SGD Mater KLP 5 Infeksi Post Partum [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI POST PARTUM



Disusun oleh: 1. Adiningsih kurnia



(0118002)



2. Fanny Okte Novita



(0118015)



3. Putri Diah



(0118032)



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA MOJOKERTO 2020



1



KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadiran Allah SWT, atas berkat dan karunia-Nya sehingga makalah ini ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Maternitas. Dalam pembuatan makalah, kami berharap teman teman dapat memahami dan menambah pengetahuan yang lebih baik, sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua. Kami menyadari bahwa kami masih banyak kekurangan dan juga kesalahan dalam penulisan makalah ini. Maka dari itu, kami mengharap kritik dan saran yang membangun demi menyempurnakan makalah ini. Demikian, kami ucapkan terimakasih.



Mojokerto, 28 Februari 2020



(Penulis)



2



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR…………………………………………………………….2 DAFTAR ISI……………………………………………………………….…..…3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang…………………………………………………………….4 B. Rumusan Masalah…………………………………………………………5 C. Tujuan……………………………………………………………………..5 BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Medis 1. Pengertian……………………………………………………………..7 2. Periode Nifas………………………………………………………….8 3. Etiologi………………………………………………………………..8 4. Faktor Predisposisi…………………………………………………….9 5. Klasifikasi……………………………………………………………11 6. Patofisiologi………………………………………………………….13 7. Pathway…………………………………………………………...…14 8. Manifestasi klinis………………………………………………………………….15 9. Pengobatan…………………………………………………………...15 10. Komplikasi…………………………………………………………...15 11. Penatalaksanaan……………………………………………………...16



3



B. Konsep Dasar Keperawatan 1. Pengkajian……………………………………………………………19 2. Diagnosa Keperawatan………………………………………….……25 3. Intervensi Keprawatan……………………………………………….26 4. Evaluasi Keperawatan……………………………………………….29 BAB II PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………………………30 B. Saran…………………………………………………………………….31 DAFTAR PUSTAKA



4



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana organorgan reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil.Masa ini membutuhkan waktu sekitar 6 minggu (Varney, Helen, 2001:225). Dari definisi lain menyebutkan, Masa nifas atau masa puerperium mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu (Wiknjosastro, Hanifa,1999:237). Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alatalat genitalia dalam masa nifas. (Adele Pillitteri, 2007). Salah satu infeksi pada masa nifas adalah : Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan pembekuan darah. Tromboflebitis cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen, dilatasi vena ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh tekanan kepala janin kerena kehamilan dan persalinan, dan aktifitas pada periode tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan membekukan darah pada ekstremitas bagian bawah (Adele Pillitteri, 2007). Perlu dibutuhkan pemantauan khusus terhadap ibu nifas yang mengalami keluhan-keluhan yang diperkirakan akan mengarah ke gejala patologis masa nifas.



B. Rumusan Masalah 1. Apa Pengertian Infeksi Post Partum? 2. Bagaimana Periode Nifas? 3. Apa Etiologi Infeksi post partum? 4. Apa saja Faktor Predisposisi Infeksi post partum? 5. Apa Klasifikasi Infeksi post partum? 6. Apa Patofisiologi Infeksi post partum?



5



7. Bagaimana Pathway Infeksi post partum? 8. Bagaimana Manifestasi klinis Infeksi post partum? 9. Bagaimana Pengobatan Infeksi post partum? 10. Bagaimana Komplikasi Infeksi post partum? 11. Bagaimana Penatalaksanaan Infeksi post partum? 12. Bagaimana Konsep asuhan keperawatan Infeksi post partum? C. Tujuan 1. Mengetahui pengertian infeksi postpartum. 2. Mengetahui Periode Nifas. 3. Mengetahui Etiologi Infeksi post partum. 4. Mengetahui Faktor Predisposisi Infeksi post partum. 5. Mengetahui Klasifikasi Infeksi post partum. 6. Mengetahui Patofisiologi Infeksi post partum. 7. Mengetahui Pathway Infeksi post partum. 8. Mengetahui Manifestasi klinis Infeksi post partum. 9. Mengetahui Pengobatan Infeksi post partum. 10. Mengetahui Komplikasi Infeksi post partum. 11. Mengetahui Penatalaksanaan Infeksi post partum. 12. Mengetahui Konsep asuhan keperawatan Infeksi post partum.



6



BAB II PEMBAHASAN A. KONSEP MEDIS 1. Pengertian Infeksi Nifas atau Postpartum a. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulihnya kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. (Muchtar, 1998 : 115). b. Periode postpartum (puerperium) adalah jangka waktu 6 minggu, yang dimulai setelah kelahiran bayi sampai pemulihan kembali organ-organ reproduksi seperti sebelum kehamilan. (Bobak, 2000 : 716). c. Masa nifas atau postpartum adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. (Hanifa, 1999 : 237). d. Postpartum adalah masa setelah melahirkan dimana masa ini meliputi beberapa minggu pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan sebelum hamil yang normal. (Cuningham, 1995 : 281). e. Pengertian yang dikemukakan oleh para ahli tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa : “Masa nifas disebut juga postpartum atau puerperium, adalah masa penyembuhan dan pulihnya kembali alatalat reproduksi sejak selesai melahirkan sampai pada keadaan normal, seperti sebelum hamil, lamanya kira-kira 6 minggu. f. Infeksi postpartum adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas (Sarwono Prawirohardjo, 2005 : 689 ). g. Infeksi postpartum adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genetalia dalam masa nifas (Mochtar Rustam, 1998 : 413).



7



Jadi, yang dimaksud dengan infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus genetalia yang terjadi setelah melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu hingga 38 C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan mengecualikan 24 jam pertama. 2. Periode Nifas atau Postpartum a. Periode Immediate postpartum : terjadi dalam 24 jam pertama setelah melahirkan. b. Periode Early postpartum : terjadi setelah 24 jam postpartum sampai akhir minggu pertama sesudah melahirkan, dimana resiko sering terjadi pada ibu postpartum, hampir seluruh sistem tubuh mengalami perubahan secara drastic. c. Periode late postpartum : terjadi mulai minggu kedua sampai minggu keenam sesudah melahirkan, dan terjadi perubahan secara bertahap. 3. Etiologi Infeksi nifas dapat disebabkan oleh masuknya kuman ke dalam organ kandungan maupun kuman dari luar yang sering menyebabkan infeksi. Berdasarkan masuknya kuman ke dalam organ kandungan terbagi menjadi : (Lusa, 2011) 1.



Eksogen (kuman datang dari luar)



2.



Autogen (kuman datang dari tempat lain)



3.



Endogen (kuman datang dari jalan lahir sendiri) Penyebab dari infeksi postpartum ini melibatkan mikroorganisme



anaerob dan aerob patogen yang merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin juga dari luar.Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50 % adalah streptococcus dan anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi postpartum antara lain :



8



a. Streptococcus haematilicus aerobic Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari penderita lain , alat alat yang tidak steril , tangan penolong , dan sebagainya. b. Staphylococcus aurelis Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit c. Escherichia coli Sering berasal dari kandung kemih dan rectum , menyebabkan infeksi terbatas d. Clostridium welchii Kuman anaerobik yang sangat berbahaya , sering ditemukan pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit. 4. Faktor Predisposisi a. Faktor predisposisi infeksi postpartum 1) Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti perdarahan, dan  kurang gizi atau malnutrisi 2) Partus lama, terutama partus dengan ketuban pecah lama. 3) Tindakan bedah vaginal yang menyebabkan perlukaan jalan lahir. 4) Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan dara 5) Anemia, higiene, kelelahan 6) Proses persalinan bermasalah : Partus lama/macet, korioamnionitis, persalinan traumatik, kurang baiknya proses pencegahan infeksi, manipulasi yang berlebihan, dapat berlanjut ke infeksi dalam masa nifas.



9



b. Cara Terjadinya infeksi 1) Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau alat-alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman-kuman. 2) Dalam rumah sakit terlalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh aliran udara kemana-mana termasuk kain-kain, alat-alat yang suci hama, dan yang digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau pada waktu nifas. 3) Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, kecuali apabila mengakibatkan pecahnya ketuban. 4) Infeksi Intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala-gejala pada waktu berlangsungnya persalinan. Infeksi intraparum biasanya terjadi pada waktu partus lama, apalagi jika ketuban sudah lam pecah dan beberapakali dilakukan pemeriksaan dalam. Gejal-gejala ialah kenaikan suhu, biasanya disertai dengan leukositosis dan takikardia; denyut jantung janin dapat meningkat pula. Air ketuban biasanya menjadi keruh dan berbau. Pada infeksi intra partum kuman-kuman memasuki dinding uterus pada waktu persalinan, dan dengan melewati amnion dapat menimbulkan infeksi pula pada janin.



10



5. KLASIFIKASI Infeksi yang menyerang pada organ genetalia dibagi menjadi 2 yaitu : 1.



Infeksi yang terbatas pada luka (perineum, vulva, vagina, serviks, endometrium) antara lain: a. Vulvitis Vulvitis adalah infeksi pada vulva. Vulvitis pada ibu pasca melahirkan terjadi di bekas sayatan episiotomi atau luka perineum. Tepi luka berwarna merah dan bengkak, jahitan mudah lepas, luka yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan nanah. b. Vaginitis Vaginitis merupakan infeksi pada daerah vagina. Vaginitis pada ibu pasca melahirkan terjadi secara langsung pada luka vagina atau luka perineum. Permukaan mukosa bengkak dan kemerahan, terjadi ulkus dan getah mengandung nanah dari daerah ulkus. c. Servitis Infeksi yang sering terjadi pada daerah servik, tapi tidak menimbulkan banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung ke dasar ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium. d. Endometritis Endometritis paling sering terjadi. Biasanya demam mulai 48 jam postpartum dan bersifat naik turun. Kuman–kuman memasuki endometrium (biasanya pada luka insersio plasenta) dalam waktu singkat dan menyebar ke seluruh endometrium. Pada infeksi setempat, radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama bekuan darah menjadi nekrosis dan mengeluarkan getah berbau yang terdiri atas keping-keping nekrotis dan cairan. Pada infeksi yang lebih berat batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.



11



e. Infeksi yang menjalar dari luka jaringan sekitarnya (tromboflebitis, parametritis, salpingitis, dan peritonitis) antara lain : -Trombofeblitis Penjalaran infeksi melalui vena sering terjadi dan merupakan penyebab terpenting dari kematian karena infeksi puerpalis. Radang vena golongan 1 disebut tromboflebitis pelvis dan infeksi vena golongan 2 disebut tromboflebitis femoralis. -Parametritis Parametritis adalah infeksi pada parametrium. Parametrium adalah jaringan renggang yang ditemukan di sekitar uterus. Jaringan ini memanjang sampai ke sisi-sisi serviks dan ke pertengahan lapisan-lapisan ligamen besar. -Salpingitis Salpingitis adalah infeksi dan peradangan di saluran tuba . Hal ini sering digunakan secara sinonim dengan penyakit radang panggul, meskipun PID tidak memiliki definisi yang akurat dan dapat merujuk pada beberapa penyakit dari saluran kelamin wanita bagian atas, seperti endometritis, ooforitis, metritis, parametritis dan infeksi pada peritoneum panggul. -Peritonitis adalah peradangan peritoneum yang biasanya disebabkan oleh infeksi. ( Sitti Saleha, 2009 )



12



6. Patofisiologi Reaksi tubuh dapat berupa reaksi lokal dan dapat pula terjadi reaksi umum. Pada infeksi dengan reaksi umum akan melibatkan syaraf dan metabolik pada saat itu terjadi reaksi ringan limporetikularis diseluruh tubuh, berupa proliferasi sel fagosit dan sel pembuat antibodi (limfosit B). Kemudian reaksi lokal yang disebut inflamasi akut, reaksi ini terus berlangsung selama menjadi proses pengrusakan jaringan oleh trauma. Bila penyebab pengrusakan jaringan bisa diberantas, maka sisa jaringan yang rusak disebut debris akan difagositosis dan dibuang oleh tubuh sampai terjadi resolusi dan kesembuhan. Bila trauma berlebihan, reksi sel fagosit kadang berlebihan sehingga debris yang berlebihan terkumpul dalam suatu rongga membentuk abses atau bekumpul dijaringan tubuh yang lain membentuk flegman (peradangan yang luas dijaringan ikat). (Sjamsuhidajat, R, 1997 ).



13



7. Pathway infeksi postpartum.



Infeksi postpartum



Mekanisme inflamasi



Kalikrein



eaksi antigen dan antibody Memecah kininogen



Reaksi inflamasiPengeluaran pada uterus lokea yang berbau dan Plasenta banyak tertahan pada uterus Perdarahan saat persalinan



Reaksi antigen-antibody



PK : Tertahannya Klien merasa malu dengan kondisinya



kinin Merangsang fagositik



Plasenta



Pengeluaran histamin



mediator inflamasi “pirogen-endogen”



↓ sel darah merah



↓ Hb



Gangguan Citra Tubuh Vasodilatasi pembuluh darah



↓ suplay O2 ke jaringan otak



Mengeluarkan histamin Pengeluaran prostaglandin ↑ permeabilitas kapiler Pengeluaran arakidonat



Penekanan pada system pernafasan



Menekan saraf nyeri



Perembesan cairan ke interstisial uterus Merangsang reseptor saraf iritan



↑ asam lambung



Pusing/ sakit kepala



Tidak bisa tidur



ang pusat thermostat hipotalamus Pembengkakan pada uterus Mengaktifkan reseptor nyeri



gkatan suhu tubuh (380-400 C) Nyeri pada area yang meradang



Mual-mual



Gangguan Pola



anoreksia Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh



Hipertermi



Nyeri Akut



Tidur



14



8. Manifestasi Klinis a. Peningkatan suhu b. Takikardie. c. Nyeri pada pelvis d. Demam tinggi e. Nyeri tekan pada uterus f. Lokhea berbau busuk/ menyengat g. Penurunan uterus yang lambat h. Nyeri dan bengkak pada luka episiotomy 9. Pengobatan Infeksi Kala Nifas Pengobataninfeksi pada masa nifas antara lain: a. Sebaiknya segera dilakukan kultur dari sekret vagina dan servik, luka operasi dan darah, serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat. b. Memberikan dosis yang cukup dan adekuat. c. Memberi antibiotika spektrum luas sambil menunggu hasil laboratorium. d. Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh seperti infus, transfusi darah, makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh, serta perawatan lainnya sesuai komplikasi yang dijumpai. 10. Komplikasi a. Peritonitis (peradangan selaput rongga perut) b. Tromboflebitis pelvika (bekuan darah di dalam vena panggul), dengan resiko terjadinya emboli pulmoner. c. Syok toksik akibat tingginya kadar racun yang dihasilkan oleh bakteri di dalam darah. Syok toksik bisa menyebabkan kerusakan ginjal yang berat dan bahkan kematian.



15



11. Penatalaksanaan a. Pencegahan 1) Masa Persalinan a) Hindari pemeriksaan dalam berulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilitas yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah. b) Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama. c) Jagalah sterilitas kamar bersalin dan pakailah masker, alat-alat harus suci hama. d) Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun perabdominal dibersihkan, dijahit sebaikbaiknya dan menjaga sterilitas. e) Pakaian dan barang-barang atau alat-alat yang berhubungan dengan penderita harus terjaga kesuci-hamaannya. f) Perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang hilang harus segera diganti dengan transfusi darah. g) Masa Nifas h) Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-alat dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kndung kencing harus steril. i) Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur dengan ibu sehat. j) Tamu yang berkunjung harus dibatasi. 2) Masa Kehamilan: Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi dan kelemahan serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita ibu.Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu. Begitu pula koitus pada hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati-hati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban, kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk dalam jalan lahir.



16



b. Pencegahan infeksi postpartum : 1) Anemia diperbaiki selama kehamilan. Berikan diet yang baik. Koitus pada kehamilan tua sebaiknya dilarang. 2) Membatasi masuknya kuman di jalan lahir selama persalinan. Jaga persalinan agar tidak berlarut-larut. Selesaikan persalinan dengan trauma sesedikit mungkin. Cegah perdarahan banyak dan penularan penyakit dari petugas dalam kamar bersalin. Alat-alat persalinan harus steril dan lakukan pemeriksaan hanya bila perlu dan atas indikasi yang tepat. 3) Selama nifas, rawat higiene perlukaan jalan lahir. Jangan merawat pasien dengan tanda-tanda infeksi nifas bersama dengan wanita sehat yang berada dalam masa nifas. c. Penanganan umum 1) Antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi dan masalah dalam proses persalinan) yang dapat  berlanjut menjadi penyulit/komplikasi dalam masa nifas. 2) Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami infeksi nifas. 3) Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau infeksi yang dikenali pada saat kehamilan ataupun persalinan. 4) Jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum terlampaui. 5) Beri catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumah dan gejala-gejala yang harus diwaspadai dan harus mendapat pertolongan dengan segera. 6) Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir, dari ibu yang mengalami infeksi pada saat persalinan. Dan Berikan hidrasi oral/IV secukupnya.



17



d. Pengobatan secara umum 1) Sebaiknya segera dilakukan pembiakan (kultur) dan sekret vagina, luka operasi dan darah serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat dalam pengobatan., 2) Berikan dalam dosis yang cukup dan adekuat. 3) Karena hasil pemeriksaan memerlukan waktu, maka berikan antibiotika spektrum luas (broad spektrum) menunggu hasil laboratorium. 4) Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infus atau transfusi darah diberikan, perawatan lainnya sesuai dengan komplikasi yang dijumpai. e. Penanganan infeksi postpartum : 1) Suhu harus diukur dari mulut sedikitnya 4 kali sehari. 2) Berikan terapi antibiotik, Perhatikan diet. Lakukan transfusi darah bila perlu, Hati-hati bila ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk ke dalam rongga perineum.



18



B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Effendy, 1995 : 18). a. Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan awal dari pengkajian untuk mengumpulkan informasi tentang klien yang akan dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah serta kebutuhan kesehatan klien sehari-hari meliputi : 1) Identitas a) Identitas klien terdiri dari : nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, golongan darah, diagnosa medis, status marital, alamat. b) Identitas penanggung jawab terdiri dari : nama, umur, suku/bangsa, pendidikan terakhir, pekerjaan, agama, hubungan dengan klien, alamat. 2) Status Kesehatan a) Keluhan Utama Adanya nyeri perubahan fungsi seksual, luka b) Riwayat Kesehatan Sekarang Merupakan pengembangan dari keluhan utama yang dirasakan klien. Biasanya nyeri akan bertambah bila bergerak/mengubah posisi, nyeri berkurang jika klien diam atau istirahat, nyeri dirasakan seperti diirisiris/disayat-sayat, skala nyeri bervsariasi dari 2-4 (0-5). Dijabarkan dengan PQRST.



19



c) Riwayat Kesehatan Yang Lalu Yang perlu dikaji riwayat kesehatan dahulu ada apakah pernah mengalami operasi sebelumnya, riwayat penyakit infeksi, alergi obat-obatan, hypertensi, penyakit system pernafasan, diabetes mellitus. d) Riwayat Kesehatan Keluarga Dikaji dalam keluarga apakah keluarga mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes mellitus, hypertensi, jantung, penyakit kelainan darah dan riwayat kelahiran kembar dan riwayat penyakit mental. 3) Pemeriksaan Fisik a) Pemeriksaan ibu  Keadaan Umum Pada klien post operasi seksio sesarea hari kedua biasanya klien masih lemah, tigkat kesadaran pada umumnya compos mentis, tanda-tanda vital biasanya sudah stabil, tingkat emosi mulai stabil dimana ibu mulai masuk dalam fase taking hold. BB biasanya mendekati BB sebelum hamil.  Sistem Respirasi Respirasi kemungkinan meningkat sebagai respon tubuh terhadap nyeri, perubahan pola nafas terjadi apabila terdapat penumpukan secret akibat anesthesi.  Sistem Kardiovaskuler Klien biasanya mengeluh pusing, tekanan darah biasanya mengalami penurunan.Bila terjadi peningkatan 30 mmHg systolic atau 15 mmHg diastolic kemungkinan terjadi pre eklampsia dan membutuhkan evaluasi lebih lanjut. Observasi nadi



20



terhadap penurunan sehingga kurang dari 50x/menit kemungkinan ada shock hypovolemik, kaji apakah konjungtiva anemis sebagi akibat kehilangan darah operasi, kaji apakah ada peningkatan JVP, kaji juga fungsi jantung. Pada tungkai bawah kaji adanya tanda-tanda tromboemboli periode post partum, seperti kemerah-merahan, hangat dan sakit di sekitar betis perasaan tidak nyaman pada ekstremitas bawah, kaji ada tidaknya tanda-tanda humans positif dorso fleksi pada kaki.  Sistem Saraf Kaji fungsi persarafan, kesadaran terutama sensasi pada tungkai bawah pada klien dengan spinal anesthesi.  Sistem Pencernaan Kaji keadaan mulut, pada hari pertama dan kedua keadaan mulut biasanya kering arena klien puasa pada klien dengan anesthesi umum, fungsi menelan baik, kecuali klien merasa tenggorokan terasa kering.Berbeda pada klien dengan anesthesi spinal tidak perlu puasa, kaji bising usus, apakah ada tanda distensi pada saluran cerna, apakah klien sudah BAB, atau flatus.  Sistem Urinaria Bagaimana pola berkemih klien, berapa kali frekuensinya, kaji keadaan blass apakah ada distensi, bagaimana pola BAK klien, kecuali terpasang kateter, kaji warna urine, jumlah dan bau urine.



21



 Sistem Reproduksi Kaji bagaimana keadaan payudara, apakah simetris, adakah hyperpigmentasi pada areola, putting susu menonjol, apakah ASI sudah keluar. Kaji tinggi fundus uteri pada pinggir abdomen, karena pada bagian tengah abdomen terdapat luka, kaji kontraksi uterus, perasaan mulas adalah normal karena proses involusi. Tinggi fundus uteri pada post partum seksio sesarea hari kedua adalah 1-2 jari dibawah umbilicus atau pertengahan antara sympisis dan umbilical. Kaji pengeluaran lochea, jumlahnya, warna da baunya. Biasanya lochea berwarna merah, bau amis dan agak kental (lochea rubra). Kaji pengetahua klien tentang cara membersihkannya, berapa kali mengganti pembalut dalam sehari.  Sistem Integumen Kebersihan rambut biasanya kurang, karena sejak post operasi klien belum melakukan aktivitas seperti biasa, kaji muka apakah adahyperpigmentasi, kloasma gravidarum, kaji keadaan luka operasi, balutan dan kebersihannya, luka balutan biasanya dibuka pada hari ke tiga.  Sistem Muskuloskletal Bagaimana keadaan klien apakah lemah, adakah pergerakan klien kaku, apakah ekstremitas simetris, apakah klien mampu melakukan pergerakan ROM, tonus otot biasanya normal, tapi kekuatan masih lemah, terutama karena klien dipuasakan pada saat operasi. Pergerakan sendi-



22



sendi biasanya tidak ada keterbatasan.Kaji apakah ada diastasis rektus abdominalis.  Sistem Endokrin Kaji apakah ada pembesaran tyroid, bagaimana produksi ASI, pada post partum akan terjadi penurunan hormone estrogen dan progesterone sehingga hormone prolaktin meningkatyang menyebabkan terjadinya produksi ASI dan hormone oksitosin yang merangsang pengeluaran ASI. Sehingga pada masa ini akan terjadi peningkatan produksi ASI dan akan terjadi pembengkakan payudara bila bay tidak segera diteteki. 4) Pola Aktivitas sehari-hari Pola aktivitas yang perlu dikaji adalah : sebelum hamil, selama hamil, selama dirawat di rumah sakit. a) Nutrisi Kaji frekuensi makan, jenis makanan yang disukai dan tidak disukai, apakah makanan pantangan atau alergi, bagaimana nafsu makan klien, porsi makan (jumlah). b) Eliminasi Kaji frekuensi BAB, warna, bau dan kosistensi feses serta masalah yang dihadapi klien saat BAB.Kaji frekuensi BAK, warna, bau dan jumlah urine. c) Pola tidur dan istirahat Klien post partum seksio sesarea membutuhkan waktu tidur yang cukup, tapi sering mengalami masalah tidur karena perasaan yeri dan suasana rumah sakit.



23



d) Personal hygiene Data yang perlu dikaji adalah mandi, gosok gigi, keramas dan gunting kuku. Pada klien dengan post partum seksio sesarea hari ke 1-2 masih memerlukan bantuan dalam personal hygiene. e) Ketergantungan fisik Apakah klien suka merokok, minum-minuman keras, serta kaji apakah klien mengkonsumsi obat-obatan terlarang. 5) Aspek Psikososial a) Pola pikir dan persepsi Yang perlu dikaji adalah hubungan ibu dan bayi, respon ibu mengenai kelahiran, kaji pengetahuan klien tentang kondisi setelah melahirkan/setelah seksio sesarea. Dan hal apa yang perlu dilakukan setelah operasi seksio sesarea, kaji pengetahuan klien tentang laktasi, perawatan payudara dan perawatan bayi. b) Persepsi diri Kaji tingkat kecemasan dan sumber yang menjadi pencetus kecemasan, kaji rencana ibu setelah pulang dari rumah sakit untuk merawat bayi dan siapa yang membantunya dalam merawat bayi di rumah. c) Konsep diri Terdiri dari body image, peran diri, identitas diri, harga diri dan ideal diri klien setelah menjalani seksio sesarea. d) Hubungan komunikasi Kesesuaian antara yang diucapakan dengan ekspresi, kebiasaan bahasa dan adat yang dianut. e) Kebiasaan seksual



24



Kaji pengetahuan klien tentang seksual post partum, terutama setelah seksio sesarea. Biasanya dapat dilakukan setelah melewatiperiode nifas (40 hari). f) Sistem nilai dan kpercayaan Kaji sumber kekuatan klien, kepercayaan klien terhadap sumber kekuatan, kaji agama yang klien anut, apakah klien suka menjalankan ibadah selama sakit. g) Pemeriksaan penunjang Klien post partum dengan seksio sesarea perlu pemeriksaan hemoglobin, hematokrit dan leukosit. h) Therapi Biasanya klien mendapatkan antibiotic, analgetik dan vitamin. 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien yang nyata (actual) dan kemungkinan akan terjadi (resiko) dimana pemecahannya dalam batas wewenang perawat. Diagnosa yang mungkin muncul antara lain : a. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh (D.0130) b. Nyeri akut berhubungan dengan nyeri pada area yang meradang (D.0077) c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pengeluaran lokea yang berbau (D.0083) d. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, dan mual. (D.0032)



25



3. Intervensi Keperawatan Rencana keperawatan merupakan mata rantai penetapan kebutuhan pasien dan pelaksanaan tindakan keperawatan. Dengan demikian rencana asuhan keperawatan adalah petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat mengenai rencana tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien sesuai dengan kebutuhan berdasarkan diagnosa keperawatan, rencana asuhan keperawatan pada klien post partum menurut (Dongoes, 1994 : 417 1. Nyeri akut berhubungan dengan nyeri pada area yang meradang (D.0077) Kriteria Hasil -Keluhan nyeri menurun -Meringis menurun -Gelisah menurun -Kesulitan tidur menurun 



Intervensi



Observasi -Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri -Identifikasi skala nyeri -Identifikasi respons nyeri non verbal -Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri -Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri -Identifikasi pengaruh budaya terhadap respons nyeri -Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup -Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah di berikan -Monitor efek samping penggunaan analgetik Terapautik -Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri. (Mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,terapi bermain) -Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (Mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan



26



-Fasilitasi istirahat dan tidur -Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri Edukasi -Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri -Jelaskan strategi meredakan nyeri -Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri -Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat -Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi -Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu (l.08238) 2.Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pengeluaran lokea yang berbau (D.0083) Kriteria Hasil: -Verbalisasi perasaan negative tentang perubahan tubuh menurun -Verbalisasi kekhawatiran pada penolakan/reaksi orang lain menurun 



Intervensi



Observasi -Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan -Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur terkait citra tubuh -Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi social -Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri -Monitor apakah pasien bisa melihat bagian ubuh yahng berubah Terapeutik -Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya -Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri -Diskusikan perubahan akibat kehamilan -Diskusikan kondisi stress yang mempengaruhi citra tubuh (mis. Luka, penyakit, pembedahan) -Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara realistis -Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra tubuh



27



Edukasi -Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra tubuh -Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh -Anjurkan menggunakan alat bantu pakaian (l.090305)



3.Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, dan mual. (D.0032) Kriteria Hasil: -Porsi makan yang dihabiskan membaik - Kekuatan otot mengunyah membaik -Kekuatan otot menelan membaik -Pengetahuan tentang pilihan makanan yang sehat membaik 



Intervensi



Observasi -Identifikasi status nutrisi -Identifikasi alergi dan intoleransi makanan -Identifikasi maknana yang disukai -Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient -Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik -Monitor asupan makanan -Monitor berat badan -Monitor hasil pemeriksaan laboratorium Terapeutik -Lakukan oral hygiene sebelum makan jika perlu -Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan) -Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai -Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi -Berikan maknan tinggi kalori dan tinggi protein -Berikan suplemen makanan, jika perlu



28



-Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogatrik jika asupan oral dapat ditoleransi Edukasi -Anjurkan posisi duduk, jika mampu -Ajarkan diet yang di programkan



Kolaborasi -Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri, antiemetic) jika perlu -Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang di butuhkan (jikaperlu) (l.03119) 4. Evaluasi -Nyeri menurun -Nutrisi terpenuhi



29



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama. Ini disebakan oleh kuman aerob juga kuman anaerob.Infeksi bisa terjadi melalui tangan penderita, droplet infeksion, infeksi rumah sakit (hospital infection), dalam rumah sakit, dan Koitus karena ketuban pecah.Manifestasi yang muncul bergantung pada tempat-tempat infeksi, ada infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium kemudian bisa menyebar dari tempat-tempat tersebut melalui vena-vena, jalan limfe dan permukaan endometrium.Bila menyebar maka manifestasi yang muncul juga dapat memperburuk keadaan penderita. Peristiwa terjadinya infeksi setelah persalinan yaitu dimana sewaktu persalinan, bakteri yang mengkoloni servik dan vagina memperoleh akses ke cairan amnion, dan postpartum bakteri-bakteri ini akan menginvasi jaringan mati di tempat histerektomi. Kemudian terjadi seluletis para metrium dengan infeksi jaringan ikat fibroareolar retroperitonium panggul.Hal ini dapat disbabkan oleh penyebaran limfogen ogranisme dari tempat laserasi servik atau insisi/ laserasi uterus yang terinfeksi. Dengan ini dapat mengakibatkan berbagai masalah keperawatan seperti hipertemi dan nyeri, dan untuk intervensi keperawatannya merujuk pada diagnose nanda, nic dan noc. . B. Saran Dengan makalah ini penulis berharap, mahasiswa dapat memahami konsep teori beserta asuhan keperawatan pada infeksi postpartum, karena infeksi postpartum rentan ditemui terutama pada wanita yang mengalami gangguan pada sistem imun, sebagai tim medis harus berusaha semaksimal mungkin untuk mencegah terjadinya infeksi pada postpartum, sehingga secara tidak langsung dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas.



30



DAFTAR PUSTAKA http://webforum.plasa.com/archive/index.php/t-39873.html http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/01/askep-nifas-pada-ibu-denganinfeksi.html http://www.scribd.com/doc/6502571/Infeksi-nifas



31