Sop Rabies 2022 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

UPTD PUSKESMAS LUBUK ALUNG



1. Pengertian



2. Tujuan



3. Kebijakan 4. Referensi



5. Alat dan bahan



6. Langkahlangkah



RABIES No. Dokumen G/ /SOP/HC-LA/IV/2020 No. Revisi 02 SOP Tanggal Terbit 03 April 2020 Tanggal Mulai 03 April 2020 Berlaku Halaman 1/4 Tanda Tangan Kepala Puskesmas dr.Hj.Nurafiah NIP:196611081998032003



Penyakit infeksi akut sistem syaraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies yang termasuk genus lyssa-virus, family rhobdoviridae dan menginfeksi manusia melalui gigitan hewan yang terinfeksi (anjing, kera, kucing, serigala, kelelawar). Petugas dapat melakukan pengelolaan penyakit yang meliputi :  Anamnesa (subjective)  Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang sederharan (objectife)  Penegakkan diagnosa (assessment)  Penatalaksanaan komprehensif (plan) SK Kepala Puskesmas Tentang Kebijakan Peningkatan Mutu Klinik dan Keselamatan Pasien Buku saku petunjuk teknis penatalaksanaan kasus gigitan hewan penular rabies di Indonesia, Kemenkes Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Tahun 2017 Alat :  Cairan desinfektan  Masker  Hand Scound  Vaksin Anti Rabies (VAR)  Serum Anti Rabies (SAR) 1. Melakukan Anamnesa (Subjective) Keluhan : a. Stadium Prodromal Gejala awal berupa demam, malaise, mual dan rasa nyeri di tenggorokan selama beberapa hari. b. Stadium Sensoris Penderita merasa nyeri, panas disertai kesemutan pada tempat bekas luka kemudian disusul dengan gejala cemas, dan reaksi yang berlebihan terhadap rangsang sensoris c. Stadium Eksitasi Tonus otot dan aktifitas simpatis menjadi meninggi dan gejala hiperhidrosis, hipersalivasi, hiperlakrimasi, dan pupil dilatasi. Hal yang sangat khas pada stadium ini adalah munculnya macam-macam fobia serperti hidrofobia. Kontraksi otot faring dan otot pernafasan dapat ditimbulkan oleh rangsangan sensoris misalnya dengan meniupkan udara kemuka penderita. Pada stadium ini dapat terjadi apnue, sianosis, konvulsan, dan takikardia. Tindak tanduk penderita tidak rasional kadang maniakal disertai dengan resposif. Gejala eksitasi terus berlangsung sampai penderita meninggal. d. Stadium paralisis Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium sebelumnya, namun kadang ditemukan pasien yang tidak menunjukkan gejala eksitasi melainkan paralisis otot yag terjadi secara progresif karena gangguan pada sumsum tulang belakang, yang memperlihatkan gejala paralisis otot-otot



pernafasan. Anamnesis penderita terdapat riwayat tergigit, tercakar atau kontak dengan anjing, kucing atau binatang lainnya yang :  Positif rabies (hasil pemeriksaan otak HPR)  Mati dalam waktu 10 hari sejak menggigit bukan dibunuh  Tak dapat diobservasi setelah menggigit (dibunuh, lari, dll)  Tersangka rabis (hewan berubah sifat, malas makan, dll) Masa ingkubasi rabies 3-4 bulan (95%), bervariasi antara 7 hari sampai 2 tahun. Lamanya masa inkubasi dipengaruhi oleh dalam dan besarnya luka gigitan dan lokasi luka gigitan ( jauh dekatnya ke sistem sarag pusat, derajat patogenitas virus dan persarafan daerah luka gigitan). Luka pada kepal inkubasi 25-48 hari, dan pada ekstremitas 46-78 hari. 2. Melakukan Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective) Pemeriksaan Fisik a. Pada saat pemeriksaan, luka gigitan mungkin sudah sembuh bahkan mungkin telah dilupakan. b. Pada pemeriksaan dapat ditemukan gatal dan parestesia pada luka bekas gigitan yang sudah sembuh (50%), mioedema (menetap selama perjalanan penyakit). c. Jika sudah terjadi disfungsi batang otak maka terdapat: hiperventilasi, hipoksia, hipersalivasi, kejang, disfungsi saraf otonom, sindroma abnormalitas ADH, paralitik/paralisisflaksid. d. Pada stadium lanjut dapat berakibat koma dan kematian. e. Tanda patognomonis Encephalitis Rabies: agitasi, kesadaran fluktuatif, demam tinggi yang persisten, nyeri pada faring terkadang seperti rasa tercekik (inspiratorisspasme), hipersalivasi, kejang, hidrofobia dan aerofobia. Pemeriksaan Penunjang : Hasil pemeriksaan laboratorium kurang bermakna 3. Penegakan Diagnosa(Assessment) Diagnosis Klinis : Diagnosis ditegakkan dengan riwayat gigitan (+) dan hewan yang menggigit mati dalam 1 minggu. Gejala fase awal tidak khas: gejala flu, malaise, anoreksia, kadang ditemukan parestesia pada daerah gigitan, gatal-gatal, rasa terbakar (panas), berdenyut dan sebagainya. Gejala lanjutan: agitasi, kesadaran fluktuatif, demam tinggi yang persisten, nyeri pada faring terkadang seperti rasa tercekik (inspiratorisspasme), hipersalivasi, kejang, hidrofobia dan aerofobia. Diagnosis Banding : a. Tetanus. b. Ensefalitis. c. lntoksikasiobat-obat. d. Japanese encephalitis. e. Herpes simplex. f. Ensefalitis post-vaksinasi. Komplikasi a. Gangguan hipotalamus: diabetes insipidus, disfungsi otonomik yang menyebabkan hipertensi, hipotensi, hipo/hipertermia, aritmia dan henti jantung. b. Kejang dapat lokal atau generalisata, sering bersamaan dengan aritmia dandyspneu. 4. Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) Penatalaksanaan a. Isolasi pasien penting segera setelah diagnosis ditegakkan untuk menghindari rangsangan - rangsangan yang bisa menimbulkan spasme otot ataupun untuk mencegah penularan. b. Fase awal : Luka gigitan harus segera dicuci dengan air menalir + sabun (detergen) selama 10-15 menit kemudian, diberikan desinfektan seperti



alkohol 40-70%, tinkturayodii atau larutan ephiran, Jika terkena selaput lendir seperti mata, hidung atau mulut, maka cucila hkawasan tersebut dengan air lebih lama; pencegahan dilakukan dengan pembersihan luka dan vaksinasi. c. Fase lanjut : tidak ada terapi untuk penderita rabies yang sudah menunjukkan gejala rabies, penanganan hanya berupa tindakan suportif dalam penanganan gagal jantung dan gagal nafas. d. Pemberian Serum Anti Rabies (SAR) Bila serum heterolog (berasal dari serum kuda) Dosis 40 IU/ kgBB disuntikkan infiltrasi pada luka sebanyak-banyaknya, sisanya disuntikkan secara IM. Skin test perlu dilakukan terlebih dahulu. Bila serum homolog (berasal dari serum manusia) dengan dosis 20 IU/ kgBB, dengan cara yang sama. e. Pemberian serum dapat dikombinasikan denganVaksin Anti Rabies (VAR) pada hari pertama kunjungan. f. Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) dalam waktu 10 hari infeksi yang dikenal sebagai post-exposure prophylaxis atau “PEP”VAR secara IM pada otot deltoid atau anterolateral paha dengandosis 0,5 ml padahari 0, 7, 14, 28 (regimen Essen ataurekomendasi WHO), ataupemberian VAR 0,5 ml padahari 0, 7, 21 (regimen Zagreb/rekomendasiDepkes RI). g. Pada orang yang sudah mendapat vaksin rabies dalam waktu 1 tahun terakhir, bila digigit binatang tersangka rabies, vaksin cukup diberikan 2 dosis pada hari 0 dan 7, namun bila gigitan berat vaksin diberikan lengkap. h. Pada luka gigitan yang parah, gigitan di daerah leher keatas, pada jari tangan dan genitalia diberikan SAR 20 IU/kgBB dosis tunggal. Cara pemberian SAR adalah setengah dosis infiltrasi pada sekitar luka dan setengah dosis IM pada tempat yang berlainan dengan suntikan SAR, diberikan pada hari yang sama dengan dosis pertama VAR. Konseling dan Edukasi a. Keluarga ikut membantu dalam hal penderita rabies yang sudah menunjukan gejala rabies untuk segera dibawa untuk penanganan segera ke fasilitas kesehatan. Pada pasien yang digigit hewan tersangka rabies, keluarga harus menyarankan pasien untuk vaksinasi. b. Laporkan kasus Rabies kedinas kesehatan setempat. Kriteria Rujukan a. Penderita rabies yang sudah menunjukkan gejala rabies. b. Dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan sekunder yang memiliki dokter spesialis neurolog.



7. Bagan Alur



Langkah – langkah Melakukan anamnesa untuk menentukan stadium gigitan HPR



Melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang Menegakkan Diagnosa



Penatalaksanaan, Cuci Luka Vasinasi



8. Hal-hal yang perlu diperhatikan



 Jadwal suntikan vaksin anti rabies harus tepat dan sesuai jadwal, sehingga dibutuhkan peran petugas dan pasien agar vaksinasinya berhasil.



9. Unit Terkait



 IGD  Poli Umum  Apotek



10. Dokumen terkait



Rekam Medis



11. Rekaman Historis No 1.



Yang dirubah Alat dan Bahan



Perubahan



Alat :  Cairan desinfektan  Masker  Hand Scound  Vaksin Anti Rabies (VAR) Serum Anti Rabies (SAR)



Tanggal Mulai di Berlakukan 03 April 2020