RMK KLP 5 (Pengukuran Variabel) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



RINGKASAN MATERI KULIAH (RMK) METODE PENELITIAN KUANTITATIF



“PENGUKURAN VARIABEL”



KELOMPOK 5 : 1; 2; 3; 4;



ANA PUTERI YULIAN – I2F 014 021 FITRI SUSILAWATI – I2F 014 033 NUR FITRI HARIANI – I2F 014 047 YUNI HANDAYANI – I2F 014 061



PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI UNIVERSITAS MATARAM 2015 PENGUKURAN VARIABEL Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 1 Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 1



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



Pada penelitian kuantitatif, setelah fenomena atau masalah penelitian telah dirumuskan dan desain penelitian telah dipilih untuk memecahkan masalah, langkah selanjutnya bagi peneliti adalah memilih teknik pengukuran (measurement). Tehnik pengukuran pada dasarnya membicarakan mengenai aturan dan prosedur yang digunakan untuk menjembatani antara apa yang ada dalam dunia konsep dengan apa yang terjadi di dunia nyata (Kuncoro, 2003 : 148). Pengukuran adalah dasar dari penyelidikan ilmiah. Segala sesuatu yang kita lakukan dimulai dengan pengukuran objek yang akan kita pelajari. Pengukuran adalah pemberian angka atau kode pada suatu obyek, dapat menghubungkan konsep yang abstrak dengan realitas. Untuk dapat melakukan pengukuran, maka seseorang peneliti harus memikirkan bagaimana ukuran yang paling tepat untuk suatu konsep. Ukuran yang tepat akan memberikan kepada peneliti untuk merumuskan lebih tepat dan lebih cermat konsep penelitiannya. Proses pengukuran mengandung empat kegiatan pokok, yaitu : 1; 2; 3; 4;



Menentukan indikator untuk dimensi – dimensi variabel penelitian. Menentukan ukuran masing-masing dimensi. Ukuran ini dapat berupa item (pertanyaan) yang relevan dengan dimensinya. Menentukan ukuran yang akan digunakan dalam pengukuran, Apakah tingkat ukuran nominal, ordinal, interval atau ratio. Menguji tingkat validitas dan reliabilitas sebagai kriteria alat pengukuran yang baik.



Tujuan pengukuran adalah menerjemahkan karakteristik data empiris ke dalam bentuk yang dapat dianalisis dan diteliti. Dengan demikian, pengukuran selalu melibatkan penggunaan prosedur yang secara simbolik dapat merefleksikan dimensi realitas dalam dunia analitik si peneliti. Oleh karena itu, penggunaan prosedur yang tepat dalam proses penelitian ini amat penting bila kita menginginkan dapat memperoleh data yang bermanfaat bagi pengambil keputusan. Singkatnya, titik fokus pengukuran adalah pemberian “angka” terhadap data empiris berdasarkan sejumlah aturan/prosedur tertentu. Prosedur ini dinamakan proses pengukuran, yaitu : investigasi mengenai ciri-ciri yang mendasari kejadian empiris dan memberi angka atas ciri-ciri tersebut. Kendati komponen pengukuran amat beragam, setidaknya ada tiga komponen yang dibutuhkan dalam setiap



Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 2 Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 2



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



pengukuran, yaitu : (1) kejadian empiris yang dapat diamati; (2) penggunaan angka untuk menggambarkan kejadian tersebut; (3) sejumlah aturan pemetaan (Kuncoro, 2003 : 148). Pengukuran (measurement) menurut Hartono (2014 : 77) adalah pemberian nilai properti dari suatu objek. Pada definisi ini dapat dianalisa bahwa yang diukur adalah properti dari suatu objek. Objek merupakan suatu entitas yang akan diteliti. Objek dapat berupa perusahaan, manusia, karyawan dan lainnya. Sedangkan Properti adalah karakteristik dari objek. Properti dapat berupa properti fisik, properti psikologi dan properti sosial. Properti fisik misalnya jika objek adalah manusia, maka properti fisiknya adalah tinggi badan, warna rambut, umur dan lainnya. Jika objeknya adalah perusahaan, maka properti fisiknya adalah ukuran perusahaan, lokasinya dan lainnya. Properti psikologis misalnya adalah sikap manusia, kepintaran, motivasi dan lainnya. Properti sosial misalnya adalah status sosial, persepsi masyarakat dan lainnya. Pengukuran properti fisik mudah dilakukan karena dapat dilihat dengan mudah. Misalnya pengukuran terhadap ukuran perusahaan dapat dinilai dari ukuran aktivanya yang dapat diobservasi pada neraca perusahaan. Pengukuran properti psikologi dan sosial lebih sulit diukur karena tidak mudah diamati karena properti tersebut bersifat masih berupa konsep dan abstrak. Contohnya adalah pengukuran konsep belajar (learning). Konsep ini tidak mudah diamati karena masih bersifat abstrak. Tehnik yang dapat digunakan untuk mengukurnya adalah memecah konsep ini ke dalam beberapa karakteristik perilaku yang dapat diobservasi. Pemecahan konsep ke dalam bentuk yang dapat diukur disebut dengan pengoperasionalan konsep (operationalizing the concept) (Hartono, 2014 : 78). Data–data yang telah dikumpulkan oleh peneliti dapat berupa elemen-elemen data yang sudah dapat diukur besarannya, tetapi kadang juga masih berupa konsep yang belum dapat diukur. Apabila data masih berupa konsep yang belum dapat diukur, maka peneliti harus menguraikan data tersebut terlebih dahulu sehingga menjadi dimensi-dimensi dan elemen-elemen data yang dapat diukur. Konsep atau data yang telah didefinisikan agar dapat diukur, diperlukan alat atau instrumen penelitian untuk mengukurnya, dimana dalam penelitian alat untuk mengukur konsep data disebut dengan skala (Hartono, 2014 : 77).



Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 3 Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 3



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



A; DESAIN SKALA



Skala (scale) didefinisikan oleh Hartono (2014 : 80) sebagai suatu alat atau mekanisme yang dapat digunakan untuk membedakan individual-individual kedalam variabel-variabel yang akan digunakan di dalam riset atau penelitian. Tipe dasar dari skala mengikuti tipe nilai dari datanya. Ada empat tipe skala pengukuran atau tipe nilai data dalam penelitian, yaitu : 1; Skala Nominal (Nominal Scale)



Skala nominal adalah skala pengukuran yang menyatakan kategori, kelompok atau klasifikasi dari data yang diukur dalam bentuk variabel. Skala pengukuran nominal digunakan untuk mengklasifikasikan obyek, individual atau kelompok; sebagai contoh mengklasifikasi jenis kelamin, agama, pekerjaan, dan area geografis. Dalam mengidentifikasi hal-hal di atas digunakan angka-angka sebagai symbol. Apabila kita menggunakan skala pengukuran nominal, maka statistik nonparametrik digunakan untuk menganalisa datanya. Hasil analisa dipresentasikan dalam bentuk persentase. Sebagai contoh kita mengklasifikasi variable jenis kelamin menjadi sebagai berikut: laki-laki kita beri simbol angka 1 dan wanita angka 2. Kita tidak dapat melakukan operasi arimatika dengan angka-angka tersebut, karena angka-angka tersebut hanya menunjukkan keberadaan atau ketidakadanya karaktersitik tertentu. Variabel jenis kelamin dalam Skala nominal merupakan kategori yang bersifat saling meniadakan (mutually exclusive), artinya bahwa seorang responden hanya memiliki satu kategori jenis kelamin yaitu pria atau wanita. Skala nominal disamping menyatakan kategori yang saling meniadakan, juga menyatakan kategori yang bersifat collectively exhaustive, yaitu tidak ada kategori yang lain, kecuali yang dinyatakan dalam skala nominal. Contoh variabel lain yang bersifat mutually exclusive dan collectively exhaustive, adalah status perkawinan dan agama yang dianut oleh responden (Indriantoro, 2002 : 97). Skala nominal merupakan tipe skala pengukuran paling sederhana. Angka atau atribut yang digunakan dalam pengukuran hanya merupakan suatu nama untuk menyebutkan kategori atau kelompok variabel. Skala nominal oleh karena itu juga dinamakan dengan skala kategoris. Nilai variabel dengan skala nominal hanya menjelaskan kategori, tetapi tidak menjelaskan nilai peringkat, jarak atau perbandingan (Indriantoro, 2002:97). Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 4 Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 4



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 5 Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 5



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



2; Skala Ordinal (Ordinal Scale)



Skala ordinal adalah skala pengukuran yang tidak hanya menyatakan kategori, tetapi juga menyatakan peringkat data atau urutan data (order) yang diukur. Skala pengukuran ordinal memberikan informasi tentang jumlah relatif karakteristik berbeda yang dimiliki oleh obyek atau individu tertentu. Tingkat pengukuran ini mempunyai informasi skala nominal ditambah dengan sarana peringkat relatif tertentu yang memberikan informasi apakah suatu obyek memiliki karakteristik yang lebih atau kurang tetapi bukan berapa banyak kekurangan dan kelebihannya. Contoh: Jawaban pertanyaan berupa peringkat misalnya: sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju dan sangat setuju dapat diberi symbol angka 1, 2,3,4 dan 5. Angkaangka ini selain sebagai kategori, juga merupakan simbol peringkat, namun tidak mengekspresikan jumlah. Skala ordinal merupakan tipe skala pengukuran diatas skala nominal. Angka atau atribut dan urutan yang digunakan dalam pengukuran merupakan suatu nama untuk menyebutkan kategori atau kelompok variabel dan peringkat variabel. Skala ordinal dimana nilai variabelnya hanya menjelaskan kategori, dan nilai peringkat tetapi tidak menjelaskan nilai jarak atau perbandingan. 3; Skala Interval (Interval Scale)



Skala interval merupakan skala pengukuran yang menyatakan kategori, peringkat dan jarak data yang diukur. Skala interval tidak hanya mengukur perbedaan subyek atau obyek secara kualitatif melalui kategorisasi dan menyatakan urutan preferensi, tetapi juga mengukur jarak antara pilihan yang satu dengan pilihan yang lain. Skala interval dapat dinyatakan dengan angka 1 sampai dengan angka 5 atau angka 1 sampai dengan 7. Skala pengukuran ini menggunakan konsep jarak atau interval yang sama (equality interval) karena skala ini tidak menggunakan 0 (nol) sebagai titik awal perhitungan. Nilai skala interval bukan merupakan angka absolut, contoh jarak antara 1 km dengan 2 km sama dengan jarak antara 3 km dengan 4 km. Ukuran suhu (temperatur) merupakan contoh klasik tipe skala ini, suhu 40o Celcius tidak dapat dikatakan sebagai suhu yang dua kali lebih panas dari Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 6 Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 6



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



20o Celcius. Penunjuk waktu (kalender atau jam) merupakan contoh skala interval, jumlah hari antara tanggal 1 sampai dengan tanggal 4 adalah sama dengan jumlah hari antara tanggal 21 sampai dengan tanggal 24 (Indriantoro, 2002 : 99). 4; Skala Rasio (Ratio Scale)



Skala rasio merupakan skala pengukuran yang menunjukkan kategori, peringkat, jarak dan perbandingan data yang diukur. Skala rasio menggunakan nilai absolut, sehingga memperbaiki kelemahan skala interval yang menggunakan nilai relatif (Indriantoro, 2002 : 101). Skala rasio banyak digunakan dalam penelitian-penelitan akuntansi dan manajemen keuangan. Contoh pengukuran skala rasio adalah nilai uang atau ukuran berat. Nilai uang sebesar satu juta rupiah merupakan kelipatan sepuluh kali dari nilai uang seratus ribu rupiah. Jika berat badan seseorang adalah 70 kilogram sama dengan dua kali lipat dari orang yang memiliki berat badan 35 kilogram. Berikut gambar tabel Skala Pengukuran : Tipe Pengukuran Kategori Peringkat Jarak Perbandingan Nominal Ya Tidak Tidak Tidak Ordinal Ya Ya Tidak Tidak Interval Ya Ya Ya Tidak Rasio Ya Ya Ya Ya Berikut Flowchart untuk menentukan skala pengukuran variabel : Skala



METODE PENSKALAAN Metode penskalaan adalah suatu cara untuk memberikan penilaian terhadap variabel-variabel sesuai dengan skalanya (nominal, ordinal, interval dan rasio).



Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 7 Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 7



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



Hartono (2014 : 82) secara garis besar menyatakan terdapat dua macam metode penskalaan yaitu : Skala Rating (Rating Scale) dan Skala Rangking (Ranking Scale).



Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 8 Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 8



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



1. Skala Rating (Rating Scale) Skala rating (rating scale) merupakan metode penskalaan untuk memberikan nilai (rating) suatu variabel. Beberapa skala rating yang sering digunakan adalah sebagai berikut : a; Skala Dikotomi (dichotomous scale)



Skala ini memberikan nilai dikotomi, misalnya nilai Ya atau Tidak. Tipe data yang digunakan adalah nominal. Contoh : Apakah anda mempunyai kartu kredit? Ya Tidak b; Skala Kategori (category scale) Skala ini memberikan nilai beberapa item untuk dipilih. Tipe data yang digunakan untuk skala ini adalah tipe nominal. Contoh : Pilih industri dari perusahaan : _______Pabrikan _______Jasa _______Gas dan Minyak _______Keuangan _______Lainnya c; Skala Likert (Likert Scale)



Skala ini digunakan untuk mengukur respon subjek ke dalam 5 poin skala dengan interval yang sama. Dengan demikian tipe data yang digunakan adalah tipe interval. Contoh, dengan menggunakan Skala Likert, apakah anda setuju dengan pendapat ini. Sangat tidak setuju



Tidak Setuju



Tidak Tahu



Setuju



Sangat Setuju



Kuliah di S2 menarik



1



2



3



4



5



Dosen memberikan wawasan



1



2



3



4



5



Dosen mengarahkan ke riset



1



2



3



4



5



Uraian



d; Skala Perbedaan Semantik (semantik differential scale)



Skala ini menggunakan dua buah nilai ekstrim (bipolar) dan subjek diminta untuk menentukan responsya di antara dua nilai tersebut di ruang yang disediakan yang disebut dengan ruang semantik. Tipe data yang digunakan adalah tipe interval. Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 9 Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 9



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



Contoh : Setuju __ __ __ __ __ Tidak Setuju Pintar __ __ __ __ __ Naif Besar __ __ __ __ __ Kecil e; Skala Numerik (numerik scale)



Skala ini sama dengan skala perbedaan semantik hanya mengganti ruang semantik yang disediakan dengan angka-angka numerik yang terdiri atas 5 atau 7 alternatif nomor untuk mengukur nilai tersebut. Tipe data yang digunakan adalah tipe interval. Contoh : Setuju 1 2 3 4 5 6 7 Tidak Setuju f; Skala Penjumlahan Tetap atau Konstan (fixed or constant sum scale) Pada metode skala ini, subjek diminta untuk mendistribusikan nilai responsya ke dalam beberapa item yang sudah disediakan dengan jumlah yang tetap. Tipe data yang digunakan adalah tipe rasio. Contoh : Di dalam memilih pendidikan S2, tentukan besarnya nilai alokasi yang Anda berikan dengan total nilai 100 poin. Fasilitas Komputer ____ Fasilitas Basis Data ____ Kenyamanan Kuliah ____ Gelar Dosen Tetap ____ Materi Kuliah Total



____ 100



g; Skala Stapel (staple scale)



Skala ini dimaksudkan tidak hanya mengukur intensitas respons dari subjek tetapi juga arah responsnya. Karena nilai nol tidak disebutkan dengan eksplisit, maka tipe data yang digunakan adalah tipe interval. Contoh :



Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 10 Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 10



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



Tunjukan bagaiamana Anda menilai dosen yang mengajar di kelas dengan melingkari nilai jawabannya. +3 +3 +3 +2 +2 +2 +1 +1 +1 Serius Menarik Pintar -1 -1 -1 -2 -2 -2 -3 -3 -3 h; Skala grafik (grafik scale)



Skala ini menggunakan grafik skala dan subjek memberi tanda pada tempat di grafik untuk responsnya. Tipe data yang digunakan adalah tipe interval. Contoh : Bagaimana Anda Secara umum menilai dosen dimata kuliah ini



10 memuaskan 5



cukup baik



1



sangat mengecewakan



2. Skala Rangking (Ranking Scale) Skala rangking adalah suatu metode penskalaan dengan membandingkan dua atau lebih objek untuk memilih objek yang lebih baik. Beberapa skala rangking adalah skala perbandingan-berpasangan (pair-comparison scale), skala rangking dipaksakan (forced ranking scale) dan skala komparatif (comparative scale). a; Skala perbandingan-berpasangan (paired-comparison scale)



Skala perbandingan-berpasangan digunakan untuk memilih salah satu dari dua objek secara berpasangan. Jumlah pasangan yang ada adalah sebanyak (n x (n-1) / 2) dengan n adalah jumlah objek. Misalnya jumlah objek adalah 3, maka jumlah pasangan perbandingan adalah (3 x (3-1) /2) = 3. Tipe data yang digunakan adalah ordinal. Contoh : Di antara kandidat pasangan presiden dan wakil presiden, mana yang anda pilih menjadi presiden perusahaan saudara : ___Ali ___Ali ___Ali ___Basuki ___Ceri ___Didik ___Basuki ___Ceri



___Basuki ___Didik



___Ceri ___Didik



b; Skala rangking dipaksakan (forced ranking scale) Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 11 Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 11



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



Skala ini mengurutkan langsung relatif satu terhadap lainnya. Tipe data yang digunakan adalah ordinal. Contoh : Di antara kandidat presiden, mana yang anda pilih menjadi presiden perusahaan saudara (beri nilai rangking 1 sampai dengan 5) : ___Aul ___Iwan ___Sadad ___Lukman ___Ibrahim c; Skala komparatif (comparatif scale)



Skala ini membandingkan dengan standar atau benchmark yang lainnya. Tipe data yang digunakan adalah ordinal. Contoh : Dibandingkan dengan kinerja manajer periode kemarin, kinerja manajer sekarang : Inferior Hampir sama Superior 1 2 3 4 5 VALIDITAS SKALA Suatu skala pengukuran disebut valid bila ia melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya di ukur. Bila skala pengukuran tidak valid maka ia tidak bermanfaat bagi peneliti karena tidak mengukur atau melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Secara konseptual, dibedakan 3 macam jenis validitas, yaitu Validitas isi (content validity), validitas yang berkaitan dengan kriteria (criterion-related validity) dan validitas konstruk (construct validity) (Kuncoro : 2003:151). 1; Validitas Isi (Content Validity)



Validitas isi memastikan bahwa ukuran telah cukup memasukkan sejumlah item yang representatif dalam menyusun sebuah konsep. Semakin besar skala item dalam mewakili semesta konsep yang diukur, maka semakin besar validitas isi. Dengan kata lain, validitas isi adalah sebuah fungsi yang menunjukkan seberapa baik



dimensi



dan



elemen



sebuah



konsep



digambarkan.



Face



validity



dipertimbangkan oleh sebagian ahli sebagai dasar dan indeks yang sangat minimum bagi validitas isi. Face validity menunjukkan bahwa seolah-olah sebuah item



Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 12 Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 12



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



mengukur sebuah konsep. Sebagian peneliti tidak menganggap Face validity sebagai komponen validitas isi yang valid (Kuncoro, 2003 : 151-152). 2; Validitas yang berkaitan dengan kriteria (Criterion-related Validity)



Validitas yang berkaitan dengan kriteria terjadi ketika sebuah ukuran membedakan individual pada kriteria yang diperkirakan. Hal ini dapat dilakukan dengan menetapkan concurrent validity atau predictive validity (Kuncoro, 2003:152) Concurrent validity terjadi ketika skala yang ditetapkan dapat membedakan individual yang telah diketahui berbeda, sehingga, skor untuk masing-masing instrumen harus berbeda. Sebagai contoh, jika ukuran etika kerja dikembangkan dan diterapkan pada sekelompok masyarakat yang hidup dari jaminan sosial, maka skala harus membedakan kelompok yang antusias dalam memperoleh pekerjaan dan kelompok yang tidak bersedia untuk bekerja walaupun ditawari pekerjaan. Bagi kelompok yang memiliki nilai etika kerja yang tinggi akan berusaha memperoleh pekerjaan sesegera mungkin. Sebaliknya, kelompok dengan nilai etika kerja yang rendah akan memanfaatkan setiap kesempatan untuk tetap mendapatkan jaminan sosial tanpa harus bekerja. Jika kedua jenis kelompok tersebut memiliki skor yang sama dalam skala etika kerja, maka pengujiannya bukan merupakan pengukuran etika kerja, tetapi pasti hal lain. Predictive validity menunjukan kemampuan sebuah instrumen pengukuran dalam membedakan individu dalam kriteria masa depan. Sebagai contoh, uji kecerdasan atau uji kemampuan dilakukan pada para pekerja pada saat seleksi penerimaan diharapkan mampu untuk membedakan setiap individual dalam kinerjanya di masa mendatang. Pekerja dengan hasil tes yang tinggi diharapkan memiliki kinerja yang tinggi dalam melakukan pekerjaannya, dan sebaliknya (Kuncoro, 2003 : 153). 3; Validitas Konstruk (Construct validity)



Validitas konstruk membuktikan seberapa bagus hasil yang diperoleh dari penggunaan ukuran sesuai dengan teori dimana pengujian dirancang. Hal ini dinilai dengan convergent validity dan discriminant validity. Convergent validity terjadi ketika skor yang dihasilkan oleh dua buah instrumen yang mengukur konsep yang sama memiliki korelasi yang tinggi. Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 13 Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 13



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



Disciminant validity terjadi ketika berdasarkan teori, dua buah variabel diperkirakan tidak berkorelasi dan skor pengukuran yang dihasilkan juga menunjukkan tidak berkorelasi secara empiris (Kuncoro, 2003 : 154). RELIABILITAS SKALA Reliabilitas menunjukkan konsistensi dan stabilitas dari suatu skor (skala pengukuran). Reliabilitas berbeda dengan validitas karena yang pertama memusatkan perhatian pada masalah konsistensi, sedang yang kedua lebih memperhatikan masalah ketepatan. Dengan demikian, reliabilitas mencakup dua hal utama, yaitu : stabilitas ukuran dan konsistensi internal ukuran. 1; Stabilitas Ukuran



Stabilitas ukuran menunjukkan kemampuan sebuah ukuran untuk tetap stabil atau tidak rentan terhadap perubahan situasi apapun. Kestabilan ukuran dapat membuktikan kebaikan sebuah ukuran dalam mengukur sebuah konsep. Terdapat dua jenis uji stabilitas, yaitu test-retest reliability dan reliabilitas bentuk pararel. a; Test-retest reliability, yaitu koefisien reliabilitas yang diperoleh dari pengulangan pengukuran konsep yang sama dalam dua kali kesempatan. Yaitu ketika kuesioner yang berisi item-item untuk mengukur konsep yang sama diberikan kepada responden pada saat ini dan diberikan kembali pada responden yang sama dalam waktu yang berbeda (misalnya, 2 minggu – 6 bulan). Kemudian korelasi antar skor yang diperoleh dari responden yang sama dengan dua waktu berbeda inilah yang disebut dengan koefisien test-retest. Semakin tinggi koefisien, semakin baik test-retest reliability, sehingga semakin stabil sebuah ukuran untuk waktu yang berbeda. b; Reliabilitas bentuk pararel terjadi ketika respon dari dua pengukuran yang sebanding dalam menyusun konstruk yang sama memiliki korelasi yang tinggi. Kedua bentuk pengukuran memiliki item yang serupa dan format respon yang sama dengan sedikit perubahan dalam penyusunan kalimat dan urutan pertanyaan. Jika dua bentuk pengukuran yang sebanding memiliki korelasi yang tinggi (katakan 0,8 atau lebih), maka dapat dipastikan ukuran tersebut dapat dipercaya (reliable) dengan kesalahan varian minimal karena faktor penyusunan kalimat dan urutan pertanyaan (Kuncoro, 2003 : 154). 2; Konsistensi Internal Ukuran Konsistensi internal ukuran merupakan indikasi homogenitas item-item yang ada dalam ukuran yang menyusun konstruk. Dengan kata lain, item-item yang ada harus “sama” dan harus mampu mengukur konsep yang sama secara independen, sedemikian rupa sehingga responden seragam dalam mengartikan setiap item. Hal Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 14 Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 14



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



ini dapat dilihat dengan mengamati apakah item dan subset item dalam instrumen pengukur memiliki korelasi yang tinggi. Konsistensi ukuran dapat diamati melalui reliabilitas konsistensi antar item (interitem consistency reliability dan split-half reliability). a; Reliabilitas konsistensi antar item adalah konsistensi jawaban responden untuk semua item dalam ukuran. Ketika sebuah item merupakan ukuran yang independen untuk dua buah konsep yang sama, maka item-item tersebut akan saling berkorelasi. b; Split-half reliability menujukkan korelasi antara dua bagian instrumen. Estimasi split-half reliability akan berbeda, tergantung pada bagaimana itemitem dalam ukuran dibagi ke dalam dua bagian (Kuncoro, 2003 : 155). B; KLASIFIKASI VARIABEL



Teori-teori dalam ilmu sosial memberikan gambaran sistematis mengenai fenomena sosial melalui hubungan dua variabel atau lebih. Hubungan antar variabel pada dasarnya merupakan simplifikasi dari gambaran fenomena-fenomena sosial yang sebenarnya bersifat kompleks. Banyak faktor yang saling terkait dalam suatu fenomena sosial. Penelitian kuantitatif umumnya menggunakan asumsi dan batasan pada faktor-faktor tertentu yang diamati dalam benttuk variabel-variabel penelitian. Faktor-faktor lain yang tidak diamati diasumsikan sebagai faktor-faktor yang tidak terkait secara signifikan dengan fenomena tertentu yang diteliti. Variabel menurut Indriantoro (2002 : 61) adalah segala sesuatu yang dapat diberi berbagai macam nilai. Variabel merupakan proksi atau representasi dari construct yang dapat diukur dengan berbagai macam nilai. Dimana construct adalah abstraksi konsep dari fenomena-fenomena kehidupan nyata yang dapat diamati. Variabel merupakan mediator antara construct yang abstrak dengan fenomena yang nyata. Variabel memberikan gambaran yang lebih nyata mengenai fenomena-fenomena yang digeneralisasi dalam construct. Variabel dapat diukur dengan berbagai macam nilai tergantung pada construct yang diwakilinya. Nilai variabel dapat berupa angka atau berupa atribut yang menggunakan ukuran atau skala dalam suatu kisaran nilai. Variabel penelitian dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa pendekatan, diantaranya adalah berdasarkan :



Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 15 Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 15



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



1; Fungsi variabel, diklasifikasikan berdasarkan fungsi variabel dalam hubungan antar



variabel, yaitu : a; Variabel Independen dan Variabel Dependen. Variabel independen (variabel yang diduga sebagai sebab) adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain. Sedangkan variabel dependen (variabel yang diduga sebagai akibat) adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Penjelasan dan prediksi fenomena secara sistematis digambarkan dengan variabilitas variabelvariabel dependen yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel-variabel independen. Bentuk hubungan antara variabel independen dan variabel dependen adalah berupa hubungan korelasional dan hubungan sebab-akibat dimana hubungan diantara kedua variabel tersebut dapat bersifat positif atau negatif (Indriantoro, 2002:63). Contoh penelitian yang menggunakan lebih dari satu variabel dependen dan variabel independen antara lain penelitian yang menguji : - Pengaruh pengumuman right issue (variabel independen) terhadap tingkat keuntungn (variabel dependen) dan likuiditas (variabel dependen). - Pengaruh desentralisasi (variabel independen) dan karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen (variabel independen) terhadap kinerja manajerial (variabel dependen). b; Variabel Moderating Variabel moderating adalah tipe variabel-variabel yang memperkuat atau memperlemah hubungan langsung antara variabel independen dengan variabel dependen. Variabel moderating merupakan tipe variabel yang mempunyai pengaruh terhadap sifat atau arah hubungan antar variabel. Sifat atau arah hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel-variabel dependen kemungkinan positif atau negatif tergantung pada variabel moderating itu sendiri. Oleh karena itu, variabel moderating disebut pula dengan variabel contigency.



Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 16 Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 16



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



Contoh gambar ilustrasi Pengaruh variabel moderating terhadap hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen (Indriantoro, 2002:66). Partisipasi (Variabel independen)



Kinerja (Variabel dependen)



Struktur organisasi (Variabel moderating) c; Variabel Intervening



Variabel intervening adalah tipe variabel-variabel yang mempengaruhi hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel-variabel dependen menjadi hubungan yang tidak langsung. Variabel intervening merupakan variabel yang terletak diantara variabel-variabel independen dengan variabel-variabel dependen, sehingga variabel independen tidak langsung menjelaskan atau mempengaruhi variabel dependen. Contoh gambar ilustrasi hubungan antara variabel independen, variabel intervening dan variabel dependen (Indriantoro, 2002:67). Motivasi 2; Skala nilai variabel, diklasifikasikan menjadi : (Variabel intervening) a; Variabel kontinyu (continuous variable)



adalah tipe variabel-variabel penelitian yang memiliki kumpulan nilai yang teratur dalam kisaran tertentu, menggambarkan tingkat atau jarak berdasarkan skala pengukuran tertentu. Partisipasi Kinerja x (Variabel independen) (Variabel dependen) Contoh, perbedaan lebih atau kurang, perbedaan tinggi-sedang-rendah, ataupun skor nilai yang berbeda dan mempunyai jarak 1 sampai dengan 7. Tipe skala ini sering digunakan dalam penelitian-penelitian teori keperilakuan. b; Variabel kategoris (categorical variable) adalah tipe variabel-variabel penelitian yang memiliki nilai berdasarkan kategori tertentu atau lebih dikenal dengan sebutan skala nominal. Skala nilai pada variabel ini hanya merupakan label untuk mengidentifikasi kategori atau kelompok variabel yang bersangkutan. Contoh variabel dikotomi jenis kelamin (pria-wanita), perilaku (baik-buruk), sikap (positif-negatif) atau variabel kategoris politomis seperti agama, tingkat pendidikan dan kewarganegaraan. 3; Perilaku terhadap variabel Karakteristik penelitian eksperimen adalah adanya manipulasi terhadap variabel tertentu. Manipulasi dalam hal ini berarti memberikan perlakuan yang berbeda Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 17 Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 17



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



kepada kelompok yang berbeda. Klasifikasi variabel berdasarkan pada perlakuan peneliti terhadap variabel penelitian bermanfaat untuk mengetahui perrbedaan antara variabel-variabel yang dimanipulasi dengan variabel-variabel yang tidak dimanipulasi. Variabel penelitian dapat diklasifikasikan berdasarkan perlakuan peneliti terhadap suatu variabel yaitu : a; Variabel aktif, adalah variabel-variabel penelitian yang dimanipulasi untuk keperluan penelitian eksperimen. Contoh : kondisi suhu ruangan, jumlah barang dan lainnya b; Variabel atribut, adalah variabel-variabel penelitian yang tidak dapat dimanipulasi. Contoh variabel penelitian yang tidak dapat dimanipulasi, misal variabel-variabel yang berkaitan dengan karakterisitk manusia : intelegensi, sikap, jenis kelamin, status sosial-ekonomi.



C; KONSEPTUAL DAN OPERASIONALISASI VARIABEL



Definisi konseptual adalah pernyataan yang mengartikan atau memberi makna suatu konsep istilah tertentu. Definisi konseptual merupakan penggambaran secara umum dan menyeluruh yang menyiratkan maksud dan konsep atau istilah tersebut bersifat konstitutif. Definisi lain dari Definisi konsepsi (definisi konstitutif) adalah definisi yang diperoleh dari kamus yaitu definisi akademik dan mengandung pengertian yang universal untuk suatu kata atau kelompok kata. Definisi ini biasanya bersifat abstrak dan formal. Sedangkan Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang di amati ketika melakukan pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena dengan menggunakan parameter yang jelas. Definisi operasional juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen. Konsep definisi konseptual dan definisi operasional diperlukan untuk memudahkan penulis dalam meneliti suatu penelitian ilmiah. Definisi konseptualisasi dan operasionalisasi ini dibutuhkan dalam penelitian karena terkadang setiap orang memiliki interpretasi yang berbeda-beda dalam mengartikan kalimat atau istilah-istilah sehingga kemudian nantinya maksud yang ingin disampaikan dari peneliti tidak tersampaikan dengan semestinya. Definisi konsep terbagi menjadi dua yaitu definisi konseptual (konstitutif) dan definisi operasional. Definisi konsep ini diperlukan untuk pengukuran variabel yang abstrak atau yang tidak mudah terhubung dengan fakta. Bahasan pertama adalah definisi konseptual yang merupakan pernyataan yang mengartikan atau memberi makna suatu Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 18 Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 18



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



konsep atau istilah tertentu. Definisi konseptual merupakan penggambaran secara umum dan menyeluruh yang menyiratkan maksud dari konsep atau istilah tersebut, bersifat konstitutif (merupakan definisi yang disepakati oleh banyak pihak dan telah dibakukan di kamus bahasa), formal dan mempunyai pengertian yang abstrak. Secara sederhana, definisi konstitutif/konseptual ini adalah mendefinisikan suatu konsep dengan konstruk yang lainnya. Definisi konseptual ini lebih bersifat hipotetikal dan “tidak dapat diobservasi”. Hal ini dikarenakan definisi konseptual merupakan suatu konsep yang didefinisikan dengan referensi konsep yang lain. Definisi konseptual bermanfaat untuk membuat logika dalam proses perumusan hipotesa. Mochtar Mas’oed mensyaratkan sifat kondisi konseptual meliputi beberapa hal, di antaranya adalah definisi harus menggambarkan ciri-ciri khas dari fenomena yang hendak dideskripsikan; definisi juga harus berisi semua hal yang diliputinya dan tidak memasukan hal-hal yang tidak diliputinya; definisi itu tidak boleh bersifat sirkuler (definisi yang harus didefinisikan lagi) sehingga definisi yang diuraikan sudah benarbenar jelas; dan definisi harus dinyatakan dalam istilah yang jelas dan tidak memiliki arti lebih dari satu. Sementara itu, definisi operasional adalah memberikan pengertian terhadap konstruk atau variabel dengan menspesifikasikan kegiatan atau tindakan yang diperlukan peneliti untuk mengukur atau memanipulasinya. Definisi operasional juga bisa didefinisikan sebagai serangkaian langkah-langkah prosedural dan sistematis yang menggambarkan kegiatan demi mendapatkan eksistensi empiris dari suatu konsep. Definisi operasional ini merupakan jembatan antara tingkat konseptual yang bersifat teoritis dengan tingkat pengamatan yang bersifat empiris. Sehingga kemudian keduanya bisa dicari titik temunya. Namun dalam penelitian kualitatif, definisi operasional, bahkan dalam model penelitian tertentu, tidak perlu digunakan, karena penelitian kualitatif tidak bertujuan untuk mengukur variabel. Jika penelitian kualitatif mencantumkan definisi operasional, maka peneliti telah membatasi subjek penelitian, batasan untuk berpendapat atau penggambaran pengalaman dari subjek penelitian. Di posisi ini ia telah menggunakan prespektif etik dan bukanlah prespektif emik (perspektif yang menjadi ciri penelitian kualitatif). Penekanan pengertian definisi operasional ialah pada kata “dapat diobservasi”, sehingga apabila seorang peneliti melakukan suatu observasi terhadap suatu gejala atau obyek, maka peneliti lain juga dapat melakukan hal yang sama, yaitu mengidentifikasi apa yang telah didefinisikan oleh peneliti pertama. Secara ilmiah definisi operasional ini digunakan menjadi dasar dalam pengumpulan data sehingga tidak terjadi bias terhadap data apa yang diambil. Dalam pemakaian praktis, definisi Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 19 Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 19



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



operasional dapat berperan menjadi penghilang bias dalam mengartikan suatu ide/maksud yang biasanya dalam bentuk tertulis. Definisi operasional ini dibutuhkan untuk membatasi parameter atau indikator yang diinginkan peneliti dalam sebuah penelitian sehingga apapun variabel penelitiannya yang digunakan maka semuanya hanya muncul dari konsep tersebut. Dalam menyusun definisi operasional, definisi tersebut sebaiknya dapat mengidentifikasi seperangkat kriteria unik yang dapat diamati. Semakin unik suatu definisi operasional, maka semakin bermanfaat. Karena definisi tersebut akan banyak memberikan informasi kepada peneliti, dan semakin menghilangkan obyek-obyek atau pernyataan lain yang muncul dalam mendifinisikan sesuatu hal yang tdiak kita inginkan tercakup dalam definisi tersebut secara tidak sengaja dan dapat meningkatkan adanya kemungkinan makna variabel dapat direplikasi. Sekalipun demikian, keunikan/kekhususan tersebut tidak menjadi penghalang keberlakuannnya secara umum suatu konsep yang merupakan ciri validitas eksternal bagi desain penelitian yang dibuat. Terdapat dua definisi operasional yang dapat diketahui yaitu definisi operasional pengukuran dan definisi operasional eksperimental. Definisi operasional yang dapat diukur menyatakan suatu konsep yang dapat diukur dalam penyelidikan. Sedangkan Definisi operasional eksperimental peneliti menguraikan secara rinci variable-variabel yang diteliti. Sebuah definisi operasional yang baik memiliki beberapa ciri-ciri tertentu, diantaranya adalah apabila lebih dari satu orang melihat/membaca ide/maksud yang dituliskan/dibicarakan kemudian mendapatkan pengertian/pemahaman yang sama dengan menggunakan kerangka definisi operasional yang sama (objektivitasnya terbukti), lalu tidak menggunakan suatu arti atau maksud yang berbeda/berlawanan dari arti yang telah diterima secara umum (validitasnya terbukti). Terdapat tiga pendekatan untuk menyusun definisi operasional, yaitu disebut Tipe A, Tipe B dan Tipe C antara lain :  Pertama adalah definisi operasional tipe A yang dapat disusun berdasarkan pada operasi yang harus dilakukan, sehingga menyebabkan gejala atau keadaan yang didefinisikan menjadi nyata atau dapat terjadi. Dengan menggunakan prosedur tertentu peneliti dapat membuat gejala menjadi nyata.  Kedua adalah definisi operasional tipe B yang dapat disusun berdasarkan pada bagaimana obyek tertentu yang didefinisikan dapat dioperasionalisasikan, yaitu berupa apa yang dilakukannya atau apa yang menyusun karaktersitik-karakteristik dinamisnya.



Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 20 Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 20



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]







Ketiga adalah definisi operasional tipe C dapat disusun didasarkan pada penampakan seperti apa obyek atau gejala yang didefinisikan tersebut, yaitu apa saja yang menyusun karaktersitik-karaktersitik statisnya. Ada beberapa langkah dalam menyusun definisi operasional variabel, yaitu : 1; Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengembalikan variabel penelitian ke bentuk awal, yaitu konsep penelitian. Peneliti harus mendefinisikan konsep penelitian sesuai dengan definisi-definisi yang telah diberikan oleh para ahli yang relevan dengan konsep penelitiannya. Contohnya jika konsep penelitiannya adalah “motivasi kerja”, maka peneliti harus menemukan definisi “motivasi kerja” yang telah banyak diakui kebenarannya oleh para pakar di bidang tersebut. Dalam tahapan ini studi kepustakaan menjadi salah satu tahap yang harus dilalui. Melalui studi kepustakaan yang mendalam dan memadai, peneliti akan mampu merumuskan definisi konsep penelitiannya dengan benar. Jadi ketika konsep penelitiannya adalah tentang “motivasi kerja” maka kepustakaan atau literatur tentang konsep tersebut harus benar-benar dipahami dengan baik oleh peneliti. 2; Langkah berikutnya adalah menemukan cara mengetahui besaran (ukuran) dari variabel penelitian berdasarkan definisi konseptual, atau dengan kata lain mulai mengoperasionalisasikan variabel penelitian. Agar lebih cepat dipahami simaklah contoh berikut ini. Kita ambil satu contoh penelitian tentang kepuasan kerja yang menggunakan konsep JDI (Job Descriptive Index). Terlebih dahulu ditentukan definisi konseptualnya, kemudian disusun definisi operasionalnya. Agar lebih dipahami, sebaiknya definisi konseptual dan operasional variabel penelitian dimasukan ke dalam satu tabel seperti di bawah ini yang isi dalam tabel merupakan komponen penyusun definisi operasional. Ada 5 komponen penyusunan definisi operasional antara lain : 1. Variabel 2. Definisi 3. Hasil Ukur 4. Skala Data 5. Cara ukur Contoh proses penyusunan definisi operasional variabel ke dalam satu tabel dengan Kepuasan Kerja sebagai variabel, dan definisi konseptualnya berdasarkan konsep JDI (Job Descriptive Index) : Variabel



Definisi Konseptual



Definisi Operasional Dimensi



Skor Sikap



Skala Pengukuran



Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 21 Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 21



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



Kepuasan Kerja



Sikap pekerja terhadap dimensidimensi pekerjaan



1; Upah/gaji



Sangat Tidak Suka: 1 Tidak Suka: 2 2; Pekerjaan itu sendiri Cukup: 3 Suka: 4 3; Rekan kerja Sangat Suka: 5 4; Atasan



5; Promosi



Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 22 Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 22



Interval



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



Ringkasan



[METODE PENELITIAN KUANTITATIF]



DAFTAR PUSTAKA Hartono, Jogiyanto. 2014. Metodologi Penelitian Bisnis. Salah Kaprah dan PengalamanPengalaman. Edisi 6. Yogyakarta, Indonesia : BPFE-Yogyakarta. Indriantoro, Nur., & Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis. Untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. Yogyakarta, Indonesia : BPFEYogyakarta. Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi. Yogyakarta, Indonesia : Penerbit Erlangga. http://smartstat.wordpress.com/2010/02/20/skala-pengukuran-variabel/ tgl. 20-7-2015 jam 20.22 wita.



diunduh



http://expresisastra.blogspot.com/2013/09/Variabel-Definisi-Operasionaldan-Hipotesa-Penelitian.html diunduh tgl. 21-7-2015 jam 21.22 wita. http://hasanmustafa.blogspot.com/2011/03/definisi-operasionalvariabel_28.html diunduh tgl 21-7-2015 jam 21.25 wita.



Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 23 Kelompok 5 |Pengukuran Variabel 23