SKENARIO 4 Rev1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN TUTORIAL BLOK 18 PARADIGMA SEHAT SKENARIO 4 : TOPIKAL APLIKASI FLUOR



LAPORAN TUTORIAL Penyusun: 1. Himawan Argo Pratama



(171610101130)



2. Azella Claresta Grafiota



(171610101131)



3. Putri Arifatul Jannah



(171610101132)



4. Ericko Ichi



(171610101134)



5. Nihla Fitriyani



(171610101135)



6. Dien Al Ghifari



(171610101136)



7. Amanda Sukmalia Cesara



(171610101137)



8. Bilqis Puspa Safitri



(171610101138)



9. Fahmi Firdhaus Eka D



(171610101139)



10. Mahriana



(171610101140)



Dosen Pembimbing Tutor : drg. Desi Sandra. MD.Sc



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER JEMBER 2020 i



KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan tutorial dengan skenario 4 Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok tutorial. Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada: 1.



drg. drg. Desi Sandra. MD.Sc selaku dosen dan fasilatator yang telah memberikan arahan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu



2.



Anggota kelompok tutorial N yang turut aktif dalam presentasi maupun dalam pembuatan laporan tutorial ini.



3.



Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Dalam pembuatan laporan ini kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan masih



jauh akan kata sempurna seperti yang diharapkan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat konstruktif demi perbaikan laporan ini. Akhir kata kami sebagai penulis mengucapkan maaf dan terimakasih kasih.



Jember, 21 Maret 2020 Penyusun



Tutor 14



ii



DAFTAR ISI Cover...................................................................................................................................... i Kata Pengantar...................................................................................................................... ii Daftar Isi.............................................................................................................................. iii Skenario................................................................................................................................. 1 Step 1-2.................................................................................................................................. 2 Step 3..................................................................................................................................... 6 Step 4................................................................................................................................... 11 Step 5................................................................................................................................... 12 Step 7................................................................................................................................... 13 Daftar Pustaka.................................................................................................................... 26



iii



SKENARIO 4. TOPIKAL APLIKASI FLOUR Seorang Ibu bersama anak laki-lakinya yang berumur 8 tahun, datang ke klinik Pedodonsia RSGM Unej menginginkan gigi anaknya diperiksa dikarenakan ada gigi yang berlubang kecil. Ibu tersebut berharap supaya gigi anaknya tidak banyak yang berlubang. Dokter melakukan pemeriksaan :  Pemeriksaan Ektraoral tidak ada kelainan  Hasil anamnesa didapatkan bahwa anak tersebut sangat sulit untuk menggosok gigi terutama pada malam hari saat mau tidur, pasien juga tidak dicurigai adanya kelainan sistemik maupun alergi.  Pemeriksaan intraoral didapatkan gigi 64 karies dentin pada permukaan pit dan fissure, gigi 73 dan 63 karies email pada permukaan halus. Ke empat molar pertama permanent sudah erupsi sempurna, Ke empat insisive permanent juga sudah erupsi. Selanjutnya dokter menyarankan melakukan tindakan pencegahan dengan melakukan perawatan secara topical (Topikal Aplikasi Fluor) pada gigi geligi yang sehat (gigi yang bebas karies) untuk mencegah gigi berlubang



4



STEP 1 (Clarifying Unfamiliar Terms) TAF : TAF kepanjangan dari topikal aplikasi fluor yang merupakan pengolesan langsung fluor pada enamel. Setelah gigi dioleskan fluor lalu dibiarkan sekitar 5 menit dan selama 1 jam tidak dianjurkan makan dan minum terlebih dahulu. TAF ini sangat dianjurkan pada gigi anak yang baru erupsi di dalam mulut untuk memperkuat lapisan enamel gigi. Aplikasi topikal fluor adalah pengolesan langsung larutan fluor yang pekat pada email setelah gigi dibersihkan dan dikeringkan dengan semprotan udara. Permukaan gigi diolesi larutan fluor serta dibiarkan kering selama 3 menit. Pemberian fluor melalui aplikasi topikal dapat memakai bermacam – macam bentuk fluor, antara lain: pasta fluor dengan konsentrasi tinggi (SnF2), larutan fluor (NaF) dan fluor dalam bentuk gel (APF).



STEP 2 (Problem Definition) 1. Atas dasar apa dokter melakukan tindakan perawatan pencegahan secara TAF kepada pasien yang berumur 8 tahun yang memiliki hasil pemeriksaan gigi 64 karies dentin pada permukaan pit dan fissure, 73 dan 63 karies email pada permukaan halus? (Indikasi dan kontraindikasi dari perawatan TAF) 2. Apa saja yangdapat dilakukan untuk mencegah karies gigi secara sistemik dan lokal ? 3. Apa tujuan dan manfaat penggunaan fluor? 4. Bagaimanatahapan aplikasi dari TAF?



5



STEP 3 (Brainstorming) 1. Atas dasar apa dokter melakukan tindakan perawatan pencegahan secara TAF kepada pasien yang berumur 8 tahun yang memiliki hasil pemeriksaan gigi 64 karies dentin pada permukaan pit dan fissure, 73 dan 63 karies email pada permukaan halus?  Pasien anak laki-laki usia 8 tahun dan mengalami karies pada gigi 64 karies dentin pada permukaan pit dan fissure, gigi 73 dan 63 karies email pada permukaan halus dilakukan tindakan primer yakni perawatan pembersihan pada gigi yang mengalami karies oleh dokter gigi. Karies pada anak laki-laki terlebih dahulu dibersihkan kemudian dilakukan penggunaan Topikal Aplikasi Fluor pada gigi agar mencegah karies.  Penggunaan Topikal Aplikasi Fluor pada anak-anak baik untuk diberikan. Penggunaan TAF langsung diaplikasikan pada anak-anak oleh dokter gigi dengan adanya indikasi serta kontraindikasi pada penggunaan TAF. Indikasi penggunaan TAF: a. Karies pada gigi sulung dan permanen yang tidak mengenai pulpa gigi b. Gigi masih non vital (belum adanya reaksi spontan) c. Usia pasien anak dibawah 5 tahun Kontraindikasi TAF: a. Ada kavitas yang terbuka b. Apabila mengalami abses c. Reaksi spontan pada gigi  Dikarenakan pada gigi 64 yang kariesnya paling dalam hingga mencapai dentin masih bisa ditangani tanpa perawatan melibatkan pulpa gigi, sebelumnya bisa dilakukan dengan mengarahkan pasien anak tersebut untuk berkumur menggunakan larutan fluor. Lalu setelah itu mengarahkan pasien anak tersebut untuk menyikat gigi menggunakan pasta gigi khusus yang mengandung fluoride dan bulu sikat yang lembut. Untuk tujuannya sama yaitu mencegah perkembangan gigi yang mengalami karies. 6



2. Apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah karies gigi secara sistemik dan local ? Yang dapat dilakukan untuk mencegah karies secara lokal, yaitu: 1. Penanganan secara lokal ini dilakukan pada saat gigi tumbuh bisa dengan cara pengaturan diet dikendalikan penggunaan gula dalam makanan dan minuman, pengendalian plak misalnya dengan dental floss dan obat kumur, pengaturan fluor, menyikat gigi yang baik dan benar, tidak merokok, dipisahkan dari botol susu. 2. Pemberian fluor secara lokal : topikal aplikasi, pasta gigi berfluor, obat kumur 0,2 % berfluor (NaF), fissure sealant, dan klorheksidin. 3. Penggunaan topikal aplikasi bisaberbentuk gel, pasta dan SnF. Aplikasi topikal berupa : Pemberian fluor melalui aplikasi topikal dapat memakai bermacam-macam bentuk fluor antara lain: a. Pasta fluor. Pasta fluor dapat berupa pasta fluor dengan konsentrasi tinggi (SnF_210 %) dan larutan fluor SnF_210 %. b. Larutan. Larutan yang biasa dipakai adalah larutan fluor SnF_220 %. Sebelum dipakai larutan fluor SnF 220 % biasanya dicampur dengan larutan pengencer atau pemanis (sorbitol) dengan perbandingan 1:1 sehingga akan didapat larutan fluor dengan konsentrasi 10%. Kapas dicelupkan pada larutan fluor yang



sudah siap dipakai, lalu dioleskan pada seluruh



permukaan gigi yang sudah dikeringkan. Larutan fluor ini juga biasa dipakai pada spot application. Pemberian fluor melalui spot application merupakan perawatan karena diberikan langsung pada white spot atau pada daerah yang terkena karies. Bahan yang dipakai adalah larutan fluor SnF_220%. Pada teknik spot application, cotton pellet dicelupkan pada larutan SnF_220% lalu cotton pellet diletakkan pada white spot selama 23 menit . c. Fluor dalam bentuk gel. Jika larutan harus diulaskan kuadran demi kuadran , maka gel dapat diaplikasikan pada seluruh lengkung gigi sekaligus dengan memakai aplikator khusus sehingga sediaan fluor 7



dalam bentuk gel lebih banyak digunakan daripada larutan (Kidddan Bechal, 1992). Fluor dalam bentuk gel diletakkan pada mouth guard atau sendok cetak, kemudian sendok cetak dipakai 2-3 menit. Namun, karena tiap milimeter gel mengandung 12 mg F, penggunaan dirumah atau untuk anak-anak tidak dianjurkan. Penggunaan gerakan lebih aman diaplikasikan ditempat praktek dokter gigi,dan lebih mudah karena gel melekat ke gigi dan tidak perlu pembasahan yang terus menerus dalam waktu lama seperti penggunaan larutan. Yang dapat dilakukan untuk mencegah karies secara sistemik, yaitu: a. Penanganan secara sistemik ini dilakukan pada saat pertumbuhan atau perkembangan gigi b. Upaya pencegahannya bisa dengan fluorodisasi baik pada air susu dengan kadar 25 ppm/l, air minum 1 ppm, dan air garam 250 mg/kg. Bisa juga dengan menggunakan tablet hisap fluor untuk usia 5 bulan – 12 tahun dengan konsentrasi tidak lebih dari 0,7 ppm. 3. Apa Tujuan dan manfaat penggunaan TAF? A. Praerupsi  Selama pembentukan gigi, fluoride akan melindungi enamel.  Pembentukan enamel yang lebih baik dengan kristal apatit yang lebih resisten asam.  Pemberian yang optimal, kristal apatit lebih tahan terhadap kelarutan asam. B. Pascaerupsi  Fluoroapatit menurunkan kelarutan enamel dalam asam.  Fluoroapatit lebih menyebabkan gigi lebih tahan oleh proses demineralisasi dengan cara mengurangi permeabilitas enamel, maka mineral yang terkandung dalam gigi tidak cepat terlarut dalam saliva, melainkan digantikan oleh ion fluoride pada permukaan enamel.  Fluoride menggantikan ion karbonat dalam struktur apatit.  Adanya fluoride dalam saliva meningkatkan remineralisasi, sehingga merangsang perbaikan atau penghentian lesi karies awal. 8



 Fluoride menghambat



banyak enzim yang mampu membatasi penyediaan bahan



cadangan untuk pembuatan asam dalam sintesa polisakarida.  Memiliki sifat antibakteri. Pada keadaan pH rendah, fluoride akan berdifusi ke dalam Hydrofluoride Acid dan menghambat metabolisme karbohidrat oleh bakteri kariogenik sehingga menghalangi pembentukan asam. Tujuan lainnya dalam penggunaan fluor adalah untuk melindungi gigi dari karies, fluor bekerja dengan cara menghambat metabolisme bakteri plak yang dapat memfermentasi karbohidrat melalui perubahan hidroksiapatit pada enamel menjadi fluorapatit yang lebih stabil dan lebih tahan terhadap pelarutan asam. Reaksi kimia : Ca10 (PO4)6 (OH)2 + F → Ca10 (PO4)6 (OHF) menghasilkan enamel yang lebih tahan asam sehingga dapat menghambat proses demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi.



4. Bagaimana tahapan aplikasi dari TAF ?  Instruksi anak menggosok giginya. Awasi anak yang sedang menggsok dan lanjutkan dengan flossing jika memungkinkan. Sisa makanan harus dihilangkan sebelum aplikasi fluor.  Isolasi gigi geligi. Gunakan saliva ejector, cotton roll untuk isolasi gigi yang akan dirawat. Isolasi dilakukan untuk mencegah terjadinya pengenceran fluor oleh saliva.  Keringkan gigi yang diisolasi. Keringkan gigi yang diisolasi menggunakan tiupan udara.  Saliva yang teringgal padapermukaan gigiakan mengencerkan larutan ataugel.  Ulaskan larutan, gel atau varnish menggunakan kapas kecil atau cotton pellet yang dijepit dengan pinset, oleskan larutan gel, atau varnish pada semua permukaan interproksimal dari bukal dan lingual atau dapat juga menggunakan custom tray yang diisi sebanyak 5ml gel atau 1/3 tray. Jaga agar kapas tidak mengenai gigi. Biarkan gigi tertutup larutan atau gel selama 4 menit.  Setelah 4 menit, bersihkan larutan gel dari permukaan gigi yang dapat dijangkau, instruksikan anak untuk meludahkan semua sisa fluor tetapi jangan berkumur.  Pada akhir perawatan, instruksikan agar pasien tidak makan atau minum selama 30 menit untuk memperpanjang kontak fluor dengan permukaan gigi. 9



 Instruksikan pasien untuk tidak berkumur dan tidak makan serta minum selama ±30 menit  Pasien diinstruksikan untuk datang kontrol 1 minggu kemudian.  Aplikasi fluor topical diulangi setiap 1 minggu hingga 4 kali pemberian sebagai tahap permulaan. Setelah 4 kali perawatan maka efek pencegahan karies gigi diharapkan dapat bertahan sampai 3 tahun Penggunaan fluor secara topikal untuk gigi yang sudah erupsi, dilakukan dengan beberapa cara: 1. Topikal aplikasi yang mengandung fluor 2. Kumur-kumur dengan larutan yang mengandung fluor 3. Menyikat gigi dengan pasta yang mengandung fluor



10



STEP 4 (Mind Mapping)



TOPIKAL APLIKASI FLUOR



INDIKASI & KONTRAINDIKASI



TUJUAN



MANFAAT BENTUK SEDIAAN



KANDUNGAN T



TAHAPAN APLIKASI TAF



11



STEP 5 (Learning Object) 1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Definisi TAF 2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Tujuan dan Manfaat TAF 3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Indikasi dan Kontraindikasi TAF 4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Bentuk Sediaan TAF 5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Kandungan TAF 6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mekanisme bekerjanya fluor dalam mencegah karies 7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Prosedur TAF



STEP 6 (Belajar Mandiri)



12



STEP 7 1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Definisi TAF Aplikasi topikal fluor adalah pengolesan langsung larutan fluor yang pekat pada email setelah gigi dibersihkan dan dikeringkan dengan semprotan udara. Permukaan gigi diolesi larutan fluor serta dibiarkan kering selama 3 menit. Pemberian fluor melalui aplikasi topikal dapat memakai bermacam-macam bentuk fluor, antara lain: pasta fluor dengan konsentrasi tinggi (SnF2), larutan fluor (NaF) dan fluor dalam bentuk gel (APF). Aplikasi topikal fluor merupakan tehnik yang sederhana untuk aplikasi larutan fluor yang dilakukan oleh praktisi gigi dan dapat diaplikasikan dengan mudah. Fluoridasi topikal ini sangat dianjurkan pada gigi anak yang baru erupsi di dalam mulut untuk memperkuat lapisan email gigi. Topikal aplikasi fluoride adalah salah satu cara yang paling efektif untuk mencegah karies, dimana senyawa fluoride bekerja menghambat penyerapan protein saliva pada permukaan email sehingga menghambat pembentukan pelikel dan plak, dan meningkatkan resistensi dari remineralisasi enamel terhadap asam dan penurunan pH. Bahan topikal aplikasi fluoride yang sering digunakan adalah Sodium fluoride 0,1%. Aplikasi fluoride secara topikal dapat diberikan dalam bentuk foam, gel dan varnish ( Rugg-Gun, 2013 ). Menurut Collins (2008). ketiga bentuk fluoride topikal tersebut mempunyai indikasi masing-masing, yaitu bentuk gel lebih efektif diberikan pada anak usia sekolah, bentuk foam lebih efektif diberikan pada gigi susu atau gigi molar pertama yang baru erupsi, sedangkan bentuk varnish efektif dalam mencegah karies pada anak-anak, dewasa, dan individu dengan risiko karies tinggi. Dari ketiga bentuk fluoride topikal tersebut, varnish memberikan kenyamanan yang lebih baik kepada pasien dan juga waktu yang lebih singkat. Penggunaan fluoride secara topikal untuk pencegahan karies gigi pada anak-anak lebih disarankan karena waktu aplikasi yang lebih singkat dan juga lebih nyaman bagi pasien anakanak (Carvalho,dkk, 2010). Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Azarpaazhooh dan Main (2008) menunjukkan bahwa aplikasi fluoride topikal setiap enam bulan sekali efektif dalam mencegah karies gigi baik pada gigi susu maupun permanen. Oleh karena itu aplikasi fluoride topikal sangat disarankan untuk menurunkan angka karies gigi terutama pada anak-anak yang rentan terhadap karies gigi. 13



2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Tujuan dan Manfaat TAF Tujuan penggunaan fluor adalah untuk melindungi gigi dari karies, fluor bekerja dengan cara menghambat metabolisme bakteri plak yang dapat memfermentasi karbohidrat melalui perubahan hidroksil apatit pada enamel menjadi fluor apatit yang lebih stabil dan lebih tahan terhadap pelarutan asam. Efek aplikasi fluor secara topikal dalam menghambat karies gigi yaitu dapat memacu proses remineralisasi pada permukaan enamel, menghambat sistem enzim mikrobiologi yang merubah karbohidrat menjadi asam dalam plak gigi dan adanya efek bakteriostatik yang menghambat kolonisasi bakteri pada permukaan gigi. Penggunaan fluor mempunyai beberapa manfaat, yaitu: a. Praerupsi 1) Selama pembentukan gigi, fluoride melindungi enamel dari pengurangan sejumlah matriks yang dibentuk. 2) Pembentukan enamel yang lebih baik dengan kristal apatit yang lebih resisten terhadap asam 3) Pemberian yang optimal, kristal apatit lebih tahan terhadap kelarutan yang disebabkan oleh asam. b. Pascaerupsi 1) Fluoroapatit menurunkan kelarutan enamel dalam asam. 2) Fluoroapatit lebih padat sehingga gigi lebih tahan oleh proses demineralisasi 3) Fluoride menggantikan ion karbonat dalam struktur apatit. 4) Adanya fluoride dalam saliva meningkatkan remineralisasi, sehingga merangsang perbaikan atau penghentian lesi karies awal. 5) Fluoride menghambat banyak sistem enzim. Hambatan terhadap enzim yang terlibat dalam pembentukan asam serta pengangkutan dan penyimpanan glukosa dalam streptococcus oral dan juga membatasi penyediaan bahan cadangan untuk pembuatan asam dalam sintesa polisakarida. 14



6) Mencegah demineralisasi 7) Gigi yang diberi fluor memiliki penurunan daya larut enamel dalam asam rongga mulut. Dengan cara mengurangi permeabilitas enamel maka mineral yang terkandung dalam gigi tidak cepat terlarut dalam saliva, melainkan digantikan oleh ion-ion fluor pada permukaan enamel. 8) Memiliki sifat antibakteri 9) Pada keadaan ph rendah, fluoride akan berdifusi ke dalam Hydrofluoric Acid. Hal ini menyebabkan fluoride menghambat metabolisme karbohidrat oleh bakteri kariogenik sehingga menghalangi pembentukan asam. 10) Mempercepat remineralisasi 11) Dengan cara mengubah lingkungan permukaan dari enamel, sehingga



transfer



ion antara saliva dan enamel dapat berlangsung efektif. Keadaan ini mengakibatkan proses ionisasi pada permukaan yang terdemineralisasi menjadi lebih cepat. 3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Indikasi dan Kontraindikasi TAF Indikasi ➔ Pasien anak di bawah 5 tahun yang memiliki resiko karies sedang sampai tinggi ➔ Gigi dengan permukaan akar yang terbuka ➔ Gigi yang sensitif ➔ Anak-anak dengan kelainan motorik, sehingga sulit untuk membersihkan gigi (contoh: Down Syndrome) ➔ Pasien yang sedang dalam perawatan orthodontic Kontraindikasi ➔ Pasien anak dengan risiko karies rendah ➔ Pasien yang tinggal di kawasan dengan air minum terfluoridasi ➔ Ada kavitas besar yang terbuka



15



4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Bentuk Sediaan TAF 1. Sediaan Fluoride a. Fluoride Sistemik Fluoride sistemik adalah fluoride yang diperoleh tubuh melalui pencernaan dan ikut membentuk struktur gigi. Fluoride sistemik juga memberikan perlindungan topikal karena fluoride ada di dalam air liur yang terus membasahi gigi.  Fluoridasi air minum Apabila dalam air minum yang dikonsumsi oleh suatu daerah, atau kota tertentu dibubuhi zat kimia fluor maka penduduk di situ akan terlindung dari karies gigi. Pemberian fluor dalam air minum ini jumlahnya bervariasi antara 1-1,2 ppm (part per million). Selain dapat mencegah karies, fluor juga mempunyai efek samping yang tidak baik yaitu dengan adanya apa yang disebut ‘mottled enamel’ pada mottled enamel gigi - gigi kelihatan kecoklat-coklatan, berbintikbintik permukaannya dan bila fluor yang masuk dalam tubuh terlalu banyak, dapat menyebabkan gigi jadi rusak sekali. Konsentrasi optimum fluorida yang dianjurkan dalam air minum adalah 0,7 -1,2 ppm. Menurut penelitian Murray and Rugg-gun cit. Linanof bahwa fluoridasi air minum dapat menurunkan karies 40–50% pada gigi susu.  Pemberian fluor melalui makanan Kadang-kadang makanan yang kita makan sudah mengandung fluor yang cukup tinggi, hingga dengan makanan itu saja sudah mencegah terjadinya karies gigi. Jadi harus diperhatikan bahwa sumber yang ada sehari-hari seperti di rumah, contohnya di dalam air mineral, minuman ringan dan makanan sudah cukup mengandung fluoride. Karena itu makanan fluoride harus diberikan dengan hati-hati. Makanan tambahan fluoride hanya dianjurkan untuk mereka (terutama anakanak) yang tinggal di daerah yang sumber airnya rendah fluor atau tidak difluoridasi. Fluoride dapat berbahaya jika dikonsumsi secara berlebihan. Apabila pemakaian fluoride tidak terkontrol dan tidak disiplin, maka tidak akan mencapai sasaran dan dapat menyebabkan kerusakan gigi. Contohnya adalah fluorosis. 16



 Suplemen Fluoride Pemberian fluor dapat juga dilakukan dengan tablet, baik itu dikombinasikan dengan vitamin vitamin lain maupun dengan tablet tersendiri. Pemberian tablet fluor disarankan pada anak yang berisiko karies tinggi dengan air minum yang tidak mempunyai konsentrasi fluor yang optimal (2,2 mg NaF, yang akan menghasilkan fluor sebesar 1 mg per hari). Tablet fluor dapat diberikan sejak bayi berumur 2 minggu hingga anak 16 tahun. Umur 2 minggu – 2 tahun biasanya diberikan dosis 0,25 mg, 2-3 tahun diberikan 0,5 mg, dan 3-16 tahun sebanyak 1 mg.



b. Fluoride Topikal  Pasta Gigi Berfluoride Senyawa utama yang ditemukan dalam pasta gigi berfluoride adalah sodium fluoride dan sodium monofluorofosfat, walaupun stannous flouride dan amina fluoride juga kadang digunakan. Standar WHO untuk konsentrasi fluoride dalam pasta gigi adalah antara 1000-1500 ppm. Pasta gigi dengan fluoride rendah mengandung kurang dari 1000 ppm (sekitar 400-500 ppm F) dan biasanya ditujukan untuk anak-anak. Pasta gigi dengan fluoride tinggi mengandung lebih dari 1500 ppm (biasanya berkisar antara 2000-5000 ppm F) dan tersedia untuk orang dewasa dengan risiko karies tinggi.  Obat Kumur Berfluoride Obat kumur ini biasanya mengandung 100-500 ppm dan digunakan sekali atau dua kali sehari. Obat kumur yang mengandung fluoride 900 ppm digunakan seminggu sekali. Obat kumur berfluoride dapat menurunkan risiko karies 26%.  Fluoride Varnish Fluoride varnish dapat menurunkan risiko karies sebesar 40%. Varnish tersedia baik dalam viskositas tinggi atau rendah, dan hanya dilakukan oleh profesional/dokter gigi. Formula yang paling banyak ditemukan adalah 5% sodium fluoride (25.000 ppm), 0.9% difluorosilane, dan 6% sodium fluoride ditambah 6% kalsium flouride (56.300 ppm). 17



 APF (Acidulated Phosphate Fluor) Gel APF gel merupakan gel fluoride yang paling banyak digunakan dan merupakan campuran dari sodium fluoride (NaF), hydrofluoric acid, dan 0,1 M orthophosphoric acid. APF gel dapat menurunkan karies 25-40%. Konsentrasi yang tersedia adalah 1.23% (setara dengan 12.3 mg ion F/g gel atau 12.300 ppm). APF gel memiliki pH yang rendah, yaitu sekitar pH 3.5, sehingga menyebabkan penyerapan fluoride ke enamel lebih cepat dan orthofosfat mencegah pemecahan enamel karena efek ion. APF gel bersifat stabil, tidak menyebabkan diskolorasi, dan rasa dapat diterima.13  Sodium Fluoride (NaF) Sodium fluoride pertama kali digunakan pada tahun 1940 dan dapat menurunkan risiko karies sekitar 30%. Tersedia dalam konsentrasi 2% (setara dengan 10 mg F/g atau 10.000 ppm). NaF 2% memiliki pH 7 (netral), sehingga direkomendasikan untuk pasien dengan restorasi porselen dan GIC untuk menghindari kerusakan akibat pH rendah dari gel, kasus dengan erosi enamel, dentin yang terekspos, karies dentin, dan hipomineralisasi enamel. NaF bersifat stabil, tidak mengiritasi gingiva, tidak menyebabkan diskolorasi gigi, dan rasanya dapat diterima.  Stannous Fluoride (SnF2) Percobaan pertama SnF2 dilakukan oleh Howell et al pada tahun 1955. Kelebihan SnF2 adalah penetrasi cepat fluoride dan formasi tin-fluorophosphate complex yang highly insoluble pada permukaan enamel. Kerugiannya adalah pHnya yang rendah menyebabkan astringent, menyebabkan diskolorasi gigi, rasanya seperti logam, dan tidak stabil. Untuk mengatasi kekurangan SnF2, diciptakan SnF2 solution 8-10% dan gel SnF2 yang terdiri dari 0.4% SnF2 dalam base mehylcellulose dan glycerin. Bahan ini efektif untuk pasien pasca radiasi kanker dan untuk menurunkan dekalsifikasi di sekitar band pada pasien ortodontik.



18



5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Kandungan TAF Penggunaan TAF merupakan teknik yang sederhana untuk aplikasi larutan fluor yang dilakukan oleh praktisi gigi dan dapat diaplikasikan dengan mudah. Fluoridasi topikal ini sangat dianjurkan pada gigi anak yang baru erupsi di dalam mulut untuk memperkuat lapisan email gigi. Fluoride bekerja menghambat penyerapan protein saliva pada permukaan email sehingga menghambat pembentukan pelikel dan plak, dan meningkatkan resistensi dari remineralisasi enamel terhadap asam dengan kata lain menghambat pembentukan asam dan penurunan pH. Maka, fluoride mempunyai efek antimikroba atau dapat mencegah karies. Reaksi kimia : Ca10(PO4)6(OH)2+F → Ca10(PO4)6(OHF) menghasilkan enamel yang lebih tahan asam sehingga dapat menghambat proses demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi. Remineralisasi adalah proses perbaikan kristal hidroksiapatit dengan cara penempatan mineral anorganik pada permukaan gigi yang telah kehilangan mineral tersebut, sedangkan demineralisasi adalah proses pelarutan kristal hidroksiapatit email gigi, yang terutama disusun oleh mineral anorganik yaitu kalsium dan fosfat, karena penurunan pH plak sampai mencapai pH kritis (pH 5) oleh bakteri yang menghasilkan asam . Pemberian fluor melalui aplikasi topikal dapat memakai bermacam-macam bentuk fluor, antara lain: pasta fluor dengan konsentrasi tinggi (SnF2), larutan fluor(NaF) dan fluor dalam bentuk gel (APF). Adapun berbagai jenis macam dan konsentrasi fluor di dalamnya, antara lain 1,23 % Acidulated Phosphate Fluoride(APF) memiliki kosentrasi yang lebih tinggi yakni 12,300 ppm F dibandingkan dengan 2% Sodium Fluoride(NaF) yakni 9,200 ppm F. Semakin tinggi kosentrasi fluor pada permukaan enamel dapat membuat permukaan gigi lebih tahan terhadap karies. Selain itu semakin tinggi kosentrasi fluor juga akan semakin menambah daya hambat metabolisme bakteri, dalam merubah karbohidrat menjadi energi atau yang disebut mekanisme glikolisis. Kerja fluor ini akan semakin efektif ketika pH sekitar 5-6, selain pH yang dapat mempengaruhi efektivitas kerja fluor adalah waktu paparan, yaitu waktu minimal yang dibutuhkan adalah 24 jam setelah pemulasan fluor pada permukaan gigi yang telah dibersihkan sebelumnya (Downey, 2013). SnF mulai jarang digunakan karena menimbulkan banyak kesukaran, misalnya rasa tidak enak sebagai suatu zat astringent dan kecenderungannya mengubah warna gigi karena beraksinya 19



ion Sn dengan sulfida dari makanan, serta mengiritasi gingiva. SnF juga akan segera dihidrolisa sehingga harus selalu memakai sediaan yang masih baru. Konsentrasi senyawa ini yang dianjurkan adalah 8%. Konsentrasi ini diperoleh dengan melarutkan



bubuk SnF2 0,8



gramdengan air destilasi 10 ml. Larutan ini sedikit asam dengan pH 2,4-2,8. APF lebih sering digunakan karena memiliki sifat yang stabil, tersedia dalam bermacammacam rasa, tidak menyebabkan pewarnaan pada gigi dan tidak mengiritasi gingiva. Bahan ini tersedia dalam bentuk larutan atau gel, siap pakai, merupakan bahan topikal aplikasi yang banyak di pasaran dan dijual bebas. APF dalam bentuk gel sering mempunyai tambahan rasa seperti rasa jeruk, anggur dan jeruk nipis Kandungan fluor yang tinggi biasanya didapatkan di kaki gunung dan daerah geological deposit yang dulunya lautan, seperti sabuk geografis Siria-Jordan-Mesir-Libia, Algeria-Maroko, lembah Rift Sudan-Kenya, Turki-Irak-Iran-Afganistan sampai lndia-Thailand-Cina. Kandungan fluor tertinggi dalam air didapatkan di danau Nakuru lembah Rift (2800mg/liter)dan dalam tanah di pantai dan danau sampai 5600mgionF/kg. Fluoridasi air minum merupakan cara yang paling efektif untuk menurunkan masalah karies pada masyarakat secara umum. Konsentrasi optimum fluorida yang dianjurkan dalam air minum adalah 0,7–1,2 ppm.18 Menurut penelitian Murray and Rugg-gun cit. bahwa fluoridasi air minum dapat menurunkan karies 40–50% pada gigi susu. Bila air minum masyarakat tidak mengandung jumlah fluor yang optimal, maka dapat dilakukan pemberian tablet fluor pada anak terutama yang mempunyai risiko karies tinggi. Pemberian tablet fluor disarankan pada anak yang berisiko karies tinggi dengan air minum yang tidak mempunyai konsentrasi fluor yang optimal (2,2 mg NaF,yang akan menghasilkan fluor sebesar 1 mg per hari). Jumlah fluor yang dianjurkan untuk anak di bawah umur 6 bulan–3 tahun adalah 0,25 mg, 3–6 tahun sebanyak 0,5 mg dan untuk anak umur 6 tahun ke atas diberikan dosis 0,5–1 mg.



20



Gambar Fluoride 6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mekanisme bekerjanya fluor dalam mencegah karies Fluor bekerja untuk mengontrol karies dini dengan beberapa cara. Fluor dapat menghambat demineralisasi enamel dan meningkatkan remineralisasi. Bakteri kariogenik metabolism karbohidrat dan menghasilkan asam sehingga pH rongga mulut menjadi asam dan dapat mengubah struktur enamel. Fluor dapat menguatkan gigi dengan meningkatkan proses remineralisasi sehingga enamel resisten terhadap asam. Fluor dapat menghambat karies dengan cara menghambat aktivitas metabolisme bakteri kariogenik dalam memetabolisme karbohidrat untuk menghasilkan asam dan polisakarida adhesif yang diperlukan untuk berkolonisasi pada permukaan gigi. Reaksi Fluor dengan Email Agar fluor dapat diikat oleh email, fluor tersebut harus diletakkan dalam bentuk fluor apatit, yaitu ion hidroksil digantikan oleh ion fluor. Ca10(PO4)6(OH)2 + 2F



C10(PO4)6F2 + 2OH



Dari larutan yang mengandung konsentrasi fluor yang lebih tinggi akan diserap F yang lebih banyak pula. Tetapi tidak seluruhnya dari fluor ini dibentuk menjadi fluor apatit. Sebagian ion fluor akan diserap dalam permukaan Kristal tapi sisanya akan bergabung dengan ion kalsium



21



dari kisi-kisi untuk membentuk kalsium fluoride (CaF2), membebaskan ion fosfat dan sebagian menguraikan kisi-kisi dalam proses: Ca10(PO4)6(OH)2 + 20F



10Ca2F2 + 6PO4 + 2OH



Dari gambar diatas dapat dijelaskan ketika bakteri menghasilkan asam dan fluor terdapat dalam cairan plak (FL), flor akan menembus bersama dengan asam di bawah permukaan lalu terserap ke permukaan kristal (FA) dan mencegah melarutnya kristal. Bila seluruh permukaan kristal ditutupi oleh FA, maka flor tidak akan larut. Jenis lapisan ini membuat karakteristik kristal serupa dengan florapatit. Ketika lapisan FA hanya sebagian menutupi kristal, maka bagian kristal yang tidak dilapisi akan melarut. Reaksi kimia tersebut menghasilkan enamel yang lebih tahan terhadap asam sehingga dapat menghambat proses demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi yang merangsang perbaikan dan penghentian lesi karies (Angela, 2005). Remineralisasi adalah proses perbaikan kristal hidroksiapatit dengan cara penempatan mineral anorganik pada permukaan gigi yang telah kehilangan mineral tersebut , Demineralisasi adalah proses pelarutan kristal hidroksiapatit email



22



gigi, yang terutama disusun oleh mineral anorganik yaitu kalsium dan fosfat, karena penurunan pH plak sampai mencapai pH kritis (pH 5) oleh bakteri yang menghasilkan asam. Efek Bakteriostatik : Bakteri yang melekat di permukaan gigi disebut dengan plak. Beberapa jenis bakteri didalam mulut, salah satunya bakteri Sreptococcus mutans menghasilkan asam yang merupakan metabolisme karbohidrat. Salah satu senyawa pembentuk elemen gigi yang berperan penting dalam mekanisme Flouride Varnish adalah hidroksilapatit. Hidroksilapatit merupakan bagian dari senyawa-senyawa kalsium fosfat dan merupakan senyawa terpenting untuk melindungi gigi. Secara lokal flour diikat di permukaan luar dari kristal hidroksilapatit, sebagai reaksi pertamanya flour akan membentuk endapan calsium fluoride di permukaan enamel dan terbentuknya flourapatit sebagai reaksi kedua. Endapan calsium fluoride yang terbentuk lebih banyak dari flourapatit. Reaksi pertama : Ca10(PO4)6(OH)2 + 20 F Hidroksilapatit



10CaF2 + 6PO4 + 2OH Kalsium Flourida



CaF2 ini tidak terikat kuat pada gigi dan secara bertahap dapat terlepas. Sebagai reaksi kedua terjadi sebagai berikut : Ca10(PO4)6(OH)2 + 2 F



Ca10(PO4)6 F2 + 2OH



Hidroksilapatit



Flourapatit



Pada reaksi kedua ini terjadi pertukaran langsung antara ion OH dan ion F, jumlah flourapatit yang terbentuk tidak banyak. Reaksi pertukaran ini tergantung dari pH, pada pH 4 reaksi ini akan berlangsung kira-kira seratus kali lebih cepat dibandingkan pada pH 7. Ini disebabkan pada pH yang rendah akan terbentuk suatu hasil yaitu ikatan kalsiumfosfat yang disebut brushit.



23



Brushit merupakan ikatan kalsium fosfat yang paling stabil dalam keadaan pH yang lebih rendah dari 4,3. Brushit juga bereaksi dengan flour dan membentuk senyawa flourapatit. Reaksi persenyawaan ini terjadi lebih cepat dibandingkan dengan reaksi pertukaran ion yang disebut sebelumnya, sehingga dapat dikatakan bahwa mekanisme utama yang menghambat terjadinya karies adalah reaksi brushit dengan flour. Efek pada bakteri penyebab karies dan metabolismenya bergantung pada pH dan konsentrasinya, fluor dapat menimbulkan efek antibakteri dan antienzim. Pada aplikasi topikal dengan konsentrasi lebih dari 1 persen F, baik APF (pH 3,2) maupun SnF (pH 2,1) ternyata toksik terhadap streptococcus mutans. Adanya ion fluor dalam plak dapat menurunkan efek kariogenik dengan jalan menghambat pembentukan asam dan penurunan pH yang diakibatkannya. Fluor dalam bentuk ion (F-) tidak dapat menembus ke dalam sel bakteri, namun fluor dalam bentuk asam fluorida (HF) dapat masuk ke dalam sel bakteri. Pada saat pH plak rendah akibat asam yang dihasilkan oleh bakteri, ion hidrogen (H+) yang terbentuk ketika keadaan asam akan berikatan dengan ion fluorida (F-) sehingga terbentuk asam fluorida (HF). HF dapat masuk ke dalam sel bakteri. Kemudian di dalam sel bakteri HF kembali terion menjadi H + dan F-. Fyang terbentuk akan menghambat pembentukan asam fosfo-enolpiro anggur yang dibutuhkan bakteri saat glikolisis. Akibatnya, metabolisme bakteri terganggu. Meningkatkan remineralisasi  Ketika saliva mengenai plak dan komponen-komponennya, saliva dapat menetralisasi asam sehingga menaikkan pH yang akan menghentikan demineralisasi.  Saliva bersama kalsium dan fosfat akan menarik komponen yang hilang ketika demineralisasi kembali menyusun gigi. Permukaan kristal yang terdemineralisasi yang terletak antara lesi akan bertindak sebagai ‘nukleator’dan permukaan baru akan terbentuk.  Proses tersebut disebut remineralisasi, yaitu penggantian mineral pada daerah-daerah yang terdemineralisasi sebagian akibat lesi karies pada email atau dentin (termasuk bagian akar).



24



 Fluor akan meningkatkan remineralisasi dengan mengadsorpsi pada permukaan kristal menarik ion kalsium diikuti dengan ion fosfat untuk pembentukan mineral baru.  Mineral yang baru terbentuk disebut veneer yang tidak mengandung karbonat dan komposisinya memiliki kemiripan antara HAP dan FAP. FAP mengandung sekitar 30.000 ppm fluor dan memiliki kelarutan terhadap asam yang rendah.  Mineral yang baru terbentuk memiliki sifat seperti FAP yang kelarutan dalam asam lebih rendah daripada CAP.



7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Prosedur TAF Penggunaan fluor yang berlebihan dapat menimbulkan kerugian. Oleh karena itu pemakaian fluor ini harus berhati- hati. Cara pemberian fluor untuk pencegahan karies gigi dilakukan dengan beberapa cara, yaitu : 1. Sistemik = dengan fluoridasi air minum, garam, susu dan table fluor. 2. Topikal aplikasi = dilakukan oleh dokter gigi atau tenaga kesehatan gigi lainnya dapat berupa gel atau varnish. Bisa juga dilakukan oleh masyarakat sendiri melalui pasta gigi dan berkumur larutan yang mengandung fluor.



25



Topikal aplikasi fluor ini dilakukan pengolesan langsung fluor pada enamel. Prosedur pengolesan fluor dilakukan sesuai prosedur pengolesan acidulated phospat fluoride. Pertama, gigi dibersihkan terlebih dahulu dari debris dan kalkulus, kemudian isolasi gigi yang akan diaplikasikan topikal fluor dengan cotton roll dan dikeringkan dengan semprotan udara. Kemudian oleskan fluor secara terus menerus selama 4 menit. Bahan yang digunakan adalah acidulated phospat fluoride 1,23% (fathiah, 2017), lalu gigi dibiarkan kering 5 menit, dan selama 1 jam tidak boleh mengonsumsi makanan, minuman atau berkumur (lubis, 2001).



DAFTAR PUSTAKA Annisa, A., & Ahmad, I. (2018). Mekanisme fluor sebagai kontrol karies pada gigi anak. Indonesian Journal of Paediatric Dentistry, 1(1), 63-69. Agtini, M. D., Sintawati, S., & Tjahja, I. (2005). Fluor dan kesehatan gigi. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 15(2 Jun). Fathiah, P. D. (2017, Juli). Topical Fluoride Application Dan Fissure Sealant Untuk Mencegah Karies Pada Gigi Molar Satu Permanen. Jurnal Vokasi Kesehatan, 99. Koch G, Poulsen S, Espelid I, Haubek D. Pediatric Dentistry: A Clinical Approach. John Wiley and Sons. 2016. 122 Soeprapto A. Pedoman dan Tatalaksana Praktik Kedokteran Gigi. Yogyakarta. STPI Bina Insan Mulia. 2017; 34-35 Sirat Ni Made. 2014. Jurnal Kesehatan Gigi Volume 2 Nomer 2 : Pengaruh Aplikasi Topikal Dengan Larutan Naf Dan Snf2 Dalam Pencegahan Karies Gigi. Denpasar Lubis. S.L.A. 2001. Fluor dalam Pencegahan Karies Gigi. USU e-Repository. Bakar A, 2012. Kedokteran Gigi Klinis. Yogyakarta: Quantum Sinergis Media. Kidd, Edwina A. M. dan Saly Joyston-Bechal, 2012. Dasar – Dasar Karies : Penyakit dan Penanggulangannya. Jakarta : EGC. Astari, T. B., Benyamin, B., & Fathurrahman, H. (2020). Pengaruh Aplikasi Acidulated Phosphate Fluoride terhadap Perubahan Kekerasan Permukaan Fissure Sealant Berbasis Resin. Sultan Agung Fundamental Research Journal, 1(1), 77-82.



26



Annisa, A., & Ahmad, I. (2018). Mekanisme fluor sebagai kontrol karies pada gigi anak. Indonesian Journal of Paediatric Dentistry, 1(1), 63-69. Hudiyati, M., Chairani, S., & Rais, S. W. (2016). Pengaruh Jenis Fluor Topikal Terhadap Kebocoran Mikro pada Pit and Fissure Sealant. Jurnal Material Kedokteran Gigi, 5(1), 35-41.



27