Sop KMB2 - Kelompok 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SOP MEMBERSIHKAN DAN MENCUKUR DAERAH OPERASI, MENYIAPKAN TEMPAT TIDUR AETHER BED, OBSERVASI SIRKULASI, PERDARAHAN,KESADARAN, DAN BISING USUS Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II Dosen pengampu : Nieniek Ritianingsih, M.Kep, Sp. MB Ners Yanti Aprianti, S.Kep



Disusun Oleh : Alya Triyananda Azzahra Tarisya Delvi Yuliana Rifka Huwae Muhamad Mulyana Rina Siti Aisyah Syifa Rizki Amalia



P17320319053 P17320319055 P17320319058 P17320319071 P17320319082 P17320319091



Tingkat 2B POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANDUNG PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR 2021



SOP MEMBERSIHKAN DAN MENCUKUR DAERAH OPERASI



STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SPO) MENCUKUR DAERAH OPERASI



SPO



Tanggal Terbit



Ditetapkan oleh



TINDAKAN KEPERAWATAN Pengertian



Pencukur rambut dilakukan untuk menghilangkan rambut tubuh yang menjadi tempat mikroorganisme dan menghambat pandangan lengan pembedahan.



Tujuan Persiapan



1.



Mencegah terjadinya infeksi



2.



Menurunkan angka terjadinya injuri saat operasi.



1. Persiapan Alat a. Alat cukur listrik b. Gunting, handuk c. Bola kapas d. Larutan antiseptik (tidak menjadi keharusan) e.  Lampu portable f. Selimut mandi g. Bengkok 2. Persiapan klien a. Ucapkan salam b. Bina hubungan saling percaya perawat dengan klien c. Klien diberitahu maksud, tujuan, dan langkah-langkah pencukuran d. Buat kontrak waktu pencukuran e. Atur posisi klien 3. Persiapan lingkungan a. Jaga privacy klien dengan cara memasang sampiran atau penutup korden pembatas pada ruangan.



b. Atur pencahayaan ruangan. Prosedur



c. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman. Fase Kerja 1. Cuci tangan Mengurangi transmisi infeksi. 2. Atur



posisi



pasien



senyaman



mungkin



dengan



posisi



pembedahan. Pemotongan rambut dan persiapan kulit dapat memerlukan waktu beberapa menit. 3. Keringkan area yang dipotong dengan handuk. Menghilangkan kelembaban, yang mempengaruhi kebersihan potongan dari pemotongan. 4. Pegang pemotong pada tangan dominan, sekitar 1 cm diatas kulit, dan gunting rambut pada arah tumbuhnya. Mencegah penarikan rambut dan abrasi kulit 5. Atur selimut sesuai kebutuhan. Mencegah pemajangan bagian tubuh yang tidak perlu 6. Dengan ringan, sikat rambut yang tercukur dengan handuk. Menghilangkan rambut yang terkontaminasi dan meningkatkan kenyamanan klien memperbaiki penglihatan terhadap area yang dipotong. 7. Bila memotong area diatas permukaan tubuh (missal umbilicus atau lipat paha) bersihkan lipatan dengan aplikator berujung kapas yang telah dicelupkan ke arah larutan antiseptik, kemudian dikeringkan. Menghilangkan secret, kotoran, dan sisa potongan



rambut,



yang



menjadi



tempat



pertumbuhan



mikroorganisme. 8. Berikan klien bahwa prosedur telah selesai. Menghilangkan ansietas klien 9. Bersihkan dan rapikan peralatan sesuai kebijakan institusi, buang sarung tangan. Pembuangan peralatan yang kotor sesuai tempatnya mencegah penyebaran infeksi dan mengurangi resiko cidera. 10.  Inspeksi kondisi kulit setelah menyelesaikan pemotongan rambut. Menentukan bila terdapat sisa rambut atau bila kulit terpotong



Tahap Terminasi 1. Mengevaluasi perasaan pasien 2. Memberikan pujian 3. Membuat kontrak waktu sesuai kegiatan selanjutnya 4. Mengucapkan salam Post Interaksi 1. Mengelola alat dan bahan yang telah dipakai 2. Mencuci tangan 3. Mendokumentasikan tindakan dan hasil yang telah dilakukan pada lembar/catatan keperawatan pasien Unit terkait Diperiksa oleh Tim Penjamin



Disusun oleh Koordinator Bidang Bedah



Mutu Poltekkes Denpasar



SOP MENYIPAKAN TEMPAT TIDUR UNTUK PASIEN PASCA OPERASI (AETHER BED)



 Pengertian Tempat tidur untuk pasien pasca bedah ( aether bed ) adalah tempat tidur yang disiapkan untuk pasien pasca bedah yang mendapat obat bius . 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.



Persiapan Alat Tempat tidur ,kasur dan bantal. Baki beralas beisi Laken 2,80 x 2 m Perlak 1m dengan pinggir diberi kain kiri kanan ½ m sarung bantal 60 x 40 Steak laken 2  – 1,20 m Selimut Alas kasur Boven 2,80 x 2,50 m 2 buli-buli panas Perlak serta handuk dalam satu gulungan, handuk dibagian dalam. I. Persiapan Lingkungan Siapkan ruangan untuk tempat tidur penerimaan pasian baru Jauhi peralatan yang menggangu dalam pelaksanaan II. Persiapan Perawat Cuci tangan dengan air sabun pada air yang mengalir kemudian keringkan dengan handuk. III. Prosedur Kerja 1. Mengangkat dan melipat seprai penutup 2. Mengangkat bantal & membentangkan gulungan perlak 3. Melepaskan selimut & seprai atas pada bagian kaki dari bawah kasur & kemudian dilipat 4. Memasang selimut tambahan hingga menutup seluruh permukaan tempat tidur 5. Meletakkan buli-buli panas diatas seprai bagian kaki, diarahkan mulutnya kepinggir tempat tidur 6. Mengangkat buli—buli panas sebelum pasien dibaringkan setelah kembali dari kamar bedah 7. Melipat pinggiran selimut tambahan bersama-sama selimut & seprai atas dari sisi tempat pasien akan masuk sampai batas pinggir kasur, lalu lipat sama sisi yang lain 8. Meletakkan pasien diatas tempat tidur 9. Buli-buli panas diangkat sebelum pasien dibaringkan ketempat tidur 10. Menarik kembali selimut & seprai atas dibagian kaki kebawah kasur jika pasien sudah sadar



11. Masukkan kembali selimut & seprai atas dibagian kaki kebawah kasur jika pasien sudah sadar 12. Evaluasi Observasi kerapian dan kelengkapan tempat tidur. 13. Dokumentasi Catat kegiatan & hasil observasi dilembar catatan



SOP / PROTAP MENGHENTIKAN PERDARAHAN



Menghentikan perdarahan a. Pengertian : Suatu tindakan untuk menghentikan perdarahan baik pada kasus bedah maupun non bedah b. Tujuan : Mencegah syok c. Indikasi 



Perdarahan pada kasus bedah







Perdarahan kasus non bedah



d. Persiapan 1. Alat Alat yang dipersiapkan sesuai dengan teknik yang akan dilaksanakan untuk kasus bedah : a)



Alat pelindung diri (masker, handscoen, scort)



b)



Balut tekan



c)



Kain kasa steril



d)



Sarung tangan



e)



Tourniquet



f)



Plester



g)



Set untuk menjahit luka



h)



Obat desinfektan



i)



Sanksteken blakemore tube (SB tube) bila memungkinkan



j)



Spuit 20-50 cc



k)



Waskom berisi air/NaCl 0,9 % dingin



l)



Jelly / pelicin



2. Pasien Pasien/keluarga diberi penjelasan tentang tujuan dan tindakan yang akan dilakukan 3. Lingkungan : Tenang e.



Pelaksanaan tindakan



a)



Petugas menggunakan masker, handscoen, scort



b)



Perawat I 



Menekan pembuluh darah proximal dari luka, yang dekat dengan permukaan kulit dengan menggunakan jari tangan (lihat lampiran)



 c)



Mengatur posisi dengan cara meninggikan daerah yang luka Perawat II







Mengatur posisi pasien







Memakai sarung tangan kecil







Meletakkan kain kasa steril di atas luka, kemudian ditekan dengan ujung-ujung jari







Meletakkkan lagi kain kasa steril di atas kain kasa yang pertama, kemudian tekan dengan ujung jari bila perdarah masih berlangsung. Tindakan ini dapat dilakukan secara berulang sesuai kebutuhan tanpa mengangkat kain kasa yang ada.



d)



Balut tekan 



Meletakkan kain kasa steril di atas luka







Memasang verband balut tekan, kemudian letakkan benda keras (verband atau kayu balut) di atas luka



 e)



Membalut luka dengan menggunakan verband balut tekan. Memasang tourniquet untuk luka dengan perdarahan hebat dan trumatik amputas







Menutup luka ujung tungkai yang putus (amputasi) dengan menggunakan kain kasa steril







Memasang tourniquet lebih kurang 10 cm sebelah proximal luka, kemudian ikatlah dengan kuat.







Tourniquet harus dilonggarkan setiap 15 menit sekali secara periodik



f)



Memasang SB tube 



Menyiapkan peralatan untuk memasang SB tube







Mengatur posisi pasien







Mendampingi dokter selama pemasangan SB tube







Mengobservasi tanda vital pasien



g)



Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemasangan tourniquet dan SB tube : 



Pemasangan tourniquet merupakan tindakan terakhir jika tindakan lainnya tidak berhasil. Hanya dilakukan pada keadaan amputasi atau sebagai “live saving”







3)



Selama melakukan tindakan, perhatikan : a)



Kondisi pasien dan tanda-tanda vital



b)



Ekspresi wajah



c)



Perkembangan pasien



Pemasangan SB tube dilanjutkan dengan pengompresan dan irigasi melalui selang



SOP OBSERVASI SIRKULASI



A. Pengertian Observasi sirkulasi merupakan pengamatan pada sistem sirkulasi tubuh yang terdiri dari tiga komponen yaitu jalan nafas, ventilasi, dan sirkulasi cairan. B. Tujuan 1. Menilai Kesehatan fisik pasien 2. Mencegah komplikasi 3. Mengetahui TTV klien 4. Mengetahui kelainan yang ada pada tubuh klien C. Indikasi Dilakukan pada pasien pasca keracunan, syok, kelainan pernafasan, penyakit kardiovaskuler, penurunan kesadaran, perdarahan. D. Persiapan klien a. Beri penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan b. Posisi pasien sesuai kebutuhan keadaan E. Persiapan alat a. Pelindung diri (masker, sarung tangan) b. Thermometer air raksa/ digital c. Gelas berisi larutan sabun dan larutan desinfektan d. Tissue e. Vaseline/gel f. Tensimeter air raksa, tensimeter aneroid atau tensimeter digital g. Stetoscope h. Perlak dan pengalas i. Reflek hammer F. Persiapan lingkungan a. Lingkungan aman, bersih, dan tenang b. Petugas 1-2 orang G. Prosedur tindakan a. Menghitung denyut nadi 1. Dilakukan bersamaan saat pengukuran suhu 2. Pastikan pasien pada posisi berbaring/duduk 3. Tempelkan jari tengah, jari telunjuk, dan jari manis diatas arteri selama 1 menit



4. Tangan yang lain memegang 5. Catat hasil dalam buku catatan perawatan b. Mengukur suhu tubuh c. Mengukur tekanan darah d. Pemeriksaan CRT e. Pemeriksaan fisik 1. Inpeksi 2. Palpasi 3. Perkusi 4. Auskultasi f. Rapikan pasien, rapikan alat, cuci tangan H. Evaluasi Pastikan sirkulasi. Pergerakan area cedera terimmobilisasi dengan posisi lurus sejajar.



SOP TINGKAT KESADARAN



 Pengertian Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respons seseorang terhadap rangsangan yang berasal dari lingkungan. I. Persiapan Alat 1. Bahan bacaan 2. Botol / gelas kecil berisi zat beraroma 3. Handscoen 4. Penlight 5. Kapas lidi 6. Tounge spate 7. Garpu tala 8. Snellen chart II. Prosedur Kerja 1. Buat kontrak dengan pasien 2. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan 3. Cuci tangan



4.



5. 6. 7.



Pemeriksaan Status Mental Cek status kesadaran, cek GCS a.Eye = (1-4) b.Verbal = (1-5) c.Motorik = (1-6) Memori Bahasa dan bicara Mood dan tingkah laku



Saraf Kranial Pengujian NI (Olfaktori) 8. Minta pasien menutup mata atau tutup dengan kain yang gelap dan cukup tebal bila perlu. 9. Minta klien mengidentifikasi aroma bukan pengiritasi yang telah dipersiapkan sebelumnya. 10. Bantu atau minta klien mengidentifikasi aroma bukan pengiritasi yang telah dipersiapkan dengan menutup salah satu hidung secara bergantian. Pengujian NII (Optikus) 11. Test aktifitas visual, tutup satu mata klien kemudian suruh baca snellen schart pada jarak 6 m 12. Test lapang pandang, klien tutup mata kiri, pemeriksa di hadapan klien, klien memandang tepat ke arah pemeriksa yang memegang pena warna cerah, gerakkan perlahan obyek tersebut dari jarak terjauh, informasikan agar klien langsung memberitahu klien melihat benda tersebut, ulangi pada mata lainnya.



13.



14. 15. 16.



Pengujian NIII (Okulomotor) Test respons cahaya, menyorotkan senter kedalam tiap pupil mulai menyinari dari arah belakang dari sisi klien dan sinari satu mata (jangan keduanya), perhatikan kontriksi pupil kena sinar. Tes kedudukan bola mata dengan melihat apakah kedua mata simetris, ada tidaknya strabismus, eksoptalmus, atau endoftalmus Test gerakan otot bola mata: perintahkan klien membuka dan memejamkan mata, lihat kemampuan kelopak mata. Arahkan jari pemeriksa ke arah rotasi, perintahkan klien mengikuti



Pengujian NIV (Troklear) 17. Arahkan jari pemeriksa ke arah bawah dan dalam, perintahkan klien mengikuti 18. Arahkan jari pemeriksa ke arah lateral kanan kiri, perintahkan klien mengikuti Pengujian NV (Trigeminal) 19. Fungsi sensasi, caranya : Mata klien ditutup, usap lidi kapas pada area mata (ophtalmik), mandibularis, maksilaris. Kaji sensibilitas. 20. Fungsi motorik, caranya : minta mengunyah, pemeriksa melakukan palpasi pada otot temporal dan masseter Pengujian NVI (Abducens) 21. Arahkan jari pemeriksa ke arah lateral kanan kiri, perintahkan klien mengikuti Pengujian NVII (Fasialis) 22. Fungsi sensasi, kaji sensasi rasa bagian 2/3 lidah anterior, terhadap asam, manis, asin pahit. Klien tutup mata, usapkan larutan berasa dengan kapas/teteskan, klien tidak boleh menarik masuk lidahnya karena akan merangsang pula sisi yang sehat. 23. Fungsi motorik, kontrol ekspresi muka dengancara meminta klien untuk : tersenyum, mengerutkan dahi, menutup mata sementara pemeriksa berusaha membukanya Pengujian NVIII (Akustikus) 24. Fungsi Cochlear (mengkaji pendengaran), a. Tes bisik tutup satu telinga klien, pemeriksa berbisik di satu telinga lain. b. Tes Garputala. - Uji Rinne : Getarkan garputala,tempelkan pd dekat telinga klien jika suara garputala tdk di dengar lg oleh penderita,pindahkan ke telinga pemeriksa. - Uji Weber: Getarkan garputala dan tempelkan pada calvaria klien. Normalnya bunyi getaran akan berlateralisasi kedua arah kanan kiri. 25. Fungsi Vestibulator (mengkaji keseimbangan), klien diminta berjalan lurus, apakah dapat melakukan atau tidak. Tes Romberg selama 30 detik, klien diminta berdiri dengan salah satu kaki diangkat dan kedua tangan direntangkan, perhatikan keseimbangan klien.



Pengujian NIX (Glossofaringeus) dan NX (Vagus) 26. Minta klien mengucapkan “ah” atau menguap, perhatikan gerakan palatum mole. Seharusnya bergerak simetris dengan ovula tetap berada di tengah (seperti gerakan layar bioskop) 27. Beri tahu klien bahwa Anda akan melakukan pemeriksaan refleks muntah (gag reflex). 28. Beri rangsangan ringan di bagian belakang kerongkongan pada tiap sisi dan tekan lidah secukupnya. Pengujian NXI (Accessories Spinalis) 29. Minta klien menoleh kesamping dengan melawan tahanan yang Anda berikan. Apakah Sternocledomastodeus dapat terlihat ? Apakah atropi ? 30. Minta klien mengangkat bahu dan pemeriksa berusaha menahan. Perhatikan kontraksi otot trapezius. Pengujian NXII (Hipoglossus) 31. Perhatikan suara pasien,catat adanya sengau (paralisis palatum) atau parau (paralisis pita suara) 32. Minta klien menjulurkan lidah kemudian gerakan dengan cepat ditarik serta minta digerakkan ke kiri dan kanan. Pemeriksaan Sistem Motorik Kaji tonus otot 33. Klien disuruh menggerakkan anggota gerak pada berbagai persendian, palpasi tonus otot klien (eutoni, hipotoni, atau hipertoni) Kaji Kekuatan otot 34. Aturlah posisi klien agar tercapai fungsi optimal yang diuji. Klien secara aktif menahan tenaga yang ditemukan oleh sipemeriksa. Otot yang diuji biasanya dapat dilihat dan diraba. Gunakan penentuan skala Lovett’s (0-5). III. Catatan  Skala Kekuatan Otot : 1 à tidak ada kekuatan otot terdeteksi 2 à Terdeteksi sedikit getar atau kontraksi otot 3à Gerakan aktif bagian tubuh tanpa melawan gravitasi 4à Gerakan aktif melawan gravitasi 4à Gerakan aktif melawan gravitasi dan tahanan tertentu 5à Gerakan aktif melawan tahanan penuh tanpa terlihat gejala kelelahan yang



nyata à N  GCS (Glasgow Coma Scale) Skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien dengan penilaian terhadap rangsangan yg diberikan. Yang diperhatikan adalah respon membuka mata, bicara dan motorik. - Eye (4) 4 = Spontan 3 = Dengan rangsang suara (meminta pasien membuka mata) 2 = Dengan rangsang nyeri (menekan kuku jari) 1 = Tidak ada respon



- Verbal (5) 5 = orientasi baik 4 = bingung, bicara ngeracau (sering ditanya berulang-ulang), disorientasi tempat dan waktu 3 = Kata-kata saja (bicara tidak jelas tapi kata-kata masih jelas tanpa 1 kalimat, contoh :aku... sana) 2 = suara tanpa arti (erangan) 1 = Tidak ada respon



- Motorik (6) 6 = Mengikuti perintah 5 = Melokalisir nyeri (menjangkau dan menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri) 4 = Withdraw (menghindar, menarik ekstremitas / menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri) 3 = Flexi abnormal (tangan satu dan keduanya posisi kaku diatas dada dan kaki ekstensi saat diberi rangsang nyeri) 2 = Ekstensi abnormal (tangan satu atau keduanya ekstensi di sisi tubuh dengan jari mengepal dan kaki ekstensi saat diberi rangsang nyeri)



1 = Tidak ada respon



DAFTAR PUSTAKA



https://pdfcoffee.com/standar-operating-procedure-sop-observasi-sirkulasi-pdffree.html https://id.scribd.com/document/409424241/389242743-194844-SOPMENCUKUR-DAERAH-OPERASI-doc-doc https://id.scribd.com/doc/131157960/SOP-Tingkat-Kesadaran https://id.scribd.com/document/414035308/Susunan-Kegiatan-Syukuran-DNAkper-Ke20 https://id.scribd.com/presentation/403052990/Membersihkan-Dan-MencukurDaerah-Operasi