Risk Assesment Pada Pekerjaan Pengelasan Smaw [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

RISK ASSESMENT PADA PEKERJAAN PENGELASAN MANUAL SMAW AREA BENGKEL HULL CONSTRUCTION INDUSTRI PERKAPALAN Erliana Nur Azizah Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga E-mail : [email protected] ABSTRAK Penilaian risiko merupakan suatu kegiatan yang melakukan risk assesment, risk management, dan risk communication sehingga dapat diketahui tingkat risiko yang diterima pekerja dan memberikan rekomendasi pengendalian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai risiko atau risk assesment pada pekerjaan pengelasan manual di area bengkel hull construction (Lambung Utara) PT. Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero). Penelitian residensi ini dilakukan di bengkel hull construction lambung utara perusahaan yang berfokus pada pekerjaan pengelasan manual SMAW dan memiliki potensi bahaya tinggi (high risk). Desain penelitian ini semi kuantitatif, cross sectional. Menggunakan teknik total sampling, dengan semua sampel pekerja pengelasan yang berjumlah 20 orang. Metode pengumpulan data antara lain dengan wawancara, observasi lapangan dan studi dokumen. Hasil penelitian residensi menunjukkan bahwa pekerja yang melakukan pekerjaan pengelasan manual SMAW di bengkel hull construction PT. Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero) terdapat 4 bagian langkah pekerjaan dari mulai persiapan alat dan material pengelasan dan tahapan proses pengelasan. Terdapat 15 sumber bahaya dengan 11 bahaya risiko tinggi (high risk) atau risiko yang tidak dapat diterima, 3 risiko merupakan risiko dalam kategori sedang atau risiko yang memungkinkan dapat di tolerir dan hanya 1 risiko yang rendah atau risiko yang dapat diterima. Upaya pengendalian yang diterapkan adalah adanya pengendalian secara teknik engineering, administratif dan penyediaan Alat Pelindung Diri (APD). Kesimpulan dari penelitian ini, dari total 15 sumber macam beahaya, rata-rata penerapan pengendalian memiliki nilai 40% artinya sudah diterapkan dengan baik berbagai macam pengendalian hanya saja tidak ada follow up khusus pengendalian pada pengelasan manual tersebut. Pengendalian sebaiknya berfokus pada perlakuan komunikasi hazard di lingkungan kerjanya. Kata Kunci: pengelasan manual, risk assesment, komunikasi hazard



PENDAHULUAN Perusahaan di Indonesia yang berkembang tentunya telah menerapkan aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Salah satu aspek penting dalam penerapan K3 yaitu tentang kesesuaian antara mesin dan manusia atau sering dikenal dengan ilmu ergonomi. Potensi bahaya banyak terdapat di tempat kerja dan mengakibatkan kerugian baik dari perusahaan, karyawan maupun terhadap masyarakat sekitar. Upaya untuk mencegah hal tersebut adalah dengan menerapkan suatu konsep Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) (Abdulkadir Muhammad, 2008).



Seperti yang dikutip dari ILO, berdasarkan laporan daerah pada tahun 2010, terdapat sekitar 98.711 kasus kecelakaan kerja di Indonesia. Sementara itu, berdasarkan data semester pertama tahun 2011, terdapat 48.515 kasus kecelakaan kerja. Pada tahun 2008 tercatat jumlah kecelakaan kerja sebanyak 58.600 kasus, kemudian pada tahun 2009 terdapat 54.398 kasus kecelakaan kerja. Sedangkan pada tahun 2010 angka kecelakaan kerja di Indonesia mencapai 47.919 kasus, dengan rincian sebanyak 7.965 pekerja meninggal dunia.



Dalam grafik kecelakaan kerja yang dialami para pekerja PT. Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero) ini tercatat bahwa tingkat kecelakaan masih tergolong dengan kategori sedang dan masih cukup tinggi. Data tersebut dapat diuraikan kembali menjadi beberapa kategori kecelakaan yang berupa terjepit, terpeleset, tersayat, terbakar, tersetrum, terbelit mesin, terpercik mesin, tertimpuk dan masih banyak lagi. Adapun proses pengelasan yang dilakukan adalah proses pengelasan dengan menggunakan panas listrik atau pengelasan manual SMAW (Shield Metal Arch Welding). Potensi bahaya yang ditimbulkan dengan metode pengelasan manual SMAW yaitu dimana terdapat asap gas dari pengelasan,cara penggunaan APD (Personel Protective Equipment) yang tidak sesuai, efektifitas penggunaan ventilasi udara,hazard di lingkungan kerja dan banyaknya masalah yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di PT. Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero). Dalam mengurangi risiko kecelakaan kerja adalah dengan cara manajemen risiko. Manajemen risiko K3 merupakan suatu upaya yang digunakan untuk mengelola risiko K3 agar mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang diinginkan, oleh karena itu, adapun tujuan dilakukannya residensi ini adalah melakukan Risk Assesment pada Pekerjaan Pengelasan Manual SMAW Area Bengkel Hull Construction (Lambung Utara) PT. Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero) METODE Penelitian ini merupakan penelitian semi kuantitatif, desain penelitian cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Februari 2017. Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja pengelasan bagian bengkel hull construction PT. Dok dan Perkapalan Surabaya yang berjumlah 20 orang. Menggunakan teknik total sampling dengan semua sampel 20 orang pekerja pengelasan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain lembar pengumpul data, untuk mencatat data umum responden, dan lembar kuisioner untuk pertanyaan potensi bahaya apa yang sering terjadi.



Pengumpulan data dilakukan dalam beberapa metode antara lain dengan menggunakan wawancara yang dilakukan secara langsung pada pekerja pengelasan bengkel hull construction mengenai risk assesment pekerjaan pengelasan manual yang dilakukan, kegiatan observasi di lapangan dengan menggunakan JSA, serta pengambilan data atau pelaporan yang sudah ada di PT. Dok dan Perkapalan Surabaya. Analisis masalah atau potensi bahaya menggunakan metode risk assesment dengan melakukan penilaian risiko dengan cara menentukan besarnya risiko yang merupakan kombinasi antara kemunkinan (likelihood) dan keparahan (consequences), serta menentukan tindakan respon berdasarkan tingkat risiko. Analisis data secara deskriptif, hasilnya dianalisis dengan menggunakan teori yang terkait kemudian hasil tersebut disajikan dalam bentuk narasi. Hasil pengumpulan, pengolahan dan analisis data tersebut digunakan untuk menarik kesimpulan dan rekomendasi. HASIL Dari hasil identifikasi bahaya pada pekerjaan pengelasan manual SMAW bengkel hull construction PT. Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero) dilakukan dengan melakukan pengamatan, penilaian dan diskusi dengan supervisor, welder, safety officer untuk menganalisa potensi bahaya dan faktor-faktor bahaya pada pekerjaan pengelasan manual yang dilakukan. Dalam tahapan pembuatan kapal tak lepas dengan kegiatan pengelasan untuk menyambungkan antara plat baja dengan plat baja dan bagian yang satu dengan bagian yang lain. Proses pengelasan pada bangunan kapal baru tidak hanya dilakukan di bengkel outfitting, namun banyak juga dilakukan di dalam kapal di mana lokasi pekerjaan memiliki kategori ruang terbatas, seperti tanki balas. Tanki balas ini memiliki fungsi sebagai tempat masuknya air laut untuk stabilitas kapal agar tidak goyah pada saat muatan kosong. Tanki balas ini terletak di bagian kapal paling dasar. Selain sebagai tempat masuknya air,tanki balas ini juga



dapat berfungsi sebagai tempat penyimpanan perusahaan oleh pihak sub kontraktor. minyak maupun bahan bakar. Proses Persyaratan itu juga termasuk mengenai welding sendiri baru bisa dijalankan setelah kelayakan alat dan material yang akan tahap fitting atau pekerjaan pengepasan dan dipakai di lapangan oleh pekerja las. Namun penempatan part (bagian) dilakukan. pada saat pekerjaan pengelasan telah Pengelasan yang dilakukan di dalam tanki ini berlangsung, pemeliharaan peralatan kurang ada 2 jenis, yaitu: Pengelasan Manual atau dijaga. Sehingga ditemukan kabel las yang Shield Metal Arch Welding (SMAW) dan terputus dan disambung kembali dengan Pengelasan FCAW-MIG semi otomatik. menggunakan selotip, kabel-kabel las Jenis pengelasan manual atau SMAW yaitu maupun listrik tidak tertata dengan rapi jenis las listrik dengan elektroda terbungkus sehingga risiko pekerja las tersandung, fluks. terjatuh, terpeleset, tersengat listrik sangat Kondisi alat dan material yang mungkin terjadi. digunakan untuk pengelasan cukup bagus Berikut adalah tabel hasil identifikasi meskipun peralatan lama karena sebelum berdasarkan alat dan material, proses proyek pembuatan kapal baru di verifikasi pengelasan manual, dan operator las terlebih dahulu persyaratan yang dibuat pihak (welder). Tabel 1. Identifikasi Bahaya pada Alat dan Material Pengelasan No 1



Alat dan Material Peralatan las dan material plat sambung



Bahaya a. Tercecer di lantai kerja b. Kabel las yang tergulung dilantai c. Penyimpanan plat sambung di area kerja Tabung LPG a. Bahaya kebakaran di tempat kerja 2 b. Bahaya ledakan di tempat kerja Kipas angin Fume gas pengelasan 3 Tabung Oksigen Bahaya kebakaran 4 Gulungan kabel dilantai Bahaya terjatuh 5 Berdasarkan tabel 1 ini secara langsung dapat berdasarkan pemeriksaan alat dan material disimpulkan untuk pembuatan risk assesment dapat dilakukan pengelasan manual yaitu mengenai proses pengelasan manual sebagai berikut : Tabel 2. Risk Assesment pada Alat dan Material Pengelasan Langkah Pekerjaan



Sumber Bahaya



Mempersiapkan peralatan las dan material plat sambung



Benda Kerja tercecer di lantai kerja



Terjatuh Terbentur Terpeleset



Pemeriksaan Tabung LPG



Gas Bertekanan Fume, gas sisa pengelasan



Kebakaran Ledakan Terhirup Asphxiant



Gas Bertekanan Kebocoran selang Oksigen Kabel



Pemeriksaan Ventilasi / Kipas Angin yg ada di tempat kerja Pemeriksaan Tabung Oksigen



Pemeriksaan Kabel



Potensi Bahaya



Risiko Murni



Penilaian Risiko L 2



C 4



R 8



2



3



6



Siderosis



2



2



4



Kebakaran Ledakan



Luka Bakar



2



2



4



Terjatuh



Luka



5



5



25



Luka Ringan Luka Berat Patah Tulang Luka Bakar



Pengelasan



Pengelasan



Terbentur



Ringan



Sumber. Data Primer Observasi Lapangan Keterangan : pada saat melakukan pekerjaan antara lain L : Likelihood (Kemungkinan) yaitu masker, helm, sepatu safety dan sarung C : Consequences (Keparahan) tangan khusus yang digunakan setiap R : Risk (Risiko) = L x C melakukan pekerjaan di area bengkel hull Dari perlakuan risk assesment yang construction. Namun, perlakuan setiap dilakukan pada tabel 2, pada tahapan pekerja belum sepenuhnya memakai APD pemeriksaan alat dan material pengelasan lengkap saat melakukan pekerjaan. Untuk manual dapat diketahui bahwa terdapat 5 penilaian pengendalian ada 75% yang langkah pekerjaan dengan memiliki 3 bahaya mempunyai keterangan dengan penilaian dengan kategori risiko tinggi (high risk) 1 tersebut seharusnya ada suatu pengawasan risiko medium (medium risk) dan 1 pekerjaan dalam pemakaian kelengkapan APD, dengan risiko rendah (low risk) . pengontrolan pada setiap melakukan setiap Pengendalian risiko yang dilakukan di PT. pekerjaan dan langkah untuk Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero) pengimplementasian IK dengan baik dan adalah sudah disediakan kelengkapan APD benar di tempat kerja. Tabel 3. Identifikasi Bahaya pada Proses Pengelasan Pengelasan Manual SMAW No Proses Bahaya Tahap persiapan peralatan a. Bahaya lantai licin Membersihkan tempat kerja b. Adanya debu logam saat pembersihan a. Kejatuhan benda kerja 1 Menyiapkan material yang akan b. Terjepit perkakas digunakan c. Kesalahan menyambungkan kabel a. Bagian pelindung pesawat las aus Mengatur besar arus listrik yang b. Electrical Shock pada sambungan electrode sesuai dengan electrode yang akan digunakan a. Tangan terjepit oleh holder Memasang electrode pada holder b. Tangan tersayat oleh plat a. Sinar UV dan inframerah b. Percikan bunga api c. Fume, debu dan gas toksik 2 Tahap Proses Pengelasan d. Tangan teriris,terluka. e. Area kerja yang bising f. Cidera punggung karena sikap kerja a. Alat dan material las tertinggal 3 Tahap Penyelesaian b. Electrical Shock Pada tabel 3, di jelaskan bahwa proses Identifikasi yang dilakukan pada tahapan ini pengelasan manual SMAW ada 3 tahapan memiliki hasil bahwa setiap melakukan dari mulai tahapan, persiapan peralatan las, pekerjaan terdapat bahaya yang bermacamtahapan proses pengelasan dan tahapan yang macam. Oleh karena itu, setelah dilakukan terakhir. penilaian risiko (risk assesment) adalah mencapai hasil seperti tabel berikut ini :



Tabel 4. Risk Assesment pada Proses Pengelasan Manual SMAW Langkah Pekerjaan TAHAP PERSIAPAN Membersihkan dan menata tempat kerja



Sumber Bahaya



Potensi Bahaya



Risiko Murni



Penilaian Risiko L



C



R



Luka Ringan, Luka Berat, Patah Tulang Siderosis Memar, Luka Ringan, Luka Sedang



2



5



10



2



4



8



Luka Sedang Luka Berat



1



5



5



Kebutaan Konjungtiva



Iritasi mata



2



2



4



Terkena percikan bunga api Terhirup Tangan tergores, teriris, tersentuh panas material las Mesin Las Mesin Las



Luka Bakar



2



1



2



Asphixiant Luka Ringan Luka Berat



2 2



2 1



4 2



Ketulian HAVS



2 2



2 2



4 4



Lantai Licin Debu Logam Ruangan Las



Terjatuh Terpeleset Terhirup



Menyiapkan material pengelasan



Ceceran material



Mengangkat plat besi ke meja kerja



Kelebihan berat muatan plat besi



Kejatuhan benda kerja Terpeleset Tersayat Kejatuhan plat



TAHAP PENGELASAN Sinar Ultraviolet Inframerah Percikan bunga api



Proses Pengelasan



Fume, debu Benda Kerja



Bising Getaran TAHAP PENYELESAIAN Pemeriksaan alat dan material yang tertinggal



Alat dan material las tertimggal dan tercecer



Tersandung material plat logam benda kerja



Luka Ringan Luka Sedang



2



3



6



Mematikan mesin las setelah selesai digunakan



Tersengat arus listrik



Kabel terkelupas



Luka Berat Meninggal



3



1



3



Keterangan : L : Likelihood (Kemungkinan) C : Consequences (Keparahan) R : Risk (Risiko) = L x C Pada tabel 4, dapat dijelaskan bahwa ada 3 tahapan pekerjaan yang hampir semua tahapan memiliki risiko tinggi (high risk) , proses pengelasan manual memang memiliki potensi bahaya yang cukup berbahaya. Pada tahapan persiapan memiliki 1 bahaya dengan risiko yang tinggi (high risk) dan 2 bahaya dengan risiko sedang (medium risk), untuk



tahapan proses pengelasan yaitu setiap langkah pekerjaan sangat berisiko tinggi dengan keterangan 5 bahaya yang high risk sedangkan pada tahapan penyelesaian memiliki 2 bahaya dengan risiko tinggi (high risk). Sebagai tindak lanjut setelah penilaian risiko, pengendalian risiko telah dilakukan oleh PT. Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero) antara lain yaitu sudah disediakan kelengkapan APD pada saat melakukan pekerjaan, hanya saja setiap pekerja belum sepenuhnya memakai APD lengkap saat



melakukan pekerjaan. Untuk penilaian proses pekerjaan pengelasan apabila tidak pengendalian ada 75% yang harusnya ada menggunakan APD dengan lengkap dan suatu pengawasan dalam pemakaian tidak menjalankan pekerjaan yang sesuai kelengkapan APD, pengontrolan pada setiap dengan instruksi kerja tersebut. melakukan pekerjaan dan follow up pada Dalam melakukan suatu Tabel 5. Identifikasi Bahaya pada Operator Las Operator Las No. Bahaya (welder) Unsafe Action/ a. Membuang sisa pengelasan di tempat kerja 1 Unsafe Condition b. Tidak menggunakan APD dengan lengkap c. Tidak menggunakan perkakas las yang sesuai d. Ergonomi (Sikap Kerja Operator Las) Sumber. Data Primer Observasi Lapangan Pada tahapan penyelesaian pekerjaan, pekerjaan pengelasan manual diantaranya identifikasi potensi bahaya sudah dilakukan pada saat melakukan proses pengelasan pada operator pengelasan. Dari perlakuan dengan pemeriksaan alat dan material yang identifikasi bahaya dapat diketahui adanya ada terdapat 3 jenis pekerjaan antara lain tindakan unsafe action dan unsafe condition adalah : dengan memiliki bahaya diantaranya adalah 1. Pemeriksaan tabung LPG dengan pada saat membuang sisa pengelasan, tidak menggunakan gas bertekanan yang memakai APD dengan lengkap dan benar, berpontesi menjadi salah satu terjadinya dan sikap kerja para pekerja operator las. penyebab kebakaran hingga ledakan hingga luka bakar yang diterima oleh pekerja yang sedang melakukan PEMBAHASAN Terdapat 4 langkah pekerjaan yang pekerjaan tersebut. dilakukan pada proses pengelasan manual 2. Pekerjaan pemeriksaan ventilasi atau SMAW di bengkel hull construction kipas angin yang ada di bengkel hull (lambung utara) PT. Dok dan Perkapalan construction yang menimbulkan banyak Surabaya (Persero) dari mulai persiapan alat debu atau gas sisa buangan pengelasan dan material pengelasan dan tahapan proses yang tercampur dan menjadi satu pengelasan. Dari 4 bagian langkah pekerjaan hirupan khusus yang berpotensi terdapat 11 jenis pekerjaan yang memiliki 15 terjadinya suatu penyakit akibat kerja sumber bahaya. Ke-15 sumber bahaya (siderosis) pada pekerja yang sedang tersebut memiliki 5 faktor bahaya yang melakukan pekerjaan tersebut. terdiri atas bahaya biologis, fisik, mekanik, 3. Pekerjaan pemeriksaan tabung oksigen kimia dan ergonomi. Faktor bahaya yang dengan menggunakan gas bertekanan, ditimbulkan merupakan salah satu penyebab yang memungkinkan terjadi adalah risiko kecelakaan kerja. kebocoran selang oksigen hingga Berdasarkan hasil evaluasi risiko, dapat terjadinya kebakaran ataupun ledakan di diketahui bahwa dari total 4 langkah bengkel hull construction. pekerjaan dengan 11 jenis pekerjaan Selain risk assesment pada pengelasan manual, diketahui adanya 11 pemeriksaan alat dan material pengelasan bahaya memiliki risiko tinggi (high risk) atau manual, terdapat jenis pekerjaan yang risiko yang tidak dapat diterima, 3 risiko memiliki risiko yang tinggi (high risk) pada merupakan risiko dalam kategori sedang saat melakukan proses pengelasan. Proses (medium risk) atau risiko yang pengelasan merupakan proses pekerjaan yang memungkinkan dapat di tolerir dan hanya 1 menggunakan panas untuk melebur risiko yang rendah (low risk) atau risiko yang permukaan yang akan disambung, beberapa dapat diterima. Adapun ririsko yang operasi menggunakan logam pengisi dan tergolong dalam kategori high risk pada yang lain tanpa logam pengisi. Logam



pengisi berupa tekanan atau gas leburan (Djamiko, 2008) Dalam melakukan proses pengelasan manual terdapat 3 tahapan yang dimulai dari tahapan persiapan, tahapan pengelasan dan tahapan penyelesaian. Dari tahapan persiapan terdapat 3 jenis pekerjaan dengan kategori 1 risiko bahaya tinggi (high risk) dan 2 pekerjaan dengan risiko bahaya sedang (medium risk). Pekerjaan dengan risiko bahaya tingg dalam langkah ini adalah pada saat melakukan pengangkatan plat besi ke meja kerja. Selanjutnya pada tahapan pengelasan terdapat 5 langkah pekerjaan dengan kategori risiko tinggi (high risk). Pekerjaan pengelasan merupakan salah satu proses pemesinan yang penuh resiko karena selalu berhubungan dengan api dan bahanbahan yang mudah terbakar dan meledak terutama sekali pada las gas yaitu gas oksigen dan Asetilin. Kecelakaan yang terjadi sebenarnya dapat dikurangi atau dihindari apabila kita sebagai operator dalam mengoperasikan alat pengelasan dan alat keselamatan kerja dipergunakan dengan baik dan benar, memiliki penguasaan cara-cara pencegahan bahaya akibat proses las (Harsono, 1996). Dan yang terakhir adalah tahapan penyelesaian yang sama halnya memiliki kategori risiko tinggi (high risk) yaitu ada dua cara pekerjaan yang berbahaya antara lain yaitu pada saat pemeriksaan alat dan material yang tertinggal (tercecer) di tempat kerja, dan mematikan mesin las setelah selesai melakukan pekerjaan. Untuk banyaknya benda kerja yang tercecer dan terdapat dilantai produksi dengan kategori resiko tinggi (high risk) menjadikan faktor pemicu munculnya kecelakaan kerja. Menurut Menteri Perburuhan no 7 tahun 1964 tentang syarat kesehatan, kebersihan serta penerangan dalam tempat kerja pada pasal 3 ayat 1 berbunyi halaman harus bersih, teratur, rata dan tidak becek dan cukup luas untuk kemungkinan perluasan dan pasal 5 yang berbunyi sampah dan terbuang lainnya harus terkumpul pada suatu tempat yang rapi dan tertutup. Menurut saya pengendalian yang dilakukan oleh PT. Dok dan Perkapan



Surabaya adalah sudah sesuai dengan prosedur penggunaan alat pelindung diri lengkap, serta menyimpan material dan peralatan yang telah digunakan. Pengendalian yang sudah dilakukan oleh PT. Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero) sudah cukup terkendali yaitu adanya kesediaan Alat Pelindung Diri khusus pekerjaan tertentu yaitu pada pekerjaan pengelasan. Adapun bentuk pengendalian yang dilakukan perusahaan setiap ahapan demi tahapan pekerjaan pengelasan manual SMAW yang dilakukan antara lain : Pengendalian secara Administratif a. Pelatihan Pelatihan merupakan suatu kegiatan yang bermaksud untuk memperbaiki keahlian dan pengetahuan karyawan. Pekerja pengelasan plat di PT Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero) dilakukan sebelum bekerja sebagai karyawan. Latihan dan Pendidikan sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi RI.No Per-02/MEN/1982 tentang kwalifikasi juru las. Dengan pemberian pelatihan tersebut dapat mengurangi kecelakaan kerja. b. Labeling Material Pengelasan Pemberian label dilakukan oleh departemen peralatan di setiap unit kerja. Diharapkan bahwa alat pengelasan telah di kalibrasi dengan aman sehingga dapat mengurangi kecelakaan kerja. c. Pengimplementasian Instruksi Kerja Work instruction atau instruksi kerja merupakan suatu dokumen yang menyertai dokumen manual. Dokumen tersebut berisi perintah, kewajiban, kewenangan dan tata tertib yang dilakukan dalam pelaksanaan langkah kerja yang tercantum di prosedur manual. Pengimplementasian IK di perusahaan artinya d. Komunikasi Hazard Komunikasi hazard suatu cara untuk menunjukkan bahwa suatu benda atau area mengandung bahaya atau jenis bahaya tertentu. Dengan adanya petunjuk terhadap bahaya tersebut maka setiap orang yang akan melakukan



pekerjaan dengan alat atau bahan berbahaya tersebut atau bekerja pada area berbahaya dapat mengantisipasi dengan langkah-langkah pencegahan seperti APD Yang sesuai. Hazard communication di tempat kerja dapat berupa : 1) Safety induction merupakan suatu pengenalan terhadap lingkungan kerja yang diberikan atau disampaikan kepada pekerja baru atau visitor terkait keselamatan adanya perubahan proses kerja tentang bahaya yang muncul dari suatu jenis pekerjaan. 2) Safety Talk/Safety Meeting merupakan sebuah rangkaian aktifitas berbicara pada sebuah tim kerja yang biasanya dilakukan sebelum aktifitas kerja dimulai dimana tujuannya adalah untuk meminimalkan risiko pada pekerjaan yang dilakukannya atau mereview kembali pekerjaan yang telah dilakukan. 3) Safety Patrol merupakan salah satu proses pengawasan untuk memastikan apakah standard yang sudah ada telah digunakan atau belum, biasanya team patrol datang ke lapangan ke tempat kerja untuk mengecek kinerja K3 tanpa pemberitahuan kepada pekerja. 4) Safety Poster merupakan sarana sosialisasi dengan membuat design grafis yang menarik, untuk mencari perhatian atau pengumuman terhadap kebijakan K3. e. Pengendalian dengan APD (Alat Plindung Diri) Pengendalian ini tergantung terhadap pemilihan peralatan yang tepat untuk tingkat risiko yang tinggi pada proses pengelasan tertentu, misalnya kebisingan pada saat melakukan proses pengelasan, membutuhkan alat pelindung telinga yang layak digunakan antara lain : 1) Sumbat telinga (ear plugs), dimasukkan dalam telinga sampai menutup rapat sehingga suara tidak mencapai membrane timpani. Sumbat telinga dapat mengurangi bising s/d 30 dB.



2) Tutup telinga (ear muff), menutupi seluruh telinga eksternal dan dipergunakan untuk mengurangi bising s/d 40-50 dB. 3) Helmet (enclosure), menutupi seluruh kepala dan digunakan untuk mengurangi bising maksimum 35dB. SIMPULAN Berdasarkan pada hasil risk assesment pada proses pekerjaan pengelasan manual SMAW bengkel hull construction (Lambung Utara) PT. Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero), dapat disimpulkan bahwa : a. Pada pekerjaan pengelasan manual yang ada di perusahaan terdapat 3 tahapan proses pekerjaan dengan 10 risiko murni dengan tingkat risiko sebanyak 8 risiko pekerjaan dengan bahaya tinggi (high risk) dan 2 diantaranya memiliki risiko pekerjaan dengan bahaya risiko sedang (medium risk). b. Untuk program pengendalian risiko pada pekerjaan pengelasan manual di perusahaan ini dapat berupa pelatihan K3, labeling material pengelasan, pengendalian secara administratif dan follow up implementasi instruksi kerja secara tidak langsung akan mengurangi risiko kecelakaan kerja yang terjadi di area bengkel hull construction PT. Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero). Selain itu, adapun saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil tersebut adalah : a. Perlu dilakukan pemeriksaan rutin setiap hari terhadap setiap tenaga kerja yang melakukan pekerjaan pengelasan manual untuk mengetahui kesiapsiagaan pemakaian Alat Pelindung Diri dengan benar dan taat. b. Melakukan inspeksi secara rutin pada peralatan kerja dan melakukan pelabelan pada setiap kondisi peralatan dan tanggal berakhir kapan digunakan peralatan tersebut c. Membentuk tim khusus terkait penilaian risiko sehingga perusahaan dapat menjalankan penilaian risiko setiap ada pekerjaan yang sering menyebabkan kecelakaan kerja.



d. Penerapan komunikasi hazard harusnya diterapkan agar pada setiap pekerjaan khususnya di unit pekerjaan pengelasan yang ada di bengkel hull construction terkomunikasi dengan baik. e. Khusus juru las, sebaiknya meningkatkan hygene perorangan dengan menjaga kebersihan, penilaian kerja serta melaksanakan behaviour based safety di lingkungan kerja. DAFTAR PUSTAKA Abdulkadir,M.2008.Gambaran Penerapan resiko K3 pada PT Bakrie Construction,Serang-Banten Universitas Sebelas Maret. Australian Standard/New Zealand Standard 4360.1999.Risk Management Guidelines. Sydney. Colling,D.A.1990.Industrial Management and Pentice,Hall Inc



Safety Technology.



Department Health and Safety,University New SouthWales.2014.Risk Assesment Management Djamik,R.D.2008.Modul teori pengelasan logam Yogyakarta Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Harsono.1996.Tekniplogi Pengelasan Logam. Jakarta: Pradya Pramita



Ichsan,S.2004.Penilaian risiko dan kesehatan kerja. Majalah Katiga No.10 edisi JuliAgustus 2004 Kolluru,R.V.1996.Risk Assesment and Management Hand Book For Handbook For Environmental,health And safety,Mc Graw-Hill Inc Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI no Per-02/MEN/1980 tentang pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja Peraturan Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi RI PER.08/MEN/VII/2010 Tentang Pelindung Diri



dan No Alat



Pramudianto,2007.Skripsi, Prinsip Pengendalian Kebisingan Bengkel pada saat Melakukan Pekerjaan Pengelasan. Universitas Udayana Bali Suma‘mur,.1981.Keselamatan Kerja Pencegahan Kecelakaan.Jakarta: Gunung Agung



dan PT.



Tarwaka.2014.Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja.Surakarta: Harapan Press