Teknik Terapi Komplementer - kel4.Komunitas4B [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS TEKNIK TERAPI KOMPLEMENTER (Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Keperawatan Komunitas II)



Disusun Oleh : KELOMPOK 1 Aqmal latifah KHGC18061 Ary aprian



KHGC18063



Dika abdul latif



KHGC18069



Fauziah novianti H



KHGC18075



Irma Sri Lestari



KHGC18083



Mitha Annastasya F



KHGC20161



Rindiani Sulistia A



KHGC18044



Silvia Desri Puspita R



KHGC18101



Siti Nur azizah



KHGC18103



Sophi Retnaningsih



KHGC18105



Meli Tri Indriani



KHGC18



SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT TAHUN 2021



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan keperawatan komplementer mendapat perhatian diberbagai negara belakangan ini. Keperawatan komplementer menjadi terapi pelengkap dan alternatif sebagai bagian yang penting dalam pelayanan kesehatan berbagai negara sejak tahun 1990-an termasuk Eropa dn Amerika. Hal ini dapat dilihat dari berbagai perkembangan dan tulisan yang ada pada masa tersebut. Kondisi ini juga terjadi di Indonesia sebagai salah satu negara di Asia yang memiliki budaya tradisional dalam pengobatan. Salah satu yang terkenal adalah jamu. Jamu tersebut digunakan dalam pengobatan sebagai salah satu cara mengatasi berbagai masalah kesehatan masyarakat. Saat ini jamu dikombinasi dengan pengobatan konvesional (dikenal dengan pengobatan barat atau modern). Seseorang yang menggunakan kombinasi ini saling melengkapi dikenal dengan istilah terapi atau pengobatan komplementer. Perkembangan keperawatan komplementer awalnya dimulai dari perbedaan pandangan antara klien dengan perawat atau tenaga kesehatan lain di pelayanan kesehatan terhadap sistem pelayanan kesehatan yang diberikan. Perbedaan ini dapat dijembatani dengan konsep tradisional tentang cara pandang yang utuh dari Rogers dalam memandang seseorang (Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999). Hal ini membuat seorang perawat dalam memberikan pelayaanan selain menggunakan pendekatan biomedis, untuk promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan dan penyembuhan juga memperhatikan kesatuan tubuh, pikiran dan jiwa yang sesuai dengan keyakinan dan nilai indidvidu tersebut sebagai aplikasi dari prinsip holistik dalam cara pandang yang utuh tersebut. Manajer pelayanan kesehatan meyakini pemberian terapi komplementer meningkatkan kapasitas pelyanan kesehatan secara holistik dengan mengisi kesenjangan terapetik dalam praktik kesehatan (Singer & Adams, 2014). Sistem pelyanan yang diberikan secara utuh ini salah satu bentuk memberi kesempatan klien menggunakan cara tradisional dalam praktik keperawatan. Keyakinan dan pemberian pelayanan yang diberikan oleh perawat ini selanjutnya sering disebut dengan keperawatan komplementer. Perawat yang mengguanakan tindakan komplementer dalam pelayanan dikenal dengan memberikan terapi komplementer atau alternatif. Adapun beberapa istilah selain penggunaan kata komplementer menurut Kramlich (2014) adalah alternatif, tradisional dan internatif. National Center Complementary And Integratif Health (NCCIH, 2016) menjelaskan istilah terapi alternatif merupakan cara utama dalam



pengobatan yang menggantikan obat konvesional misalnya klien hanya memilih pengobatan herbal dalam mengatasi penyakitnya. Istilah tradisional merupakan sistem penyembuhan secara kultural yang telah digunakan selama ribuan tahun yang melibatkan pendekatan konvesional dan komplementer mlalui promosi kesehatan (Kramilich, 2014; NCCIH, 2016). B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu: a.



Apa saja teknik terapi komplementer yang digunakan dalam keperawatan komunitas?



C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini yaitu:. a.



Untuk mengetahui dan memahami teknik terapi komplementer yang digunakan dalam keperawatan komunitas.



D. Manfaat Penulisan Adapun manfaat penulisan yaitu: a.



Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami teknik terapi komplementer yang digunakan dalam keperawatan komunitas.



BAB II PEMBAHASAN A. Tehnik Terapi Komplementer Perkembangan terapi komplementer di Indonesia ramai di bahas melalui seminar, workshop ataupun pelatihan sebagai salah satu cara menjawab kebutuhan pengembangan sesuai amanah undang-undang yang meniadikan terapi komplementer sebagai salah satu intervensi yang dapat digunakan dalam keperawatan. Adapun Florence Nightingale sebagai perintis keperawatan juga mengakui kekuatan penyembuhan melalui terapi komplementer diantaranya melalui terapi musik (Snyder & Lindquist, 2010). Hal ini menunjukkan berbagai teknik terapi perlu diketahu oleh perawat. Terapi komplementer setiap jenisnya memiliki teknik tertentu. Berikut ini dijelaskan beberapa teknik Lima tipe berikut sesuai klasifikasi NCCAM tahun 2012 yaitu: a) pikiran dan tubuh (mind body therapies); manipulasi dan sistem tubuh; dan terapi energi (Lindquist, Snyder, & Tracy, 2014). Klasifkasi terapi pikiran dan tubuh (mind body therapies), contohnya seni, imagery, journaling (menulis jurnal/ sebuah dari yang berbentuk formal),biofeedback, humor, dan tai-chi. Alternatif sistem pemeliharaan kesehatan contohnya pengobatan tradisional cina, ayuvedia (pengobatan india), dan curanderismo (pengobatan asli Amerika). b) Terapi biologis yaitu natural dan praktik biologikal dan hasil-hasilnya misalnya herbal, terapi diet, pengobatan orthomolekular (suplemen nutrisi dan makanan). c) Terapi energi misalnya reiki, healing touch dan magnet. Di bawah ini akan dibahas beberapa teknik sesuai klasifikasi tersebut. Perawat yang akan melakukan tindakan dari semua teknik hendaknya menggunakan tahapan komunikasi yang telah dipelajari mencakup Tahap pertama pra interaksi, tahap kedua orientasi, tahap ketiga kerja dan tahap keempat terminasi. Selain itu, tahap tindakan septik dan aseptik selalu dilakukan untuk keamanan klien dan dirinya. Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke dalam pelayanan konvensional, yaitu sebagai berikut : 1. Akupunktur medic yaitu metode yang berasal dari Cina ini diperkirakan sangat bermanfaat dalam mengatasi berbagai kondisi kesehatan tertentu dan juga sebagai analgesi (pereda nyeri). Cara kerjanya adalah dengan mengaktivasi berbagai molekul



signal yang berperan sebagai komunikasi antar sel. Salah satu pelepasan molekul tersebut adalah pelepasan endorphin yang banyak berperan pada sistem tubuh. 2. Terapi hiperbarik, yaitu suatu metode terapi dimana pasien dimasukkan ke dalam sebuah ruangan yang memiliki tekanan udara 2 – 3 kali lebih besar daripada tekanan udara atmosfer normal (1 atmosfer), lalu diberi pernapasan oksigen murni (100%). Selama terapi, pasien boleh membaca, minum, atau makan untuk menghindari trauma pada telinga akibat tingginya tekanan udara. 3. Terapi herbal medik, yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam, baik berupa herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa fitofarmaka. Herbal terstandar yaitu herbal yang telah melalui uji preklinik pada cell line atau hewan coba, baik terhadap keamanan maupun efektifitasnya. Berdasarkan Permenkes RI Nomor : 1109/Menkes/Per/2007 adalah : 



Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) : Hipnoterapi, mediasi, penyembuhan spiritual, doa dan yoga







Sistem pelayanan pengobatan alternatif : akupuntur, akupresur, naturopati, homeopati, aromaterapi, Ayurveda







Cara penyembuhan manual : chiropractice, healing touch, tuina, shiatsu, osteopati, pijat urut



 



Pengobatan farmakologi dan biologi : jamu, herbal, gurah Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan : diet makro nutrient, mikro nutrient







Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan : terapi ozon, hiperbarik



Adapun setiap tindakan dilakukan melalui persiapan diri, alat, klien dan lingkungan. Persiapan yang sesuai akan mendapatkan hasil yang optimal, demikian pula setiap tindakan hendaknya dievaluasi sampai diyakini bahwa tidak ada keluhan dari efek terapi. Berikut ini beberapa teknik terapi yang banyak digunakan, antara lain: 1. Meditasi Meditasi adalah suatu teknik yang memungkinkan seseorang mampu menggunakan kesadaran dan pengalamannya sehingga membuat seseorang lebih sadar akan dirinya (Snyder & Lindquist). Meditasi dapat menjadikan seseorang santai, menurun konsumsi



oksigen, mengurangi frekuensi pernapasan dan denyut jantung. Hal ini menjadikan tubuh merasa rileks, pikiran lebih tenang, meningkatkan kesejahteraan fisik dan emosional dengan kondisi lingkungan tenang, posisi yang nyaman dan kadangkala menggunakan sebuah alat pengukuran mental seperti mantra (Fontaine, 2005; Mantle & Tiran, 2009). Meditasi merupakan sarana seseorang untuk fokus terhadap suatu objek. Terapi ini menggunakan sikap tubuh yang spesifik. Memfokuskan perhatian atau sikap terbuka terhadap gangguan. Indikasi meditasi dilakukan pada saat stress, Cemas, denyut jantung dan tekanan darah meningkat. Kontra indikasi melakukan meditasi adalah klien yang kurang mampu menyimpan emosi dan kurang mampu menganalisis sebab akibat yang kompleks. Cara melakukan meditasi ada berbagai macam teknik, proses sederhana yang dapat dilakukan misalnya melatih napas klien. Tahap pertama diawali dengan persiapan: ruangan yakni tempat yang tenang dan waktu yang diaggap paling sesuai oleh klien; gunakan pakaian yang longgar dan nyaman; serta dapat menggunakan musik (misalnva musik klasik). Tahap kedua menyiapkan posisi yang nyaman, misalnya dengan mengambil posisi duduk atau berbaring asalkan tulang belakang tetap terjaga dalam posisi lurus. Tahap ketiga memulai meditasi dengan mata ditutup atau dibuka, fokus pada keluar masuknya napas terutama gunakan pernapasan perut, rasakan sensasinya, tahap ini dilakukan dengan hati ikhlas sehingga tercapai tujuan untuk mengatasi masalah. Langkah ini dapat dilakukan bertahap sesuai proses yang dilalui dan kemampuan yang didasari dari evaluasi setiap kali tindakan. Meditasi yang sukses biasanya membutuhkan latihan setidaknya satu kali perhari selama 10-20 menit (Snyder & Lindquis, 2010). Tahap keempat yakni melakukan evaluasi sesuai dengan masalah yang dirasakan misalnya kemampuan merubah diri, fisik lebih segar dan bugar, perasaan lebih menerima keadaan. 2.



Akupresur Jenis terapi ini termasuk dalam salah satu pengobatan tradisional cina yang dikenal dengan traditional chinese medicine disingkat dengan TCM (Mantle & Tiran,2009). Tindakannya melibatkan stimulasi dari titik-titik spesifik pada tubuh. Akupresur menggunakan jari atau alat (kayu,magnet) yang ditekan pada titik-titik spesifik pada tubuh. Akupresur menggunakan jari atau alat (kayu,magnet) yang ditekan pada titik di permukaan kulit tersebut sedangkan pada akupunktur menggunakan jarum yang kemudian dimanipulasi dengan tangan atau stimulasi elektrik. Titik saraf tubuh merupakan titik berat dari pengobatan akupunktur dan akupresur. Pada titik tertentu



seperti kedua telapak tangan merupakan titik bagi jantung,paru,mata,kelenjar tiroid, hati,pancreas dan sinus (fengge,2012). Fungsi dari terapi akupunktur dan akupresur adalah untuk meregenerasi sel-sel tubuh yang mengalami penurunan kualitas serta membentuk system pertahanan kualitas serta membentuk system pertahanan dalam tubuh sehingga dapat bermanfaat pada proses pencegahan,penyembuhan,pemulihan dari penyakit serta meningkatkan daya tahan tubuh (fengge). Akupresur dan akupunktur memiliki komponen dasar yang dikenal dengan Ci Sie (energy vital), system meridian dan titik akupresur. Ci diartikan sebagai sari makanan, sedangkan Sie diartikan sebagai darah sehingga jika merujuk pada arti tersebut, Ci Sie sering diartikan sebagai energi vital (Snyder & lindquis,2010). Komponen selanjutnya adalah system meridian yang menjadi saluran energy vital yang beredar keseluruh bagian tubuh. System meridian berfungsi untuk menghubungkan bagian tubuh satu dengan yang lainnya, hubungan yang terbentuk adalah hubungan dua arah antar organ tersebut. Selain itu system meridien juga berfungsi sebagai penghubung titik akupresur dengan organ dan menghubungkan jaringan tubuh dengan panca indera. Saluran yang terhubung tersebut dapat berfungsi sebagai penyampaian infomasi ketika terjadi gangguan fungsi organ. Pada system meridien yang terhubung pada seluruh tubuh, terdapat titik-titik akupresur disepanjang saluran tersebut. Titik akupresur dibagi menjadi tiga yaitu titik akupresur umum yang dijumpai di sepanjang saluran meridien, titik akupresur istimewa yaitu, titik yang tidak menenti disepanjang ataupun diluar jalur meridien yang terakhir adalah titik nyeri yaitu titik yang berada pada daerah keluhan (fengge,2012). Akupresur dan akupunktur merupakan terapi yang memiliki efek samping minimal, namun terapi ini tidak dapat dilakukan pada bagian tubuh yang mengalami bengkak, patah atau retak tulang serta kulit terbakar (sukanta,2008). Pemijatan pada titik akupresur dilakukan setelah menemukan titik meridien yang tepat yang ditandai timbulnya rasa nyeri. Durasi dan kuantitas tekanan ditentukan berdasarkan jenis pijatan. Pijatan yang ditujukan untuk penguatkan (yang) dilakukan sebanyak 30 kali tekanan pada masing-masing titik dan dilakukan pemutaran pijatan searah jarum jam. Sedangkan pemijatan yang berfungsi untuk melemahkan (Yin) dapat dilakukan sebanyak 30-50 kali tekanan dan cara pemijatan dilakukan berlawanan arah jarum jam (sukanta,2008; Fengge, 2012). Artinya pemberian pijatan tergantung kebutuhan, misalnya kondisi tubuh demam; maka pijatan yang diberikan adalah pelemahan (yin) karena kondisi demam adalah situasi yang (kuat) bertujuan untuk diturunkan. Proses terapi akupunktur atau akupresur membutuhkan



pemeriksaan, sehingga penting tersedia ruangan yang nyaman dan memenuhi privacy klien. Pemeriksaan dilakukan melalui pengamatan pada bagian tubuh klien, misalnya mengalami pembengkakan, luka ataupun perubahan warna kulit. Setelah pengamatan kasat mata dilakukan terapis juga harus memperhatikan adanya bau, cek kondisi lidah, palpasi abdomen, titik tubuh yang akan dilakukan tindakan, dan palpasi nadi di area radial pergelangan tangan (Snyder & Lindquis, 2010). Konfirmasi perlu dilakukan untuk memastikan hasil pengamatan,maka dari itu terapis perlu dilakukan wawancara mengenai sebab penyakit, riwayat penyakit, keluhan, riwayat pengobatan, pola makan, kebiasaan buang air besar dan kecil serta kebiasaan tidur. Setelah pemeriksaan dilakukan menentukan titik-titik yang akan dipijat atau ditusuk sesuai dengan masalah dan kebutuhan klien, selama tindakan observasi respon klien untuk mengantisipasi tindakan yang diperlukan misalnya tanda-tanda shock (keluar keringat dingin, pucat, lemas, mual, dan pusing), kejang otot (kram,kaku,otot), dan bengkak apabila ada tanda-tanda tersebut maka hentikan pijitan, tenangkan dan istirahatkan. Evaluasi hasil tindakan yang telah diberikan. Terapi akupresur dapat dilakukan secara mandiri dengan memijat bagian tubuh sendiri. Hal ini berguna untuk mengatasi keluahan gangguan kesehatan akibat aktivitas kerja, seperti sakit kepala, sakit leher atau tengkuk, mata lelah, nyeri bahu, nyeri peregangan tangan, nyeri pinggang,nyeri lutut dan keluhan psikis yang ditimbulkan dari stress kerja. Bagian tubuh yang dapat digunakan untuk memijat titik akupresur adalah jari-jari tangan. Jika menggunakan alat makan alat tersebut harus dipilih yang memiliki ujung tumpul. Sebelum memulai pijatan pada titik tertentu sebaiknya dilakukan relaksasi dengan cara memijat secara lembut area seperti tengkuk, bahu, lengan, tangan, pinggang paha, dan kaki menggunakan jari-jari telapak tangan, selanjutnya pijatan pada titik tertentu dapat dilakukan . 3. Terapi Masase Teknik ini dengan cara menekan, mengusap, dan memanipulasi otot dan jaringan lunak lainnya pada tubuh. Pengertian massase telah mengalami proses penyempurnaan berdasarkan ilmu-ilmu mengenai tubuh manusia serta gerakan-gerakan tangan yang bersifat mekanis terhadap tubuh manusia yang dilakukan dengan berbagai teknik (Synder & Lindquist, 2010). Massase dapat berfungsi sebagai salah satu terapi untuk meredakan berbagai keluhan fisik seperti rasa kembung, menghilangkannyeri dan meredakan stres serta kelelahan fisik. Massase membantu mengurangi ketegangan otot dengan menstimulasi sirkulasi darah dalam tubuh, relaksasi, mengurangi nyeri,



sedangkan pada bayi melancarkan sirkulasi sehingga efektif meningkatkan berat badan (Synder & Lindquist; Mantle & Tiran, 2009). Tindakan massase untuk dewasa dan anakanak caranya berbeda-beda. Teknik massase ada berbagai macam cara gerakan. Misalnya menggunakan cara mengusap, friction (gerakan melingkar kecil-kecil menggunakan jari dengan penekanan), meremas, mencincang, memukul, dan menggetar (vibrasi) merupakan gerakan dasar (Mantle & Tiran, 2009, Kementerian Kesehatan RI, 2014). Setiap cara gerakan memiliki ritme dan teknik sesuai dengan tujuan dan area tubuh tertentu. Hal yang perlu diperhatikan adalah hindari tindakan pada daerah yang ada pembengkakan, infeksi kulit, mengalami penyakit pembuluh darah (seperti arterisklerosis, hemophilia, thrombosis), hamil muda, sambungan pada patah tulang yang baru sembuh dan penyakit lain yang sekitarnya berdampak apabila mendapatkan pijatan (Snyder & Lindquist, 2010). Bahan yang digunakan sebagai pelumas dapat digunakan apabila diperlukan, penting pengkajian awal untuk menghindari masalah baru. 4. Yoga Yoga merupakan suatu sarana untuk mencapai suatu tingkat aktivitas untuk pikiran dan jiwa agar berfungsi bersama secara harmonis (Shindu, 2013). Yoga merupakan salah satu terapi yang memiliki dasar pengetahuan mengenai seni pernapasan, anatomi tubuh manusia, pengetahuan tentang cara mengatur napas disertai gerakan anggota badan, cara melatih konsentrasi dan kedamaian pikiran. Teknik ini mengkombinasikan postur fisik, teknik napas dalam dan meditasi atau relaksasi. Yoga bermacam-macam tergantung aliran yang ada (Synder & Lindquist, 2010, Kinasih, 2010). Yoga mengkombinasikan postur, pernapasan dan meditasi ataupun relaksasi, maka untuk mampu melakukan dengan benar dengan menggunakan buku-buku panduan yang ada, mengikuti kelas yoga, ataupun video. Latihan yoga harus memperhatikan kemampuan dan keterbatasan individu seperti factor usia, jenis kelamin, kondisi kesehatan, kondisi fisik dan emosional. Jenis yoga yang direkomendasikan adalah mild yoga. Mild yoga adalah jenis yoga yang dikhususkan untuk wanita yang sedang berada pada tahap kehamilan., menstruasi,lansia, dan manepouse yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan kondisi mental dan fisil yang sehat (Synder & Linquist, 2010). 5. Bekam Bekam dikenal dari masa kuno, cina dan timur tengah sebagai salah satu teknik pengobatan tertua didunia. Pengertian bekam adalah melakukan suction pada bagian tertentu (local) dengan menggunakan cups pada area yang telah dipilih pada tubuh.



Setelah beberapa menit, cup akan dipindahkan dan dilakukan penyayatan kecil dengan menggunakan scalpel. Suction kedua menggunakan cup pada bagian tersebut akan mengeluarkan darah dari dalam tubuh dengan kuantitas kecil yang berfungsi untuk mengeluarkan racun dari tubuh (El Syaded, Mahmoud, & Nabo, 2013) Tujuan utama dari terapi ini adalah untuk mempercepat aliran darah dan membantu mengeluarkan darah yang sudah tidak memiliki manfaat bagi tubuh. Bekam juga berguna untuk mengeluarkan racun dari sirkulasi kulit dan kompartemen interstisial (Kim et al, 2012). Pada klien terapi bekam terdapat hubungan dari kulit dengan organ internal lainnya seperti system peredaran limpa dan system imun. Terdapat dua tipe utama dari bekam yaitu kering (dry cupping) yaitu dengan melakukan suction pada kulit secara langsung dilakukan penyedotan oleh vakum pada cup. Area pemasangan vakum diletakkan cup di atas area kongesti atau titik akupuntur (Mantle & Tiran, 2009). Bekam basah (wet cupping) pada area tersebut di insisi pada bagian superfisial kulit, lebih aman apabila menggunakan lancet, sehingga darah dapat keluar pada bagian kulit yang dilakukan penyedotan oleh vakum. Kedua tipe tersebut sangat dianjurkan meningkatkan intake air terlebih dahulu sebelum tindakan. Bekam kering selalu digunakan sebelum bekam basah. Pengamatan penulis yang harus diperhatikan dalam tindakan saat melakukan tarikan vakum secukupnya saja karean beresiko terjadinya bulae akibat tarikan yang terlalu kuat. Hal lain yang harus di perhatikan adalah tindakan septik dan antiseptic selama interval bekam basah. 6. Terapi Benson Terapi ini dikenal dengan respons relaksasi, yaitu kondisi fisiologis dan psikologis yang melawan stress (Dusek & Benson, 2009). Benson dan Proctor mendefinisikan teknik relaksasi benson adalah upaya pengembangan metode relaksasi pernapasan dengan melibatkan keyakinan klien mengenai kondisi kesehatannya sehingga dapat membantu menciptakan lingkungan internal dan membantu klien mencapai kondisi kesehatan dan kesejahteraan yang lebih tinggi (Purwanto, 2006). Respons relaksasi adalah salah satu teknik meditasi sederhana untuk mengatasi tekanan dan meraih ketenangan hidup. Teknik relaksasi benson merupakan teknik latihan napas yang bertujuan untuk mengurangi stress. Teknik relaksasi Benson menggabungkan antara meditasi dengan relaksasi napas dalam. Tujuan kombinasi tersebut adalah untuk meningkatkan vertilisasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, meningkatkan efisiensi batuk, mengurangi stress fisik maupun emosional serta membantu keluhan sulit tidur.



Hal yang perlu di perhatikan selama intervensi kondisi lingkungan yang terang agar tercapai efek optimal, kemampuan fisik, memungkinkan tindakan. Evaluasi tindakan paska latihan adalah tercapainya tujuan, klien mampu mengikuti tindakan sesuai arahan pemandu. 7. Hipnoterapi Teknik terapi ini digunakan untuk membantu orang lain dalam menciptakan kemungkinan hidupnya lebih berarti melalui cara mengekspresikan diri dalam berbagai hal (Stanley, 2014). Hypnosis secara tradisional dianggap sebagai kesadaran yang berubah, mirip dengan keadaan yang dialami saat mendengarkan music, menonton tv, melamun atau berkonsentrasi pada tugas (Mantle & Tiran, 2009). Kamus besar bahasa Indonesia hypnosis adalah keadaan seperti tidur karena sugesti, pada saraf permulaan orang tersebut berada dibawah pengaruh orang yang mensugestinya, tetapi pada saraf berikutnya menjadi tidak sadar sama sekali. Keadaan hipnosisi dikaitkan dengan adanya peningkatan sugesti, memfasilitasi interaksi antara terapis dan subjek yang memungkinkan praktisi membuat sugesti untuk memfasilitasi seseorang agar mengubah cara berfikir, perasaan atau raksi terhadap peristiwa atau situasi tertentu (Mantle & Tiran, 2009). Contohnya klien lansia yang diberi sugesti tidur sehat dapat membantu meningkatkan kualitas tidurnya (Haryanto, 2016). McCann (2008) menjelaskan hypnosis sebagai suatu bentuk komunikasi dengan klien untuk terlibat dalam menyerap proses terapi dan perubahan. Kondisi hypnosis adalah sala satu dari “penyerapan terfokus”, agar klien lebih mudah dalam mempertibangkan dan memodifikasi pandangan subjektif dirinya. Syarat dalam melakukan hipnosisi di antaranya membuat mata lelah dan memejamkan mata, munculnya relaksasi, terbentuknya kepercayaan dan hubung emosional yang baik dengan terapis di ikuti dengan sugesti yang diformat baik melalui katakata ataupun ekologis (gerakan), dilakukan berulang dan melibatkan emosionalnya serta membawa hati klien kepada sugesti (Elias, 2009). Proses pemberian pesan merubah diri dalam keadaan relaksasi, namun pada klien psikosis akut tindakan ini merupakan kontraindikasi (Mantle & Tiran). Perawat dapat membantu klien melakukan terapi ini misalnya klien yang ingin menghentikan kebiasaan buruk seperti adiktif pada nikotin, makanan, obat-obatan, alcohol dan kebiasaan lainnya (Elias). Hipnosis dapat dilakukan dengan bantuan maupun secara mandiri. Setelah teridentifikasi permasalahan dasar dan keinginan untuk mengatasi masalah melalui pengkajian yang mendalam. Menurut elias (2009), secara ringkas teknik hypnosis dilakukan melalui syarat : melelahkan mata dan



memejamkan mata, relaksasi, kepercayaan dan hubungan emosional yang baik, sugestu linguistic dan ekologis yang diformat dengan baik, pengulangan dan membawa hati kepada sugesti. Komplikasi hypnosis umumnya bersifat sementara misalnya terjadi lelah, gelisah, bingung, pusing dan mual. Kontra indikasi hypnosis adalah gangguan psikiatri, trauma psikologis yang mendalam, dan epilepsy. Hal yang harus di perhatikan secara tindakan adalah kondisi lingkungan yang tenang, memperhatikan klien. Evaluasi tindakan klien terhadap proses pra induksi, kategori klien tergantung mudah atau tidak dilakukan sugesti, ketepatan dan ketepatan waktu memasukkan induksi akan mempengaruhi hasil tindakan dalam mencapai tujuan. 8. Food Combining Food Combining adalah pola makan yang diselaraskan dengan mekanisme alamiah tubuh manusia. Artinya cara ini menggunakan pola makan yang benar sesuai dengan siklus pencernaan sehingga mengatur waktu makan dan kombinasi makanan yang serasi (Gunawan, 1999). Tujuan dilaksanakannya food combining adalah untuk mempermudah pekerjaan system pencernaan sehingga pemakaian energy tubuh lebih efisien dan tubuh menjadi sehat serta membentuk berat badan dan tinggi badan yang ideal. Prinsip food combining sebenarnya tidak berbeda dengan pola makan gizi seimbang, hanya saja menyesuaikan dengan siklus pencernaan tubuh manusia. Siklus tersebut terbagi dalam tiga periode yaitu siklus pencernaanm siklus penyerapan dan siklus pembuangan (gunawan). Penjelasan gunawan lebih lanjut bahwa siklus pencernaan berlangsung pada pukul 12.00 – 20.00 waktu ini merupakan saat yang tepat untuk mengkonsumsi makanan padat karena periode ini tubuh mencerna makanan secara aktif. Siklus penyerapan dimulai pada pukul 20.00 – 04.00 WIB. Sebagian besar zat makanan yang telah dicerna dibagikan ke seluruh tubuh. Pada saat ini sebaiknya jangan banyak melakukan aktifitas dan tidak makan lagi, karena sel-sel tubuh yang rusak diganti pada periode ini. Siklus pembuangan merupakan siklus terakhir yang terjadi pada pukul 04.00 – 12.00 WIB. Energy sangat banyak dikeluarkan pada periode ini. Sebaiknya menghindari makan makanan padat pada periode ini dan cukup dengan meminum segelas jus. Ketiga periode tersebut bukan hanya memperhatikan jam waktu makan, tetapi juga keseimbangan asam dan basa (nilai pH makanan) yang dimakan. Berdasarkan periode makan yang ada dan prinsip keseimbangan asam basa, maka dalam melakukan food combining harus dipersiapkan pengelompokan makanan yaitu makanan pembentuk asam, makanan ini



berbentuk protein hewani seperti daging, lemak, minyak, produk susu, biji-bijian, kacang tanah dan makanan mengandung ragi serta alcohol. Berikut adalah makanan pembentuk basa bisa dikonsumsi melalui buah-buahan, sayuran, kentang yang direbus dengan kulitnya, susu mentah, kedelai, taoge, kacangkacangan (kecuali kacang tanah). Penyusunan menu dengan metode food combining adalah menyusun menu dengan serasi, mengatur makanan yang cocok (lebang, 2014). Sebaiknya makanan pembentuk asam basa dimakan sekaligus sehingga akan tercapai makanan yang sifatnya netral. Semua kelompok makanan yang ada pada tahapan persiapan dapat dimakan secara bersamaan, kecuali kelompok pati dan protein tidak boleh dimakan secara bersamaan melakukan kombinasi unsur protein dan lemak, unsur lemak berguna melambatkan laju pencernaan sehingga protein cukup waktu untuk berinteraksi dengan asam lambung. Protein mengandung lemak sehingga jika dikombinasi dengan lemak maka makanan akan lebih lama berada dalam lambung asam dapat melarutkan lemak dan enzim pengurai lemak membutuhkan pH asam. Menambahkan asam pada makanan berkadar lemak tinggi menyebabkan pH sangat asam dan menghambat protein pencernaan. Contoh manfaat dari penggunaan metode ini membantu menurunkan massa lemak, insulin, kolestrol total (Golay, et all, 2000; Weickert, 2012).



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Terapi komplementer merupakan pelengkap dalam intervensi keperawatan. Setiap individu akan berusaha untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai keinginan dan kemampuan dirinya. Perawat sebagai professional kesehatan yang kompeten akan berusaha mengembangkan kemampuan terhadapi keilmuan yang menunjang dalam praktik keperawatan, melakukan atau menggunakan sebagai hasil penelitian yang membahas terapi komplementer. Jenis terapi komplementer begitu banyak, penggunaannya dipilih sesuai dan tidak bertentangan dengan pengobatan konfensional yang telah digunakan klien. Perawat perlu mengetahui tehnik yang ada, untuk dapat mempersiapkan klien yang akan mendapatkan tindakan komplementer dan membantu memberikan intervensi yang sesuai kebutuhannya. Prinsip perlindungan dan keamanan serta kenyamanan tindakan untuk perawat dan klien harus diperhatikan, misalnya tindakan antiseptik, komunikasikan terapi, tempat yang tenang dan nyaman sesuai kebutuhan serta mengikuti langkah yang tepat sesuai tahapan intervensi dan dilakukan untuk melengkapi tindakan keperawatan dalam asuhan keperawatan. B. Saran Perawat dalam memenuhi kebutuhan tersebut membutuhkan pengetahuan dan ketrampilan untuk dapat memberikan intervensi pada klien. Tindakan yang dilakukan perawat harus menjadi bagian dari asuhan keperawatan serta memperhatikan prinsip holistik, komprehensif, dan kontinum. Apabila perawat mampu memahami dan melaksanakan konsep tersebut, diharapkan pelayanan kesehatan terbaik untuk klien dapat diberikan karena masyarakat Indonesia saat ini banyak yang sangat mempercayai kombinasi terapi tradisional dan konvensional dalam pemenuhan kesehatannya.



DAFTAR PUSTAKA Setiawan Agus. 2019. Keperawatan Kesehatan Komunitas dan Keluarga 1st Indonesia edition. Singapore : Elsevier jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/download/… news.unpad.ac.id/?p=28917