Tenun Melayu Riau [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Corak dan Ragi



TENUN MELAYU RIAU



Drs. H. Abdul Malik, M.Pd H. Tenas Effendy H. Hasan Junus Drs. Auzar Thaher, M.S



Buku Ini Memenangkan/ Memperoleh Penghargaan :



ANUGERAH KEBUDAYAAN TAHUN 2014 KATEGORI PENERBIT BUKU ANAK YANG BERDEDIKASI KEPADA KEBUDAYAAN DARI KEMENTRIAN PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN RI



Diterbitkan oleh Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu Bekerja Sama dengan Penerbit AdiCita Yogyakarta 2004



Pengertian Corak Di dalam tradisi Melayu Riau motif atau pola lazimnya disebut corak, ragi, bentuk dasar, acuan induk, bentuk asal, atau gambar asal. Bagi para perajin tenun, sulam, tekat, dan suji motif lazim pula disebut pengacu, contoh acu, atau acu saja. Bagi para pengrajin anyaman, motif disebut contoh asal, bentuk asal, atau gambar induk. Perajin ukiran menyebutnya contoh bentuk, acuan, atau reka bentuk. Sebutan lain umumnya adalah contoh hiasan atau bentuk hiasan. Pemakaian kata hiasan mengacu kepada salah satu fungsi motif sebagai unsur hiasan, sedangkan benda yang menjadi hiasan itu disebut perhiasan dalam arti luas. Sumber Corak Corak dasar Melayu Riau umumnya bersumber dari alam, yakni terdiri atas flora, fauna, dan benda-benda angkas. Benda-benda itulah yang direka-reka dalam bentuk-bentuk tertentu, baik menurut bentuk asalnya seperti bunga kundur, bunga hutan, maupun dalam bentuk yang sudah diabstrakkan atau dimodifikasi sehingga tak lagi menampakkan wujud asalnya, tetapi hanya menggunakan namanya saja seperti itik pulang petang, semut beriring, dan lebah bergantung. Di antara corak-corak tersbut, yang terbanyak dipakai adalah yang bersumber pada tumbuh-tumbuhan (flora). Hal ini terjadi karena orang Melayu umumnya beragama Islam sehingga corak hewan (fauna) dikhawatirkan menjurus kepada hal-hal yang berbau “keberhalaan”. Corak hewan yang dipilih umumnya yang mengandung sifat tertentu atau yang berkaitan dengan mitos atau kepercayaan tempatan. Corak semut dipakai – walau tidak dalam bentuk sesungguhnya, disebut semut beriring – karena sifat semut yang rukun dan tolong menolong. Begitu pula dengan corak lebah disebut lebah bergantung, karena sifat lebah yang selalu memakan yang bersih, kemudian mengeluarkannya untuk dimanfaatkan orang ramai (madu). Corak naga berkaitan dengan mitos keperkasaan naga sebagai penguasa lautan dan sebagainya. Selain itu, benda-benda angkasa seperti bulan, bintang, matahari, dan awan dijadikan corak karena mengandung nilai falsafah tertentu pula. Ada pula corak yang bersumber dari bentuk-bentuk tertentu yakni wajik, lingkaran, kubus, segi, dan lain-lain. Di samping itu, ada juga corak kaligrafi yang diambil dari kitab AlQuran. Selain dari sumber-sumber yang disebutkan diatas, corak melayu tentulah diperkaya pula dengan corak dari luar. Hal itu terjadi karena masyarakat melayu adalah masyarakat yang terbuka. Sejauh ini belum dapat dipastikan corak mana sajakah yang berasal dari luar Riau. Yang pasti, amat banyak motif melayu riau yang sama dengan motif lainnya, terutama kawasan Melayu Malaysia, Singapura, Sumatera Timur, dan sebagainya. Kesamaan itu amat kentara dalam corak tenunan, sulaman, tekat, dan suji. Pendapat sementara berasal dari penuturan orang tua-tua yang menyebutkan bahwa corak-corak itu memang dibawa oleh orang luar, terutama Terengganu, Malaysia, karena merekalah yang membawa kerajinan tenunan itu ke Riau. Kemudian barulah dikembangkan di daerah ini sehingga menjadi kerajinan rakyat Melayu Riau.



Pendapat itu barangkali ada benarnya karena dahulu diantara orang Melayu Riau dan Melayu Malaysia serta Singapura merupakan satu kesatuan. Wilayah kerajaan Melaka dan Johor, misalnya, merupakan satu wilayah dengan Riau sekarang. Bahkan, kesatuan itu terwujud pada masa kerjaan Johor-Riau yang berkembang di daerah ini. Pemisahaan secara geopolitik terjadi dengan adanya Treaty Of London (1824 M) yang dilakukan antara Belanda dan Inggris. Apalagi hingga sekarang masih banyak orang Melayu Riau yang mempunyai keluarga dekat di Malaysia dan Singapura, yang bermukim di sana sejak puluhan bahkan ratusan tahun yang silam. Sejarah Riau juga mencatat bahwa kawasan ini menjadi tumpuan pertemuan niaga antarbangsa sejak ratusan tahun yang lalu. Oleh sebab itu, berbagai unsut budaya luar turut masuk, yang sebagian diserap oleh masyarakat tempatan. Hal itu dapat pula disimak dari adanya unsur corak Melayu Riau yang mirip dengan corak dari Cina, India, Eropa, Arab dan sebagainya, termasuk corak yang berasal dari suku-suku lainnya di Indonesia. Di dalam proses selanjutnya, corak-corak itu disempurnakan atau dikembangnkan oleh perajin tempatan, dikukuhkan menjadi corak Melayu hingga sekarang. Dengan demikian, tentulah diperlukan pengkajian yang lebih mendalam mengenai asal-usul dari sumber awal corak tersebut sehingga kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan. Dalam tradisi melayu riau, corak-corak dasar itu dikembangkan lagi dengan beragam variasi sehingga membentuk suatu perpaduan yang serasi. Bahkan, ada yang menimbulkan nama-nama baru untuk ragam hias yang dimaksud. Corak pucuk rebung, misalnya, berkembang menjadi dua puluh delapan bentuk, corak kaluk pakis menjadi dua puluh bentuk, siku keluang menjadi delapan bentuk. Hal itu selain memperkaya khazanah corak melayu riau, juga menunjukkan tingginya daya karsa, cipta, dan karya atau kreativitas masyarakat melayu riau dalam berseni budaya. Pengembangan corak-corak dasar itu, di satu sisi memperkaya bentuk hiasan. Di sisi lain, pengembangan itu juga memperkaya nilai falsafah yang terkandung di dalamnya.



Nama-Nama Corak Dengan mengacu kepada sumber-sumber yang telah disebutkan diatas, lahirlah beragam nama corak melayu riau. Berikut ini diperikan nama-nama corak tersebut. Corak dari Tumbuh-tumbuhan Motif yang bersumber dari tumbuh-tumbuhan (flora) antara lain, sebagai berikut ini. Bunga Corak bunga jumlahnya relatif banyak. Diantaranya ialah bunga bakung, bunga melati, bunga kundur, bunga mentimun, bunga hutan, bunga kiambang, bunga cengkih, bunga setaman, bunga serangkai, bunga berseluk, bunga bersanggit, bunga sejurai, bunga kembar, bungga tunggal, kembang sari, bunga-bungaan, dan lain-lain.



Kuntum Corak kuntum antara lain ialah kuntum tak jadi, kuntum merekah, kuntum serangkai, kuntum bersanding, kuntum kembar, kuntum berjurai, kuntum jeruju, kuntum setanding, kuntum tak sudah, kuntum sejurai, dan sebagainya. Daun Corak daun diantaranya ialah daun bersusun, daun sirihm daun keladi, daun bersanggit bunga, susun sirih pengantin, susun sirih sekawan, daun berseluk, dan lain-lain. Buah Corak yang bersumber dari buah juga banyak terdapat dalam ragam hias melayu riau. Diantaranya ialah tampuk manggis, buah hutan, buah delima, buah anggur, buah setangkai, pisang-pisangan, pinang-pinangan, buah kasenak, buah mengkudu, delima merekah, dan lainlain. Akar Corak yang berasal dari akad-akaran antara lain, ialah kaluk pakis atau kaluk paku, akar bergelut, alar melilit, akar berpilin, akar berjuntai, akar-akaran, belah rotan, pucuk rebung dan sebagainya.



Corak dari Hewan Jenis Unggas Corak dari jenis unggas antara lain, ialah itik dan itik pulang petang, ayam jantan, ayam bersabung, burung punai, burung bangau, burung serindit, burung balam atau balam dua setengger, burung kurau, kurau mengigal, garuda menyambar, burung merak, merak sepasang, siku keluang, dan lain-lain. Jenis Hewan Melata Corak dari jenis hewan melata diantaranya ialah ular-ularan, ular melingkar, ular tidur, naga-nagaan, naga bersabung, naga berjuang, naga tertangkap dan sebagainya. Jenis Hewan Buas Corak dari jenis hewan buas antara lain ialah singa-singaan dan harimau jantan. Jenis Serangga Corak dari serangga antara lain, ialah semut beriring, lebah bergantung atau lebah bersanggul, kupu-kupu, kupu-kupu sepasang, belalang rusa, sepatung berkawan, dan sebagainya.



Jenis Hewan Air Corak hewan air lazimnya mengambil jenis ikan dan sedikit sekali jenis yang lain. Motif ikan lazimnya disebut ikan-ikan dengan variasi ikan bergelut, ikan sekawan, ketamketam atau siangkak hanyut, dan lain-lain. Corak dari Jenis Benda Angkasa Corak yang bersumber dari benda-benda angkasa juga terdapat dalam ragam hias Melayu Riau. Diantara corak itu ialah bulan penuh, bulan sabit, bulan temaram, bintangbintang, bintang bertabur, bintang bersusun, bintang lima, bintang tujuh, bintang tiga, bintang meninggi hari, matahari pagi, awan larat, awan bergelut, dan sebagainya. Corak dari Bentuk Tertentu Corak Melayu Riau dari bentuk-bentuk tertentu antara lain ialah segi penjuru empat, segi penjuru enam, segi lima, segi delapan, segi tiga, segi panjang, bulat penuh, bujur telur, lengkung anak bulan, lentik bersusun dan lain-lain.



MAKNA DAN FALSAFAH CORAK Setiap corak ragam hias melayu riau mengandung makna dan falsafah tertentu. Nilainya mengacu pada sifat-sifat asal dari setiap benda atau makhluk yang dijadikan corak, dipadukan dengan nilai-nilai kepercayaan dan budaya tempatan, kemudian disimpai dengan nilai-nilai luhur agama islam. Dengan mengacu kepada nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam setiap corak itulah, adat resam tempatan mengatur pemakaian dan penempatannya. Hal itu menyebabkan corak menjadi semakin kokoh, menjadi kegemaran, dan menjadi kebanggan sehingga diwariskan secara turun-temurun. Orang tua-tua menjelaskan bahwa kearifan orang melayu menyimak alam sekitarnya memberikan mereka peluang besar dalam memilih atau menciptakan corak. Hewan yang kecil seperti semut, yang selalu bekerja sama, mampu membuat sarang yang besar, mampu mengangkat barang-barang yang jauh lebih besar dari badannya, dan bila bertemu selalu saling berangkulan, memberi ilham terhadap pencipta corak untuk mengabdikan perihal semut itu dalam coraknya sehingga lahirlah corak yang dinamakan semut beriring. Begitu pulalah dengan itik yang selalu berjalan beriringan dengan rukunnya melahirkan corak itik pulang petang atau itik sekawan. Hewan lebah yang selalu memakan yang manis dan bersih (sari bunga), kemudian menyumbangkannya untuk makhluk lain dalam bentuk madu dan selalu hidup berkawan-kawan dengan damainya melahirkan corak lebah bergantung atau lebah bergayut.. Bunga-bungaan yang indah, wangi, dan segar melahirkan corak-corak bunga yang mengandung nilai dan falsafah keluhuran dan kehalusan budi, keakraban dan kedamaian seperti corak bunga setaman, bunga berseluk daun, dan lain-lain..



Burung balam, yang selalu hidup rukun dengan pasangannya, melahirkan pula corak balam dua setengger sebagai cerminan dari kerukunan hidup suami-istri dan persahabatan. Ular naga, yang dimitoskan menjadi hewan perkasa penguasa samudera, melahirkan corak naga berjuang, naga bersabung dan lain-lainnya yang mencerminkan sifat keperkasaan yang di maksud. Corak burung serindit mencerminkan sifat kearifan dan kebijakan. Corak pucuk rebung dikaitkan dengan kesuburan dan kesabaran. Corak awan larat dikaitkan dengan kelemahlembutan budi, kearifan dan sebagainya. Dahulu setiap perajin diharuskan untuk memahami makna dan falsafah yang terkandung di dalam setiap corak. Keharusan itu dimaksudkan agar mereka secara pribadi mampu menyerap dan menghayati nilai-nilai yang dimaksud, mampu menyebarluaskannya, dan mampu pula menempatkan corak itu sesuai menurut alur dan patutnya. Adanya makna dan falsafah dalam setiap corak menyebabkan corak itu kadngkala berfungsi ganda, yakni sebagai hiasan, untuk penyebarluasan tunjuk ajar dan sebagai penolak bala atau pembawa berkat. Secara umum, nilai-nilai hakiki yang terdapat dalam corak-corak melayu sebagai berikut. Nilai-Nilai Ketaqwaan Kepada ALLAH Karena orang Melayu Riau adalah penganut Islam, nilai-nilai Islam itu banyak mempengaruhi nilai-nilai budaya mereka, termasuk nilai-nilai ragam hiasnya. Di dalam ungkapan adat dikatakan “Berpijak pada Yang Satu” atau “Hidup berselimut Adat, Mati Berkafan Iman.” Nilai ketaqwaan ini antara lain dapat disimak pada corak bulan sabit, bintang-bintang dan lain-lain. Nilai Kerukunan Orang melayu amatlah tinggi menjungjung kerukunan hidup, baik dalam kehidupan berumah tangga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegeara. Nilai ini tersimpul dalam corak balam dua setengger (lambang kerukunan suami-istri dan keluarga), akar berpilin, sirih bersusun, kembang setaman dan lain-lain. Kerukunan hidup baru terwujud apabila dilandasi oleh rasa persatuan dan kesatuan sertaa kegotongroyongan dan timbang rasa yang tinggi. Hal itu terbuhul dalam ungkapan, “Senasib Sepenanggungan, Seaib dan Semalu” sehingga “Yang berat sama dipikul, yang ringan sama dijinjing” atau dikatakan “ke laut sama berbasah, ke darat sama berkering”, “mendapat sama berlaba, hilang sama merugi”. Nilai ini dapat ditemui dalam corak semut beriring, itik pulang petang, bunga berseluk daun, ikan sekawan, dan lain-lain. Bagi orang melayu riau, persatuan dan kesatuan lazim disebut “persebatian iman” atau “perpaduan umat” amatlah diutamakan. Rasa ini pula yang mengekalkan tali persaudaraan, baik antarsesama masyarakat melayu maupun dengan masyarakat pendatang. Landasan inilah yang menyebabkan orang melayu selalu menerima siapa pun yang datang ke daerah mereka dengan muka yang jernih dan hati yang bersih. Keterbukaan itu pulalah yang lambat laun melahirkan masyarakat melayu yang majemuk dengan kebudayaannya yang majemuk pula.



Nilai Kearifan Sifat arif dan bijaksana menjadi salah satu landasan sifat orang melayu. Arif dalam menyimak dan bijaksana dalam bertindak telah dibakukan dalam ungkapan adat “arif menyimak kabar burung, bijak laku dalam bertindak”. Ungkapan lain menyebutkan bahwa “yang arif menjemput tuah, yang bijak menjemput arwah”. Nilai itu terpatri, antara lain di dalam motif burung serindit yang dimitoskan sebagai lambang kearifan dan kebijaksanaan melayu. Nilai Kepahlawanan Orang melayu riau menjunjung tinggi nilai-nilai kepahlawanan sebagaimana disampaikan dalam ungkapan “esa hilang dua terbilang, pantang melayu hilang dibumi” atau disebut “sekali layar terkembang, pantang berbalik pulang” atau dikatakan “sekali masuk gelanggang, pantang berbalik kebelakang”. Nilai itu dipahatkan antara lain, ke dalam motif naga berjuang, naga bertangkap, garuda menyambar, ayam jantan, dan lain-lain. Corak-corak yang bermuatan lambang-lambang kepahlawanan itu, selain dijadikan hiasan bangunan, lazim pula dipakai pada benda-benda kerajaan, alat-alat kelengkapan upacara adat, senjata, dan sebagainya. Orang tua-tua mengatakan bahwa motif yang mengandung nilai kepahlawanan dapat pula memberikan “prangsang semangat” atau mendorong tumbuhnya keberanian seseorang dalam menghadapi musuh. Nilai Kasih Sayang Nilai kasih sayang atau sayang-sayangan, hormat-menghormati, lemah lembut, dua bersih hati menjadi acuan pula dalam budaya melayu riau. Oleh sebab itu, banyak pula motif dasar melayu riau yang mengandung nilai yang dimaksud. Nilai tersebut dilambangkan dalam hampir semua motif bunga dan kuntum seperti bunga bakung, bunga sekuntum, bunga cengkih, bunga mentimun, bunga kundur, kuntum setaman, kuntum berjurai dan lain-lain. Bunga dan kuntum selalu menjadi lambang kasih sayang, kesucian, ketulusan dan kehalusan budi pekerti, persahabatan, dan persaudaraan. Oleh sebab itu, corak bunga dan kuntum dipakai hampir semua ragam hias melayu riau. Bahkan, sebagian orang tua-tua mengatakan “Gambar bunga dan kuntum menjadi ‘mahkota’ dalam hiasan.” Nilai Kesuburan Kesuburan mengandung makna kemakmuran hidup lahiriah dan batiniah, murah rezeki dan berkembang usaha, yang ujungnya mewujudkan kehidupan yang aman dan damai,, sejahtera dan bahagia. Lambang ini terpantul antara lain didalam corak pucuk rebung dengan segala bentuk variasinya. Dengan mengacu kepada falsafah dan kandungan nilainya, corak ini termasuk salah satu corak yang amat banya digunakan orang, baik dalam tenunan, sulaman, tekat, suji maupun ragam hias lainnya. Nilai Tahu Diri



Sifat tahu diri amatlah penting. Sesuai dengan ungkapan adat “tahu diri dengan perinya, tahu duduk dengan tegaknya, tahu alur dengan patutnya”. Didalam corak nilai itu, antara lain terdapat pada corak bulan penuh, kaluk pakis dengan segala variasinya dan sebagian corak awan larat. Nilai Tanggung Jawab Kepribadian yang memiliki sifat bertanggung jawab menjadi idaman setiap orang melayu. Oleh sebab itu, nilai ini dijalin pula dalam coraknya, antara lain siku keluang, akar berjalin dan sebagainya. Pantang Larang Pemakaian Corak Pemakaian corak melayu riau banyak pantang-larangnya. Yang dipantangkan ialah corak-corak yang sudah dibakukan menjadi lambang atau simbol tertentu seperti lambang kerjaan atau lambang yang ditetapkan adat untuk orang atau tempat khusus. Oleh sebab itu, upaya untuk mengembangkan corak melayu riau taklah dibatasi, bahkan cenderung diberi kebebasan. Corak yang dijadikan lambang kerajaan antara lain, Muhammad Bertangkup (Kaligrafi) yakni lambang kerajaan Siak dan Pelalawan, corak naga berjuang yakni hiasan mahkota raja Pelalawan, corak cogan kerajaan riau lingga, dan corak yang terdapat pada cap kerajaan. Corak untuk raja-raja melayu lainnya belum ditemukan karena pengkajian ke arah itu belum dilakukan. Orang tua-tua hanya menyebutkan bahwa corak sudah diperuntukkan bagi raja atau orang besar kerajaan atau yang lazim mereka pakai dahulu tak dibenarkan dipakai umum. Akan tetapi, setelah kerajaan-kerajaan berakhir di Riau batasan itu menjadi tak jelas sehingga ada corak yang dahulu menjadi lambang kerajaan sekarang dipakai orang dengan bebasnya bahkan sebagian sudah ditambah variasi-vairasi tertentu.