SAP Exercise Kelompok 2 New [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SATUAN ACARA PENYULUHAN EXERCISE INTRA HDEMODIALISA



Disusun Oleh : Kelompok 2



YAYASAN INDRA HUSADA INDRAMAYU SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU PROGRAM PROFESI NERS 2021



SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Mata ajar



: Keperawatan Medikal Bedah



Pokok Bahasan



: Exercise Intra Hemodialisa



Sasaran



: Pasien Hemodialisa



Hari / Tanggal



: 18 November 2021



Waktu



: 10.00 A. Latar Belakang Penyakit Gagal Ginjal Kronik (GGK)/Chronic Kidney Disease (CKD)



banyak diderita oleh penduduk dunia, di mana jumlah penderitanya terus mengalami peningkatan. Angka kematian dan rawat inap tetap tinggi untuk klien yang beralih dari gagal ginjal kronik stadium awal dan cedera ginjal akut ke terapi dialisis permanen. Penyakit gagal ginjal kronik terdiri dari beberapa stadium, dimana stadium 5 dari penyakit gagal ginjal kronik disebut dengan penyakit gagal ginjal kronik stadium akhir (End State Renal Disease/ESRD). ESRD ditunjukkan dengan ketidakmampuan ginjal dalam mempertahankan homeostasis dengan nilai laju filtrasi glomerulus/GFR < 15 ml/min/1,73 m2 (Summary, 2019). Di Indonesia, berdasarkan data Indonesian Renal Registry dari Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI), diketahui bahwa total insiden klien baru dan aktif pada tahun 2017 adalah 30.831. Prevalensi usia menunjukkan terbanyak terbagi pada kelompok usia 45 – 54 tahun 30, 56 %, 55 – 64 tahun 28,57 %, 35 – 44 tahun 16,67 %, > 65 tahun 13,20 %, 25 – 34 tahun 7,67 %, 15 – 24 tahun 2,26 % dan 1 – 14 tahun 0.38 % (Indonesian, Registry, & Course, 2018). Adapun prevalensi CKD (permil) berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk usia ≥ 15 tahun di Sumatera Barat terjadi kenaikan dari 2013 = 1,8 permil menjadi 3,9 permil pada tahun 2018 (Kementerian Kesehatan RI, 2018).



Saat ini



hemodialisis merupakan terapi pengganti ginjal yang paling banyak dilakukan dan jumlahnya dari tahun ke tahun terus meningkat. Hemodialisis terbukti efektif mengeluarkan cairan, elektrolit dan sisa metabolisme tubuh dan pada klien yang mengalami ESRD membantu kelangsungan hidup, tetapi bukan berarti tidak



1



beresiko dan bebas dari efek samping. Klien ESRD yang menjalani hemodialisis akan mengalami berbagai masalah yang timbul akibat dari tidak berfungsinya ginjal dan proses hemodialisis. Beberapa komplikasi yang sering dialami oleh pasien dengan hemodialisis diantaranya hipotensi, emboli udara, nyeri dada, pruritus, gangguan keseimbangan selama dialysis, mual dan muntah, kram otot yang nyeri, dan peningkatan kadar uremik dalam darah (Smeltzer dan Bare 2015, p. 1398). Kreatinin dalam darah meningkat apabila fungsi ginjal berkurang. Jika pengurangan fungsi ginjal terjadi secara lambat dan disamping itu massa otot juga menyusun secara perlahan (Guyton & Hall 2005, p. 519). Kram otot pada pasien yang mengalami hemodialisis sebagai akibat dari cairan dan elektrolit yang dengan cepat meninggalkan ruangan ekstra sel. Selain itu pasein yang menjalani hemodialisis memiliki kekuatan otot yang lebih lemah dibandingkan orang normal. Penurunan kadar kreatinin darah dapat dilakukan dengan membatasi masukan sodium, mengurangi konsumsi protein, menghindari makanan yang mengandung fosfor (labu, kerang, kacang-kacangan, kedelai dan susu rendah lemak), batasi menggunakan makanan yang mengandung potassium (pisang, bayam, dan kacang polong), dan latihan fisik. Latihan fisik intra dialisis didefenisikan sebagai kegiatan yang terencana yang dilakukan pada saat dilakukan hemodialisa. Latihan fisik penting dilakukan untuk meningkatkan kesehatan tubuh (Potter dan Perry 2006, p. 1636). B.



Tujuan Pembelajaran



1.



Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti penyuluhan tentang Exercise Intra Hemodialisa selama



30 menit diharapkan pasien dapat mengetahui dan memahami tentang Exercise Intra Hemodialisa. 2.



Tujuan Khusus Setelah mengikuti penyuluhan selama 1 x 30 menit anggota Pasien mampu : a. Pasien



memahami latihan fisik apasaja yang bisa dilakukan saat



hemodialisa.



2



b. Pasien memahami latihan fisik apasaja yang tidak boleh dilakukan saat hemodialisa. c. Pasien mengetahui tujuan dilakukannya latihan fisik. d. Pasien manfaat dilakukannya latihan fisik. C.



Materi. 1. Pengertian latihan fisik. 2. Manfaat latihan fisik sintra dialisa 3. Latihan apasaja yang dapat dilaakukan saat intra dialisis 4. Latihan fisik apasaja yang tidak boleh dilakukan pada saat henodialisa



D.



Metode. 1. Ceramah. 2. Tanya jawab



E.



Pengorganisasian : 1. Penyaji



F.



: Kelompok 2



Setting Tempat :



Keterangan: : Penyaji : Dokumentasi : Paien hemodialisa



3



G.



Fungsi Struktur 1. Penyaji a.



Menjelaskan tentang materi penyuluhan.



b.



Menjawab pertanyaan dari penanya



2. Dokumentasi a. Mendokumentasikan kegiatan yang dilakukan b. Melakukan pengecekan data H.



Dokumentasi. Terlampir



I.



Media. 1.



J.



Leaflet.



Kegiatan Penyuluhan No Kegiatan penyuluhan 1



Kegiatan peserta



Wakt u 5



Pembukaan a. mengucapkan salam







menjawab salam







mendengarkan dan



b. memperkenalkan diri c. menjelaskan kepada Pasien



tentang



materi



dan tujuan



memeperhatikan



penyuluhan.



4



menit



Media



2



Pelaksanaan a.







Menggali pengetahuan Pasien



Mengemukakan



20



pendapat



menit



tentang apa itu gagal ginjal kronik. b.



Memberikan



re-



inforcement positif c.







Mendengarkan dan



Menjelaskan tentang



memperhatikan



latihan



Mendengarkan dan



fisik



saaja



yang



apa  bisa



dilakukan



saat



hemodialisa



dan



yang



tidak



memperhatikan



boleh



dilakukan. d.



Menjelaskan manfaat dari latihan fisik



saat



hemodialisa. e.



Memberikan



re-



inforcement positif f.



Menjelaskan kerugian aapabila dilakukan fisik



yang  Pasien bertanya tidak  menyampaikan latihan pendapat saat 



hemodialisa. g.



Mendengarkan dan memperhatikan



Memberikan reinforcement positif



h.



Memberikan kesempatan kepada Pasien



untuk



5



Booklet



bertanya. 



3



Pasien bertanya



Penutup



5



a. Menyimpulkan materi







Ikut menyimpulkan.







Menerima Leaflet.



Menit



secara



bersama-sama dengan peserta. b. Membagi-bagikan leaflet c. Mengucapkan salam  K.



Menjawab salam



Evaluasi. 1.



Pasien mampu menjelaskan pengertian Gagal Ginjal Kronis



2.



Mampu menyebukaan latihan fisik apasaja yang bisa dilakukan saat hemodialisa.



3.



Pasien mampu menyebutkan manfaat dilakukan latihan fisik pada



saat hemodialisa. 4.



Pasien mampu mendemostrasikan latihan fisik yang bisa dilakukan



saat hemodialisa.



Lampiran materi GAGAL GINJAL KRONIS 1. Pengertian Gagal Ginjal Kronis



6



Gagal ginjal kronik (GGK) biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap (Doenges, 1999). Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001). Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992). 2. Pengertian Latihan fisik Latihan fisik didefinisikan sebagai pergerakan terencana, terstruktur yang dilakukan untuk memperbaiki atau memelihara satu atau lebih aspek kebugaran fisik. Latihan fisik secara teratur menjadi salah satu bagian dari program terapi dan rehabilitasi pada penyakit penyakit tahap akhir (Knap et al, 2005) 3.



Manfaat yang didapat dari latihan fisik yang dilakukan pada saat



hemodialisis yaitu sebagai berikut. 1.



peningkatan aliran darah pada otot



2. Memperbesar jumlah kapiler, memperbesar luas, dan permukaan sehingga meningkatkan perpindahan urea dan toksin dari jaringan ke vaskuler yang kemudian mengaktifkan dializer atau mesin HD (Parson et al, 2006) 3. Latihan fisik yang dilakukan selama satu jam pertama hemodialisis dapat menjadi satu pilihan rehabilitasi yang terbaik (Knap et al, 2005) 4. Frekuensi, intensitas, volume, dan progresifitas a. Latihan dilakukan 2 kali seminggu selama dialisis dibawah pengawasan b. Latihan dilakukan sebanyak 2 set dan setiap gerakan dilakukan sebanyak 8 hitungan. 5. Waktu Pelaksanaan a. Latihan fisik efektif dilakukan pada saat jam pertama hemodialisis selama 4 sampai dengan 6 minggu



7



b. Latihan dapat dilakukan selama 30 sampai dengan 45 menit dan secara umum diberikan sebelum hemodialisis selesai dilakukan (Parsons, 2006; Hidayati 2009). c. Latihan fisik yang dilakukan selama satu jam pertama hemodialisis dapat menjadi satu-satunya pilihan rehabilitasi yang terbaik (Knap et al, 2005) 6. Indikasi a. Pasien yang rutin menjalani hemodialisa b. Diijinkan oleh dokter untuk melakukan latihan fisik selama hemodialisis 7. Kontraindikasi a. Pasien yang mengalami penyakit pada sistem persyarafan (neurologi) b. Pasien yang mengalami gangguan pada sistem muskuloskeletal c. Pasien yang mengalami gangguan hemodinamik d. Pasien yang terpasang akses femoral e.



Pasien yang mengalami komplikasi hemodialisis (hipotensi, kram, sakit



kepala/pusing) 8. Tahapan Gerakan Latihan yang dilakukan meliputi tiga tahap yaitu pemanasan, latihan (inti) dan pendinginan (Sulistyaningsih, 2010) Latihan peregangan (pemanasan) Merupakan kegiatan awal yang harus dilakukan oleh siapa pun yang melakukan latihan. Pemanasan merupakan upaya tubuh untuk menyesuaikan diri dengan peningkatan sirkulasi secara bertahap. Pemanasan ditujukan agar rangka otot yang akan digerakkan mulai beradaptasi sehingga akan mencegah terjadinya cidera pada otot saat menyediakan oksigen dan pembentukan asam laktat. Dengan melakukan pemanasan maka pembuluh darah pada otot yang bergerak akan melebar dan akan terjadi peningkatan sirkulasi ke otot yang bergerak.



a). Peregangan leher Posisi duduk atau masalah di tempat tidur, Tundukkan kepala sampai dagu menyentuh dada, Tolehkan kepala ke arah telinga kiri dan kanan secara bergantian. peregangan pada leher Dengan perlahan-lahan gerakan kepala ke arah



8



bahu kanan kembali tegak kemudian gerakkan kepala ke arah bahu kiri, Setiap gerakan dilakukan 8 hitungan



Gambar 1. Peregangan pada leher



b) Peregangan tangan / lengan (tangan dan) Posisi duduk atau masalah, Angkat tangan, luruskan sejajar dengan



bahu,



Regangkan semua jari-jari tangan kemudian ikuti gerakan mengepal, Tiap gerakan dilakukan sebanyak 8 hitungan



Gambar 2. Peregangan tangan dan pergelangan



c) Peregangan bahu, punggung atas, dan dada (gerakan mengangkat bahu dan memutar bahu)



9



Posisi duduk atau letak di tempat tidur, Angkat bahu ke arah telinga dengan gerakan turun naik, Putar bahu kanan ke arah belakang kemudian ke arah depan. Ganti bahu kiri dengan gerakan yang sama Putar secara bersamaan



kedua bahu ke arah belakang dan depan, Setiap gerakan dilakukan 8 kali d) Peregangan dada dan punggung bagian atas



Gambar 3. Peregangan bahu, punggung atas dan dada



Posisi duduk atau masalah di atas tempat tidur kedua tangan di atas siku menekuk, Gerakan memutar siku.



Pertama, kemudian ke belakang, Gerakan



memutar dengan gerakan memutar siku, pertama ke arah depan lalu ke belakang, Menghentikan putaran dan menyentuhkan kedua siku di depan, Buka kedua siku ke arah luar dan tarik bahu bagian belakang bersama-sama. Rasakan regangan di dada, gerakan sebanyak 8 kali. d) Peregangan bagian leher dan bagian samping



Gambar 5. Peregangan bagian leher dan bagian samping



10



Posisi duduk atau masalah di atas tempat tidur, Angkat kedua tangan atau salah satu tangan yang tidak dapat diakses lurus ke atas, kemudian tangan diturunkan. Rasakan peregangan pada dada bagian samping melakukan gerakan sebanyak 8 kali. 1) Latihan penguatan (inti)



Gambar 6. Penguatan lengan atas dan depan



Latihan inti dilakukan setelah pemanasan dilakukan. Latihan disesuaikan dengan kemampuan yang sesuai dengan umur, jenis kelamin, kebiasaan latihan, penyakit dan taraf kesehatan masing-masing. - Penguatan lengan atas, depan (lengkungan lengan) Posisi duduk atau masalah di atas tempat tidur, Pertahankan siku berada di depan badan dan tekuk lengan, Putar telapak tangan ke atas dan buat kepalan, begitu juga dengan tangan yang lain perlahan-lahan naikkan satu kepalan (dengan atau tanpa beban) ke arah bahu dan ke bawah. 2.



Penguatan bagian paha



11



Gambar 7. Penguatan bagian paha







Posisi duduk atau berbaring di atas tempat tidur dengan kaki lurus







Dengan perlahan tekuk kaki kanan ke arah badan kemudian kaki



diluruskan •



Secara bergantian dilakukan antara gerakan kaki sebelah kanan dengan



kaki yang sebelah kiri •



Lakukan gerakan sebanyak 8 kali



3.



Penguatan paha



Gambar 8. Penguatan kaki







Sandarkan punggung di kursi atau tempat dengan kaki dinaikkan di tempat



kaki (footrest) •



Lengan



berpegangan di



kursi atau



sisi



tempat duduk



untuk keseimbangan •



Perlahan angkat kaki tanpa menekuk kaki (beban untuk pergelangan kaki



dapat digunakan) •



Hitung sampai hitungan 5 kali







Perlahan turunkan. Ulangi untuk kaki yang lain



4.



Penguatan paha depan, belakang, dan perut



12



Gambar 9. Penguatan paha depan, belakang, dan perut







Sandarkan punggung di kursi / tempat tidur dan kaki dinaikkan di tempat



kaki (footrest) •



Tekuk kaki pada lutut, dalam satu waktu, perlahan arahkan ke dada seperti



mengayuh sepeda 5.



Penguatan paha samping



Gambar 10. Penguatan paha samping







Tiduran dengan posisi berbaring di atas tempat tidur







Luruskan kedua kaki







Gerakkan kaki kanan ke arah samping dengan bertumpu pangkal paha







Kemudian gerakkan ke arah posisi semula (lurus dengan badan)







Secara bergantian lakukan gerakan pada kaki yang sebelahnya







Lakukan gerakan masing-masing sebanyak 8 kali hitungan



c.



Latihan pendinginan



13



Gambar 11. Latihan pendinginan



Terjadi penurunan aktivitas secara bertahap. Pada tahap ini tekanan darah, denyut jantung, nadi diusahakan turun secara bertahap. Pemulihan berguna agar otot-otot yang dipakai latihan akan melemas sehingga akan memulihkan otot yang baru dipakai dan sisa pembakaran akan dikeluarkan dan tidak tertumpuk di dalam tubuh. 1.



Tarik nafas melalui hidung dan keluarkan melalui mulut, sambil angkat



kedua tangan setinggi kepala 2.



Lakukan 8 kali hitungan



DAFTAR PUSTAKA



Hidayati. W. 2009. Laporan Analisis Praktek Residensi Spesialis Keperawatan Medikal Bedah Peminatan Sistem Perkemihan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan RS PGI Cikini. Jakarta: RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Knap B, Ponikvar B.J, Ponikvar R, Bren F.A. 2005. Olahraga Rutin Sebagai Bagian Pengobatan Bagi Penderita Penyakit Ginjal Tahap Akhir.



Terapi



Apheresis dan Dialisis. http://www.onlinelibrary.wiley.com [30 November 2015]



14



Parsons, T.K., Tosselmire E.D., King-VanVlack C.E. 2006. Latihan Latihan Selama Hemodialisis Meningkatkan Efikasi Dyalisis dan Kinerja Fisik. http://www.interscience.com [30 November 2015] Latihan Arch Phys Med Rehabil: 87:680-7. Sulistyaningsih, Dwi Retno. 2010. Efektivitas Latihan Fisik Selama Hemodialisis Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Penyakit Ginjal Kronik di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang. Depok: FIK UI



15