Sistem Pengendalian Manajemen [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

“PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN : PUSAT INVESTASI” MAKALAH Disusun dan Didiskusikan Pada Mata Kuliah Sistem Pengendalian Manajemen yang diampu oleh Ibu Ayu Rakhma Wuryandini, SE., MSA



Disusun Oleh: Siskawati Yusuf



(921417034)



Intan P. Katili



(921417044)



Aura Suzan P. Doda



(921418007)



Ni Kadek Dina Yuwinda



(921418014)



Marselina Lasoma



(921418136)



Noldi Usman



(921418097)



UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI 2020



i



KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantinatikan syafa’atnya di akhirat nanti. Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas mata kuliah Sistem Pengendalian Manajemen dengan judul “Pusat Pertanggungjawaban : Pusat Investasi” Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terimakasih. Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh Gorontalo,



Maret 2020



Penulis



i



ii



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..................................................................................................i DAFTAR ISI .................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................1 1.1 Latar Belakang ....................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................................1 1.3 Tujuan .................................................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................................2 2.1 Tujuan Pembentukan Pusat Investasi ..................................................................2 2.2 Masalah-Masalah Dalam Pusat Investasi ............................................................2 2.2.1 Pengukuran dan Tolak Ukur Prestasi ........................................................2 2.2.2 Masalah Pengukuran Aktiva Sebagai Dasar Investasi ..............................4 2.2.3 Masalah Definisi Investasi yang Digunakan .............................................7 2.2.4 Masalah Dalam Aktiva Lancar ..................................................................7 2.2.5 Masalah Dalam Aktiva Tetap ....................................................................9 2.2.6 Aktiva Leasing ..........................................................................................11 2.2.7 Fasilitas Menganggur ................................................................................12 2.2.8 Utang JangkaPanjang ................................................................................12 2.2.9 Beban Modal .............................................................................................12 2.3 Return On Investment .........................................................................................13 2.4 Residual Income ..................................................................................................19 2.5 Beberapa Alternatif Untuk Evaluasi Manajer .....................................................21 2.6 Evaluasi Prestasi Ekonomi ..................................................................................23 BAB III PENUTUP ......................................................................................................25 3.1 Kesimpulan .........................................................................................................25 3.2 Saran ....................................................................................................................25



iii



DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................26



iv



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu unit usaha, perhatian pimpinan biasanya ada pada laba. Laba ini diperhitungkan dengan cara membandingkan antara pendapatan dan biaya yang terjadi pada suatu pusat laba. Jika pendapatan lebih besar dari pada biaya maka dikatakan laba, sebaliknya disebut rugi. Dalam jenis unit usaha lainnya, setelah diperoleh data tentang laba maka dibandingkan dengan aktiva yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut. Pembandingan antara laba dan investasi inilah yang terjadi pada pusat investasi. Pusat investasi diukur dengan membandingkan laba dan jumlah investasi yang digunakan. Dengan demikian pusat investasi adalah pusat pertanggungjawaban yang diukur prestasinya atas dasar laba yang diperoleh dibandingkan dengan investasi yang digunakan. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa tujuan dibentuknya pusat investasi? 2. Apa masalah-masalah dalam pusat investasi? 3. Apa yang dimaksud dengan Return On Investment? 4. Apa yang dimaksud dengan Residual Income (RI)? 5. Bagaimana cara memahami alternatif untuk evaluasi manajer? 6. Bagaimana evaluasi prestasi ekonomi pusat investasi? 1.3 Tujuan 1. Untuk memahami tujuan dibentuknya pusat investasi. 2



Untuk memahami masalah-masalah dalam pusat investasi.



3



Untuk memahami Return On Investment sebagai alat ukur pusat investasi.



4



Untuk memahami Residual Income (RI) sebagai alat ukur pusat investasi.



5



Untuk memahami beberapa alternatif untuk evaluasi manajer.



1



6



Untuk memahami evaluasi prestasi ekonomi pusat investasi.



2



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Tujuan Pembentukan Pusat Investasi Tujuan pengukuran pusat investasi, yakni: 



Menyediakan informasi yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan mengenai investasi yang digunakan manajer divisi dan memotivasi manajer untuk melakukan keputusan yang tepat.







Mengukur prestasi divisi sebagai kestuan yang berdiri sendiri.







Pembandingan prestasi antardivisi untuk penentuan alokasi sumber ekonomik. Sedangkan informasi atas dasar pusat Investasi dapat memotivasi manajer divisi untuk:







Menghasilkan laba yang memadai dengan keleluasaan untuk mengambil keputusan tentang sumber ekonomik dan fasilitas fisik yang digunakan.







Mengambil keputusan untuk menambah investasi bila investasi tersebut memberikan kembalian yang memadai.







Mengambil keputusan untuk melepas investasi yang tidak memberikan kembalian yang memadai.



2.2 Masalah-Masalah Dalam Pusat Investasi Dalam suatu pusat investasi terdapat masalah-masalah yang pastinya terjadi yaitu, meliputi masalah pengukuran dan tolak ukur prestasi pusat investasi dan masalah pengukuran aktiva yang digunakan sebagai dasar investasi. 2.2.1



Pengukuran dan Tolak Ukur Prestasi Dasar pemikiran dari pusat investasi ini didasari bahwa memfokuskan saja pada tingkat laba dari suatu unit usaha tanpa memperhitungkan aktiva yang ditanam bukan menjadi dasar yang baik untuk pengendalian. Kecuali untuk bentuk organisasi jasa tertentu, dimana jumlah modal yang ditanam tidak terlalu besar. Pada organisasi bisnis, tujuan utama yang hendak dicapai ditanamkan. Dengan kata lain, kalau suatu 3



unit usaha dengan modal Rp 50 juta mempunyai laba Rp 500 ribu. Apabila jumlah investasi tidak dimasukkan dalam menghitung kinerja unit usaha, maka sangat sulit bagi manajemen puncak untuk membandingkan kinerja suatu unit usaha dengan unit usaha lain atau perusahaan lainnya. Hal ini tidak berarti bahwa dengan menggunakan sumber daya yang lebih besar akan menghasilkan laba yang lebih besar juga. Perbandingan seperti itu hanya untuk menghasilkan keputusan yang lebih baik atas kinerja seorang manajer unit usaha dan menjadi dasar keputusan untuk mengalokasikan sumber ekonomik. Pada umumnya seorang manajer unit usaha mempunyai tujuan menghasilkan laba. Pertama, menghasilkan laba dari sumber daya yang ada. Kedua, menginvestasikan sumber daya tambahan hanya apabila investasi tersebut menambah laba. Pengukuran prestasi suatu pusat investasi dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pusat investasi tersebut dapat menghasilkan kembalian yang memuaskan bagi unit usaha dan bagi perusahaan secara keseluruhan. Tolak ukur yang digunakan untuk menentukan keberhasilan suatu pusat investasi adalah Return On Investment atau Residual Income. Return On Investment adalah perbandingan antara laba dan Investasi yang digunakan. Dengan demikian Return On Investment merupakan angka rasio, dimana pembilangnya laba yang tercantum pada laporan rugi-laba, sedangkan penyebutnya adalah aktiva yang digunakan sebagai dasar investasi. Dari Gambar 7.1 dapat diketahui bahwa rasio ROI Divisi XYZ adalah 20%, dimana pembilangnya sebesar Rp100.000 diambil dari laba operasi sebelum pajak dan penyebutnya diambilkan dari total modal yang digunakan. Residual



Income



merupakan



jumlah



uang,



yang



diperoleh



dengan



mengurangkan laba sebelum pajak dengan beban investasi yang dilakukan. Beban investasi merupakan perkalian antara investasi yang digunakan dengan persentase biaya modal. Biaya modal dalam hal ini adalah biaya kesempatan atas investasi yang ditanamkan dalam suatu organisasi. Dengan asumsi besarnya biaya modal Divisi XYZ seperti yang tampak pada Gambar 7.1 sebesar 10%, maka besarnya Residual Income adalah Rp 50.000.



4



2.2.2



Masalah Pengukuran Ativa Sebagai Dasar Investasi Dalam memutuskan dasar investasi yang digunakan untuk mengevaluasi manajer pusat investasi, beberapa hal menjadi pertanyaan adalah tindakan apa yang bisa mendorong manajer unit usaha menggunakan aktivanya secara efisien dan menentukan tambahan aktiva baru yang benar-benar bermanfaat bagi unit usaha.



Jika suatu laba dihubungkan dengan aktiva yang digunakan, manajer unit usaha akan mencoba memperbaiki kinerjanya karena mereka akan diukur dengan cara tersebut. Hal ini selaras dengan keinginan manajemen puncak agar manajer unit usaha melakukan tindakan-tindakan yang bisa menguntungkan perusahaan secara keseluruhan. Kemudian menentukan tindakan apa yang terbaik untuk mengukur prestasi pusat investasi sebagai kesatuan ekonomi. Dalam memutuskan dasar investasi yang digunakan untuk mengevaluasi pusat investasi, biasanya timbul pertanyaan berikut ini:



5







Praktik-praktik apa yang akan menyebabkan manajer unit usaha untuk menggunakan aktiva perusahaan secara efisien dan memperoleh jumlah dan jenis aktiva baru yang tepat?







Ukuran kinerja yang manakah yang bisa dijadikan ukuran penilaian suatu unit usaha dalam perusahaan? Dalam menentukan aktiva mana yang dimasukkan dalam dasar investasi unit



usaha, kita harus memutuskan apakah tujuan utamanya untuk mengukur kinerja unit usaha sebagai kesatuan ekonomik atau kinerja manajernya. Jika tujuannya untuk mengevaluasi manajer unit usaha, maka hanya aktivitas yang langsung dapat dikendalikan oleh manajer unit usaha, maka hanya aktiva yang langsung dapat dikendalikan oleh manajer unit usaha sajalah yang dimasukkan dalam dasar investasinya. Aktiva perusahaan yang digunakan oleh kantor pusat atau aktiva yang dikendalikan oleh tingkat pusat, seperti kas, adalah contoh aktiva yang tidak dapat dilacak pada tingkat unit usaha dan harus dikeluarkan dari dasar investasi. Dengan pendekatan ini, manajer unit usaha akan bertanggung jawab pada kekayaan unitnya. Jika manajer juga mengendalikan penjualan dan kebijakan kredit, maka piutang unit usaha juga dimasukkan dalam dasar investasinya. Cara ini mengasumsikan bahwa piutang dicatat secara memadai sehingga piutang dapat dilacak pada aktivitas penjualan unit usaha yang bisa diidentifikasi. Pada dasarnya, kas dapat dikendalikan pada tingkat perusahaan, namun setiap saldo kas yang dipegang dan dikelola pada tingkat unit usaha dapat dimasukkan dalam dasar investasi. Jika manajer unit usaha dapat mengendalikan termin pembayaran pada pemasok, maka utang dagang dapat dikurangkan dari dasar investasi. Hal ini akan mendorong manajer untuk mencari termin kredit pembelian yang paling murah. Hal ini dianalogikan dengan penggunaan konsep laba terkendali unit usaha sebagai ukuran laba yang memadai terhadap evaluasi kinerja manajer pusat laba. Dalam konsep laba ini tidak dimasukkan dalam biaya bersama kantor pusat, investasi kantor putsa, dan biaya-biaya dan aktiva yang tidak dibawah pengawasan manajer unit usaha.



6



Manajemen puncak, mungkin tertarik pada evaluasi kinerja ekonomik suatu unit usaha untuk diperbandingkan dengan perusahaan sejenis dalam industri yang sama. Untuk kondisi tersebut, kantor pusat akan mengalokasikan aktiva atau biaya yang dikeluarkan kepada unit usaha yang dimilikinya. Pengalokasian tersebut dilakukan dengan alasan tidak ada unit usaha yang bisa beroperasi tanpa jasa yang diberikan oleh aktiva perusahaan (seperti gedung, peralatan kantor untuk eksekutif puncak dan departemen staf, dan uang tunai ataupun sekuritas yang hanya dapat dikelola tingkat pusat). Karenanya, banyak perusahaan desentralisasi yang memasukkan investasi dalam bentuk kas, surat berharga, maupun aktiva lainnya ketika menilai kinerja suatu pusat investasi. Alokasi pada pusat investasi yang tidak bisa dikendalikan seperti ini biasanya dilakukan berdasarkan arbitrasi. Sedangkan dasar alokasi yang digunakan dapat berupa: jumlah penjualan, luasnya gedung yang ditempati, dan jumlah karyawan yang dipekerjakan pada unit usaha tersebut. Walaupun manajer unit usaha tidak bertanggungjawab terhadap nilai aktiva yang dialokasikan, pemasukan elemen tersebut dalam dasar investasi memberi sinyal bahwa manajer pusat investasi harus dapat memperoleh laba lebih besar dari biaya modal yang digunakan. Masalah lain dalam penentuan dasar investasi unit usaha adalah adanya aktiva yang menganggur. Beberapa perusahaan mengeluarkan aktiva yang menganggur dari dasar investasi unit usahanya. Yang menjadi pertanyaan tentu tingkat pengawasan yang diperlukan. Jika manajemen puncak tidak mengizinkan manajer unit usaha menjual aktiva yang menganggur, kemudian aktiva tersebut tidak dapat dikendalikan pada level unit usaha maka tidak seharusnya dimasukkan dalam dasar investasi unit usaha. Jika manajemen puncak tidak melihat penggunaan lainnya pada aktiva yang menganggur, kemudian mereka masih mempertahankannya dalam dasar investasi unit usaha, maka keputusan yang perlu dilakukan adalah apakah aktiva tersebut tetap dipertahankan atau dijual. Secara ringkas dalam menentukan besarnya investasi yang digunakan sebagai dasar investasi meliputi: (1) masalah definisi investasi yang digunakan sebagai dasar



7



investasi, (2) masalah dalam aktiva lancar yang harus dimasukkan sebagai dasar investasi dan (3) masalah aktiva tetap sebagai dasar investasi. 2.2.3



Masalah Definisi Investasi yang Digunakan Pada dasarnya terdapat empat definisi investasi yang sering digunakan, yaitu: 



TOTAL AKTIVA YANG TERSEDIA. Menurut pengertian ini, investasi diukur sebesar total aktiva seperti yang tercantum pada laporan keuangan divisi. Konsep ini sama sekali tidak mempertimbangkan adanya aktiva yang dibeli untuk tujuan-tujuan tertentu misalnya tanah untuk investasi dan aktiva yang menganggur.







TOTAL AKTIVA YANG DIGUNAKAN. Menurut pengertian ini, investasi diukur sebesar total aktiva yang tersedia dikurangi dengan aktiva yang menganggur, dan aktiva yang dibeli tetapi tidak digunakan dalam kegiatan operasi, misalnya tanah yang digunakan untuk perluasan masa yang akan datang.







TOTAL MODAL DITAMBAH UTANG JANGKA PANJANG. Konsep ini digunakan dengan dasar pemikiran bahwa aktiva yang digunakan dalam kegiatan operasi tidak hanya didanai dari modal saja tetapi juga dari utang jangka panjang. Sedangkan utang lancar, seperti utang dagang dan uang muka dari pelanggan tidak dimasukkan karena, utang ini pada umumnya tidak memerlukan biaya.







MODAL SENDIRI. Menurut pengertian ini, investasi diukur sebesar total modal yang digunkan oleh divisi, atau sebesar total aktiva divisi, atau sebesar total aktiva dikurangi dengan total hutang divisi.



2.2.4



Masalah Dalam Aktiva Lancar Berikut ini beberapa elemen aktiva lancar yang dipakai sebagai dasar investasi. 



Kas. Kebanyakan perusahaan mengawasi kas secara terpusat karena pengawasan kantor pusat memungkinkan penggunaan kas yang lebih kecil dari pada kas tersebut dipegang langsung oleh unit usaha.



Manajer unit usaha biasanya



memegang kas kecil saja untuk menutup pengeluaran sehari-hari. Akibatnya kas 8



sebenarnya dalam suatu unit usaha menunjukkan jumlah yang lebih kecil dari pada seharusnya seandainya unit usaha tersebut sebagai suatu perusahaan independen. 



Piutang. Manajer unit usaha harus mampu mempengaruhi tingkat piutang tidak hanya sekedar menghasilkan laba tapi ada. Cara yang dilakukan biasanya adalah dengan memberi batas kredit yang boleh dilakukan oleh sebagian pemasaran, dan menunjuk petugas khusus menagih piutang. Satu pihak mengatakan laba yang memuaskan dari investasi nyata pada piutang hanyalah harga pokok penjualan dan laba yang memuaskan dari investasi tersebut sudah cukup layak. Dilain pihak ada yang berargumen bahwa unit usaha mempunyai kesempatan untuk menginvestasikan kembali uang yang dikumpulkan dari piutang, sehingga jumlah piutang seharusnya dimasukkan pada harga jual. Pada praktiknya alternatif yang diambil adalah memasukkan nilai buku piutang yakni harga jual dikurangi dengan cadangan kerugian piutang.







Persediaan. Persediaan umumnya dicatat sebesar jumlah akhir periode walaupun rata-rata dalam periode tersebut lebih bagus secara konsptual. Jika perusahaan menggunakan metode LIFO untuk tujuan akuntansi keuangan, metode penilaian yang berbeda biasanya digunakan untuk pelaporan laba unit usaha karena pada periode terjadi inflasi, persediaan dengan metode LIFO menunjukkan nilai yang rendah dan tidak realistis. Dengan kondisi ini persediaan seharusnya dinilai dengan harga pokok penjualan dalam laporan rugi laba menggunakan pengukuran dengan cara ini. Beberapa perusahaan mengurangkan utang dagang dari persediaan dimana jumlah utang menunjukkan bagian dari persediaan yang dibiayai oleh pemasok. Dengan kata lain modal perusahaan yang keluar untuk investasi hanyalah selisih antara persediaan kotor dan utang dagang. Jika unit usaha bisa mempengaruhi periode pembayaran yang disetujui oleh pemasok, maka proses memasukkan utang dagang dalam perhitungan mendorong manajer untuk mencari hal yang paling menguntungkan.



9







Modal Kerja Secara Umum. Disatu sisi perusahaan memasukkan semua aktiva lancar dalam dasar investasi tanpa menguranginya terlebih dahulu dengan hutang lancar. Dilain sisi semua hutan lancar dikurangkan dari aktiva lancar. Cara ini merupakan ukuran yang baik bagi pengukuran modal yang disediakan oleh perusahaan yang diharapkan dapat mendatangkan keuntungan. Sehingga akan berpengaruh kepada manajer unit usaha untuk bertanggung jawab terhadap hutang lancar dimana ia sebelumnya tidak mengawasinya.



2.2.5



Masalah Dalam Aktiva Tetap Pada dasarnya aktiva tetap dicatat sebesar harga diperolehannya, dan harga perolehan ini dihapus dari aktiva yang masih mempunyai manfaat dengan mekanisme depresiasi. Masalah-masalah yang terjadi dalam aktiva tetap meliputi : (1) Pengaruh penggunaan metode nilai buku bersih atau nilai perolehannya atas aktiva tetap baru, (2) Pilihan penggunaan metode alternatif dalam pengukuran investasi. 1. Pengaruh Penggunaan Metode Nilai Buku Atau Harga Perolehan Dalam Perolehan Aktiva Baru. Pembelian aktiva baru secara langsung akan berpengaruh terhadap besarnya ROI atu RI selama umur aktiva yang dibeli. Suatu aktiva yang telah lolos dari perhitungan secara ekonomis yang dilakukan pada tingkat perusahaan, boleh jadi tidak dilaksanankan oleh tingkat devisi karena akan mempengaruhi besarnya ROI atau RI yang akan diperoleh. Suatu contoh, misalnya sebuah aktiva dengan harga perolehan sebesar Rp100 ribu akan dapat menghasilkan laba sebesar Rp12 ribu selama 5 tahun, tanpa nilai residu pada akhir umur aktiv. Penyusutan dilakukan dengan metode garis lurus (stright line). ROI dihitung dengan menggunakan nilai buku awal tahun. Investasi ini diharapkan dapat menghasilkan tingkat kembalian sebesar 15%. Jika dihitung dengan menggunakan NPV, maka usulan investasi ini secara ekonomis menguntungkan karena dapat memberikan nilai bersih sekarang sebesar Rp7.264,00 (Tingkat bunga 15%, dalam jangka waktu 5 tahun = 3.352).



10



Dengan demikian, semakin lama umur aktiva maka semakin besar ROI dan RI yang diperoleh suatu divisi. Jika ROI dan RI digunakan sebagai kriteria keberhasilan suatu divisi, maka manajer unit usaha cenderung untuk menolak usulan investasi karena dalam jangka pendek akan menurunkan ROI maupun RI divisinya. Dari contoh ini terbukti bahwa divisi yang mempunyai aktiva dengan umur tua justru dapat menghasilkan ROI dan RI yang semakin besar dibandingkan dengan divisi yang mempunyai aktiva yang relatif baru. PENGGUNAAN HARGA PEROLEHAN. Fluktuasi residual income dan ROI dari tahun ke tahun dapat dieliminir dengan mengakui aktiva sebagai dasar investasi diakui sebesar harga perolehan mula-mula. Jika harga perolehan digunakan, maka sebesarnya investasi tiap tahun akan tetap sebesar Rp100 ribu. Jika besarnya laba tiap tahun Rp12.000,00, maka besarnya ROI selama umur investasi akan menunujukkan angka yang sama sebesar 12% (Rp12.000,00/Rp100.000,00), sedangkan RI akan menghasilkan angka negatif sebesar Rp3.000,00. ROI dan RI yang dihitung berdasarkan harga perolehannya selalu lebih rendah daripada yang sebenarnya. Penggunaan metode harga perolehan, walaupun dapat menggambarkan penilaian yang obyektif, tetapi juga mengandung kelemahan. Salah satu kelemahannya adalah manajer akan terdorong untuk mengganti aktiva tetap lama yang sebetulnya masih dapat memberikan kontribusi kepada divisi dan aktiva tetap baru, dengan harapan dapat meningkatkan ROI dan RI divisinya. 2. PENGARUH



PENGUKURAN



INVESTASI



DENGAN



METODE



LAINNYA, Beberapa perusahaan tidak menggunakan metode harga perolehan maupun nilai buku bersih dalam mengukur investasinya. Metode lain yang digunakan adalah metode nilai pengganti, dan metode nilai masa depan. Dalam metode nilai pengganti, investasi diukur sebesar harga pasar aktiva pada saat ini. Masalah bisa timbul, karena angka yang digunakan bukan angka dari hasil proses akuntansi, sehingga setiap saat harus dilakukan penilaian terhadap aktiva (misalnya 5 tahun, atau setiap ada penggantian manajer divisi). Selain itu,



11



semua aktiva tetap mempunyai nilai pengganti. Oleh karena itu nilai pengganti tidak cocok untuk menilai prestasi manajer divisi. Sedangkan dalam nilai masa depan, investasi diukur sebesar nilai arus kas masa yang akan datang. Karena nilai masa depan mempunyai tingkat subyektivitas yang tinggi, maka akan banyak kesulitan yang ditemui jika digunakan untuk menilai prestasi manajer divisi. 2.2.6



Aktiva Leasing Seorang manajer yang cerdas, mungkin memilih aktiva leasing daripada membelinya. Dengan mendasarkan pada laporan Divisi XYZ, misalnya manajer unit usaha bersangkutan menjual aktiva tetap dengan nilai buku Rp300.000,00, dan mengembalikan hasil penjualan tersebut ke kantor pusat, lalu menyewa aktiva tersebut dengan tarif sewa Rp.60.000,00 per tahun. Hasilnya seperti terlihat pada gambar dibawah ini.



Dari gambar tersebut dapat dilihat laba sebelum pajak akan berkurang karena biaya sewa untuk aktiva baru lebih besar dari pada beban depresiasi aktiva yang telah dijual. Sehingga Residual Income akan meningkat karena biaya sewa yang lebih tinggi dibanding biaya depresiasi akan diimbangi dengan beban modal yang lebih kecil. Cara ini akan mendorong manajer unit usaha untuk menyewa aktiva dari pada memilikinya, dengan syarat tingkat bunga dalam aktiva yang disewa tersebut lebih rendah dari pada beban modal yang dimasukkan dalam dasar investasi unit usaha tersebut. 12



2.2.7



Fasilitas Menganggur Jika suatu unit usaha mempunyai aktiva yang menganggur padahal aktiva tersebut biasa digunakan oleh unit lain, maka diperbolehkan bagi unit usaha tersebut untuk tidak memasukan aktiva tersebut dari dasar investasinya. Tujuannya untuk mendorong manajer unit usaha menghilangkan aktiva yang tidak bermanfaat. Namun, jika aktiva tetap tersebut bisa digunakaan oleh unit lain, memperbolehkan manajer unit usaha untuk memindahkan aktiva tersebut akan berakibat tindakan yang tidak bermanfaat. Misalnya, hal tersebut akan mendorong manajer untuk menganggurkan aktiva yang bermanfaat yang tidak mendatangkan hasil yang seimbang dengan tingkat laba yang diinginkan. Jika tidak ada alternative penggunaan atas peralatan tesebut, setiap kontribusi dari peralatan tersebut akan meningkatkan laba perusahan.



2.2.8



Utang Jangka Panjang Pada umumnya, suatu unit usaha menerima modal secara permanen dari kantor pusat dalam bentuk dana. Kantor pusat memperoleh dana tersebut bisa dari investor, hutang dan bisa dari laba ditahan. Bagi unit usaha jumlah dana tersebut relevan saja, tetapi yang tidak relevam adalah dari mana sumber dana tersebut diperoleh. Untuk kondisi luarbiasa, pembiayaan untuk suatu unit usaha merupakan kasus khusus. Misalnya, suatu unit usaha membangun gedung kotor menggunakan prsi hutang yang lebih besar dari pada kapasitas produksi dan pemasaran. Karena modal tersebut diperoleh dari pinjaman hipotik dan jamonan asset unit usaha tersebut, maka biasa saja menghitung dana dan pinjaman tersebut terpisah dan Residual Incime-nya dihutung berdasar asset yang diperoleh dari sumber kantor pusat, tidak berdasar total aktivanya.



2.2.9



Beban Modal Tarif yang digunakan untuk menghitung beban modal detetapkan oleh kantor pusat. Terif tersebut biasanya lebih tinggi dari tarif bunga utang perusahan karena dana tersebut merupakan campuran dari hutang dan biaya asset. Biasanya tarif



13



tersebut agak rendah dari biaya modal yang diestimasi oelh kantor pusat sehingga Residual Income unit usahanya akan di atas nol. Secara konseptual tarif yang digunakan biasanya berbeda antara suatu unit usaha dengan yang lain, namun dalam praktik jarang dilakukan sehingga tarif yang sama ditetapkan untuk semua unit. Beberapa perusahaan menggunkan tarif yang lebih rendah pada modal kerjanya dari pada aktiva tetapnya. Hal ini karena modal kerja mempunyai risiko yang lebih rendah dari pada aktiva tetap sebab dana yang di peroleh merupakan dana pada aktiva tetapnya. Hal ini karena modal kerja mempunyai risiko yang lebih rendah dari pada aktiva tetap sebab dana yang diperoleh merupakan dana jagka pendek. Di lain sisi, terif yang lebih rendah merupakan dana cara untik kompensasi karena perusahaan memasukan persediaan persediaan dan piutangnya dalam dasar investasinya sebesar harga pokok. Dana tarif yang rendah juga merupakan pengakuan bahwa dana yang diperoleh tersebut mempunyai biaya bunga yang nol. 2.3 Return On Investmen Return on investment adalah perbandinganantara laba dan investasi yang digunakan. ROI merupakan pengukuran kinerja yang paling sering digunakan dalam pengukuran prestasi pusat investasi. Pada dasrnya ada tiga manfaat jika ROI digunakan. Pertama, ROI merupakan pengukuran komprehensif dalam segala hal mempengaruhi laporan keuangan seperti ditunjukan oleh rasio ROI ini. Kedua, ukuran ROI sangat mudah dihitung dan dipahami. Akhirnya, penggunaan ROI merupakan dominator umum yang ditetapkan dalam setiap organisasi pertanggungjawaban yang menggunakan tingkat laba sebagai ukuran kinerjanya. Kinerja masing-masing unit usaha dapat diperbandingkan satu sama lain. Juga, data ROI tersedia di pesaing sehingga dapat digunakan sebagai dapat dasar perbandingan. Secara formulasi, maka ROI dapat dihitung sebagai beikut :



ROI=



LABA OPERASI INVESTASI YANG DIGUNAKAN



14



Laba operasi merupakan laba sebelum bunga dan pajak. Aktiva operasi adalah semua aset yang digunaka untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan oajak. Aktiva operasi ini biasnya terdiri dari kas, piutang, persediaan, tanah, gedung dan peralatan Rumus ROI di atas dapat dikembangkan menjadi dua komponen ratio, margin dan turnover. Margin adalah perhitungan perbandingan laba bersih terhadap penjualan. Margin ini menunjukan porsi penjualan yang tersedia untuk bunga, pajak dan laba. Turnover adalah pengukuran yang berbeda, yang dicari dengan membagi penjualan dengan aktiva operasi. Hasilnya menunjukan bagaiman aktiva secara produktifitas digunakan untuk menghasilkan penjualan. Dengan demikian rumus ROI yang telah dikembangkan sebagai berikut : ROI=



Operasi Penjualan x( ¿ Profit Margin x Tingkat Perputaran Aktiva ( Laba ) Penjualan Investasi )



Gambar 7.5 memberikan gambaran yang jelas contoh perhitungan ROI dari perusahaan elektronik yang mempnyai dua unit usaha yaitu divisi TV dan devisi radio selama tahun 1997 dan 1998. Dari gambar tersebut diketahui bahwa besarnya ROI yang dihitung dengan rumus pertama dan kedua menunjukan hasil yang sama. Divisi TV dapat meningkatkan ROI dari 18% menjadi 20% pada tahun 1998. Sedangkat divisi Radio mengalami penurunan dari 18% menjadi 15% pada tahun 1998. Gambaran yang lebih baik penyebab penurunan ROI ini dapat dilihat pada besarnya rasio profit margin dan tingkat perputaran aktiva untuk masing-masing divisi. Perhatikan bahwa margin untuk kedua divisi mengalami penurunan sebesar 16,67% pada tahun 1998. Penurunan margin ini dapat terjadi karena meningkatnya biaya atau menurunnya harga jual akibat persaingan atau keduanya. Penurunan margin pada divisi TV diimbangi dengan kenaikan dalam omset penjualan sebesar Rp10 juta, sehingga menghasilkan ROI yang lebih besar dari tahun sebelumnya. Sedangkan pada divisi Radio tidak terjadi perubahan pada turnover, karena elemen pembentuk turnover tidak mengalami perubahan. Secara keseluruhan, penurunan ROI divisi Radio disebabkan karena terjadi penurunan margin yang diakibatkan karena pertambahan biaya tanpa diimbangi dengan penambahan penjualan. KEBAIKAN RETURN ON INVESTMENT 15



Sebagai alat untuk mengukur keberhasilan suatu pusat investasi ROI mempunyai beberapa kebaikan atau keunggulan, sehingga dapat digunakan sebagi pedoman oleh manajer



unit



usahauntuk



melakukan



tindakan



sesuai



dengan



wewenang



dan



tanggungjawabnya. ROI MENDORONG MANAJER UNTUK MEMBERI PERHATIAN YANG LEBIH LUAS TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PENJUALAN, BIAYA DAN INVESTASI YANG SEHARUSNYA MERUPAKAN FOKUS BAGI MANAJER PUSAT INVESTASI. Sebagai contoh, manajer unit usaha dihadapkan dengan saran dari direktur pemasaran untuk menambah jumlah anggaran iklan sebesar Rp100 juta. Direktur pemasaran percaya bahwa dengan menambah biaya iklan akan meningkatkan kontribusi margin sebesar Rp110 juta. Untuk mendukung rencana tersebut, diperlukan tambahan investasi aktiva sebesar Rp50 juta. Saat ini, divisi tersebut mempunyai aktiva operasi sebesar Rp1 Miliar dan laba operasi sebesar Rp150 juta. Sehingga ROI divisi ini sebesar 15%. Jika biaya iklan sebesar Rp100 juta dan kontribusi margin naik sebesar Rp110 juta, maka laba operasi naik sebesar Rp10 juta (Rp110 juta – 100 juta). Sedangkan besarnya investasi juga meningkatkan sebesar Rp50 juta. Dengan tambahan biaya iklan tersebut maka ROI divisi menjadi 15,24% (Rp160 juta/Rp1.050 juta). Karena ROI meningkatkan sesuai dengan usulan direktur pemasaran tadi, maka manajer divisi dapat menaikkan biaya iklannya dan menambahkan investasi. ROI MENDORONG EFISIENSI BIAYA. Manajer suatu divisi dapat menekan biaya-biaya yang tidak diperlukan dalam proses produksi. Pengurangan biaya ini secara otomatis akan meningkatkan laba dan ROI divisi. Misalnya, manajer divisi perusahaan ABG, mengkaji ulang proyeksi laba tahun ini sebesar Rp300 juta.resesi telah memperburuk kinerja divisinya yang dibuktikan dengan laba sesungguhnya sampai dengan akhir bulan ke 6 baru mencapai jumlah Rp100 juta. Menurut perhitungan manajer divisi, laba tahun ini hanya akan mencapai jumlah Rp225 juta. Laba ini jika dibandingkan dengan jumlah investasi yang digunakan sebesar Rp2 miliar hanya akan menghasilkan ROI sebesar 11,25%. Padahal ROI yang diharapkan oleh manajemen puncak untuk divisinya 16% atau minimal sama dengan ROI tahun lalu sebesar 15%. Manajer divisi mengadakan pertemuan dengan stafnya untuk untuk mengatasi masalah ini, karena jika tidak maka kinerja divisi akan mengalami penurunan 16



yang cukup tajam. Hasil rapat memutuskan bahwa masalah ini akan dipecahkan dengan melakukan efisiensi biaya dengan memotong biaya-biaya yang memungkinkan dengan membatasi jumlah pengeluaran agar lab yang ditargetkan tercapai. Salah satu bawahannya menyatakan bahwa selam 6 bulan mendatang akan bisa menekan biaya operasi sebesar Rp85 juta sehingga laba operasi yang diharapkan meningkat dari Rp225 juta menjadi Rp310 juta, sehingga ROI naik dari 11,25% menjadi 15,5%. ROI BISA MENGURAGI INVESTASI BERLEBIHAN PADA AKTIVA OPERASI. Contoh, divisi Kultas PT CEMERLANG selama dua tahun terakhir menghasilkan ROI sebesar 15%. Sebelum banyaknya kompetitor, ROI divisi kulkas tersebut bisa mencapai 30%. Perubahan dan perbaikan dalam teknologi yang lambat menghadapkan divisi ini ke posisi yang sulit. Manajer divisi mengharapkan divisi ini ke posisi yang sulit. Manajer divisi mengharapkan peningkatan ROI setidaknya 3 hingga 5%. Hanya dengan peningkatan ROI divisi tersebut bisa diperbandingkan secara mengutungkan dengan divisi lain yang ada. Harapannya adalah adanya tambahan modal bagi penelitian dan pengembangan produk. Cara yang dilakukan adalah program pengurangan aktiva operasi. Keuntungan diperoleh dari pengurangan persediaan, dimana salah satu gudang divisi tersebut ditutupi. Divisi tersebut menerapkan sistem pabrikasi dan pembelian Just In Time. Dalam jangka panjang pengurangan aktiva operasi bisa menurunkan biaya operasi. Hasilnya ROI meningkat lebih dari 50% yang semula 15% menjadi 22%. KELEMAHAN RETURN ON INVESTMENT Disamping kelebiham, metode ROI metode ROI mempunyai beberapa kelemahan sebagai pengukur kelemahan tingkat investasi. ROI TIDAK MENDORONG MANAJER UNTUK MENERIMA INVESTASI PROYEKPROYEK YANG AKAN MENURUNKAN ROI DIVISI WALAUPUN AKAN MENINGKATKAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN SECARA KESULURUHAN. Suatu divisi mempunyai kesempatan untuk mengivestasikan dana nya dalam dua proyek yaitu proyek 1 dan proyek 2 .dua alternative investasi tersebut dapat dilihat pada gambar 7.6 berikut 17



Gambar 7.6 ROI Proyek 1 dan Proyek 2 Proyek 1



Proyek 2



Investasi



Rp. 10.000.000.000



Rp 4.000.000.000



Laba operasi



Rp. 1.300.000.000



Rp. 640.000.000



ROI



13%



16%



Divisi ini mempunyai aktiva operasi hingga Rp50 miliar dan laba operasi sebesar Rp. 7,5 miliar hingga besarnya ROI yang dapat dicapai adalah 15%. Divisi tersebut menganggarkan dana sebesar Rp.15 miliar untuk anggaran investasi baru .kantor pusan mensyaratkan bahwa semua investasi baru harus dapat menghasilkan laba sebesar 10% . setiap modal yang tidak di gunakan oleh divisi diinvestasikan oleh perusahaan untuk menghasilkan tingkat laba 10% . setelah dilakukan perhitungan maka manajer divisi mempunyai empat alternatif. (A) investasi di proyek 1 saja dengan investasi sebesar Rp.10 miliar . (B) investasi di proyek 2 dengan jumlah sebesar Rp.4 miliar, (C) investasi di kedua proyek dengan jumlah investasi sebesar Rp.14 miliar , dan (D) tidak menginvestasikan dana tersebut. Gambar 7.7 berikut ini adalah data ROI dari keempat alternative tersebut: Gambar 7.7 ROI Dari Keempat Alternatif Yang Tersedia A



B



C



D



8.8 M



8,1 M



9,4 M



7,5 M



Aktiva Operasi 60 M



54 M



64 M



50 M



ROI



15,07%



14,75%



15%



Laba Operasi



14,67%



Apabila menejer devisi hanya mempertimbangkan besarnya ROI saja, maka hanya proyek 2 yang diterima karena dapat menghasilkan ROI lebih tinggi dari ROI yang sebelumnya ata secara keseluruhan akan menghasilkan ROI sebesar 15,07% (lihat 18



alternative B dan bandingkang dengan alternative D ) sedangkan proyek 1 tidak di terima karena akan menghasilkan ROI dengan total lebih kecil dari sebelumnya (lihat alternaif A atau C dan bandingkan dengan alternative D) Diasumsikan bahwa setiap modal yang tidak digunakan oleh divisi harus di investasikan dengan tingkat bunga sebesar 10%, dengan tidak melaksanakan proyek 1 , modal sebesar RP.10 Miliar diinvestasikan pada tingkat bunga sebesar 10%,sehingga hanya memperoleh laba sebesar Rp.1 Miliar. Jika proyek 1 juga dilaksanakan , maka perusahaan akan memperoleh tambahan laba sebesar Rp1,3 miliar. Dengan hanya memaksimalkan ROI divisi , maka perusahaan secara keseluruhan akan kehilangan laba sebesar Rp.300 juta (Rp.1,3 miliar – Rp 1 miliar ) ROI mendorong manajer divisi untuk memfokuskan diri hanya pada jangka pendek tampa memperhatikan kepentingan jangka panjang .Contoh ,jika suatu perusahaan mengalami penurunan penjualan dan ROI dari yang ditargetkan , maka biasanya beberapa tindakan ini di ambil oleh seorang manajer yakni : 1) Memotong gaji 2) Memotong anggaran iklan 3) Menunda semua promosi dalam jangka pendek 4) Mengurangi anggaran perbelanjaan 5) Menggunakan bahan baku yang lebih murah Dalam



jangka



pendek



tindakan-tindakan



tersebut



bisa



mengurangi



biaya,



meningkatkan pendapatan dan ROI. Dalam jangka panjang tindakan seperti ini merugikan perusahaan karena akan mempengaruhi kinerja perusahaan secara keseluruhan .



2.4 Residual Income (RI) Residual Income adalah selisih antara laba operasi dan jumlah kembalian uang yang diharapkan atas aktiva operasi perusahaan .penggunaan metode ini akan mendorong manajer



19



divisi untuk memaksimalkan residual income bukannya besarnya persentase ROI. Dari bahasa sebelumnya, metode ROI mempunyai kelemahan, yaitu menejer akan menolak usulan investasi yang akan menghasilkan ROOI dibawah ROI yang diharapkan, walaupun secara keseluruhan akan menguntungkan perusahaan .sebaliknya, jika residual income yang dipakai untuk mengukur kinerja manajer divisi, maka manajer akan terdorong untuk selau melaksanakan usulan proyek yang mengaslkan laba di atas biaya modalnya. Secara skematis residual income dapat dicari dengan cara sebagai berikut : Laba operasi .......................................................XXX Biaya modal : Tingkat kembalian x Aktiva operasi...................XXX Residual income..................................................XXX Tingkat pengembalin adalah tingkat kembalian investasi minimum.Aktiva operasi merupakan besarnya aktiva yang digunakan untuk kegiatan operasi. Sebagaimana mana disebutkan dimuka,besarnya aktiva sebagai dasar investasi tergantung pada pengertian investasi yang digunakan, apakah besar total besar aktiva tersedia,



besar total aktiva



digunakan, sebesar modal kerja bersih ditambah aktiva. Ataukan sebesar modal yang digunakan. Dengan demikian besarnya biaya modal dalam residual income merupakan perkalian antara persentasi kembalian minimum dengan dasar investasi yang digunakan . KEBAIKAN RESIDUAL INCOME MEDORONG MANAJER DIVISI UNTUK MENERIMA USUKAN INVESTASI YANG MENURUT ROI TIDAK MENGUNTUNGKAN SEHINGGA TIDAK DITERIMA TETAPI MENGUNTUNGKAN PERUSAHAAN SECARA KESELURUHAN .penggunaan residual income sebagai pengukuran investasi dengan demikian akan mengarahkan ke goal congruence yaitu tindakan yang memasimalkan divisi juga memaksimumkan nilai perusahaan . untuk memperjelas hal ini bisa dilihat pada kelemahan pion pertama Retrun On Investmen di atas. Manajer divisi menolak proyek 1 karena mengurangi ROI divisi , dimana tindakan ini sama dengan menolak tambahan laba perusahaan sebesar RP.300jt. dengan menggunakan residual income , maka kelemahan ini bisa dicegah. Residual income untuk proyek 1 dan 2 adalah : 20



Proyek 1: Residual income = laba operasi-(tingkat kembalian x aktiva operasi) = Rp. 1.300.000.000-(0,10 x Rp. 10.000.000.000) = Rp.1.300.000.000- Rp.1.000.000.000 = Rp.300.000.000 Proyek 2: Residual income = Rp. 640.000.000-(0.10 x Rp. 4.000.000.000) = Rp. 640.000.000 – Rp. 400.000.000 = Rp.240.000.000 Dengan melihat dari empat alternative seperti pada contoh kelemahan ROI di atas ( gambar 7,8) maka residual income untuk masing-masing alternative adalah : (dalam ribuan rupiah ) Gambar 7.8 Residual Income Proyek 1 dan Proyek 2 A



B



C



D



Aktiva operasi



60.000.000



54.000.000



64.000.000



50.000.000



Laba operasi



8.800.000



8.140.000



9.440.000



7.500.000



Kembalian minimum



6.000.000



5.400.000



6.400.000



5.000.000



Residual income



2.800.000



2.740.000



3.040.000



2.500.000



*0,10 x x aktiva operasi Dari alternative investasi di atas dapat dilihat alternative C memberikan residual income yang besar. Dengan kata lain ,divisi seharisnya menerima kedua usulan proyektersebut,karena akan memberikan tambahan laba bagi perusahaan secara keseluruhan . RESIDUAL INCOME MEMUNGKINKAN PENGGUNAAN COST OF CAPITAL (BIAYA MODAL) YANG BERBEDA – BEDA UNTUK BERBAGAI JENIS AKTIVA. Besarnya beban modal dapat ditentukan berbeda-beda untuk setiap jenis aktiva tergantung jenis sumber dana untuk memperoleh aktiva tersebut. Misalnya juka aktiva itu



21



dibiayai dengan menerbitkan obligasi, maka besarnya biaya modal ditentukan atas biaya utang obligasi.Demikian pla jika aktiva dibiayai dengan mengeluarkan saham. Kelemahan Residual Income . Residual income seperti halnya ROI bisa mendorong kepencapaian target jangka pendek tampa memperhatikan kepentingan jangka panjang. Salah satu elemen untuk mendapatkan besarnya angka residual income adalah laba .laba adalah selisih antara pendapatan dan biaya, jika manajer divisi diukur dengan residual income ia akan berlomba untuk mendapatkan laba yang besar. Cara ini dapat dilakukan dengan memotong biaya-biaya yang dapat menaikkan laba divisinya. Dalam jangka pendek akan menguntungkan divisi, akan tetapi dalam jangka panjang akan merugikan perusahaan secara keseluruhan. 2.5 Beberapa Alternatif Untuk Evaluasi Manajer Penggunaan metode residual income tidaklah mengatasi seluruh masalah dalam pengukuran tingkat keuntungan pada suatu pusat investasi. Terutama sekali, ia tidak bisa mengatasi masalah akuntansi untuk aktiva tetap jika tidak menggunakan depresiasi anuitis. Jika nilai buku kotor digunakan suatu unitusaha bisa meningkatkan nilai residual income yang bisa berbenturan .jika nilai buku bersih digunakan residual income akan meningkatkan , jika residual income untuk sementara waktu akan menurun karena penggunaan investasi baru yang disebabkan tingginya nilai buku bersih pada tahun-tahun awal. Residual income benar-benar bisa mengatasi masalah yang terjadi karena perbedaan tujuan dan menghasilakn laba. Semua unit usaha akan termotivasi untuk meningkatkan investasinya jika tariff kembaliannya melebihi tariff yang telah ditetapkan oleh manajemen sebelumnya. Beberapa aktivitas juga akan dinilai lebih rendah apabila rekapitalisasi .walaupun harga beli dari aktiva tetap pada dasarnya dikapatilisasi,jumlah investasi sebenarnya untuk pengembangan produk baru.tidak muncul pada dasr investasi. Situsai ini sering terjadi pada bagian pemasaran, dimana jumlah investasi terbatas pada persedian piutang dan perlengkapan dan peralatan kantor. Pada unit pemasaran ini rendahnya nilai investasi yang



22



disebut iasanya telah jelas : akibat residual income sering diabaikan . dapat disimpulkan bahwa apabila suatu gruo unit usaha dengan pusat pertanggungjawaban pemasaran yang berpariasi diukur,maka akan menpunyai operasi pemasaran yang lebih luas akan menghasilkan tingkat residual income yang tinggi. Berdasarkan pandangan ini , beberapa perusahaan tidah memasukkan aktiva tetap dari dasar investasinya. Perusahaan ini menggunakan beban Bunga untuk aktiva yang bisa dikendalikan. Untuk aktiva tetap diawasi dengan cara lain.aktiva yang dapat dikendalikan biasanya adalah piutang dan persediaan. Menejer unit usaha bisa membuat keputusan yang mempengaruhi tingkat aktiva ini. Jika keputusan yang diambil salah, maka akibat yang serius akan terjadi. Misalnya jika persedian terlau tinggi maka modal manggur tidak yang tidak bisa digunakan untuk usah lain akan besar. Begitu juga kalau persedian terlalu rendah akan mempengaruhi suplai barang ke konsumsen yang berakibat hilangnya kepercayaan konsumen investasi pada aktiva tetap diawasi melalui proses penganggaran modal sebelum investasi tersebu dilakukan. Alasan untuk mengevaluiasi investasi laba dan modal secara terpisah karena dengan cara ini konsisten dengan apa yang diinginkan oleh menejer pusat yakni memenuhi aliran kas jangka panjang secara maksimum dari invesatasi yang dapat dikendalikan menejer unit usaha dan menambah investasi hanya jika mendatangkan laba bersih dari biaya untuk mendapatkan dana dari investasi tersebut. Keputusan investasi di kendalikan pada saat keputusan investasi itu dibuat .akibatnya prosedur analisa investasi atas modal merupakan hal yang terpenting dalam pengendalian investasi. Sekali keputusan investasi dibuat maka ia akan menjadi biaya tenggelam ( sunk cost) dan tidak bisa dipengaruhi oleh keputusan di masa mendatang. Kebanyakan orang menggunakan ukuran tanggal untuk penilaian prestasi atas investasi dan laba .misalnya jika laba yang sebenarnya baik dari yang dianggarkan tapi prestasi atas investasi jelek , bagaimana manajemen mempertimbangkan prestasi keuangan secara keseluruhan residual income ataupun ROI menitikberatkan pada pengaruh kinerja investasi yang lebih rendah terhadap kinerja laba dan menyediakan suatu ukuran tunggal. Alas an lain adalah unuk memotivasi manajer lebih berhati-hati terhadap penambahan



23



investasi baru yang tidak mendatangkan laba , juga karena hahrga pengeluaran modal yang utama saja di uji oleh manajer puncak. 2.6 Evaluasi Prestasi Ekonomi Seperti diketahui ada dua laporan kinerja terhadap unit usaha.Pertama laporan manajemen yang dibuat bulanan atau kuartal. Kedua laporan prestasi ekonomi yang dibuat tidak secara regular , biasanya sekali beberapa tahun. Laporan ekonomi merupakan istrumen untuk mendiagnisis:melaporkan apakah strategi unit usaha tersebut memuaskan ataukan harus diputuskan untuk melukan tindakan tertentu terhadap unit usaha. Keputusan yang diambil biasanya mengubah arah tujuan unit usaha itu sendiri atau bahkan memnjual unit usaha tersebut. Analisa yang dilakukan juga bisa menghasilkan keputusan untuk penambahan produk baru , peralatan baru, atau strategi baru. Laporan ekonomi juga di buat sebagai dasar sebelum sampai pada nilai perusahaan secara keseluruhan. Nilai seperti ini disebut nilai “break up” yakni jumlah estimasi dimana pemegang saham akan menerima jika unit usaha tersebut di jual. Nilai “break up” bermanfaat bagi pihak luar untuk mempertimbangkan apakah mengambil alih unit usaha tersebut, dan tentu menjadi bahan pertimbangan bagi manajemen puncak untuk menerima tawaran dari pihak luar tersebut. Perbedaan terpenting dari dua bentuk pelaporan ini adalah laporan ini memfokuskan keuntungan apa yang diharapkan pada masa depan ,buak pada saat ini atau masa lampau. Nilai buku aktiva dan depresiasi berdasar atas harta historis dari aktiva tersebut digunakan dalam pelaporan prestasi. Informasi ini tidak relevan dalam pelaporan untuk memperkirakan masa depan. Secara konsep nilai dari suatu unit usaha adalah nilai saat ini dari aliran pendapatan di masa depan. Ini dihitung dengan mengestimasi cash flow untuk masing-masing tahun dan dipotong masing-masing aliran tahunan pada tingkat pendapatan yang diinginkan. Analisa yang digunakan bisa meliputi 5 bahkan 10 tahun kedepan .aktiva yang ditangan pada akhir periode diasumsikan mempunyai nilai tertentu, yakni nilai akhir dimana nilai ini dipoting dan ditambahkan pada aliran kas tahunan. Walaupun estimasi ini baru hitungan kasar,



24



namun akan menyediakan cara yang berbeda untuk melihat suatu unit usaha dari laporan kinerja yang disampaikan.



25



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Pusat investasi adalah pusat pertanggungjawaban yang diukur prestasinya atas dasar laba yang diperoleh dibandingkan dengan investasi yang digunakan. Dalam mengukur kinerja pusat investasi ditemukan beberapa masalah, yakni (1) masalah pengukuran dan tolak ukur prestasi pusat investasi dan (2) masalah pengukuran investasi yang digunakan sebagai dasar investasi. Pengukuran prestasi suatu pusat investasi dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pusat investasi tersebut dapat menghasilkan kembali yang memuaskan bagi unit usaha dan bagi perusahaan secara keseluruhan. Tolak ukur yang sering digunakan untuk menentukan keberhasilan suatu pusat investasi adalah Return On Investment atau Residual Income. 3.2 Saran Ukuran Profitabilitas dengan ROI banyak dipakai dan disukai manajer pusat investasi. Apabila menggunakan metode ini maka sebaiknya dibandingkan dengan tingkat profitabilitas pusat investasi yang lain yang besarnya kira-kira sama, tingkat bunga atau tingkat inflasi. Saran untuk para pembaca diharapkan untuk lebih mendalami terkait tentang pusat investasi ini agar memperoleh pengetahuan yang lebih tentang manfaat-manfaat serta kelemahan-kelemahan dalam pusat investasi



26



DAFTAR PUSTAKA Halim, Abdul. Achmad Tjahjono. Muh Fakhri Husein. 2019. Sistem Pengendalian Manajemen. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.



27