RPP Cerpen [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah



: Sekolah Menengah Atas



Mata Pelajaran



: Bahasa Indonesia



Kelas / Semester



: XI /Gasal



Materi Pokok



: Cerita Pendek (Cerpen)



Alokasi Waktu



: 2x90 menit (2 pertemuan)



A. Kompetensi Inti K.I 1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. K.I 2 Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja dan



menunjukkan



sama, toleransi, damai), santun, responsif dan proaktif sikap



sebagai



bagian



dari solusi



atas



berbagai



permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. K.I 3 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, bedasarkan rasa ingatannya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan. Kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang keajian pada spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. K.I 4 Mengolah, menelaah, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.



B. Kompetensi Dasar dan Indikator No Kompetesi Dasar



No



3.9 Menganalisis unsur-unsur



3.8.1 Menentukan unsur-unsur



pembangun cerita pendek.



Indikator



pembangun cerita pendek. 3.8.2 Menelaah struktur teks cerita pendek berdasarkan struktur dan kaidah.



3.8.3 Peserta didik belajar cara menganalisis isi teks berdasarkan kata ganti, baik kata ganti orang pertama, kedua, dan ketiga. 4.9 Mengkonstruksi sebuah cerita



4.9.1 Menentukan topik dalam



pendek dengan memperhatikan unsur-unsur pembangun cerpen.



kehidupan cerita pendek. 4.9.2 Menulis cerita pendek dengan unsur-unsur pembangun.



C. Tujuan Pembelajaran 1. Peserta didik dapat menentukan unsur-unsur pembangun cerita pendek. 2. Peserta didik dapat menelaah struktur teks cerita pendek berdasarkan struktur dan kaidah. 3. Peserta didik dapat menentukan topik dalam kehidupan cerita pendek. 4. Peserta didik dapat menulis cerita pendek dengan unsur-unsur pembangun. D. Materi Pembelajaran 1. Pengertan Cerita Pendek Cerita pendek merupakan salah satu karya sastra yang memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi. Dalam cerita pendek, kita akan banyak menemukan berbagai karakter tokoh, baik protagonis maupun antagonis. Keduanya merupakan cerminan nyata dari kehidupan di dunia. Namun, dari karakter tokoh tersebut kita dapat menemukan nilai-nilai kehidupan, yaitu perbuatan baik yang harus kita tiru dan perbuatan buruk yang harus kita jauhi. Sesuai dengan namanya, cerita pendek (cerpen) adalah cerita yang menurut wujud fisiknya berbentuk pendek. Ukuran panjang pendeknya suatu cerita memang relatif. Namun, pada umumnya cerita pendek merupakan cerita yang habis dibaca sekitar sepuluh menit atau setengah jam. Jumlah katanya sekitar 500 – 5.000 kata. Olek karena itu, cerita pendek sering diungkapkan dengan “cerita yang dapat dibaca dalam sekali duduk”. 2. Pengertian dan Jenis Deiksis Menurut Chaer (2010: 31), deiksis adalah kata atau kata-kata yang rujukannya tidak tetap. Dapat berpindah dari satu maujud ke maujud yang lain. Kata-kata deiksis ini adalah kata-kata yang menyatakan waktu, menyatakan tempat, dan yang



berupa kata ganti. a. Deiksis Orang (Persona) Menurut Yule (2014: 15), deiksis persona dibagi menjadi tiga pembagian dasar, dicontohkan dengan kata ganti orang pertama (saya), orang kedua (kamu), dan orang ketiga (dia laki-laki, dia perempuan, atau dia barang/sesuatu). b. Deiksis Tempat Deiksis tempat diuraikan di antara banyak parameter yang sama dan berlaku pada deiksis waktu. Hal ini disebabkan, misalnya karena acuan pada tempat dapat bersifat absolut atau relatif. Acuan absolut pada tempat menempatkan objek atau orang pada panjang atau luas khusus, sedangkan acuan relatif menempatkan orang dan tempat dalam kaitannya satu sama lain dan dalam kaitannya dengan penutur (Cummings, 2007: 37). c. Deiksis Waktu Dalam deiksis waktu, leksem yang digunakan tidak hanya dipakai untuk menyampaikan jarak waktu kejadian tetapi juga kenyataan atau fakta kejadian. Menurut Purwodarminto (dalam Purwo, 1987: 71), bahasa Indonesia memiliki kata yang menggambarkan sampai dua hari sebelum dan sesuah empat hari setelah tuturan. Untuk menyebutkan satu hari kemarin digunakan frasa kemarin dulu, dan untuk menyebutkan satu hari sesudah besok dipakai (hari) lusa, dua hari sesudah besok kata tulat atau langkat, tiga hari sesudah besok kata tubin atau tungging. d. Deiksis Sosial Penyebutan deiksis sosial harus mencakup penyebutan deiksis orang tertentu menurut pendapat Cummings (2007: 32). Deiksis sosial ini menunjukkan atau mengungkapkan perbedaan-perbedaan kemasyarakatan yang terdapat antara peran peserta, terutama aspek peran sosial antara pembicara dan pendengar/ alamat dan antara pembicara dengan rujukan/ topik yang lain (Nababan, 1987: 42). e. Deiksis Wacana Dalam deiksis wacana, ungkapan linguistik digunakan untuk mengacu pada suatu bagian tertentu dari wacana yang lebih luas (Cummings, 2007: 40). Deiksis wacana mencakup anafora dan katafora. Anafora ialah penunjukan



kembali kepada sesuatu yang telah disebutkan sebelumnya dalam wacana dengan pengulangan atau substitusi. 3. Fungsi Bahasa dan Deiksis a. Fungsi Referensial Menurut Jacobson (dalam Sudaryanto, 1990: 12), fungsi referensial adalah fungsi bahasa yang mengacu pada pesan yang bertumpu pada aspek konteks atau membicarakan topik tertentu. b. Fungsi Emotif Fungsi emotif merupakan fungsi bahasa sebagai pengungkapan keadaan pembicara, yang bertumpu pada penutur (Sudaryanto, 1990: 12). c. Fungsi Konatif Fungsi konotatif merupakan fungsi bahasa yang mengungkap keinginan pembicara yang langsung atau segera dilakukan dan dipikirkan oleh penyimak. Fungsi ini bertumpu pada penerima (Sudaryato, 1990: 12). d. Fungsi Metalingual Fungsi metalingual merupakan penerangan terhadap kode atau sandi yang digunakan (Sudaryanto, 1990: 12). e. Fungsi Fatis Fungsi fatis menurut Jacobson (dalam Sudaryanto, 1990: 12), merupakan fungsi bahasa yang berperan sebagai pembuka, pembentuk, pemelihara kontak atau hubungan antara penutur dan mitra tutur atau pembicara dengan penyimak. f. Fungsi Puitis Fungsi puitis merupakan fungsi bahasa yang merupakan penyandi pesan. Fungsi ini bertumpu pada pesan atau amanat yang muncul jika seseorang meyampaikan suatu pesan dengan bahasa yang estetis (Sudaryanto, 1990: 12). g. Fungsi Deiksis Fungsi pemakaian deiksis sosial, yaitu, (1) sebagai salah satu bentuk efektivitas kalimat, misalnya: Porwil; (2) sebagai pembeda tingkat sosial seseorang membedakan tingkatan sosial penulis, orang yang dibicarakan dan membedakan tingkatan sosial penulis, orang yang dibicarakan dan pembaca, misalnya: Dr, prof; (3) Untuk menjaga sopan santun berbahasa, merupakan aspek sopan santun berbahasa misalnya: disabilitas; (4) untuk menjaga sikap



sosial kemasyarakatan, penggunaan sistem sapaan guna memperhalus bahasa misalnya: permisi. 4. Memahami Informasi tentang Nilai-Nilai Kehidupan dalam Cerita Pendek Untuk memahami isi suatu cerpen, termasuk nilai-nilai yang ada di dalamnya, kita sebaiknya mengawalinya dengan sejumlah pertanyaan. Dengan demikian, pemahaman kita terhadap cerpen itu akan lebih terfokus dan lebih mendalam. Pertanyaan-pertanyaan itu dapat dikelompokkan yakni mulai dari pemahaman literal, interpretatif, intergratif, kritis, dan kreatif. Untuk itu, kita pun dapat mengujinya dengan sejumlah pertanyaan seperti berikut. a. Pertanyaan liter 1) Di mana dan kapan cerita itu terjadi? 2) Siapa saja tokoh cerita itu? b. Pertanyaan interpretatif 1) Apa maksud tersembunyi di balik pernyataan tokoh A? 2) Bagaimana makna lugas dari perkataan tokoh B? c. Pertanyaan integratif 1) Bercerita tentang apakah cerpen di atas? 2) Apa pesan moral yang hendak disampaikan pengarang dari cerpennya itu? d. Pertanyaan kritis 1) Ditinjau dari sudut pandang agama, bolehkah tokoh C berbohong pada tokoh A? 2) Apa kelebihan dan kelemahan cerpen itu berdasarkan aspek kebahasaan yang digunakannya? e. Pertanyaan kreatif 1) Bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh A dalam cerpen itu? 2) Bagaimana kira-kira kelanjutan cerpen itu seandainya tokoh utamanya tidak dimatikan pengarang? 5. Menemukan nilai-nilai kehidupan cerita pendek Dengan mengajukan beragam pertanyaan tentang isi suatu teks, misalnya cerpen, kita akan sampai pada penemuan nilai dari teks itu. Adapun yang dimaksud dengan nilai dalam hal ini adalah sesuatu yang penting, berguna, atau bermanfaat bagi manusia. Pertanyaan kritis tentang kelebihan dan kelemahan cerpen itu, misalnya, akan sampailah pada jawaban tentang bermanfaat atau tidaknya bagi pembaca.



Nilai dari sebuah cerpen tidak hanya berkaitan dengan keindahan bahasa dan kompleksitas jalinan cerita. Nilai atau sesuatu yang berharga dalam cerpen juga berupa pesan atau amanat. Untuk menemukan keberadaan suatu nilai dalam cerpen, dapat mengajukan sejumlah pertanyaan, misalnya, sebagai berikut. a. Mengapa tokoh A mengatakan hal itu berkali-kali? b. Mengapa latar cerita itu di sekolah dan pada sore hari? c. Mengapa pengarang membuat jalan cerita seperti itu? d. Mengapa seorang tokoh dimatikan sementara yang lain tidak? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti itu akan membawa pada simpulan tentang nilai tertentu yang disajikan pengarang. 6. Nilai-nilai kehidupan Cerita Pendek a. Nilai sosial Sesama manusia harus saling membantu jika orang lain berada dalam kesusahan sebab kita adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. b. Nilai Moral Saling menghormati antarsesama dan jangan saling mengejek atau menghina. c. Nilai Agama Melakukan yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi yang dilarang olehNya, seperti mencemooh, berbohong dan lain-lain. d. Nilai Pendidikan Tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesulitan tetapi harus selalu berusaha. e. Nilai Budaya Memegang teguh adat istiadat atau kebiasaan di suatu masyarakat. E. MetodePembelajaran 1. Pendekatan



: Saintifik



2. Strategi



: Discovery Learning



3. Metode/model



: Observasi, demonstrasi, dan penugasan.



F. Media, Alat dan Sumber Pembelajaran 1. Media Pembelajaran Teks cerita pendek.



2. Alat Pembelajaran a. LCD b. Laptop 3. Sumber Pembelajaran a. Animasi Kesatria Keris Karya Antonius dan William Fajito. b. Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring. c. Kemdikbud. 2017. Bahasa Indonesia: Kelas XI. Jakarta:Kemdikbud. d. Bahan Ajar Menulis Cerpen di SMA Kelas XI. G. Kegiatan Pembelajaran 1. Pertemuan Pertama Kegiatan Pendahuluan



Alokasi



Deskripsi



Waktu



1. Guru memasuki ruangan dan mengucapkan salam. Peserta didik menjawab salam dari guru. Guru menanyakan kondisi



15 menit



kehadiran peserta didik dan peserta didik merespon. 2. Peserta



didik menerima



informasi



tentang keterkaitan



pembelajaran sebelumnya dengan yang akan dilaksanakan. 3. Peserta didik menerima informasi tentang kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan. 4. Peserta didik menerima pengarahan bahwa melalui topik pembelajaran ini agar dapat mengembangkan sikap santun, jujur, kerja sama, tanggung jawab, dan cinta damai. Inti



Mengamati 1. Peserta didik menyimak tayangan animasi Kesatria Keris Karya Antonius dan William Fajito. 2. Peserta didik mengamati tayangan animasi Kesatria Keris Karya Antonius dan William Fajito. Mempertanyakan 1. Peserta didik mempertanyakan tentang animasi Kesatria Keris Karya Antonius dan William Fajito. Mengumpulkan Informasi 1. Peserta didik mengumpulkan informasi tentang nilai-nilai



60 menit



Kegiatan



Alokasi



Deskripsi



Waktu



kehidupan yang ada dalam teks cerita pendek. 2. Peserta didik menganalisis nilai-nilai kehidupan yang ada dalam cerita pendek dengan cermat. 3. Peserta didik belajar menganalisis isi teks berdasarkan kata ganti orang pertama, kedua, dan ketiga. Menalar 1.



Peserta didik mendiskusikan dan menyimpulkan hasil analisisnya tentang teks cerita pendek.



2.



Peserta didik menyimpulkan nilai-nilai yang ada dalam teks cerita pendek.



4. Peserta



didik



belajar



dapat



menyebutkan



isi



teks



berdasarkan kata ganti orang pertama, kedua, dan ketiga. Mengomunikasikan 1.



Peserta didik mempresentasikan hasil analisis dengan rasa percaya diri.



2.



Peserta didik menanggapi presentasi teman/kelompok lain secara santun.



3.



Peserta didik menceritakan kembali teks cerita pendek yang sudah disimak/ ditonton/ dibaca/ didengar.



Penutup



1. Peserta didik dan guru menyimpulkan materi pelajaran. 2. Peserta didik melakukan refleksi proses pembelajaran melalui penilaian diri awal. 3. Peserta didik dan guru merencanakan tindak lanjut



pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya. 4. Peserta didik berdoa dan merespons salam di akhir



pembelajaran.



15 menit



1. Pertemuan Kedua Kegiatan Pendahuluan



Alokasi



Deskripsi



Waktu



1. Guru memasuki ruangan dan mengucapkan salam. Peserta didik menjawab salam dari guru. Guru menanyakan kondisi



15 menit



kehadiran peserta didik dan peserta didik merespon. 2. Peserta



didik menerima



informasi



tentang keterkaitan



pembelajaran sebelumnya dengan yang akan dilaksanakan. 3. Peserta didik menerima informasi tentang kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan. 4. Peserta didik menerima pengarahan bahwa melalui topik pembelajaran ini agar dapat mengembangkan sikap santun, jujur, kerja sama, tanggung jawab, dan cinta damai. Inti



Mengamati 1. Peserta didik mengamati teks ada bahan ajar Menulis Cerpen di SMA Kelas XI. Mempertanyakan 1. Peserta didik mempertanyakan tentang deiksis dan fungsinya pada bahan ajar Menulis Cerpen di SMA Kelas XI. Mengumpulkan Informasi 1. Peserta didik mengumpulkan informasi tentang deiksis dan fungsi dalam teks cerita pendek Kesatria Keris. 2. Peserta didik menganalisis deiksis dan fungsi dalam teks cerita pendek Kesatria Keris dengan cermat. Menalar 1. Peserta didik mendiskusikan dan menyimpulkan hasil analisisnya tentang deiksis dan fungsinya dalam teks cerita pendek Kesatria Keris dengan cermat. 2. Peserta didik menyimpulkan deiksis dan fungsinya teks cerita pendek Kesatria Keris dengan cermat. 3. Peserta didik belajar menulis cerpen setelah memahami



60 menit



Kegiatan



Deskripsi



Alokasi Waktu



penggunaan jenis deiksis dan fungsinya. Mengomunikasikan 1. Peserta didik mempresentasikan hasil analisis karya dengan rasa percaya diri. 2. Peserta didik menanggapi presentasi teman/kelompok lain



secara santun. Penutup



1. Peserta didik dan guru menyimpulkan materi pelajaran. 2. Peserta didik melakukan refleksi proses pembelajaran melalui penilaian diri awal. 3. Peserta didik dan guru merencanakan tindak lanjut



pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya. 4. Peserta didik berdoa dan merespons salam di akhir



pembelajaran.



G. PENILAIAN 1. Teknik Penilaian a. Sikap Observasi (jurnal) b. Pengetahuan Tes tertulis c. Ketrampilan Ketrampilan berbicara dan menulis



15 menit



2. Instrumen Penilaian a. Instrumen penilaian sikap



JURNAL PENGEMBANGAN SIKAP Nama Sekolah



: Sekolah Menengah Atas



Kelas/ Semester



: XI/ Semestrer I



Tahun Pelajaran



: 2018/ 2019



Nama No



Waktu



Peseta Didik



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.



Catatan



Butir



Perilaku



Sikap



Ttd



Tindak Lanjut



b. Instrumen Penilaian Pengetahuan KISI-KISI TES TERTULIS No



Level Kognitif



1



Pengetahuan



Lingkup Materi



Indikator



Indikator Soal



Teks



3.8.1



1. Dapat mengetahui



Cerita



Memahami



nilai-nilai yang ada



Pendek



informasi



dalam cerita pendek



tentang nilai-



yang telah dibaca/



nilai kehidupan



didengar.



No Soal



1



dalam teks cerita 2. Dapat mengetahui pendek.



nilai-nilai yang ada dalam cerita pendek



2



yang telah dibaca/ 3.8.2



didengar.



Menemukan



3. Dapat



nilai-nilai



menganalisis isi teks



kehidupan



berdasarkan kata



dalam cerita



ganti orang pertama,



pendek



kedua, dan ketiga.



3



4. Dapat menganalisis isi teks berdasarkan kata



4



ganti orang pertama, kedua, dan ketiga. 5. Dapat menuliskan hasil karya dalam bentuk cerpen setelah memahami jenis dan fungsi deiksis.



5



KRITERIA PENILAIAN No



Ukuran Jawaban



Soal



Skor



1.



Kelengkapan



10-20



2.



Kelengkapan



10-20



3.



Kelengkapan



10-20



4.



Kelengkapan



10-20



5.



Kelengkapan



10-20 JUMLAH SKOR



50-100



Penilaian proses: Lampiran Instrumen: Lembar Penilaian Konsep Diri Peserta Didik (Sikap Jujur) Nama Sekolah



: Sekolah Menengah Atas



Mata Pelajaran/ Materi Pokok



: Bahasa Indonesia / Teks Cerita Pendek



Nama Peserta Didik



:...............................................................



Kelas



:...............................................................



Bubuhkan tanda centang(√) dalam skala penilaian berikut sesuai diri kalian. Alternatif No.



Pernyataan



1.



Saya berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan



Ya



khusyuk. 2.



Saya berusaha belajar dengan sungguh-sungguh.



3.



Saya berusaha mematuhi segala peraturan yang berlaku.



√ √ √



4.



Saya datang dengan tepat waktu.







5.



Saya optimis bisa meraih prestasi.







6.



Saya berusaha bertanya tentang kesulitan dalam belajar.



7.



Saya



mengikuti



sungguh-sungguh.



proses



pembelajaran



dengan



√ √



Tidak







8.



Saya sudah menguasai materi dengan baik.



9.



Saya berusaha berperan aktif dalam diskusi.



10.



Saya berusaha menampilkan presentasi dengan baik.







JumlahSkorPerolehan



√ 9



Keterangan: Skala nilai: 8-10 alternatif YA = sangat baik = 4 6-7 alternatif YA = baik



=3



3-5 alternatif YA = kurang baik= 2 1-4 alternatif YA = tidak baik = 1



Nilai Sikap Jujur = Jumlah Skor Perolehan Alternatif YA = 9 alternatif YA =4 Yogyakarta, 20 Desember 2017 Penilai/peserta didik,



..............................................



Yogyakarta, 20 Desember 2017 Mengetahui,



Kepala Sekolah,



Imanuddin Hari S., S.Pd.



Guru Mata Pelajaran,



Aditiyas Tanjungsari



Lampiran Analisis Bahan Ajar



Bahan Ajar Cerita Pendek (Cerpen)



A. Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau subkompetensi dengan segala kompleksitasnya menurut Widodo dan Jasmadi (dalam Lestari, 2013:1). Pengertian ini menjelaskan bahwa suatu bahan ajar haruslah dirancang dan ditulis dengan kaidah intruksional karena akan digunakan oleh guru untuk membantu dan menunjang proses pembelajaran.



B. Cerita Pendek (Cerpen) Cerita pendek merupakan salah satu karya sastra yang memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi. Dalam cerita pendek, kita akan banyak menemukan berbagai karakter tokoh, baik protagonis maupun antagonis. Keduanya merupakan cerminan nyata dari kehidupan di dunia. Namun, dari karakter tokoh tersebut kita dapat menemukan nilai-nilai kehidupan, yaitu perbuatan baik yang harus kita tiru dan perbuatan buruk yang harus kita jauhi. Sesuai dengan namanya, cerita pendek (cerpen) adalah cerita yang menurut wujud fisiknya berbentuk pendek. Ukuran panjang pendeknya suatu cerita memang relatif. Namun, pada umumnya cerita pendek merupakan cerita yang habis dibaca sekitar sepuluh menit atau setengah jam. Jumlah katanya sekitar 500 – 5.000 kata. Olek karena itu, cerita pendek sering diungkapkan dengan “cerita yang dapat dibaca dalam sekali duduk”.



1. Memahami Informasi tentang Nilai-Nilai Kehidupan dalam Cerita Pendek Untuk memahami isi suatu cerpen, termasuk nilai-nilai yang ada di dalamnya, kita sebaiknya mengawalinya dengan sejumlah pertanyaan. Dengan demikian, pemahaman kita terhadap cerpen itu akan lebih terfokus dan lebih mendalam. Pertanyaan-pertanyaan itu dapat dikelompokkan yakni mulai dari pemahaman literal, interpretatif, intergratif, kritis, dan kreatif. Untuk itu, kita pun dapat mengujinya dengan sejumlah pertanyaan seperti berikut.



1. Pertanyaan literal a. Di mana dan kapan cerita itu terjadi? b. Siapa saja tokoh cerita itu? 2. Pertanyaan interpretatif? a. Apa maksud tersembunyi di balik pernyataan tokoh A? b. Bagaimana makna lugas dari perkataan tokoh B? 3. Pertanyaan integratif a. Bercerita tentang apakah cerpen di atas? b. Apa pesan moral yang hendak disampaikan pengarang dari cerpennya itu? 4. Pertanyaan kritis a. Ditinjau dari sudut pandang agama, bolehlah tokoh C berbohong pada tokoh A? b. Apa kelebihan dan kelemahan cerpen itu berdasarkan aspek kebahasaan yang digunakannya? 5. Pertanyaan kreatif a. Bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh A dalam cerpen itu? b. Bagaimana kira-kira kelanjutan cerpen itu seandainya tokoh utamanya tidak dimatikan pengarang?



2. Menemukan Nilai-Nilai Kehidupan dalam Cerita Pendek Dengan mengajukan beragam pertanyaan tentang isi suatu teks, misalnya cerpen, kita akan sampai pada penemuan nilai dari teks itu. Adapun yang dimaksud dengan nilai dalam hal ini adalah sesuatu yang penting, berguna, atau bermanfaat bagi manusia. Pertanyaan kritis tentang kelebihan dan kelemahan cerpen itu, misalnya, akan sampailah pada jawaban tentang bermanfaat atau tidaknya bagi pembaca. Nilai dari sebuah cerpen tidak hanya berkaitan dengan keindahan bahasa dan kompleksitas jalinan cerita. Nilai atau sesuatu yang berharga dalam cerpen juga berupa pesan atau amanat. Untuk menemukan keberadaan suatu nilai dalam cerpen, dapat mengajukan sejumlah pertanyaan, misalnya, sebagai berikut. 1. Mengapa tokoh A mengatakan hal itu berkali-kali? 2. Mengapa latar cerita itu di sekolah dan pada sore hari? 3. Mengapa pengarang membuat jalan cerita seperti itu? 4. Mengapa seorang tokoh dimatikan sementara yang lain tidak? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti itu akan membawa pada simpulan tentang nilai tertentu yang disajikan pengarang.



3. Cerita Pendek yang digunakan untuk Bahan Ajar



Robohnya Surau Kami oleh A.A. Navis



Alangkah tercengangnya Haji Saleh, karena di neraka itu banyak temannya di dunia terpanggang panas, merintih kesakitan. Dan ia tambah tak mengerti lagi dengan keadaan dirinya, karena semua orang yang dilihatnya di neraka tak kurang ibadatnya dari dia sendiri. Bahkan, ada salah seorang yang telah sampai empat belas kali ke Mekah dan bergelar Syeh pula. Lalu Haji Saleh mendekati mereka, lalu bertanya kenapa mereka di neraka semuanya. Tetapi sebagaimana Haji Saleh, orang-orang itu pun tak mengerti juga. “Bagaimana Tuhan kita ini?” kata Haji Saleh kemudian. “Bukankah kita disuruh-Nya taat beribadah, teguh beriman? Dan itu semua sudah kita kerjakan selama hidup kita. Tapi kini kita dimasukkan ke neraka.” “Ya. Kami juga berpendapat demikian. Tengoklah itu, orang-orang senegeri kita semua, dan tak kurang ketaatannya beribadat.” “Ini sungguh tidak adil.” “Memang tidak adil,” kata orang-orang itu mengulangi ucapan Haji Saleh. “Kalau begitu, kita harus minta kesaksian kesalahan kita. Kita harus mengingatkan Tuhan, kalau-kalau ia silap memasukkan kita ke neraka ini.” “Benar. Benar. Benar,” sorakan yang lain membenarkan Haji Saleh. “Kalau Tuhan tak mau mengakui kesilapan-Nya, bagaimana?” suatu suara melengking di dalam kelompok orang banyak itu. “Kita protes. Kita resolusikan,” kata Haji Saleh. “Apa kita revolusikan juga?” tanya suara yang lain, yang rupanya di dunia menjadi pemimpin gerakan revolusioner. “Itu tergantung pada keadaan,” kata Haji Saleh. “Yang penting sekarang, mari kita berdemonstrasi menghadap Tuhan.”



“Cocok sekali. Di dunia dulu dengan demonstrasi saja, banyak yang kita peroleh,” sebuah suara menyela. “Setuju! Setuju! Setuju!” mereka bersorak beramai-ramai. Lalu, mereka berangkatlah bersama-sama menghadap Tuhan, dan Tuhan bertanya, “ Kalian mau apa?” Haji Saleh yang menjadi pemimpin dan juru bicara tampil ke depan. Dan dengan suara yang menggeletar dan berirama indah, ia memulai pidatonya. “O, Tuhan kami yang Mahabesar. Kami yang menghadap-Mu ini adalah umat-Mu yang paling taat beribadat, yang paling taat menyembah-Mu. Kamilah orang-orang yang selalu menyebut nama-Mu, memuji-muji kebesaran-Mu, mempropagandakan keadilan-Mu, dan lain-lainnya. Kitab- Mu kami hafal di luar kepala kami. Tak sesat sedikit pun membacanya. Akan tetapi, Tuhanku yang Mahakuasa, setelah kami Engkau panggil kemari, Engkau masukkan kami ke neraka. Maka sebelum terjadi hal-hal yang tidak diingini, maka di sini, atas nama orang-orang yang cinta pada-Mu, kami menuntut agar hukuman yang Kau jatuhkan kepada kami ditinjau kembali dan memasukkan kami ke surga sebagaimana yang Engkau janjikan dalam kitab-Mu.” “Kalian di dunia tinggal di mana?” tanya Tuhan. “Kami ini adalah umat-Mu yang tinggal di Indonesia, Tuhanku.” “O, di negeri yang tanahnya subur itu?” “Ya. Benarlah itu, Tuhanku.” “Tanahnya yang mahakaya raya, penuh oleh logam, minyak, dan berbagai bahan tambang lainnya, bukan?” “Benar. Benar. Benar. Tuhan kami. Itulah negeri kami,” mereka mulai menjawab serentak. Karena fajar kegembiraan telah membayang di wajahnya kembali. Dan yakinlah mereka sekarang, bahwa Tuhan telah silap menjatuhkan hukuman kepada mereka itu. “Di negeri, di mana tanahnya begitu subur, hingga tanaman tumbuh tanpa ditanam?” “Benar. Benar. Benar. Itulah negeri kami.” “Di negeri, di mana penduduknya sendiri melarat itu?” “Ya. Ya. Ya. Itulah dia negeri kami.” “Negeri yang lama diperbudak orang lain itu?” “Ya, Tuhanku. Sungguh laknat penjajah penjajah itu, Tuhanku.” “Dan hasil tanahmu, mereka yang mengeruknya dan diangkutnya ke negerinya, bukan?”



“Benar Tuhanku, hingga kami tidak mendapat apa-apa lagi. Sungguh laknat mereka itu.” “Di negeri yang selalu kacau itu, hingga kamu dengan kamu selalu berkelahi, sedang hasil tanahmu orang lain juga yang mengambilnya, bukan?” “Benar, Tuhanku. Tapi bagi kami soal harta benda itu, kami tak mau tahu. Yang penting bagi kami ialah menyembah dan memuji Engkau.” “Engkau rela tetap melarat, bukan?” “Benar. Kami rela sekali, Tuhanku.” “Karena kerelaanmu itu, anak cucumu tetap juga melarat, bukan?” “Sungguhpun anak cucu kami melarat, tapi mereka semua pintar mengaji. Kitab-Mu mereka hafal di luar kepala belaka.” “Tapi seperti kamu juga, apa yang disebutnya tidak dimasukkan ke hatinya, bukan?” “Ada, Tuhanku.” “Kalau ada, mengapa biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua? Sedang harta bendamu kau biarkan orang lain mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku beri engkau negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedang aku menyuruh engkau semuanya beramal di samping beribadat. Bagaimana engkau bisa beramal kalau engkau miskin? Engkau kira aku ini suka pujian, mabuk disembah saja, hingga kerjamu lain tidak memuji-muji dan menyembah-Ku saja. Tidak. Kamu semua mesti masuk neraka! Hai malaikat, halaulah mereka ini kembali ke neraka. Letakkan di keraknya.” Semuanya jadi pucat pasi tak berani berkata apa-apa lagi. Tahulah mereka sekarang apa jalan yang diridai Allah di dunia. Tetapi Haji Saleh ingin juga kepastian, apakah yang dikerjakannya di dunia ini salah atau benar. Tetapi ia tak berani bertanya kepada Tuhan, ia bertanya saja pada malaikat yang menggiring mereka itu. “Salahkah menurut pendapatmu, kalau kami menyembah Tuhan di dunia?” tanya Haji Saleh. “Tidak. Kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan dirimu sendiri. Kau takut masuk neraka, karena itu kau taat bersembahyang. Tapi engkau melupakan kehidupan kaummu sendiri, melupakan kehidupan anak istrimu sendiri, hingga mereka itu kucar-kacir selamanya.. Itulah kesalahanmu yang terbesar, terlalu egoistis. Padahal engkau di dunia berkaum, bersaudara semuanya, tapi engkau tak mempedulikan mereka sedikit pun.” Demikian cerita Ajo Sidi yang kudengar dari Kakek. Cerita yang memurungkan Kakek.



Dan besoknya, ketika aku mau turun rumah pagi-pagi, istriku berkata apa aku tak pergi menjenguk. “Siapa yang meninggal?” tanyaku kaget. “Kakek.” “Kakek?” “Ya. Tadi subuh Kakek kedapatan mati di suraunya dalam keadaan yang ngeri sekali. Ia menggorok lehernya dengan pisau cukur.” “Astaga. Ajo Sidi punya gara-gara,” kataku seraya melangkah secepatnya meninggalkan istriku yang tercengang-cengang. Aku mencari Ajo Sidi ke rumahnya. Tetapi aku berjumpa sama istrinya saja. Lalu aku tanya dia. “Ia sudah pergi,” jawab istri Ajo Sidi. “Tidak ia tahu Kakek meninggal?” “Sudah. Dan ia meninggalkan pesan agar dibelikan kafan buat Kakek tujuh lapis.” “Dan sekarang,” tanyaku kehilangan akal sungguh mendengar segala peristiwa oleh perbuatan Ajo Sidi yang tidak sedikit pun bertanggung jawab,” dan sekarang ke mana dia?” “Kerja.” “Kerja?” tanyaku mengulangi hampa. “Ya. Dia pergi kerja.”***



a. Memahami Informasi tentang Nilai-Nilai Kehidupan dalam Cerita Pendek 1) Peristiwa dalam cerpen ini berada di Kota, di Surau Kakek, rumah Ajo Sidi, dan lain-lain. Terjadi pada siang dan malam hari. 2) Maksud dari Robohnya Surau Kami ialah Masjid yang berukuran kecil yang terdapat di kota kelahiran tokoh utama. Tokoh utama ini diceritakan sebagai seseorang yang hidupnya hanya beribadah sepanjang hari. 3) Pesan-pesan dalam cerpen ini ialah jangan cepat bangga dengan perbuatan baik yang dilakukan karena hal tersebut bisa saja baik di hadapan manusia tetapi kurang baik di hadapan Tuhan; jangan mementingkan diri sendiri; jangan cepat marah terhadap orang yang memberi nasihat. 4) Setuju. Tidak ada hal yang bertentangan. 5) Hubungan dengan Tuhan begitu dekat. Kedekatan tersebut dilakukan dengan beribadah tepat waktu dan mengamalkannya dengan berbuat baik kepada sesama.



b. Menemukan Nilai-Nilai Kehidupan dalam Cerita Pendek 4. Analisa Bahan Ajar Dalam (Rahmato, 1988:27-31) menyatakan tiga hal yang perlu dipertimbangkan dapat memilih bahan ajar, yaitu bahasa, kematangan jiwa (psikolog), dan latar belakang kebudayaan siswa. Berikut dijelaskan satu per satu. a. Bahasa Aspek kebahasaan dalam sastra tidak hanya ditentukan oleh masalah yang dibahas, tetapi termasuk cara penulisan yang digunakan pengarang, ciri-ciri karya sastra



pada saat



penulisan, kelompok pembaca yang ingin dijangkau oleh pengarang. Pada cerpen Robohnya Surau Kami sudah menggunakan bahasa yang sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia (EBI). A.A Navis menggunakan kata-kata yang sudah biasa didengar dalam percakapan sehari-hari seperti Alhamdulilllah, Masya Allah, Astaghfirullah, Allah subhanahu wata’ala, surga dan akhirat. Jadi, cerpen ini dalam segi bahasa sudah cukup bisa dimengerti untuk anak SMA. b. Psikologi (Kematangan Jiwa) Perkembangan psikis dan taraf anak menuju ke kedewasaan melewati tahap-tahap tertentu yang cukup jelas untuk dipelajari. Tahap-tahap tersebut berpengaruh besar terhadap minat dan keengakan siswa sehingga sangat penting diperhatikan dalam pemilihan bahan ajar. Karya sastra yang dipilih hendaklah sesuai dengan tahap psikologis pada umumnya dalam suatu kelas. Dalam cerpen A.A Navis adanya dimensi psikologi gejolak jiwa yang dialami oleh tokok kakek, seorang garin, dan penjaga masjid. Tokoh kakek digambarkan sebagai orang yang taat beribadah, hampir seluruh waktu hidupnya dihabiskan untuk beribadah dan bersujud kepada Tuhan, ia tidak bekerja serta tidak memikirkan istri dan anaknya. Kakek beribadah terus dengan harapan kelak akan mendapatkan surga di alam akhirat. Tapi pergolakan jiwa dimulai ketika tokoh Ajo Sidi membual cerita tentang dialog antara manusia yang ada di neraka dengan Tuhan. Diceritakan bahwa Haji Saleh dan temantemannya masuk neraka padahal tidak disangsikan lagi Haji Saleh taat beribadah dan menyembah kepada Tuhan. Cerita Ajo Sidi membuat jiwa kakek bergejolak kerena hidupnya mirip dengan Haji Saleh. Wajah kakek menjadi muram, ia duduk bertopang dagu, pandangannya sayu ke depan seolah-olah sesuatu membebani pikirannya. Perasaan tersebut muncul karena kakek mengamati, menanggapi, mengingat-ngingat, serta memikirkan tentang sesuatu permasalahan. Peristiwa yang dialami kakek ini begitu membekas dan menekan batinnya sehingga seluruh pola perilakunya berubah. Dan puncak dari tekanan batin dan perasaan yang tak tertahankan membuat kakek memutuskan



mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Cerita ini cukup tepat dalam segi psikologis karena dapat mempelajari dan mengambil amanat dari tingkah laku manusiayang kurang baik pada tokoh Kakek yaitu bunuh diri. Penulis juga memberikan gambaran tentang perilaku yang baik dan buruk sehingga siswa yang membacanya dapat memilah yang nantinya akan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. c. Latar Belakang Budaya Latar belakang karya sastra meliputi semua faktor kehidupan manusia dan lingkungan. Biasanya siswa akan mudah tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang yang erat hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka, terutama bila karya sastra itu menghadirkan tokoh yang berasal dari lingkungan mereka dan mempunyai kesamaan dengan mereka atau orang-orang disekitar mereka. Sebenarnya, apabila siswa telah memiliki rasa percaya diri untuk memahami karya sastra dengan latar belakang budaya yang dia kenal, akan membuat mereka siap memahami sastra dengan latar belakang budaya asing. Dalam cerpen Robohnya Surau Kami, latar belakang budaya yang ditampilkan pun masih terasa umum. Jadi pembaca dari berbagai agama yang ada, bisa dapat memahaminya dan meskipun di dalam cerita terdapat kosa kata islami. Cerpen ini cukup sesuai dan tepat bila dijadikan bahan ajar untuk pembelajaran sastra di kelas XI. Cerita di dalamnya mengangkat kehidupan sehari-hari yang tidak asing bagi siswa sehingga adanya ketertarikan dalam membaca cerpen yang disajikan oleh guru.