5 0 283 KB
RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air) Oleh Tiara Putri 1614111051 Kelompok 11
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2017 LEMBAR PENGESAHAN
Judul Praktikum
: Respon Organisme Akuatik Terhadap Variabel Lingkungan
Tempat Praktikum
: Laboratorium Perikanan
Tanggal Praktikum
: 20 maret 2017
Nama
: Tiara Putri
Npm
: 1614111051
Kelompok
: 11 (sebelas)
Program Studi
: Budidaya Perairan
Jurusan
: Perikanan Dan Ilmu Kelautan
Universitas
: Lampung
Bandar Lampung, 22 Maret 2017 Mengetahui, Asisten
M. Igbal Maulana NPM. 1514111032 1. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Ikan merupakan organisme akuatik yang memerlukan lingkungan untuk melangsungkan kehidupannya. Lingkungan hidup organisme akuatik selalu mengalami perubahan yang berfluktuasi yang disebabkan oleh lingkungan itu sendiri ataupun akibat dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Beberapa variabel lingkungan yang dapat berubah dari waktu ke waktu contohnya seperti suhu, pH, salinitas, deterjen dan kekeruhan. Perubahan kondisi lingkungan tersebut dapat mempengaruhi kehidupan organisme akuatik baik secara fisiologis, tingkah laku, biokimia, maupun struktur tubuhnya. Dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya, suatu organisme akuatik perlu melakukan adaptasi terhadap perubahan variabel lingkungan baik yang terjadi harian, bulanan dan tahunan. Proses adaptasi tersebut merupakan respon aktif dari suatu organisme akuatik terhadap variabel lingkungan. Perubahan tingkah laku organisme dapat berupa perubahan parameter fisik, kimia, maupun biologis dari suatu lingkungan. Parameter fisik yang dapat diamati pada lingkungan perairan antara lain jumlah padatan, kekeruhan, salinitas, suhu, warna, dan bau. Parameter kimia antara lain nilai pH, keasaman, dan bahan pencemar. Sedangkan parameter biologis perhubungan langsung dengan interaksi organisme dengan makhluk hidup lainnya. Salah satu nya dengan mengetahui parameter kualitas air secara kimia yaitu seperti salinitas atau kadar garam dan parameter kualitas air secara fisika yaitu seperti suhu. Oleh karena itu perlu dilakukan percobaan ini untuk mengetahui bagaimana respon organisme akuatik trhadap variabel lingkungan seperti suhu, pH, dan deterjen serta untuk mengetahui kisaran toleransi organisme akuatik terhadap variabel tersebut. II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 BIOLOGIS IKAN NILA 2.1.1 Morfologi dan Klasifikasi Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan jenis ikan yang berasal dari sungai nila dan danau-danau yang menghubungkan sungai tersebut. Ikan nila didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969, bibit ikan nila yang ada di Indonesia berasal dari Taiwan dengan ciri berwarna gelap, memiliki garis-garis vertikal sebanyak 6-8 buah dan Filipina yang berwarna merah (Suyanto 1998). Menurut Saanin (1982), klasifikasi ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Filum : Chordata Sub Filum : Vertebrata Kelas : Osteichtes Sub Kelas : Acanthoptherigii Ordo : Percomorphii Sub Ordo : Percoidae Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis Spesies : Oreochromis niloticus Pada umumnya Ikan nila (oreochromis niloticus) mempunyai bentuk tubuh yang panjang dan ramping, perbandingan antara panjang dan tinggi badan rata-rata 3 : 1. Sisik-sisik ikan nila berukuran besar dan kasar. Ikan nila berjari sirip keras, sirip perut torasik, letak mulut subterminal dan berbentuk meruncing. Selain itu, tanda lainnya yang dapat dilihat dari ikan nila adalah warna tubuhnya III. METODELOGI PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 22 Maret 2017 pukul 17.00 – 19.00 WIB yang bertempat di Laboratorium Perikanan Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 3.2 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah akuarium, aerator,termometer, timbangan digital,turbidimeter, ember, gayung, heater, lap, stopwatch, gelas cup dan terminal listrik. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan, HCl dan NaOH, es batu, aquades dan air, kertas lakmus, dan deterjen. 3.3 Cara Kerja 3.3.1 Adaptasi Organisme terhadap Suhu Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Disiapkan terlebih dahulu 2 buah akuarium yang telah diisi 3 liter air sebagai tempat untuk uji coba. Akuarium 1 berfungsi sebagai kontrol, akuarium 2 untuk perlakuan yang berbeda (Panas:40 C, Dingin : 20 C, 10 C). 2. Sebelum ikan dimasukkan ke dalam akuarium terlebih dahulu ditimbang dan dicatat bobot awalnya menggunakan timbangan digital. 3. Media air perlakuan berupa air es dan air panas untuk masing-masing perlakuan. Kemudian siapkan heater dan aerator pada masing-masing akuarium, lalu ikan dimasukkan dalam akuarium secara bersama-sama. 4. Suhu dalam akuarium dijaga agar tetap stabil sesuai dengan perlakuan. Kemudian diamati tingkah laku ikan dan bukaan operkulum setiap setiap 10 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 0
0
0
1. Hasil Pengamatan Kelompok
10
Perlakuan
Suhu 10 C o
Menit
Ikan pingsan dan melemas
186
20
Ikan berenang terbalik dan lemas
211
30
Ikan mulai berenang agresif
207
40
Ikan mulai berenang agresif
200
50
Ikan mulai berenang pasif
239
60
Ikan mulai berenang agresif Mengeluarkan fases, berenang di dasar dan bergerak pasif Berenang di bawah permukaan dan mulai agresif
260
20 10
Bukaan Operkulum
10
10
Suhu 20 C
Respon Tingkah Laku
M%
Bobot Awal
100%
0%
18,5 gr ̶
17,8 gr
100%
0%
11,5 gr ̶
12,6 gr
273 303
30
Ikan mulai berenang agresif
300
40
Jarang mengeluarkan fases dan mulai aktif
328
50
Ikan mulai berenang agresif
331
60
Feses tidak keluar
328
o
Bobot Akhir Ikan Ikan Mati Hidup
SR %
V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari percobaan yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Ikan ketika diberikan kondisi perairan (suhu, pH dan deterjen) yang berbeda-beda maka akan memberikan respon tingkah laku yang berdeda-beda pula. 2. Ikan akan mengalami stres apabila terpapar pada suhu di luar kisaran yang dapat ditoleransi..
3. Jika air sudah tercemar oleh deterjen maka ikan tidak dapat bertahan hidup dalam waktu yang lama karna zat yang terkandung pada surfaktan dalam deterjen dapat menimbulkan rusaknya organ kemoreseptor, berubah pola makan, pertumbuhan lambat dan tingkat kelangsungan hidup larva yang rendah serta mempengaruhi daya gerak ikan. 4. Titik kematian ikan biasanya terjadi pada pH 4 (asam) dan pH 11 (basa). Perairan yang kadar asamnya tinggi (pH rendah) dapt menggangu proses fisiologi pada insang. 5.2 Saran Adapun saran dalam pelaksanaan praktikum ini, sbb: 1. Sebaiknya digunakan ikan yang memiliki besar yang sama antara sempel ikan yang satu dengan yang lainnya. 2. Diperlukannya kelengkapan sarana dan prasarana praktikum sehingga kegiatan praktikum dapat berjalan dengan lancar 3. Diperlukannya kerjasama yang kondusif antara rekan dalam satu kelompok maupun dengan asdos sehingga pelaksanaan praktikum berjalan dengan baik. 4. Diperlukannya ketelitian dan keseriusan dalam melaksanakan praktikum.