Sosok Guru Ideal [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SOSOK GURU IDEAL Guru ideal adalah dambaan peserta didik. Guru ideal adalah sosok guru yang mampu untuk menjadi panutan dan selalu memberikan keteladanan. Ilmunya seperti mata air yang tak pernah habis. Semakin diambil semakin jernih airnya. Mengalir bening dan menghilangkan rasa dahaga bagi siapa saja yang meminumnya. Guru ideal adalah guru yang mengusai ilmunya dengan baik. Mampu menjelaskan dengan baik apa yang diajarkannya. Disukai oleh peserta didiknya karena cara mengajarnya yang enak didengar dan mudah dipahami. Ilmunya mengalir deras dan terus bersemi di hati para anak didiknya. Benarkah sosok itu ada? Lalu seperti apakah sosok guru ideal yang diperlukan saat ini? Guru ideal yang diperlukan saat ini adalah pertama, guru yang memahami benar akan profesinya. Profesi guru adala profesi yang mulia. Dia adalah sosok yang selalu memberi dengan tulus dan tak mengharapkan imbalan apapun, kecuali ridho dari Tuhan pemilik bumi. Falsafah hidupnya adalah tangan di atas lebih mulia daripada tangan dibawah. Hanya memberi tak harap kembali. Dia mendidik dengan hatinya. Kehadirannya dirindukan oleh peserta didiknya. Wajahnya selalu ceria, senang, dan selalu menerapkan 5S dalam kesehariannya (Salam, Sapa, Sopan, Senyum, dan Sabar). Kedua, Guru yang ideal adalah guru yang rajin membaca dan menulis. Pengalaman mengatakan, siapa yang rajin membaca, maka ia akan kaya akan ilmu. Namun, bila kita malas membaca, maka kemiskinan ilmu akan terasa. Guru yang rajin membaca otaknya seperti komputer atau ibarat mesin pencari di internet ysng bernama Google. Bila ada peserta didiknya yang bertanya, memori otaknya langsung bekerja mencari dan menjawab pertanyaan para anak didiknya dengan cepat dan benar. Akan terlihat wawasan guru yang rajin membaca, dari cara bicara dan menyampaikan pengajarannya. Guru yang ideal adalah guru yang juga rajin menulis. Bila guru malas membaca, maka sudah bisa dipastikan dia akan malas pula untuk menulis. Menulis dan membaca adalah kepingan mata uang logam yang tidak dapat dipisahkan. Guru yang terbiasa membaca, maka ia akan terbiasa menulis, mengapa? Dari membaca itulah guru mampu membuat kesimpulan dari apa yang dibacanya, kemudian kesimpulan itu ia tuliskan kembali dalam gaya bahasanya sendiri. Menulis itu ibarat pisau yang kalau tidak sering diasah, maka akan tumpul dan berkarat. Guru yang rajin menulis, akan mempunyai kekuatan tulisan yang sangat tajam, layaknya sebilah pisau. Tulisannya sangat menyentuh hati, dan bermakna. Runut serta mudah dicerna bagi siapa saja yang membacanya. Ketiga, Guru yang ideal adalah guru yang sensitif terhadap waktu. Orang Barat mengatakan bahwa waktu adalah uang, time is money. Bagi guru waktu lebih dari uang dan bahkan bagaikan sebilah pedang tajam yang dapat membunuh siapa saja termasuk pemiliknya. Pedang yang tajam bisa berguna untuk membantu guru menghadapi hidup ini, namun bisa juga sebagai pembunuh dirinya sendiri. Bagi guru yang kurang memanfaatkan waktunya dengan baik, maka tidak akan



banyak prestasi yang ia raih dalam hidupnya. Dia akan terbunuh oleh waktu yang ia sia-siakan. Karena itu guru harus sensitif terhadap waktu. Detik demi detik waktunya teratur dan terjaga dari sesuatu yang kurang baik serta sangat berharga. Saat kita menganggap waktu tidak berharga, maka waktu akan menjadikan kita manusia tidak berharga. Demikian pula saat kita memuliakan waktu, maka waktu akan menjadikan kita orang mulia. Karena itu, kualitas seseorang terlihat dari cara ia memperlakukan waktu dengan baik. Keempat, Guru yang ideal adalah guru yang tidak terjebak dengan rutinitas kerjanya. Kesibukan kerja setiap hari menjadi rutinitas yang tiada henti. Guru harus pandai mengatur rutinitas kerjanya. Jangan sampai guru terjebak sendiri dengan rutinitasnya yang justru tidak menghantarkan dia menjadi guru yang baik dan menjadi tauladan anak didiknya. Guru harus pandai mensiasati pembagian waktu kerjanya. Buatlah jadwal yang terencana. Buang kebiasankebiasaan yang membawa guru untuk tidak terjebak di dalam rutinitas kerja, misalnya : pandai mengatur waktu dengan baik, membuat diari atau catatan harian yang ditulis dalam agenda guru, dan lain-lain. Rutinitas kerja tanpa sadar membuat guru terpola menjadi guru pasif bukan aktif. Hari-harinya diisi hanya untuk mengajar saja. Dia tidak mendidik dengan hati. Waktunya di sekolah hanya sebatas sebagai tugas rutin mengajar yang tidak punya nilai apa-apa. Guru hanya melakukan transfer of knowledge. Tidak mau tahu dengan lingkungan dan kondisi sekolah apalagi kondisi siswa. Dia mengganggap pekerjaan dia adalah karirnya, karena itu dia berusaha keras agar yang dilakukannya bagus di mata pimpinannya atau kepala sekolah. Tak ada upaya untuk keluar dari rutinitas kerjanya yang sudah membosankan. Bahkan sampai saatnya memasuki pensiun. Apakah ini yang disebut guru profesional? Kelima, Guru yang ideal adalah guru yang kreatif dan inovatif. Merasa sudah berpengalaman membuat guru menjadi kurang kreatif. Guru malas mencoba sesuatu yang baru dalam pembelajarannya. Dia merasa sudah cukup. Tidak ada upaya untuk menciptakan sesuatu yang baru dari pembelajarannya. Dari tahun ke tahun gaya mengajarnya itu-itu saja. Rencana Program Pembelajaran (RPP) yang dibuatpun dari tahun ke tahun sama, hanya sekedar copy and paste tanggal dan tahun saja. Rencana Program pembelajaran tinggal menyalin dari kurikulum yang dibuat oleh pemerintah atau menyontek dari guru lainnya. Guru menjadi tidak kreatif. Proses kreatif menjadi tidak jalan. Untuk melakukan suatu proses kreatif dibutuhkan kemauan untuk melakukan inovasi yang terus menerus, tiada henti.Guru yang kreatif adalah guru yang selalu bertanya pada dirnya sendiri. Apakah dia sudah menjadi guru yang baik? Apakah dia sudah mendidik dengan benar? Apakah anak didiknya mengerti tentang apa yang dia sampaikan? Dia selalu memperbaiki diri. Dia selalu merasa kurang dalam proses pembelajarannya. Dia tidak pernah puas dengan apa yang dia lakukan. Selalu ada inovasi baru yang dia ciptakan dalam proses pembelajarannya. Dia selalu memperbaiki proses pembelajarannya melalui penelitian tindakan kelas. Dia selalu belajar sesuatu yang baru, dan merasa tertarik untuk membenahi cara mengajarnya. Dia belajar sepanjang hayat hidupnya. Terakhir, Guru yang ideal adalah guru yang memiliki 5 kecerdasan. Kecerdasan yang dimiliki terpancar jelas dari karakter dan prilakunya sehari-hari. Baik ketika mengajar, ataupun dalam hidup ditengah-tengah masyarakat. Kelima kecerdasan itu adalah: kecerdasan intelektual, kecerdasan moral, kecerdasan sosial, kecerdasan emosional, kecerdasan motorik.



Kecerdasan intelektual harus diimbangi dengan kecerdasan moral, Mengapa? Bila kecerdasan intelektual tidak diimbangi dengan kecerdasan moral akan menghasilkan peserta didik yang hanya mementingkan keberhasilan ketimbang proses, segala cara dianggap halal, yang penting target tercapai semaksimal mungkin. Inilah yang terjadi pada masyarakat kita sehingga kasus korupsi merajalela di kalangan orang terdidik. Karena itu kecerdasan moral akan mengawal kecerdasan intelektual sehingga akan mampu berlaku jujur dalam situasi apapun. Jujur bukanlah kebijakan yang terbaik, tapi jujur adalah satu-satunya kebijakan. Kejujuran adalah kunci keberhasilan dan kesuksesan. Selain itu kecerdasan sosial juga harus dimilikin oleh guru ideal agar tidak egois, dan tidak memperdulikan orang lain. Dia harus mampu bekerjasama dengan karakter orang lain yang berbeda. Kecerdasan emosional harus ditumbuhkan agar guru tidak gampang marah, tersinggung, dan mudah melecehkan orang lain. Sedangkan kecerdasan motorik diperlukan agar guru mampu melakukan mobilitas tinggi sehingga mampu bersaing dalam memperoleh hasil yang maksimal. Sumber: Wijaya Kusumah (wijayalabs.blogdetik.com) Berdasarkan Undang-Undang, guru merupakan tenaga pendidik profesional yang mempunyai tugas utama untuk mendidik, membimbing, mengajar, mengarahkan, menilai, melatih, serta mengevaluasi murid pada pendidikan jalur pendidikan formal. Sosok Guru ideal merupakan guru profesional. Guru profesional merupakan guru yang bisa melakukan tugasnya dengan baik. Guru ideal yang diinginkan oleh siswa adalah guru yang bisa menjalin hubungan baik dengan muridnya. Guru yang bisa menjalin hubungan baik dengan muridnya akan mengerti bagaimana menghadapi murid-muridnya. Guru tersebut mengetahui metode apa yang tepat untuk mengajar muridnya. Berbagai metode pengajaran telah dijelaskan oleh para ahli dan guru tinggal mengaplikasikannya sesuai dengan kondisi murid. Ciri-ciri guru ideal adalah mampu menjalin komunikasi dengan baik. Seorang guru harus bisa menjalin komunikasi yang baik, dengan kepada murid, wali murid, atau dengan masyarakat yang ada di sekitarnya. Seorang guru harus mengetahui perkembangan muridnya. Guru yang ideal harus selalu memantau perkembangan muridnya supaya bisa mengetahui kelebihan dan kekurangan siswa dengan baik sehingga proses pengajaran bisa berjalan dengan baik. Guru ideal haruslah mengetahui seluruh kebutuhan peserta didik sesuai dengan tingkat perkembangan. Guru harus bisa bersahabat dengan murid serta sekaligus menjadi teman belajar murid. Supaya guru bisa mengetahui apa saja kesulitan yang sedang dialami oleh siswa dalam pembelajaran. Guru yang ideal harus berwibawa dan bijaksana. Hal ini untuk mengantisipasi murid yang berlaku tidak sopan karena terlalu dekat dengan gurunya. Guru harus selalu senantiasa memberikan hal positif pada murid dan mampu bersikap tegas namun tetap bijaksana kepada semua muridnya. Guru yang baik sebaiknya tidak pilih kasih terhadap muridnya. Setiap murid adalah unik. Mereka mempunyai karakter masing-masing sehingga butuh bagi guru untuk mengetahui



karakter dari anak didiknya. Hal ini supaya bisa dapat membagi perhatiannya kepada seluruh siswa. Guru yang ideal merupakan guru yang kehadirannya selalu diharapkan oleh semua murid. Ciri lain dari guru yang ideal adalah sikap seorang guru harus diterapkan sejak dini yaitu ketika guru yang mengajar sekolah dasar, SMP dan SMA harus mempunyai sifat sebagai guru yang ideal. Gambaran Ideal Guru Sejarah di Sekolah Untuk memberikan gambaran sosok guru Sejarah ideal di Sekolah tentu tidak terlepas dari gambaran sosok guru Ideal secara umum. Oleh karena itu sebelum kita mendeskripsikan bagaimana guru Sejarah ideal, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu siapa itu sosok guru dan seperti apa sosok guru yang dapat dikategorikan ideal dan profesional terutama bagi Guru Sejarah di sekolah?, selanjutnya akan kita telusuri lebih mendalam mengenai hal-hal tersebut. Definisi yang kita kenal sehari-hari, guru adalah orang yang harus digugu dan ditiru, dalam arti orang yang berprofesi sebagai pendidik dan memiliki kharisma atau wibawa hingga perlu untuk ditiru dan diteladani. Guru juga dapat disebut sebagai orang yang membimbing para peserta didik, arti bimbingan guru tersebut sebagaimana yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara dalam sistem amongnya pada tiga kalimatnya yang terkenal yakni, ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan tut wuri handayani. Yang mengandung makna bahwa seorang guru hendaknya, harus dapat memberi contoh, dapat memberikan pengaruh, dan harus dapat mengendalikan peserta didik. Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila ia dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan bagi masyarakat sekelilingnya. Hal ini dapat dilihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apakah memang patut diteledani atau tidak. Bagaimana guru meningkatkan pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya, memberi dorongan kepada anak didiknya, dan bagaimana cara guru berpakaian dan berbicara serta bergaul baik dengan siswa, teman-temannya serta anggota masyarakat. Adapun empat kompetensi yang dimiliki seorang guru profesional yaitu, paedagogi (yang meliputi kompetensi dalam melaksanakan kegiatan, penerapan model pembelajaran, interaksi terhadap siswa), kepribadian (yaitu memiliki perilaku yang terpuji dan memang patut dcontoh oleh peserta didik), sosial (yaitu berkaitan dengan kemampuan guru tersebut dalam menjalin komunikasi dan interaksi sosial dengan orang-orang di sekitarnya seperti siswa, guru-guru teman



seprofesinya, Kepala Sekolah, staf Pegawai TU, penjaga, petugas kebersihan sekolah, ataupun juga masyarakat sekitar di luar lingkungan sekolah). Salah satu hal yang dapat menggambarkan adanya sosok guru ideal misalnya pada guru yang menerapkan metode pembelajaran PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan) yaitu pengaturan suatu kondisi lingkungan yang sebaik-baiknya yang memungkinkan terjadinya belajar pada siswa. Aktif mengandung arti bahwa pembelajaran yang dilakukan berpusat pada peserta didik, bertujuan untuk mengaktifkan peserta didik, kata kunci dipegang guru adalah kegiatan yang dirancang untuk dilakukan siswa baik kegiatan berfikir ataupun berbuat. Kreatif memiliki arti guru melakukan kegiatan belajar mengajar yang mampu



menstimulasi



siswa



untuk



mengembangkan



gagasannya



dengan



memanfaatkan sumber belajar yang ada. Wujud stimulasi tersebut diantaranya yaitu dengan memberi kebebasan pada siswa untuk mengembangkan gagasan, bersikap respek dan menghargai ide-ide siswa, mengajukan pertanyaan yang menggugah kreativitas, memberikan waktu yang cukup bagi siswa untuk berfikir dan menghasilkan karya. Efektif berarti pembelajaran yang dilakukan menghasilkan apa



yang



harus



dikuasai



siswa



setelah



proses



pembelajaran



berlangsung.



Menyenangkan yakni guru menciptakan suasana belajar yang fun namun bukan berarti ribut, huru-hara, kesenangan yang sembrono dan kemeriahan yang dangkal. Guna menerapkan PAKEM tersebut juga tidak terlepas dari kegiatan guru dalam menciptakan kreativitas dalam belajar. Adapun 5 Cara menjadi guru yang kreatif yaitu sebagai berikut: a.



Guru menciptakan suasana kelas yang aman dan nyaman secara emosional dan intelektual.



b.



Guru mengukur dengan hati, seberapa besar keterlibatan (engagement) siswa dalam tugas yang ia berikan.



c.



5 menit terakhir yang menentukan yaitu untuk merangkum mengenai pelajaran yang sudah dilakukan.



d.



Guru menciptakan budaya menjelaskan, bukan budaya asal menjawab dengan betul.



e.



Guru mengajarkan kesadaran siswa dalam memandang sebuah pengetahuan.



Selanjutnya dalam rangka menciptakan kreativitas dalam belajar, seorang guru juga perlu menerapkan model pembelajaran yang bervariasi di dalam kegiatan belajar agar para siswa tidak merasa jenuh dan selalu merasa menyenangkan saat belajar di kelas. Model pembelajaran tersebut tentu dapat disesuaikan dengan materi atau jenjang sekolah yang diajarkan oleh guru. Kemudian seorang guru yang kreatif tentu tidak terfokus menggunakan satu media pembelajaran saja pada saat ia mengajar. Melainkan ia akan berusaha mencari ide-ide baru dalam menggunakan beberapa media pembelajaran dengan bervariasi sehingga kegiatan pembelajaran tidak akan terasa membosankan bagi para siswa. Selain menciptakan kreativitas dalam kegiatan pembelajaran, seorang guru yang dikategorikan ideal tentu dapat pula dikatakan telah mampu menguasai dan menerapkan kompotensi-kompotensi yang ada dalam keterampilan dasar mengajar, karena hal ini menjadi kunci penting dalam keberhasilan mengelola kegiatan belajar mengajar di kelas. Meskipun terkadang belum sepenuhnya untuk dikuasai tetapi setidaknya ia telah dapat menguasai hal-hal pokok yang terdapat pada kompetensi dasar mengajar. Seperti halnya gambaran yang dimiliki sosok ideal guru secara umum, begitu juga guru sejarah yang ideal juga memiliki gambaran yang serupa dengan pernyataan di atas, hanya saja akan dibahas dalam konteks khusus yakni guru bidang studi Sejarah.



Namun sebelumnya saya ingin



bercerita sedikit dari



pengalaman semasa sekolah (SMP dan SMA) ketika belajar dengan beberapa guru sejarah yang saya nilai pantas dikatakan sebagai guru ideal. Pada saat kelas 1 SMP, saya belum merasa antusias mengikuti pelajaran sejarah, apalagi pada saat



itu



baru pertama kalinya saya mempelajari secara khusus apa itu pelajaran Sejarah. Suasana



belajar



juga



dirasakan



kurang



menyenangkan



dan



materi



yang



disampaikan terlalu monoton. Namun pada saat kelas 2 SMP, saya mendapatkan guru Sejarah yang ternyata lebih baik dari sebelumnya. Meskipun beliau mengajar dengan menggunakan metode ceramah, namun penyampainnya sangat menarik dan cukup lugas selain itu beliau juga sosok guru yang akrab terhadap siswanya. Beliau juga rajin dalam memberikan tugas hampir setiap minggu, namun tidak tahu



kenapa saya selalu merasa semangat mengerjakan tugas dari beliau. Sebab ia selalu memberikan motivasi kepada siswanya untuk senantiasa mengerjakan tugas dengan sebaik mungkin, dan mengajak siswanya untuk membiasakan melanjutkan pelajaran Sejarah sepulang dari sekolah. Jujur saja sejak saat itulah saya mulai menyenangi pelajaran Sejarah dan Alhamdulillah sejak antusias belajar sejarah, nilai mata pelajaran sejarah saya pun mulai meningkat. Lalu beranjak kelas 3 SMP, guru sejarah saya pada saat itu memiliki sosok berbeda dibandingkan pada saat kelas 2 SMP, beliau tidak terlalu akrab dengan siswanya dan terkadang saya dan teman-teman sekelas merasa tegang saat belajar dengan guru terserbut. Namun saya tetap antusias mengikuti pelajaran sejarah yang ia ajarkan, karena saya sangat menyenangi sistem belajar yang ia terapkan. Seperti halnya di kelas 2 SMP, guru sejarah saya di kelas 3 smpjuga sering memberikan pekerjaan rumah terutama yang seringkali ia berikan setiap minggu adalah tugas merangkum dan menghafal, ketika pertemuan berikutnya sang guru akan mengambil nilai hafalan dari siswa tersebut secara lisan. Dalam hal menjelaskan materi juga memiliki ciri khas yang berbeda dari guru sebelumnya yang mampu membuat saya sangat antusias untuk menyimak namun beliau cukup memberikan penjelasan yang cukup bermakna bagi para siswanya setidaknya siswa dapat mengerti apa yang ia materi yang pelajari. Terbukti hingga sekarang saya masih ingat dengan beberapa materi yang beliau ajarkan. Kemudian setelah itu di kelas X SMA (kelas 1 SMA), saya berjumpa dengan seorang guru sejarah, pada saat saya tetap antusias mengikuti pelajaran sejarah karena pelajaran sudah menjadi pelajaran favorite saja sejak kelas 2 SMP, jadi saya pun berusaha untuk tetap semangat mempelajari sejarah meskipun dengan beberapa guru yang berbeda. Guru Sejarah kelas X mengajarkan materi sejarah dengan metode ceramah, terkadang beliau juga memberika tugas meringkas ataupun menjawab soal-soal. Suasana belajar pun sama seperti kelas 3 SMP, yaitu tidak dan suasana yang akrab antara siswa dengan guru. Oleh karena itu ada beberapa teman-teman saya yang merasa jenuh bahkan kurang antusias untuk mengikuti pelajaran sejarah dengan guru tersebut. Selanjutnya beranjak kelas XI SMA, ternyata guru sejarah yang mengajar kelas X mengajar saya kembali di kelas XI, tentu saya belum merasa perubahan



dalam suasana belajar.



Pada waktu antusias belajar saya sedikit mulai goyah



karena pada saat itu guru sejarah tersebut jarang masuk (cuti melahirkan), sehingga ketika jam pelajaran Sejarah seringkali kami tidak belajar. Sampai saya dan teman-teman sekelas pun bingung bagaimana bentuk soal-soal yang akan muncul pada ujian semester sebab masih bingung dengan materi yang kami pelajari. Maka solusinya pun kami diharuskan untuk belajar mandiri. Bahkan yang sempat menyurutkan semangat saya, ketika untuk pertama kalinya melihat nilai mata pelajaran sejarah saya yang minim di Rapor. Hal ini tentu membuat saya sedikit kecewa dan menyimpan tanya mengapa bisa seperti itu, sementara saya sudah berusaha giat belajar dan saya merasa menjawab soal-soal ujian secara lengkap. Berbagai opini-opini teman yang bernasib sama pun bermunculan ada yang berkata bahwa besar kecil nilai ujian sangat tergantung dengan jawaban yang harus sesuai dengan isi buku (text book). Saya pun akhirnya dapat mengerti mungkin dalam hal ini jawaban ujian saya kurang sesuai dengan apa yang ada di Buku. Meskipun sudah mengisi secara lengkap namun barangkali banyak tidak sesuai dengan apa yang terdapat di buku. Ketika beranjak ke kelas XII SMA, kekecewaan tersebut mulai berkuang dan semangat belajar saya terhadap pelajaran sejarah mulai hidup kembali, sebab guru sejarah yang temui kali ini sangat berbeda dan luar biasa bagi saya. Mulai dari pertemuan awal dengan beliau saya sudah mulai merasakan suasana keakraban dengan beliau sebagai sosok guru. Pada saat beliau menjelaskan materi sangat menarik dan penuh semangat sehingga kami para siswa seolah-olah terbawa ke dalam peristiwa masa lampau yang dijelaskan beliau. Metode yang beliau gunakan adalah metode ceramah dan diskusi kelompok. Dalam menggunakan metode ceramah beliau juga turut melibatkan para siswanya untuk aktif dalam proses pembelajaran misanya dengan mengajukan pertanyaan, meminta tanggapan dari siswa, ataupun menyuruh siswa untuk menuliskan jawabn di papan tulis. Jadi meskipun metode ceramah, tetapi suasana belajar yang berlangsung menjadi hidup dan para siswa sangat antusias mengikuti pelajaran sejarah. Selain itu dalam memberikan penjelasan materi beliau terkadang tidak tefokus dengan materi yang sedang dipelajari namun beliau juga mampu mengaitkannya dengan beberapa materi bahkan pelajaran lainnya (kontekstual) dan tidak text book.



Begitu pula dengan metode diskusi kelompok (konstruktivisme) yang beliau terapkan dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan diskusi tersebut hampir sama seperti kegiatan diskusi di masa kuliah sekarang. Beliau juga sabar dalam mengarahkan dan membimbing kami sewaktu berdiskusi dalam kelompok kecil. Ketika kami ada yang kesulitan menjawab soal atau permasalahan diskusi maka sang guru pun datang membantu dan memberikan solusi. Seperti halnya pada waktu berdiskusi panel antar kelompok, guru pun berperan sebagai penengah yang baik ketika terdapat debat argumen yang tiada berujung. Itulah yang membuat saya merasa memperoleh pelajaran yang bermakna ketika mengikuti pelajaran sejarah bersama beliau. Selain dalam hal pelajaran beliau juga termasuk guru yang sangat memotivasi para siswa, ketika ada siswa yang memperoleh nilai tinggi maka beliau tidak segan-segan memberikan reward tehadap siswa tersebut, sebaliknya bagi siswa yang memperoleh nilai rendah maka beliau pun berusaha melakukan pendekatan dan berusaha memberikan motivasi agar siswa tersebut dapat memperbaiki hasil belajarnya. Sungguh hal ini lah yang memacu semangat saya kembali untuk menyenangi pelajaran sejarah. Yang menjadi alasan saya berani mengambil jurusan pendidikan sejarah pada saat kuliah, salah satunya dikarenakan saya terinspirasi dengan sosok guru sejarah saya tersebut. Beliau bukan hanya sebagai sosok guru namun juga sebagai sosok sahabat sekaligus orang tua yang begitu peduli terhadap para siswanya. Saya sangat mengagumi dari cara beliau mengajar yang menyenangkan (tidak membuat siswa jenuh apalagi mengantuk), penyampaian materi yang kontekstual, mampu berinteraksi dengan siswa dengan suasana penuh keakraban, turut melibatkan para siswa untuk aktif dan kreatif dalam mengembangkan gagasan, serta beliau juga sangat memotivasi para siswanya untuk selalu giat belajar, giat membaca dan giat pula untuk meningkatkan hasil belajar. Bahkan terkadang di luar jam pelajaran, beliau sering meluangkan waktu untuk siswanya yang ingin berkonsultasi mengenai kesulitan yang ditemui pada materi pelajaran. Tidak hanya sebatas dalam hal pelajaran saja, beliau juga selalu menanamkan pesan moral terhadap setiap pelajaran yang belia ajarkan, dan juga ada pesan beliau yang selalu saya ingat yaitu ”jangan pernah kecewakan orang tua yang telah bersusah payah bekerja keras mencari uang untuk biaya sekolahmu, mereka rela



menderita



demi



melihat



kebahagiaanmu,



maka



sudah



selayaknya



kalian



membahagiakan mereka salah satunya dengan menggapai prestasi belajarmu di sekolah.” Pesan beliau inilah yang selalu teriang di benak saya. Oleh karena itu pantaslah jika saya menyebut beliau sebagai sosok guru sejarah yang ideal. Dari berbagai pengalaman belajar dengan beberapa guru sejarah semasa SMP dan SMA, maka saya pun memberikan sedikit gambaran mengenai sosok ideal guru sejarah yaitu sebagai berikut: a.



Mampu menguasai kompotensi –kompotensi yang terdapat dalam delapan keterampilan dasar mengajar dan menerapkannya dengan baik dalam kegiatan pembelajaran di kelas.



b.



Dalam menjelaskan materi seorang guru sejarah hendaknya tidak terlalu monoton, diharapkan dapat menggunakan berbagai media pembelajaran beserta model pembelajaran yang bervariasi sehingga para siswa tidak merasa jenuh untuk mengikuti pelajaran. Misalnya berdiskusi kelompok, menggunakan media gambar atau peta, bermain peran, talking stick, ataupun dapat pula dengan menonton flim sejarah atau memutarkan rekaman sejarah (bila sarana tersedia).



c.



Guru sejarah juga hendaknya dapat menguasai materi dengan baik, tidak hanya itu diharapkan pula kontekstual (menghindari kaca muda: terfokus hanya pada bahasan materi yang diajarkan) pada saat menjelaskan materi, sehingga guru sejarah juga diharapkan aktif dalam mencari informasi lain yang berkaitan dengan materi ajarnya, memberikan contoh atau mengaitkan materi dengan peristiwa lokal yang ada di sekitar lingkungan siswa ataupun dari pengalaman nyata dari siswa.



d.



Pada saat melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas seorang sejarah juga hendaknya turut melibatkan para siswanya untuk aktif bail dalam mengemukakan pertanyaan ataupun gagasan serta dilibatkan pula dalam penggunaan media atau alat bantu dalam pembelajaran sehingga akan tercipta suasana belajar yang hidup dan para siswa dapat antusias untuk belajar.



e.



Selain melakukan kegiatan pembelajaran di dalam ruangan kelas, sang guru pun sesekali dapat mengajak para siswanya untuk belajar di luar ruangan kelas



misalnya dengan melakukan studi lapangan ke beberapa tempat situs sejarah, museum, candi, ataupun melakukan wawancara terhadap para tokoh sejarah. f.



Seorang guru sejarah juga hendaknya menghimbau para siswa untuk aktif dalam mencari sumber belajar lain selain buku pedoman yang ia gunakan misalnya melalui majalah, surat kabar, internet, atau dapat juga dengan berkunjung ke Perpustakaan di luar sekolah seperti perpsutaakaan daerah.



g.



Guru sejarah yang ideal diharapkan dapat memotivasi para siswa, peduli dengan suasana di kelas misalnya dalam mengelola kelas, guru sejarah harus dapat memahami saat di mana para siswanya mulai jenuh dan mengantuk dengan materi disampaikan, maka ia sesekali pun harus mengganti suasana yang berbeda agar siswa dapat antusias kembali untuk mengikuti pelajaran.



h.



Seorang guru sejarah sedapat mungkin dapat meciptakan kreativitas dalam kegiatan pembelajaran misalnya membuat media pembelajaran yang unik



untuk



ditampilkan kepada para siswanya pada saat menyampaikan materi. i.



Guru sejarah yang ideal tentu harus menghindari sistem catat buku sampai abis (CBSA) terhadap para siswanya karena cara belajar tersebut dnilai kurang efektif dalam memotivasi para siswa untuk mengembangkan gagasannya dalam



berpikir



dan menggali informasi secara lebih luas. Selain itu guru sejarah hendaknya mengajak para siswa bukan sekedar menghafal materi namun yang terpenting adalah mengingat dan memahami materi yang dipelajari, dengan demikian akan memberikan pelajaran yang bermakna bagi siswa. Bahkan sang guru sejarah pun dapat memberikan solusi atau tips khusus ataupun kata kunci yang memudahkan siswa dalam mengingat dan memahami materi yang ia pelajari. j.



Jika masih ada siswa yang belum memahami dan kurang jelas namun tidak sempat untuk bertanya pada saat jam pelajaran berlangsung, maka sang guru dapat memberikan solusi dengan cara menyediakan waktu untuk siswa berkonsultasi mengenai kesulitan terhadap materi yang dipelajari, misalnya pada jam istirahat atau sepulang sekolah.



k.



Setiap akhir penyampaian materi, guru sebaiknya dapat menyampaikan nilai-nilai atau moral pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran sehingga siswa



dapat memperoleh pelajaran yang lebih bermakna. Misalnya pada materi mengenai Peristiwa Sumpah Pemuda, sang guru dapat mengibaratkan bahwa begitu pentingnya semangat persatuan dan kesatuan dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang memiliki beraneka ragam budaya dan suku bangsa.