SURFAKTAN [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGOLAHAN MINYAK NABATI



PABRIK SURFAKTAN



Oleh: Kelompok II Annisa Salsabillah Nasution



1807113452



Lusia Alvid



1807111748



Yara Pra Adha



1807113189



Irma Damayanti



1607113836



PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S.1 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU 2019



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya makalah ini dapat disusun hingga selesai. Penulis berterima kasih pada pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan bantuan baik materi maupun pikirannya, sehingga makalah “Pengolahan Minyak Nabati Pabrik Surfaktan“ dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat memerbaiki makalah ilmiah ini. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Pekanbaru,



November 2019



Penulis



ii



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ....................................................................................



i



DAFTAR ISI ................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2 1.3 Tujuan ........................................................................................................ 2 BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3 2.1 Pengertian Surfaktan .................................................................................. 3 2.2 Penggunaan (Aplikasi) Surfaktan Pada Industri ....................................... 4 2.2.1 Surfaktan Metil Ester Sulfonat (MES) .............................................. 5 2.2.2 Etilena Glikol .................................................................................... 5 2.2.3 Poliester ............................................................................................. 6 2.2.4 Natrium Dodesil Sulfat (NaDS) atau Sodium Lauril Sulfat (SLS) ... 6 2.2.4 Dietanol Amida (DEA) ..................................................................... 7 2.3 Jenis dan Metode dalam Produksi Surfaktan ............................................ 7 2.3.1 Produksi Surfaktan Alkohol Lemak Sulfat ....................................... 7 2.3.2 Sulfonasi Metil Ester Asam Lemak .................................................. 11 2.3.3 Produksi Surfaktan Gliserol Monooleat ............................................ 12 2.3.4 Produksi Surfaktan N-parafin ........................................................... 13 2.3.5 Produksi Surfaktan Alkil Benzen Linear (LAB)............................... 13 2.4 Pabrik Surfaktan ......................................................................................... 13 BAB III PENUTUP ....................................................................................... 16 3.1 Simpulan .................................................................................................... 16 3.2 Saran ........................................................................................................... 16 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 17



iii



DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Molekul Surfaktan ......................................................................



3



Gambar 2.2 Aplikasi Surfaktan Pada Industri ................................................



5



Gambar 2.3 Struktur DEA ..............................................................................



8



Gambar 2.4 Ballestra’s air drying system ......................................................



9



Gambar 2.5 Typical System For Generation SO3 Gas ...................................



10



Gambar 2.6 Ballestra’s Double Step Neutralization ......................................



11



Gambar 2.7 Ballestra’s Gas Scrubbing System ..............................................



11



iv



DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Pabrik Surfaktan .............................................................................. 13



v



1



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Surfaktan adalah bahan aktif permukan yang dapat diproduksi secara



sintesis kimia maupun biokimia. Karakteristik utama surfaktan adalah pada aktifitas



permukaannya.



Surfaktan



mampu



meningkatkan



kemampuan



menurunkan tegangan permukaan dan antar muka suatu cairan, meningkatkan kemampuan pembentukan emulsi minyak dalam air, mengubah kecepatan agregasi partikel terdispersi yaitu dengan menghambat dan mereduksi flokulasi dan coalescence partikel yang terdispersi sehingga kestabilan partikel yang terdispersi semakin meningkat. Surfaktan juga mampu mempertahankan gelembung atau busa yang terbentuk lebih lama. Pada umumnya surfaktan disintesisi dari turunan minyak bumi dan gas alam. Namun, proses pembuatan surfaktan dari minyak bumi dan gas alam ini dapat menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan. Alternative yang dapat diambil adalah penggunaan minyak nabati sebagai bahan baku pembuatan surfaktan. Oleh karena itu, saat ini telah dikembangkan produksi surfaktan dari sumber nabati, yaitu kelapa sawit. Sedikitnya ada 13 jenis surfaktan yang dapat dihasilkan dari minyak kelapa sawit. Dari berbagai jenis surfaktan itu, lebih lanjut dapat dihasilkan beraneka produk komersial, seperti bahan baku pembersih berupa detergen dan pelembut pakaian, kosmetika yang meliputi sabun, sampo, perawatan kulit, hingga pasta gigi. Dari Surfaktan juga dapat dihasilkan bahan pewarna tekstil, pelumas, bahan baku farmasi untuk obat dan pembuatan vaksin, serta aditif bagi bahan bakar minyak. Pengembangan surfaktan berbasis minyak sawit dapat dilakukan di Indonesia mengingat produksi minyak sawit Indonesia yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia. Produksi surfaktan dari kelapa sawit bila dibandingkan dengan harga CPO (crude palm oil), surfaktan memiliki harga jual 20 kali lipat lebih tinggi. Oleh sebab itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai surfaktan nabati, kegunaan, dan metode produksi serta pabrik yang sudah ada.



2



1.2



Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai



berikut: 1.



Apa saja kegunaan produk-produk surfaktan?



2.



Bagaimana metode-metode dalam pengolahan surfaktan?



3.



Apa saja pabrik-pabrik yang mengolah surfaktan?



1.3



Tujuan Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:



1.



Mengetahui kegunaan produk-produk surfaktan.



2.



Mengetahui metode-metode dalam pengolahan surfaktan.



3.



Mengetahui pabrik-pabrik yang mengolah surfaktan.



3



BAB II PEMBAHASAN 2.1



Pengertian Surfaktan Surfaktan atau surface active agent adalah molekul-molekul yang



mengandung gugus hidrofilik (suka air) dan lipofilik (suka minyak/lemak) pada molekul yang sama (Sheat dan Foster, 1997). Surfaktan terbagi menjadi dua bagian yaitu kepala dan ekor. Gugus hidrofilik berada di bagian kepala (polar) dan lipofilik di bagia ekor (non polar) (Gambar 2.1). Bagian polar molekul surfaktan dapat bermuatan positif, negatif atau netral. Umumnya bagian non polar (lipofilik) adalah merupakan rantai alkil yang panjang, sementara bagian yang polar (hidrofilik) mengandung gugus hidroksil.



Gambar 2.1 Molekul Surfaktan (Slamet,2006) Surfaktan dapat digolongkan menjadi dua golongan besar yaitu surfaktan yang larut dalam minyak dan surfaktan yang larut dalam air. 1.



Surfaktan yang larut dalam minyak Ada tiga yang termasuk dalam golongan ini yaitu senyawa polar berantai



panjang, senyawa fluorokarbon, dan senyawa silikon. 2.



Surfaktan yang larut dalam pelarut air Golongan ini banyak digunakan antara lain sebagai zat pembasah, zat



pembusa, zat pengemulsi, zat anti busa, detergen, zat flotasi, pencegah korosi, dan lain-lain. Ada empat yang termasuk dalam golongan ini, yaitu surfaktan anion yang bermuatan negatif, surfaktan yang bermuatan positif, surfaktan nonion yang tak terionisasi dalam larutan, dan surfaktan amfoter yang bermuatan negatif dan



4



positif bergantung pada pH-nya. Penggunaan surfaktan ini bertujuan untuk meningkatkan kestabilan emulsi dengan cara menurunkan tegangan antar muka, antara fasa minyak dan fasa air. Surfaktan dipergunakan baik berbentuk emulsi minyak dalam air maupun berbentuk emulsi air dalam minyak. 2.2



Penggunaan (Aplikasi) Surfaktan Pada Industri Penggunaan surfaktan terbagi atas tiga golongan, yaitu sebagai bahan



pembasah, bahan pengemulsi dan bahan pelarut. Penggunaan surfaktan ini bertujuan untuk meningkatkan kestabilan emulsi dengan cara menurunkan tegangan antarmuka, antara fasa minyak dan fasa air. Surfaktan dipergunakan baik berbentu emulsi minyak dalam air maupun berbentuk emulsi air dalam minyak (Masyithah, 2010).



Gambar 2.2 Aplikasi Surfaktan Pada Industri Beberapa contoh aplikasi surfaktan antara lain bahan utama untuk industri deterjen dan pembersih lain, bahan emulsifier pada industri kosmetik dan farmasi,



serta bahan emulsifier untuk



sanitasi



industi pangan. Selain itu



surfaktan juga digunakan untuk Enchance Oil Recovery (EOR). EOR adalah metode



yang digunakan untuk meningkatkan recovery minyak bumi dengan



melibatkan



penginjeksian



material biasanya menggunakan



injeksi



gas



tercampur, bahan kimia (chemical) ataupun thermal energy untuk mengubah karakteristik reservoir sehingga minyak yang diperoleh lebih besar dibandingkan



5



sebelumnya (Supriningsih, 2010). Berikut ini akan dijelaskan produk-produk surfaktan dan kegunaannya. 2.2.1 Surfaktan Metil Ester Sulfonat (MES) Telah dikembangkan surfaktan Metil Ester Sulfonant (MES) untuk meningkatkan produktivitas minyak di sumur tua akibat timbulnya deposit wax. Penggunaan surfaktan berbasis minyak sawit selain meningkatkan produksi minyak dalam negeri juga dapat juga meningkatkan kandungan lokal (local content) di industri perminyakan. MES (Methyl Ester Sulfonate) adalah surfaktan anionik yang dapat dibuat dengan sulfonasi metil ester minyak sawit (Elaeis Guineensis) di mana Indonesia merupakan produsen kedua terbesar kedua di dunia maka memungkinkan Indonesia sebagai pelopor produsen surfaktan MES ini. Digunakan pada pembuatan sabun laundry dan bekerja sebagai surfaktan untuk daya bersih. Di Negara maju, penggunaan MES sudah lama digunakan. Bentuk MES sendiri ternyata ada berbagai macam. MES yang asli adalah berbentuk serpihan atau bubuk berwarna putih bersih. MES mempunyai tingkat deterjensi yang lebih baik dibandingkan dengan LABS atau LAS dalam pengujian pencucian dalam temperatur sedang. Pada tingkat kesadahan air, MES lebih unggul dibandingkan surfaktan lain. Selain itu, MES bersinergi dengan baik bila dikombinasikan dengan surfaktan lain karena surfaktan lain tidak tahan pada konsentrasi tertentu maka MES bisa membantu untuk bersinergi dalam membersihkan. MES terdegradasi atau mudah terurai secara signifikan lebih cepat daripada LAS dan secara substansial terdegradasi di sekitar satu hari. Selaras dengan aplikator builder dan enzim karena MES mempertahankan aktivitas enzim yang lebih baik dibandingkan dengan surfaktan lainnya. Efek dari builder juga tidak memberi efek yang signifikan. 2.2.2



Etilena Glikol Dalam kehidupan sehari-hari etilena glikol Sebagian besar dipakai sebagai



bahan baku industri poliester yang merupakan bahan baku industri plastik dan tekstil. Selain itu kegunaan etilen glikol lainnya ialah sebagai bahan baku tambahan pada pembuatan cairan rem, cat, solven, alkil resin, tinta ballpoint, tinta cetak, foam stabilizer, kosmetik, dan bahan anti beku.



6



Etilen Glikol juga merupakan senyawa alkohol. biasanya senyawa ini ditambahkan ke dalam air radiator mesin mobil. manfaat senyawa ini, berdasarkan sifat koligatifnya bisa menurunkan titik beku dan menaikkan titik didih air radiator pada mobil. titik beku yang diturunkan bisa mencegah air radiator menjadi beku pada saat mesin dalam keadaan mati dan pada suhu rendah. titik didih yang dinaikkan bisa mengurangi penguapan yang terjadi pada mesin tersebut. 2.2.3



Poliester Poliester merupakan satu kategori polimer yang mengandung gugus fungsi



ester dalam rantainya. Walaupun terdapat banyak sekali poliester yang merupakan suatu bahan yang pada polietilena tereftalat (PET). Tetapi polyester merupakan suatu bahan kimia yang alami seperti kutin dari kulit ari tumbuhan, maupun zat kimia sintetis seperti polikarbonat dan polibutirat. Serat polyester berbentuk ion molekul yang sangat stabil dan kuat.Fungsi dari polyester fiber adalah untuk digunakan dalam berbagai macam produk seperti pakaian, peralatan rumah tangga, kain, perekam kaset komputer, dan lainnya. Karena terbuat dari bahan alami poliester fiber, keunggulan salah satunya tidak mudah lembab. Daya serap yang baik membuat pakaian yang terbuat dari poliester fiber lebih nyaman digunakan.



2.2.4



Natrium Dodesil Sulfat (NaDS) atau Sodium Lauril Sulfat (SLS) Natrium dodesil sulfat (bahasa Inggris: sodium dodecyl sulfate; SDS atau



NaDS), yang dikenal juga sebagai natrium lauril sulfat atau natrium lauril sulfat (sodium lauryl sulfate atau SLS), adalah surfaktan anion yang biasa terdapat dalam produk-produk pembersih. Garam kimia ini adalah organosulfur anion yang mengandung 12-ekor karbon terikat ke gugus sulfat, membuat zat kimia ini mempunyai sifat ambifilik yang merupakan syarat sebagai deterjen. SLS adalah jenis surfaktan yang sangat kuat dan umum digunakan dalam produk-produk pembersih noda minyak dan kotoran. Zat kimia ini merupakan bahan utama di dalam formulasi kimia untuk mandi busa karena efek pengentalnya dan kemampuan untuk menghasilkan busa. Zat ini banyak digunakan juga sebagai detergen, namun banyak ditemukan pada produk sabun,



7



pasta gigi, dan pembersih wajah. Menjadi bahan dasar produk sampo, perawatan kulit kepala dan pewarna rambut. 2.2.5



Dietanol Amida (DEA) Surfaktan



DEA



merupakan



surfaktan



nonionik yang dibuat



dengan menggunakan bahan baku asam laurat. Bahan tersebut diperoleh dari fraksinasi



minyak



inti



sawit



(PKO).



satu surfaktan alkanol amida berfungsi sebagai



bahan



yang penstabil



Dietanol amida paling



penting.



dan



merupakan



salah



Dietanol



amida



pengembang busa (Sana,



2017).



Gambar 2.3 Struktur DEA (Sana, 2017) 2.3



Jenis Dan Metode Dalam Produksi Surfaktan Surfaktan dapat berasal dari surfaktan oleokimia maupun surfaktan



petrokimia. Secara umum, kebanyakan rantai hidrokarbon dalam sebagian besar surfaktan dan lain-lain, surfaktan istimewa dihasilkan dari bahan-bahan sebagai berikut: a. Lemak dan minyak biasa b. Petroleum c. N-parafin d. Etilena e. Propilena



2.3.1



Produksi Surfaktan Alkohol Lemak Sulfat Alkohol lemak yang memiliki panjang rantai



C12-C18



memiliki



formulasi produk detergen sebab memiliki kualitas deterjen yang bagus, sifat pembasahan dan pembusaan, dan biodegradabilitas. Rantai C12-C14 dikenal dengan nama sodium lauryl sulfat (SLS) yang memiliki pembusaan optimum dan



8



sebagai foaming agent dalam produksi pasta gigi. Sedangkan rantai C12- C14 dan C12-C16 digunakan dalam produksi sampo. Produksi alkohol lemak sulfat atau sulfat lainnya terdiri atas lima tahap, yaitu: 1.



Process Air Preparation Proses udara harus benar-benar kering dengan titik embun(dewpoint) sekitar 50 °C. Dengan adanya embun akan terjadi korosif (sebab reaksi ini ditambah gas SO3) dan juga meningkatkan warna produk. Udara dialirkan ke dalam kompresor besar untuk sistem pendinginan, di mana suhu yang digunakan sekitar 3-5 °C dan uap-uap di kondensasikan. Selanjutnya udara di dikeluarkan melalui sebuah dehumdifier (pengering udara), seperti silika gel dimana sisa-sisa uap terakhir di tahan/di simpan.



Gambar 2.4 Ballestra’s air drying system 2.



Sulfur Trioxide Generation Dalam proses ini, sulfur dengan kemurnian yang tinggi (kemurnian 99,5%) di larutkan dalam sebuah tanki dan suhu dijaga sekitar 145-150 °C untuk mempertahankan viskositas minimum dan nilai konstan. Sulfur cair dimasukkan ke dalam sulfur burner (pembakar sulfur) dengan pompa meter khusus dan kemudian dibakar dengan SO2 menggunakan udara kering. Gas SO2 cair (6-7%) meninggalkan burner pada suhu 650 °C dan didinginkan pada suhu 430 °C sebelum diumpankan ke dalam konverter. Katalitik konverter dengan tiga sampai empat katalis vanadium pentoksida mengkonversi SO2 menjdai SO3 dengan efisiensi konversi 98%. Gas SO3 didinginkan di bawah suhu 60 °C, dicairkan hingga 4% volume, dan dikeluarkan melalui mist eliminator untuk memindahkan sisa oleum sebelum diumpankan ke dalam reaktor.



9



Gambar 2.5 Typical System For Generation SO3 Gas 3.



Sulfasi Sulfasi dilakukan di reaktor film multitude untuk mengontrol keakurasian rasio mol antara SO3 dengan umpan organik dalam berbagai pipa. Umpan di masukkan di bagian atas dan mengalir ke bawah di samping pipa. Ketika reaksi berlangsung eksotermis, air dingin pada aliran kontrol dimasukkan ke dalam jaket untuk menjaga temperatur pada 45-50 °C maksimum. Yield reaksi sebesar 97% dapat dicapai. Proses ini ditunjukkan pada gambar reaktor multitube film.



4.



Netralisasi Tingkatan produk dari reaktor harus dinetralisasi segera, dengan hidrolisis bisa menghindari pengaruh buruk bagi proses dan kualitas produk. Proses ini akan lebih berhasil jika langkah ini dilakukan duakali terhadap unit netralisasi. Dengan pencampuran multibladed maka dihasilkan campuran yang homogen. Perlu diperhatikan bahwa netralisasi akan memelihara sifat-sifat alkali sekecil apapun untuk menjaga kelancaran dan stabilitas proses. Konsentrasi rata-rata zat aktif sebesar 72% dapat digunakan. Konsentrasi yang terlalu tinggi tidak baik digunakan karena akan menimbulkan kesulitan dalam proses. Jika menginginkan sebuah produk kering, maka proses selanjutnya dengan melewati sebuah wiped film evaporator.



10



Gambar 2.6 Ballestra’s Double Step Neutralization 5.



Exhaust gas treatment Komposisi gas harus di hilangkan dengan meregulasi lingkungan. Gas lemah terdiri dari zat-zat organik sisa, SO3 nonreaksi dan gas SO2. Pertama kedua kotoran dipindahkan dari electrostatic presipitator. Sisa gas SO2 dipindahkan dari reaksi dengan menambahkan soda kaustik yang mengalir dengan arus berlawanan sepanjang scrubbing coloumn. Konsentrasi gas sisa dalam gas lemah SO2 dilepaskan ke dalam atmosfir dengan tekanan maksimum 5 ppm.



Gambar 2.7 Ballestra’s Gas Scrubbing System



11



2.3.2



Sulfonasi Metil Ester Asam Lemak Produksi metil ester sulfonat dalam skala industri terdiri dari 4 (empat)



tahap yaitu tahap sulfonasi, tahap pemucatan, tahap netralisasi, dan tahap pengeringan. 1. Tahap Sulfonasi MES diproduksi melalui proses sulfonasi metil ester dengan campuran SO3/udara. Reaksi pengontakkan SO3 dan bahan organik terjadi di dalam suatu falling film reactor. Gas dan organik mengalir di dalam tube secara co- current dari bagian atas reaktor pada temperatur 45oC dan keluar reaktor pada temperatur sekitar 30oC. Proses pendinginan dilakukan dengan air pendingin yang berasal dari cooling tower. Air pendingin ini mengalir pada bagian shell dari reaktor. Hal ini bertujuan untuk menjaga kestabilan temperatur reaksi akibat reaksi eksoterm yang berlangsung di dalam reaktor. Agar campuran MESA mencapai waktu yang tepat dalam reaksi sulfonasi yang sempurna, MESA harus dilewatkan kedalam digester yang memilki temperature konstan (~80oC) selama kurang lebih satu jam. Efek samping dari MESA digestion adalah penggelapan warna campuran asam sulfonat secara signifikan. Sementara itu, gas-gas yang meninggalkan reaktor menuju sistem pembersihan gas buangan (waste gas cleaning system). 2. Tahap Pemucatan (Bleaching) Untuk mengurangi warna sampai sesuai dengan spesifikasi, digested MESA harus diukur didalam sistem kontinu acid bleaching, dimana dicampurkan dengan laju alir metanol yang terkontrol dan hidrogen peroksida sesudahnya. Reaksi bleaching lalu dilanjutkan dengan metanol reflux dan pengontrolan temperatur yang presisi. 3. Tahap Netralisasi Acid ester yang terbentuk dalam proses sulfonasi bersifat tidak stabil dan mudah terhidrolisis. Oleh karena itu, pencampuran yang sempurna antara asam sulfonat dan aliran basa dibutuhkan dalam proses netralisasi untuk mencegah



lokalisasi



kenaikan



pH



dan



temperatur



yang



dapat



mengakibatkan reaksi hidrolisis yang berlebih. Neutralizer beroperasi



12



secara kontinu, mempertahankan komposisi dan pH dari pasta secara otomatis. 4. Tahap Pengeringan Selanjutnya, pasta netral MES dilewatkan ke dalam sistem TurboTubeTM Dryer dimana metanol dan air proses yang berlebih dipisahkan untuk menghasilkan pasta terkonsentrasi atau produk granula kering MES, dimana produk ini tergantung pada berat molekul MES dan target aplikasi produk. Langkah akhir adalah merumuskan dan menyiapkan produk MES dalam komposisi akhir, baik itu dalam bentuk cair, batangan semi-padat atau granula padat, dengan menggunakan teknologi yang tepat. 2.3.3



Produksi Surfaktan Gliserol Monooleat Dalam pembuatan surfaktan cair gliserol monooleat skala komersial yang



produk atau teknologinya teraplikasi di industri pengguna (industri tekstil) digunakan sistem proses batch. Pembuatan surfaktan gliserol monooleat sistem batch dilakukan dalam skala 500 mL pada kondisi operasi suhu 180 °C, waktu7 jam , tekanan atmosferik, pengadukan 450 rpm melalui reaksi esterifikasi antara gliserol dan asam oleat dengan katalis asam. Produk surfaktan gliserol monooleat banyak digunakan di industri tekstil, kosmetik, dan lain-lain sebagai emulsifier. Pengembangan penelitian dari sistem batch menjadi sistem kontinyu dilakukan untuk mengefisienkan proses produksi yang meliputi ongkos produksi, waktu proses dan kapasitas produk. 2.3.4



Produksi Surfaktan N-parafin Untuk menghasilkan surfaktan, kerosen adalah sumber hidrokarbon yang



paling penting. Parafin linear atau normal dapat dipisahkan dari yang bercabang dan siklik menggunakan proses MOLE X atau ISOSIV. Biasanya 20-25% kerosen mengandung parafin normal denagn panjang rantai C10-C16. Parafin normal



disuling



dalam



pembuatan



surfaktan.



Bagian



hidrokarbon



bercabang/siklik atau rafinat dijual sebagai bahan bakar (upgraded fuel)



13



2.3.5 Produksi Surfaktan Alkil Benzen Linear (LAB) Alkil benzene linear (linear alkyl benzene, LAB) adalah bahan antara surfaktan terbesar saat ini. Proses utama pembuatan LAB adalah proses UOP PACOL/HF. Proses ini melibatkan penghidrogenan berkatalis (proses PACOL) nparafin untuk merubah kira-kira 12 % parafin menjadi olefin. Kemudian olefin direaksikan dengan benzena menggunakan HF cair sebagai katalis. HF dipisahkan dari campuran organik benzena, paraffin, LAB dan alkilat berat yang tertinggal dipisahkan melalui penyulingan. Proses ini menghasilkan LAB jenis 2-fenil. Dalam pembuatan surfaktan, etilena digunakan untuk membentuk hidrokarbon berantai panjang. Proses yang digunakan adalah reaksi pemanjangan (growth reaction) untuk menghasilkan rantai hidrokarbon panjangnya C2 ke C20. Rantai hidrokarbon dipanjangkan melalui penambahan unit etilena ke organologam seperti trietil alumunium. Unit etilena diselipkan di antara rantai alkil yang memanjang dengan alumunium menjadi triakil alumunium atau produk perpanjangan. 2.4



Pabrik Surfaktan Adapun beberapa pabrik lokal maupun internasional yang memproduksi



surfaktan yaitu diantaranya: Tabel 2.1 Pabrik Surfaktan Nama Perusahaan



Lokasi



PT Wilmar Nabati Indonesia



Gresik



Kapasitas Produksi (MT/Tahun) 690.000



PT. Eternal Buana Chem. Inds. PT. Indo Biofuels Energy PT. Anugrah Inti Gemanusa PT. Eterindo Nusa Graha PT. Wilmar Bio Energi Indonesia PT. Sumi Asih Oleo Chemical PT. Darmex Biofuels PT. Pelita Agung Agriindustri PT. Musim Mas Nongsa



Tangerang Banten Kota Gresik Kota Gresik, Dumai Bekasi Bekasi Utara, Kab. Bengkalis, , Batam



40.000 60.000 40.000 40.000 1.050.000 100.000 150.000 200.000 85000



PT Samiraschem Indonesia PT KAO Indonesia Chemicals PT Unilever Indonesia PT Sinar Oleochemical lnt Sinolight Chemicals Co.Ltd Changsa Easchem Co.Ltd



Jakarta Bekasi Surabaya Medan Zhejiang, Cina China



55.000 1200 8.450 100.000 5500 6500



14



1.



PT Energi Sejahtera Mas, perusahaan patungan antara Sinar Mas-CEPSA Dumai Pabrik berkapasitas 160.000 metrik ton fatty alcohol per tahun itu



mempekerjakan sekitar 400 orang karyawan. Pabrik berkapasitas 160.000 metrik ton fatty alcohol per tahun itu mempekerjakan sekitar 400 orang karyawan. Konsumsi surfaktan saat ini diperkirakan mencapai 10 juta ton setahun, di mana 45% berbasis alkohol. Sedikitnya 75% alkohol yang diproduksi berasal dari minyak nabati. Kebanyakan produk turunan fatty alcohol itu dipakai untuk deterjen dan personal care. Pasar oleochemical sendiri diproyeksikan tumbuh 4% per tahun. China dan India adalah konsumen oleochemical terbesar dengan pertumbuhan tahunan masing-masing 6,5% dan 8%. 2.



PT Polychem Indonesia Tbk PT Polychem Indonesia Tbk merupakan satu-satunya produsen Mono-



Etilena Glikol (MEG), Di-Etilena Glikol (DEG), Tri-Etilena Glikol (TEG) dan berbagai produk Etoksilat (EOX) di Indonesia. Pabrik Etilena Glikol (EG) memproduksi satu dari dua bahan baku utama yang diperlukan untuk memproduksi polyester yang sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan indutri tekstil Indonesia. a.



Produksi Kedua unit pabrik Etilena Glikol (EG) Perseroan menerapkan teknologi dari Scientific Design Co. Inc., Amerika Serikat dan memiliki kapasitas produksi tahunan total sebesar 241.000 ton. Pada tahun 2018 Perseroan memproduksi 233,397 ton EG. Sekitar 17.46% produksi MEG yang dihasilkan dikonsumsi sendiri oleh divisi poliester. selebihnya, yaitu sekitar 82.54%, dijual ke berbagai produsen benang dan serat poliester baik dalam negeri maupun luar negeri. Fasilitas produksi etoksilat yang dimiliki Perseroan memiliki kapasitas produksi sebesar 80.000 ton per tahun. Pada tahun 2018, Perseroan memproduksi 60.069 ton berbagai macam produk etoksilat dan dijual ke industri surfaktan baik di dalam negeri maupun di luar negeri.



b.



Produk Pabrik Etilena Glikol memproduksi satu produk utama, mono-etilena glycol (MEG), dan dua produk sampingan, Di-Etilena Glikol 9DEG) dan Tri-



15



Etilena Glikol (TEG). MEG adalah salah satu bahan baku utama untuk benang dan serat Poliester. MEG juga digunakan sebagai coolant dan antfreeze agent. DEG digunakan dalam industri resin poliester tidak jenuh, minyak rem, dan minyak aditif. TEG digunakan untuk proses pengeringan gas alam dan pencucian bahan kimia.



16



BAB III PENUTUP 3.1



Simpulan Adapun kesimpulan dari pembahasan antara lain sebagai berikut:



1.



Surfaktan adalah bahan yang digunakan untuk menurunkan tegangan permukaan antara dua fasa. Penggunaan surfaktan terbagi atas tiga golongan, yaitu sebagai bahan pembasah, bahan pengemulsi dan bahan pelarut.



2.



Teknologi dalam produksi surfaktan diantaranya dengan metode esterifikasi, sulfonasi, pemurnian, netralisasi, sulfatasi, amidasi.



3.2



Saran Surfaktan adalah salah satu dari sekian banyak hasil olahan minyak nabati



yang dapat dimanfaatkan dengan positif. Oleh karena itu, baik untuk penelitian selanjutnya diteliti mengenai hasil pengolahan minyak nabati berupa pabrik sabun.



17



DAFTAR PUSTAKA Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2008. Surfaktan Sudah Seharusnya Dikembangkan Besar-besaran. Jakarta: Indonesian Institue of Science. Z. Masyithah. 2010. Optimasi Sintesis Surfaktan Alkanolamida dari Asam Laurat dengan Dietanolamina dan N-Metil Glukamina Secara Enzimatik., Disertasi, Departemen Kimia., Universitas Sumatera Utara.. Purwanto, Slamet. 2006. Penggunaan Surfaktan Metil Ester Sulfonat dalam Formulasi Agen Pendesak Minyak Bumi. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Sana, Arif Wibi. 2017. Aplikasi Surfaktan Minyak Sawit Untuk Proses Pemasakan-Pengelantangan Dan Pencelupan Tekstil. Jurnal Arena Tekstil, Vol. 32, No.1, hlm. 42. Rieger MM. 1985. Surfactant in Cosmetics Surfactant Science Series. New York: Marcel Dekker, Inc. Sheats, W. Brad dan Norman C. Foster. 1997. Concentrated Products from Methyl



Ester



Sulfonates.



(http://www.chemiton.com/papersbrochures.



/Concentrated_Products.doc.pdf). Supriningsih, Dwi. 2010. Pembuatan Metil Ester Sulfonat (MES) sebagai Surfaktan untuk EOR. Tesis. Jakarta: Universitas Indones



18



1