Rev 1 Laporan Pendahuluan Batu Ginjal (Kelompok) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN BATU GINJAL



OLEH KELOMPOK 2 : 1. ILMA YOSI SYAHIDA



P27220019114



2. KEN SWASTIKA AMALIA S.P



P27220019115



3. LIA AYU PUSPITASARI



P27220019116



4. LINA APRILIA SARI



P27220019117



5. MIRRA RUDMATIN INDRISARI



P27220019121



6. NABILA APRIYANTI EKA P



P27220019123



PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA TAHUN 2021



A. KONSEP DASAR Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.. Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia adalah 1-12% penduduk menderita batu saluran kemih. Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. B. ANATOMI FISIOLOGI SALURAN KEMIH Anatomi



A. Ginjal Ginjal manusia berjumlah 2 buah, terletak di pinggang, sedikit di bawah tulang rusuk bagian belakang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah di banding ginjal kiri. Mempunyai panjang 7 cm dan tebal 3 cm. terbungkus dalam kapsul yang terbuka ke bawah. Di antara ginjal dan kapsul terdapat jaringan lemak yang membantu melindungi ginjal terhadap goncangan. Ginjal mempunyai nefron yang tiap-tiap tubulus dan glomerulusnya adalah satu unit. Ukuran ginjal di tentukan oleh sejumlah nefron yang di milikinya. Kira-kira terdapat 1,3 juta nefron dalam tiap-tiap ginjal manusia. Fungsi ginjal : 1. Menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme tubuh. 2. Mengekresikan zat yang jumlahnya berlebihan. 3. Reabsorbsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan oleh bagian tubulus ginjal. 4. Menjaga keseimbangan asam basa dalam tubuh. 5. Menghasilkan zat hormon yang berperan membentuk dan mematangkan sel-sel darah merah (SDM) di sumsum tulang. 6. Hemostasis ginjal, mengatur pH, konsentrasi ion mineral, dan komposisi air dalam darah. b. Ureter Ureter merupakan dua saluran dengan panjang sekitar 25-30 cm, terbentang dari ginjal sampai vesika urinaria. Fungsi satu- satunya adalah menyalurkan urin ke vesika urinaria. c. Vesika Erinaria Vesika Erinaria adalah kantong berotot yang dapat mengempis, terletak 3-4 cm di belakang simpisis pubis (tulang kemaluan). Vesika urinaria mempunyai 2 fungsi yaitu : 1. Sebagai tempat penyimpanan urin sebelum meninggalkan tubuh.



2. Dibantu uretra, vesika urinaria berfungsi mendorong urin keluar tubuh. Di dalam vesika urinaria mampu menampung urin antara 170 sampai 230 ml. d. Uretra Uretra adalah saluran kecil dan dapat mengembang, berjalan dari kandung kemih sampai ke luar tubuh. Pada wanita uretra terpendek dan terletak di dekat vagina. Pada uretra laki-laki mempunyai panjang 5 sampai 20 cm. Fisiologis Ginjal merupakan tempat yang digunakan untuk mengeluarkan zat sisa metabolisme dalam bentuk urine. Proses pembentukan urine melalui tiga tahapan yaitu melalui mekanisme filtrasi, reabsorpsi dan sekresi. a.



Filtrasi (penyaringan) Proses pertama dalam pembentukan urine adalah proses filtrasi yaitu proses perpindahan cairan dari glomerulus menuju ke kapsula bowman dengan menembus membrane filtrasi. Membran filtrasi terdiri dari tiga bagian utama yaitu: sel endothelium glomerulus, membrane basiler, epitel kapsula bowman. Di dalam glomerulus terjadi proses filtrasi sel-sel darah, trombosit dan protein agar tidak ikut dikeluarkan oleh ginjal. Hasil penyaringan di glomerulus akan menghasilkan urine primer yang memiliki kandungan elektrolit, kritaloid, ion Cl, ion HCO3, garam-garam, glukosa, natrium, kalium, dan asam amino. Setelah terbentuk urine primer maka didalam urine tersebut tidak lagi mengandung sel-sel darah, plasma darah dan sebagian besar protein karena sudah mengalami proses filtrasi di glomerulus.



b.



Reabsorpsi (Penyerapan kembali) Reabsorpsi merupakan proses yang kedua setelah terjadi filtrasi di glomerulus. Reabsorpsi merupakan proses perpindahan cairan dari tubulus renalis menuju ke pembuluh darah yang mengelilinginya yaitu kapiler peitubuler. Sel-el tubulus renalis secara selektif mereabsorpsi zat-zat yang terdapat pada urine primer dimana terjadi reabsorpsi tergantung dengan kebutuhan. Zat-zat makanan yang terdapat di urine primer akan direabsorpsi



secara



keseluruhan,



sedangkan



reabsorpsi



garam-garam



anorganik



direabsorpsi tergantung jumlah garam-garam anorganik di dalam plasma darah. Proses reabsorpsi terjadi dibagian tubulus kontortus proksimal yang nantinya akan dihasilkan urine sekunder setelah proses reabsorpsi selesai. Proses reabsorpsi air di tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus distal. Proses reabsorpsi akan terjadi penyaringan asam amino, glukosa, asam asetoasetat, vitamin, garam-garam anorganik dan air. Setelah pembentukan urine sekunder maka di dalam urine sekunder sudah tidak memiliki kandungan zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh lagi sehingga nantinya urine yang dibuang benar-benar memiliki kandungan zat yang tidak dibutuhkan tubuh manusia. c. Sekresi Urine sekunder yang dihasilkan tubulus proksimal dan lengkung Henle akan mengalir menuju tubulus kontortus distal. Urine sekunder akan melalui pembuluh kapiler darah untuk melepaskan zat-zat yang sudah tidak lagi berguna bagi tubuh. Selanjutnya, terbentuklah urine yang sesungguhnya. Urine ini akan mengalir dan berkumpul di tubulus kolektivus (saluran pengumpul) untuk kemudian bermuara ke rongga ginjal. C. DEFINISI BATU GINJAL Batu ginjal adalah suatu keadaan terdapat satu atau lebih batu di dalam pelvis atau calyces ginjal atau saluran kemih. Batu ginjal di saluran kemih (Kalkulus uriner) adalah masa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan batu disebut dengan urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis). Urolitiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan batu oksalat, kalkuli (batu ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Nefrolitiasis adalah adanya



batu atau kalkuli dibentuk di dalam ginjal (parenkim ginjal) oleh kristalisasi dari substansi ekskresi didalam urine. Penyakit batu ginjal merupakan penyakit yang terbentuk karena terjadinya pengkristalan kalsium dan atau asam urat dalam tubuh (ginjal), cairan mineral ini memompa dan membentuk kristal yang mengakibatkan terjadinya batu ginjal. Penyakit batu ginjal biasanya terdapat di dalam ginjal tubuh seseorang, dimana tempat bernaungnya urin sebelum dialirkan melalui ureter menuju kandung kemih. D. KLASIFIKASI Batu ginjal mempunyai banyak jenis nama dan kandungan yang berbeda beda. Ada 4 jenis utama pada batu ginjal yang masingmasing cenderung memiliki penyebab berbeda, yaitu : 1. Batu kalsium Batu jenis ini adalah jenis batu yang paling banyak ditemukan, yaitu 70-80% jumlah pasien yang mengalami batu ginjal. Ditemukan banyak pada laki-laki, rasio pasien laki-laki dibanding wanita adalah 3:1, dan paling sering ditemui pada usia 20-50 tahun. Kandungan batu ini terdiri atas kalsium oksolat, kalsium fosfat atau campuran dari keduanya. Kelebihan kalsium dalam darah secara normal akan dikeluarkan oleh ginjal melalui urine. Penyebab tingginya kalsium dalam urine antara lain peningkatan penyerapan kalsium oleh usus, gangguan kemampuan penyerapan kalsiu oleh ginjal dan penyerapan kalsium tulang. 2. Batu infeksi atau struvit, karena terbentuknya batu ini disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Adanya infeksi saluran kemih dapat menimbulkan gangguan keseimbangan bahan kimia dalam urine. Bakteri dalam saluran kemih mengeluarkan bahan yang dapat menetralisir asam dalam urine sehingga bakteri berkembang biak lebih cepat dan mengubah urine menjadi bersuasana basa. 3. Batu asam urat Ditemukan 5-10% pada penderita batu ginjal. Rasio laki-laki dibandingkan wanita adalah 3:1. Sebagian dari pasien jenis batu ini menderita Gout, yaitu suatu kumpulan penyakit yang berhungan dengan meningginya



atau menumpuknyaasam urat (sludge) dapat menyebabkan keluhan berupa nyeri hebat(kolik), karena ada endapan tersebut menyumbat saluran kencing. 4. Batu sistin Batu sistin jarang ditemukan, terdapat pada sekitar 1-3 % pasien BSK. Penyakit batu jenis ini adalah suatu penyakit yang diturunkan. Batu ini berwarna kuning jeruk dan berkilau. Rasio laki-laki dibanding wanita adalah 1:1. Batu lain juga jarang yaitu batu Silica dan batu Xanthine. E. ETIOLOGI Penyakit batu ginjal dapat disebabkan oleh beberapa hal. Berikut ini merupakan beberapa faktor penyebab dari batu ginjal : 1. Genetik (Bawaan) Ada orang-orang tertentu memiliki kelainan atau gangguan organ ginjal sejak dilahirkan, meskipun kasusnya relatif sedikit anak yang sejak kecil mengalami gangguan metabolisme khususnya di bagian ginjal yaitu air seni nya memiliki kecendrungan mudah mengendapkan garam membuat mudah terbentuknya batu karna fungsi ginjal tidak dapat bekerja normal maka kelancaran proses pengeluaran air kemih nya mengalami gangguan, misalnya banyak zat kapur di air kemih sehingga mudah mengendapkan batu. 2. Makanan Sebagian besar penyakit batu ginjal disebabkan oleh faktor makanan dan minuman. Makanan-makanan tertentu memang mengandung bahan kimia yang berefek pada pengendapan air kemih, misalnya makanan yang mengandung kalsium tinggi, seperti oksolat dan fosfat. 3. Aktivitas Resiko terkena penyakit ini pada orang yang pekerjaannya banyak duduk lebih tinggi dari pada orang yang banyak berdiri atau bergerak dan orang yang kurang berolah raga karena tubuh kurang bergerak (baik olah raga maupun aktivitas bekerja) menyebabkan peredaran darah maupun aliran air seni menjadikurang lancar. Bahkan tidak hanya penyakit batu ginjal yag diderita, penyakit lain bisa dengan gampang menyerang.



4. Hiperkalsuria Penyebab pembentukan batu kalsium. Disebabkan peningkatan penyerapan kalsium usus, menurunnya reabsorbsi kalsium di ginjal dan peningkatan mobilisasi dari tulang. 5. Hiperurikosuria Terdeteksi dari 10% pembentuk batu kalsium. Berdasarakan fisikokimia batu kalsium terbentuk akibat supersaturasi kemih dengan monosodium koloid kristalisasi kalsium oksalat yang diinduksi oleh urat. 6. Hipositraturia Sitrat adalah inhibitor endogen pembentukan batu kalisum. Rendahnya ekskresi sitrat urin ditemukan pada 20-60% nefrolitiasis. Penentu utama ekskresi sitrat urin adalah keseimbangan asam basa. Umumnya terjadi dengan asidosis metabolik, peran penghambatan sitrat juga melibatkan pembentukan larutan kompleks dan pengurangan kejenuhan. 7. Hiperoksaluria Oksalat dan kalsium dapat meningkatkan supersaturasi kalsium oksalat pada kemih (merupakan 10-15% pembentuk batu kalsium). Disebabkan oleh produksi oksalat yang berlebih akibat dari gangguan metabolisme, peningkatan penyerapan oksalat usus, peningkatan asupan makanan bioavaibilitas, dan pH urin. Dengan pH yang terlalu asam maka urin menjadi jenuh dengan asam urat yang berperam dalam kristalisasi kalsium oksalat. F. MANIFESTASI KLINIS Beberapa tanda dan gejala yang dapat ditemukan dan dirasakan pada pasien batu ginjal yaitu : 1. Nyeri. Nyeri mungkin bisa berupa nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltic otot polos sistem kalises ataupunn ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih. 2. Batu di ginjal dapat menimbulkan obstruksi dan infeksi. 3. Hematuria yang disebabkan akibat trauma mukosa saluran kemih karena batu. 4. Demam



5.



Perubahan dalam Buang air kecil dan warna urin. Apabila ginjal manusia mengalami gangguan maka akan terjadi gangguan pada pembentukan urin,baik dari warna,bau dan karakterisitiknya.



6.



Tubuh mengalami pembengkakan. Ketika ginjal gagal untuk melakukan fungsinya, yakni mengeluarkan cairan atau toksin dalam tubuh, maka tubuh akan dipenuhi cairan yang mengakibatkan pembengkakan terhadap beberapa bagian tubuh, diantaranya di bagian kaki, pergelangan kaki, wajah dan atau tangan.



7.



Tubuh cepat lelah / kelelahan.



8.



Bau Mulut / ammonia breath



9.



Gangguan gastrointestinal: Rasa Mual dan Ingin Muntah G. PATOFISIOLOGI Substansi kristal yang normalnya larut dan di ekskresikan ke dalam urine membentuk endapan. Batu renal tersusun dari kalsium fosfat, oksalat atau asam urat. Komponen yang lebih jarang membentuk batu adalah struvit atau magnesium, amonium, asam urat, atau kombinasi bahan-bahan ini. Batu ginjal dapat disebabkan oleh peningkatan pH urine (misalnya batu kalsium bikarbonat) atau penurunan pH urine (misalnya batu asam urat). Konsentrasi bahan- bahan pembentuk batu yang tinggi di dalam darah dan urine serta kebiasaan makan atau obat tertentu, juga dapat merangsang pembentukan batu. Segala sesuatu yang menghambat aliran urine dan menyebabkan stasis (tidak ada pergerakan) urine di bagian mana saja di saluran kemih, meningkatkan kemungkinan pembentukan batu. Batu kalsium, yang biasanya terbentuk bersama oksalat atau fosfat, sering menyertai keadaan-keadaan yang menyebabkan resorpsi tulang, termasuk imobilisasi dan penyakit ginjal. Batu asam urat sering menyertai gout, suatu penyakit peningkatan pembentukan atau penurunan ekskresi asam urat. Obstruksi di atas kandung kemih dapat menyebabkan hidroureter, yaitu ureter membengkak oleh urine. Hidroureter yang tidak diatasi, atau obstruksi pada atau di atas tempat ureter keluar dari ginjal dapat menyebabkan hidronefrosis yaitu pembengkakan pelvis ginjal dan sistem duktus pengumpul. Hidronefrosis dapat menyebabkan



ginjal



tidak



dapat



memekatkan



urine



sehingga



terjadi



ketidakseimbangan elektrolit dan cairan. Obstruksi yang tidak diatasi dapat menyebabkan kolapsnya nefron dan kapiler sehingga terjadi iskemia nefron karena suplai darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi gagal ginjal jika kedua ginjal terserang. Setiap kali terjadi obstruksi aliran urine (stasis), kemungkinan infeksi bakteri meningkat sehingga Dapat terbentuk kanker ginjal akibat peradangan dan cedera berulang.



H. PATHWAY Diet tinggi mineral secara berlebihan



Infeksi pada Ginjal Kerusakan nefron pada ginjal



Obat-obatan (laksatif, antasida, diuretik)



Konsumsi Air rendah



Infeksi usus Gangguan absorbsi mineral pada usus



Gangguan reabsorbsi pada ginjal Mineral diangkat bersama darah menuju seluruh tubuh



Peningkatan mineral di ginjal Penurunan Cairan ke Ginjal



Peningkatan konsentrasi mineal di urine



Urine Menjadi pekat



Terjadi pengendapan mineral menjadi kristal Gangguan Integritas Kulit/Jaringan



Endapan kristal membentuk nukleus dan menjadi batu



Gagal ginjal akut



Tidak mendapat penanganan



Ginjal



Ureter



Hambatan Aliran urin Hidronefrosis



Distensi saluran kemih Gangguan Eliminasi Urin



Urolithiasis



Obstruksi



Peningkatan tekanan



Bladder



Pemasangan keteter



Tekanan cairan pd ureter & pelvis ginjal



Nyeri saat berkemih



NYERI



Nyeri Pinggang



Proses Pembendahan



Uretra



Batu mencederai saluran kemih



Sepsis



Gangguan Mobilitas FIsik



Resiko Ketidakefektifan perfusi ginjal Dorongan Dinding ekspulsi abdomen isi muntah lambung ke atas kebergerak mulut



Hematuria



Kurang Pengetahuan



Ansieetas



Resiko Perdarahan



I.



PEMERIKSAAN PENUNJANG Adapun pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien batu saluran kemih adalah : 1. Urinalisa Warna kuning, coklat atau gelap: warna: normal kekuningkuningan, abnormal merah menunjukkan hematuri (kemungkinan obstruksi urine, kalkulus renalis, tumor, kegagalan ginjal). pH: normal 4,6 – 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat), alkali (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), Urine 24 jam: Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukkan Infeksi Saluran Kencing, BUN hasil normal 5 – 20 mg/dl tujuan untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. 2. Laboratorium Darah lengkap: Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia. a. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine. 3. Foto KUB (Kidney Ureter Bladder) Menunjukkan ukuran ginjal, ureter dan bladder serta menunjukan adanya batu di sekitar saluran kemih. 4. Endoskopi ginjal Menentukan pelvis ginjal, dan untuk mengeluarkan batu yang kecil. 5. USG Ginjal Untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu. 6. EKG (Elektrokardiografi) Menunjukan ketidak seimbangan cairan, asam basa dan elektrolit. 7. Foto Rontgen Menunjukan adanya batu didalam kandung kemih yang abnormal, menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang ureter. 8. IVP (Intra Venous Pyelografi) Menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih, membedakan derajat obstruksi kandung kemih divertikuli kandung kemih dan penebalan abnormal otot kandung kemih dan memberikan



konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter). 9. Pielogram retrograd Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung kemih. Diagnosis ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih, urografi intravena atau pielografi retrograde. Uji kimia darah dengan urine dalam 24 jam untuk mengukur kalsium, asam urat, kreatinin, natrium, dan volume total merupakan upaya dari diagnostik. J.



PENATALAKSANAAN MEDIS 1. Medikamentosa Ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karna diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine dengan pemberian diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar dari saluran kemih. 2. ESWL ( Extracorporeal Shockwae Lithotripsy) Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan. 3. Endourologi Tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung kedalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses  pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai energi hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser. Beberapa tindakan endourologi yaitu : a. PNL ( Percutaneous Nephro Litholapaxy) Usaha mengeluarkan batu yang berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kalises melalui insisi pada



kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil. b. Litotripsi Memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan alat pemecah batu ke dalam buli-buli. Pecahan batu dikeluarkan dengan evakuator Ellik. c. Ureteroskopi atau ureto-renoskopi Memasukkan alat utereskopi per-uretram guna melihat keadaan ureter atau sistem pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntutan uteroskopi / uterorenoskopi ini. d. Ektraksi dormia Mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat keranjang Dormia. 4. Bedah Laparoskopi Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini sedang berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter. 5. Bedah terbuka Pembedahan terbuka itu antara lain adalah pielolitotomi atau nefrolitotomi unutk mengambil batu pada saluran ginjal, dan ureterolitotomi untuk batu di ureter. Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan nefrektomi atau pengambilan ginjal karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), korteks sudah sangat tipis, atau mengalami pengkerutan akibat batu saluran kemih yang menimbulkan obstruksi dan infeksi yang menahun.



KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dan pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Berikut ini adalah pengkajian pada klien dengan batu ginjal: 1. Pengumpulan data a. Identitas Data klien, mencakup : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, suku bangsa, status perkawinan, alamat, diagnosa medis, No RM, tanggal masuk, tanggal pengkajian, dan ruangan tempat klien dirawat. b. Riwayat Kesehatan Klien Riwayat kesehatan pada klien dengan batu ginjal sebagai berikut : 1) Keluhan Utama : Klien dengan batu ginjal mengeluhkan adanya nyeri padang pinggang. 2) Riwayat Kesehatan Sekarang : Merupakan pengembangan dari keluhan utama dan data yang menyertai dengan menggunakan pendekatan PQRST, yaitu : P: Paliatif / Propokative: Merupakan hal atau faktor yang mencetuskan terjadinya penyakit, hal yang memperberat atau memperingan. Pada klien dengan urolithiasis biasanya klien mengeluh nyeri pada bagian pinggang dan menjalar kesaluran kemih. Q: Qualitas: Kualitas dari suatu keluhan atau penyakit yang dirasakan. Pada klien dengan urolithiasis biasanya nyeri yang di rasakan seperti menusuk -nusuk.



R: Region : Daerah atau tempat dimana keluhan dirasakan. Pada klien dengan urolithiasis biasanya nyeri dirasakan pada daerah pinggang. S: Severity :Derajat



keganasan



atau



intensitas



dari keluhan



dirasakan,



time juga



tersebut. Skala nyeri biasanya 7. Time



: Waktu dimana keluhan



menunjukan lamanya atau kekerapan. Keluhan nyeri pada klien dengan urolithiasi biasanya dirasakan kadang-kadang. 3) Riwayat Kesehatan Yang Lalu Biasanya klien dengan batu ginjal mengeluhkan nyeri pada daerah bagian pinggang, adanya stress psikologis, riwayat minum-minuman kaleng. 4) Riwayat Kesehatan Keluarga Biasanya tidak ada pengaruh penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, Hipertensi. 2. Pola Pengkajian Menurut Gordon sebagai berikut : a. Persepsi tentang kesehatan dan manajemen kesehatan Setiap faktor yang menentukan stress atau menganggu keseimbangan. Seseorang yang mempunyai stresor akan mempersulit dalam proses suatu penyembuhan penyakit. Harapan dan pemahaman klien tentang kondisi kesehatan Perlu dikaji agar tim kesehatan dapat memberikan bantuan dengan efisien. b. Pola Nutrisi Dikaji mengenai makanan pokok, frekuensi makan, makanan pantangan dan nafsu makan, serta diet yang diberikan. Pada klien dengan batu ginjal biasanya mengalami penurunan nafsu makan karena adanya luka pada ginjal.



c. Pola Eliminasi Dikaji mengenai pola BAK dan BAB klien, pada BAK yang dikaji mengenai frekuensi berkemih, jumlah, warna, bau serta keluhan saat berkemih, sedangkan pada pola BAB yang dikaji mengenai frekuensi, konsistensi, warna dan bau serta keluhan-keluhan yang dirasakan. Pada klien dengan batu ginjal biasanya BAK sedikit karena adanya sumbatan atau batu ginjal dalam perut. d. Pola Istirahat dan Tidur Dikaji pola tidur klien, mengenai waktu tidur, lama tidur, kebiasaan mengantar tidur serta kesulitan dalam hal tidur. Pada klien dengan batu ginjal biasanya mengalami gangguan pola istirahat tidur karena adanya nyeri. e. Pola Aktivitas Dikaji perubahan pola aktivitas klien. Pada klien dengan batu ginjal klien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik gangguan karena adanya luka pada ginjal. f. Pola Personal Hygiene Dikaji kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene (mandi, oral hygiene, gunting kuku, keramas). Pada klien dengan batu ginjal biasanya ia jarang mandi karna nyeri di bagian pinggang. g. Pola Persepsi – Konsep Diri Konsep diri terdiri atas lima komponen yaitu : 1. Citra tubuh Sikap ini mencakup persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai. 2. Ideal diri



Persepsi



klien



terhadap



tubuh,



posisi,



status,



tugas, peran,



lingkungan dan terhadap penyakitnya. 3. Harga diri Penilaian/penghargaan orang lain, hubungan klien dengan orang lain.



4. Identitas diri Status dan posisi klien sebelum dirawat dan kepuasan klien terhadap status dan posisinya. 5. Peran Seperangkat perilaku/tugas yang dilakukan dalam keluarga dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas. h. Pola hubungan dan peran Dikaji mengenai hubungan atau komunikasi klien dengan keluarga, tetangga, masyarakat dan tim kesehatan termasuk gaya hidup, faktor sosial kultural dan support sistem. i. Pola Kognitif Suatu cara bagaimana seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan stres yang dihadapi mengenai penyakitnya. j. Pola Nilai dan kepercayaan Pada data spiritual ini menyangkut masalah keyakinan terhadap tuhan Yang Maha Esa, sumber kekuatan, sumber kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan dan kegiatan keagamaan yang ingin dilakukan selama sakit serta harapan klien akan kesembuhan penyakitnya. B. PEMERIKSAAN FISIK 1. Kepala a. Rambut



Pada klien dengan batu ginjal biasanya pemeriksaan pada rambut akan terlihat sedikit berminyak karena klien belum mampu mencuci rambut karena keterbatasan gerak klien. b. Mata Pada klien dengan batu ginjal pada pemeriksaan mata, penglihatan klien baik, mata simetris kiri dan kanan, sklera tidak ikterik. c. Telinga Pada klien dengan batu ginjal tidak ada gangguan pendengaran, tidak adanya serumen, telinga klien simetris, dan klien tidak merasa nyeri ketika di palpasi. d. Hidung Klien dengan batu ginjal biasanya pemeriksaan hidung simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak ada pembengkakan. e. Mulut Klien dengan batu ginjal kebersihan mulut baik, mukosa bibir kering. f. Leher Klien dengan batu ginjal tidak ada pembengkakan kelenjer tiroid. g. Paru- paru Inspeksi : Klien dengan batu ginjal dadanya simetris kiri kanan. Palpasi



: Pada klien dengan batu ginjal saat dilakuan palpasi tidak



teraba massa. Perkusi



: Pada klien dengan batu ginjal saat diperkusi di atas



lapang paru bunyinya normal. Auskultasi : Klien dengan batu ginjal suara nafasnya normal. h. Jantung Inspeksi :Klien dengan batu ginjal ictus cordis tidak terlihat. Palpasi



:Klien dengan batu ginjal ictus cordis tidak teraba.



Perkusi



:Suara jantung dengan kasus batu ginjal berbunyi normal.



Auskultasi



: Reguler, apakah ada bunyi tambahan atau tidak.



i. Abdomen Inspeksi



:Klien dengan batu ginjal abdomen tidak membesar



atau menonjol, tidak terdapat luka operasi tertutup perban, dan terdapat streatmarc Auskultasi



:Peristaltik normal.



Palpasi



:Klien dengan batu ginjal tidak ada nyeri tekan.



Perkusi



:Klien dengan batu ginjal suara abdomen nya normal



(Timpani). j. Ekstermitas Klien dengan batu ginjal biasanya ekstremitasnya dalam keadaan normal. i. Genitalia Pada klien dengan batu ginjal klien tidak ada mengalami gangguan pada genitalia. C. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri akut D.0077 Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan, ditandai dengan data mayor mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur dan kemungkinan data minor tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah (PPNI, 2016) 2. Resiko Perdarahan D.0012 Berisiko mengalami kehilangan darah baik internal (terjadi didalam tubuh) maupun eksternal (terjadi hingga keluar tubuh) 3. Defisit nutrisi D.0019 Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme, ditandai dengan data mayor berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal, dan kemungkinan data minor bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan lemah, membran mukosa pucat, sariawan, serum albumin



turun, rambur rontok berlebihan, diare 4. Gangguan mobilitas fisik D.0054 Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri, ditandai dengan data mayor kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun dan kemungkinan data minor sendi kaku, gerakan tidak terkoordinasi, gerakan terbatas, fisik lemah 5. Gangguan integritas kulit/jaringan D.0129 Kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartlago, kapsul sendi dan/atau ligamen) ditandai dengan gejala mayor kerusakan lapisan dan/atau lapisan kulit dan kemungkinan gejala minor nyeri, perdarahan, kemerahan, dan hematoma 6. Defisit pengetahuan D.0111 Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu ditandai dengan gejala mayor menunjukkn perilaku tidak sesuai anjuran, menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah serta kemungkinan data minor menjalani pemeriksaan yang tidak tepat, menunjukkan perilaku berlebihan



D. INTERVENSI KEPERAWATAN Diagnosa Keperawatan



PERENCANAAN Tujuan (SMART) Setelah dilakukan



Kriteria hasil 1. Keluhan nyeri menurun



tindakan keperawatan 2. Meringis menurun



Intervensi Observasi 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,



selama 3x24 jam



3. Sikap protektif menurun



kualitas, dan intensitas nyeri



diharapkan tingkat



4. Pola tidur membaik



2. Identifikasi skala nyeri



nyeri menurun



5. Frekuensi nadi membaik



Terapeutik



6. Pola napas membaik



1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri 2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri



Nyeri akut



3. Fasilitasi istirahat tidur Edukasi 1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri 2. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri Kolaborasi Resiko



Setelah dilakukan



Perdarahan



tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan Tingkat



1 2



Kelembapan membran



1. Kolaborasi pemberian analgetik Observasi



mukosa meningkat



1. Monitor tanda dan gejala perdarahan



Kelembapan kulit



2. Monitor nilai hematrokrit/hemoglobin sebelum dan



meningkat



setelah kehilangan darah



Perdarahan menurun



3



Kognitif meningkat



Teraupetik



4



Hematuria menurun



1. Pertahankan bet rest selama perdarahan



5



Perdarahan Pasca operasi



2. Batasi tindakan invansif, jika perlu



menurun



3. Gunakan kasur penncegahan dekubitus



6



Hemoglobin membaik



Edukasi



7



Hematokrit membaik



1. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan 2. Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk menghindari konstipasi 3. Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K 4. Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan Kolaborasi 1. Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika perlu 2. Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu



Defisit nutrisi



Setelah dilakukan



1 Porsi makan yang



tindakan keperawatan selama 3x24 jam



2



3. Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu Observasi



dihabiskan meningkat



1. Identifikasi status nutrisi



Nafsu makan membaik



2. Monitor asupan makanan



diharapkan status



Terapeutik



nutrisi membaik



1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu 2. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi



3. Berikan makanan TKTP Edukasi 1. Anjurkan posisi duduk Kolaborasi 1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah Setelah dilakukan tindakan keperawatan



2. Pergerakan ekstremitas meningkat



kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu Observasi 1.Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya



selama 3x24 jam



3. Kekuatan otot meningkat



2.Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi



diharapkan mobilitas



4. Rentang gerak (ROM)



Terapeutik



fisik meningkat Gangguan mobilitas fisik



meningkat



1.Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu



5. Nyeri menurun



2.fasilitasi melakukan mobilisasi fisik



6. Gerakan terbatas menurun



3.Libatkan keluarga untuk membantu pasien meningkatkan



7. Kelemahan fisik menurun



ambulasi Edukasi 1. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi 2. Anjurkan melakukan ambulasi dini 3. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan



Gangguan



Setelah dilakukan



integritas



tindakan keperawatan



kulit/jaringan



selama 3x24 jam



1. Kerusakan jaringan menurun 2. Nyeri menurun



Observasi 1. Monitor karakteristik luka (Mis : drainase, warna, ukuran, bau)



diharapkan integritas



3. Tekstur membaik



jaringan meningkat



2. Monitor tanda-tanda infeksi Terapeutik 1. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan 2. Bersihkan dengan cairan NaCl, atau pembersih non toksik, sesuai kebutuhan 3. Berikan salep yang sesuai di kulit, lesi, jika perlu 4. Pasang balutan sesuai jenis luka 5. Pertahankan teknik steril saat perawatan luka Edukasi 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi 2. Anjurkan mengonsumsi makan tinggi kalium dan protein Kolaborasi



Defisit



Setelah dilakukan



pengetahuan



tindakan keperawatan



1. Perilaku sesuai anjuran meningkat



selama 3 x 24 jam



2. Pertanyaan tentang masalah



diharapkan tingkat



yang dihadapi menurun



pengetahuan membaik



3. Perilaku membaik



1. Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu Observasi 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi Terapeutik 1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan 3. Berikan kesempatan untuk bertanya



Edukasi 1. Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan 2. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk mningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat



E. IMPLEMENTASI Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam implementasi juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon pasien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru. Pada proses keperawatan, implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi keperawatan. Perawat melaksanakan atau mendelegasikan tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam tahap perencanaan kemudian menakhiri tahap implementasi dengan mencatat tindakan keperawatan dan respon klien terhadap tindakan tersebut F. EVALUASI S : data berdasarkan keluhan yang disampaikan pasien (data subjektif) O : data berdasarkan hasil pengukuran langsung kepada pasien (data objektif) A : suatu masalah/diagnosis keperawatan yang masih terjadi/ baru terjadi akibat perubahan status klien yang telah teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan objektif (analisis) P : perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi/ menambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan (planning)



DAFTAR PUSTAKA Fauzi, Ahmad dan Marco Manza Adi Putra. 2016. Nefrolitiasis, (online), (https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/download/1080/ 920, diakses 7 September 2021). Fitri, Yulia Nengsi. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Ny. Z Dengan Post Operasi Pcnl Atas Indikasi Batu Ginjal Di Ruang Bedah Ambun Suri Lantai 2 Rsud Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi (online). Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang, (http://repo.stikesperintis.ac.id/149/1/27%20YULIA%20FITRI%20NENGSI %20GINJAR.pdf , diakses 9 September 2021) Krisna DNP. Faktor risiko kejadian penyakit batu ginjal di wilayah kerja Puskesmas Margasari kabupaten Tegal tahun 2010 [skripsi]. Semarang: Universitas Negeri Semarang; 2011 Sutisna, Nathania S. 2019. “Batu Ginjal”, (online), (https://www.alomedika.com/penyakit/urologi/batu-ginjal/diagnosis, diakses 7 September 2021). Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Cetakan III. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan. Cetakan II. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI. Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi I. Cetakan II. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.