Respon Pertumbuhan Tanaman Ubi Kayu Pada Arah Tanam Yang Berbeda [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



PENDAHULUAN Latar Belakang Ubi kayu (Manihot uttilisma L.) merupakan sumber bahan pangan ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Dengan perkembangan teknologi, ubi kayu dijadikan bahan baku industri makanan sebagai sumber utama pembuatan pati.Ubi kayu merupakan komoditas tanaman pangan potensial yang dibudidayakan secara luas di Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Data luas panen, produktivitas, dan produksi ubi kayu tahun 2008, menunjukkan bahwa Provinsi Lampung merupakan penghasil utama ubi kayu di Indonesia dengan luas panen, produktivitas, dan produksi ubi kayu masing-masing sebesar 318.969 ha, 242,09 kwintal/ha, dan 7.721.882 ton (Hidayat dkk., 2009). Ubi kayu ditanam secara komersial di wilayah Indonesia (waktu itu Hindia Belanda) pada sekitar tahun 1810, setelah sebelumnya diperkenalkan orang Portugis pada abad ke-16 ke Nusantara dari Brasil. Namun ubi kayu baru bermasyarakat pada tahun 1952. Penyebaran pertama kali ubi kayu terjadi, antara lain ke Afrika, Madagaskar, India, Tiongkok dan beberapa negara yang terkenal daerah pertaniannya. Dalam perkembangan selanjutnya, ubi kayu menyebar ke berbagai negara di dunia yang terletak pada posisi 300 Lintang Utara dan 300 Lintang Selatan (Arifin dkk., 2012). Ubi kayu dengan nama latin Manihot esculenta, pertama kali dikenal di Amerika Selatan kemudian dikembangkan pada masa prasejarah di Brasil dan Paraguay. Bentuk-bentuk modern dari spesies yang telah dibudidayakan dapat ditemukan bertumbuh liar di Brasil Selatan. Meskipun spesies Manihot yang liar banyak, semua kultivar Manihot esculenta dapat dibudidayakan (Arifin, 2012).



2



Produksi ubi kayu dunia diperkirakan mencapai 184 juta ton pada tahun 2008. Sebagian besar produksi dihasilkan di Afrika 99,1 juta ton dan 33,2 juta ton di Amerika Latin dan Kepulauan Karibia (BPS Indonesia, 2013) Luas areal ubi kayu di Indonesia seluas 1,18 juta ha dengan produksi 23,9 juta ton pada



tahun 2010.Lampung merupakan provinsi penghasil ubi kayu



terbesar di Indonesia (24%) dengan produksi 8. 637. 594 ton dan luas areal 346. 217 ha pada tahun 2010, diikuti Jawa Timur (20%), Jawa Tengah (19%), Jawa Barat (11%), Nusa Tenggara Timur (4,5%) dan Daerah Istimewa Yogyakarta (4,2%) (Badan Pusat Statistik, 2011). Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari laporan ini adalah untuk mengetahui Respon Pertumbuhan Stek Ubi Kayu (Manihot uttilisima L.) Pada Arah Tanam Yang Berbeda. Kegunaan Penulisan Adapun kegunaan dari laporan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian Laboratorium Dasar Agronomi Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara serta sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.



3



TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ubi Kayu Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan ubi kayu di klasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Sub Divisi : Angiospermae (berbiji tertutup) Kelas : Dicotyledoneae (biji berkeping dua) Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Manihot Spesies : Manihot uttilisima L. (Danarti, 2009). Ubi yang terbentuk merupakan akar yang berubah bentuk dan fungsinya sebagai tempat penyimpanan makanan cadangan. Bentuk ubi biasanya bulat memanjang, daging ubi mengandung zat pati, berwarna putih gelap atau kuning gelap dan tiap tanaman dapat menghasilkan 5-10 ubi (Rukmana, 2007). Bunga dalam tandan yang tidak rapat, 3-5 terkumpul pada ujung batang, pada pangkal dengan bunga betina, lebih atas dengan bunga jantan. Tenda bunga tunggal, panjang 1 cm. Bunga jantan: tenda bunga bentuk lonceng, bertaju 5, benang sari 10, berseling panjang dan pendek, tertancap sekitar penebalan dasar bunga yang kuning dan berlekuk. Bunga betina: tenda bunga berbagi 5, bakal buah dikelilingi oleh tonjolan penebalan dasar bunga yang kuning, berbentuk cincin, tangkai putik bersatu, pendek dengan kepala putik yang lebar berwarna mentega dan berlekuk banyak (Danarti, 2009). Daun ubikayu tumbuh di sepanjang batang dengan tangkai yang panjang. Daun ubikayu berwarna kehijauan dan tulang daun yang majemuk menjari dengan anak daun berbentuk elips yang berujung runcing. Warna daun muda hijau kekuningan atau hijau keunguan. Tangkai daun panjang dengan warna hijau, merah, kuning, atau kombinasi dari ketiganya (Kurniani, 2009).



4



Batang tanaman ubi kayu berkayu, beruas-ruas, dan panjang yang ketinggiannya dapat mencapai 3 meter atau lebih. Warna batang bervariasi tergantung kulit luar tetapi batang yang masih muda pada umumnya berwarna hijau dan setelah tuaberubah menjadi keputih-putihan, kelabu, hijau kelabu, atau cokelat kelabu. Empulur batang berwarna putih, lunak dan strukturnya empuk seperti gabus.Daun ubi kayu mempunyai susunan berurat menjari dengan canggap 5-9 helai. Daun ubi kayu biasanya mengandung racun asam sianida atau asam biru, terutama daun yang masih muda (pucuk) (Hidayat, 2009). Syarat tumbuh Iklim Ubikayu tumbuh di daerah dengan curah hujan yang cukup. Biasanya ditanam di dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 0 – 1.500 meter dari permukaan laut. Curah hujan yang dibbutuhkan ubikayu supaya dapat tumbuh dengan baik adalah 500 – 5.000 mm/tahun (optimal 750 – 1.500 mm/tahun) dengan suhu antara 180n- 350 C (optimal 250– 270 C) (Departemen Pertanian, 2006). Berdasarkan karakteristik iklim di Indonesia dan kebutuhan air tersebut, ubi kayu dapat dikembangkan di hampir semua kawasan, baik di daerah beriklim basah maupun beriklim kering sepanjang air tersedia sesuai dengan kebutuhan tanaman pada tiap fase pertumbuhan.Untuk dapat berproduksi dengan optimal, tanaman ubi kayu memerlukan curah hujan 150 - 200 mm pada umur 1 - 3 bulan, 250 - 300 mm pada umur 4 - 7 bulan, dan 100 - 150 mm pada fase panen (Wargiono dkk., 2006).



5



Pada umumnya tanaman ubikayu ditanam di daerah yang relatif kering. Tetapi sebenarnya tanaman ubikayu ini dapat tumbuh di daerah antara 30o lintang Selatan dan 300 lintang Utara. Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ubikayu sekitar 10 jam/hari, terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan ubinya. Suhu udara rata-rata lebih dari 180°C dengan curah hujan di atas 500 12mm/tahun. Curah hujan yang sesuai untuk tanaman ubikayu antara 1.500 – 2.500 mm/tahun. Kelembaban udara optimal untuk tanaman ubikayu antara 6065%, dengan suhu udara minimal bagi tumbuhnya sekitar 10oC. Ketinggian tempat yang ideal untuk pertumbuhan ubikayu antara 10 -700 m dpl (Purwono dan Purnawati, 2008). Tanah Tanah yang paling disukai untuk ubikayu adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat, dan tidak terlalu poros serta kaya akan bahan organik. Tanaman ubikayu dapat juga tumbuh di lahan sawah apabila penanaman dilakukan setelah panen padi. ( Purwono, 2009). Tanah yang paling sesuai untuk ubi kayu adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros, serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia, dan mudah diolah. Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ubikayu adalah jenis aluvial, latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol, dan andosol (Sidabutar, 2002). Tanaman ubi kayu dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 0 - 800 m dpl. Di atas ketinggian lebih dari 800 m dpl, pertumbuhan akan lambat, daunnya kecil, dan umbinya pun kecil dan sedikit. Drainase harus baik, tanah tidak terlalu



6 keras dan curah hujan 760 – 2.500 mm tahun-1, dengan bulan kering tidak lebih dari 6 bulan (Danarti, 2009). Tanaman ubi kayu banyak diusahakan di lahan kering dengan berbagai jenis tanah terutama Ultisol, Alfisol, dan Inceptisol. Provinsi Lampung merupakan sentral produksi ubi kayu utama di Indonesia. Di Provinsi Lampung ubi kayu sebagian besar ditanam di lahan Ultisol bersifat masam, Al-dd tinggi dan kandungan hara relatif miskin. Ubi kayu dapat tumbuh dengan baik pada tanah ultisol dengan pH 6,1. Klon yang umum ditanam petani adalah klon unggul UJ-5 (Balai Penelitian Kacang dan Ubi, 2013). Perbanyakan Tanaman Tanaman perlu pembiakan dalam rangka mempertahankan jenisnya dan meningkatkan produksinya. Ada dua cara pembiakan tanaman, yaitu secara generatif/ reproduktif (secara kawin) dengan menggunakan benih (biji yang memenuhi persyaratan sebagai bahan tanaman) dan secara vegetatif (tak kawin) dengan menggunakan organ vegetatif (Rochiman, K. dan S.S. Harjadi. 2003). Cara pembiakan vegetatif ada yang secara alami dan secara buatan. Pembiakan secara buatan dengan stimulasi akar dan tunas adventif ialah layerage, cuttage atau setek, penyambungan tanaman, dan kultur jaringan. Adapun perbanyakan secara vegetatif dilakukan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti cabang, ranting, pucuk, daun, umbi, dan akar. Prinsipnya adalah merangsang tunas adventif yang ada di bagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang, dan daun sekaligus (Setyati, 2002).



7



Keuntungan perbanyakan vegetatif adalah dapat menghasilkan tanaman yang sifatnya sama dengan pohon induknya. Tanaman yang berasal dari perbanyakan secara vegetatif lebih cepat berbunga dan berbuah. Sementara itu, kelemahannya adalah membutuhkan pohon indukdalam jumlah besar sehingga membutuhkan banyak biaya. Untuk mengatasinya, dapat dilakukan stek. Namun, tidak semua tanaman dapat diperbanyak dengan stek dan tingkat keberhasilannya sangat kecil (Sidabutar, 2002). Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan menjadi tanaman baru. Sebagai alternatif perbanyakan vegetatif buatan, stek lebih ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan keterampilan khusus, dan relatif lebih cepat (Hartmann, et al, 2007). Pada stek batang, bahan awal perbanyakan berupa batang tanaman. Stek batang dikelompokkan menjadi empat macam berdasarkan jenis batang tanaman, antara lain berkayu keras, semi berkayu, lunak, dan herbaceous. Bahan tanaman yang biasa diperbanyak dengan stek batang berkayu keras, antara lain apel, pir, cemara, dll.Untuk stek



batang



berkulit



lunak,



contohnya



terdapat



pada



tanaman Magnolia sp. Pada stek batang berkayu lunak, umumnya akar relatif cepat keluar (2-5 minggu) (Jumin, H.B. 2002). Akar dan tunas pada stek daun berasal dari jaringan meristem primer atau meristem sekunder. Masalah pada stek daun secara umum adalah pembentukan tunas-tunas adventif, bukan akar adventif. Pembentukan akar adventif pada daun lebih mudah dibandingkan pembentukan tunas adventif (Jumin, H.B. 2002).



8



Stek Ubi Kayu Ubi kayu diperbanyak dengan stek batang. Bibit tanaman diperoleh dari hasil panenan tanaman sebelumnya. Bibit yang umum digunakan berupa stek batang berukuran 20 - 30 cm, ujung stek bagian bawah dipotong miring (45º) untuk memperluas daerah perakaran dan sebagai tanda bagian yang ditanam (Purwonodan Purnawati, 2008). Pembibitan menggunakan batang yang sehat dan berumur 8-12 bulan dengan diameter 2- 3 cm, kedalaman optimum untuk penanaman sekitar 5 cm. Bibit yang dianjurkan untuk ditanam adalah stek dari batang bagian tengah dengan diameter batang 2-3 cm, panjang 15-20 cm, dan tanpa penyimpanan (Wargiono , 2006). Ada kecenderungan perbedaan akar pada tanaman yang dilukai secara membujur pada bagian bawah tanaman karet yang menghasilkan akar lebih banyak jika dibandingkan dengan tanaman yang tidak dilukai. Pada proses pelukaan laju asimilat menjadi tertahan akibat terputusnya jaringan floem pada tanaman sehingga menyebabkan terjadinya penumpukan hasil fotosintat pada ujung perlukaan yang menyebabkan terjadinya pembentukan kalus. Pada kaluskalus tersebut, terjadi pembentukan jaringan-jaringan meristem baru yang pada beberapa jaringan akan tumbuh terdifirensiasi membentuk jaringan akar lateral (Sidabutar, 2002). Penanaman ubikayu sebaiknya dilakukan secara vertikal karena dapat memacu pertumbuhan akar dan menyebar merata di lapisan olah. Stek yang ditanam 13dengan posisi miring atau horizontal akarnya tidak tersebar secara merata. Waktu tanam yang tepat bagi tanaman ubikayu, secara umum adalah



9



musim penghujan atau pada saat tanah tidak berair agar struktur tanah tetap terpelihara. Tanaman ubikayu dapat ditanam di lahan kering, beriklim basah, waktu terbaik untuk bertanam yaitu awal musim hujan atau akhir musim hujan (November – Desember dan Juni – Juli). Tanaman ubikayu dapat juga tumbuh di lahan sawah apabila penanaman dilakukan setelah panen padi. Di daerah-daerah yang curah hujannya cukup tinggi dan merata sepanjang tahun, ubikayu dapat ditanam setiap waktu (Harjadi, 2009). Zat pengatur tumbuh mempunyai peranan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan untuk kelangsungan hidup suatu tanaman. Salah satu jenis ZPT ialah auksin yang berfungsi merangsang pemanjangan sel dan pertumbuhan aksis longitudinal tanaman yang berguna untuk merangsang pertumbuhan akar pada stek atau cangkokan. Naphtaleneacetid acid (NAA) merupakan auksin sintetik yang memiliki kemampuan untuk menginduksi akar, kalus, dan tunas. NAA juga memiliki sifat yang lebih stabil karena tidak mudah terurai oleh enzim yang dikeluarkan oleh tanaman. Pada kadar rendah tertentu, zat pengatur tumbuh dapat memacu pertumbuhan akan tetapi pada konsentrasi tinggi zat pengatur tumbuh justru akan menghambat pertumbuhan tanaman. Tetapi menurut beberapa penelitian konsentrasi asam naftalen asetat yang biasa digunakan sangat beragam tergantung spesies tanaman dan jenis stek yang digunakan. Beberapa peneliti menggunakan konsentrasi asam naftalen asetat dengan 500 dan 1.000 ppm atau dengan selang antara 1.000- 5.000 ppm (Govinden et al., 2009).



10



BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Praktikum Adapun praktikum ini dilaksanakan di Lahan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada Maret sampai dengan Juli 2019 pada ketinggian ± 25 mdpl. Alat dan Bahan Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cangkul untuk membolak balik tanah/ menggemburkan tanah. Parang untuk



memotong/



menebas . Bambu untuk memacak plot. Meteran untuk mengukur pajang lahan . Gembor untuk media penyiraman. Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebidang tanah/ plot untuk media tanam. Dolomit untuk pengapuran . Bibit sebagai media yang akan ditanam dilahan. Metode Praktikum P1 = 45° mata tunas ke atas P2 = 90° mata tunas ke atas bawah P3 = 180° Horizontal Jarak antar ubi



:25 cm



Jarak antar Perlakuan



:70 cm



Jumlah Plot



:16 Plot



Jumlah Tanaman ubi / perlakuan :10 Jumlah Tanaman Ubi / Plot



:20



Ukuran Lahan



: 21,6 m x 2,85 m



11



PELAKSANAAN PRAKTIKUM Pembukaan Lahan Dibuka lahan Ubi Kayu di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dengan ketinggian tempat ±25 mdpl. Lahan dibersihkan selajutnya dilakukan pengolahan tanah sebanyak dua kali. Pengolahan tanah yang pertama bertujuan untuk membalikkan tanah dan menghancurkan bongkahan bongkahan tanah agar lebih gembur. Pengolahan tanah yang kedua bertujuan untuk memperbaiki aerasi tanah, sehingga kehidupan mikroorganisme tanah menjadi lebih baik. Pembuatan Guludan Terlebih dahulu dilakukan pengolahan tanah. Pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah, untuk menekan pertumbuhan gulma. Hal ini dilakukan agar ubi kayu tidak bersaing dengan berbagai gulma dalam mengambil hara tanah, pupuk dan air. Persiapan Bahan Stek Bahan stek yang akan ditanam sudah disiapkan sebelumnya. Dipilih benih yang memiliki vigor (sifat sifat benih) yang baik serta tanam sesuai dengan jarak tanam yang dianjurkan untuk tiap jenis tanamannya. Penanaman Penanaman benih jagung dilakukan dengan cara membuat lubang tanam sedalam 10 cm, setiap lubang tanam ditancapkan ubi kayu dengan perlakuan 90° mata tunas ke atas dan perlakuan 90° mata tunas ke bawah.



12



Pemeliharaan Penyulaman Penyulaman dilakukan satu minggu setelah tanam, penyulaman yang terlambat akan mengakibatkan kalah persaingan perebutan unsur hara bagi tanaman yang baru sehingga pertumbuhannya kurang optimal. Penyiangan Penyiangan dilakukan satu minggu sekali dengan cara mencabut gulma gulma dan penyiangan dilakukan secara manual di tiap plot. Pembumbunan Pembumbunan dilakukan setelah dilakukan penyiangan untuk menutupi akar akar yang muncul keluar dan supaya tanaman yang ditanam tidak rebah atau roboh. Penyiraman Penyiraman harus dilakukan setiap hari agar kebutuhan air dalam tanah tercukupi untuk tanaman itu sendiri, penyiraman baiknya dilakukan pada sore hari untuk menghindari penguapan air disiang hari. Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian dilakukan pengendalian Hama dan Penyakit apabila kondisi lahan terkena serangan sudah tinggi. Dilakukan kegiatan pengendalian hama pada tanaman secara manual,yaitu dengan cara membuang hama yang ada pada tanaman. Panen Panen dilakukan saat tanaman ubi (Manihot utilisima L.) sudah memasuki masa yang tepat untuk dipanen.



13



Parameter Pengamatan Tinggi Tunas Tinggi tunas diukur 1 minggu setelah tanam (MST). Mengukur tinggi tunas dilakukan dengan cara mengukur tinggi tunas dari pangkal tunas hingga titik tumbuh teratas dengan menggunakan penggaris. Tinggi tunas diukur seminggu sekali dari minggu pertama. Jumlah Tunas Jumlah tunas tanaman ubi kayu diambil setiap satu minggu sekali dan perhitungan jumlah tunas tanaman dimulai pada 1 MST atau 7 hari setelah tanam hingga 3 MST. Perhitungan jumlah tunas dimulai dari tunas yang sudah muncul dari batang. Jumlah Daun Jumlah daun tanaman ubi kayu diambil setiap satu minggu sekali dan perhitungan jumlah daun tanaman dimulai pada 1 MST atau 7 hari setelah tanam hingga 3 MST. Perhitungan jumlah daun dimulai dari daun yang sudah melebar (tidak kuncup).



14



HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil Pengamatan I Data Pengamatan



: Ubi Kayu (Manihot utilisima L.)



Tanggal Pengamatan : 13 Mei 2019 Parameter



: Tinggi Tunas (cm)



Perlakuan



: 45ᵒ



Kelompok



:5



MST NO



SAMPEL 1



2



3



4



5



Total Rataan



MST 1



3



3



3



3



4



16



3,2



1



2



2



1



3



1



2



8



1,6



45ᵒ



3



3



3



3



4



3



16



3,2



4



4



3



3



3



3



17



3,4



5



3



3



5



3



3



15



5



6



3



4



4



3



2



22



4,4



7



3



3



3



5



4



21



4,2



8



3



3



2



2



2



12



2,6



9



4



4



4



4



5



21



4,2



10



4



3



3



3



4



17



3,4



MST 1



4



4



4



5



5



22



4,4



2



2



3



3



3



2



4



15



3



3



4



4



5



5



6



24



4,8



4



5



4



4



4



5



22



4,4



5



4



5



7



6



4



26



5,2



6



6



5



5



4



4



24



4,8



7



6



5



5



6



4



26



5,2



8



7



5



5



6



4



27



5,4



9



7



6



6



6



5



40



8



10



6



5



5



7



5



28



5,4



45ᵒ



15



MST 1



6



6



7



6



8



33



6,6



3



2



5



4



5



6



5



25



5



45ᵒ



3



6



6



7



7



7



33



6,6



4



7



5



6



6



7



31



6,2



5



6



6



7



6



6



31



6,2



6



7



6



7



7



7



34



6,8



7



7



6



8



7



7



35



7



8



7



6



7



6



8



34



6,8



9



8



8



9



8



7



40



8



10



7



6



8



8



9



38



7,6



MST 1



7



7



8



7



8



37



7,4



4



2



6



5



6



7



6



30



6



45ᵒ



3



7



7



7



6



8



35



7



4



7



6



8



7



8



36



7,2



5



7



7



9



6



8



37



7,4



6



7



6



6



7



8



34



6,8



7



8



7



7



6



8



36



7,2



8



8



8



7



7



7



37



7,4



9



8



8



9



9



9



43



8,6



10



7



7



8



9



9



40



8



MST 1



7



7



8



7



8



37



7,4



5



2



6



5



6



7



6



30



6



45ᵒ



3



7



7



7



6



9



35



7



4



7



6



8



7



8



36



7,2



5



7



7



10



6



8



38



7,6



6



7



6



6



7



8



34



6,8



7



8



7



7



6



8



36



7,2



8



8



8



7



7



7



37



7,4



9



8



8



9



9



9



43



8,6



10



7



7



8



9



9



40



8



16



Data tanaman ubi kayu Perlakuan = 180º MST



No



Sampel 1



2



3



4



5



Total Rataan



MST



1



4



4



4



5



6



23



4,6



1



2



3



3



4



4



3



16



3,2



180º



3



2



3



3



0



3



14



2,8



4



3



3



4



4



4



18



3,6



5



4



4



3



2



3



16



3,2



6



3



3



3



3



4



16



3,2



7



4



2



4



4



4



18



3,6



8



3



2



3



3



3



14



2,8



9



2



3



3



3



4



15



3



10 4



4



4



4



4



20



5



MST



1



5



5



6



6



7



29



5,8



2



2



4



4



5



6



4



23



4,6



180º



3



3



4



4



4



4



19



3,8



4



4



4



5



5



5



23



4,6



5



5



0



4



3



4



21



4,2



6



4



0



4



4



0



26



5,2



7



5



3



0



5



5



23



4,6



8



4



4



3



5



4



20



4



9



3



4



4



4



5



20



4



10 5



5



6



5



6



27



5,4



MST



1



6



6



7



7



9



35



7



3



2



5



6



6



7



5



29



5,8



180º



3



4



5



5



5



6



25



5



4



5



5



6



7



6



29



5,8



5



6



6



5



4



5



26



5,2



6



5



6



5



5



6



27



5,4



7



6



4



5



6



6



27



5,4



8



5



5



4



6



5



25



5



17



9



4



5



5



6



6



26



5,2



10 6



6



7



7



7



33



6,6



MST



1



7



8



8



8



10



41



8,2



4



2



6



7



7



8



6



34



6,8



180º



3



5



6



6



6



7



30



6



Kebawah 4



6



6



7



8



6



33



6,6



5



7



7



6



5



6



31



6,2



6



6



7



6



6



7



32



6,4



7



7



5



6



7



7



32



6,4



8



6



6



5



7



6



30



6



9



5



6



6



7



7



31



6,2



10 7



7



8



8



9



39



7,8



MST



1



8



9



9



9



11



46



9,2



5



2



7



8



9



9



7



40



8



180º



3



6



7



8



7



8



37



7,4



Kebawah 4



7



7



8



9



7



38



7,6



5



8



8



7



6



7



36



7,2



6



7



8



7



7



9



38



7,6



7



8



6



7



9



8



38



7,6



8



7



7



6



8



7



35



7



9



6



7



7



8



9



37



7,4



10 8



8



9



9



10



44



8,8



18



Pembahasan Pada percobaan yang dilakukan, didapatkan hasil rataan tinggi tunas tertinggi pada perlakuan 45° pada 1 MST adalah 5 cm. Pada 2 MST didapatkan hasil rataan tinggi tunas 5,8cm Pada 3 MST didapatkan hasil rataan tinggi tunas tertinggi 7cm. Pada 4 MST didapatkan hasil rataan tinggi tunastertinggi7,4cm . Pada 5 MST didapatkan hasil rataan tinggi tunas tertinggi8,6cm. Dari data yang didapatkan, perlakuan 900mata tunas keatas cukup efektif dalam pertumbuhan dan produksi ubi kayu. Pada percobaan yang dilakukan, didapatkan hasil rataan tinggi tunas tertinggi pada perlakuan 180° pada 1 MST adalah 4,6cm. Pada 2 MST didapatkan hasil rataan tinggi tunas 5,8cm Pada 3 MST didapatkan hasil rataan tinggi tunas tertinggi 7 cm. Pada 4 MST didapatkan hasil rataan tinggi tunas tertinggi 8,2 cm . Pada 5 MST didapatkan hasil rataan tinggi tunas tertinggi 9,2 cm. Dari data yang didapatkan, perlakuan 900 mata tunas keatas cukup efektif dalam pertumbuhan dan produksi ubi kayu Penyiangan yang dilakukan pada ubi kayu adalah 5-10 MST. Penyiangan dilakukan guna memperkecil persaingan antara gulma dan ubi kayu dalam menyerap nutrisi. Hal ini sesuai dengan literatur Purwono (2007) yang menyatakan bahwa kelemahan ubi kayu adalah pada fase pertumbuhan awal tidak mampu berkompetisi dengan gulma.Periode kritis atau periode tanaman harus bebas gangguan gulma adalah antara 5–10 minggu setelah tanam.



19



KESIMPULAN 1. Dari data yang didapatkan, perlakuan 450 mata tunas keatas cukup efektif dalam pertumbuhan dan produksi ubi kayu. 2. Dari data yang didapatkan, perlakuan 1800 mata tunas kebawah terjadi pertumbuhan yang cukup efektif dalam pertumbuhan dan produksi ubi kayu. 3. Penyiangan dilakukan guna memperkecil persaingan antara gulma dan ubi kayu dalam menyerap nutrisi.



20



DAFTAR PUSTAKA Adisarwanto, T. 2000. Meningkatkan Produksi Ubi Kayu Lahan Kering. Penebar Swadaya. Jakarta. Anggoro, U. 2011. Teknologi Budidaya Ubi Kayu. Direktorat Budidaya Serealia. Jakarta Selatan. Crystovel, Teuku, Syarifuddin dan Tita. 2014. Kendala dan Prospek Pengembangan Ubi Kayu. Universitas Djuanda. Bogor Diah, M. 2014. Agricultural Science. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Gustika, V. 2013. Budidaya Ubi Kayu Dengan Aplikasi Pupuk Nitrogen dan Kalium. Politeknik Negeri Lampung. Lampung. Handayani, A. 2011. Pengaruh Model Tumpangsari Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Gandum dan Ubi Kayu. Jawa tengah. Marliah, Jumini dan Jamilah. 2010. Pengaruh Jarak Tanam Antar Barisan pada Sistem tumpangsari Beberapa Varietas Jagung Manis dengan Ubi Kayu Terhadap Pertumbuhan dan Hasil. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh. Marzuki, R. 2007. Bertanam Ubi Kayu. Penebar Swadaya. Jakarta. Nasution, A. 2014. Teknik Persilangan pada Tanaman Ubi Kayu .Universitas Sumatera Utara. Medan Putra, S. 2008. Teknologi Budidaya Ubi Kayu. Balai Besar penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Pitojo, S. 2005. Benih Ubi Kayu. Kanisius. Yogyakarta. Rahmianna, Herdina dan Didik. 2015. Budidaya Ubi Kayu. Balai Penelitian Tanaman Aneks Kacang dan Umbi. Malang. Riwandi, Merakati dan Hasanuddin. 2014. Teknik Budidaya Ubi Kayu dengan Sistem Organik di Lahan Marjinal. Universitas Bengkulu. Bengkulu. Salli, M. 2015. Hasil Tumpang sari Jagung (Zea mays L.) dan Ubi Kayu (Mahinot utilisina.) pada Jarak Tanam Jagung yang Berbeda. Politeknik Pertanian Negeri Kupang. Kupang.



21



Sektiwi, Nunil dan Husni. 2013. Kajian Model Tanam dan Waktu Tanam dalam Sistem Tumpangsari Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Benih Ubi Kayu. Universitas Brawijaya. Malang. Syukur dan Rifianto. 2013. Ubi Kayu. Penebar Swadaya. Jakarta. Tabri, F. 2015. Pemanfaatan lahan Tumpangsari Jagung dan Ubi Kayu dalam Sistem Tanam Legowo. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Sulawesi Selatan. Tongasa, H. 2016. Budidaya tanaman Ubi Kayu. Universitas Haluoleo. Kendari. Wahyudin. Ruminta dan Nursaripah. 2016. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Ubi Kayu (Mahihot utilisina.) Toleran Herbisida Akibat Pemberian Berbagai Dosis Herbisida Kalium Glifosat. Universitas Padjadjaran. Bandung. Widorosi, S. 2012. Pengaruh Dolomit dan pupuk P Terhadap Pertumbuhan dan hasil Tanaman Ubi Kayu di Tanah Inceptisol. Universitas Padjadjaran. Bandung.



22



LAMPIRAN 1. Deskripsi Tanaman



23



2. Bagan Plot Praktikum AET 1 AET 2



K A



AET 3



N



AET 4



D



LAHAN TUMPANG



JALAN



A



SARI



AET 5



N AGB 1 G AGB 2 AGB 3



24



3. Bagan Penanaman 30



30



12,5



12,5 70



Keterangan: :



Ubi Kayu



25



Jarak Dalam Baris 25 cm Jarak antar baris 70 cm 1 baris terdapat 10 tanaman 285 cm



1 blok terdapat 2 baris Dengan Perlakuan : 1. Mata Tunas Keatas ( 90⸰) 2. Mata Tunas Kebawah (90⸰) 3. Posisi Horizontal ( 180⸰) 4. Posisi 45⸰



30



30



95 cm



25



4. Waktu Kegiatan Praktikum Minggu KeNo



Jadwal Kegiatan 1



1. Persiapan Lahan 2. Pembuatan Guludan



2



3



4



5



6



7



8



9



10



11



12



X X



3. Persiapan Bahan Tanam



X



4. Penanaman



X



5. Pemeliharaan Tanaman Penyiraman



Disesuaikan dengan Kondisi Lapangan



Penyiangan



Disesuaikan dengan Kondisi Lapangan



Pengendalian Hama dan Penyakit Pembumbunan 6. Panen



Disesuaikan dengan Kondisi Lapangan X



X X



Pengamatan Parameter Persentase Bertunas (%)



X



Jumlah Tunas



X



X



X



X



X



X



X



Jumlah Daun (Helai)



X



X



X



X



X



X



X



Panjang Tunas (cm)



X



X



X



X



X



X



X



26



5. Lampiran Gambar



Gambar 1. Pembukaan Lahan



Gambar 3. Persiapan Bahan Tanam



Gambar 5. Penyiraman



Gambar 7. Pembumbunan



Gambar 2. Pembuatan Guludan



Gambar 4. Penanaman



Gambar 6. Penyiangan



Gambar 8. Panen