SURATMI - 6411420028 - Resume Materi Bab 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

RESUME MATERI JEJAS SEL, KEMATIAN SEL DAN ADAPTASI Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Patologi Umum, Dosen pengampu : Dr.dr, Mahalul Azam, M.Kes



Disusun oleh: SURATMI (6411420028)



JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Tahun ajaran 2021



A. PENDAHULUAN TENTANG PATOLOGI Secara harfiah, patologi adalah ilmu (logos) tentang penyakit (pathos). llmu patologi meliputi penelitian mengenai penyebab penyakit dan kelainan terkait dengan perubahan pada tingkat sel, jaringan dan organ, yang menyebabkan munculnya tanda dan gejala pada pasien. Istilah penting tentang patologi dan kedokteran: 1. Etiologi, yaitu penyebab penyakit baik penyebab utama maupun faktor tambahan lainnya. 2. Patogenesis, yaitu mekanisme tahapan timbulnya penyakit. Secara tradisional disiplin ilmu patologi dibagi menjadi 2 yaitu patologi umum ( fokus pada kelainan sel dan jaringan akibat stimulus pada jaringan secara umum) dan patologi khusus ( reaksi dan kelainan vpada organ khusus tertentu).



B. RESPONS SEL TERHADAP STRES DAN STIMULUS YANG MERUSAK Sel pada tubuh cenderung mempertahankan lingkungannya ( homeostasis) yaitu keadaan dimana lingkungan intrasel dipertahankan dalam rentang parameter fisiologis. Ketika sel ketika sel menghadapi stres fisiologis atau rangsang patologis sel dapat beradaptasi mencapai kondisi baru dan mempertahankan visibilitas dan fungsinya. Respon adaptasi utama terdiri dari hipertrofi, hiperplasia, atrofia dan metaplasia. Adaptasi Sel Terhadap Stres Adaptasi adalah perubahan reversibel dari jumlah, ukuran, fenotipe, aktivitas metabolit atu fungsi sel dalam memberikan respon terhadap perubahan lingkungan. Adaptasi fisiologis merespon pada stimulus hormon atau mediator kimia endogen sedangkan adaptasi patologis merspon stres pada sel. 1. Hipertrofia Hipertrofia adalah meningkatnya ukuran sel yang mengakibatkan organ bertambah besar. Hipertrofia murni tidak dibentuk sel baru, hanya sel bertambah besar mengandung protein dan organel struktural yang meningkat. Contoh hipertrofia fisiologis : Pembesaran fisiologis uterus selama kehamilan karena hipertrofia otot polos akibat pengaruh estrogen dan pembesaran otot pada atlet angkat besi Contoh hipertrofia patologis: Pembesaran jantung akibat hipertensi atau penyakit katup aorta. 2. Hiperplasia Hiperplasia adalah penambahan jumlah sel yang terjadi karena pro liferasi sel yang telah mengalami diferensiasi dan penggantian sel oleh sel punca. Hiperplasia terjadi apabila jaringan mengandung populasi sel yang mampu bereplikasi. Biasa terjadi bersama hipertrofia. Hiperplasia dapat terjadi secara fisiologis ataupun patologis.



a. Hiperplasia fisiologis Terdapat dua jenis hiperplasia fisiologis yaitu: - Hiperplasia hormonal. Contoh: pada proliferasi epitel kelenjar-kelenjar payudara saat pubertas dan kehamilan. - Hiperplasia kompensatorik yaitu keadaan dimana jaringan sisa akan bertambah setelah pengeluaran atau hilangnya bagian dari suatu organ. Contoh: apabila sebagian organ hati direseksi, aktivitas mitosis sel yang tersisa dimulai dalam 12 jam, sampau terjadi pemulihan hati mencapai berat normal semula. b. Hiperplasia patologis disebabkan oleh stimulus hormon dan faktor pertumbuhan yang meningkat. Contoh: setelah siklus haid normal akan terjadi pertambahan proliferasi epitel uterus yang biasanya dipengaruhi ketat oleh hormon hipofisis dan hormon estrogen ovarium dan dihambat oleh progesteron. 3. Atrofia Atrofia adalah melisutnya ukuran sel akibat hilangnya substansi sel( jaringan: atrofik). Penyebab atrofia antara lain berkurang nya beban kerja(misal: mobilisasi tungkai untuk memungkinkan penyembuhan fraktur), hilangnya persarafan, berkurangnya suplai darah, nutrisi yang tidak ekuadet, hilangnya stimulasi endokrin, dan penuaan ( atrofia senilis). Atrofia dapat bersifat fisiologis (berkurangnya stimulasi hormonal pada menopause) dan patologis( denervasi). Mekanisme atrofia merupakan kombinasi antara sintesa protein yang menurun dan degradasi protein dalam sel. - sintesa protein menurun karena aktivitas metabolit menurun - degradasi protein terutama terjadi melalui jalur ubiquitin proteasome. - atrofia sering diiringi dengan meningkatnya autofagia yaitu proses dimana sel yang kelaparan akan memakan komponennya sendiri untuk bertahan hidup. 4. Metaplasia Metaplasia adalah perubahan reversibel yaitu 1 jenis sel dewasa yang sensitif digantikan oleh sel dewasa lainnya (sel yang lebih mampu bertahan dalam lingkungan yang tidak menopang). Contoh: - Metaplasia epitel ditunjukkan dengan perubahan epitel skuamosa pada perokok menahun. - Metaplasia juga dapat terjadi akibat reaksi perubahan patologis dan bukan respon adaptif terhadap stres. Contoh: tulang yang kadang dibentuk pada jaringan ikat, terutama pada lokasi jejas.



C. JEJAS SEL Apabila kemampuan adaptif berlebihan maka sel akan mengalami jejas atau cedera sel. Macam-macam cedera atau jejas sel yaitu: a. Jejas sel reversibel Pada stadium ini walaupun terjadi kelainan struktur dan fungsi yang signifikan, cedera itu tidak akan berkembang dan mengakibatkan kerusakan membran dan kerusakan inti. b. Jejas sel ireversibel Jejas tidak dapat dipulihkan. c. Kematian sel 1. PENYEBAB JEJAS SEL Cedera sel dimulai dari trauma fisik pada kecelakaan contohnya kecelakaan kendaraan hingga defek sebuah gen yang mengakibatkan enzim tidak berfungsi pada suatu penyakit metabolit. Sedangkan stimulus yang merusak antara lain: 1). Kekurangan oksigen (hipoksida) Hipoksida mengganggu respirasi erobik oksidatif dan merupakan penyebab cedera atau kematian sel yg sering terjadi. Contoh pada anemia. 2). Agen kimia Agen kimia yang dapat dijumpai dalam lingkungan dan menyebabkan jejas sel seperti polutan udara, insektisida CO2, asbes. Bahkan glukosa, garam ataupun air apabila diserap secara berlebih dapat mengakibatkan jejas sel. 3). Agen penyebab Infeksi Dapat berupa virus submikroskopis bahkan cacing pita serta bakteri jamur dan protozoa 4). Reaksi imunologi Contoh: reaksi autoimun terhadap jaringannya sendiri dan reaksi alergi terhadap substansi lingkungan pada penderita dengan gangguan genetik. 5). Faktor genetik Defek genetik dapat menyebabkan jejas sel karema defisiensi protein fungsional yang menyebabkan gangguan bawaan serta penimbunan kerusakan DNA atau kesalahan pelipatan protein. 6). Imbalan nutrisi



Kurangnya nutrisi menjadi penyebab terjadinya jejas sel. 7). Agen fisis Contohnya trauma, suhu ekstrem, radiasi dan lainnya. 8). Penuaan Penuaan pada sel akan mengakibatkan gangguan replikasi dan kemampuan perbaikan sel dan jaringan. *Morfologi Jejas Sel dan Jaringan Hilangnya fungsi sel terjadi jauh sebelum kematian sel dan kelainan morfologi terjadi jauh sesudahnya. Contohnya sel miokardium tidak dapat berkontraksi setelah terjadinya iskemia 1-2 menit, meskipun sel mati 20-30 menit setelah iskemia. Pada jejas sel tidak ada kelainan morfologi atau Biokimia pasti yang berkaitan dengan ireversibilitas, namun terdapat 2 hal yang menjadi ciri khas ireversibilitas yaitu : pertama ketidakmampuan untuk memperbaiki disfungsi motokondria walaupun telah terjadi resolusi jejas asal. Kedua ialah gangguan pada fungsi membran. 2. JEJAS REVERSIBEL Dua kelainan mofologik penting yang berkaitan dengan jejas reversibel adalah 1). Pembengkakan sel, merupakan akibat kegagalan pompa ion yang tergantung tenaga/energi dependen pada membran plasma yang mengakibatkan sel tidak mampu mempertahankan homeostasis ion dan cairan. 2). Degenerasi lemak, terjadi akibat jejas hipoksida dan berbagai cedera toksisk dan metabolit yang tampak sebagai vakuol kecil atau besar di dalm sitoplasma. Perubahan intrasel yang berkaitan dengan jejas reversibel yaitu: 1). Perubahan membran plasma seperti penonjolan, distorsi mikrovili dan lepasnya unsur intrasel. 2). Gangguan motokondria misal pembengkakan 3). Dilatasi ER dan lepasnya ribosom serta disosiasi polisom 4). Perubahan inti, berupa penggumpalan kromatik. 3. MEKANISME JEJAS PADA SEL



Mekanisme Biokimia yang menghubungkan manifestasi sel dan jaringan amat kompleks, saling terkait dengan berbagai jalur metabolisme intrasel. Namun terdapat beberapa prinsip umum yang relevan dengan kebanyakan bentuk sel yaitu: - respon sel terhadap stimulus yang membahayakan tergantung pada jenis, lamanya dan parahnya jejas. - akibat dari stimulus yang membahayakan tergantung pada jenis, status, daya adaptasi dan dasr geneik sel yang cedera. Misal otot serat lintang pada tungkai tahan terhadap iskemia selama 2-3 jam tanpa jejas sedangkan oto jantung akan mati hanya dalam 20-30 menit. - jejas sel terjadi akibat kelainana fungsional dan Biokimia pada satu atau beberapa komponen sel penting. Tujuan utama dari Mekanisme Biokimia jejas s adalah: a) motokondria dan kemampuannya menghasilkan ATP dan ROS pada keadaan patolosis, b) gangguan homeostasis kalsium, c) kerusakan pada membran sel, d) kerusakan DNA dan salah pelipatan protein. - Berbagai perubahan biokimia dapat dipicu oleh setiap penyebab yang membahayakan. Dengan latar belakang ini, berikut merupakan mekanisme Biokimia utama pada jejas sel. a. Deplesi ATP ATP adalah sumber energi yang dibentuk melalui fosforilasi oksidatif adenosin difosfat ADP pada waktu reduksi oksigen dalam sistem transportasi elektron pada motokondria, bisa juga dihasilkan melalui glikolisis tanpa oksigen dengan memakai glukosa has hidrolisis glikogen. Penyebab utama deplesi ATP adalah menurunnya suplai oksigen dan nutrisi, kerusakan motokondria dan toksin(sianida). Fosfat sangat dibutuhkan dalam proses ini. Manusia sehat membakar 50-75 kg ATP per-hari. - berkurangnya aktivitas ATP membran plasma yang bergantung pada pompa sodium menyebabkan tertimbunya sodium dalam sel dan kalium keluar. - Untuk mempertahankan sumber energi sel terjadi kompensasi dengan peningkatan glikolisis anerobikenergi. - kegagalan pompa Ca²+ mengakibatkan rusaknya sel. - deplesi ATP yang lama akan memperburuk rusaknya struktur alat sintetis protein. b. Kerusakan dan Disfungsi Motokondria Motokondria (pabrik mini) menghasilkan energi dlam bentuk ATP. Kerusakan motokondria dapat mengakibatkan berbagai kelainan Biokimia yaitu: 1) kegagalan fosforilasi oksidatif yang dapat mempercepat deplesi ATP dan terjadinya nekrosis sel.



2) fosforilasi oksidatif abnormal akan menghasilkan ROS. 3) kerusakan motokondria dikaitkan dengan dibentuknya jalur konduksi tinggi pada membran motokondria (pori transisi permeabilitas). 3. Protein pada motokondria yang dilepas ke sitoplasma akan memberi tanda terjadinya jejas sel dan mengaktifkan jalur apotosis. c. Masuknya aliran kalsium Pengurangan kalsium ekstrasel akan menunda kematian sel setelah hipoksida dan paparan toksin. d. Akumulasi Radikal Bebas Asal Oksigen (Stres Oksidatif) Radikal bebas merupakan spesies kimia yang mengandung elektron tanpa pasangan pada orbit luar yang menyebabkan radikal bebas alan segera bergabung dengan zat apabila timbul dalam sel dan menyerang asam nukleat, protein sel dan lipid. Spesies oksigen reaktif (ROS) adalah radikal bebas yang berasal dari oksigen pada jejas sel. Jenis ROS: - ROS dibentuk dalam jumlah kecil pada semua sel reaksi redoks selama proses respirasi motokondria dan pembentukan energi. - ROS yang dihasilkan oleh leukosit fogositik, terutama neutrofil dan makrofag untuk menghancurkan mikroba dan substansi lain. - Oksida nitrit (NO) merupakan radikal bebas yang dibentuk oleh leukosit dan sel lain. Dapat bereaksi dengan O2 membentuk komponen reaktif, peroksida nitrit , yang jiga berperan dalam jejas sel. Kerusakan akibat radikal bebas ditentukan oleh kecepatan produksi dan proses pengeluarannya. Jika produksi ROS meningkat terjadi penumpukan radikal bebas sehingga terjadi stres oksidasi. Pembentukan radikal bebas meningkat pada keadaan sebagai berikut: - Absorbsi energi radiasi - metabolisme enzim zat kimia eksoge (karbon tetra klorida) - Radang



Penghambat radikal bebas: - kecepatan kerusakan oleh superoksida meningkat karena superoksida diamutase (SODs) pada sel.



- Peroksidase glutathione (GSH) merupakan enzim yang melindungi sel dari kerusakan oksidatif. - katalase yang dijumpai pada peroksisom melakukan katabolisme hidrogen Peroksida. - antioksidan endogen atau eksogen dapat menghalau pembentukan radikal bebas atau memusnahkan. Spesies oksigen reaktif menyebabkan jejas sel melalui 3 reaksi utama yaitu: - peroksidasi lemak membran - reaksi silang dan perubahan lain pada protein. - kerusakan DNA. e. Defek pada Permeabilitas Membran Sering terjadi pada jejas sel dan berakhir dengan nekrosis. Berbagai Mekanisme Biokimia yang berperan dalan kerusakan membran: 1) Sintesa fosfolipid yang menurun 2) Penambahan kerusakan fosfolipid 3) ROS 4) Abnormalitas sitoskeletal. 5) produk penguraian lipid (asam lemak tak berester, asil karniton dll). Kerusakan penting pada jejas sel: 1) kerusakan membran motokondria 2) kerusakan membran plasma berakibat hilangnya keseimbangan osmotik, masuknya cairan dan ion serta hilangnya isi sel. Kerusakan pada membran lisosom berakibat masuknya enzim ke sitoplasma dan mengaktifkan hidrolase asam pada PB intrasel asam. f. Kerusakan DNA dan Protein Sel dapat memperbaiki kerusakan DNA, tapi pada jejas sel terlalu parah untuk diperbaiki sehingga sel bunuh diri dan mati akibat apotosis.



D. KEMATIAN SEL 1. NEKROSIS Nekrosis merupakan jenis kematian sel yang dihubungkan dengan hilangnya integritas membran dan bocornya isi sek sehingga terjadi kerusakan sel, terutama akibat pengaruh enzim yang merusak sel yang mengalami jejas fatal. Umumnya nekrosis ini memberikan gambaran makroskopik yang jelas. Macam-macam nekrosis jaringan yaitu: a. Nekrosis koagulatifa. Merupakan jenis nekrosis yang arsitektur jaringannya ttetap dipertahankan untuk beberapa hari. Nekrosis koagulatif adalah karakteristik infark (daerah nekrosis iskemik) dan terjadi pada semua organ padat kecuali otak. b. Nekrosis Liquefaktifa. Ini dijumpai pada Infeksi bakteri dan jamur karena mikroba alan mengakibatkan akumulasi sel radang dan enzim leukosit yang mencerna jaringan. c. Nekrosis gangrenosa. Sering terjadi pada tungkai bawah yang mengalami kekurangan aliran darah. Merupakan keadaan nekrosis koagulatif dan Liquefaktif yang didatangi oleh leukosit. d. Nekrosis kaseosa. Sering dijumpai pada fokus Infeksi tuberkulosa. Biasanya dikelilingi oleh jaringan radang. e. Nekrosis lemak. Merupakan daerah yang mengalami destruksi lemak , suatu kelainan khas akibat pelepasan enzim lipase pankreas yang teraktifkan ke dalan jaringan pankreas dan rongga peritoneum. f. Nekrosis fibrinoid. Merupakan nekrosis khusus yang tampak dengan mikroskop cahaya. Umumnya terjadi pada reaksi imun dimana kompleks antigen dan antibodi mengendap pada dinding arteri. *Morfologi Nekrosis Nekrosis ditandai dengan perubahan pada sitoplasma dan inti sel yang mengalami jejas. a. Perubahan sitoplasma. Sel nekrotik akan menunjukkan peningkatan warna eosin, terjadi karena peningkatan ikatan eosin dengan protein sitoplasma yang mengalami denaturasi dan akibat hilangnya warna basofil yang biasanya dijumpai pada RNA pada sitoplasma. b. Perubahan inti. Berbentuk satu dari tiga buah pola yang semua disebabkan oleh kerusakan DNA dan kromatin. Contoh kario reksis, inti piknotik mengalami fragmentasi. c. Nasib sel nekrotik Sel nekrotik dapat bertahan beberapa saat kemudian dicerna enzim dan menghilang. Sel mati kemudian mengalami proses klasifikasi.



HUBUNGAN KLINIKOPATOLOGIS: Contoh jejas sel yang mengakibatkan kematian sel 1). Jejas iskemia dan jejas hipoksida Iskemia memberikan cedera jaringan lebih cepat dan lebih buruk dibanding hipoksida. Kelainan biokimia terpenting pada sel hipoksia yang mengakibatkan jejas ssel adalah berkurangnya pembentukan ATP intrasel, sebagai akibat dari menurunnya suplai oksigen 2). Reperfusi jejas iskemia Apabila sel mengalami jejas reversibel, restorasi aliran darah dapat memulihkan sel. Namun kadang restorasi aliran darah pada jaringan iskemia yang masih variabel akan berakibat kematian sel pada sel yang mengalami cesera ireversibel. Beberapa mekanisme yang berperan dalam timbulnya jejas sel akibat reperfusi jaringan iskemik: - kerusakan baru bisa timbul saat reoksigenisasi dengan terbentuknya ROS yang beras dari sel prenkim, endotel dan infiltrasi leukosit. - perdagangan dapat meningkatkan reperfusi karena ada aliran masuk leukosit dan protein plasma. 3). Jejas Kimia (toksik) Zat kimia menyebabkan jejas sel melalui salah satu diantara dua mekanisme umum: 1) beberapa zat kimia berakibat langsung dengan mengikat komponen molekul penting atau organel sel. Contoh keracunan merkuri klorida, air raksa akan berkaitan dengan kelompok sulfhydryl berbagai protein membran sel, menyebabkan inhibisi transportasi yang bergantung pada ATP dan peningkatan permeabilitas membran. 2) banyak zat kimia secara intrinsic tidak aktif tetapi harus diubah menjadi zat metabolit toksik reaktif, yang kemudian mempengaruhi sel target. 2. APOPTOSIS Apoptosis merupakan jalur kematian sel dengan mengaktifkan enzim yang merusak DNA inti sel itu sendiri dan protein pada inti dan sitoplasma. Apoptosis dan nekrosis kadang-kadang dijumpai bersama dan apoptosis yang diinduksi oleh stimulus patolosis dapat berkembang menjadi nekrosis.. 1. Penyebab apoptosis Apoptosis dapat terjadi pada keadaan fisiologis dan patolosis a. Apoptosis pada situasi fisiologis



Kematian melalui apoptosis merupakan fenomena normal untuk menghilangkan sel yang tidak perlu dan mempertahankan jumlah sek. Hal tersebut penting untuk situasi fisiologis berikut: - Destruksi sek terprogram saat embriogenesis - involusi jaringan bergantung pada hornon saat terjadi kekurangan hormon, misal luruhnya sel endometrium saat haid. - hilangnya sel pada saat populasi sel yang sedang proliferasi. Misal epitwl kripta pada usus. - Eliminasi sel yang telah melakukan tugasnya - eliminasi limfosit reaktif yang berpotensi merugikan diri sendiri saat, sebelum atau sesudah masa maturasi - kematian sel oleh sel limfosit T sitotostik. b. Apoptosis pada Kondisi Patolosis Kematian akibat apoptosis menyebabkan hilangnya sel pada beberapa keadaan patolosis: 1) Kerusakan DNA 2) Akumulasi dari protein yang salah bentuk 3) jejas sel pada beberapa Infeksi khususnya virus. 4) atrofia patologis di organ parenkim setelah abstruksi duktus, seperti pada pankreas, ginjal dll. *Morfologi 2. Mekanisme apoptosis a. Apoptosis terjadi karena aktivasi enzim kaspase. Jalur untuk mengaktifkan kaspase: 1). Jalur Motokondria (intrinsik) pada Apoptosis Motokondria mengandung protein (sitokrom C dll). yang mampu menginduksi apoptosis 2). Jalur reseptor kematian (ekstinsik) Apoptosis. Sel pada jalur ini termasuk golongan reseptor TNF, yang mengandung daerah kematian pada sitoplasma. b. .Aktivasi dan fungsi kaspose Jalur Motokondria dan reseptor kematian diawali dengan mengaktifkan kaspase initiator (kaspase 8 dan 9). Kemudian membelah menjadi kaspase eksekutor dan membelah sejumlah besar target lalu terjadi aktivasi.



c. Pembersihan sel mati Sel apoptotik membujuk fagosit dengan membuat sinyal "makan saya". 3.Contoh Apoptosis Contoh dibawah ini menggambarkan peranan kedua jalur apoptosis pada keadaan fisiologi normal dan pada penyakit. 1) kekurangan faktor pertumbuhan. 2) Kerusakan DNA. Paparan sel terhadap radiasi akan menginduksi DNA dan berakibat kematian apoptotik. 3). Apoptosis limfosit reaktif badan sendiri Limfosit yang mampu mengenali antogen badan sendiri biasanya akan dibentuk pada semua individu. Apabila limfosit ini melawan antigen badan sendiri sel akan mati melalui apoptosis. 4). Apoptosis yang dimediasi limfosit T sitotoksik 3. AUTOFAG Autofag (memakan diri sendiri) diartikan dengan pencernaan lisosomal atas komponen sel itu sendiri. Merupakan upaya agar tetap hidup pada saat terjadi kekurangan nutrisi sehingga sel yang kelaparan tetap hidup. 4. AKUMULASI INTRASEL Pada beberapa keadaan sel akan mengakumulasi berbagai zat dalam jumlah abnormal yang berhubungan dengan berbagai tingkat jejas. Ada 4 jalur utama terjadinya akulumsi intrasel abnormal: 1) pembuangan kurang baok dari zat normal akibat dari defek Mekanisme pengumpulan dan pengiriman 2) akumulasi zat endogen abnormal akibat defek genetik. 3) kegagalan mendegradasi metabolit akibat defisiensi enzim bawaan (penyakit timbuhan) 4) penempatan dan pengumpulan yang abnormal zat eksogen, ketika sel tidak mempunyai peralatan enzimatil untuk mendegradasi zat itu.(akumulasi partikel karbon / silika) Contoh: a. Perubahan lemak Adalah akumulasi abnormal trigliserida di dalam sel parenkim



b. Kolesterol dan esterkolesterol Metabolisme kolesterol sel teratur ketat agar sintetisa membran sel normal tanpa terjadinya akumulasi intrasel yang berarti. c. Protein Protein jarang dijumpai dibandingkan lemak. Contoh sejumlah kecil albumin difiltrasi melalui glomerolus dan diabsorbsi kembali oleh pimosit pada tubulus proksimal. d. Glikogen Metabolisme glukosa abnormal menyebabkan glikogen tertimbun di epitel tubulus ginjal. e. Pigmen Pigmen adalah zat wrna yang bisa eksogen yaitu berasal dari luar tubuh seperti: 1). Pigmen eksogen sering dijumpai pada karbon. 2). Lipofusin (pigmen habis pakai) merupakan granula coklat kekuningan yang tidak larut air 3). Melanin. Merupakan pigmen endogen berwarna coklat hitam yang di sintesa oleh melanosit di epidermis dan berfungsi sebagai tirai untuk melindungi radiasi UV yang berbahaya. 4). Hemosiderin. Merupakan pigmen granuler berasal dari hemoglobin berwarna kuning keemasan hingga coklat dan diakumulasi di jaringan yang mengandung besi berlebihan. 5. KLASIFIKASI PATOLOGIS Klasifikasi patologi merupakan proses yang biasa dijumpai pada berbagai keadaan penyakit, menyatakan adanya penempatan garam kalsium abnormal, besi, magnesium dan mineral lainnya. a. Klasifikasi distrofik (penempatan garam kalsium pada jaringan mati) Dijumpai pada semua jenis nekrosis khususnya nekrosis kaseosa tuberkulosa, dikaitkan dengan dengan jejas intima dan merupakan gambaran khas akumulasi lemak. Meliputi inisiasi dan propagasi. b. Klasifikasi metastatik (penempatan garam kalsium pada jaringan normal apabila terdapat hiperklasemia) Terjadi pada seluruh tubuh tapi sering mengenai jaringan ikat interstitial vaskular, ginjal, paru-paru dan mukosa gaster. Penyebab hiperkalsemia adalah: 1) peningkatan sekresi hormon paratiroid 2) destruksi tulang akibat penggunaan yang meningkat.



3) kelainan yabg berhubungan dengan vitamin D 4) gagal ginjal 6. PENUAAN SEL SPenuaan sel terjadi akibat penurunan progresif masa hidup dan kapasitas fungsional sel. Berbagai jenis mekanisme yang berperan dalam penuaan sel: 1) Kerusakan DNA 2) Replikasi sel yang berkurang Penuaan dikaitkan dengan senescence replikatif (sel berhenti membelah) 3) Cacat pada homeostasis protein.