Review Film A Beautiful Mind [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

REVIEW FILM A BEAUTIFUL MIND (Trisya Afidah Sukma – 17726251050)



Film ini bercerita tentang John Forbes Nash yang diperankan oleh Russel Crowe sebagai seorang matematikawan peraih nobel pada tahun 1994. Film diawali saat John Nash masih menjadi seorang mahasiswa di perguruan tinggi ternama, Princeton University. Nash adalah sosok yang sederhana, jenius, penyendiri, pemalu, rendah diri, introvert, sekaligus aneh. Di samping itu, sosok Nash juga dikenalkan sebagai pribadi yang arogan karena kepandaian yang dia miliki. Hal ini ditujukan ketika Nash lebih memilih untuk meninggalkan kelas dan belajar di luar kelas sendiri, Nash beranggapan bahwa dengan dia mengikuti kegiatan belajar di dalam kelas, maka hal itu akan membuat otaknya tumpul dan dapat menghilangkan ide orisinal yang dia miliki. Hal inilah yang membuat dia juga tertinggal dari teman-temannya untuk menerbitkan jurnal-jurnal untuk bidang ilmu yang mereka tekuni, karena dia menganggap untuk sekedar menerbitkan sebuah jurnal maka ide yang diangkat untuk menjadi jurnal itu haruslah ide orisinal yang lahir dari pemikiran sendiri, tidak dipengaruhi oleh gaya berpikir tokoh lain. Perjalanan hidupnya dihadang oleh sebuah penyakit psikologis yang disebut skizofrenia namun tak banyak yang menyadari. Penderita skizofrenia; suatu penyakit mental yang gejalanya antara lain: tidak dapat membedakan antara halusinasi dan kenyataan, memiliki keyakinan yang salah atau delusi, menarik diri dari pergaulan, serta kemampuan bersosialisasinya menghilang. Di saat kondisi Nash semakin terhimpit karena dia belum juga menemukan ide orisinal untuk laporan disertasinya, disaat itulah Nash bertemu dengan Charles Herman yang tak lain adalah teman sekamar Nash (pada pertengahan cerita diketahui bahwa sosok Charles ini hanyalah delusi yang dialami oleh Nash). Dengan hadirnya Charles di kehidupan Nash, membuat kehidupan Nash menjadi lebih hidup. Nash mempunyai teman untuk membicarakan keluh kesahnya dan semua beban yang mengganjal di pikirannya. Nash yang amat terobsesi dengan matematika sampai-sampai menulis berbagai rumus di kaca jendela kamar dan perpustakaan akhirnya secara tidak sengaja berhasil menemukan konsep baru yang bertentangan dengan teori bapak ekonomi modern dunia, Adam Smith. Konsep inilah yang dinamakannya dengan teori keseimbangan, yang mengantarkannya meraih gelar doktor. Mimpi Nash menjadi kenyataan. Tak hanya meraih gelar doktor, ia berhasil diterima sebagai peneliti dan pengajar di MIT. Hidup Nash mulai berubah ketika ia diminta Pentagon memecahkan kode rahasia yang dikirim tentara Sovyet. Di sana, ia bertemu agen



rahasia William Parcher. Dari agen rahasia ini, ia diberi pekerjaan sebagai mata-mata. Pekerjaan barunya ini membuat Nash terobsesi sampai ia lupa waktu dan hidup di dunianya sendiri. Hingga pada satu waktu Nash bertemu dengan Alicia Larde, seorang mahasiswi di kelas Nash yang berhasil menarik perhatian Nash. Melalui Alicia, Nash bisa menemukan cinta dan membuat hidupnya lebih berarti. Nash dan Alicia akhirnya menikah. Tetapi, pada saat itulah kondisi Nash semakin buruk, dengan dia merasa bahwa keadaannya dan Alicia terancam oleh tentara Sovyet yang tak segan-segan untuk membunuh mereka karena pekerjaannya sebagai mata-mata pemerintahan. Kisah Nash mencapai klimaks ketika dia sedang mengisi sebuah seminar di Harvard. Di mana dia saat itu bertemu dengan sahabat lamanya, yaitu Charles. Namun pada saat itu Charles tidak datang sendiri, Charles datang bersama dengan anak gadis kecil—Marcee, yang tak lain adalah keponakan Charles yang dititipkan kepadanya karena orang tua Marcee meninggalkan Marcee. Di tengah acara saat Nash mengisi seminar, Nash merasa ketakutan saat dia melihat tiga orang berbaju hitam sedang memperhatikan setiap geriknya, yang mana menurut Nash orang-orang inilah yang akhir-akhir ini selalu meneror kehidupannya. Nash berpikiran bahwa orang-orang ini adalah mata-mata pemerintahan Sovyet yang tak akan segan-segan untuk membunuhnya. Dan diketahui setelah pengejaran akan Nash ini, ternyata orang-orang ini adalah anak buah Dr. Rosen—seorang ahli jiwa. Kehadiran Dr. Rosen inilah yang nantinya memberikan jawaban atas kehadiran Charles, Marcee, dan Parcher—yang ternyata ketiga tokoh itu adalah delusi yang dialami oleh Nash. Untungnya, Alicia adalah seorang istri setia yang tidak pernah lelah memberi semangat pada suaminya. Dengan dorongan semangat serta cinta kasih yang tidak pernah habis dari Alicia, Nash bangkit dan berjuang melawan penyakitnya. Namun alur kisah berjalan apik dan cukup menguras emosi. Terutama saat sosok sang istri berada dibatas keputusasaannya saat mengetahui kondisi jiwa sang suami. Ternyata pekerjaan sebagai mata-mata pentagon adalah sebuah ilusi dan bukan realitas sebenarnya. Inilah masalah terberat yang dialami para skizofrenia, karena beberapa realitas yang mereka alami adalah sebuah ilusi. Diperankan dengan sangat baik oleh aktor papan atas Russel Crowe sebagai John Nash, dan Jennifer Conelli sebagai istrinya. Film ini patut ditonton karena menambah pengetahuan kita, bagaimana perjuangan seorang skizofrenia dalam mengatasi situasi dirinya. Terutama efek penyakit yang diderita terhadap orang-orang disekelilingnya. Penderita skizofrenia sebenarnya menyadari keganjilan-keganjilan dirinya, meski tidak mampu memahami apa yang sebenarnya terjadi.



Dalam film tersebut John Nash dibawa ke rumah sakit jiwa dan mendapatkan perawatan ECT (Electroshock Therapy) atau terapi elektrokonvulsif 5 kali seminggu selama 10 minggu. ECT merupakan terapi yang sering digunakan pada tahun 1940 – 1960 sebelum obat antipsikotik dan anti depresan mudah diperoleh. Cara kerja terapi ini yaitu mengalirkan arus listrik berdaya sangat rendah ke otak yang cukup untuk menghasilkan kejang yang mirip dengan kejang epileptik. Kejang inilah yang menjadi terapetik bukan arus listriknya. Sebelum dilakukan ECT pasien disuntikkan insulin sebagai pelemas otot yang akan mencegah spasme konvulsif otot-otot tubuh dan kemungkinan cedera. Efek samping penggunaan ECT adalah kelupaan atau gangguan memori. Efek samping ini dapat dihindari dengan menjaga rendahnya arus listrik yang dialirkan. Setelah menjalani perawatan di rumah sakit jiwa, John Nash menjalani perawatan di rumah dengan Obat Psikoterapetik. Obat ini harus terus diminum secara teratur oleh penderita skizofrenia. Meskipun obat ini tidak dapat menyembuhkan skizofrenia, namun obat – obat antipsikotik akan membantu penderita untuk menghilangkan halusinasi dan konfusi, serta memulihkan proses berpikir rasional. Cara kerja obat – obat antipsikotik yaitu menghambat reseptor dopamin dalam otak. Efek dari pemakaian obat tersebut yaitu : Sulit berkosentrasi, menghambat proses berpikir, tidak memiliki gairah seksual. Selain terapi biologis, John Nash juga mendapat terapi dari istrinya yaitu berupa dukungan sosial yang diberikan kepadanya, rasa empati, penerimaan, mendorong untuk mulai berinteraksi sosial (dengan tukang sampah), dan dorongan untuk tidak berputus asa dan terus berusaha. Terapi Sosial ini sangat membantu penderita skizofrenia dalam menghadapi peristiwa – peristiwa yang menjadi stressor bagi penderita. Digambarkan pula bagaimana orang-orang terdekatlah yang diharapkan mampu menjadi pilar atau hal utama kesembuhannya. Karena seorang skizofrenia pada dasarnya sangat membutuhkan pengertian mendalam orang-orang dekatnya, agar mampu meyakini dirinya bahwa dia bisa sembuh. Namun terapi medis juga tetap diperlukan agar kesembuhan mencapai tarafnya kearah yang lebih baik. Meskipun tidak semua penyakit skizofrenia mudah disembuhkan dalam hitungan setahun dua tahun, melainkan bertahun-tahun lamanya, namun lewat film ini kita sebagai manusia normal sepatutnya tidak langsung menganggap bahwa penderita skizofrenia adalah penyakit gila turunan atau penyakit yang hanya diderita oleh orang-orang tertentu saja. Karena dengan situasi mental yang rapuh dan stimulan otak alam bawah sadar yang tidak sinkronisasi dalam aliran energinya, penyakit ini bisa menyerang siapapun. Film produksi tahun 2001 ini dengan sangat jelas menggambarkan semua itu.



Film ini adalah hasil saduran dari buku biografi karya Sylvia Nassar, untuk mengenang John Nash. Film ini diakhiri dengan adegan John Nash ketika menerima hadiah Nobel di Swedia pada tahun 1994 untuk teori ekulibriumnya yang banyak berjasa pada teori-teori ekonomi. Ia menutup penganugerahan tersebut dengan mengatakan: “Aku selalu percaya akan angka. Dalam persamaan dan logika, yang membawa pada akal sehat. Tapi setelah seumur hidup mengejar, aku bertanya, apa logika sebenarnya? Siapa yang memutuskan apa yang masuk akal? Pencarianku membawaku ke alam fisik, metafisik, delusional. Telah kudapatkan penemuan penting dalam karirku, hidupku. Hanya dipersamaan misterius cinta, alasan logis bisa ditemukan”.