Teks Revolusi Mental [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Bismillahirrahmanirrahim.. Assalamu’alaikum. Warahmatullahi wabarokatuh Alhamdulillahilladzi anzalal qur’an liyukhrijannas minazzulumati ilan nur Ash hadu anla ila haillalla wa asy hadu anna muhammadar rasulullah, amma ba’du Dewan hakim yang arif dan bijaksana Hadirin wal hadiroh sebangsa dan setaAnah air yang kami banggakan Revolusi di jaman kemerdekaan adalah sebuah perjuangan fisik, perang melawan penjajah dan sekutunya, untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kini, 70 tahun setelah bangsa kita merdeka. Kita semua masih harus melakukan revolusi, namun Bukan lagi mengangkat senjata, tapi membangun jiwa bangsa. Oleh karena itu izinkan kami membawa syarahan pada hari ini yang berjudul “ revolusi mental berbasis Aqur’an” Allah berfirman dalam surat Ibrahim ayat 1 yang berbunyi:



                  Al-Quran memiliki aura keindahan dan kebaikan. Orang yang berhubungan dengan al-Quran akan mendapat julukan manusia terbaik, harum semerbak menghiasi perjalanan hidupannya. Kebaikan yang diberikan al-Quran bersifat absolut, konstan dan pasti sebagaimana dikutip dalam sebuah hadis riwayat Imam Bukhari Muslim, Rasulullah SAW bersabda: manusia terbaik di antara kalian adalah orang yang belajar dan mengajar al-Quran Dizaman ini generasi kita sangat jauh dari apa yang diharapkan, karakter bangsa sudah luntur digilas waktu. Pondasi yang dibangun dengan kokoh kini diruntuhkan oleh anak bangsa sendiri. Bangsa yang santun, berbudi pekerti, ramah, dan selalu lekat dengan sistem gotong-royong seharusnya mampu membuat Indonesia menjadi bangsa yang arif. Namun generasi muda yang bobrok akan melahirkan pemimpin ahli korupsi, kolusi, nepotisme, etos kerja yang tidak baik,



bobroknya birokrasi, hingga ketidaksiplinan. Jika sudah begitu, lantas mau dibawa kemana masa ?depan bangsa ini



Itulah adalah gagasan revolusi mental yang pertama kali dilontarkan oleh Presiden Soekarno pada Peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus 1956. Soekarno melihat revolusi nasional Indonesia saat itu sedang mandek, padahal tujuan revolusi untuk meraih kemerdekaan Indonesia yang seutuhnya belum tercapai. Revolusi di jaman kemerdekaan adalah sebuah perjuangan fisik, perang melawan penjajah dan sekutunya, untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kini, 70 tahun setelah bangsa kita merdeka, sesungguhnya perjuangan itu belum, dan tak akan pernah berakhir. Kita semua masih harus melakukan revolusi, namun dalam arti yang berbeda. Bukan lagi mengangkat senjata, tapi membangun jiwa bangsa. Membangun jiwa yang merdeka, mengubah cara pandang, pikiran, sikap, dan perilaku agar berorientasi pada kemajuan dan hal-hal yang modern, sehingga Indonesia menjadi bangsa yang besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Kenapa membangun jiwa bangsa yang merdeka itu penting? Membangun jalan, irigasi, pelabuhan, bandara, atau pembangkit energi juga penting. Namun seperti kata Bung Karno, membangun suatu negara, tak hanya sekadar pembangunan fisik yang sifatnya material, namun sesungguhnya membangun jiwa bangsa. Ya, dengan kata lain, modal utama membangun suatu negara, adalah membangun jiwa bangsa. Inilah ide dasar dari digaungkannya kembali gerakan revolusi mental oleh Presiden Joko Widodo. Jiwa bangsa yang terpenting adalah jiwa merdeka, jiwa kebebasan untuk meraih kemajuan. Jiwa merdeka disebut Presiden Jokowi sebagai positivisme. Gerakan revolusi mental semakin relevan bagi bangsa Indonesia yang saat ini tengah menghadapi tiga problem pokok bangsa yaitu; merosotnya wibawa negara, merebaknya intoleransi, dan terakhir melemahnya sendi-sendi perekonomian nasional. Dalam kehidupan sehari-hari, praktek revolusi mental adalah menjadi manusia yang berintegritas, mau bekerja keras, dan punya semangat gotong royong. Para pemimpin dan aparat negara akan jadi pelopor untuk menggerakkan revolusi mental, dimulai dari masing-masing Kementerian/Lembaga (K/L). Sebagai pelopor gerakan revolusi mental, pemerintah lewat K/L harus melakukan tiga hal utama yaitu; bersinergi, membangun manajemen isu, dan terakhir penguatan kapasitas aparat negara.



Gerakan revolusi mental terbukti berdampak positif terhadap kinerja pemerintahan Jokowi. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, ada banyak prestasi yang diraih berkat semangat integritas, kerja keras, dan gotong royong dari aparat negara dan juga masyarakat. Pemberantasan ilegal fishing, pengelolaan BBM lebih bersih dan transparan, pembangunan pembangkit listrik terbesar di Asia Tenggara, pembangunan tol trans Jawa, trans Sumatera , dan Kalimantan, adalah sedikit hasil dari kerja keras pemerintah Presiden Jokowi. Ke depan, gerakan revolusi mental akan semakin digalakkan agar sembilan agenda prioritas pemerintah yang tertuang dalam Nawa Cita bisa terwujud. (Tim PKP-Kemenkominfo) Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu. Yang terhormat Bapak Kepala SMAN 1 Maros Yang Terhormat para Wakil Kepala SMAN 1 MAros Yang terhormat Bapak/Ibu Guru Dan yang saya banggakan rekan-rekan sekalian Pertama-tama marilah kita senantiasa mengucap syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa mengasihi kita dalam naungan-Nya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah pada manusia pilihan Allah, Nabi Muhammad SAW, sebaik-baik panutan di muka bumi ini. Selanjutnya saya ingin berterimakasih karena telah diberi kesempatan untuk berdiri dan menyalurkan isi hati dan pikiran saya mengenai revolusi mental untuk generasi muda. Masa remaja memang merupakan masa yang sangat penuh dengan paradigma, bahkan Stanley Hall, psikolog hebat mendefinisikan bahwa masa muda adalah masa yang paling sulit, penuh gejolak dan tekanan. Dan karena hal itulah, para remaja cenderung menyukai perilaku yang mengundang resiko. Sebagai contoh nyata, remaja saat ini lebih patuh pada handphone dan televisi dibanding orangtuanya. Lebih memilih update status dulu sebelum makan ketimbang membaca doa sebelum makan. Lucunya lagi, remaja sekarang lebih suka mengobrol lewat facebook dan sebagainya hingga lupa bahwa media sosial yang sesungguhnya ialah bertemu dan berbincang langsung. Remaja saat ini bangga jika bolos sekolah, nongkrong tidak jelas, lalu pulang larut malam, padahal ada orang tua yang tak hentinya mencemaskan mereka di rumah. Minta uang ke orang tua, katanya untuk bayar SPP, eh tapi malah dipakai beli hotpants ala-ala selebriti masa kini. Giliran UN tiba, menghalalkan segala cara biar bisa dapat ijazah dengan nilai cantik, pas pengumuman lulus, corat-coret baju, konvoi di jalan raya, seakan-akan sudah sangat puas dan bangga dengan predikat "LULUS" yang tertera di papan pengumuman. Padahal, apa yang mau dibanggakan? Beginikah calon pemimpin untuk negeriku? Rasanya bangsa dengan akhlak mulia dan budi pekerti yang luhur kini tinggal 'mitos'. Kawan.. Saat ini generasi muda - kita, sangat jauh dari apa yang diharapkan, karakter bangsa sudah luntur digilas waktu. Pondasi yang dibangun dengan kokoh kini diruntuhkan oleh anak bangsa sendiri. Bangsa yang santun, berbudi pekerti, ramah, dan selalu lekat dengan sistem gotong-royong



seharusnya mampu membuat Indonesia menjadi bangsa yang arif. Namun jika generasi muda yang bobrok akan melahirkan pemimpin ahli korupsi, kolusi, nepotisme, etos kerja yang tidak baik, bobroknya birokrasi, hingga ketidaksiplinan. Jika sudah begitu, lantas mau dibawa kemana masa depan bangsa ini? Karena hal itulah kita harus mengembalikan karakter warga negara ke apa yang menjadi keaslian kita, orisinalitas kita, identitas kita, ciri khas kita. Krisis moral yang menjangkit kalangan muda, harus diberantas habis-habisan. Mari mewujudkan masa "revolusi mental". Revolusi kesadaran, cara berpikir, dan bertindak sebagai bangsa yang besar, seperti apa yang sempat dipaparkan oleh Benny Suseptyo sang pemerhati sosial. Sahabat se-generasiku.. Merevolusi mindset bangsa memang bukan suatu hal yang mudah, dan sasaran utama dari revolusi mental tentu adalah pemuda-pemudi yang memegang kendali, aku-kamu-kita semua, yang menjadi tiang penyangga NKRI. Biarkan generasi muda membanting stir dan kembali ke tujuan awal bangsa Indonesia untuk merdeka dengan sejati. Tumbuhkan kembali rasa cinta tanah air. Berganti arah dari sesuatu yang negatif menuju berbagai hal yang positif. Sadarkan kembali generasi kita, paksakan anak bangsa untuk mengenal seperti apa bangsa mereka sebenarnya. Merekonstruksi ulang karakter bangsa perlu komitmen pemerintah yang kuat disertai kesadaran seluruh warga negara, Indonesia dapat berubah ke arah yang lebih baik. Revolusi mental bisa diwujudkan melalui pendidikan yang merata, serta penegakan hukum tanpa pandang bulu. Mari kita mulai sekarang juga. Kalau mengubah sejuta pemuda itu mustahil. Bagaimana dengan memulai dari diri kita sendiri? Jadi, Ayo ubah diri kita sendiri, ayo bersama-sama kita capai apa yang menjadi cita-cita bangsa selama ini. Dan jadilah generasi yang siap tempur dan mengepakkan sayap-sayapnya. Itulah aspirasi yang dapat saya sampaikan pada kesempatan kali ini, semoga ada manfaatnya. Kurang dan lebihnya mohon dimaafkan.



Revolusi Mental Berbasis Al-Quran (Oleh: Dr. L. Sholehuddin) Oktober 11, 2018 Oleh: Dr. L. Sholehuddin; Dosen Tetap Sekolah Tinggi Shuffah Al-Quran Abdullah bin Mas’ud Online, Lampung-Indonesia Persoalan demi persoalan yang muncul menimpa bangsa Indonesia saat ini, pada dasarnya dilatarbelakangi oleh mental individu sebagai masyarakat yang lemah. Mental memiliki arti jiwa,



nyawa, sukma, roh yang berhubungan dengan pikiran, akal, ingatan atau proses yang berasosiasi dengan pikiran, akal dan ingatan yang dapat mempengaruhi perilaku individu. Atau paduan secara menyeluruh antara berbagai fungsi-fungsi psikologis dengan kemampuan menghadapi krisis-krisis psikologis yang menimpa manusia yang dapat berpengaruh terhadap emosi dan dari emosi ini akan mempengaruhi pada kondisi mental. Jadi, mental adalah representasi kepribadian yang merupakan kebulatan yang dinamik yang dimiliki seseorang yang tercermin dalam sikap dan perbuatan atau terlihat dari psikomotornya. Dalam ilmu psikiatri dan psikoterapi, kata mental sering digunakan sebagai ganti dari kata personality (kepribadian) yang berarti bahwa mental adalah semua unsur-unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap (attitude) dan perasaan yang dalam keseluruhan dan kebulatannya akan menentukan corak laku, cara menghadapi suatu hal yang menekan perasaan, mengecewakan atau menggembirakan, menyenangkan dan sebagainya. Dengan demikian, dapat ditarik pengertian yang lebih signifikan bahwa mental itu terkait dengan, akal (pikiran/rasio), jiwa, hati (qalbu), dan etika (moral) serta tingkah laku). Satu kesatuan inilah yang membentuk mentalitas atau kepribadian (citra diri). Citra diri baik dan jelek tergantung pada mentalitas yang dibuatnya. Faktor mental ini, pada dasarnya dapat tumbuh dan berkembang ke arah baik dan buruk, sangat bergantung pada stimulus yang mempengaruhi di sekitarnya. Apakah individu itu bermental baik atau tidak, dapat dilihat dari kondisi lingkungan masyarakatnya itu, demikian sebaliknya. Karena itu, pembentukan mental, karakter, moral dan etika sangat erat kaitannya dengan aspek-aspek penunjang yang ada di dalam lingkungan itu dan akan terjadi keragaman corak, warna dan tipe mental. Masyarakat perkotaan akan berbeda dengan masyarakat di lingkungan pedesaan, lingkungan pesisir akan berbeda dengan lingkungan pasar, lingkungan pertanian akan berbeda dengan lingkungan industri dan begitu seterunya. Namun, tidak demikian halnya dengan al-Quran, adanya keragaman latar belakang budaya, tradisi, warna kulit, etnis, suku, bangsa, bahasa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat heterogen tidak menjadi penghambat terwujudnya corak mentalitas yang satu dan homogen karena dapat terikat dengan satu ungkapan kata indah, yaitu: laa ilaa ha illallah. Secara faktual, al-Quran yang telah dilaksanakan Rasulullah SAW empat belas abad silam telah terbukti efektif meredam krisis multidimensional dalam menghadapi berbagai konflik antar suku, kabilah, dan faksi-faksi yang ada, baik ketika beliau berada di Madinah maupun di Makkah, seperti bani Quraidzah, bani Qainuqa, bani Nadir, bani Ghathafan dan bangsa-bangsa di sekitar Jazirah Arab itu sendiri. Dengan al-Quran tidak ada kata sulit untuk menyelesaikan beragam persoalan, serumit apapun masalahnya. Sekarang goodwill berpulang pada masing-masing individu, para pemangku jabatan dan lapisan masyarakat di negeri Indonesia tercinta ini. Oleh karena itu, secara meyakinkan bahwa pasti di dalam al-Quran terdapat cara yang tepat, cepat dan tuntas untuk menyelesaikan berbagai persoalan keumatan atau kebangsaan melalui penerapan program-program terukur, strategi dan langkah-langkah yang jelas, akurat dan berkesinambungan. Strategi Pembentukan Mental Berbasis al-Quran



Al-Quran memiliki aura keindahan dan kebaikan. Orang yang berhubungan dengan al-Quran akan mendapat julukan manusia terbaik, harum semerbak menghiasi perjalanan hidupannya. Kebaikan yang diberikan al-Quran bersifat absolut, konstan dan pasti sebagaimana dikutip dalam sebuah hadis riwayat Imam Bukhari Muslim, Rasulullah SAW bersabda: manusia terbaik di antara kalian adalah orang yang belajar dan mengajar al-Quran. Secara implisit hadis ini menunjukkan keunggulan dan ketinggian posisi manusia di mata Allah karena kecintaan dan kedekatannya kepada al-Quran. Sementara dalam perspektif rasa suka dan cinta pada al-Quran secara eksplisit dapat diekspresikan melalui dua aspek, yaitu: 1. belajar dan 2. mengajar. Aspek mempelajari memiliki arti; membaca dengan baik dan benar sesuai aturan, kaidah dan petunjuk ilmu tajwid, mengucapkan huruf-huruf hijaiyyah yang digunakan al-Quran dengan suara dan bunyi yang benar sesuai maqamat (tempat-tempat) keberadaan dan keluarnya huruf itu, menerjemah kata demi kata dalam setiap ayat yang dibaca untuk memperoleh pengertian secara sederhana (lafdziyah) terhadap ayat yang dibaca dan agar dapat lebih termotivasi untuk melanjutkan membaca pada ayat-ayat berikutnya. Tahap kedua adalah memahami makna secara kontekstual atau pemahaman makna ayat secara tersirat dari ungkapan kata-kata tersurat. Ini penting untuk memahami ketepatan arti dan kesesuaian maksud dari makna ayat terebut sehingga al-Quran dapat secara langsung dan nyata dirasakan sebagai solusi terhadap permasalahan yang dihadapi umat sesuai latar belakang budaya, tradisi dan kebiasaan, kapasitas, posisi dan kondisi individu dalam sebuah komunitas masyarakat di setiap waktu dan tempat yang berbeda. Tahap ketiga dari aspek mempelajari al-Quran ini adalah menganalisa adanya persesuaian atau pertautan ayat dengan fakta-fakta yang terjadi di berbagai lapangan aktivitas dan pekerjaan sehingga al-Quran benar-benar menjadi nafas, referensi dan rujukan bagi kita dalam merespons, menyoroti, menimbang dan menilai masalah serta menjadi konsideran utama untuk mendapatkan solusi terbaik. Bila tahapan aspek membaca ini telah dapat terlaksana dengan baik atas izin Allah, maka secara substantif dan otomatis kita akan mendapat pemahaman komprehensif dari ayat-ayat yang kita pelajari itu sehingga kita dengan mudah dapat menerapkan dan atau mengamalkan apa yang menjadi kehendak al-Quran. Faktor-faktor itulah yang diyakini dapat membentuk perilaku manusia bertakwa, berilmu, berkarya sebagai perwujudan dan representasi dari mental generasi yang berkarakter, bermoral dan berintegritas. Sementara aspek pengajaran merupakan tahapan lanjutan sebagai konsekuensi dari ilmu alQuran yang telah dikuasainya. Pengajaran sifatnya lebih luas, menyeluruh dan universal melingkupi: tenaga pendidik, program pembelajaran, metode belajar mengajar, media pembelajaran, sarana fisik bangunan, dan aspek pembiayaan. Konsep ini biasanya diterapkan pada pendidikan formal atau non formal dengan tiga ciri khasnya, yaitu: adanya perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program dengan tujuan untuk mengetahui kekurangan atau kelebihan program itu guna perbaikan dan peningkatan mutu selanjutnya. Dengan demikian, kedua aspek pembelajaran al-Quran, yaitu: belajar dan mengajar terebut di atas sesungguhnya dapat relevan dan kondusif diterapkan kapan dan di mana saja, dengan pendekatan dan metode variatif sesuai tingkatan kemampuan, kesempatan dan kondisi usia pembelajar yang beragam.  Al-Quran Membentuk Mental Takwa



Teknis pembelajaran al-Quran ini dapat dilakukan tentunya dengan langkah-langkah dan tahapan-tahapan sebagai berikut: Pertama, membuat kebijakan yang menetapkan peraturan dan memastikan pemberlakuan program belajar mengajar al-Quran berlangsung di setiap institusi pemerintah atau swasta, kedua, menyediakan waktu, tempat dan sarana memadai terlaksananya pembelajaran al-Quran secara informal, formal dan non formal di setiap institusi pemerintah atau swasta, ketiga, membatasi kegiatan lain di luar jam tugas pokok (kantor, perusahaan) selain membaca dan mempelajari al-Quran di setiap institusi pemerintah atau swasta, keempat, menetapkan waktu khusus dan konstan untuk belajar mengajar al-Quran di setiap institusi pemerintah atau swasta, kelima, menggandeng guru/tutor/ustadz/kyai sebagai pendamping belajar mengajar al-Quran di setiap institusi pemerintah atau swasta, keenam, memiliki majelis ta’lim khusus dan tetap tentang pembelajaran al-Quran yang dikoordinir oleh masing-masing lembaga di setiap institusi pemerintah atau swasta, ketujuh, memfasilitasi dan mem-buck up penuh semua kegiatan yang berhubungan dengan pembelajaran al-Quran di setiap institusi pemerintah atau swasta. Selain tahapan teknis yang diuraikan secara umum tersebut di atas, perlu juga diberikan layanan inspiratif bersifat personal berupa stimulus berikut: pertama, memberikan reward bagi para pembelajaran al-Quran yang memiliki kelebihan baik dalam hal: bacaan, hafalan, penerjemahan, pemahaman atau penafsiran al-Quran di setiap institusi pemerintah atau swasta, kedua, menjadikan kemampuan baca tulis dan atau hafalan al-Quran sebagai syarat penerimaan pegawai/karyawan/PNS di setiap institusi pemerintah atau swasta, mengadakan lomba baca atau hafalan al-Quran secara terstruktur dan terprogram di setiap institusi pemerintah atau swasta, ketiga, memberikan beasiswa bagi pembelajaran untuk setiap tingkatan pendidikan yang telah memiliki hafalan al-Quran di setiap institusi pemerintah atau swasta. Bila langkah-langkah kecil ini dapat terealisasi dengan baik sesuai rencana serta program yang ditentukan, maka dapat diyakini dalam kurun waktu relatif singkat wajah bangsa Indonesia akan berubah drastis menjadi pusat peradaban dunia, di mana setiap penduduknya melek dan bermental al-Quran, terbebas dari perilaku korupsi, narkoba, inklusif, radikal dan sektarian. Wallahu ‘alam.(AK/R01/P1) Ibrahim ayat 1