Sab Mendongeng [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SAP TERAPI BERMAIN Pokok Bahasan



: Terapi Bermain Pada Anak Di Rumah Sakit



Sub Pokok Bahasan



: Terapi Bermain Anak Usia Pra Sekolah



Hari/tanggal



: Februari 2012



Waktu



: 45 menit (jam 10.00 s.d 10.45)



Tempat



: Ruang Kanthil RSUD Banyumas



Sasaran



: Klien Anak umur 3-6 tahun



Pelaksana



: Kelompok 2 (Eti, Tia, Dwi Yuliastuti, Dian)



A. Latar Belakang Hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit berada pada lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau pengobatan sehingga dapat mengatasi atau meringankan penyakitnya (Wong, 2000). Sedangkan menurut Supartini, (2004) hospitalisasi merupakan suatu proses yang mengharuskan anak untuk tinggal dirumah sakit untuk menjalani terapi dan perawatan yang sampai pemulangan kembali ke rumah. Hospitalisasi pada anak dapat menyebabkan kecemasan dan stress (Nursalam, 2005). Hospitalisasi juga dapat menimbulkan ketegangan dan ketakutan serta dapat menimbulkan gangguan emosi atau tingkah laku yang mempengaruhi kesembuhan dan perjalan penyakit anak selama dirawat di rumah sakit. Perasaan tersebut dapat timbul karena menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman dan nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya dan sesuatu yang dirasakan menyakitkan (Supartini, 2004). Ketakutan dan kecemasan anak sangat dipengaruhi oleh peran perawat, dalam hal ini perawat harus dapat memberikan pelayanan keperawatan dan mampu menfasilitasi keluarga dalam berbagai bentuk pelayanan kesehatan baik berupa pemberian tindakan keperaatan langsung maupun pendidikan kesehatan pada anak. Selain itu perawat dapat memberikan kenyamanan dan dukungan pada anak baik dengan mempertahankan kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi keluarga yang dapat menentukan pola kehidupan anak.Terapi bermain pada anak di rumah sakit merupakan salah satu cara untuk



mengembalikan kehidupan sosial pada anak. Salah satu terapi bermain yang dapat dilakukan pada anak di rumah sakit adalah mendongeng. Mendongeng pada anak usia 3-5 tahun akan merangsang daya imajinasi anak dan merupakan sumber hiburan bagi anak sehingga diharapkan kecemasan anak dapat berkurang dan anak mampu berinteraksi dengan perawat tanpa rasa takut. Pasien anak dengan usia pra sekolah (3-6 tahun) di ruang Kanthil hampir sebagian besar memperlihatkan ekspresi takut dan menangis jika didekati oleh perawat. Oleh karena itu, sangat diperlukan terapi bermain untuk mengurangi stres akibat hospitalisasi dan agar anak tidak takut dengan perawat (Siregar, 2011). B. Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah mendapatkan terapi bermain selama 45 menit, anak diharapkan dapat merasa tenang selama perawatan dirumah sakit dan tidak takut lagi terhadap perawat sehingga anak bisa merasa nyaman selama dirawat dirumah sakit. 2. Tujuan Khusus Setelah mendapatkan terapi bermain selama 45 menit diharapkan anak mampu: 1. Mengenal tokoh dalam cerita dongeng 2. Memahami cerita dongeng yang diberikan 3. Tidak takut lagi dengan dokter dan perawat 4. Melaksanakan anjuran dokter dan perawat C. Metode dan Media 1. Metode a.



Mendongeng



b.



Tanya jawab



c.



Bermain bersama



2. Media a.



Buku cerita bergambar



b.



Potongan gambar tokoh cerita



D. Kegiatan 3. Pengorganisasian Penanggung jawab



:



Observer



: Tia Sulistiawati



Pemimpin bermain



: Eti Dwi Hapsari



Fasilitator



: Dian Catur Pamungkas Dwi Yuliastuti P



4. Setting tempat (gambar / denah ruangan)



Keterangan :



: Observer : Fasilitator : Anak : pemimpin permainan Rencana Pelaksanaan : No 1



Terapis Persiapan a.



Waktu 10 menit Menyiapkan



ruangan b.



Menyiapkan



Subjek terapi Ruangan,alat,anak keluarga siap



dan



alat-alat c. 2



Menyiapkan



anak dan keluarga Proses : a.



Memb uka proses terapi bermain dengan salam,



mengucapkan 5 menit memperkenalkan



diri. b.



Menjawab Memperkenalkan



3 menit



Memperhatikan



15 menit



Mendengarkan



salam, diri,



Menjel askan



pada



anak



dan



keluarga tentang tujuan dan



manfaat



bermain,



menjelaskan



jalannya



kegiatan mendongeng. c.



Memb acakan cerita bergambar.



d.



cerita



dengan antusias. 5 menit



Menge



Menebak nama tokoh cerita dan



valuasi respon anak dan



perilaku



yang



dilakukannya dalam cerita.



keluarga dari cerita yang dibacakan. 3



Penutup (1 menit).



5 menit



Menyimpulkan,



Memperhatikan menjawab salam



mengucapkan salam



E. Evaluasi 5. Pembagian tugas dalam tim Penanggung jawab



:



Moderator



:



Observer



:



dan



Pimpinan bermain



:



Fasilitator



:



6. Proses 1.



Apakah anak menikmati dan meperhatikan cerita yang dibacakan?



2.



Apakah



anak



mampu



menebak nama tokoh dan perilaku yang dilakukannya dalam cerita? 3.



Apakah anak tidak takut lagi dengan perawat dan mau berkomunikasi dengan perawat?



Lampiran MATERI TERAPI MENDENGARKAN CERITA 1.



Definisi Dongeng adalah cerita khayalan yang dianggap tidak benar-benar terjadi baik oleh penuturnya maupun oleh audiens. Dongen tidak terikat oleh ketentuan normatif dan faktual tentang pelaku waktu dan tempat. Pelakunya merupakan makhluk-makhluk khayalan yang memilki kebijaksanaan atau kekurangan untuk mengatur masalah manusia dengan segala macam cara. Dongeng diceritakan untuk hiburan, walaupun banyak juga dongeng yang melukiskan kebenaran, berisi ajaran moral, bahlan sindiran. Mendongeng adalah suatu kegiatan menyampaikan peristiwa dengan kata-kata, gambar dan suara, sering disertai improvisasi atau hiasan.Mendongeng adalah suatu teknik pembelajaran untuk menyampaikan isi dari suatu cerita dengan menggunakan teknik membaca komunikatif dengan para pendengarnya, sehingga pendengar seakanakan ikut dalam alur cerita dan terstimulasi untuk berimaginasi.



2.



Jenis-Jenis Dongeng a. Dongeng tradisional Dongeng yang berisi cerita rakyat dan biasanya turun temurun yang fungsinyauntuk menanamkan semangat kepahlawanan. b. Dongeng modern Bercerita tentang suatu yang fantastik, misalnya tentang masa depan. c. Dongeng pendidikan Dongeng yang diciptakan dengan suatu misi pendidikan bagi anak-anak. d. Fabel Dongeng tentang kehidupan binatang yang digambarkan dapat berbicara seperti manusia. e. Dongeng sejarah



Biasanya terkait dengan suatu peristiwa sejarah. f. Dongeng terapi Dongeng yang diperuntukan bagi anak-anak korban bencana atau anakanak yang sakit yang dapat membuat rileks saraf-saraf otka dan membuat tenang hati anak. 3.



Tujuan dan Manfaat a. Membina kecakapan berbahasa b. Meningkatkan pemahaman, memperluaskan perbendaharaan kata. c. Memperbaiki sistem tata bahasa anak. d. Menstimulasi daya imajinasi anak dan mengasah daya pikir anak. e. Merekatkan hubungan antara orang tua dan anak, dapat juga anak dengan perawat. f. Mengembangkan komunikas anak dengan perawat. g. Media yang efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etikaserta menumbuhkan rasa empati. h. Langkah awal untuk menumbuhkan minat baca pada anak.



4.



Proses Mendongeng Proses dalam mendongeng merupakan hal yang terpenting. Dalam proses mendongeng terjadi interaksi dan komunikasi antara pendongeng dan audiencenya. Karena kegiatan mendongeng ini penting bagi anak, maka kegiatan tersebut harus dikemas sedemikian rupa supaya menarik. a. Tahapan mendongeng 1) Persiapan sebelum mendongeng Hal pertama yang perlu dilakukan adalah memilih judul yang menarik dan mudah didingat. Judul merupakan elemen cerita yang pertama kali diingat daripada kalimat-kalimat dalam cerita. Maka untuk menemukan judul yang menarik, pendongeng perlu melakukan kegiatan memilah dan memilih bahan cerita. Setelah memilih dan memahami cerita, hal yang tidak kalah penting adalah mendalami karakter tokoh-tokoh dalam cerita



yang akan disampaikan. Tahapan terakhir persiapan mendongeng yaitu latihan. Dengan latihan terlebih dahulu kita dapat mengevaluasi kekurangan-kekurangan pada saat mendongeng, memperkirakan durasi yang dibutuhkan, mengingat kembali jalan cerita dan mempraktikkannya sehingga saat mendongeng nanti dapat tampil maksimal. 2) Saat mendongeng berlangsung Saat terpenting dalam proses mendongeng adalah pada tahap mendongeng berlangsung. Saat akan memasuki sesi acara mendongeng, pendongeng harus menunggu kondisi hingga audience siap untuk menyimak



dongeng



yang



akan



disampaikan.



Jangan



memulai



mendongeng jika audience masih belum siap. Acara mendongeng dapat dimulai menyapa terlebih dahulu audience, ataupun membuat sesuatu yang dapat menarik perhatian audience. Pada saat mendongeng ada beberapa



faktor



yang



dapat



menunjang



berlangsungnya



proses



mendongeng agar menjadi menarik untuk disimak (Asfandiyar, 2007; MacDonald, 1995; Musfiroh,2008), antara lain: a) Kontak mata Saat mendongeng, pendongeng harus melakukan kontak mata dengan audience. Pandanglah audience dan diam sejenak. b) Mimik wajah Pendongeng harus dapat mengekspresikan wajahnya sesuai dengan situasi yang didongengkan. c) Gerak tubuh Cerita yang didongengkan akan terasa berbeda jika pendongeng melakukan gerakan-gerakan yang merefleksikan apa yang dilakukan tokoh-tokoh yang didongengkan. d) Suara Tinggi rendahnya suara yang diperdengarkan dapat digunakan pendongeng untuk membawa audience merasakan situasi dari cerita yang didongengkan. e) Kecepatan



Pendongeng



harus



mampu



mengatur



kecepatannya



dalam



mendongeng agar dongeng yang disampaikan tidak terlalu cepat ataupun terlalu lama. f) Alat peraga Mendongeng dengan menggunakan alat bantu peraga dapat membuat dongeng terasa lebih menarik, karena anak-anakdapat langsung melihat bentuk visual dari tokoh-tokoh. 3) Sesudah kegiatan mendongeng selesai Setelah selesai mendongeng, pendongeng dapat mengajak anak untuk mengingat kembali dongeng yang disampaikan. Namun, sebelumnya berilah waktu bagi anak untuk beristirahat sejenak setelah ia mendengarkan dongeng. b. Teknik dalam mendongeng 1) Mendongeng dengan teks atau membacakan cerita (reading aloud) Teknik reading aloud merupakan sebuah teknik menyampaikan cerita menggunakan media buku, dan dilakukan dengan cara membacakannya. Dimana ada yang membacakan (pendongeng), ada yang dibacakan (audience) dan ada yang dibaca (buku cerita). Hal yang harus dipertimbangkan jika menggunakan teknik ini yaitu jumlah audience yang dapat dijangkau tidak terlalu banyak. Karena jika jumlah audience terlalu banyak, pendongeng tidak dapat menjangkau mereka semua sehingga mereka tidak dapat melihat buku yang dibacakan baik gambar ataupun bentuk tulisannya. Kadang-kadang agar dapat melihat apa yang sedang dibacakan audience akan maju dan mendekati buku yang dipegang pendongeng, kemudian anak-anak yang lain ikut-ikutan melihat, akhirnya suasana menjadi tidak kondusif. Pada saat membaca cerita, janganlah terlalu cepat dan tergesa-gesa. Tetapi juga jangan terlalu perlahan sehingga seakan-akan membaca kata per kata seperti sedang mengajarkan anak membaca. Membacakan cerita pada anak dapat menstimulasi mereka untuk gemar membaca. Hal ini dapat membawa pengaruh positif dalam memunculkan kemampuan



keberaksaraan anak dan mendorong tumbuhnya kesiapan baca pada anak dengan mengenalkan kata, kemudian kata-kata tersebut dipakai untuk merangkai kalimat. 2) Mendongeng tanpa teks (storytelling) Seperti halnya dengan membacakan cerita, dalam mendongeng juga harus ada yang mendongengkan, ada yang didongengkan dan ada bahan atau materi cerita yang didongengkan. Penggunaan teknik mendongeng ini, memberikan ruang bagi pendongeng untuk berkreasi dan melakukan improvisasi dalam menyampaikan cerita yang didongengkan serta memicu anak untuk berimajinasi dengan fantasi pikiran mereka. Kelebihan teknik ini yaitu pendongeng dapat menjangkau jumlah audience yang lebih banyak dibandingkan dengan teknik read aloud. Pendongeng dapat membuat cerita sendiri yang akan didongengkan sehingga tidak hanya terpaku pada teks atau cerita dari buku saja. Mendongeng dengan teknik ini dapat pula menggunakan alat peraga lainnya seperti boneka tangan, boneka yang utuh, kain, tali, gambar, menggambar langsung, maupun mendongeng dengan diiringi musik. Bahkan tak jarang seorang pendongeng, menggunakan media seperti wayang tetapi berupa gambar tokoh-tokoh yang ada dalam cerita yang ditempelkan pada kayu-kayu sebagai gagang yang dapat digerakgerakkan layaknya pertunjukkan wayang.



Referensi Supartini, Yupi, (2004), Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, Jakarta: EGC. Wong and Whaley’s, 2001, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, Remaja Rosda Karya, Bandung Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam, (2005), Asuhan Keperawatan Bayi & Anak (Untuk Perawat Dan Bidan). Jakarta: EGC.