Sejarah Polisi Mahasiswa [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



Polisi Mahasiswa merupakan suatu organisasi intra mahasiswa yang berada pada kampus Politeknik Pembangunan Pertanian Malang atau yang kita kenal dengan nama POLBANGTAN MALANG, yang merupakan sebuah kampus kedinasan dibawah lingkup Kementerian Pertanian. Polisi Mahasiswa atau yang dikenal dengan nama POLMA atau PM merupakan organisasi yang bergerak pada bidang kedisiplinan yaitu organisasi yang membantu dalam urusan penegakkan tata tertib yang ada dalam kampus. Tugas dari Polisi Mahasiswa adalah menegakkan kedisiplinan dan tata tertib kampus yang wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa mulai dari tingkat satu hingga tingk at empat Dalam menjalankan tugasnya, Polisi Mahasiswa memberikan pola pengajaran sebagai bentuk penumbuhan karakter melalui metode pengasuhan. Dalam metode pengasuhan ini Polisi Mahasiswa bertindak selaku senior asuh yang tugasnya memberikan bimbingan atau memberikan pengasuhan berupa tata kehidupan kampus kepada junior asuh atau kepada adik tingkatnya Polisi mahasiswa dipimpin oleh seorang Komandan Polisi Mahasiswa yang dijabat oleh seorang MahasiswaTingkat Tiga. Komandan polisi mahasiswa dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh Wakil Komandan Polisi Mahasiswa, sekertaris, Bendahara, beserta Koordinator dari masing-masing divisi yang ada dalam Polisi Mahasiswa. Adapun pembagian divisi dalam organisasi polisi mahasiswa terbagi menjadi 5 divisi yaitu : 1. Pengawasan dan Operasional ( PAOPS ) 2. Lingkungan, Tata Tertib Kampus dan Asrama ( LINGKASMA ) 3. Penerangan dan Hubungan Masyarakat ( PENHUMAS ) 4. Inventarisasi dan Pengadaan 5. Korps Music ( KOORSIK )



BAB II SEJARAH



Sejarah awal mulai terbentuknya organisasi yang bernama Polisi Mahasiswa adalah sebagai berikut : Melihat masa lalu kampus ini, kampus yang kita kenal dengan nama POLBANGTAN MALANG sekarang dulunya merupakan kampus yang diperuntukkan untuk pegawai negeri sipil di lingkungan Kementrian Pertanian yang digunakan untuk melaksanakan dan menyelesaikan tugas belajar kala itu. Hingga pada tahun 2014, kampus yang dulunya bernama STPP Malang atau Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian mulai membuka pendaftaran yang diperuntukkan untuk masyarakat umum, oleh karena itu kursi yang dulunya hanya diisi oleh PNS mulai terisi oleh masyarakat umum yang berasal dari tamatan SMA/ sederajat. Dahulunya tidak ada organisasi apapun di kampus ini, yang menjadi motor penggerak pada saat itu hanyalah dikenal dengan panitia Program Pengenalan Akademik ( Panitia ospek ) yang tugasnya hanya mendampingi selama kegiatan ospek berlangsung. Namun pada tahun 2014 ketika sudah mulai menerima mahasiswa baru dari umum maka tercipta suatu rencana tentang pembuatan sutu organisasi. Pada tahun tersebut yang mempelopori tentang berdirinya organisasi adalah Bapak Andi Warnaen yang dibantu oleh seorang mahasiswa yang bernama Pratama Galih Priambodo, seorang Mahasiswa angkatan 2014 jurusan Penyuluhan Peternakan. Hingga pada akhirnya rencana tentang pembuatan organisasi terealisasi pada tahun 2015 yang dinamai dengan nama PERWIRA Perwira inilah merupakan cikal bakal berdirinya Polisi Mahasiswa. Pada saat itu tugas pokok perwira adalah menegakkan kedisiplinan dan menjalankan roda kegiatan mahasiswa. Hinga selang beberapa bulan pada tahun yang sama terlahir juga organisasi dibawah jurusan yang dinamai dengan Himpunan Mahasiswa Jurusan



(HMJ). Organisasi HMJ pertama yang terbentuk adalah dari jurusan penyuluhan peternakan.



Tugas



dari



organisasi



ini



sebagai



fasilitator



mahasiswa



dalam



memperdalam ilmu tentang study yang dilakukan di kampus. Dan selang bulan berikutnya lagi HMJ dari jurusan pertanian juga terbentuk. Sehingga tahun 2014 merupakan tahun lahirnya oraganisasi yang ada di POLBANGTAN MALANG.



BAB III KORPS MUSIK



Sedikit sejarah tentang berdirinya korps musik yang juga berpengaruh terhadap terbentuknya Polisi Mahasiswa. Korps music sudah ada sejak tahun 1990 an, pada saat itu yang berperan dalam memainkan alat terdiri dari pegawai negeri sipil yang sedang menempuh pendidikan. Belum ada keterangan pasti perihal penampilan yang telah dilakukan marching band pada tahun tersebut, tetapi yang jelas tigas utamanya adalah mengiringi berkibarnya sang merah putih atau kegiatan upacara. Pada saat itu alat yang digunakan juga masih minim atau menggunakan alat lama yang kita ketahui berwarna merah. Kemudian pada tahun 2014 tercipta suatu gagasan tentang pembuatan formasi marching band baru yang nantinya akan diisi oleh mahasiswa non PNS sebagai penerus dari generasi sebelumnya. Yang menggagaskan ini adalah A.n Riza bersama bapak andi warnaen. Gagasan ini disetujui hingga pada tahun 2015 marching band melakukan perekrutan anggota setelah terselenggarakannya kegiatan Program Pengenalan Akademik (PPA). Perekrutan dilakukan untuk regenerasi anggota marching yang diperoleh dari mahasiswa yang dulunya pernah ikut dan berkecimpung di dunian marching band. Saat setelah selesai melakukan perekrutan maka dilakukan kegiatan rutin berupa latihan yang tujuan utama pada saat itu adalah persiapan oengiringan pada 17 agustus. Marching band mendapatkan pelatihan dari pelatih kostrad pada saat itu. Latihan demi latihan,lambat laun performa dari tiap-tiap anggota menurun hal ini dapat dilihat dari semakin berkurangnya kuantitas anggota saat latihan hingga menyebabkan tidak pernahnya lengkap. Keadaan sulit ini ditambah dengan mundurnya pelatih kostrad sehingga marching band tidak ada lagi pelatih yang membimbing yang



mengakibatkan marching akan dibubarkan pada saat itu. Keadaan ini membuat para anggota merasa putus asa hinnga pada suatu saat Agus Salim salah satu anggota menghadap pembina marching saat itu yaitu Bu Budi dan Bu Yustin untuk membicarakan problem yang telah dialami. Pertemuan tersebut mendapat respon positif dari pembina yang selalu mensupport marching, dan kemudian Agus Salim menjabat sebagai ketua marching. Pembina menyarankan bahwa perlu adanya pengajuan pelatih agar marching tetap hidup kembali, untuk itu Agus Salim mengajukan anggaran biaya untuk pelatih sekaligus angaran untuk penambahan alat yang tujuannya untuk menambah semangat para anggota dalam menjalankan latihan. Latihan demi latihan tetap dijalankan hingga pada tahun 2016, ketika itu sedang dalam acara PPA, Agus Salim selaku ketua merekrut anggota baru yang mempunyai basic di marching dan akan ditampilkan pada acara penyambutan salah satu anggota DPR di kampus. Latihan pada sat itu juga mengalami kendala hingga Agus mengakalinya dengan mencuri waktu senggang di luar materi lapangan PPA agar bisa latihan. PPA pun telah usai, Agus Salim segera membentuk tubuh organisasi dari marching itu sendri dan melakukan perekrutan jilid 2. Dalam acara perekrutan tersebut, Agus juga membentuk susunan pengurus dan AD ART yang nantinya akan dipakai oleh marching. Dan terciptalah sebuah nama untuk sebagai sebutan dan identitas mereka yaitu Symponi Taruna De`Corps



BAB IV AWAL BERGABUNGNYA MARCHING BAND DAN PERWIRA



Pada bab inilah cikal bakal dari berdirinya organisasi Polisi mahasiswa. Yaitu masa penggabungan antara Marching Band dan organisasi Perwira. Pada awal mulanya, jika melihat pada bab sebelumhya bahwa Perwira adalah organisasi pertama dan satu-satunya yang ada di kampus Polbangtan Malang, kemudian pada marching sendiri selalu ditampilkan pada acara-acara penyambutan tamu-tamu penting, maka terpikirkanlah ide penggabungan 2 kubu ini. Pengagas dari ide bergabungnya antara marching dan Perwira pertama kali adalah Bapak Andi Warnaen, beliau melihat bahwa marching dan Perwira selama ini sering dan selalu terlibat dalam suatu acara maka Bapak Andi Warnaen ingin menggabungkan ke dua belah kubu ini. Beliau juga menambahkan bahwa beliau ingin mengatasi masalah yang ada di pihak marching tentang keanggotaannya, untuk itu dipanggillah 2 petinggi dari masing-masing kubu yaitu antara Perwira yang dikomandoi oleh Aji Amin, dan Marching yang dikomandoi oleh Agus Salim Penggabungan ini diharapkan agar semangat dan sikap dari anggota marching dapat disiplin seperti anggota Perwira. Dengan kata lain anggota marching dapat berperilaku disiplin layaknya anggota Perwira. Ditambah lagi keluar masuknya anggota yang membuat Bapak Andi Warnaen ingin agar marching dapat mempertegas lagi di masalah keaktifan dan legalisasi anggotanya. Pada mulanya kedua belah pihak menentang dengan adanya pengabungan ini, namun dengan berbagai alasan yang mengharuskan mereka untuk menerima ide tersebut. Semua alasan tersebut mengrah pada keadaan marching pada saat itu, yaitu juga menyinggung masalah dana yang turun kepada marching, marching pada saat itu hanya sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dengan pemasukan dan pembagian kas sama seperti UKM lain yang jumlahnya tidak sebanding dengan pengeluaran mereka, sedangkan Perwira sendiri merupakan sebuah organisasi yang dimana terdapat dana tersendiri yang turun langsung dari atasan. Argumen demi argumen dari kedua belah pihak lama kelamaan mulai reda hingga pada akhirnya sepakat bahwa marching tergabung dalam keanggotaan perwira.



Pada mulanya penggabungan ini tidak berjalan lancar sesuai yang diharapkan, mengingat adanya perbedaan tugas dan fungsi dari kedua belah pihak, disisi lain marching hanya fokus dalam bermusiknya, kemudian fungsi dari Perwira dalah penegak kedisiplinan, hal ini juga menyulitkan kedua belah pihak berjalan beriringan. Sehingga untuk megatasi hal tersebut, angota dari Perwira diharuskan untuk mengikuti dan menjadi pemegang alat dari marching, dengan cara ini, maka dapat sedikit mengatasi perbedan fungsi dan tugas. Kemudian setelah bergabung, belum adanya perombakan tentang struktur orgnisasi seperti nama organisasi dan AD ART yang nantinya dapat dipakai oleh kedua belah pihak. Pada tahun 2016 inilah dikenal dengan fase marger, atau fase penggabungan antara marching dan perwira. Pada fase ini timbul suatu permasalahan yang nantinya dapat mengatasi masalah perombakan struktur organisasi perwira dan marching, yaitu adanya usulan dari mahasiswa tingkat 1, yang ingin memperbaiki struktur organisasi yang ada di kampus. Mereka membuat gerakan yang mereka namai sebagai aliansi taruna muda, mereka menginginkan adanya organisasi lain selain Perwira dan HMJ, jika melihat universitas lain di luar bahwa di kampus ini kurang adanya organisasi yang fungsinya sebagai wadah aspirasi mahasiswa dan sebagai wadah dari kegiatan mahasiswa guna meningkatkan hard skill mereka. Untuk itu mereka mendesak agar segera dibentuk organisasi yang bernama BEM atau Badan Eksekutif Mahasiswa dan BPM atau Badan Perwakilan Mahsiswa. Segala perdebatan dan perumusan adanya penggabungan antara Perwira dan marching terbayarkan pada tahun 2017. Di tahun ini semua struktur organisasi telah diresmikan, kemudian disetujuinya nama Polisi Mahasiswa yang daat dipakai oleh kedua belah pihak antara Perwira dan marching band. Pada awalnya usulan nama sebagai wadah penggabungan adalah Polisi Taruna, karena sistem yang ada di kampus ini adalah menganut sistem ketarunaan, namun karena statuta dari Kementrian Pertanian sendiri menyebutkan bahwa status dari pelajar yang sedang menempuh pendidikan adalah mahasiswa, maka dari itu penamaannya diganti dengan nama Polisi Mahasiswa. Dengan lahirnya nama baru ini tentu diikuti dengan regulasi baru yaitu perombakan AD ART organisasi, dan pembentukan coordinator tiap-tiap divisi.



Kedudukan marching telah disepakati sebagai sebuah divisi, sehingga divisi yang ada pada saat itu adalah divisi PAOPS, Lingkasma, Displintatib, Humas, dan Korsik. Kemudian setelah adanya penggabungan ini maka berganti juga nama dari divisi korsik atau marching band yang sebelumnya bernama Symponi Taruna D`Corps menjadi Gita Swara Bhakti Bumi, nama ini dicetuskan oleh Aji Amin selaku Komandan Polisi Mahaiswa dan Agus Salim selaku penanggung jawab di marching kala itu. Dan pada bulan Agustus 2017 seluruh organisasi yang ada termasuk Polisi Mahasiswa telah resmi dikukuhkan. Namun satu persatu anggota dari perwira diminta tugas menjabat sebagai berdirinya organisasi baru, antara lain, ketua HMJ Pertanian, Ketua HMJ Peternakan, Wakil Pressiden BEM, dan Ketua BPM. Dengan hal ini Agus salim yang saat itu diminta untuk maju sebagai wakil presiden BEM berpesan kepada Komandan Polisi Mahasiswa dan menyerahkan tugas dan tanggung jawab kepada beliau.



BAB V PERMASALAHAN



Walaupun sudah terbentuk dan sudah dirumuskan, namun pada kenyataannya masih terdapat perselisihan antara Divisi Kedisiplinan dan Divisi Koorsik. Divisi Kedisiplinan sendiri merupakan kubu dari Perwira yaitu semua divisi pada Perwira sebelumnya. Perselisihan yang terjadi mulai dari perselisihan tugas dan tupoksi, hingga perselisihan internal lainnya. Pada kenyataanya semua anggota belum sepenuhnya setuju bahwa adanya penggabungan, karena adanya aturan yang ketat ketika sudah masuk ke dalam tubuh Polisi Mahasiswa. Karena Polisi Mahasiswa sebagai organisasi yang fungsinya sebagai penegak kedisiplinan, maka Divisi Koorsik pun juga wajib dalam melakukan hal tersebut, namun ada beberapa anggota tidak setuju, karena berbedanya fungsi yang sebenarnya. Pada hakekatnya koorsik hanya fokus dalam kegiatan bermusik. Fungsi dalam penegakan kedisiplinan harusnya dilakukan oleh Divisi Kedisiplinan yang mempunyai tugas lebih dengan terpasangnya tali kur berwarna putih biru dan wings Polisi Mahasiswa.



Solusi untuk mengatasi hal tersebut adalah fungsi penegakkan



kedisiplinan hanya dilakukan oleh Divisi Kedisiplinan, namun pada Divisi Koorsik juga diharuskan menjadi contoh yang disiplin untuk mahasiswa lain. Masalah yang selanjutnya adalah masih kurangnya rasa memiliki antar sesama anggota Polisi Mahasiswa, hal ini terlihat dengan kurang dekatnya anggota Divisi Kedisiplinan dengan Divisi Korsik, membuat ego di masing-masing divisi, berfikir bahwa masalah pada salah satu divisi bukan merupakan urusan dari divisi lainnya. Hal ini membuat timbulnya retakan pada hubungan kedua divisi tersebut yang dapat berpotensi untuk saling berpisah. Untuk itu dilakukan mediasi atara kedua belah pihak yang merencanakan konsep dari diklat Polisi Mahasiswa pada generasi selanjutnya. Hal ini dilakukan agar semua yang masuk dalam keanggotaan polisi mahasiswa, baik Divisi Kedisiplinan maupun Divisi Koorsik semua adalah sama, satu keluarga, dan sama-sama menjadi kader-kader kedisiplinan di kampus.



Pada tahun 2018, solusi yang dianggap dapat menciptakan suasana yang kondusif, justru memicu perpecahan yang lain. Yang pertama adalah adanya masalah tentang penerimaan anggota baru Polisi Mahasiswa. Berbicara tentang penerimaan anggota baru, Polisi Mahasiswa memiliki standart tersendiri untuk menilai calon anggota yang ingin bergabung, untuk dapat menjadi anggota Divisi Kedisiplinan, maka calon anggota terlebih dahulu harus lolos alam tes penerimaan anggota dari Divisi Koorsik terlebih dahulu. Namun pada kenyataannya, adanya penerimaan anggota di luar dari anggota Divisi Koorsik yang telah terpilih, hal ini bukan tanpa sebab, Divisi Kedisiplinan mempunyai kriteria tersendiri untuk memilih anggota-anggotanya, namun nantinya anggota yang bukan anggota koorsik tersebut akan mengisi posisi pemain pada Divisi Koorsik. Yang kedua tentang pelaksanaan diklat Polisi Mahasiswa. Diklat kedua divisi ini digabung menjadi satu yang dilaksanakan dikampus dengan pemberian bobot materi lapangan yang sama. Pada mulanya hal ini dianggap sebagai solusi untuk lebih mendekatkan para anggota dari masing-masing divisi, namun kenyataannya tidak semudah yang dibayangkan. Timbulnya rasa iri pada anggota salah satu divisi akan haknya sebagai anggota Polisi Mahasiswa. Hak tersebut adalah penggunaan wings dari Polisi Mahasiswa, mereka menganggap bahwa seharusnya anggota Divisi Koorsik juga memakai wings tersebut karena telah menempuh diklat kepemimpinan yang sama dengan Divisi Kedisiplinan, pada mulanya anggota dari Divisi Kedisiplinan berhak menggunakan wings Polisi Mahasiswa, dan brevet dari Divisi Koorsik, sedangkan anggota dari Divisi Koorsik hanya memakai brevetnya saja. Padahal yang perlu digaris bawahi bahwa penggunaan wings dari Polisi Mahasiswa merupakan tanda tentang adanya penambahan tugas dari anggota Divisi Kedisiplinan, bahwa mereka bukan hanya sebagai pioneer kedisiplinan, namun juga pelaku dalam penegakan kedisiplinan. Kemudian kecemburuan yang kedua timbul karena anggota Divisi Kedisiplinan non anggota koorsik tetap memakai brevet dari Divisi Korsik, mereka merasa bahwa jika bukan anggota maka tidak berhak untuk memakai brevet tersebut, pada kenyataanya anggota non Divisi Koorsik harapannya dapat mengisi dan menjadi player serta secara otomatis dapat masuk dalam anggota Divisi Koorsik, namun seperti adanya tembok pembatas, anggota dari non Divisi Koorsik seolah dibiarkan begitu saja, dan tidak segera ditarik untuk mengisi



kekosongan player yang ada. Kemudian lagi, timbul ke irian tentang penggunaan tali kur. Anggota Divisi Korsik menuntut agar mereka juga dapat memakai tali kur sama seperti anggota Divisi Kedisiplinan dengan berlandaskan mereka sama-sama Polisi Mahasiswa, namun usulan ini dibantah mentah-mentah karena bukan tupoksinya memakai tali kur tersebut, karena dengan adanya pemakaian tali kur tersebut menandakan anggota tersebut memiliki beban tanggung jawab yang lebih dibanding anggota lainya. Untuk mengatasi masalah ini, maka Divisi Kedisiplinan berbesar hati agar anggota Divisi Korsik dapat memakai wings dari Polisi Mahasiswa yang nantinya tidak ada lagi timbul keirian antar anggota divisi. Masalah yang selanjutnya adalah masalah tentang penggunaan jargon dalam segala kegiatan yang fungsinya sebagai penyemangat anggota ketika melakukan sebuah tugas. Jargon yang digunakan Polisi Mahasiswa berbunyi “ POLMA Sayap Garuda”. Jargon ini sebenarnya dapat dilakukan untuk kedua divisi baik Kedisiplinan maupun Divisi Korsik, namun Divisi Koorsik memiliki jargon tersendiri yaitu “ GSBB YOUR SMILE IS MY VITAMIN” yang didapatkan dari pelatih marching band tatkala tidak bisa mendampingi perform di Kementrian Pertanian. Adanya penggunaan jargon baru, dan tidak lagi memakai jargon Polisi Mahasiswa itulah yang membuat seolah Divisi Koorsik berdiri sendiri disamping Polisi Mahasiswa itu sendiri, kemudian diperkeruh dengan rendahnya sikap terhadap pimpinan organisasi Polisi Mahasiswa yaitu Komandan dan Wakil Komandan membuat perseteruan makin memanas. Hingga pada akhirnya pada tahun 2019 diselenggarakan rapat luar biasa mengenai penawaran lepasnya Divisi Koorsik pada organisasi Polisi Mahasiswa. Pada rapat tersebut menuai perseteruan dan membahas tentang adanya etika dalam berorganisasi, menganggap bahwa Divisi Koorsik sudah bisa bergerak sendiri tanpa harus bergabung dengan Polisi Mahasiswa, hal ini membuat miris para senior pendahulu yang merintis awal penggabungan ini, seolah melupakan sejarah mengapa marching band bergabung kedalam Polisi Mahasiswa. Namun perselisihan ini dapat diatasi kembali melalui mediasi, dan saling membuka pikiran untuk melangkah lebih baik kedepannya dengan batalnya putusan tentang pemisahan marching dari Polisi Mahasiswa.



Dan dengan persoalan yang ada di atas maka polisi mahasiswa dapat membuka lembaran baru menuju 1 keluarga yang utuh, dengan memperbaiki lagi birokrasi yang ada di dalamnya. Kemudian ketika tongkat estafet kepemimpinan berganti pada tahun 2019, adanya penggabungan 2 divisi yaitu Divisi Displintatib dan Divisi Lingkasma. Penggabungan 2 divisi ini sebagai wujud dalam mengatasi ketidak efisiennya tugas yang diemban, karena pada dasarnya semua divisi kedisiplinan berperan sebagai penegak aturan yang ada. Kemudian adanya Divisi Inventarisasi sudah ditambahkan pada tahun 2018 yang tugasnya untuk mengurus semua inventaris dan pengadaan perlengkapan yang dibutuhkan Polisi Mahasiswa.



BAB VI KEORGANISASIAN POLISI MAHASISWA



A. STRUKTUR ORGANISASI



B. SAPTA MARGA POLISI MAHASISWA 1. TAAT KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA 2. BERANI, BERTANGGUNG JAWAB DAN MENJAGA NAMA BAIK ALMAMATER 3. PATUH DALAM MENJALANKAN TRI DHARMA POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG 4. MENJUNJUNG TINGGI SIKAP DAN KEHORMATAN POLISI MAHASISWA 5. MENJADI



INSAN



YANG



DISIPLIN,



CERMAT



DAN



BERWAWASAN



LINGKUNGAN 6. MENJAGA PERSAUDARAAN, ADIL DAN SETIA TERHADAP SESAMA 7. MENEPATI SAPTA MARGA POLISI MAHASISWA



C. LOGO DAN MAKNA POLISI MAHASISWA



 Segilima



: Pancasila



 Garis hitam



: Kewibawaan



 Merah



: Keberanian



 Bintang



: Ketuhanan Yang Maha Esa



 Padi dan kapas



: Kejayaan



 Tunas Kementan



: Bibit Muda Unggul



 Air



: Keagungan



 Bunga Teratai 7



: Sapta Marga Polisi Mahasiswa



 Bunga Teratai 3



: Tri Darma Polbangtan Malang



 Satya Wira Taruna Cakti



: Pemuda Tangguh Yang Berani Membela Kebenaran



D. LOGO DAN MAKNA



GITA SWARA BHAKTI BUMI



N O



NAMA GAMBAR



MAKNA



1



Lambang Pertanian



Di bawah naungan Kementerian Pertanian



2



5 Helai Sayap



Pancasila negara



3



Belira, 8 buah Hari jadi “Gita Swara Bhakti di kiri dan 17 Bumi” buah di kanan



4



Snare Drum



Kekompakan memainkan alat



5



Stik Mayor



Semua di bawah 1 komando



6



Lagu yang merdu dari bumi pertiwi dan setia mengabdi Gita Swara pada negara khususnya Bhakti Bumi pertanian yang berbasis lingkungan



7



Pita 3 lekuk



GAMBAR



E. ATRIBUT POLISI MAHASISWA



sebagai



dasar



dalam



Tri Dharma Politeknik Pembangunan Pertanian



Atribut Polisi Mahasiswa terdiri dari Wings, Brevet, dan Tali Koor. Untuk penggunaan semua wajib menggunakan atribut tersebut sesuai ketentuan dari AD/ART Polisi Mahasiswa. Namun untuk Tali Koor hanya di gunakan oleh Anggota yang dipercaya dan menerima tanggung jawab lebih, yaitu Divisi Kedisiplinan. Untuk pemasanganatribut harus sesuai dengan AD/ART Polisi Mahasiswa, untuk wings di pasang atas saku kiri, dengan jarak satu jari di atas saku kiri, dan untuk brevet di pasang di tutup saku kiri bagian kanan kancing saku. Untuk pemasangan tali koor berada di lengan kanan dan I atas saku kanan.



1. Gambar Atribut Polisi Mahasiswa



Gambar Wings Polisi Mahasiswa Tingkat 2



Gambar Wings Polisi Mahasiswa Tingkat 3



Makna Wings Polisi Mahasiswa



1. Bintang Melambangkan anggota Polisi Mahasiswa senantiasa Mengamalkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 2. Bulu disayap berjumlah 7 melambangkan anggota Polisi Mahasiswa senantiasa mengamalkan Sapta Marga Polisi Mahasiswa. 3. Bulu disayap berjumlah 5 melambangkan anggota Polisi Mahasiswa senantiasa mengamalkan dan menjujung tinggi Pancasila. 4. Padi dan kapas melambangkan anggota Polisi Mahasiswa menjunjung tinggi persamaan sosial tidak ada kesenjangan. 5. Pita



Melambangkan



anggota



Polisi



Mahasiswa



senantiasa



mempererat



persaudaraan dan kesatuan antar anggota. 6. Logo polbangtan Malang melambangkan senantiasa anggota Polisi Mahasiswa selalu siap dan sedia me ngabdi pada Institusi. 7. Warna emas melambangkan Keagungan. 8. Satya Wira Taruna Cakti merupakan Motto dari Polisi Mahasiswa yang berarti “Pemuda Tangguh Yang Berani Membela Kebenaran”



Makna Tali Koor Polisi Mahasiswa  Lilitan tali berjumlah 7 melambangkan anggota Polisi Mahasiswa senantiasa mengamalkan Sapta Marga Polisi Mahasiswa.  Lekukan berjumlah 5 melambangkan anggota Polisi Mahasiswa senantiasa mengamalkan dan menjujung tinggi Pancasila.  Warna merah melambangkan anggota Polisi Mahasiswa seorang pemberani.  Warna biru melambangkan anggota Polisi Mahasiswa seorang yang percaya diri.  Warna putih melambangkan anggota Polisi Mahasiswa seorang suci dan netral.



BAB VII PENUTUP



Begitulah cerita singkat mengenai sejarah Polisi Mahasiswa, organisasi yang bergerak dalam bidang kedisiplinan yang ada di kampus Politeknik Pembangunan Pertanian Malang. Yang merupakan organisasi tertua yang ada di kampus ini sebagai wujud pembaharuan dari organisasi sebelumnya yaitu Perwira. Adanya peramasalahan yang timbul dalam upaya membangun organisasi ini sebagai media pembelajaran terhadap anggota dalam memanajemen organisasinya dengan baik, tanpa adanya masalah para anggota Polisi Mahasiswa tidak bisa berkembang dan berpikir untuk maju. Harapan dengan adanya buku sejarah ini, bahwa diharapkan generasi selanjutnya membaca dan meresapi setiap kata yang ada di buku ini, dan dijadikan pedoman untuk menjalankan organisasi Polisi Mahasiswa untuk menjadi lebih baik lagi. Jangan pernah melupakan sejarah, karena dengan adanya sejarah kita mampu memperbaiki kesalahan yang pernah diperbuat di kemudian hari.