Tawuran Pelajar [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



BAB. I PENDAHULUAN



A.



Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar adalah suatu penataan yang memungkinkan guru dan siswa berinteraksi satu sama lain untuk memberikan kemudahan bagi siswa untuk belajar.1 Pada tahap ini guru memegang peranan yang penting bagi keberhasilan siswa. Siswa tidak mungkin belajar sendiri tanpa bimbingan dari guru, dan pada hakikatnya para siswa hanya mungkin dapat belajar dengan baik jika guru mempersiapkan lingkungan positif bagi mereka untuk belajar. Secara garis besar, pengelolaan sistem pendidikan harus disertai profesionalisme guru yang menekankan pada penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen, serta strategi penerapannya. Kemampuan yang dituntut terhadap setiap guru adalah kemampuan-kemampuan yang sejalan dengan peranannya di sekolah.2 Proses pembelajaran akan berhasil dengan baik jika guru sebagai pendidik merencanakan pembelajaran yang akan disampaikannya dengan baik dan efisien. Dalam perencanaan pembelajaran kebutuhan siswa menjadi hal utama yang harus diperhatikan, sehingga terjamin relevansinya dengan perkembangan, kebutuhan, dan tingkat pengalaman mereka. Oleh karena itu, setiap perencanaan pembelajaran harus relevan dengan kondisi masyarakat,



1



Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), 9. 2 Perananan guru tidak hanya bersifat administratif dan organisatoris, tetapi juga bersifat metodologis dan psikologis. Di balik itu seorang guru harus memilki kemampuan kepribadian dan kemampuan kemasyarakatan, ibid., 43.



2



kebiasaan belajar siswa, pengalaman dan pengetahuan siswa, serta metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran. Akan tetapi pada kenyataannya, banyak dijumpai praktik-praktik pembelajaran yang masih mengandalkan pada cara-cara lama yang menganggap anak hanya perlu melaksanakan kewajiban yang telah digariskan oleh guru dan orang tua Pembelajaran satu arah berorientasi pada keinginan guru dan kurikulum, dengan lebih mengutamakan prestasi akademik semata. Padahal kehidupan masyarakat telah berubah dari masyarakat ekonomi pertanian, kemudian berkembang menjadi masyarakat industri bahkan sekarang sudah berada dalam masyarakat informasi. Bergesernya kehidupan masyarakat kita tentunya juga membawa perubahan dalam proses pendidikan dan pengajaran.3 Guru dituntut untuk menguasai keterampilan membelajarkan siswanya agar siswa menguasai keterampilan dasar yang kemudian berkembang



menjadi



keterampilan



yang



lebih



tinggi



sebagai



alat



kehidupannya. Guru dituntut dapat memfasilitasi siswanya agar dapat memperluas dan memperdalam kualitas pengetahuannya, memiliki kreativitas, dan memiliki kemampuan berinovasi. Tidak hanya itu seorang guru harus mampu mengantarkan anak didiknya menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu menciptakan manusia Indonesia yang seutuhnya sesuai dengan UU RI No 2 tahun 2003 tentang pendidikan nasional, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan dapat membentuk watak serta peradaban



3



Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), 110.



3



bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab.” Jika diperhatikan, kualitas pendidikan yang ada dengan harapan sangatlah berbeda, meskipun pemerintah sudah melakukan berbagai usaha dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan. Ditengah keprihatinan problem pendidikan tersebut, Madrasah Aliyah al-Islam yang mayoritas siswanya dari kalangan ekonomi kebawah mampu mencapai prestasi di bidang fikih, hal itu terbukti dengan meraihnya beberapa siswa juara lomba di bidang fikih. Dari uraian di atas tercermin bahwa untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidaklah mudah, perlu adanya kerjasama di antara pelaku pendidikan itu sendiri yang diantaranya guru, siswa, orang tua siswa, pihakpihak penyelenggara pendidikan itu sendiri dan masyarakat sekitar lembaga pendidikan. Di samping itu komponen pendidikan adalah hal yang harus diperhatikan, diantaranya kurikulum, materi, media, metode, dan lain sebagainya. B. Identifikasi dan Batasan Masalah Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana upaya guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan di MA Al-Islam. untuk mendapatkan kualitas pendidikan yang baik perlu adanya perencanaan pembelajaran, implementasi pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.



4



C. Rumusan Masalah Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas dan berdasarkan kenyataan yang ada di lapangan yang penulis jumpai, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan sebagai berikut: 1. Upaya



apa



yang



dilakukan



guru



dalam



meningkatkan



kualitas



pembelajaran fikih di MA Al-Islam Joresan Mlarak Ponorogo? 2. Bagaimana hasil upaya guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran fikih di MA Al-Islam Joresan Mlarak Ponorogo? 3. Apa kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran fikih di MA Al-Islam Joresan Mlarak Ponorogo? D.



Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain : 1. Untuk mengetahui upaya guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran fikih di MA Al-Islam Joresan Mlarak Ponorogo; 2. Menggambarkan hasil-hasil yang dicapai dari upaya guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran fikih



di MA Al-Islam Joresan



Mlarak Ponorogo; dan 3. Untuk menemukan kendala yang dihadapi guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran fikih di. MA Al-Islam Joresan Mlarak Ponorogo. E.



Kegunaan Penelitian Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara



teoritis,



dapat



ikut



serta



memberikan



kontribusi



bagi



pengembangan ilmu pengetahuan, menambah wawasan dan khazanah



5



keilmuan khususnya manajemen pembelajaran fikih dalam hubungannya dengan meningkatkan kualitas pendidikan, dan dapat dijadikan bahan informasi bagi penelitian selanjutnya. 2. Secara praktis, dapat memberikan kontribusi dan problem solving bagi guru bidang studi fikih dalam meningkatkan kualitas pendidikan. F.



Kerangka Teoritik Seorang guru mempunyai fungsi yang sangat penting dalam suatu proses pembelajaran. Guru sebagai seorang pendidik bertanggung jawab dalam menjalankan aktifitas pembelajaran untuk membimbing para siswanya dalam mencapai keberhasilan tujuan pendidikan yang telah direncanakan. Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 39 ayat 2 disebutkan bahwa pendidik merupakan



tenaga



profesional



yang



bertugas



merencanakan



dan



melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Berkaitan dengan profesi guru sebagai seorang pendidik, dalam Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada pasal 1 ayat 1, guru didefinisikan sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Berdasarkan ketentuan tersebut, menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang mudah, tidak cukup



6



hanya dengan bermodal penguasaan materi dan menyampaikannya kepada peserta didik. Hal ini belum dapat dikategorikan sebagai guru yang memiliki pekerjaan profesional. Seorang guru profesional harus memiliki berbagai keterampilan, kemampuan dan penguasaan terhadap apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya sebagaimana yang telah diatur dalam undangundang. Pembelajaran merupakan suatu proses yang komplek, di dalamnya terdapat berbagai unsur yang saling terkait. Proses pembelajaran melibatkan aspek didaktis, aspek psikologis dan aspek pedagogis secara simultan. Aspek pedagogis menunjuk pada kenyataan bahwa mengajar di sekolah berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan, karena itu guru harus mendampingi peserta didik menuju kesuksesan belajar. Aspek psikologis menunjuk pada realitas bahwa peserta didik yang belajar pada umumnya memiliki taraf perkembangan yang berbeda antara yang satu dengan yang lain, sehingga menuntut kemampuan guru untuk mampu memberikan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan kemampuan peserta didik dan tuntutan kurikulum. Aspek didaktis menunjuk pada pengaturan belajar peserta didik oleh para guru yang menuntut berbagai prosedur didaktis, berbagai cara mengelompokkan peserta didik, dan beraneka ragam media pembelajaran.4 Menjadi seorang guru profesional tidaklah mudah, berdasarkan keterangan-keterangan di atas, masih banyak kemampuan yang harus 4



.Mulyasa, Menjadi Guru Professional Menciptkan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), 20-21.



7



dimiliki oleh para guru sehingga mampu memenuhi tuntutan undang-undang dan kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan yang up to date terhadap perkembangan zaman. Syarat yang harus dipenuhi sebagai seorang pendidik di antaranya adalah, pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.5 Kualifikasi akademik yang dimaksud dalam hal adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundangundangan yang berlaku.6 Sebagai agen pembelajaran seorang guru harus memenuhi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial.7 Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran. Kompetensi kepribadian meliputi kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, bisa menjadi teladan bagi siswa dan berakhlak mulia.8 G.



Penelitian Terdahulu Buku-buku dan penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini, sebagai bahan kajian pustaka dan menentukan posisi penelitian ini di antara penelitian yang lain, di antaranya adalah



5



Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 28, Ayat 1. 6 Ibid., Ayat 2. 7 Ibid., Ayat 3. 8 Abdurrakhman Ginting, Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran (Bandung: Humaniora, 2008), 12.



8



1. Zamroni dalam Paradigma Pendidikan Masa Depan, menerangkan bahwa guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pembimbing, minimal ada dua fungsi yaitu: fungsi moral dan fungsi kedinasan. Tinjauan secara umum, guru dengan segala perannya akan kelihatan lebih menonjol fungsi moralnya, sebab walaupun dalam situasi kedinasan pun guru tidak dapat melepaskan fungsi moralnya, oleh karena itu guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pembimbing juga diwarnai oleh fungsi moral itu yakni dengan wujud bekerja secara sukarela tanpa pamrih dan semata-mata demi panggilan hati nurani. Sudah sejak lama banyak dilontarkan komentar yang menyoroti mutu pendidikan walaupun mengacu pada indikator yang berbeda, namun pengamat pendidikan sependapat bahwa mutu pendidikan memang belum dan tidak akan kunjung selesai, karena banyak faktor yang mempengaruhi. Persoalan yang kini dihadapi oleh banyak negara termasuk Indonesia, adalah bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan pada umumnya dikaitkan dengan tinggi rendahnya prestasi yang ditunjukkan dengan kemampuan siswa mencapai skor dalam teks dan kemanapun lulusan mendapatkan dan melaksanakan pekerjaan. Kualitas pendidikan itu dianggap penting karena sangat menentukan gerak laju pembangunan di negara maupun juga oleh karenanya, hampir semua negara di dunia menghadapi tantangan untuk



9



melaksanakan



pembaharuan



pendidikan



sebagai



upaya



untuk



meningkatkan kualitas pendidikan.9 2. Oemar Hamalik dalam Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA menyatakan bahwa tugas utama guru dalam pembelajaran adalah a.



Merancang proses belajar-mengajar, rancangan ini disusun dalam perencanaan pengajaran.



b.



Mengelola (mengorganisasi, mengkoordinasi, dan melaksanakan) proses belajar mengajar.



c.



Menilai proses belajar mengajar yang mencakup penilaian terhadap hasil



belajar



siswa,



menilai



kemampuannya,



dan



menilai



keberhasilan program instruksional secara menyeluruh.10 3. Mel Siberman dalam yang berjudul Active Learning menyatakan bahwa seorang guru harus mempunyai strategi dalam pembelajaran untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Pada saat kegiatan belajar itu aktif, peserta didik melakukan sebagian besar kegiatan yang harus dilakukan. Mereka mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif merupakan cara yang cepat, menyenangkan, mendukung dan menarik hati bagi siswa.11



9



Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, (tt: Bigraf Publishing, 2001), 19. Oemar Hamalik, Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2003), 6. 11 Mel Siberman, Active Learning (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2002), xxi. 10



10



4. Tesis



yang



berjudul



"Pengelolaan



Pembelajaran



fikih



untuk



Meningkatkan Kemampuan Interpersonal Siswa di MTs. Al-Islam Mlarak Ponorogo", bahwa pengelolalaan pembelajaran fikih di Madrasah Tsanawiyah al-Islam untuk meningkatkan kemampuan interpersonal siswa telah dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat diketahui



dari



persiapan



perencanaan



pembelajaran,



proses



pembelajaran hingga pada hasil pengelolaan penilaian. Ketiga aspek tersebut berjalan dengan baik. Pada tahap perencanaan guru fikih memulainya dengan penyusunan program tahunan, program semester, penyusunan



silabus,



dan



pembuatan



perencanaan



pelaksanaan



pembelajaran. Pada tahap proses pembelajaran diterapkan strategi pembelajaran kooperatif. Ini dilakukan untuk menyesuaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, yaitu peningkatan kemampuan interpersonal. Pada tahap penilaian diketahui dari hasil angket yang diberikan pada siswa bahwa strategi pembelajaran kooperatif telah dapat meningkatkan kemampuan interpersonal dengan hasil baik.12 5. Tesis yang berjudul "Upaya Guru dalam Pengelolaan Pembelajaran Fikih di Madrasah Tsanawiyah Hidayatus Sholihin", karya Fuad menyimpulkan bahwa



penelitian ini secara umum dilandasi oleh



pemikiran yang berkembang dewasa ini dalam upaya memperbaiki kualitas pendidikan. Pemikiran tersebut dalam rangka perbaikan mutu pendidikan melalui upaya pengelolaan pembelajaran. Dalam proses 12



Nurul Afifah, "Pengelolaan Pembelajaran Fikih untuk Meningkatkan Kemampuan Interpersonal Siswa di MTs. Al-Islam Mlarak Ponorogo (Tesis, IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2009).



11



pengelolaan pembelajaran tersebut diharapkan mampu menciptakan pembelajaran Fikih yang dinamis yakni proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dalam mata pelajaran Fikih, madrasah ini berusaha menyajikan materi kepada siswa dengan modelmodel pembelajaran kontemporer. Hal ini dimaksudkan agar Fikih bukan hanya pelajaran hafalan yang membosankan bagi siswa. Untuk maksud tersebut, seorang guru harus memiliki kemampuan dan kreatifitas dalam mengelola pembelajaran yang akan dilaksanakannya. Pengelolaan pembelajaran diarahkan pada pembelajaran kepada siswa secara aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Ketika guru telah melakukan pengelolaan pembelajaran secara sistematis dan siswa melaksanakan proses belajar mengajar secara aktif, dan kreatif.13 Penelitian



"Upaya



Guru



dalam



Meningkatkan



Kualitas



Pembelajaran Fikih di MA Al-Islam Joresan Mlarak Ponorogo ini berbeda dengan beberapa penelitian di atas yang cenderung kepada pembahasan



pengelolaan



pendidikan



secara



umum



baik



yang



menyangkut guru, kepala sekolah maupun pengelola pendidikan lain. Penelitian ini lebih memfokuskan pembahasan kepada pengelolaan secara spesifik pada guru. Tesis ini akan meneliti bagaimana upayaupaya yang dilakukan guru dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran fikih, mulai dari tahap dia membuat perencanaan untuk pembelajarannya nanti di kelas, tahap pelaksanaan pembelajaran sebagai 13



Fuad, "Upaya Guru dalam Pengelolaan Pembelajaran Fikih di MTs. Hidayatus Sholihin Turus, Gurah, Kediri, Jawa Timur", (Tesis, IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2009).



12



realisasi dari perencanaan tersebut sampai dengan tahap penilaian. Dengan



penilaian



inilah



sebagai



indikator



keberhasilan



proses



pembelajaran yang telah dilaksanakan tersebut dan juga sebagai input bagi



proses



selanjutnya



dalam



rangka



peningkatan



kualitas



pembelajaran. H. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian Untuk mengetahui upaya guru dalam meninggkatkan kualitas pembelajaran fikih dengan unsur-unsur yang harus ditemukan sesuai dengan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, maka digunakan metode penelitian kualitatif. Lexy J. Moleong penelitian



kualitatif



merupakan



penelitian



yang



menjelaskan bahwa bermaksud



untuk



memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.14 Dengan menggunakan penelitian kualitatif, maka diharapkan data yang diperoleh akan lebih lengkap, lebih mendalam dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat dicapai. Melalui pendekatan kualitatif ini, diharapkan terangkat gambaran mengenai aktualitas, realitas sosial, dan persepsi sasaran penelitian tanpa adanya pengukuran formal. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengamati



14



Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), 6.



13



dan memaparkan apa yang telah disampaikan oleh segenap komponen yang mengelola pendidikan tentang upaya-upaya yang mereka lakukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran fikih. Dengan menggunakan penelitian kualitatif, maka kehadiran peneliti di lapangan adalah sangat penting dan diperlukan secara optimal. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus sebagai alat pengumpul data atau sebagai instrumen kunci. Kehadiran peneliti di latar penelitian adalah untuk menemukan dan mengeksplorasi data yang terkait dengan fokus penelitian. 2. Sumber data dan teknik pengumpulan data Menurut Lofland dan Lofland sebagaimana dikutip oleh Lexy bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lainlain.15 Sumber data utama ini dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman audio/video, foto atau film.16 Sumber



dan



teknik



pengumpulan



data



dalam penelitian



disesuaikan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan di atas. Dalam penelitian kualitatif, sumber data dipilih dan mengutamakan perspektif emic, artinya mementingkan pandangan informan, yakni bagaimana mereka memandang dan menafsirkan



15 16



Ibid., 157. Ibid.



14



lingkungannya dengan perspektif mereka sendiri17. Peneliti tidak bisa memaksakan kehendaknya untuk mendapatkan data yang dia inginkan. Sumber data dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: a. Untuk mendapatkan data tentang letak geografis, sejarah berdiri, sarana dan prasarana yang tersedia, kegiatan-kegiatan, struktur organisasi serta dokumen-dokumen yang berhubungan dengan lembaga pendidikan MA Al-Islam Mlarak Ponorogo, sumber data yang digunakan di antaranya adalah bagian tata usaha, guru dan kepala sekolah. Teknik pengumpulan data adalah dengan dokumentasi dan wawancara. b. Untuk mendapatkan data tentang kurikulum yang digunakan, upaya guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran fikih dan proses belajar mengajar, maka sumber data yang digunakan di antaranya adalah guru Fikih, kepala sekolah, dan siswa. Teknik pengumpulan data adalah dengan wawancara, dokumentasi dan observasi. c. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat upaya guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran fikih, maka sumber data yang digunakan di antaranya guru Fikih, kepala sekolah, dan siswa. Teknik pengumpulan data adalah dengan wawancara. 3. Analisis data Penelitian ini menggunakan teknik analisa data kualitatif, merujuk konsep yang dikemukakan Miles and Huberman. Aktivitas dalam analisis



17



Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2008), 213.



15



data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display dan conclusion, drawing/verification18.



Data Collection



Data Reduction Conclusion



Data Display



Gambar 1. 1 Milles and Huberman interactive model Tahap-tahap analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut a.



Reduksi data Setelah melakukan pengumpulan data (data collection), maka data tersebut perlu diadakan pemilahan. Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak sehingga perlu dicatat secara teliti dan rinci. Data tersebut perlu segera dianalisis melalui reduksi data. Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, mefokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan



18



Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2005), 91.



16



gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. b.



Penyajian data Setelah melakukan reduksi data, langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data yang sering digunakan adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.



c.



Penarikan kesimpulan dan verifikasi Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data selanjutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.



4. Pengecekan keabsahan data Untuk menguji keabsahan atau kredibilitas data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara: a.



Perpanjangan pengamatan



17



Dengan perpanjangan keikutsertaan akan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan, karena peneliti dapat menguji kebenaran informasi yang didapatkan dan lebih mempererat hubungan dengan responden. Dengan demikian, penting sekali arti perpanjangan keikutsertaan penelitian itu selain untuk berorientasi dengan situasi, juga untuk memastikan apakah konteks itu dipahami dan dihayati. b.



Ketekunan pengamatan Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Ketekunan dalam pengamatan juga dimaksudkan untuk memperoleh gambaran penelitian yang lebih detail.



c.



Trianggulasi Trianggulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Teknik trianggulasi yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber lain, oleh sebab itu, peneliti dalam penelitian ini juga menggunakan trianggulasi dengan sumber. Maksud



dari



trianggulasi



dengan



sumber



itu



yaitu



membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu



18



informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Hal ini dapat dicapai dengan jalan: 1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. 2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi. 3) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. d.



Member Check Member check merupakan proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data19. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti data tersebut valid, sehingga semakin kredibel/dipercaya, tetapi apabila data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data dan apabila perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah temuannya, dan harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi berita.



I.



19



Sistematika Bahasan



Ibid., 127.



19



Untuk lebih memudahkan dalam memahami keseluruhan isi dari penelitian ini dan mempermudah penulis dalam mengklasifikasikan, maka sistematika pembahasan akan disusun per-bab. Bab pertama menguraikan tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka teoritik, penelitian terdahulu, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab kedua tinjauan umum tentang proses belajar mengajar. Bab ini akan dibagi dalam dua bagian. Bagian pertama membahas tentang guru dalam proses pembelajaran, meliputi kompetensi profesional guru, peran seorang guru, dan kemampuan guru dalam menciptakan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Bagian kedua akan dibahas tentang kualitas pendidikan yang meliputi pengertian kualitas pembelajaran, dan pembelajaran fikih. Bab ketiga berisi gambaran umum mengenai objek penelitian yang mencakup letak geografis MA Al-Islam Mlarak Ponorogo, sejarah berdirinya MA Al-Islam Mlarak Ponorogo, Visi dan misi MA Al-Islam Mlarak Ponorogo, sarana dan parasarana yang tersedia di MA Al-Islam Mlarak Ponorogo, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di MA Al-Islam Mlarak Ponorogo, dan struktur organisasi MA Al-Islam Mlarak Ponorogo Bab keempat adalah penyajian data dan analisis. Bab ini akan menyajikan hasil-hasil temuan selama penelitian dan pemaparan data tentang upaya-upaya guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran fikih



20



serta faktor-faktor pendukung dan faktor penghambat upaya guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran fikih di MA Al-Islam Mlarak Ponorogo, Jawa Timur beserta pembahasan hasil temuan tersebut. Bab kelima dalam tesis ini adalah penutup. Sebagai akhir dari penelitian ini akan disampaikan kesimpulan yang diperolah dari proses penelitian yang telah dilaksanakan. Pada bab ini juga disampaikan saransaran kepada beberapa pihak yang terkait dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran fikih.