapi 2. Satu atau kedua ujungnya runcing 3. Ujung yang tidak runcing dapat berbentuk persegi atau terbelah (defek 4. 5. 6. 7. 8.



ekor ikan atau seperti perahu) Sering menganga (terkait dengan elastisitas kulit dan garis Langer) Penampang senjata dapat diilustrasikan ketika tepi luka disatukan Tulang yang mendasari dapat terkena oleh pisau Mungkin terdapat abrasi Sering menunjukkan bentukan atau perubahan arah (yang disebabkan oleh gerakan relatif pisau dan tubuh



2.



Dimensi luka Saat memeriksa luka tusukan, panjang luka harus diukur ke mm terdekat. Luka harus diukur dan didokumentasikan lagi setelah penyatuan ujungnya, karena ini dapat memberikan informasi tambahan tentang profil luka, terutama pada kulit yang belum menderita 'artefak pengeringan' yang berlebihan. Selotip dapat digunakan untuk menyatukan tepi luka secara perlahan sebagai persiapan untuk fotografi. Setiap upaya untuk menentukan dimensi pisau dari luka sangat tidak akurat, karena efek elastisitas kulit menyusut sedikit pada penarikan pisau (hingga 2mm). Selain itu, jika pisau telah memasuki kulit pada sudut miring, panjang celah masuk mungkin lebih panjang dari yang diharapkan. Organ padat dapat mempertahankan karakteristik pisau yang menyebabkan luka, dan pada otopsi, misalnya, lukaluka ini dapat menambah informasi yang diperoleh dari pemeriksaan karakteristik permukaan luka tusuk. Tusukan dan luka iris lainnya harus didokumentasikan sesuai posisi anatomi mereka, dan posisi relatif mereka untuk landmark anatomi tetap, seperti bagian atas tulang dada, atau 'titik



25



bahu'. Metode deskriptif lebih lanjut termasuk lokasi luka tusuk dalam kaitannya dengan kepala atau tumit, dan garis tengah. Penggunaan diagram tubuh pra-cetak dan atau gambar adalah suplemen yang sangat baik untuk catatan medis, dan akses ke fotografi digital di sebagian besar unit kecelakaan dan darurat membuat dokumentasi fotografi luka dengan gambar berkualitas menjadi penting. Terdapat perbedaan antara bentuk instrumen dan bentuk dari luka kulit yang dihasilkannya. Luka yang dibuat dengan instrumen berbentuk kerucut adalah linear, tidak bundar, dan bentuk serta arah luka ini berbeda di berbagai bagian tubuh. Pisau yang belum sepenuhnya masuk ke kulit hanya akan menghasilkan luka dengan ukuran yang sesuai dengan bagian pisau yang telah menembus dan belum tentu mewakili dimensi maksimum pisau, dan interpretasi luka pisau apa pun harus memperhatikan hal ini. Jika ada beberapa luka, pengukuran yang diambil dari masing-masing luka mungkin dapat mebantu menentukan dimensi sebenarnya dari senjata. 3.



Jenis pisau yang digunakan Pisau dengan satu ujung tajam seperti pisau dapur menyebabkan luka yang memiliki tepi tajam, dengan tepi berlawanan berbentuk persegi (cacat 'berbentuk perahu') atau terbelah (sering disebut 'ekor ikan'). Patolog dan dokter forensik sering ditanya apakah pisau itu bergerigi atau tidak. Tandatanda gerigi kadang-kadang dapat terjadi saat pisau telah ditarik di atas permukaan kulit, misalnya pada pengakhiran luka. Dalam prakteknya temuan ini sama sekali bukan gambaran luka yang umum dibuat oleh pisau bergerigi - mereka biasanya tidak dapat dibedakan dari luka yang disebabkan oleh pisau bermata satu lainnya.



26



Gambar 2.22. Pisau bermata tunggal dimasukkan ke dalam tanah liat (tepi kotak persegi, dan tepi tajam yang tajam, profil pada kedalaman penetrasi yang berbeda)



Gambar 2.23. Pisau dapur bergerigi (perhatikan kesan penetrasi pisau ke dalam tanah liat dan tanda gerigi hasil dari 'menyeret' pisau di permukaan tanah liat)



Pisau atau senjata dengan 2 ujung tajam (pisau bermata dua) seperti bayonet dan belati menunjukkan ujung runcing pada kedua sisi luka, atau celah masuk berbentuk spindle yang meruncing di kedua ujungnya. Memar juga dapat hadir di mana tinju penyerang berdampak pada kulit selama penusukan.



27



Faktor-faktor yang harus dinilai mengenai jenis senjata yang terlibat dalam trauma benda tajam adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Panjang, lebar dan ketebalan pisau Bermata tunggal / ganda Tingkat kelengkungan dari ujung ke pangkal Sifat tepi tumpul misalnya bergerigi atau persegi Setiap pola, serat, atau bentuk khusus pisau Ketajaman ujung dan ujung pisau ekstrem



4. Pergerakan pisau didalam luka Pisau jarang didorong ke tubuh dan ditarik pada sudut yang persis sama (kecuali korban tidak mampu pada saat serangan). Selain itu, baik penyerang maupun korban berada dalam kondisi yang sangat terancam selama pertengkaran, dan pergerakan sangat sering terjadi. Luka pisau mencerminkan situasi yang dinamis ini, dan sering berbentuk 'V' atau tidak beraturan - juga disebut 'pemotongan melengkung'. Gerakan mengayun pisau selama serangan mendistorsi penampilan luka, dan cacat yang dihasilkan sering jauh lebih besar daripada yang seharusnya dibuat oleh pisau yang sama dalam situasi yang lebih statis. 5. Dalam Penusukan Klinisi tertarik pada kedalaman cedera, untuk menilai struktur yang lebih dalam yang mungkin berisiko. Bagian-bagian tubuh yang dapat terkompresi, seperti dinding dada atau perut dapat tertekan selama serangan pisau, dan struktur jauh di dalam area tersebut dapat dirusak pada kedalaman yang pada awalnya tampak berada di luar jangkauan senjata tersangka. Estimasi Kedalaman penetrasi oleh karena itu sulit untuk dibuat, dan mungkin hanya dikonfirmasi pada otopsi, atau selama pembedahan. 6. Arah tusukan Rekonstruksi serangan pisau mencoba untuk menilai posisi relatif penyerang kepada korban, dan karakteristik luka di permukaan dapat membantu dalam menentukan sudut kerusakan. Misalnya, tepi satu sisi luka mungkin 'dilemahkan' atau 'disimpan' ketika pisau masuk ke kulit pada suatu sudut. Jika pisau lewat dari bawah umbilikus ke arah puting, misalnya, jaringan subkutan dapat terlihat pada permukaan inferior (miring), dan bukan permukaan superior (undercut). Indikasi 28



lain dari arah penusukan termasuk lecet superfisial atau 'torehan' kecil pada kulit di titik masuk. Pemeriksaan pakaian juga dapat mengungkapkan informasi yang berguna tentang arah dorongan, dan harus disimpan dan diperiksa dalam semua kasus. Upaya telah dilakukan oleh para peneliti selama bertahun-tahun untuk menemukan metode alternatif untuk mendemonstrasikan kedalaman penetrasi, dan karakteristik umum luka pisau, dengan maksud untuk mencocokkan pengukuran dengan senjata tersangka. Teknik tersebut termasuk penggunaan larutan lateks yang dituangkan ke dalam saluran luka. Namun, teknik-teknik ini terbukti tidak memuaskan karena terjadi kebocoran larutan melalui bidang jaringan dan di sekitar luka. Metode menggunakan probe juga terbukti sulit, dan kadang-kadang merusak luka, sehingga mendistorsi ukurannya. Jelas, teknik noninvasif dan non-destruktif akan ideal, dan modalitas pencitraan yang lebih baru, seperti MRI dapat memberikan solusi alternatif di masa depan. 7. Kekuatan penusukan Sebuah pertanyaan yang sering ditanyakan oleh praktisi forensik adalah 'berapa banyak kekuatan yang diperlukan untuk melukai luka khusus ini', dan seperti halnya aspek lain dari interpretasi luka pisau, pertanyaan ini tidak mudah untuk dijawab. Skala kasar 'tekanan ringan', 'kekuatan sedang' atau 'kekuatan ekstrem' sering digunakan, dan ahli patologi atau dokter forensik dapat memanfaatkan adanya memar-memar bantalan, atau penetrasi tulang sebagai panduan untuk deskripsi mereka tentang penusukan. Pengajaran tradisional dalam kedokteran forensik, berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa satu-satunya perlawanan yang diberikan oleh tubuh ke alat tikaman adalah tahanan oleh kulit. Setelah permukaan kulit tertusuk, pisau akan melewati tubuh dengan relatif mudah. Oleh karena



itu



ketajaman



ujung



pisau



menggantikan



semua



faktor



lain



(seperti momentum dan kecepatan benturan ) dalam mempengaruhi kedalaman dan tingkat cedera tusukan. Telah dilakukan eksperimen pada mayat menggunakan pisau pegas yang mengukur jumlah kekuatan yang diperlukan untuk menembus kulit dan berbagai bagian tubuh. Kulit yang menutupi dinding dada, misalnya lebih mudah ditembus daripada di perut, karena ketatnya kulit yang membentang di dinding dada seperti 'kulit' drum. Resistensi yang ditawarkan oleh jaringan lunak / otot fasia dll sekarang dianggap lebih signifikan. Memang, 29



jaringan selain kulit dapat memberikan cukup perlawanan untuk memperlambat pisau yang bergerak ke bawah, membutuhkan penyerang untuk terus melakukan tekanan untuk menyelesaikan tusukan. O'Callaghan et al (1999) menemukan bahwa kulit memang memberikan resistensi terbesar terhadap penetrasi (dengan kekuatan penetrasi rata-rata 49,5 N), sementara gaya resistif sekunder yang signifikan diberikan oleh otot subkutan (tetapi tidak jaringan adiposa). Pisau dapur murah dapat dengan mudah patah dengan kekuatan minimal, dan ketika ujung pisau seperti itu menyerang tulang, ujungnya bisa patah, dan tetap melekat di tulang. Sinar X dari luka pisau dan bagian tubuh di sekitarnya sangat berguna dalam menemukan benda asing semacam itu. Jika ujung pisau ditemukan saat operasi atau selama otopsi, mereka harus disimpan sebagai bukti jejak, dan diserahkan kepada spesialis yang mungkin dapat mencocokkan fragmen dengan senjata tersangka yang ditemukan. Faktor biomekanik yang dapat dinilai dalam cedera gaya tajam: 1. Sifat-sifat pisau 2. Gerakan pisau sampai titik benturan (dipengaruhi oleh pakaian dan gerakan korban (sehubungan dengan si penyerang), dan dari kulit pada tubuh) 3. Kecepatan dan arah pengiriman tikaman 4. Sifat intrinsik dari pisau - bentuk / ketajaman / berat 5. Gerakan pisau di dalam tubuh - dipengaruhi oleh resistensi kulit / organ, pergerakan korban dan apakah tulang telah terkena dampak 8. Aktivitas setelah penusukan Estimasi waktu ketahanan pasca cedera berguna karena dapat membantu dalam proses rekonstruksi, dan dalam memberikan kesaksian pengadilan. Namun, mereka tidak dapat diprediksi secara akurat, dan beberapa penelitian telah menemukan bahwa korban luka tusukan dapat melakukan aktivitas yang cukup berat setelah mengalami cedera. Luka seperti luka yang dihasilkan selama penusukan menyebabkan kehilangan darah yang lebih sedikit, karena tepi luka berdekatan dan elastisitas jaringan membantu untuk menyumbat aliran darah. Kecuali luka tusuk melibatkan batang otak, kematian tidak seketika, dan korban penusukan mampu melakukan tindakan energik, seperti berlari dan menaiki



30



tangga sebelum mereka lemas. Jika jantung atau pembuluh darah besar menjadi sasaran, serangan itu mungkin cukup untuk 'menjatuhkan' korban dengan segera, tetapi kesadaran tidak harus segera hilang. Sebagian besar korban yang mengalami cedera pembuluh darah dan jantung mati dalam waktu 1 jam. Kelangsungan hidup dari tusukan dan luka iris lainnya karenanya dapat bergantung pada perawatan trauma dan teknik resusitasi yang cepat. 2.12. Pemeriksaan Diagnostik pada Luka Thorax 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



Pada Radiologi: foto thorax (AP) Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun Torasentesis: menyatakan darah/cairan serosanguinosa Hemoglobin: mungkin menurun Pa Co2 kadang-kadang menurun Pa O2 normal/menurun Saturasi O2 menurun (biasanya) Toraksentesis: menyatakan darah/cairan



BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1. Kesimpulan Luka tusuk merupakan luka yang diakibatkan oleh benda atau alat berujung runcing dan bermata tajam atau tumpul. Luka tusuk terjadi oleh alat yang memiliki ujung. Kedalaman luka tusuk di dalam tubuh dapat lebih besar daripada ukuran luka di kulit. Akhir dari tusukan pada kulit biasanya lancip, tanpa memar dan abrasi.



31



Alat yang digunakan pada luka tusuk kebanyakan adalah pisau, yang juga dapat membuat luka irisan. Alat atau senjata lain yang membuat luka yaitu pedang, pisau dapur, pisau lipat. Penggaris, obeng, pecahan gelas, garpu, bolpoin dan pensil pun dapat membuat luka tusukan. Alat yang memiliki titik atau ujung dapat menyebabkan luka tusuk. Tidak harus memiliki tepi pisau yang tajam. Tetapi dibutuhkan kekuatan yang cukup untuk menembus elastisitas kulit Trauma dada sering menyebabkan gangguan ancaman kehidupan. Luka pada rongga thorak dan isinya dapat membatasi kemampuan jantung untuk memompa darah atau kemampuan paru untuk pertukaran udara dan oksigen darah. Bahaya utama berhubungan dengan luka dada biasanya berupa perdarahan dalam dan tusukan terhadap organ. Pada penilaian luka tusuk thorax terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan antara lain karakteristik luka tusuk, dimensi luka, jenis pisau yang digunakan, pergerakan pisau di dalam luka, dalam penusukan, arah tusukan, kekuatan penusukan, aktivitas setelah penusukan. 3.2 Saran 1. Sebaiknya seorang dokter ataupun calon dokter mampu mendeskripsikan luka tusuk sehingga mampu membuat Visum et Repertum yang baik dan benar 2. Selain ilmu kedokteran penting juga untuk mengetahui aspek medikolegal dari sebuah kasus forensik



DAFTAR PUSTAKA -



Budianto A, Munim WA, Sidhi, Sudiono S, Widiatmaka W, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. 1st ed. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1997. p.64-75.



-



World Health Organization. Violence and Injury Prevention: Drowning. WHO [internet]. 2012 [cited 2018 October 01]. Available from http://www.who.int/violence_injury_prevention/other_injury/drowning/en/.



32



-



Cantwell GP. Drowning. MedScape E-Medicine [internet]. 2013 [cited 2018 October



01].



Available



from



http://www.emedicine.medscpae.com/article/772753-overview#overview. -



Muzaki L. Transportasi Perairan Indonesia. Dinas Perhubungan Jawa Barat [internet].



May



2014



[cited



2018



October



01]. Available



from



http://dishub.jabarprov.go.id/content.php?.id=399. -



Samantha G. Menit-Menit Terakhir di Kapal Feri Sewol. National Geographic Indonesia [internet]. May 2014 [cited 2014 May 06]. Available from



http://www.nationalgeographic.co.id/berita/2014/05/menit-menit-



terakhir-di-kapal-feri-sewol. -



Adelman HC. Inside Forensic Science: Forensic Medicine. In: Kobilinsky L; editor. 1st ed. New York: Infobase Publishing; 2007. p.50, 55-7.



-



Payne-James J, Busuttil A, Smock W. Asphyxia. Forensic Medicine: Clinical and Pathological Aspects. 1st ed. London: Greenwich Medical Media; 2003. p.259-65.



-



Dahlan S. Asfiksia. Ilmu Kedokteran Forensik Pedoman Bagi Dokter dan Penegak Hukum. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2007.



-



University of Michigan. The Water Resources of Earth. University of Michigan [internet]. April 2006 [cited 2018 October 01]. Available from http://www.globalchange.umich.edu/globalchange2/current/lectures/freshwa ter_supply/freshwater.html.



-



Nelson DO. Natural Composition of Fresh Water. Water Encyclopedia [internet].



2014



[cited



2018



October



01].



Available



from



http://www.waterencyclopedia.com/En-Ge/Fresh-Water-NaturalComposition-of.html. -



Sheperd R. Drowning and Immersion. Simpson’s Forensic Medicine. 12th ed. USA: Oxford University Press Inc; 2003. p.105-10.



-



Wilianto W. Pemeriksaan Diatom pada Korban Diduga Tenggelam. Jurnal Kedokteran Forensik Indonesia 2012; 14: 42-8.



-



Jacobs M. Cold Water Immersion. Wilderness Medicine 2001; 25(3): 6-7.



33



-



Rao D. Drowning. Dr. Dinesh Rao’s Forensic Pathology [internet]. 2013 [cited



2018



October



01].



Available



from



http://forensicpathologyonline.com/E-Book/asphyxia/drowning. -



Szpilman D, Bierens JJLM, Handley AJ, Orlowski JP. Drowning. New England Journal of Medicine 2012; 366: 2102-10.



-



Steinman A. Wilderness Medicine: Immersion into Cold Water. St. Louis: Mosby; 2001.



-



Piette MHA, Letter EAD. Drowning: Still Difficult Autopsy Diagnosis. Forensic Science International 2006; 163: 3-4.



-



Pounder DJ. Lecture Notes: Bodies from Water. Department of Forensic Medicine, University of Dundee [internet]. 1992 [cited 2018 October 01]. Available from http://www.dundee.ac.uk/forensicmedicine/notes/water.pdf.



-



Sasidharan A, Resmi S. Review: Forensic Diatomology. Health Sciences 2014; 1(3): 1-16.



-



SBS. Timeline: South Korea Ferry Disaster. SBS [internet]. 22 April 2014 [cited



2018



October



01].



Available



from



http://www.sbs.com.au/news/article/2014/04/22/timeline-south-korea-ferrydisaster. -



Hancocks P, Shoichet CE, Pearson M. South Korean Shipwreck Survivors: Passengers Told “Don’t Move” as Ship Sank. CNN [internet]. 17 April 2014 [cited



2018



October



01].



Available



from



http://edition.cnn.com/2014/04/16/world/asia/south-korea-sinking-shipstudents/?c=&page=0. -



Anonymous. Sinking of the MV Sewol. Wikipedia [internet]. May 2014 [cited



2018



October



01].



Available



from



http://en.wikipedia.org/wiki/Sinking_of_the_MV_Sewol. -



Hyun-kyung L. Latest on Sewol-ho Ferry Disaster. Arirang News [internet]. 10



May



2014



[cited



2018



October



01].



Available



from



http://www.arirang.co.kr/News/News_View.asp?nseq=162146. -



Kim S, Hanna J, Payne E. Ferry Disaster: Too Much Cargo Contributed to Sinking, Police Say. CNN [internet]. 07 May 2014 [cited 2018 October 01].



34



Available from http://edition.cnn.com/2014/05/06/world/asia/south-koreaship-sinking/?c=&page=0.



ILUSTRASI KASUS Pada hari Jum’at, tanggal 01 Oktober 2018, ditemukan jenazah berjenis kelamin laki-laki yang belum diketahui identitasnya, usia diperkirakan 21 tahun yang ditemukan dalam bentuk tulang belulang di dalam sumur sebuah kontrakan. Pemilik kontrakan mencium bau busuk disekitar sumur dan mencurigai terdapat kejanggalan. Pemilik kontrakan mendapatkan sehelai kaos berwarna putih mengapung di dalam sumur. Pemilik kontrakan langsung menelpon polisi untuk



35



menyelidiki sumur tersebut. Korban diduga merupakan korban pembunuhan. Pihak penyidik meminta tim medis untuk melakukan pemeriksaan visum luar dan dalam terhadap korban tersebut.



36