RT 1 Kel 3 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Manajemen Mutu Keperawatan: Konsep PSBH Dan Konsep POA Dalam Manajemen Keperawatan



OLEH: Elvianti Febrila Nur Aysah Hasanah Febi Artino Putri Heni Manda Sari Hermita



PROGRAM STUDI KEPERAWATAN STIKes PAYUNG NEGERI PEKANBARU 2021



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt. atas segala taufik dan hidyahnya yang senantiasa tercurah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Manajemen Mutu Keperawatan: PSBH Dan Konsep POA Dalam Manajemen Keperawatan” sesuai dengan apa yang di harapkan. Penulis berharap makalah ini dapat di jadikan sebagai referensi dan gambaran bagi pembaca mengenai ilmu pendidikan khususnya yang berkaitan dengan Manajemen Keperawatan. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengarapkan kritik dan saran dari pembaca demi lebih sempurnanya makalah ini. Akhirnya penulis hanya berharap agar hasil makalah ini dapat berguna bagi semua pihak serta menjadi sesuatu yang berarti dari usaha penulis selama ini.



Pekanbaru, 22 Maret 2021



Penulis



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR......................................................................................... i DAFTAR ISI........................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1 1.1................................................................................................................... Latar Belakang...................................................................................................1 1.2................................................................................................................... Rumusan masalah.....................................................................................2 1.3................................................................................................................... Tujuan ......................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3 2.1. Manajemen Mutu Keperawatan……………………………………… 3 2.2. Konsep PSBH Dalam Manajemen Keperawatan…………………….. 11 2.3. Konsep POA Dalam Manajemen Keperawatan…………………........ 20 BAB III PENUTUP.............................................................................................27 3.1 Kesimpulan..............................................................................................27 3.2 Saran........................................................................................................28 DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................29



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1.



Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan menjadi hal yang penting dalam organisasi pelayanan kesehatan, peningkatan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan pelayanan kesehatan mendorong setiap organisasi pelayanan kepada pengguna jasa organisasi pelayanan kesehatan untuk sadar bahwa mutu dalam memberikan pelayanan kepada pengguna jasa adalah hal yang harus di tetapkan diorganisasi pelayanan kesehatan. Adanya tuntutan terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus di respon oleh perawat. Pelayanan keperawatan secara profesional perlu mendapatkan perhatian dalam pengembangan dunia keperawatan. Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat



dalam



pelayanan



keperawatan



adalah



melakukan



manajemen



keperawatan dengan harapan adanya faktor kelola yang optimal mampu meningkatkan keefektifan pembagian pelayanan keperawatan sekaligus lebih menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan. Manajemen merupakan ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, aktif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Manajemen mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan. Manajemen keperawatan merupakan proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional. Namun perlu disadari, tanpa adanya tata kelola yang memadai, kemauan, dan kemampuan yang kuat, serta peran aktif dari semua pihak, maka pelayanan keperawatan professional hanyalah akan menjadi teori semata. Perawat perlu mengupayakan kegiatan penyelenggaraan model praktek keperawatan profesional yang dapat menata



1



sistem pemberian pelayanan keperawatan melalui pengembangan model praktik keperawatan yang ilmiah. Model ini sangat menekankan pada kualitas kinerja tenaga keperawatan yang berfokus pada profesionalisme keperawatan antara lain melalui penataan dan fungsi setiap jenjang tenaga keperawatan, sistem pengembalian keputusan, sistem penugasan dan sistem penghargaan yang memadai. Kualitas pelayanan keperawatan sangat dipengaruhi oleh proses, peran dan fungsi dari manajemen pelayanan keperawatan, karena manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh manajer atau pengelola keperawatan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan serta mengawasi sumber-sumber yang ada, baik sumber daya maupun sumber dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien baik kepada klien, keluarga dan masyarakat A. Rumusan Masalah 1. Bagaimana manajemen mutu keperawatan? 2. Bagaimana konsep PSBH dalam manajemen keperawatan? 3. Bagaimana konsep POA dalam manajemen keperawatan? B. Tujuan 1. Untuk mengetahui manajemen mutu keperawatan 2. Untuk mengetahui konsep PSBH dalam manajemen keperawatan 3. Untuk mengetahui konsep POA dalam manajemen keperawatan



2



BAB II PEMBAHASAN 2.1. Konsep Manajemen Mutu Keperawatan A. Pengertian Mutu dalam Pelayanan Keperawatan 1. Mutu Mutu merupakan gambaran total sifat dari suatu produk atau jasa pelayanan



yang



berhubungan



dengan



kemampuannya



untuk



memberikan kebutuhan kepuasan.(American society for quality control). Mutu adalah “fitness for use” atau kemampuan kecocokan penggunaan.(J.M. Juran, 1989). Mutu pelayanan keperawatan merupakan suatu pelayanan yang menggambarkan produk dari pelayanan keperawatan itu sendiri yang meliputi secara biologis, psikologis, sosial, dan spiritual pada individu sakit maupun yang sehat dan dilakukan sesuai standar keperawatan (Asmuji, 2012). Berdasarkan maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan keperawatan merupakan kegiatan atau upaya pelayanan yang dapat dilakukan secara mandiri atau bersama-sama dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara holistic. 2. Pelayanan Keperawatan a. Pelayanan Definisi mengenai pelayanan telah banyak dijelaskan, dan Kottler (2000, dalam Supranto, 2006) menjelaskan mengenai definisi pelayanan adalah suatu perbuatan di mana seseorang atau suatu kelompok menawarkan pada kelompok/orang lain sesuatu yang pada dasarnya tidak berwujud dan produksinya berkaitan atau tidak berkaitan dengan fisik produk. b. Keperawatan



3



Menurut Herderson (1966, dalam Kozier et al, 1997) menjelaskan keperawatan sebagai kegiatan membantu individu sehat atau sakit dalam melakukan upaya aktivitas untuk membuat individu tersebut sehat atau sembuh dari sakit atau meninggal dengan tenang (jika tidak dapat disembuhkan), atau membantu apa yang seharusnya dilakukan apabila ia mempunyai cukup kekuatan, keinginan, atau pengetahuan. B. Proses Quality Control ( Kendali Mutu ) Secara sederhana proses kendali mutu ( Quality Control ) dimulai dari menyusun strandar – standar mutu, selanjutnya mengukur kinerja dengan membandingkan kinerja yang ada dengan standar yang telah ditetapkan. Apabila tidak sesuai, dilakukakn tindakan koreksi. Bila diinginkan peningkatan kinerja perlu menyusun standar baru yang lebih tinggi dan seterusnya. (Djoko Wijono, 1999) C. Dimensi Mutu Pelayanan Keperawatan Windy (2009) menyatakan bahwa dimensi mutu dalam pelayanan keperawatan terbagi kedalam 5 macam, diantaranya: 1. Tangible (bukti langsung)  Merupakan hal-hal yang dapat dilihat dan dirasakan langsung oleh pasien yang meliputi fasilitas fisik, peralatan, dan penampilan staf keperawatan. Sehingga dalam pelayanan keperawatan, bukti langsung dapat dijabarkan melalui : kebersihan, kerapian, dan kenyamanan ruang perawatan; penataaan ruang perawatan; kelengkapan, kesiapan dan kebersihan peralatan perawatan yang digunakan; dan kerapian serta kebersihan penampilan perawat.  2. Reliability (keandalan) Keandalan dalam pelayanan keperawatan merupakan kemampuan untuk memberikan pelayanan keperawatan yang tepat dan dapat dipercaya, dimana dapat dipercaya, dalam hal ini didefinisikan sebagai



4



pelayanan keperawatan yang konsisten. Oleh karena itu, penjabaran keandalan dalam pelayanan keperawatan adalah prosedur penerimaan pasien yang cepat dan tepat; pemberian perawatan yang cepat dan tepat; jadwal pelayanan perawatan dijalankan dengan tepat dan konsisten (pemberian makan, obat, istirahat, dan lain-lain) dan prosedur perawatan tidak berbelat belit.  3. Responsiveness (ketanggapan) Perawat yang tanggap adalah yang bersedia atau mau membantu pelanggan



dan



memberikan



pelayanan



yang



cepat/tanggap.



Ketanggapan juga didasarkan pada persepsi pasien sehingga faktor komunikasi dan situasi fisik disekitar pasien merupakan hal yang penting untuk diperhatikan.  4. Assurance (jaminan kepastian) Jaminan kepastian dimaksudkan bagaimana perawat dapat menjamin pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien berkualitas sehingga pasien menjadi yakin akan pelayanan keperawatan yang diterimanya. Untuk mencapai jaminan kepastian dalam pelayanan keperawatan ditentukan oleh komponen : kompetensi, yang berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan, keramahan, yang juga diartikan kesopanan perawat sebagai aspek dari sikap perawat; dan keamanan, yaitu jaminan pelayanan yang menyeluruh sampai tuntas sehingga tidak menimbulkan dampak yang negatif pada pasien dan menjamin pelayanan yang diberikan kepada pasien aman. Disampaikan dalam Pelatihan Manajemen Keperawatan.  Dimensi kepastian atau jaminan ini merupakan gabungan dari dimensi: a. Kompetensi (Competence) Artinya keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh para karyawan untuk melakukan pelayanan b. Kesopanan (Courtesy) Meliputi keramahan, perhatian dan sikap para karyawan



5



c. Kredibilitas (Credibility) Meliputi hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan kepada perusahaan, seperti reputasi, prestasi dan sebagainya. d. Empati (empathy) Berkaitan dengan memberikan perhatian penuh kepada konsumen yang meliputi perhatian kepada konsumen, perhatian staf secara pribadi kepada konsumen, pemahaman akan kebutuhan konsumen, perhatian terhadap kepentingan, kesesuaian waktu pelayanan dengan kebutuhan konsumen. D. Penilaian Mutu Pelayanan Keperawatan Penilaian terhadap mutu dilakukan dengan menggunakan pendekatanpendekatan yang dikelompokkan dalam tiga komponen, yaitu : 1. Audit Struktur (Input) Aspek dalam komponen struktur dapat dilihat melalui :  a. Fasilitas, yaitu kenyamanan, kemudahan mencapai pelayanan dan keamanan b. Peralatan, yaitu suplai yang adekuat, seni menempatkan peralatan c. Staf, meliputi pengalaman, tingkat absensi, ratarata turnover, dan rasio pasien-perawat  d. Keuangan, yaitu meliputi gaji, kecukupan dan sumber keuangan.  2. Proses (Process) Donabedian (1987, dalam Wijono 2000) menjelaskan bahwa pendekatan ini merupakan proses yang mentransformasi struktur (input) ke dalam hasil (outcome). Proses adalah kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh tenaga kesehatan (perawat) dan interaksinya dengan pasien.Dalam kegiatan ini mencakup diagnosa, rencana perawatan, indikasi tindakan, prosedur dan penanganan kasus. Dengan kata lain penilaian dilakukan terhadap perawat dalam merawat



6



pasien. Dan baik tidaknya proses dapat diukur dari relevan tidaknya proses bagi pasien, fleksibelitas/efektifitas, mutu proses itu sendiri sesuai dengan standar pelayanan yang semestinya, dan kewajaran (tidak kurang dan tidak berlebihan). 3. Hasil (Outcome) Pendekatan ini adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan perawat terhadap   pasien. Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun negatif. Sehingga baik tidaknya hasil dapat diukur dari derajat kesehatan pasien dan kepuasan pasien terhadap pelayanan perawatan yang telah diberikan (Donabedian, 1987 dalam Wijono 2000).  E. Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Keperawatan Upaya dalam peningkatan mutu pelayanan keperawatan dapat dilaksanakan melalui clinical governance yang merupakan suatu cara atau system yang menjamin dan meningkatkan mutu pelayanan secara sistematis dan efisien dalam suatu organisasi kesehatan seperti halnya rumah sakit. Upaya peningkatan mutu sangat terkait dengan standar baik secara input, proses maupun outcome. Standar outcome sangatlah penting sebagai indicator mutu klinis. Dalam adanya penetapan indicator mutu pelayanan keperawatan maka dapat memonitoring pencapaian outcome yang diharapkan atau menjadi tujuan dari pelayanan keperawatan. Upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan tidak dapat dipisahkan dengan upaya standarisasi pelayanan keperawatan, karena itu pelayanan keperawatan di rumah sakit wajib memiliki standar pelayanan keperawatan. Tanpa adanya standar sulit untuk melakukan pengukuran mutu layanan. Standar pelayanan medis disusun oleh Ikatan Dokter Indonesia, sebagai salah satu upaya penertiban dan peningkatan manajemen rumah sakit dengan memanfaatkan pendayagunaan segala sumber daya yang ada pada rumah sakit agar mencapai hasil pelayanan keperawatan yang seoptimal mungkin. Pasien safety dan kepuasan pasien



7



dalam pelayanan medis juga merupakan indikator yang sangat penting. (Anggri, 2011) F. Strategi Mutu Pelayanan Keperawatan  1. Quality Assurance (Jaminan Mutu) Quality assurance dalam pelayanan keperawatan adalah kegiatan menjamin mutu yang berfokus pada proses agar mutu pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan standar. Dimana metode yang digunakan adalah :  a. Audit internal dan surveilan untuk memastikan apakah proses pengerjaannya (pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien) telah sesuai dengan standar operating procedure (SOP) b. Evaluasi proses c. Mengelola mutu d. Penyelesaian masalah.  2. Continuous



Quality



Improvement (Peningkatan



Mutu



Berkelanjutan) Continuous Quality Improvement dalam keperawatan adalah upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan secara terus menerus yang memfokuskan mutu pada perbaikan mutu secara keseluruhan dan kepuasan pasien. Oleh karena itu perlu dipahami mengenai karakteristik-karakteristik yang dapat mempengaruhi mutu dari outcome yang ditandai dengan kepuasan pasien. 3. Total quality manajemen (TQM) Total Quality Manajemen  (manajemen kualitas menyeluruh) adalah suatu cara meningkatkan performansi secara terus menerus pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia dan berfokus pada kepuasan pasien dan perbaikan mutu menyeluruh. (Windy, 2009)



8



G. Indikator Mutu Keperawatan 1. Indikator Mutu Keperawatan menurut ANA Kategori



Ukuran



Ukuran



1



Angka kematian pasien karena komplikasi operasi



berfokus



2



Angka decubitus



3



Angka pasien jatuh



4



Angka psien jatuh dengan cidera



5



Angka restrain



6



ISK karena pemasangan cateter di ICU



7



Blood stream infection karena pemasangan cateter line central



outcomes pasien



di ICU dan HDNC 8



VAP di ICU dn HDNC



2. Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi RS: a. Biaya per unit untuk rawat jalan b. Jumlah penderita yang mengalami decubitus c. Jumlah penderita yang mengalami jatuh dari tempat tidur d. BOR: 70-85% e. BTO (Bed Turn Over): 5-45 hari atau 40-50 kali per satu tempat tidur/tahun f. TOI (Turn Over Interval): 1-3 hari TT yang kosong g. LOS (Length of Stay): 7-10 hari (komplikasi, infeksi nosocomial; gawat darurat; tingkat kontaminasi dalam darah; tingkat kesalahan; dan kepuasan pasien) h. Normal tissue removal rate: 10%



9



3. Indikator mutu yang berkaitan dengan kepuasan pasien dapat diukur dengan jumlah keluhan pasien/keluarganya, surat pembaca dikoran, surat kaleng, surat masuk di kotak saran, dan lainnya. 4. Indikator cakupan pelayanan sebuah RS terdiri atas: a. Jumlah dan presentase kunjungan rawat jalan/inap menurut jarak RS dengan asal pasien. b. Jumlah



pelayanan



dan



tindakan



seperti



jumlah



tindakan



pembedahan dan jumlah kunjungan SMF spesialis. c. Untuk mengukur mutu pelayanan sebuah RS, angka-angka standar tersebut di atas dibandingkan dengan standar (indicator) nasional. Jika bukan angka standar nasional, penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan hasil penacatatan mutu pada tahun-tahun sebelumnya di rumah sakit yang sama, setelah dikembangkan kesepakatan pihak manajemen/direksi RS yang bersangkutan dengan masing-masing SMF dan staff lainnya yang terkait. 5. Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien: a. Pasien terjatuh dari tempat tidur/kamar mandi b. Pasien diberi obat salah c. Tidak ada obat/alat emergensi d. Tidak ada oksigen e. Tidak ada suction (penyedot lendir) f. Tidak tersedia alat pemadam kebakaran g. Pemakaian obat h. Pemakaian air, listrik, gas, dan lainnya Menurut Nursalam (2014), ada enam indikator utama kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit: a. Keselamatan pasien (patient safety), yang meliputi: angka infeksi nosokomial, angka kejadian pasien jatuh/kecelakaan, dekubitus,



10



kesalahan dalam pemberian obat, dan tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan b. Pengelolaan nyeri dan kenyamanan c. Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan d. Perawatan diri e. Kecemasan pasien f. Perilaku (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) pasien H. Peran Pemimpin dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan Keperawatan Anggri (2011) menyatakan peran sebagai seorang pemimpin dalam pelayanan keperawatan adalah menjadi model kepemimpinan yang berpusat pada prinsip (principle centered leadership). Jika seseorang atau organisasi mempunyai sutu prinsip dalam hal kepemimpinan, maka akan menjadi model bagi orang ataupun organisasi lainnya. Suatu model, karakter, dan kompetensi akan menghasilkan sikap kepercayaan yang didapatkan



dari



orang



lain



maupun



lingkungan



sekitar.



Model



kepemimpinan adalah suatu kombinasi diri kita sebagai pribadi dan kompetensi yang telah kita kerjakan sehingga kedua kualitas ini dapat mewakili potensi kita sebagai leadership. Menurut keputusan mentri kesehatan republik Indonesia (2005) peran kepemimpinan dalam bidang pendidikan keperawatan dapat diterapkan dalam tatanan akademik maupun tatanan klinik, dimana keduanya sangat berperan penting dalam membentuk seseorang yang profesional dan dapat mengembangkan profesi kepemimpinan yang dimiliki. Untuk itu sangat diperlukan kemampuan institusi pendidikan dalam membangun pelayanan keperawatan seperti yang ada pada puskesmas, rumah sakit dan pelayanan keperawatan lainnya.



2.2. Konsep PSBH A. Defenisi PSBH



11



PSBH (Problem Solving for Better Health) adalah suatu pendekatan untuk mengatasi berbagai masalah di rumah sakit dengan cara yang mudah, menarik, dan dilakukan dengan senang hati (Smith, Fitzpatrick, & Hoyt-Hudson, 2009). PSBH adalah falsafah, cara berpikir, pendekatan dan komitmen pribadi untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan sumber daya yang ada. B. Macam-Macam PSBH 1. PSBH Hospital PSBH Hospital adalah PSBH yang diterapkan dirumah sakit sebagai strategi menjamin mutu dari rumah sakit tersebut. PSBHospital ini basanya dilakukan dengan cara pemberian Workshop dan pelatihan mengenai bagaimana cara menjadi seorang Problem Solver dengan memberikan langkah-langkah penyelesaian masalah yang terjadi di rumah sakit. Masalah yang sering dihadapi di rumah sakit contohnya adalah infeksi nosocomial, infeksi jarum infus, kejadian pasien jatuh, kejadian cedera/ kecelakaan, dan kejadian decubitus. 2. PSBH Nursing Diluncurkan pertama kali pada tahun 2002 di Peking Union Medical College School of Nursing di Beijing pada Lokakarya PSBHN. Diadakan agar dapat mendorong  seorang perawat untuk menyadari potensi pemecahan masalah mereka sehingga mereka dapat mengarahkan individu, keluarga, dan masyarakat untuk menangani masalah-masalah kesehatan yang lebih baik. C. Proses PSBH PSBH adalah proses yang terdiri dari langkah-langkah yang mudah untuk mengatasi masalah. Pertama-tama harus mendifinisikan dan menulis sebuah masalah secara jelas, riil dan benar-benar ada.



12



Proses PSBH menekankan untuk menggunakan sumber yang ada untuk memecahkan masalah kesehatan, dari pada menunggu solusi dari luar. PSBH didesain untuk memberikan seseorang kepercayaan diri untuk melepaskan apa yang dia punya untuk memecahkan masalah. Proses PSBH melatih kita untuk memantapkan keterampilan dalam mencari dan mengembangkan cara – cara baru yang inovatif sehingga dengan demikian secara pribadi dapat mengatasi masalah yang di alami untuk meningkatkan keadaan kesehatan secara umum. Langkah-Langkah dari proses PSBH adalah (Smith, Fitzpatrick, & Hoyt-Hudson, 2009): 1. Mendefinisikan Masalah Mendefinisikan masalah dengan jelas dan pasti tentang sifat, besar, penyebab masalah dan berbagai factor yang mempengaruhinya. Masalah tersebut harus benar-benar ada di sekitar lingkunagn kita. Jangan menciptakan suatu masalah karena anda tidak mungkin dapat mengatasi masalah maya (virtual) yang anda ciptakan. Kita harus yakin bahwa masalah ini dapat diatasi. 2. Memprioritaskan masalah Di Rumah Sakit biasanya mempunyai lebih dari satu masalah yang harus diatasi, maka dari itu cara yang tepat selanjutnya adalah mengambil bagian yang kecil dari masalah yaitu, bagian yang realistic dan dapat dikelola. Kemudian, mempersempit masalah menjadi satu masalah yang dapat diatasi. Prinsip PSBH antara lain: a. Menggunakan sumber daya (tenaga, teknis, peralatan, logistik, dana) setempat yang ada untuk mengatasi masalah b. Apa yang dapat dilakukan secara pribadi untuk mengatasi masalah c. Mengatasi masalah bagian demi bagian dengan setiap kali mengambil mengambil bagian yang kecil, realistik dan dapat dikelola, kemudian mengatasi setiap bagian yang kecil tersebut sebelum mengatasi bagian lain yang lebih besar. 3. Mendefinisikan solusi



13



Mendefinisikan solusi dalam pertanyaan baik, pertanyaan baik adalah pertanyaan yang relevan, didefinisikan dengan baik, dan dapat dijawab. Pertanyaan yang baik untuk mendefinisikan solusi harus mencakup: a. Melakukan kegiatan apa? b. Dengan siapa dan untuk siapa? c. Dimana? d. Untuk berapa lama? e. Tujuan yang diinginkan? Sebelum mencari solusi dari masalah, kumpulkan sebanyak mungkin informasi tentang apa yang sudah diketahui tentang masalah tersebut. Apakah ada orang lain yang telah menyelesaikan  masalah tersebut di lingkungan kerja? Perlu dicari informasi tentang apa yang telah berhasil dan tidak berhasil. Agar tidak mengulangi sesuatu yang telah dilakukan sebelumnya dan cegah kegagalan yang telah mereka alami. Dengan cara ini akan dapat melangkah lebih baik dalam mengatasi masalah. Beberapa jenis pertimbangan solusi antara lain: a. Pelatihan,penyuluhan, sosialisasi b. Tindakan medis atau keperawatan c. Perbaikan dan efisiensi manajemen d. Usaha ”income generating” e. Perbaikan peraturan f. Peningkatan lingkungan kerja g. Kerjasama dengan pihak lain. D. Menyusun rencana kerja (POA) 1. Latar Belakang Pada tahap ini perlu membuat rencana tentang bagaimana mengatasi masalah yang telah didefinisikan dan telah ditulis dalam pertanyaan yang baik. Latar belakang adalah pertanyaan baik “Mengapa?”, karena latar belang adalah panjelasan mengenai alasan



14



mengapa kita memilih masalah. Cantumkan penyebab atau bagaimana terjadinya dan dampak pada masalah kesehatan subyek atau sistem kerja. Sebisa mungkin beri data kuantitatif untuk menggambarkan masalah tersebut. Nyatakan mengapa ingin mengatasi masalah tersebut dan bagaimana solusi yang anda pilih akan dapat meningkatkan kesehatan manusia atau sistem kerja anda. 2. Tujuan Kegiatan (Good Question) POA tersebut adalah alat komunikasi untuk memberitahu orang lain tentang pikiran anda dan kegiatan yang akan dilaksanakan, siapa yang melaksanakan, untuk berapa lama, serta untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. 3. Langkah-Langkah Berisi langkah – langkah yang merupakan penjabaran  cara kerja secara rinci yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah. Penjabaran dituliskan dalam langkah persiaapan dan pelaksanaan. Merupakan Metodologi (siapa, apa kegiatannya, isi, frekuensi. lama, dimana) yangakan digunakan untuk mengatasi masalah. Semakin rinci anda menggambarkan langkah – langkah kegiatan semakin baik. a. Jadwal Kegiatan Menyusun suatu schedule bila mana berbagai langkah kegiatan akan dilaksanakan. Anda perlu realistis dalam menentukan perkiraan waktu pelaksanaan suatu langkah b. Rencana Anggaran Mendaftar semua fasilitas dan sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan anda. c. Evaluasi Evaluasi merupakan ukuran sukses atau gagal serta apa yang digunakan



untuk



penyelesaian



masalah.



Caranya



adalah



menjabarkan bagaimana akan mengevaluasi dampak dari upaya solusi yang kita lakukan. Evaluasi harus mencakup bagaimana mengetahui apakah upaya untuk mengatasi maslaah berhasil dan



15



apa dampaknya terhadap manusia atau system kerja. Komponen dari evaluasi yaitu: 1) Apa yang akan di evaluasi 2) Bagaimana cara melakukan evaluasi 3) Berapa sering dan berpa lama 4) Siapa yang melakukan evaluasi d. Kesinambungan Upaya



kesinambungan



yang



akan



dilakukan



untuk



mempertahankan hasil penyelesaian masalah agar masalah yang telah diatasi tidak timbul kembali. Langkah – langkah yang harus diambil agar masalah tidak muncul kembali: 1) Meneruskan kegiatan sebagai kegiatan rutin oleh pihak yang telah melaksanakan. 2) Melegalkan model, pola, pendekatan atau system yang telah berhasil tersebut sebagai kegiatan rutin 3) Menyebarkan dan menerapkan pola, pendekatan dan model tersebut ditempat atau unit lain yang memiliki masalah yang sama. Setiap langkah dari PSBH, problem solver diharapkan ingat bahwa dalam melaksanakan PSBH perlu diingat kunci PSBH yaitu Inovasi (ide baru dan kreatif), Proses sederhana dan jelas, gunakan sumber daya yang tersedia, dan hanya kita yang memecahkan masalah kita (tidak ada alasan untuk tidak melaksanakan rencana kita). E. Tabel PSBH 1. Rencana Jadwal Kegiatan: Kegiatan Pelaksanaan



Waktu five Tiap



moment han hygine



Penanggung Jawab



melaksanakan Mahasiswa



stase



kegiatan/kontak dengan manajemen



16



pasien Pelaksanaan timbang Setiap pergantian shift Mahasiswa terima



dinas



Pelaksanaan



ronde 1x



keperawatan



stase



manajemen pelaksanaan



saat Mahasiswa



implementasi



stase



manajemen



dijalankan,



dan



mendapatkan kasus



2. Rencana Anggaran: a. Five Moment Hand Hygine No



Uraian



Biaya



Jumlah



Persatuan



Sisa Saldo (Pemasukan pengeluaran)



1.



Pemasukan-



Rp. 5.000x10 Rp. 50.000



50.000-



Patungan



orang



50.000



Kelompok 2.



Pengeluaran -Hand Wash



Rp. 10.000x1



Rp. 10.000



-Hand Rub



Rp. 20.00x2



Rp. 40.000



Total



Rp. 50.000



Rp. 0



Jumlah



Sisa Saldo



b. Timbang Terima No.



Uraian



Biaya Persatuan



(Pemasukan Pengeluara)



1.



Pemasukan



Rp. 5.000x10 Rp. 50.000



Rp.



50.000-



-Patungan



orang



30.000



17



Kelompok 2.



Pengeluaran -Buku



Rp. 10.000x3 Rp. 30.000



Timbang



unit



-Terima Pasien Total



Rp. 30.000



Rp. 20.000



c. Ronde Keperawatan No



Uraian



Biaya



Jumlah



Persatuan



Sisa Saldo (Pemasukan Pengeluaran)



1.



Pemasukan



Rp. 5000x 10 Rp. 50.000



-Patungan



orang



50.000-50.000



Kelompok 2.



Pengeluaran



Rp. 5000x 10 Rp. 50.000



-Buku Catatan



Unit



Total



Rp. 50.000



Rp. 0



3. Rencana Evaluasi Kegiatan a. Indikator Keberhasilan Kegiatan ini adalah: No



Indikator



Metode/Prosedur



. 1.



Frekuensi



Pelaksana



Evaluasi Pelaksanaan moment



five Pelaksanaaan five Sebelum



meningkat moment



hand kontrak



dan menjadi optimal hygine



dengan pasien



menjadi 75%



Sebelum



dilaksanakan



Semua tim



18



dengan tepat



tindakan aseptik Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien Setelah kontak dengan pasien Setelah kontak dengan lingkungan pasien



2.



a.



perawat Prosedur timbang Saat



memperkenalkan diri terima kepada pasien saat sesuai pergantian shift



Perawat



sudah pergantian dengan shift



yang



juga



saat



SOP



pergantian



b. menginformasikan



shift



keluarga dan pasien untuk menggunakan fasilitas



yang



ada



dengan



baik



dan



menaati



peraturan



tatatertib di ruangan 3.



Memahami



kondisi Ronde



yang terjadi untuk keperawatan memecahkan masalah melibatkan



1x



selama Kepala



pelaksanaan



terlaksana sesuai implementasi dengan dengan standart staf



kesehatan yang lain



ruangan, suvervisor, ketua



tim,



perawat pelaksana, dan



pasien



ataupun keluarga 19



pasien serta melibatkan seluruh anggota tim kesehatan: dokter, farmasi, dan tim gizi



2.3.



Konsep POA A. Definisi Planning Of Action (POA) Perencanaan adalah menetapkan hal-hal yang akan datang dan tidak akan dilakukan pada menit, jam atau waktu yang akan datang. Perencanaan merupakan jembatan antara dimana kita sekarang dengan dimana kita saat yang akan datang. Perencanaan merupakan proses intelektual yang didasarkan pada fakta dan informasi, bukan emosi dan harapan (Douglas, 1992, Gillies, 1994). Perencanaan adalah proses penyusunan rencana yang digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan di suatu wilayah tertentu. Suatu perencanaan kegiatan perlu dilakukan setelah suatu organisasi melakukan analisis situasi, menetapkan prioritas masalah, merumuskan masalah, mencari penyebab masalah dengan salah satunya memakai metode fishbone, baru setelah itu melakukan plan of action. Planning of Action (PoA) atau disebut juga rencana usulan kegiatan (RUK) merupakan sebuah proses yang ditempuh untuk mencapai sasaran kegiatan. Rencana kegiatan dapat memiliki beberapa bentuk, antara lain: 1. Rangkaian sasaran yang lebih spesifik dengan jangka waktu lebih pendek.



20



2. Rangkaian kegiatan yang saling terkait akibat dipilihnya alternatif pemecahan masalah. 3. Rencana kegiatan yang memiliki jangka waktu spesifik, kebutuhan sumber daya yang spesifik, dan akuntabilitas untuk setiap tahapannya. Menurut Supriyanto dan Nyoman (2007), perlu beberapa hal yang dipertimbangkan sebelum menyusun plan of Action (POA), yaitu dengan memperhatikan kemampuan sumber daya organisasi atau komponen masukan (input), seperti: Informasi, Organisasi atau mekanisme, Teknologi atau cara, dan Sumber Daya Manusia (SDM). B. Tujuan Planning Of Action 1. Mengidentifikasi apa saja yang harus dilakukan 2. Menguji dan membuktikan bahwa: a. Sasaran dapat tercapai sesuai dengan waktu yang telah dijadwalkan b. Adanya kemampuan untuk mencapai sasaran c. Sumber daya yang dibutuhkan dapat diperoleh d. Semua informasi yang diperlukan untuk mencapai sasaran dapat diperoleh e. Adanya beberapa alternatif yang harus diperhatikan 3. Berperan sebagai media komunikasi a. Hal ini menjadi lebih penting apabila berbagai unit dalam organisasi memiliki peran yang berbeda dalam pencapaian. b. Dapat memotivasi pihak yang berkepentingan dalam pencapaian sasaran. C. Kriteria POA yang Baik Dalam penerapannya, Plan of Acton (POA) harus baik dan efektif agar kegiatan program yang direncanakan dapat dijalankan sesuai dengan tujuan. Berikut ini beberapa kriteria Plan of Acton (POA) dikatakan baik, antara lain: 1. Spesific (Spesifik)



21



Rencana kegiatan harus spesifik dan berkaitan dengan keadaan yang ingin dirubah. Rencana kegiatan perlu penjelasan secara pasti berapa Sumber Daya Manusia (SDM) yang dibutuhkan, siapa saja mereka, bagaimana dan kapan mengkomunikasikannya. 2. Measurable (Terukur) Rencana kegiatan harus dapat menunjukkan apa yang sesungguhnya telah dicapai. 3. Attainable/achievable (dapat dicapai) Rencana kegiatan harus dapat dicapai dengan biaya yang masuk akal. Ini berarti bahwa rencana tersebut harus sederhana tetapi efektif, tidak harus membutuhkan anggaran yang besar. Selain itu teknik dan metode yang digunakan juga harus yang sesuai untuk bisa dilakukan. 4. Relevant (sesuai) Rencana kegiatan harus sesuai dan bisa diterapkan di suatu organisasi atau di suatu wilayah yang ingin di intervensi. Harus sesuai dengan pegawai atau masyarakat di wilayah tersebut. 5. Timely (sesuai waktu) Rencana kegiatan harus merupakan sesuatu yang dibutuhkan sekarang atau sesuatu yang segera dibutuhkan. Jadi waktu yang sesuai sangat diperlukan dalam rencana kegiatan dapat berjalan efektif. D. Langkah POA 1. Mengidentifikasi masalah dengan pernyataan masalah (Diagram 6 kata: What, Who, When, Where, Why, How), Sebagai berikut: 1. Masalah apa yang terjadi? 2. Dimana masalah tersebut terjadi? 3. Kapan masalah tersebut terjadi? 4. Siapa yang mengalami masalah tersebut? 5. Mengapa masalah tersebut terjadi? 6. Bagaimana cara mengatasi masalah tersebut?



22



2. Setelah masalah diidentifikasi, tentukan solusi apa yang bisa dilakukan. 3. Menyusun rencana usulan kegiatan (RUK). Menurut Supriyanto dan Nyoman (2007), beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun plan of Action atau rencana usulan kegiatan (RUK), antara lain: a. Pembahasan Ulang Masalah Setelah menentukan masalah dan melakukan analisis penyebab masalah, dapat dilihat keadaan atau situasi yang ada saat ini dan mencoba menggambarkan keadaan tersebut nantinya sesuai dengan yang diharapkan. b. Perumusan Tujuan Umum Dengan melihat situasi yang ada saat ini dengan gambaran situasi yang diharapkan nantinya dan juga atas dasar tujuan umum pembangunan kesehatan, maka dapat dirumuskan tujuan umum program atau kegiatan yang akan dilaksanakan. Tujuan umum adalah suatu pernyataan yang bersifat umum dan luas yang menggambarkan hasil akhir (outcome atau dampak) yang diharapkan. c. Perumusan Tujuan Khusus Tujuan khusus merupakan pernyataan yang bersifat spesifik, dapat diukur (kuantitatif) dengan batas waktu pencapaian untuk mencapai tujuan umum. Bentuk pernyataan dalam tujuan khusus sifatnya positif, merupakan keadaan yang diinginkan. Penentuan indikator tujuan khusus program dapat menggunakan kriteria SMARTS (smart, Measurable, Attainable, Realistic, Time-bound, Sustainable). d. Penentuan kriteria keberhasilan Penentuan



kriteria



keberhasilan



atau



biasa



disebut



indikator



keberhasilan dari suatu rencana kegiatan, perlu dilakukan agar organisasi



tahu



seberapa



jauh



program



atau



kegiatan



yang



direncanakan tersebut berhasil atau tercapai. Menentukan kriteria atau



23



indikator keberhasilan disesuaikan dengan tujuan khusus yang telah ditentukan.



24



b. Contoh Tabel (POA) No



Masalah



Tujuan



Uraian



Sasaran



Metode



Media



Dana



-



-



Waktu



PJ



Kegiatan 1.



Masih



Pendokumenta



banyaknya



sian



pendokumentas



waktu



Persiapan:



dalam Tanggal



Perawat 11 Ruang



1x24 April 2016



Rapat Koordinasi



11-15



Kabag dan



April 2016 PPB



Lukas



ian pengkajian jam yang lebih dari



Pelaksanaan:



24 jam



Tanggal



Staf meeting



-



Observasi



-



11



April 2016 Evaluasi: Tanggal



15



Pelaksanaan



April 2016 2.



Kekurangan



Kebutuhan



tenaga perawat



tenaga perawat Tanggal sebanding



Persiapan:



Perawat 12 Ruang



April 2016



Lukas



dengan jumlah Pelaksanaan: pasien



Tanggal



Jajaran



 Rapat Koordinas dan  Seminar  Diskusi



LCD, Laptop dan



Rp 30.000



12 – 15 Kabag dan April 2016 PPB



Hardcopy materi



13 Manajemen  Observasi



25



April 2016



pelaksanaan



Evaluasi: Tanggal



15



April 2016 3.



Pelaksanaan



SKP terlaksana Persiapan:



Perawat



SKP (SKP 1, dengan



Tanggal



SKP 6) yang optimal



April 2016



belum optimal



Pelaksanaan: Tanggal



-



11 Ruang Lukas -



14



Rapat



Handout



Koordi



Materi



nasi



Patient



Review



Safety



Patient



Evalusi:



Safety



April 2016



15



11 – 15 Kabag dan April 2016 PPB



Materi



April 2016 Tanggal



Rp 5.000



-



Observ asi pelaksa naan



26



BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Mutu



pelayanan



keperawatan



merupakan



suatu



pelayanan



yang



menggambarkan produk dari pelayanan keperawatan itu sendiri yang meliputi secara biologis, psikologis, sosial, dan spiritual pada individu sakit maupun yang sehat dan dilakukan sesuai standar keperawatan. Pelayanan keperawatan merupakan kegiatan atau upaya pelayanan yang dapat dilakukan secara mandiri atau bersama-sama dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara holistic. PSBH (Problem Solving for Better Health) adalah suatu pendekatan untuk mengatasi berbagai masalah di rumah sakit dengan cara fikir yang dapat mempermudah, menarik, dan dapat dilakukan dengan senang hati dan dapat menyelesaikan masalah dengan menggunakan sumber daya yang ada. Misalnya dapat menggunakan ide dan inovasi baru untuk mengatasi masalah-masalah yang sudah lama ada dirumah sakit dan selama ini tidak dapat diatasi, menggunakan sumber daya (biaya) yang dimiliki dan tidak meminta tambahan sumber daya untuk mengatasi suatu masalah, mengupayakan agar supaya masalah yang sudah dapat diatasi tidak timbul lagi dengan mensinambungkan kegiatan untuk mengatasi masalah tersebut. Planning of Action (PoA) atau disebut juga rencana usulan kegiatan (RUK) merupakan sebuah proses yang ditempuh untuk mencapai sasaran kegiatan. Seperti rangkaian sasaran yang lebih spesifik dengan jangka waktu lebih pendek, rangkaian kegiatan yang saling terkait akibat dipilihnya alternatif pemecahan masalah, rencana kegiatan yang memiliki jangka waktu spesifik, kebutuhan sumber daya yang spesifik, dan akuntabilitas untuk setiap tahapannya.



27



3.2.



Saran Saran yang diharapkan oleh penulis kepada pembaca agar pembaca dapat



menerapkan manajemen mutu dalam keperawatan Konsep PSBH Dan Konsep POA Dalam Manajemen Keperawatan di hari yang akan datang dan dapat bermanfaat bagi pembaca. Mulai meningkatkan manajemen mutu dan dapat menjaga kualitas mutu



dengan sebaik mungkin. Terutama manajemen mutu dalam pelayanan keperawatan yang diberikan kepada klien maupun pasien sehingga dapat menjadi perawat yang professional.



28



DAFTAR PUSTAKA Wijono, Djoko. 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Vol.1. Surabaya : Airlangga University Press.  Anggri.



(2011). Peran



dan



Pemimpin



dalam



Meningkatkan



Mutu. http://anggri-healthsystemdisa Endri



Astuti.



(2005). 



Indikator



Mutu



Keperawatan



Menurut



ANA. http://www.mutupelayanankesehatan.net/index.php/publikasi/artikel/19headline/1272-jenis-jenis-indikator-mutu-pelayanan-keperawatan. Di akses pada tanggal 29 September 2014. Etika



Lav



lee



Hongki.



(2012). 



Manajemen



Keperawatan.



http://www.slideshare.net/etikars/31801900manajemenkeperawatan?related=1. Diakses pada tanggal 29 September 2014). Ratizza



Ramli.



(2010). 



Manajemen



Keperawatan. 



http://www.academia.edu/4750548/Manajemen_Keperawatan_By_Ratiza_S.Kep. Diakses pada tanggal 30 September 2014. Windy



Rakhmawati.



(2009). Pengawasan



dan



Pengendalian



dalam



Pelayanan Keperawatan Alamsyah, Dedi. 2011. Manajemen Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika H, Simamora Roymond. 2009. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Jakarta : EGC. Smith, B. H., Fitzpatrick, J. J., & Hoyt-Hudson, P. (2009). Problem Solving For Better Health: A Global Perspective. New York: Springer Publishing Company.



29



Yuliastuti, K. (2009). Pengaruh Penerapan Metode Problem Solving for Better Helath (PSBH) Terhadap Pengembangan Proaktifitas Perawat Pelaksana Dan Proaktifitas Dalam Melaksanakan Operan Pasien Di RSUD Tugurejo Semarang. Depok: Universitas Indonesia.



30