Registrasi Peta [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



PENDAHULUAN



Latar Belakang Sistem dapat didefinisikan sebagai sekumpulan ide, objek, berikut saling berhubungan (inter-relasi) dalam mencapai tujuan atau saranan bersama. Sistem informasi adalah suatu sistem manusia atau mesin yang terpadu (integrated) untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajer, dan pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi. Sistem informasi ini adalah entity (kesatuan) formal yang terdiri dari berbagai sumberdaya fisik maupun logika, dari organisasi ke organisasi, sumberdaya sumberdaya ini disusun atau distrukturkan dengan beberapa cara yang berlainan karena organisasi dan sistem informasi merupakan sumberdaya-sumberdaya yang bersifat dinamis (Hidayat dan Turmuji, 2013). Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu set alat untuk mengumpulkan, menyimpan, memanggil dan juga memindah, dan mendisplay data spasial bumi. Di Indonesia, SIG telah dirintis sejak tahun 1979 dan telah dikembangkan oleh berbagai pihak baik swasta maupun pemerintah. Sistem ini merupakan sistem informasi yang mengacu pada lokasi geografi suatu informasi atau data dan dapat diolah dengan bantuan komputer untuk memperoleh hasil analisis peta atau data spasial yang sangat berguna dalam perencanaan pembangunan wilayah secara terpadu (Cholid, 2009). Istilah Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan gabungan tiga unsur pokok, yaitu sistem, informasi, dan geografis. Dapat diketahui bahwa SIG merupakan suatu sistem yang menekankan pada unsur informasi geografis. Informasi geografis tersebut mengandung pengertian informasi tentang tempat tempat yang berada di permukaan bumi, pengetahuan tentang letak suatu objek di permukaan bumi, dan informasi tentang keterangan-keterangan (atribut) yang terdapat di permukaan bumi yang posisinya telah diketahui. Sistem informasi geografis (GIS) adalah sistem yang dirancang untuk menangkap, menyimpan, memanipulasi, menganalisis, mengelola, dan menyajikan semua jenis data geografis. Akronim GIS kadang-kadang digunakan untuk ilmu informasi geografis atau studi untuk merujuk pada disiplin akademis atau karir bekerja dengan sistem



2



informasi geografis informasi geospasial dan merupakan domain besar dalam disiplin akademis yang lebih luas dari geoinformatics



(Turmudzi dkk.,



2015). Informasi geografis, dalam bentuk yang paling sederhana, adalah informasi yang berkaitan dengan lokasi tertentu. Dalam arti luas, Geographic information system merupakan alat bantu dalam memproses data spatial menjadi sebuah informasi. GIS bukan sekedar penggunaan komputer untuk membuat peta, tapi lebih dari itu GIS seharusnya dapat membantu dalam analisis. Berdasarkan kriterianya sebuah sistem informasi geografis harus memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Geographic. Sistem yang menekankan pada data yang berkaitan dengan skala pengukuran geografis, dan yang mengacu pada sistem koordinat lokasi-lokasi di permukaan bumi. 2. Information. Adalah memungkinkan untuk menggunakan sistem ini dalam menjawab pertanyaan tentang database geografis, termasuk informasi tentang kondisi geografis. 3. System. Merupakan kondisi yang memungkinkan



bagi



pengaturan



data



demi



menjawab



permasalahan



(Cholid, 2009). Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui tentang registrasi peta. 2. Untuk mengetahui konversi titik koordinat. 3. Untuk mengetahui langkah-langkah registrasi peta. Manfaat Praktikum Manfaat dari praktikum ini adalah sebagai informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan sebagai bahan referensi tentang sistem informasi geografis.



TINJAUAN PUSTAKA



3



Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu kesatuan formal yang terdiri dari berbagai sumberdaya fisik dan logika yang berkenaan dengan objekobjek yang terdapat di permukaan bumi. Sofware yang digunakan dalam pembuatan sistem informasi geografis pemetaan objek. Pariwisata adalah ArcView 3.3. Menurut ArcView merupakan sebuah software pengolah data spasial. Software ini memiliki berbagai keunggulan yang dapat dimanfaatkan oleh kalangan pengolah data spasial. ArcView memiliki kemampuan dalam pengolahan atau editing arc, menerima atau konversi dari data digital lain seperti CAD



(Rustan dan



purqon, 2015). Sistem Informasi Geografis merupakan sebuah sebuah sistem yang terdiri dari software dan hardware, data dan pengguna serta institusi untuk menyimpan data yang berhubungan dengan semua fenomena yang ada dimuka bumi. Data-data yang berupa detail fakta, kondisi dan informasi disimpan dalam suatu basis data dan akan digunakan untuk berbagai macam keperluan seperti analisis, manipulasi, penyajian



dan



sebagainya.



Teknologi



ini



dirancang



untuk



membantu



mengumpulkan data, menyimpan data serta menganalisis objek beserta data geografis yang bersifat penting dan kritis untuk dianalisis (Raharjo, 2011). SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan hasilnya. Data yang akan diolah pada SIG merupakan data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi georgrafis dan merupakan lokasi yang memiliki sistem koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Sehingga aplikasi SIG dapat menjawab beberapa pertanyaan seperti: lokasi, kondisi, trend, pola dan pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dari sitem informasi lainnya (Mallawa dkk., 2010). GIS atau sistem informasi berbasis pemetaan dan geografi adalah sebuah alat bantu manajemen berupa informasi berbantuan komputer yang terkait dengan sistem pemetaan dan analisis terhadap segala sesuatu, serta peristiwa-peristiwa yang terjadi dimuka bumi. Teknologi GIS mengintegrasikan operasi pengolahan data berbasisdatabase yang biasa digunakan, seperti pengambilan data berdasarkan kebutuhan serta analisis statistic dengan menggunakan visualisasi yang khas serta



4



berbagai keuntungan yang mampu ditawarkan melalui analisis geografis melalui gambar-gambar tertentu (Rahmawan dkk., 2016). Konsep dasar sistem informasi geografis ini adalah bagaimana menghimpun data spasial secara digitasi dari semua elemen yang terdapat di dalam peta. Setiap unsur pada masing-masing elemen sejenis kemudian diberi informasi tematik berupa informasi spasial dan informasi non spasial, dan elemen geografis diberi obyek yang berupa poligon, titik, dan garis yang selanjutnya diikat dengan sistem koordinat yang sama.Aplikasi SIG yang baik adalah apabila aplikasi tersebut dapat menjawab salah satu atau lebih dari 3 (tiga) pertanyaan yaitu tentang lokasi, kondisi dan pola (Ari dan Yarianto, 2010). Komponen-komponen dalam SIG, yaitu: perangkat keras (Hardware): berupa komputer beserta instrumennya (perangkat pendukungnya). Perangkat keras dalam SIG terbagi menjadi tiga kelompok yaitu alat masukan (input) sebagai alat untuk memasukkan data ke dalam jaringan komputer. Alat keluaran (ouput) yang berfungsi menayangkan informasi geografi sebagai data dalam proses SIG. Perangkat lunak (Software): sistem modul yang berfungsi untuk memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan data yang diperlukan. Intelegensi manusia (Brainware): kemampuan manusia dalam pengelolaan dan pemanfaatan SIG secara efektif. Selain itu diperlukan pula kemampuan untuk memadukan pengelolaan dengan pemanfaatan SIG, agar SIG dapat digunakan secara efektif dan efisien (Ardiyanto dan Ramadhan, 2011). Registrasi Peta Peta adalah penyajian grafis dari seluruh atau sebagian permukaan bumi pada satu bidang datar dengan menggunakan suatu skala dan sistem proyeksi tertentu. Unified Modelling Language. UML adalah bahasa model standar untuk pengembangan cetak biru perangkat lunak. Bahasa model merupakan bahasa yang memiliki kamus kata dan aturan yang berpusat pada gambaran konseptual dan fisik dari suatu sistem. UML sebagai bahasa model menyatakan bagaimana membuat dan membaca model dengan benar, namun tidak menyatakan model apa yang harus dibuat. MapServer adalah salah satu lingkungan pengembangan perangkat lunak open source yang dapat digunakan untuk mengembangkan



5



aplikasi-aplikasi internet based yang melibatkan tampilan data spasial (peta digital) (Zulafwan, 2013). Kemudian yang dimaksud dengan pemetaan adalah proses untuk mendapatkan peta. Proses tersebut dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara dan teknik pengukuran. Metode pengukuran yang sering dipakai dalam proses pemetaan adalah pengukuran total station, pengukuran GPS, pengukuran waterpass, dan lain-lainnya. Sedangkan pemetaan tematik merupakan proses pengukuran untuk mendapatkan data-data khusus yang disesuaikan dengan tema pengukuran tersebut. Sebagai contoh pemetaan tematik jaringan pipa distribusi, mempunyai maksud melakukan pemetaan posisi jaringan pipa distribusi yang ada di



lapangan



untuk



keperluan



tertentu



dan



skala



tertentu



(Sudarsono dan Nugraha, 2014). Pemetaan



serta



analisa



keruangan



yang



terkomputerisasi



telah



dikembangkan secara terus-menerus diberbagai bidang, salah satu diantaranya adalah bidang yan berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya alam. Teknologi yang berbasiskan sistem informasi geografis ini telah menjadi sarana atau keputusan dan pembuatan kebijakan dalam pengelolaan sumberdaya alam. Efektitas penggunaan data spasial yang berkapasitas besar akan sangat bergantung pada keberadaan suatu sistem yang efesien dalam pengelolaan dan pemrosesan sebuah data sehingga menjadi alat bantu penyedia informasi yang berguna untuk menentukan suatu kebijakan. Sebagaimana penggunaan alat (tools) pada umumnya, pemilihannya haruslah desuai dengan tujuan dan bukan sebaliknya (Ekadinata dk., 2008). Registrasi peta merupakan salah satu proses dalam input data, dimana data image / citra yang akan digunakan sebagai peta dasar harus dikoreksi terlebih dahulu posisinya terhadap permukaan bumi. Proses regsitrasi atau rectifikasi ini dilakukan jika kita memiliki peta-peta dasar dalam bentuk hardcopy (cetakan). Contohnya adalah peta sketsa (mental map), ataupun peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) cetakan BAKOSURTANAL. Untuk dapat mengolah peta tersebut maka terlebih dahulu dilakukan konversi dari peta hardcopy menjadi digital. Tekniknya adalah dengan menggunakan bantuan scanner. Hasil scan inilah yang kemudian kita registrasi atau rectifikasi untuk memperoleh posisi yang tepat di permukaan bumi (Zulafwan, 2013).



6



Rektifikasi merupakan proses transformasi data, dari data yang belum mempunyai koordinat geografis menjadi data yang akan mempunyai koordinat geografi (georeferensi). Data yang sudah direktifikasi selanjutnya dapat ditumpangsusunkan atau dioverlaykan dengan beberapa data lain yang sudah terekftifikasi lebih dulu seperti data raster/image (foto udara, citra satelit atau peta scan dengan data spasial) di dalam GIS. Data raster yang biasanya diperoleh dari hasil scan peta, foto udara dan citra satelit belum berisi informasi yang menunjukkan referensi spasial, baik yang tersimpan di dalam file atau yang disimpan sebagai suatu file yang terpisah. Sehingga untuk menggunakan beberapa data raster secara bersama dengan data spasial yang lain yang sudah ada, diperlukan proses georeferencing ke dalam sebuah sistem koordinat yang disebut koreksi geometrik. Geometrik citra adalah korelasi antara koordinat suatu obyek (x,y) pada citra dengan koordinat (X,Y) pada permukaan bumi



(Sudarsono dan



Nugraha, 2014). Digitizing adalah proses menggambar ulang fitur geografi pada peta analog menjadi format digital dengan digitizing tablet atau mouse yang dihubungkan dengan komputer, hasil dari proses digitasi ini kemudian disimpan dalam bentuk data spasial. Metode digitasi secara umum dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan menggunakan digitizer yang menggunakan meja digitasi dan yang langsung onscreen dilayar monitor. Digitasi onscreen paling sering digunakan karena lebih mudah dilakukan, tidak memerlukan tambahan alat lainnya dan lebih mudah dikoreksi apabila terjadi kesalahan



(Ari dan Yarianto,



2010). Ada 3 jenis bentuk pola digitasi yaitu bentuk point, line dan polygon. Bentuk point mewakili lokasi yang berbentuk individual seperti informasi letak sekolah, rumah sakit, jembatan, tiang listrik dan lain-lain. Bentuk line digunakan untuk menggambarkan sungai, jalan raya, jalur rel kereta api serta bentuk garis horisontal lainnya. Bentuk Polygon berfungsi untuk membentuk suatu luasan seperti ladang, perkebunan, mangrove dan sebagainya (Zulafwan, 2013). Langkah pertama dalam proses digitasi adalah menentukan terlebih dahulu obyek yang akan dikerjakan. Sebagai contoh, bila ingin mendigitasi obyek jalan, maka dalam file beri nama ‘jalan’ lalu pilih jenis shape file nya (line), kemudian



7



ditentukan kordinat yang dipakai dan tambahkan di layar. Untuk memulai pendigitasian dimulai dengan ‘start editing’. Apabila semua proses sudah dikerjakan, lakukan pendigitasian dengan menggunakan mouse. Langkah yang sama juga dilakukan untuk bentuk pola digitasi point dan polygon, yang membedakan hanya pilihan jenis obyeknya. Setelah selesai mendigitasi data harus disimpan. Titik-titik yang membentuk garis digitasi disebut vertex yang dapat dikoreksi sesuai dengan bentuk obyek gambar dengan teknik strectch, insert, atau move (Sudarsono dan Nugraha, 2014). Data Hal yang merupakan komponen penting dalam SIG adalah data. Secara fundamental, SIG bekerja dengan 2 tipe model data geografis, yaitu model data vector dan model data raster. Dalam model data vector, informasi posisi point, garis, dan polygon disimpan dalam bentuk koordinat x,y. Bentuk garis, seperti jalan dan sungai dideskripsikan sebagai kumpulan koordinat-koordinat point. Bentuk polygon, seperti daerah penjualan disimpan sebagai pengulangan koordinat yang tertutup. Data raster terdiri dari sekumpulan grid atau sel seperti peta hasil scanning maupun gambar atau image. Masing-masing grid memiliki nilai tertentu yang bergantung pada bagaimana image tersebut digambarkan (Mauldyansyah dan Rachmansyah, 2015). Dalam Webster’s New World’s Dictionary tertulis bahwa datum: something known or assumed. Artinya, datum (bentuk tunggal data) merupakan suatu yang diketahui/dianggap. Dengan demikian, data dapat memberi gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan. Sedangkan, data menurut kamus Oxford Dictionary adalah The Facts. Jadi, dapat disimpulkan bahwa data adalah sesuatu yang nyata diketahui atau dianggap yang dipakai untuk keperluan suatu analisa, diskusi, presentasi ilmiah atau tes statistik (Ong, 2013). Langkah awal dalam proses pemetaan dimulai dari pengumpulan data. Data merupakan suatu bahan yang diperlukan dalam proses pemetaan. Keberadaan data sangat penting artinya, dengan data seseorang dapat melakukan analisis evaluasi tentang suatu data wilayah tertentu. Data yang dipetakan dapat berupa data primer atau data sekunder. Data yang dapat dipetakan adalah data yang bersifat spasial, artinya data tersebut terdistribusi atau tersebar secara keruangan pada suatu wilayah



8



tertentu. Pada tahap ini data yang telah dikumpulkan kemudian dikelompokkan dahulu menurut jenisnya seperti data kualitatif atau data kuantitatif (Koniyo, 2013). Jenis data yang dibutuhkan dan digunakan dalam penelitian berasal dari 2 (dua) jenis data yaitu: 1. Data Primer, bersumber dari observasi langsung di lapangan meliputi berbagai aspek termasuk pula data hasil observasi pada beberapa station pengamatan yang tersebar. 2. Data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari sumber lain yang telah tersedia antara lain: data geografis dan administrasi pemerintahan, aspek spasial, data demografi kependudukan dan dan



data-data



lain



yang



menunjang



analisis



penelitian



(Apriyanti dan Firman, 2014). Secara teoritis, objek yang ada dalam space geografi dapat dibagi menjadi 2 jenis informasi. Jenis pertama yang tekait dengan lokasi mereka di bumi lebih dikenal dengan istilah data spasial. Jenis kedua yang mengidentifikasi properti non spasial dari objek dan disebut sebagai data atribut. Data atribut dapat diukur dalam skala nominal, ordinal, interval, dan ratio. Atribut inilah yang biasanya digunakan oleh ilmuwan non spasial untuk menggambarkan klasifikasi objek sesuai nilai atribut yang dimiliki (Cholid, 2009). Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data yang dilakukan secara sistematis dengan beberapa cara yaitu : 1. Melakukan pengamatan langsung atau observasi langsung secara terstruktur. 2. Studi Dokumentasi, yaitu pengumpulan data melalui dokumendokumen dari instansi, jawatan, kantor yang relevan dengan tujuan penelitian ini seperti laporan RTRW dan RDTR dan dokumen lain berupa Peta topografi, peta tata guna tanah, citra satelit dan lain lain. 3. Wawancara, selain dari



pengamatan



langsung



dan



studi



dokumentasi



dilakukan juga pengumpulan data melalui interview atau wawancara. Dalam hal ini informasi atau keterangan diperoleh langsung dari responden atau informan dengan cara tatap muka dan bercakap-cakap. Untuk penelitian ini teknik wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi atau data tambahan mengenai kondisi administrasi,



kawasan



permukiman



dan



kawasan



pemanfaatan



sarana



prasarana/infrastruktur daerah penelitian (Apriyanti dan Firman, 2014). Pembagian jenis data menurut sumbernya didasarkan pada sumber perolehan data tersebut, yaitu data internal dan data eksternal. Data internal adalah



9



data yang dikumpulkan oleh suatu organisasi untuk menggambarkan keadaan atau kegiatan organisasi yang bersangkutan serta berguna untuk keperluan kegiatan harian dan pengawasan internal. Misalnya, data penjualan, data produksi suatu perusahaan, data keuangan, data kepegawaian, dan lain sebagainya. Data eksternal adalah data yang dikumpulkan untuk menggambarkan suatu keadaan atau kegiatan di



luar



organisasi



tersebut.



Contoh



dari



data



eksternal



seperti



data jumlah penduduk dan data pendapatan nasional yang didapat dari kantor pusat statistik setempat. Suatu perusahaan memerlukan data eksternal seperti jumlah penduduk untuk memprediksi potensi pemermintaan, sedangkan data pendapatan nasional utnuk menentukan tingkat daya beli masyarakat yang berguna untuk dasar kebijakan tingkat harga (Ong, 2013). Data primer yaitu data yang didapat dari survey lapangan terhadap jalurjalur evakuasi di Kelurahan Air Tawar Barat dan Kelurahan Parupuk Tabing. Dalam penelitian ini data primer yang dibutuhkan yaitu berupa; identifikasi rute/jumlah simpul, identifikasi jumlah hubungan antar simpul, identifikasi jarak antar simpul, identifikasi bobot masing-masing simpul, identifikasi eksisting, identifikas titik-titik koordinat lokasi (Ashar dan Oktaviani, 2012). Data skunder adalah data yang sudah ada pada instansi yang terkait, dalam hal ini data yang dibutuhkan didapat dari Dinas Perhubungan Kota Padang, Badan Pusat Statistik Kota Padang, BAPPEDA Kota Padang, Kantor Kelurahan Kota Padang, dan Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan, yaitu berupa: Karakteristik spatial Kota Padang, Perkembangan jumlah penduduk, Peta Kota Padang, Peta kelurahan, Data lokasi, Data teknis Sistem Informasi Geografis (SIG) dan GPS, Peta evakuasi yang telah ditetapkan Pemerintah Kota Padang (Wahyudi, 2013).



METODOLOGI



Waktu dan Tempat Praktikum



10



Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 08 Mei 2017 pukul 08.00 sampai selesai di Laboratorium Terpadu Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Alat dan Bahan Praktikum Alat yang digunakan untuk melaksanakan praktikum ini adalah laptop yang berfungsi untuk menginstall dan menjalankan software dan GPS untuk mencari titik koordinat. Bahan yang digunakan untuk melaksanakan praktikum ini adalah software Arc.GIS. 10.3 Prosedur Praktikum Prosedur pada praktikum ini adalah sebagai berikut : 1. Buka Arc.GIS 10.3



2. Pilih “Blank Map” lalu klik ok



11



3. Klik “Add Data”



4. Pilih peta “ Peta administrasi Aceh “ lalu klik “add”



5. Akan tampil peta seperti gambar dibawah ini



12



6. Klik “Customize” lalu pilih “toolbars” klik “Georeferencing”



7. Klik “Add control points”



8. Klik pada satu titik pada perpotongan garis x dan y lalu tarik



13



9. Akan tampil kotak enter coordinates seperti gambar berikut



10. Ganti coordinates dengan coordinates yang telah di konversikan



14



11. Klik “ Add Control Points “ untuk mengambil titik perpotongan kembali



12. Klik pada titik perpotongan garis x dan y lalu klik kanan, pilih input x dan y



13. Masukkan coordinates yang telah di konversikan



15



14. Klik “Add Control Points” kembali



15. Klik titik perpotongan garis x dan y, lalu klik kanan, pilih input x dan y



16. Ganti coordinates dengan data coordinates yang telah di konversikan



16



17. Klik “ Add Control Points” kembali untuk mengambil titik lainnya



18. Ambil titik perpotongan garis x dan y lalu klik kanan, pilih input x dan y



19. Ganti coordinat dengan coordinates yang telah di konversikan



17



20. Pilih “ Georeferencing “ klik Rectify



21. Pilih folder untuk penyimpanan, berformat TIFF, lalu klik “Save”



18



DAFTAR PUSTAKA Andreas, H., I. Gumilar., H.Z Abidin., D.A Sarsito dan M. Gamal. 2010. Analisis Status Geometrik Hasil Pengolahan Data GPS Metoda Jaring dan Metoda Radial. Institut Teknologi Bandung, Bandung. Ardiyanto, R dan R. Ramadhan. 2011. Aplikasi GPS Geodetic dalam Penentuan Titik Kontrol Horisontal Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) Studi Kasus: Bandara Kasiguncu-Poso. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi- BPPT. Ari, N dan S.B.S Yarianto. 2010. Pembuatan Peta Digital Topografi Pulau Panjang, Banten, Menggunakan ArcGIS 9.2 dan Surfer 8. Pusat Pengembangan Energi Nuklir (PPEN), Batan. Ekadinata, A., S. Dewi dan D.P Hadi. 2008. Sistem Informasi Geografis untuk Pengelolaan Bentang Lahan Berbasis Sumber Daya Alam. Mallawa, A., M. Zainuddin dan B. Semedi. 2010. Sistim Informasi Manajemen Perikanan. Universitas Hasanuddin, Makassar. Raharjo, B. 2011. Tutorial ArcGIS Bagi Pemula Versi ArcGIS 9.3.1. GISTurtorial.Net. Rahmawan, L.E., B.D Yuwono dan M. Awaluddin. 2016. Survei Pemantauan Deformasi Muka Tanah Kawasan Pesisir Menggunakan Metode Pengukuran GPS di Kabupaten Demak Tahun 2016. Jurnal Geodesi Undip. 5 (4): 44-56. ISSN: 2337-845x. Rudianto, B., Rinaldy dan M.R Afandi. 2013. Perbandingan Hasil Pengolahan Data GPS Menggunakan Hitung Perataan Secara Simultan dan Secara Bertahap. Jurnal Online Institut Teknologi Nasional. 2 (1): 1-6. ISSN: 2338-350. Rustan dan A. Purqon. 2015. Analisis Penambahan Resolusi Digital Elevation Model (DEM) dengan Menggunakan Metode Interpolasi Inverse Distance Weighted (IDW) untuk Aplikasi Analisi Potensi Longsoran. Prosiding SKF. Institut Teknologi Bandung, Bandung. Setiyoko, A., R.M Saputra., A. Asyiri dan Ngadino. 2016. Analisis Kesesuaian Pelayanan Data Penginderaan Jauh Terhadap Kebutuhan Pengguna. Seminar Nasional Penginderaan Jauh. Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh-LAPAN.